Anda di halaman 1dari 7

PENGENAAN PAJAK BERGANDA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Perpajakan Internasional
Dosen Pengampu:

Dra. Fran Sayekti, M.B.A., Ak., CA.

Disusun oleh :
Kelompok 7

Nama Anggota
1. Melisah Puspitasari 5200111021
2. Rifi Aryani 5200111051

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS BISNIS & HUMANIORA
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA
TAHUN 2023
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“PENGENAAN PAJAK BERGANDA” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibu Dra. Fran Sayekti, M.B.A.,
Ak., CA pada mata kuliah Perpajakan Internasional.
Kami mengucapkan terima kasih kepada. Ibu yang telah memberikan
pengarahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami
dengan senang hati menerima kritik dan masukan anda.

Yogyakarta, 09 Maret 2023


Pembahasan

A. Pengertian Pajak Berganda


Pajak Berganda erupakan pengenaan pajak atas satu jenis objek pajak dalam
periode yang sama terhadap subjek pajak yang sama oleh dua juridiksi yang berbeda.
Pajak ganda biasanya terjadi karena adanya konflik kepentingan antara satu negara
dengan negara lain, misalnya konflik antara negara domisili dengan negara asal atas
suatu jenis penghasilan tertentu.

Sebelum masuk lebih lanjut, berikut ilustrasi mengenai pajak berganda.


Putri adalah seorang warga negara A yang melakukan transaksi bisnis di negara B,
dari keuntungan transaksi tersebut Putri dikenakan pajak oleh negara B, dan atas
profit yang sama Putri juga harus membayar pajak dan retribusi di negara asalnya A.
Dengan begitu Karena harus membayar kewajiban pajak penghasilan sebanyak dua
kali yaitu di negara A dan negara B.

B. Juridical double taxation/Pajak Berganda Yuridis dan Economic double Taxation


Adalah pemajakan atas penghasilan yang sama oleh dua negara yang berbeda pada
suatu periode tertentu.

Selain pemajakan berganda secara yuridis di atas, dalam konteks pajak terdapat pula istilah
pemajakan berganda secara ekonomis/economic double taxation. Diartikan sebagai
pemajakan atas penghasilan sama yang diperoleh oleh dua subjek pajak yang berbeda dalam
periode yang sama.
Contoh pajak ganda internasional ekonomis adalah pengenaan pajak atas dividen. Sebelum
dibagikan kepada pemegang saham, penghasilan yang sama telah dikenakan pajak ditingkat
perusahaan. Satu objek pajak yang diterima oleh dua Subjek Pajak yang berbeda dikenakan
pajak dua kali

C. Penyebab terjadinya pajak berganda

Pajak berganda ini biasanya terjadi jika dalam suatu transaksi lintas batas negara terdapat
lebih dari satu negara yang mengklaim hak pemajakan atas hal tersebut sehingga terjadilah
benturan antar klaim perpajakan.

Ini karena adanya prinsip pemajakan global untuk wajib pajak dalam negeri (global
principle) dimana penghasilan dari dalam maupun luar negeri akan dikenakan pajak oleh
negara tempat wajib pajak berdomisili. Dilain sisi, terdapat pula pemajakan teritorial (source
principle) yang dikenakan bagi wajib pajak luar negeri oleh negara sumber atas
penghasilannya di negara tersebut. Dengan demikian atas penghasilan tersebut akan terkena
pajak dua kali, yaitu oleh negara residen/domisili dan negara sumber atas penghasilannya.

Ada pula, Menurut Kevin Homes, konflik-konflik suatu negara dan negara lainnya
yang dapat menimbulkan pemajakan berganda adalah sebagai berikut:
1. Pertama, konflik antara suatu negara dan negara lainnya untuk menjadi negara
sumber dari suatu penghasilan tertentu (source-source conflict)
2. Kedua, konflik antara negara domisili dan negara sumber untuk mengenakan
pajak atas suatu penghasilan tertentu (source-residence conflict)
3. Ketiga, konflik antara suatu negara dan negara lainnya untuk menjadi negara
domisili dari suatu penghasilan tertentu (residence-residence conflict)
4. Keempat konflik antara negara domisili dan negara sumber atas karakterisasi
suatu jenis penghasilan tertentu.

Lalu, terkait dengan hak negara sumber penghasilan, alasan yang mendasari kenapa
negara sumber penghasilan merasa berhak untuk mengenakan pajak adalah
didasarkan atas benefit of theory taxation. Yaitu, manfaat yang telah dieberikan oleh
negara sumber penghasilan terhadap penghasilan yang didapat di negaranya.

D. Penghindaran Pajak Berganda (Unilateral)


Pajak berganda menjadi penyebab penghalang aktivitas bisnis lintas batas
negara. Oleh karena itu, banyak negara berupaya untuk menghilangkan dampak pajak
berganda dengan berbagai metode. Pada umumnya, metode tersebut dapat dilakukan
secara unilateral, bilateral maupun multilateral.
Di bahasan kali ini, akan menjelaskan perihal penghindaran pajak berganda secara
unilateral.

Secara unilateral, pajak berganda dapat dihilangkan dengan melalui ketentuan


penghindaran pajak berganda yang diterapkan secara sepihak oleh suatu negara
menurut ketentuan pajak domestic negara tersebut.
Misal, di Indonesia dengan menggunakan ketentuan kredit pajak luat negeri sebagai
mana diatur dalam UU PPh pasal 24

1. Kredit Pajak (Pasal 24)


Jika berdasarkan aturannya, PPh Pasal 24 diartikan sebagai peraturan yang
mengatur hak Wajib Pajak untuk memanfaatkan kredit pajak mereka di luar
negeri, untuk mengurangi nilai pajak terutang yang dimiliki di Indonesia.

“Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri, boleh dikreditkan
terhadap pajak yang terutang berdasarkan undang-undang ini dalam tahun pajak
yang sama,”

Di metode ini ada dua jenis perlakuan, ada full credit dan ordinary credit. Full
credit yaitu dari seluruh beban pajak yang dibayar di negara sumber dapat
dikurangkan sebagai kredit pajak. Kedua, ordinary credit hampir sama dengan
metode full credit, namun pajak yang dibayar di negara sumber dibatasi
mengkreditkannya.
Indonesia menggunakan metode pengkreditan secata terbatas atau ordinary credit.
Artinya, besarnya kredit pajak yang dibayar di luar negeri tidak boleh melebihi
perhitungan pajak yang terutang di dalam negeri.
Contoh perhitungan:
Di tahun 2022, PT Usaha Maju memperoleh pendapatan neto dari luar negeri
sebesar Rp 200 juta dan penghasilan dalam negeri senilai Rp 300 juta. Sesuai
peraturan perpajakan di negara tersebut, diasumsikan badan usaha ini harus
membayar pajak sebesar 15 persen.

Untuk dapat menghitung total pajak terutang yang harus dibayarkan di Indonesia,
maka Wajib Pajak Badan ini harus menjumlahkan total pendapatan neto
keseluruhan yang menjadi Rp 500 juta. Selanjutnya, total PPh terutang dapat
dihitung dengan cara:

15% x Rp 500.000.000 = Rp 75.000.000.000

Setelah mendapat total PPh terutang, maka perlu dihitung jumlah pajak
maksimum yang dapat dikreditkan melalui rumus:

(Penghasilan Neto dari Luar Negeri/Total Penghasilan) x Total PPh Terutang

(Rp 200.000.000/Rp 500.000.000) x Rp 75.000.000 = Rp 30.000.000

Berdasarkan ilustrasi perhitungan di atas, maka total pajak yang dapat dikreditkan
Wajib Pajak ini adalah Rp 30.000.000.

Selain kredit pajak, ada juga metode lain di penghindaran pajak berganda
unilateral, yaitu

2. Exemption method
Exemption method, metode ini pada dasarnya adalah membebaskan setiap pajak
penghasilan yang diperoleh di luar negeri atau dengan kata lain bahwa setiap
transaksi luar negeri tidak dikenakan pajak di negara domisili. Ada dua cara dalam
metode ini pertama pembebasan penuh, berupa penghindaran pengenaan pajak
berganda dengan cara mengabaikan penghasilan berasal dari duar negeri, kedua
pembebasan dengan progresif, dimana berbeda dengan pembebasan penuh, dalam
pembebasan progresif penghasilan dari luar negeri dipakai untuk kepentingan
perhitungan progresif tarif. Dari dua cara tersebut pengaruhnya akan terasa
terhadap berapa besar beban pajak yang menjadi kewajiban, karena dasar
mengenaan pajak menjadi berbeda. Metode ini merupakan pengakuan atas
pembayaran pajak terutang di luar negeri dengan pengecualian yang diberlakukan
untuk melindungi kepentingan dalam negerinya, seperti dalam hal penerimaan
pajak dan perlindungan produksi dalam negeri;
Kesimpulan

Pajak Berganda erupakan pengenaan pajak atas satu jenis objek pajak dalam periode
yang sama terhadap subjek pajak yang sama oleh dua juridiksi yang berbeda. Pajak ganda
biasanya terjadi karena adanya konflik kepentingan antara satu negara dengan negara lain
Jenis pajak berganda ada dua, yaitu Juridical dan Economic double taxation.

Juridical adalah pemajakan atas penghasilan yang sama oleh dua negara yang berbeda
pada suatu periode tertentu. Selain pemajakan berganda secara yuridis di atas, dalam konteks
pajak terdapat pula istilah pemajakan berganda secara ekonomis/economic double taxation.
Diartikan sebagai pemajakan atas penghasilan sama yang diperoleh oleh dua subjek pajak
yang berbeda dalam periode yang sama.

Pajak berganda ini biasanya terjadi jika dalam suatu transaksi lintas batas negara terdapat
lebih dari satu negara yang mengklaim hak pemajakan atas hal tersebut sehingga terjadilah
benturan antar klaim perpajakan.

Ini karena adanya prinsip pemajakan global untuk wajib pajak dalam negeri (global
principle) dimana penghasilan dari dalam maupun luar negeri akan dikenakan pajak oleh
negara tempat wajib pajak berdomisili. Dilain sisi, terdapat pula pemajakan teritorial (source
principle) yang dikenakan bagi wajib pajak luar negeri oleh negara sumber atas
penghasilannya di negara tersebut. Dengan demikian atas penghasilan tersebut akan terkena
pajak dua kali, yaitu oleh negara residen/domisili dan negara sumber atas penghasilannya.

Secara unilateral, pajak berganda dapat dihilangkan dengan melalui ketentuan


penghindaran pajak berganda yang diterapkan secara sepihak oleh suatu negara menurut
ketentuan pajak domestic negara tersebut.

Daftar Pustaka

media.neliti.com.2012 Jurnal Ekonomi dan Bisnis 1

ddtc.co.id 2021 Perjanjian-Penghindaran-Pajak-Berganda

pajak.com 2022 PPh Pasal 24: Definisi, Subjek, Objek, Hingga Perhitungan

news.ddtc.co.id pajak-internasional-suatu-pengantar-7738

/news.ddtc.co.id penyebab-konflik-terjadinya-pajak-berganda

Anda mungkin juga menyukai