BEBERAPA PERUSAHAAN
DARI BERBAGAI SEKTOR
Disusun oleh :
Kelompok 7
Nama Anggota
1. Melisah Puspitasari 5200111021
2. Rifi Aryani 5200111051
Pendahuluan
Bagaimana perhitungan ETR dan CETR untuk mengetahui Tax Avoidance dan
faktor-faktor lainnya?
BAB II
Pembahasan
Pada makalah ini, kami mengambil enam perusahaan yang terdaftar di BEI untuk
dilakukan perhitungan ETR dan CETR nya. Dari enam perusahaan tersebut, terdiri
dari tiga sektor dengan rincian sebagai berikut:
Informasi Beban PPh dan Laba sebelum Pajak dapat dilihat di laporan laba rugi
perusahaan, sementara itu Jumlah Pembayaran Pajak dapat dilihat di laporan arus kas.
Dengan berdasar pada rumus tersebut, kami mengambil data yang dibutuhkan dari
setiap perusahaan dalam dua tahun (2019 dan 2020).
Tahun 2020 2019 2020 2019 2020 2019
No Beban PPh Jumlah Pembayaran Pajak Laba Sebelum Pajak
1 738.080 1.023.715 1.149.936 1.285.333 696.451 3.097.603
2 357.036 706.417 218.460 2.500.267 4.339.358 5.239.471
3 76.588 98.382 145.651 159.699 960.029 1.111.329
4 196.479 269.885 200.978 277.989 439.767 922.919
5 5.652.417 7.985.848 5.035.377 7.433.937 23.298.041 36.441.440
6 1.790.711 3.860.523 1.544.212 4.082.687 5.112.153 19.369.106
Dari perhitungan yang dilakukan menggunakan rumus ETR dan CETR, didapat data
sebagai berikut:
2020 2019
No Nama perusahaan Sektor ETR CETR ETR CETR
1 PT Jasa Marga 106% 165% 33% 41%
Infrastruktur
2 PT Waskita Karya 8% 5% 13% 48%
3 PT Alam Sutera 8% 15% 9% 14%
Property
4 PT Sumarecon 45% 46% 29% 30%
5 PT. Bank Mandiri 24% 22% 22% 20%
Finansial
6 PT. Bank Negara Indonesia 35% 30% 20% 21%
Dengan dasar tarif pajak 25% untuk tahun 2019 dan 22% untuk tahun 2020, dapat
kita lihat bahwa sebagian besar perusahaan tidak ada indikasi penghindaran pajak (nilai diatas
22% dan 25%). Tetapi, perusahaan Waskita dari sektor infrastruktur dan Alam Sutera dari
sektor Property menghasilkan nilai ETR dan CETR nya banyak dibawah tarif pajak yang
berlaku.
1) ROA
Laba bersih setelah pajak x 100%
Total aset
2020 2019
9.495.726 x 100% = 9% 1.028.898 = 1%
105.588.960 122.589.259
Nilai ROA Waskita tahun 2019 mencapai 1 persen, sementara di tahun 2020
meningkat menjadi 9 persen. Melihat kembali ke nilai CETR Waskita pada tahun 2019
menunjukan angka 48 persen, sementara di tahun 2020 menurun menjadi 5 persen, dimana
angka tersebut berada di bawah tarif pajak yang berlaku (22%).
Dari hal tersebut sejalan dengan pernyataan bahwa hubungan antara ROA dengan
Tax Avoidance adalah jika faktor ROA meningkat, maka semakin baik produktivitas aset
dalam memperoleh keuntungan bersih, mengakibatkan penghindaran pajak meningkat.
Jadi, semakin tinggi nilai ROA menunjukan laba perusahaan meningkat, semakin
tinggi laba perusahaan akan semakin baik pengelolaan aktiva perusahaan dengan begitu
perusahaan akan melakukan upaya untuk melakukan perencanaan pajak secara optimal agar
meminimalkan beban pajak yang dibayarkan.
2) SOLVABILITAS
Angka yang dihasilkan masih ideal (dibawah angka 1), namun kembali lagi bahwa tingkat
rasio yang baik adalah tingkat yang rendah. Walaupun seperti itu, beban bunga sejalan
dengan utang. Jadi untuk perhitungan ini, solvabilitas tidak terlalu mempengaruhi tax
avoidance.
BAB III
Penutup
Kesimpulan:
Semakin tinggi nilai ROA menunjukan laba perusahaan meningkat, semakin tinggi
laba perusahaan akan semakin baik pengelolaan aktiva perusahaan dengan begitu perusahaan
akan melakukan upaya untuk melakukan perencanaan pajak secara optimal agar
meminimalkan beban pajak yang dibayarkan.
Nilai solvabilitas yang dihasilkan masih ideal dan mencerminkan bahwa perusahaan
baik-baik saja (dibawah angka 1), namun kembali lagi bahwa tingkat rasio yang baik adalah
tingkat yang rendah. Walaupun seperti itu, beban bunga sejalan dengan utang. Jadi untuk
perhitungan ini, solvabilitas tidak memberi pengaruh pada tax avoidance.
Daftar Pustaka