Anda di halaman 1dari 10

PERHITUNGAN TAX AVOIDANCE

BEBERAPA PERUSAHAAN
DARI BERBAGAI SEKTOR

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Perpajakan Internasional
Dosen Pengampu:

Dra. Fran Sayekti, M.B.A., Ak., CA.

Disusun oleh :
Kelompok 7

Nama Anggota
1. Melisah Puspitasari 5200111021
2. Rifi Aryani 5200111051

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS BISNIS & HUMANIORA
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA
TAHUN 2023
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PERHITUNGAN TAX
AVOIDANCE BEBERAPA PERUSAHAAN DARI BERBAGAI SEKTOR” ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Dra.
Fran Sayekti, M.B.A., Ak., CA pada mata kuliah Perpajakan Internasional.
Kami mengucapkan terima kasih kepada. Ibu yang telah memberikan pengarahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami dengan senang hati menerima kritik
dan masukan anda.

Yogyakarta, 28 Mei 2023


BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Bagi negara, pajak adalah salah satu sumber pendapatan negara, sedangkan disisi
lain bagi perusahaan, pajak adalah biaya yang harus dikeluarkan sehingga dapat
meningkatkan laba bersih. Perbedaan kepentingan antara negara yang mengharapkan
penerimaan pajak yang besar bertolak jauh dengan keinginan perusahaan yang
meinginkan pembayaran pajak seminimal mungkin. Hal tersebut menimbulkan upaya
untuk melakukan pengurangan pajak. Usaha dari pengurangan pajak dapat dilakukan
oleh pihak perusahaan dengan beberapa cara yaitu, penghindaran pajak (tax avoidance),
dan penyelundupan pajak (tax evasion).
Perbedaan antara keduanya adalah dari aspek legalitas, dimana tax avoidance
umumnya dianggap sebagai upaya tax management yang legal karena lebik banyak
memanfaatkan loopholes atau celah yang ada dalam peraturan perpajakan yang berlaku,
sedangkan tax evasion cenderung mengarah pada suatu tindakan pidana perpajakan
yang ilegal, berada diluar bingkai ketentuan perpajakan.
Pengukuran penghindaran pajak (tax avoidance) dalam makalah ini menggunakan
cash effective tax rate (CETR). CETR adalah kas yang dikeluarkan untuk biaya pajak
dibagi dengan laba sebelum pajak. Semakin tinggi tingkat presentase CETR yaitu
mendekati tarif pajak penghasilan badan sebesar 25% (atau tarif yang berlaku pada
tahun tertentu) mengindikasikan bahwa semakin rendah tingkat tax avoidance
perusahaan, sebaliknya jika semakin rendah tingkat presentase CETR mengindikasikan
bahwa semakin tinggi tingkat tax avoidance perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana perhitungan ETR dan CETR untuk mengetahui Tax Avoidance dan
faktor-faktor lainnya?
BAB II

Pembahasan

2.1 Perihal Tax Avoidance


Penghindaran pajak atau lebih dikenal dengan nama tax avoidance biasanya
diartikan sebagai suatu skema penghindaran pajak untuk tujuan meminimalkan beban
pajak dengan cara memanfaatkan celah (loophole) ketentuan perpajakan suatu negara.
Secara konsep, skema penghindaran pajak sebenarnya bersifat legal atau sah-sah saja
karena tidak melanggar ketentuan perpajakan.
Justice Reddy (dalam kasus McDowell & Co Versus CTO di Amerika Serikat)
merumuskan tax avoidance sebagai seni menghindari pajak tanpa melanggar hukum.
Lebih lanjut, OECD mendeskripsikan tax avoidance adalah usaha wajib pajak
mengurangi pajak terutang, meskipun upaya ini bisa jadi tidak melanggar hukum (the
letter of the law), namun sebenarnya bertentangan dengan tujuan dibuatnya peraturan
perundang-undangan perpajakan (the spirit of the law).
Dapat disimpulkan bahwa walaupun secara literal tidak ada hukum yang
dilanggar, namun semua pihak sepakat bahwa penghindaran pajak merupakan praktik
tidak dapat diterima. Hal ini dikarenakan penghindaran pajak secara langsung
berdampak pada tergerusnya basis pajak, yang mengakibatkan berkurangnya
penerimaan pajak yang dibutuhkan oleh negara.
Adapun cara untuk melakukan Tax avoidance menurut Kurniasih dan Sari (2013)
adalah sebagai berikut:
1. Memindahkan subjek pajak dan/atau objek pajak ke negara-negara yang
memberikan perlakuan pajak khusus atau keringanan pajak (tax haven country)
atas suatu jenis penghasilan (substantive tax planning).
2. Usaha penghindaran pajak dengan mempertahankan substansi ekonomi dari
transaksi melalui pemilihan formal yang memberikan beban pajak yang paling
rendah (Formal tax planning).
3. Ketentuan anti avoidance atas transaksi transfer pricing, thin capitalization, treaty
shopping, dan controlled foreign corporation (Specific Anti Avoidance Rule), serta
transaksi yang tidak mempunyai substansi bisnis (General Anti Avoidance Rule).
2.2 Perhitungan ETR dan CETR

Pada makalah ini, kami mengambil enam perusahaan yang terdaftar di BEI untuk
dilakukan perhitungan ETR dan CETR nya. Dari enam perusahaan tersebut, terdiri
dari tiga sektor dengan rincian sebagai berikut:

No Nama perusahaan Sektor


1 PT Jasa Marga
Infrastruktur
2 PT Waskita Karya
3 PT Alam Sutera Realty Tbk.
Property
4 PT Sumarecon Tbk.
5 PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Finansial
6 PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

Tujuan diambilnya perusahaan dari sektor yang berbeda adalah untuk


membandingkan sektor mana yang cenderung lebih tinggi melakukan Tax Avoidance
dari yang lainnya. Dengan menggunakan perhitungan ETR dan CETR sebagai berikut:

Rumus ETR = Beban PPh

Laba sebelum Pajak

Rumus CETR = Jumlah Pembayaran Pajak

Laba sebelum Pajak

Dengan indikator semakin rendah ETR/CETR nya, maka semakin tinggi


penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan. Dikatakan menghindari pajak jika
CETR nya lebih kecil dari Statutory Tax Rate atau tarif pajak yang berlaku pada tahun
yang berjalan.

Informasi Beban PPh dan Laba sebelum Pajak dapat dilihat di laporan laba rugi
perusahaan, sementara itu Jumlah Pembayaran Pajak dapat dilihat di laporan arus kas.

Dengan berdasar pada rumus tersebut, kami mengambil data yang dibutuhkan dari
setiap perusahaan dalam dua tahun (2019 dan 2020).
Tahun 2020 2019 2020 2019 2020 2019
No Beban PPh Jumlah Pembayaran Pajak Laba Sebelum Pajak
1 738.080 1.023.715 1.149.936 1.285.333 696.451 3.097.603
2 357.036 706.417 218.460 2.500.267 4.339.358 5.239.471
3 76.588 98.382 145.651 159.699 960.029 1.111.329
4 196.479 269.885 200.978 277.989 439.767 922.919
5 5.652.417 7.985.848 5.035.377 7.433.937 23.298.041 36.441.440
6 1.790.711 3.860.523 1.544.212 4.082.687 5.112.153 19.369.106

Dari perhitungan yang dilakukan menggunakan rumus ETR dan CETR, didapat data
sebagai berikut:

2020 2019
No Nama perusahaan Sektor ETR CETR ETR CETR
1 PT Jasa Marga 106% 165% 33% 41%
Infrastruktur
2 PT Waskita Karya 8% 5% 13% 48%
3 PT Alam Sutera 8% 15% 9% 14%
Property
4 PT Sumarecon 45% 46% 29% 30%
5 PT. Bank Mandiri 24% 22% 22% 20%
Finansial
6 PT. Bank Negara Indonesia 35% 30% 20% 21%

Dengan dasar tarif pajak 25% untuk tahun 2019 dan 22% untuk tahun 2020, dapat
kita lihat bahwa sebagian besar perusahaan tidak ada indikasi penghindaran pajak (nilai diatas
22% dan 25%). Tetapi, perusahaan Waskita dari sektor infrastruktur dan Alam Sutera dari
sektor Property menghasilkan nilai ETR dan CETR nya banyak dibawah tarif pajak yang
berlaku.

Hal tersebut menunjukan bahwa kedua perusahaan melakukan penghindaran pajak.


Dengannya, kami melakukan perhitungan ROA dan solvabilitas untuk mengetahui apa yang
mempengaruhi perusahaan melakukan penghindaran pajak.

Perhitungan ROA dan Solvabilitas dapat dilakukan menggunakan rumus:

ROA = Laba setelah pajak/Total Aset Solvabilitas = Total liabilitas/Total aset


Dari perhitungan tersebut didapat hasil:

1) ROA
Laba bersih setelah pajak x 100%
Total aset
2020 2019
9.495.726 x 100% = 9% 1.028.898 = 1%
105.588.960 122.589.259

Nilai ROA Waskita tahun 2019 mencapai 1 persen, sementara di tahun 2020
meningkat menjadi 9 persen. Melihat kembali ke nilai CETR Waskita pada tahun 2019
menunjukan angka 48 persen, sementara di tahun 2020 menurun menjadi 5 persen, dimana
angka tersebut berada di bawah tarif pajak yang berlaku (22%).

Dari hal tersebut sejalan dengan pernyataan bahwa hubungan antara ROA dengan
Tax Avoidance adalah jika faktor ROA meningkat, maka semakin baik produktivitas aset
dalam memperoleh keuntungan bersih, mengakibatkan penghindaran pajak meningkat.

Jadi, semakin tinggi nilai ROA menunjukan laba perusahaan meningkat, semakin
tinggi laba perusahaan akan semakin baik pengelolaan aktiva perusahaan dengan begitu
perusahaan akan melakukan upaya untuk melakukan perencanaan pajak secara optimal agar
meminimalkan beban pajak yang dibayarkan.

2) SOLVABILITAS

Solvabilitas merupakan penambahan jumlah utang yang menyebabkan munculnya beban


tambahan yaitu interest (bunga) yang nantinya akan mengurangkan beban pajak penghasilan.
Tingkat rasio yg rendah mencermintkan kondisi perusahaan yang baik, yang ideal nilai
solvabilitas itu dibawah angka 100% atau dibawah angka 1.
Didapat perhitungan solvabilitas dari Waskita sebagai berikut:

total hutang/total aset


2020 2019
89.011.405 93.470.790
105.588.960 122.589.259
0,84 0,76

Angka yang dihasilkan masih ideal (dibawah angka 1), namun kembali lagi bahwa tingkat
rasio yang baik adalah tingkat yang rendah. Walaupun seperti itu, beban bunga sejalan
dengan utang. Jadi untuk perhitungan ini, solvabilitas tidak terlalu mempengaruhi tax
avoidance.
BAB III
Penutup

Kesimpulan:

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, hasil menunjukkan bahwa


pehritungan CETR dan ETR pada perusahaan di sector intrasturktur dan property
menunjukan adanya penghindaran pajak. Dengan nilai CETR yang dibawah tarif pajak yang
berlaku (25% dan 22%) pada tahun 2019 dan 2020.

Faktor yang mempengaruhi perusahaan melakukan penghindaran pajak diantaranya


adalah ROA dan solvabilitas. ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tax avoidance,
return on asset berpengaruh terhadap tax avoidance, leverage tidak berpengaruh terhadap tax
avoidance, intensitas modal tidak berpengaruh terhadap tax avoidance, pertumbuhan
penjualan berpengaruh terhadap tax avoidance, komposisi komisaris independen tidak
berpengaruh terhadap tax avoidance, dan umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap tax
avoidance.

Semakin tinggi nilai ROA menunjukan laba perusahaan meningkat, semakin tinggi
laba perusahaan akan semakin baik pengelolaan aktiva perusahaan dengan begitu perusahaan
akan melakukan upaya untuk melakukan perencanaan pajak secara optimal agar
meminimalkan beban pajak yang dibayarkan.

Sementara itu, solvabilitas dalam konteks penghindaran pajak, perusahaan dapat


sengaja menurunkan pajak dengan cara meninggikan beban bunga, jadi jika tidak sejalan
dengan utang ada indikasi penghindaran pajak.

Nilai solvabilitas yang dihasilkan masih ideal dan mencerminkan bahwa perusahaan
baik-baik saja (dibawah angka 1), namun kembali lagi bahwa tingkat rasio yang baik adalah
tingkat yang rendah. Walaupun seperti itu, beban bunga sejalan dengan utang. Jadi untuk
perhitungan ini, solvabilitas tidak memberi pengaruh pada tax avoidance.
Daftar Pustaka

accounting.binus.ac.id 2021 tax-avoidance-tax-planning-tax-agresitivitas

journal.um-surabaya.ac.id 2022 Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran Tax


Avoidance

investor-id.jasamarga.com Laporan Keuangan tahun 2020

investor.waskita.co.id Laporan Keuangan tahun 2020

alamsuterarealty.co.id Laporan Keuangan tahun 2020

summarecon.com Laporan Keuangan tahun 2020

bankmandiri.co.id Laporan Keuangan tahun 2020

bni.co.id Laporan Keuangan tahun 2020

Anda mungkin juga menyukai