Anda di halaman 1dari 126

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pajak adalah aspek penting untuk meningkatkan pembangunan

nasional dan untuk membiayai pengeluaran negara. Menurut Undang-

Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan Pasal 1 Ayat 1, pajak merupakan kontribusi wajib kepada

negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.1

Tabel 1.1
Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2018-2022

No Tahun Target Realisasi Capaian


1. 2018 1.424 Triliun 1.315,9 Triliun 92,23%
2. 2019 1.577,6 Triliun 1.332,06 Triliun 84,44%
3. 2020 1.198,8 Triliun 1.019,56 Triliun 85,05%
4. 2021 1.229,6 Triliun 1.231.87 Triliun 100,19%
5. 2022 2.266,2 Triliun 2.626,4 Triliun 115,9%
Sumber data: www.bps.go.id, 2023

Berdasarkan tabel 1.1 diatas dilihat bahwa realisasi penerimaan

pajak pada tahun 2018 hingga 2020 belum mencapai target yang sudah

ditentukan meskipun persentase tahun 2020 meningkat dari tahun 2019.

1
Mega Yuni Lestari. Pengaruh Karakter Eksekutuf Dan Karakteristik Perusahaan Terhadap
Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Sub Sektor Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode
2015-2019. Skripsi (Dipublikasikan). Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Pakuan Bogor. 2022. Hal 1

1
2

Hal ini belum termasuk yang diingingkan pemerintah yang

mengharapkan penerimaan pajak setiap tahunnya terus mengalami

peningkatan.

Pemerintah dan perusahaan memiliki pandangan yang berbeda

tentang adanya pajak, dimana menurut pemerintah pajak ini merupakan

hasil yang dapat meningkatkan pendapatan suatu negara. Sedangkan

menurut perusahaan pajak ini merupakan beban yang dapat mengurangi

laba perusahaan, sebagaimana kita ketahui tujuan utama suatu perusahaan

adalah mendapatkan laba atau keuntungan yang sebesar-besarnya.

Oleh karena itu, tidak sedikit perusahaan melakukan berbagai cara

supaya terhindar dari pembayaran pajak. Salah satu cara yang dilakukan

oleh perusahaan untuk memperkecil beban pajak yang harus dibayarkan

yaitu dengan melakukan salah satu manajemen pajak yang dapat

meminimalkan pembayaran pajaknya dan tentunya tidak melanggar

hukum perpajakan. Manajemen pajak yang dilakukan oleh perusahaan

yaitu melakukan penghindaran pajak (tax avoidance).2

Penghindaran pajak adalah strategi legal yang dilakukan oleh wajib

pajak untuk meminimalisir pajak yang harus dibayarkan, yang tidak

bertentangan dengan ketentuan perpajakan dan memanfaatkan kelemahan

dalam undang-undang dan peraturan perpajakan agar jumlah pajak yang

terutang sedikit.3

2
Friyanka Viryatama. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Dan Capital Intensity Terhadap Tax
Avoidance. Skripsi (Dipublikasikan). Fakultas Bisnis Universitas Buddhi Dharma Tangerang. 2020. Hal 2
3
Yovita Caesa Febiona. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Penjualan Terhadap
Penghindaran Pajak (Studi Empiris Perusahaan Sektor Properti dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2018-2020). Skripsi (Dipublikasikan). Fakultas Ekonomi. Universitas Sanata Dharma. 2021. Hal 10
3

Persoalan penghindaran pajak merupakan persoalan yang

kompleks, karena di satu sisi penghindaran pajak tidak melanggar hukum,

namun di sisi lain penghindaran pajak mengurangi pendapatan negara dan

pemerintah tidak menginginkan adanya penghindaran pajak. Dalam hal

ini, pemerintah tidak dapat mengambil tindakan atau menuntut sesuai

dengan hukum, bahkan jika praktik penghindaran pajak mempengaruhi

pendapatan departemen pajak negara bagian. Oleh karena itu, praktik

penghindaran pajak menjadi dilema bagi pemerintah, karena beban pajak

yang dibayarkan oleh wajib pajak tidak sesuai dengan kenyataan.4

Fenomena penghindaran pajak yang terjadi di indonesia dimuat

dalam berita www.globalwitness.org kasus penghindaran pajak yang

terjadi di tahun 2019 dilakukan oleh PT. Adaro Energy Tbk, yang diduga

melakukan praktik penghindaran pajak dengan melakukan transfer

pricing yaitu dengan memindahkan keuntungan dalam jumlah besar dari

indonesia ke perusahaan di negara yang dapat membebaskan pajak atau

memiliki tarif pajak rendah, hal ini dilakukan sejak 2009 hingga 2017

sehingga perusahaan dapat membayar pajak sebesar Rp. 1,75 triliun atau

sebesar US $125 juta lebih rendah dibandingkan jumlah yang seharusnya

dibayarkan di Indonesia.5

Kasus lainnya yaitu dimuat dalam berita online

https://nasional.kontan.co.id/. PT Bentoel Internasional Investama Tbk,

4
Sri Wulandarin Rahedi. Pengaruh Intensitas Aset Tetap Dan Sales Growth Terhadap Tax Avoidance Dengan
Dewan Komisaris Independen Sebagai Variabel Moderating. Skripsi (Dipublikasikan). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. 2019. Hal 1-2
5
Global Witness. Adaro Terindikasi Pindahkan Ratusan Juta Dolar AS ke Jaringan Perusahaan Luar Negeri
Untuk Menekan Pajak. www.globalwitness.org (Diakses Tanggal 19 November 2022)
4

anak perusahaan British American Tobacco (BAT) di Indonesia, terlibat

dalam penggelapan pajak, lapor Tax Justice Network. Akibatnya, negara

menderita kerugian hingga $14 juta per tahun.

Direktur Hukum dan Eksternal Bentoel Internasional Investama

Mercy Fransisca Hutahaean membantah laporan tersebut. Menurutnya,

BAT dan anak perusahaannya, termasuk Bentoel, senantiasa melakukan

kegiatan usaha sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Menurut laporan, anak perusahaan BAT di Indonesia menghindari

pajak dengan dua cara, satu dengan membayar bunga utang dalam

perusahaan, dan yang lainnya dengan membayar royalti, ongkos dan biaya

IT. Penghindaran pajak ini dilakukan melalui pengalihan anak perusahaan

BAT yang berlokasi di negara-negara yang memiliki perjanjian pajak

dengan Indonesia.

Dalam laporan tersebut, Bentoel mengumumkan pembayaran

bunga utang kepada perusahaan induk BAT sebesar US$164 juta atau

Rp2,25 triliun, termasuk pinjaman dan royalti (pinjaman antar

perusahaan), biaya IT dan biaya antar perusahaan dalam satu grup. Hal ini

mengakibatkan Bentoel mengalami rugi bersih sebesar 27%.

Atas pembayaran ini, pemerintah Indonesia mengenakan pajak

sebesar 20%, kecuali Belanda. Berdasarkan perjanjian tersebut, Bentoel

menipunya untuk mendapatkan pinjaman dari Rothmans Far East BV di

Belanda. Padahal, melalui rekening perusahaan Belanda itu, dana yang


5

dipinjamkan ke Bentoel berasal dari Pathway 4 (Jersey) Limited, anak

perusahaan BAT di Inggris. Dari rencana ini, sebenarnya Indonesia

mendapatkan 20% dari $ 164 juta dalam bentuk pajak, atau $ 33 juta

atau $ 11 juta setahun.

Skema transfer lain yang dilakukan Bentoel adalah melalui

pembayaran royalti, fee dan ongkos. Biaya untuk anak perusahaan BAT di

Inggris mencapai US$ 19,7 juta. Untuk pembiayaan ini, Indonesia

mengenakan pajak 25% atas royalti, biaya dan biaya IT. Namun karena

tax treaty Indonesia-Inggris, pajak yang harus dibayar hanya 15%.

Akibatnya, Indonesia berisiko kehilangan pendapatan pajak senilai $ 2,7

juta dari program tersebut setiap tahun.6

Ada beberapa variabel yang dapat mempengaruhi perusahaan

melakukan praktik penghindaran pajak diantaranya adalah Profitabilitas,

Leverage, Intensitas Aset Tetap , dan Pertumbuhan Penjualan.

Profitabilitas dapat menyebabkan perusahaan melakukan

penghindaran pajak jika semakin besar profitabilitas suatu perusahaan

maka akan semakin besar juga pajak yang harus dibayarkan yang

mengakibatkan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk melakukan

penghindaran pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Friyanka Viryatama

(2020) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap


7
penghindaran pajak. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

6
Kontan Nasional. Dilaporkan Melakukan Penghindaran Pajak, Bentoel Angkat Bicara.
https://nasional.kontan.co.id/. (Diakses tanggal 19 November 2022)
7
Friyanka Viryatama. Pengaruh Profitability, Leverage, Dan Capital Intensity Terhadap Tax Avoidance. Skripsi (Dipublikasikan). Fakultas Bisnis,
Universitas Buddhi Dharma Tangerang. 2020.Hal 92
6

Ismayanti Ananda Putri (2022) menunjukkan bahwa profitabilitas tidak

berpengaruh terhadap penghindaran pajak.8

Leverage juga menjadi salah satu yang menyebabkan perusahaan

melakukan penghindaran pajak jika semakin tinggi leverage akan semakin

besar jumlah pendanaan dari hutang pihak ketiga yang digunakan oleh

perusahaan dan semakin tinggi pula beban bunga yang timbul dari hutang

tersebut. Beban bunga yang tinggi akan berdampak pada pengurangan

beban pajak perusahaan. Dalam hal ini, tidak menutup kemungkinan

perusahaan melakukan praktik penghindaran pajak. Penelitian yang

dilakukan oleh Nur Al Mumtahanah (2021) menunjukkan bahwa leverage


9
berpengaruh terhadap Tax Avoidance. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Aida Fitri Nasution (2021) menunjukkan bahwa leverage

tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.10

Intensitas aset tetap suatu perusahaan dapat memberikan gambaran

tentang banyaknya perusahaan yang melakukan investasi aset tetap karena

mempengaruhi pajak. Perusahaan memilih untuk berinvestasi pada aset

tetap karena memiliki beban penyusutan setiap tahunnya. Jika semakin

tinggi tingkat aset tetap yang dimiliki perusahaan, maka semakin sedikit

jumlah pajak yang akan dibayarkan perusahaan. Sebaliknya, jika semakin

sedikit aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan, maka semakin banyak

jumlah pajak yang harus dibayarkan perusahaan. Penelitian Nur Al

8
Ismayanti Ananda Putri. Pengaruh Profitabilitas, Intensitas Aset Tetap, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Penghindaran Pajak Saat Pandemi
Covid-19 Pada Perusahaan Perdagangan Besar (Wholesale: Durable And Non Durable Goods) Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2020. Skripsi (Dipublikasikan).
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Riau. 2022. Hal 63
9
Nur Al Mumtahanah. Pengaruh Leverage, Fixed Asset Intensity, Sales Growth Dan Koneksi Politik Terhadap Tax Avoidance. Skripsi
(Dipublikasikan). Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. 2021. Hal 74
10
Aida Fitri Nasution. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahan, Profitabilitas, Leverage, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Tax
Avoidance Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia . Skripsi (Dipublikasikan). Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. 2021. Hal 103
7

Mumtahanah (2021) menunjukkan bahwa Fixed Asset Intensity memiliki

pengaruh positif terhadap Tax Avoidance, hal ini menunjukkan bahwa

semakin besar asset tetap yang dimiliki perusahaan maka semakin besar

beban penyusutan yang akan timbul dan akan mengurangi laba. 11 Tomi

Alandes (2020) menjelaskan bahwa intensitas aset tetap tidak berpengaruh

hingga signifikan pada penghindaran pajak.12

Pertumbuhan penjualan juga berpengaruh terhadap praktik

penghindaran pajak, apabila pertumbuhan penjualan mengalami

peningkatan, maka perusahaan cenderung menghasilkan laba yang besar.

Hal ini akan memotivasi perusahaan untuk melakukan praktik

penghindaran pajak, karena semakin besar laba yang diperoleh

perusahaan, maka semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan

perusahaan. Penelitian Aida Fitri Nasution (2021) menunjukkan bahwa


13
pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

Sedangkan penelitian Cindy Anggraeni Utami (2021) menunjukkan bahwa

Sales Growth tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.14

Berikut data profitabilitas, leverage, intensitas aset tetap,


pertumbuhan pertumbuhan penjualan dan penghindaran pajak:

11
Nur Al Mumtahanah. Pengaruh Leverage, Fixed Asset Intensity, Sales Growth Dan Koneksi Politik Terhadap Tax Avoidance. Skripsi
(Dipublikasikan). Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. 2021. Hal 74
12
Tomi Alandes. Pengaruh Return On Assets, Intensitas Aset Tetap, Intensitas Modal, Dan Sales Growth Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan
Retail Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2018. Skripsi (Dipublikasikan). Fakultas Bisnis, Univesitas Buddhi Dharma Tangerang. 2020. Hal 91
13
Aida Fitri Nasution. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahan, Profitabilitas, Leverage, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Tax
Avoidance Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi (Dipublikasikan). Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. 2021. Hal 103
14
Cindy Anggraeni Utami. Pengaruh Umur Perusahaan, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Penghindaran
Pajak. Skripsi (Dipublikasikan). Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2021. Hal 69
8

Tabel 1.2
Data Profitabilitas, Leverage, Intensitas Aset Tetap, Pertumbuhan
Penjualan, dan Penghindaran Pajak

Kode X1 X2 X3 X4 Y
No Tahun
Perusahaan ROA DER IAT PP TA

2015 7,51 0,03 0,00 0,13 0,47


2016 4,00 0,12 0,00 -0,30 1,59
2017 12,80 0,39 0,23 23,99 -38,14
2018 9,63 1,50 0,08 1,27 -25,99
1 AKSI
2019 1,46 1,50 0,44 0,49 -73,16
2020 1,02 1,80 0,36 0,10 -52,13
2021 8,78 1,11 0,35 -0,08 -27,37
2022 12,83 1,06 0,43 0,01 -27,09
2015 1,18 2,39 0,88 0,22 -39,89
2016 2,05 2,35 0,87 0,13 -30,02
2017 3,12 2,36 0,84 0,08 -25,25
2018 3,50 2,57 0,84 0,10 -21,99
2 ASSA
2019 1,89 2,62 0,80 0,25 -21,95
2020 1,24 2,59 0,79 0,30 -6,71
2021 2,65 2,42 0,73 0,68 -28,48
2022 0,05 1,94 0,69 0,15 -48,69
2015 11,59 0,65 0,87 0,15 24,97
2016 6,99 0,57 0,85 -0,12 26,25
2017 6,56 0,32 0,86 -0,12 23,96
2018 6,62 0,32 0,82 0,00 24,07
3 BIRD
2019 4,25 0,37 0,83 -0,04 23,76
2020 -2,25 0,28 0,78 -0,49 43,83
2021 0,13 0,28 0,75 0,09 66,01
2022 5,28 0,29 0,77 0,62 24,86
2015 -2,89 5,11 0,54 -0,01 9,69
2016 0,50 4,33 0,50 0,24 -54,00
2017 -16,59 82,38 0,67 33,13 -270,82
2018 -31,88 -4,55 0,50 0,11 -15,00
4 CMPP
2019 -6,02 11,93 0,45 0,58 154,61
2020 -45,30 -3,09 0,12 -1,20 -10,26
2021 -45,40 -1,99 0,13 -0,61 21,05
2022 -30,74 -1,79 0,12 5,04 -0,21
2015 -0,49 0,24 0,00 0,15 -23,87
5 LRNA
2016 -9,23 0,23 0,00 -0,22 0,54
9

2017 -14,97 0,21 0,79 -0,16 3,39


2018 -9,57 0,16 0,84 -0,04 5,46
2019 -2,27 0,16 0,79 0,22 5,79
2020 -15,91 0,24 0,79 -0,48 11,02
2021 -11,06 0,25 0,78 0,08 13,81
2022 -9,48 0,32 0,73 0,33 17,88
2015 -2,91 0,51 0,42 0,04 -11,26
2016 -9,61 0,62 0,44 -0,22 6,90
2017 -5,37 0,63 0,46 0,06 -8,06
2018 0,18 0,43 0,50 0,06 -234,19
6 MIRA
2019 -0,92 0,50 0,64 0,02 29,68
2020 -5,75 0,47 0,68 -0,34 -4,12
2021 -4,38 0,48 0,66 -0,02 -7,54
2022 -11,70 0,55 0,70 -0,01 -6,85
2015 6,74 0,17 0,78 -0,12 -1,51
2016 3,40 0,11 0,74 -0,17 -4,76
2017 5,83 0,08 0,72 0,10 -4,44
2018 11,12 0,12 0,70 0,33 -3,98
7 NELLY
2019 9,92 0,14 0,74 0,06 -3,01
2020 7,74 0,14 0,74 -0,08 -2,96
2021 9,30 0,12 0,74 -0,14 -3,29
2022 19,34 0,12 0,76 0,55 -1,42
2015 11,79 -1,14 0,59 -0,27 40,44
2016 219,20 -1,29 0,65 -0,91 4,75
2017 -16,59 2,20 0,13 -1,00 -17,30
2018 -5,90 -6,74 0,87 0,00 -7,48
8 SAFE
2019 2,58 -7,94 0,92 1,23 -25,16
2020 -5,46 -5,67 0,93 -0,20 10,28
2021 0,27 -5,38 0,91 0,11 -51,43
2022 3,79 -5,69 0,89 0,57 -24,50
2015 0,20 0,92 0,70 -0,03 -72,11
2016 0,26 0,67 0,73 -0,17 -58,29
2017 -9,81 0,73 0,77 -0,13 -1,85
2018 -10,28 1,99 1,06 0,00 -2,28
9 SDMU
2019 -16,63 3,25 0,69 0,03 -3,41
2020 -24,43 21,90 0,74 -0,16 -2,14
2021 -5,76 90,30 0,70 -0,07 -7,50
2022 1,87 41,65 0,73 0,05 -17,06
2015 11,52 2,13 0,70 0,09 36,27
10 TAXI
2016 -7,22 2,47 0,65 -0,36 -17,29
10

2017 -24,48 7,15 0,69 -0,51 -10,33


2018 -65,94 -3,17 0,56 -0,21 -4,06
2019 -57,60 -2,06 0,55 -0,44 34,99
2020 -21,87 -1,47 0,33 -0,84 -27,09
2021 207,18 0,20 0,09 -0,66 4,68
2022 -20,39 0,19 0,07 -0,86 -0,79
2015 17,80 1,19 0,82 0,02 4,17
2016 9,17 1,54 0,86 0,02 6,31
2017 1,83 1,85 0,80 0,21 390,66
2018 1,23 1,65 0,77 0,09 -324,07
11 TMAS
2019 3,08 1,76 0,77 0,08 -31,43
2020 1,36 2,17 0,83 0,06 43,45
2021 17,22 1,63 0,70 0,26 -26,96
2022 32,10 0,98 0,58 0,45 -2,50
2015 -10,89 1,79 0,52 -0,31 23,34
2016 -0,80 1,96 0,25 -0,17 15,85
2017 16,81 0,97 0,46 0,00 26,22
2018 0,96 1,17 0,58 0,16 34,25
12 WEHA
2019 1,68 0,78 0,65 -0,09 30,53
2020 -1,50 1,03 0,58 -0,52 23,60
2021 -4,33 1,05 0,62 0,33 6,85
2022 6,84 0,48 0,57 0,96 22,30
Sumber: www.idx.ic.id dan data diolah, 2023

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa:

Nilai ROA pada perusahaan BIRD mengalami peningkatan tahun

2020-2021 dari -2,25 menjadi 0,13. Namun nilai CETR juga meningkat

dari 43,83 menjadi 66,01. Dapat diketahui bahwa perusahaan dengan laba

yang besar maka pembayaran pajak juga akan semakin besar, oleh karena

itu tidak menutup kemungkinang perusahaan melakukan penghindaran

pajak, sedangkan penghindaran pajak dapat dikatakan tinggi jika nilai

CETR rendah. Dapat disimpulkan bahwa jika nilai ROA meningkat

seharusnya nilai CETR menurun.


11

Nilai DER pada perusahaan CMPP tahun 2018-2019 mengalami

peningkatan dari -4,55 menjadi 11,93. Namun CETR juga meningkat dari -

15,00 menjadi 154,61. Dapat diketahui bahwa beban bunga dapat

mengurangi laba sebelum pajak yang harus dibayarkan perusahaan,

sehingga beban pajak yang harus dibayarkan akan menjadi berkurang.

Sedangkan penghindaran pajak dikatakan tinggi apabila nilai CETR

rendah. Dapat disimpulkan bahwa jika nilai DER meningkat maka

seharusnya nilai CETR menurun.

Nilai IAT pada perusahaan LRNA mengalami peningkatan tahun

2016-2017 dari 0,07 menjadi 0,79. Namun nilai CETR juga meningkat

dari 0,54 menjadi 3,39. Dapat diketahui bahwa jika semakin tinggi tingkat

aset tetap suatu perusahaan makan akan semakin sedikit jumlah beban

pajak karena adanya beban penyusutan sebagai pengurang laba pada

perusahaan, sedangan penghindaran pajak dikatakan tinggi ketika nilai

CETR rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa jika IAT meningkat maka

seharusnya nilai CETR rendah.

Nilai PP pada perusahaan ASSA mengalami peningkatan selama

empat tahun berturut-turut dari tahun 2017-2020. Namun nilai CETR juga

meningkat selama empat tahun berturut-turut. Pada perusahaan BIRD nilai

PP meningkat pada tahun 2017-2018 dan 2020-2021 dari -0,12 menjadi

0,35 dan -0,49 menjadi 0,09. Namun nilai CETR juga meningkat dari

23,96 menjadi 24,07 dan 43,83 menjadi 66,01. Dapat diketahui jika terjadi

eningkatan pertumbuhan penjualan bisa meningkatkan laba suatu


12

perusahaan, jika laba perusahaan besar otomatis pembayaran beban pajak

akan meningkat, sedangkan penghindaran pajak dikatakan tinggi apabila

nilai CETR rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa jika nilai PP meningkat,

seharusnya nilai CETR rendah.

Banyak peneliti yang telah melakukan penelitian tentang beberapa

variabel yang dapat mempengaruhi penghindaran pajak. Namun karena

adanya perbedaan hasil penelitian sebelumnya, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian kembali penelitian sebelumnya dengan

variabel yang berbeda. Penelitian ini menggunakan periode selama tujuh

tahun yaitu tahun 2015-2022. Dalam penelitian ini yang menjadi objek

penelitiannya adalah perusahaan sektor transportasi yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia tahun 2015-2022.

Berdasarkan uraian diatas penelitian sebelumnya memiliki hasil

yang berbeda yang disebabkan beberapa faktor meliputi perusahaan yang

menjadi sampel penelitian, tempat penelitian, waktu penelitian, dan

perbedaan variabel yang menjadi dasar dari pengukuran penelitian, maka

menarik peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Intensitas Aset Tetap Dan

Pertumbuhan Penjualan Terhadap Penghindaran Pajak (Studi Kasus:

Perusahaan Sektor Transportasi Di Bursa Efek Indonesia Periode

2015-2022)”.
13

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat mengidentifikasi

masalah dari penelitian ini, yaitu:

1. Adanya perbedaan kepentingan antara pemerintah dengan perusahaan,

dimana pemerintah menginginkan penerimaan pajak yang setinggi-

tingginya agar pendapatan negara semakin besar, sedangkan

perusahaan menginginkan pembayaran pajak yang serendah-rendahnya

agar memperoleh laba atau keuntungan yang besar.

2. Tujuan utama perusahaan memperoleh laba, sehingga tidak banyak

perusahaan yang mengecilkan atau memanipulasi laba agar terlihat

kecil untuk mengurangi beban pajak yang harus dibayarkan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penulis dapat

merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana profitabilitas berpengaruh terhadap penghindaran pajak

pada perusahaan sektor transportasi yang terdaftar di BEI tahun 2015-

2022?

2. Bagaimana leverage berpengaruh terhadap penghindaran pajak pada

perusahaan sektor transportasi yang terdaftar di BEI tahun 2015-2022?

3. Bagaimana intensitas aset tetap berpengaruh terhadap penghindaran

pajak pada perusahaan sektor transportasi yang terdaftar di BEI tahun

2015-2022?
14

4. Bagaimana pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap

penghindaran pajak pada perusahaan sektor transportasi yang terdaftar

di BEI tahun 2015-2022?

5. Bagaimana profitabilitas, leverage, intensitas aset tetap, dan

pertumbuhan penjualan berpengaruh secara simultan terhadap

penghindaran pajak pada perusahaan sektor transportasi yang terdaftar

di BEI tahun 2015-2022?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan masalah diatas, maka penelitian ini

memiliki tujuan, yaitu:

1. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap penghindaran pajak

pada perusahaan sektor tranportasi yang terdaftar di BEI tahun 2015-

2022.

2. Untuk mengetahui pengaruh leverage terhadap penghindaran pajak

pada perusahaan sektor transportasi yang terdaftar di BEI tahun 2015-

2022.

3. Untuk mengetahui pengaruh intensitas aset tetap terhadap

penghindaran pajak pada perusahaan sektor transportasi yang terdaftar

di BEI tahun 2015-2022.

4. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap

penghindaran pajak pada perusahaan sektor transportasi yang terdaftar

di BEI tahun 2015-2022.


15

5. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, leverage, intensitas aset

tetap, dan pertumbuhan penjualan secara simultan terhadap

penghindaran pajak pada perusahaan sektor transportasi yang terdaftar

di BEI tahun 2015-2022.

E. Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian diatas maka

peneliti membatasi penelitian ini, supaya terfokus pada topik yang akan

diteliti, yaitu profitabilitas, leverage, intensitas aset tetap, dan

pertumbuhan penjualan sebagai variabel independen dan penghindaran

pajak sebagai variabel dependen (studi kasus: perusahaan sektor

transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun

2015-2022).

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian yang

dilakukan yaitu sebagai berikut:

a. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan

referensi bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan

penelitian ini.

b. Bagi Penulis

1) Sebagi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar S. Akun pada

Jurusan Akuntansi Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam


16

di Universitas islam Negeri (UIN) Sjech M. Djamil Djambek

Bukittinggi.

2) Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam

bidang akuntansi dalam mengelola data secara efektif dari

seluruh sumber daya yang ada.

3) Sebagai acuan bagi penulis dalam menempuh karir berbisnis

dan bekerja di dunia nyata.

c. Bagi Perusahaan

Sebagai informasi dan landasan bagi pimpinan serta

manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan atau

kebijakan untuk perkembangan perusahaan.

G. Penjelasan Judul

Profitabilitas : Profitabilitas adalah rasio yang dapat

menunjukkan besarnya keuntungan yang

diperoleh perusahaan dengan pendapatan yang

diperolehnya dalam periode waktu tertentu.

Leverage : Leverage adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai oleh

hutang.

Intensitas Aset Tetap : Intensitas aset tetap adalah proporsi posisi dalam

aset tetap yang membuat perusahaan

meningkatkan beban, yaitu beban penyusutan

yang dikeluarkan oleh aset tetap sebagai


17

penurunan pendapatan, dan jika tetap aset lebih

besar, keuntungan yang dihasilkan akan lebih

sedikit karena biaya penyusutan termasuk dalam

aset tetap, yang akan mengurangi keuntungan

Pertumbuhan Penjualan : Pertumbuhan penjualan adalah perubahan tingkat

penjualan dari satu periode ke periode lainnya dan

dapat menggambarkan prospek perkembangan

penjualan suatu perusahaan. Pertumbuhan

penjualan merupakan indikator dari permintaan

dan daya saing perusahaan dalam suatu industri.

Penghindaran Pajak : Penghindaran pajak adalah strategi legal yang

dilakukan oleh wajib pajak untuk meminimalisir

pajak yang harus dibayarkan, yang tidak

bertentangan dengan ketentuan perpajakan dan

memanfaatkan kelemahan dalam undang-undang

dan peraturan perpajakan agar jumlah pajak yang

terutang sedikit
BAB II

LANDASAN TOERI

A. Agency Theory

Menurut Jensen & Meckling (1976), teori keagenan adalah teori yang

menjelaskan hubungan kerjasama antara prinsipal dengan pekerja yang diberi


15
kekuasaa. Artinya, pemilik atau pemegang saham perusahaan

mempercayakan operasi dan pengelolaan badan kepada manajemen, dan

manajemen bertanggung jawab penuh atas pekerjaannya.16

Pada sebuah perusahaan terdapat pemisahan antara pemilik (prinsipal)

dengan manajer (agen). Teori keagenan merupakan penetapan landasan bagi

sekelompok gagasan. Terdapat hubungan keagenan ketika manajer

mendelegasi wewenang penentuan keputusan pada pihak lainnya, seperti

hubungan antar principal dengan agen yang dapat berjalan secara efektif

apabila manajer mengambil keputusan investasi secara konsisten sesuai

dengan kepentingan pemegang saham (principal). Dalam pengambilan

keputusan antara manajer dengan pemegang saham mengalami perbedaan

kepentingan, maka keputusan yang diambil oleh manajer dapat mencerminkan

preferensi dengan pemegang saham.17 Hubungan antara principal beserta agen

bisa menuju kepada kondisi yang tidak seimbang mengenai informasi, sebab

15
Derianto Yino, Yohanes. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Manufaktur Di BEI. E-
Jurnal Akuntansi TSM. Vol 2 No 1 Maret 2022. E-ISSN: 2775-8907. Hal 435 (Diakses Tanggal 26 November 2022)
16
Ismayanti Ananda Putri, Siska, Yolanda Pratami. Pengaruh Profitabilitas, Intensitas Aset Tetap, Dan Pertumbuhan Penjualan
Terhadap Penghindaran Pajak Saat Pandemi COVID-19. JAFAR Vol.1, No.1, Februari 2022 (88-103). (Diakses Tanggal 10 November
2022). Hal 95
17
John A. Pearce II dan Richard B. Robinson, Jr, Manajemen Strategis - Formulasi, Implementasi dan Pengendalian Edisi 10,
(Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2008) hal 47

18
22

manajer (agen) mempunyai informasi banyak tentang perusahaan daripada

principal. Adanya ketimpangan informasi tersebut menyebabkan masalah pada

transaksi pasar modal yang disebabkan penanam modal tidak mempunyai

informasi yang cukup perihal pengambilan keputusan investasi perseroan.

Informasi asimetri bisa membuat manajer menyimpan sebagian informasi dari

pihak principal. Hal tersebut dapat membuat manajer mengambil keputusan

yang menguntungkan pihak manajer dan berpotensi menyebabkan kerugian

bagi pihak principal hingga stakeholder. Adanya masalah kepentingan antara

agen, principal dan stakeholder dapat menyebabkan timbulnya masalah

agensi.

Berikut ini adalah masalah yang dapat ditimbulkan oleh keagenan:18

1. Eksekutif lebih mementingkan pertumbuhan ukuran perusahaan

daripada laba.

2. Eksekutif berupaya untuk mendiversifikasikan rasio perusahaan.

3. Eksekutif berusaha untuk menghindari risiko.

4. Manajer berusaha untuk memaksimalkan keuntungan pribadi.

5. Eksekutif berusaha untuk melindungi status.

Hubungan teori keagenan dengan penghindaran pajak adalah karena

adanya perbedaan kepentingan antara pemerintah (prinsipal) dan perusahaan

(agen), dimana pemerintah menginginkan penerimaan pajak setiap tahunnya

selalu meningkat agar pendapatan negara juga meningkat. Lain halnya dengan

perusahaan, dimana tujuan perusahaan memperoleh laba yang sebesar-

18
Fenty Fauziah, Kesehatan Bank, Kebijakan Deviden dan Nilai Perusahaan,
(Kalimantan Timur: RV Pustaka Horizon, 2017) hal 28-29
23

besarnya, sehingga perusahaan menginginkan beban pajak yang seminimal

mungkin.

B. Trede Off Theory

Trede off theory berasumsi bahwa penggunaan uang pada tingkat

tertentu dapat memaksimalkan nilai perusahaan dengan memanfaatkan pajak

akibat penggunaan hutang. 19 Teori ini menjelaskan bahwa setiap utang

memiliki beban bunga yang harus dibayarkan sehingga biaya tersebut dapat

mengurangi laba kotor perusahaan, dengan begitu pembayaran pajak juga

akan menurun, dan dapat berakibat peluang terjadinya tax avoidance akan

semakin meningkat.

Penggunaan utang harus diseimbangkan dengan manfaat yang diterima

sehingga pembayaran pajak dapat dilakukan dengan baik sehingga dapat

mengurangi potensi terjadinya tax avoidance. Merujuk pada tade off theory,

apabila perusahaan banyak menggunakan utang dalam membiayai operasional

perusahaan, maka perusahaan akan memiliki nilai tax avoidance yang rendah.

C. Pajak

1. Pengertian Pajak

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 Ayat 1, pajak

merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

19
Riskatari, Ni Ketut Rai. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Ukuran Perusahaan
pada Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi. (Volume 30, Nomor 04.2019). Hal 888
24

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.20

2. Fungsi Pajak

Terdapat dua fungsi pajak yaitu, sebagai berikut:

a. Fungsi anggaran (budgetair)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana bagi pemerintah

untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

b. Fungsi mengatur (cregulerend)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur kebijakan

pemerintah di bidang sosial dan ekonomi. 21

3. Sistem Pemungutan Pajak

Terdapat tiga sistem pemungutan pajak, diantaranya sebagai

berikut:

a. Official Assessment System

Official Assessment System adalah sistem pemungutan

pajak dengan memberikan wewenang kepada pemerintah dalam

menentukan besar pajak yang terutang oleh wajib pajak.

b. Self Assessment System

Self Assessment System adalah sistem pemungutan pajak

dengan memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk

menentukan sendiri besar pajak terutang.


20
Mega Yuni Lestari. Pengaruh Karakter Eksekutuf Dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Penghindaran
Pajak Pada Perusahaan Sub Sektor Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2019. Skripsi
(Dipublikasikan). Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Pakuan Bogor. 2022. Hal 1
21
Yovita Caesa Febiona. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Penjualan Terhadap
Penghindaran Pajak (Studi Empiris Perusahaan Sektor Properti dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2018-2020). Skripsi (Dipublikasikan). Fakultas Ekonomi. Universitas Sanata Dharma. 2021. Hal 10
25

c. Withholding System

Withholding System adalah sistem pemungutan pajak

dengan memberikan wewenang kepada pihak ketiga untuk

memungut atau memotong pajak terutang oleh wajib pajak.22

D. Manajemen Pajak

Manajemen pajak adalah suatu strategi manajemen untuk

mengendalikan, mengorganisasikan aspek-aspek pajak yang dapat

memberikan laba. Manajemen pajak dapat juga diartikan sebagai sarana untuk

memenuhi kewajiban pajak dengan benar, tetapi jumlah pajak yang

dibayarkan dapat di minimalkan untuk memperoleh laba.

Terdapat empat fungsi manajemen pajak, yaitu sebagai berikut:

1. Tax Planning

Tujuan utama tax planning adalah untuk mencari celah yang dapat

digunakan dalam peraturan perpajakan agar pembayaran pajak dapat

di minimalkan. Terdapat tiga cara yang dapat dilakukan wajib pajak

untuk meminimalkan pajak, yaitu sebagai berikut:

a. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Penghindaran pajak merupakan strategi legal yang

dilakukan oleh wajib pajak untuk meminimalisir pajak yang tidak

bertentangan dengan ketentuan perpajakan dan memanfaatkan

kelemahan dalam undang-undang dan peraturan perpajakan agar

jumlah pajak yang terutang sedikit.

22
Ibid. Hal 11-12
26

b. Penyelundupan Pajak (Tax Evasion)

Penyelundupan pajak merupakan strategi ilegal untuk

menyembunyikan keadaan yang sesungguhnya agar terhindar dari

pajak terutang nya yang bertentangan dengan ketentuan

perpajakan dan dapat beresiko dikenai sanksi pelanggaran hukum.

c. Penghematan pajak (Tax Saving)

Penghematan pajak merupakan perbuatan ilegal yang

dilakukan oleh wajib pajak dengan cara tidak membeli barang-

barang yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN), atau

mengurangi jam kerja supaya penghasilan kecil dan terhindar dari

pengenaan pajak yang besar.

2. Tax Compliance

Tax compliance merupakan usaha yang dilakukan dalam memenuhi

kewajiban administrasi pajak dengan menghitung pajak secara benar

sesuai ketentuan perpajakan, taat dalam pembayaran pajak, dan

melaporkan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. 23

3. Tax Audit

Tax audit merupakan strategi dalam menangani, menanggapi dan

mengajukan surat banding terhadap pemeriksaan pajak.

4. Other Tax Matters

23
Ibid. Hal 13
27

Other tax matters merupakan masalah terkait fungsi lain yang

berkaitan dengan perpajakan, seperti menginformasikan ketentuan

sistem dan prosedur pajak kepada pihak lain dalam perusahaan.24

E. Penghindaran Pajak

1. Pengertian Penghindaran Pajak

Penghindaran pajak adalah strategi legal yang dilakukan oleh wajib

pajak untuk meminimalisir pajak yang harus dibayarkan, yang tidak

bertentangan dengan ketentuan perpajakan dan memanfaatkan kelemahan

dalam undang-undang dan peraturan perpajakan agar jumlah pajak yang

terutang sedikit.25

Menurut James, A. R. Prest penghindaran pajak diartikan sebagai

manipulasi penghasilannya secara legal, yang masih sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk memperkecil

jumlah pajak terutang. Sedangkan menurut Robert H. Anderson

penghindaran pajak adalah cara mengurangi pajak yang masih dalam batas

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan dapat

dibenarkan, terutama melalui perencanaan pajak.26

2. Modus dan Cara Penghindaran

Menurut Iman Santoso dan Ning Rahayu (2013:5) tax avoidance

(penghindaran pajak) dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu:

24
Ibid. Hal 14
25
Yovita Caesa Febiona. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Penjualan Terhadap Penghindaran Pajak
(Studi Empiris Perusahaan Sektor Properti dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2018-2020). Skripsi
(Dipublikasikan). Fakultas Ekonomi. Universitas Sanata Dharma. 2021. Hal 10
26
Mohammad Zain. Manajemen Perpajakan. Salemba Empat. Jakarta (2008). Hal 50
28

a. Menahan diri

Wajib pajak tidak melakukan sesuatu yang bisa dikenai pajak,

seperti tidak merokok agar terhindar dari cukai tembakau, atau tidak

menggunakan ikat pinggang dari kulit ular atau buaya agar terhindar

dari pajak/cukai atas pemakaian barangn tersebut.

b. Pindah lokasi

Memindahkan lokasi usaha atau domisili yang tarif pajaknya

tinggi ke lokasi yang tarif pajaknya rendah.

c. Penghindaran pajak secara yuridis

Perbuatan ini dilakukan dengan cara sedemikian rupa sehingga

perbuatan-perbuatan yang dilakukan tidak terkena pajak. Biasanya

dilakukan dengan memanfaatkan kekosongan atau ketidakjelasan

undang-undang (loopholes).

Adapun cara melakukan penghindaran pajak menurut Merks

(2007) adalah memindahkan subjek pajak atau objek pajak ke negara-

negara yang memberikan perlakuan pajak khusus atau keringanan pajak

(tax haven country) atas suatu jenis penghasilan (substantive tax

planning). Usaha penghindaran pajak dengan mempertahankan substansi

ekonomi dari transaksi melalui pemilihan formal yang memberikan beban

pajak yang paling rendah (formal tax planning). Dan ketentuan anti

penghindaran atas transaksi transfer pricing, thin capitalization, treaty

shopping, dan controlled foreign corporation (Spesific Anti Avoidance


29

Rule), serta transaksi yang tidak mempunyai substansi bisnis (General Anti

Avoidance Rule).

Pohan menyatakan bahwa penghindaran pajak adalah upaya

penghindaran pajak yang dilakukan secara legal dan aman bagi wajib

pajak karena tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan, dimana

metode dan teknik yang digunakan cenderung memanfaatkan kelemahan-

kelemahan (grey area) yangterdapat dalam undang-undang dan peraturan

perpajakan itu sendiri untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang.

Penghindaran pajak ini sengaja dilakukan oleh perusahaan dalam

rangka memeperkecil besarnya tingkat pembayaran pajak yang harus

dilakukan oleh perusahaan dan sebaliknya akan diperoleh penghematan

pajak dengan cara mengatur tindakan yang menghindarkan aplikasi

pengenaan pajak melalui pengendalian fakta-fakta sedemikian rupa

sehingga terhindar dari pengenaan pajak yang lebih besar atau sama sekali

tidak kena pajak.

Menurut Zhou penghindaran pajak yang biasa dilakukan adalah

mengalihkan sebagian laba ke anak perusahaan yang beroperasi di negara

dengan tarif pajak lebih rendah atau negara surga pajak.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penghindaran Pajak

Menurut Swingly dan Sukartha faktor –faktor yang mempengaruhi

pajak adalah :
30

a) Firm Value

Salah satu cara meningkatkan keuntungan dari perusahaan

yaitu dengan mengurangi tingkat pembebanan pajak dari perusahaan

atau melakukan penghindaran pajak. Hal tersebut yang memberikan

motivasi untuk melakukan tindakan seperti Transfer pricing maupun

lainnya agar pendapatannya agar meningkat dan pembebanan pajak

lebih sedikit.

b) Accounting Corservatism Principal

Accounting convervatism principle merupakan salah satu

perinsip yang digunakan dalam akuntansi. Akuntansi konservatif

merupakan sikap yang diambil oleh akuntan dalam menghadapi dua

atau lebih alternatif dalam penyusunan laporan keuangan. Apabila

lebih dari satu alternatif tersedia maka sikap konservatif ini cenderung

memilih akternatif yang tidak akan membuat aktiva dan pendapatan

terlalu besar.

c) Effective Tax Rate

Effective Tax Rate ini diambil sebagai salah satu variabel yang

memberikan motivasi bagi pihak yang berkepentingan untuk

melakukan tindakan pengurangan pajak perusahaan. Hal tersebut dapat

dijelaskan dengan persentasi pajak yang dikenakan dalam perusahaan

tersebut yang sangat tinggi dan dianggap oleh para manajemen

maupun para pemegang saham, maka tindak penghindaran pajak

dilakukan.
31

4. Manfaat Penghindaran Pajak

Menurut Ngadiman manfaat penghindaran pajak adalah sebeagi

berikut:

a. Meringankan beban pajak dengan cara yang telah dimungkinkan oleh

perundang-undangan pajak.

b. Menguntungkan wajib pajak dalam menghindari kewajiban pajaknya

dengan memanfaatkan loopholes.

5. Pengukuran Penghindaran pajak

Penelitian ini memakai tarif pajak efektif atau biasa disebut Cash

Effective Tax Rate (CETR). CETR dapat menilai pajak dari laporan arus

kas, sehingga dapat mengetahui berapa sebenarnya perusahaan membayar.

Dyreng, et.al (2010) menyatakan bahwa penghindaran pajak dapat diukur

dengan menggunakan tarif pajak efektif yang disebut Cash Effective Tax

Rate (CETR) untuk menilai pajak yang dimasukkan dalam laporan arus

kas, aktual yang gaji perusahaan dapat dihitung. Berikut untuk memproksi

CETR:27

27
Nur Al Mumtahanah. Pengaruh Leverage, Fixed Asset Intensity, Sales Growth Dan Koneksi Politik Terhadap
Tax Avoidance. Skripsi (Dipublikasikan). Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. 2021. Hal
24-25
32

F. Profitabilitas

1. Pengertian Profitabilitas

Menurut Kasmir (2013) Profitabilitas adalah rasio yang dapat

menunjukkan besarnya keuntungan yang diperoleh perusahaan dengan

pendapatan yang diperolehnya dalam periode waktu tertentu. Tujuan

utama dari setiap perusahaan yang didirikan adalah untuk memaksimalkan

keuntungan agar para investor tertarik untuk menanamkan modalnya pada

perusahaan tersebut. Profitabilitas juga mencerminkan kinerja manajemen

perusahaan dan menjadi bahan evaluasi kinerja manajer pada periode

tertentu. Semakin besar nilai profitabilitas maka semakin kuat kemampuan

perusahaan dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh laba bersih.28

Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk

menghasilkan pendapatan dari aktivitas penjualan yang berkaitan dengan

operasi, hal ini terkait dengan masa depan perusahaan dalam hal

pengelolaan aset, oleh karena itu profitabilitas dapat dijadikan tolak ukur

bagi investor dan kreditur untuk menilai kinerja perusahaan. Oleh karena

itu, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas maka akan

semakin baik. Indikator rasio untuk mengukur profitabilitas adalah ROA

(Return on Assets). ROA (Return on Assets) adalah rasio yang

menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan, semakin

besar rasio ini semakin baik.

2. Tujuan dan Manfaat Profitabilitas

28
Stepanie, Etty Herijawati. Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Profitabilitas, dan Intensitas Aset
Tetap Terhadap Penghindaran Pajak. eCo-Buss. Volume 5, Nomor 1, Agustus 2022. Hal 215
33

Hery (2016) menjelaskan terdapat beberapa tujuan dan manfaat

penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar

perusahaan yaitu:

a. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan

dalam satu periode tertentu.

b. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun

sekarang.

c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

d. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal

sendiri.

e. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan

menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di

laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba

rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi.

Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang

waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab

perubahan tersebut. Penggunaan seluruh atau sebagian rasio profitabilitas

tergantung dari kebijakan manajemen. Jelasnya, semakin lengkap jenis

rasio yang digunakan, semakin sempurna hasil yang akan dicapai, artinya

posisi dan kondisi tingkat profitabilitas perusahaan dapat diketahui secara

sempurna.
34

3. Pengukuran Rasio Profitabilitas

Pengukuran rasio profitabilitas yang digunakan adalah dengan

menggunakan Return On Assets (ROA). ROA merupakan pengukuran

kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan

keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam

perusahaan. Berikut rumus ROA (Return on Assets):29

4. Hubungan Profitabilitas dengan Penghindaran Pajak

Agency theory menjelaskan bahwa pemerintah melalui lembaga

yang berwenang dalam pemungutan pajak mendelegasikan otoritas

pengambilan keputusan pembayaran pajak kepada manajemen agar dapat

menghitung sendiri besarnya pajak yang dibayarkan. Bagi pemerintah

pembayaran pajak harus dilakukan sebesar-besarnya dikarenakan dapat

meningkatkan penerimaan negara. Bagi perusahaan pembayaran pajak

seminimal mungkin kepada negara agar tidak mengganggu kinerja

perusahaan.

Menurut Dewinta hubungan profitabilitas dengan penghindaran

pajak adalah perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tinggi maka

semakin tinggi pula tingkat penghindaran pajak suatu perusahaan, hal ini

29
Ismayanti Ananda Putri, Siska, Yolanda Pratami. Pengaruh Profitabilitas, Intensitas Aset Tetap,
Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Penghindaran Pajak Saat Pandemi COVID-19. JAFAR Vol.1, No.1,
Februari 2022 (88-103). (Diakses Tanggal 10 November 2022). Hal 91
35

dikarenakan perusahaan dengan laba yang besar akan lebih leluasa untuk

memanfaatkan celah terhadap pengelolaan beban pajaknya.

G. Leverage

1. Pengertian Leverage

Menurut Kasmir Leverage adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang. Artinya besarnya

jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan

usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri.30

Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh

mana aset perusahaan dibiayai oleh utang. Artinya, berapa besar bunga

utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan asetnya.

Perusahaan dimungkinkan menggunakan utang untuk memenuhi

kebutuhan operasional dan investasi perusahaan. Akan tetapi, utang akan

menimbulkan dengan bunga. Beban bunga yang ditanggung perusahaan

dapat dimanfaatkan sebagai pengurang penghasilan kena pajak perusahaan

untuk menekan beban pajaknya.31

Menurut Eugene F.Brigham dan Joel F. Houston (2014): “Utang

merupakan financial leverage dan salah satu alasan utama digunakannya

utang adalah karena bunga akibat pinjaman merupakan pengurang pajak,

sehingga perusahaan cenderung melakukan peminjaman maka akan

mengakibatkan perusahaan agresif melakukan penghindaran pajak”.

30
Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers, 2015. Hal 151
31
Nur Al Mumtahanah. Pengaruh Leverage, Fixed Asset Intensity, Sales Growth Dan Koneksi
Politik Terhadap Tax Avoidance. Skripsi (Dipublikasikan). Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim. 2021. Hal 24-25
36

Menurut irfan fahmi rasio leverage adalah mengukur seberapa

besar perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya rasio ini dapat melihat

lebih jauh dan detail tentang perusahaan yang dibiayai utang atau pihak

luar yang ditunjukkan dengan modal.

Menurut Halim ditinjau dari laporan laba rugi, leverage dibedakan

menjadi 2 yaitu:

a. Operating Leverage

Operating Leverage merupakan penggunaan aset dengan beban

tetap dengan harapan bahwa return yang dihasilkan atas penggunaan

tersebut akan dapat menutup biaya tetap dan biaya variabel.

Perusahaan yang memiliki operating leverage (leverage operasi)

ditunjukkan dengan adanya perubahan laba operasi bersih yang lebih

besar.

b. Financial Leverage

Financial Leverage yaitu penggunaan dana dengan beban tetap

dengan harapan untuk dapat meningkatkan Earning per Share (EPS).

Ini artinya financial leverage dapat digunakan untuk melihat sejauh

mana strategi pendanaan yang digunakan perusahaan dalam

meningkatkan produksi dan meningkatkan laba untuk menutupi biaya

bunga dan pajak pendapatan perusahaan

2. Manfaat Leverage

Menurut Kasmir terdapat beberapa manfaat perusahaan

menggunakan rasio leverage, yaitu:


37

a. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak

lainnya (kreditor).

b. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).

c. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap

dengan modal.

d. Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh

utang.

e. Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap

pengelolaan aktiva.

3. Pengukuran Leverage

Leverage dapat diproksikan menggunakan Debt to Equity Ratio

(DER). Debt to equuity ratio merupakan rasio yang diigunakan untuk

menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini akan mencerminkan tentang

kemampuan perusahaan dalam mengelola kewajibannya dengan

ditunjukkan melalui struktur modal perusahaaan.

Dapat diartikan bahwa dalam perhitungan rasio leverage dapat

menandakan besar aset yang dimiliki perusahaan berasal dari modal

pinjaman perusahaan tersebut. Ketika perusahaan memiliki sumber dana

pinjaman tinggi, maka perusahaan akan membayar beban bunga tinggi

kepada kreditur. Beban bunga yang besar inilah yang digunakan

manajemen untuk dapat mengurangi beban pajak dalam satu periode


38

karena beban bunga mengurangi laba perusahaan.32 Berikut Rumus Debt

to Equity Ratio (DER):

4. Hubungan Leverage dengan Penghindaran Pajak

Trade off theory menjelaskan bahwa penggunaan utang pada

tingkat tertentu dapat memaksimalkan nilai perusahaan dengan

memanfaatkan pajak akibar penggunaan utang. Teori ini juga menjelaskan

bahwa setiap utang memiliki beban bunga yang harus dibayarkan sehingga

biaya tersebut dapat mengurangi laba kotor perusahaan, dan pembayaran

pajak akan menurun, akibatnya peluang terjadinya penghindaran pajak

akan semakin besar.

Menurut Brigham & Houston apabila perusahaan memiliki sumber

dana peminjaman yang tinggi akan membuat perusahaan akan membayar

beban bunga tinggi kepada kreditur. Beban bunga yang tinggi akan

membuat laba berkurang, sehingga dengan berkurangnya laba akan

berpengaruh terhadap berkurangnya beban pajak.

Harrington (2014) juga menjelaskan mengenai hubungan antara

leverage dengan penghindaran pajak adalah perusahaan yang memiliki

nilai leverage tinggi, berarti semakin tinggi jumlah pendanaan dari utang

pihak ketiga yang digunakan perusahaan dan semakin tinggi pula biaya

bunga yang timbul dari utang tersebut. Biaya bunga yang semakin tinggi

akan memberikan pengaruh berkurangnya beban pajak perusahaan.

32
Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers, 2015. Hal 157-158
39

H. Intensitas Aset Tetap

1. Pengertian Intensitas Aset Tetap

Aset tetap adalah aset berwujud yang dapat digunakan atau

dibangun sebelumnya, digunakan dalam kegiatan usaha perusahaan, tidak

dimaksudkan untuk dijual selama kegiatan normal perusahaan, dan

memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun ( PSAK No. 16 tahun

2007).33

Menurut Mulyani Intensitas aset tetap adalah proporsi posisi dalam

aset tetap yang membuat perusahaan meningkatkan beban, yaitu beban

penyusutan yang dikeluarkan oleh aset tetap sebagai penurunan

pendapatan, dan jika tetap aset lebih besar, keuntungan yang dihasilkan

akan lebih sedikit karena biaya penyusutan termasuk dalam aset tetap,

yang akan mengurangi keuntungan.34

Kepemilikan aset tetap ini dapat mempengaruhi penghindaran

pajak. Hal ini dikarenakan aset tetap memiliki biaya depresiasi yang dapat

menguragi beban pajak. Sehingga biaya depresiasi yang melekat pada aset

tetap ini dimanfaatkan oleh manajemen perusahaan untuk mengurangi

pajak yang harus dibayar perusahaan. Hal ini sesuai dengan dikatakan oleh

Damadi bahwa manajemen akan melakukan investasi dalam aset tetap

dengan menggunakan dana menganggur perusHarrington (2014) juga

menjelaskan mengenai hubungan antara leverage dengan penghindaran

33
Kevin Muhammad PN, Susi Dwi Mulyani. Pengaruh Intensitas Aset Tetap dan Intensitas Persediaan
Terhadap Penghindaran Pajak Dengan Pertumbuhan Penjualan Sebagai Variabel Moderasi. Prosding Seminar Nasional
Pakar ke 3 Tahun 2020. ISSN : 2615-2584. (Diakses Tanggal 10 November 2022). Hal 2.32.2
34
Shinta Meilina Purwanti, Listya Sugiyarti. Pengaruh Aset Tetap, Pertumbuhan Penjualan Dan Koneksi
Politik Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan. Vol.5, No. 3, (2541-061X), Desember 2017. Hal
1627
40

pajak adalah perusahaan yang memiliki nilai leverage tinggi, berarti

semakin tinggi jumlah pendanaan dari utang pihak ketiga yang digunakan

perusahaan dan semakin tinggi pula biaya bunga yang timbul dari utang

tersebut. Biaya bunga yang semakin tinggi akan memberikan pengaruh

berkurangnya beban pajak perusahaan. ahaan untuk mendapatkan

keuntungan berupa biaya depresiasi yang berguna sebagai pengurang

pajak35

2. Pengelompokan Intensitas Aset Tetap

Aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan dapat bermacam-macam,

seperti tanah, bangunan, kendaraan, alat berat, peralatan kantor, dan lain-

lain. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dari berbagai aset tetap yang

dimiliki perusahaan, untuk tujuan akuntansi dapat dikelompokkan kedalam

beberapa kelompok:

a. Aset tetap yang umurnya tidak terbatas, seperti tanah tempat kantor

atau bangunan pabrik berdiri, lahan pertanian, lahan perkebunan, lahan

peternakan.

b. Aset tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa

manfaatnya bias diganti dengan aset lain yang sejenis, seperti

bangunan, mesin, kendaraan, komputer, peralatan, dan lain-lain.

c. Aset tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa

manfaatnya tidak dapat diganti dengan yang sejenis, seperti tanah

pertambangan dan hutan.

35
Stepanie, Etty Herijawati. Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Profitabilitas, dan Intensitas Aset Tetap
Terhadap Penghindaran Pajak. eCo-Buss. Volume 5, Nomor 1, Agustus 2022. Hal 215
41

3. Pengukuran Intensitas Aset Tetap

Menurut Noor (2010) Intensitas aset tetap mencerminkan proporsi

atau persentase dari aset tetap yang terdapat di perusahaan dengan cara

dibandingkan dengan total aset yang dimiliki. Intensitas aset tetap dalam

penelitian ini dapat dihitung dengan cara total aset tetap yang dimiliki

perusahaan dibandingkan dengan total aset perusahaan. Intensitas aset

tetap dapat dihitung menggunakan rumus:36

4. Hubungan Intensitas Aset Tetap dengan Penghindaran Pajak

Agency theory menjelaskan adanya perbedaan kepentingan antara

pemilik perusahaan dengan manajemen. Kepentingan manajemen adalah

untuk mendapatkan kompensasi yang diinginkan dengan cara

meningkatkan laba perusahaan. Dalam hal ini, manajemen memanfaatkan

penyusutan aset tetap untuk menekan beban pajak, dengan cara manajer

menginvestasikan dana menganggur perusahaan ke dalam aset tetap yang

bertujuan untuk memanfaatkan penyusutan sebagai pengurang beban

pajak.

Menurut Gupta dan Newberry jika perusahaan dengan tingkat aset

tetap tinggi memiliki beban pajak yang rendah dibandingkan dengan

perusahaan yang memiliki aset tetap rendah. Hal ini dikarenakan setiap

36
Shinta Meilina Purwanti, Listya Sugiyarti. Pengaruh Aset Tetap, Pertumbuhan Penjualan Dan
Koneksi Politik Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan. Vol.5, No. 3, (2541-061X),
Desember 2017. Hal 1629
42

aset tetap yang dimiliki perusahaan memiliki biaya depresiasi yang dapat

mengurangi beban pajak. Dengan demikian, semakin kecil aset tetap

perusahaan maka beban penyusutan yang ditimbulkan akan semakin kecil,

dan itu akan berdampak pada laba perusahaan yang semakin besar. Laba

perusahaan yang besar akan mengakibatkan beban pajak yang dibayarkan

perusahaan menjadi meningkat. Sehingga dengan meningkatnya beban

pajak tersebut, tindakan perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak

semakin tinggi guna mengurangi beban pajak yang dibayarkannya.

I. Pertumbuhan Penjualan

1. Pengertian Pertumbuhan Penjualan

Pertumbuhan penjualan adalah perubahan tingkat penjualan dari

satu periode ke periode lainnya dan dapat menggambarkan prospek

perkembangan penjualan suatu perusahaan. Pertumbuhan penjualan

merupakan indikator dari permintaan dan daya saing perusahaan dalam

suatu industri.37

Menurut Kasmir pertumbuhan penjualan merupakan rasio yang

menunjukkan sejauh mana suatu perusahaan dapat meningkatkan

penjualannya dibandingkan dengan total penjualan yang mereka miliki

secara keseluruhan.38

Dewinta dan Setiawan (2016) menjelaskan Penjualan yang

dilakukan oleh suatu perusahaan memiliki pengaruh yang strategis, karena

37
Ismayanti Ananda Putri, Siska, Yolanda Pratami. Pengaruh Profitabilitas, Intensitas Aset Tetap,
Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Penghindaran Pajak Saat Pandemi COVID-19. JAFAR Vol.1, No.1,
Februari 2022 (88-103). (Diakses Tanggal 10 November 2022). Hal 91
38
Kasmir, 2016. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada 2016.
Hal 107
43

penjualan tersebut harus didukung dengan harta atau aset yang

dimilikinya. Artinya jika suatu perusahaan melakukan peningkatan

penjualan, maka aset yang dimilikinya pun juga harus ditingkatkan. Suatu

perusahaan dapat memaksimalkan sumber daya yang dimilikinya dengan

melihat atau memperhatikan penjualan pada tahun sebelumnya.

Pertumbuhan penjualan juga memiliki peranan penting dalam manajemen

modal kerja suatu perusahaan. Dan perusahaan juga bisa memprediksi

seberapa banyak keuntungan yang akan didapatkan melalui pertumbuhan

penjualannya.

2. Pengukuran Pertumbuhan Penjualan

Pertumbuhan penjualan dapat menunjukkan seberapa jauh

perusahaan dapat meningkatkan penjualan yang dimilikinya dibandingkan

dengan total penjualan yang dipunya secara keseluruhan. Dan

pertumbuhan penjualan juga menggambarkan tingkat profitabilitas suatu

perusahaan, bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan suatu

perusahaan, maka semakin baik juga kinerja operasional yang dilakukan

oleh perusahaan tersebut. Menurut Kasmir Cara perhitungan pengukuran

pertumbuhan penjualan dapat diukur dengan rumus sebagai berikut :

Pt = Penjualan Tahun Sekarang


Pt-1 = Penjualan Tahun Lalu.39

39
Shinta Meilina Purwanti, Listya Sugiyarti. Pengaruh Aset Tetap, Pertumbuhan Penjualan Dan
Koneksi Politik Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan. Vol.5, No. 3, (2541-061X),
Desember 2017. Hal 1629
44

3. Hubungan Pertumbuhan Penjualan terhadap Penghindaran Pajak

Menurut Oktamawati (2017) Perusahaan dapat memprediksi

seberapa besar profit yang akan diperoleh dengan besarnya pertumbuhan

penjualan. Apabila pertumbuhan penjualan suatu perusahaan mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun, maka perusahaan tersebut memiliki

prospek yang baik. Jika tingkat penjualan bertambah, maka penghindaran

pajaknya meningkat. Hal tersebut terjadi karena jika penjualan meningkat,

maka akan meningkatkan laba sehingga berdampak pada semakin

tingginya biaya pajak yang harus dibayar. Oleh karena itu, perusahaan

akan melakukan penghindaran pajak agar beban pajak perusahaan tidak

tinggi.

Selain itu, Widarjo menyatakan hubungan antara pertumbuhan

penjualan dengan penghindaran pajak adalah Pertumbuhan penjualan yang

meningkat memungkinkan perusahaan akan lebih dapat meningkatkan

kapasitas operasi perusahaan, karena dengan pertumbuhan penjualan yang

meningkat, perusahaan akan memperoleh profit yang besar, maka dari itu

perusahaan akan cenderung untuk melakukan praktik penghindaran pajak,

karena dengan profit yang besar akan menimbulkan beban pajak yang

besar pula.
45

J. Kajian Terdahulu

Tabel 2.1
Kajian Terdahulu
Penulis dan Judul Metode Hasil
Tahun Penelitian
Pengaruh Ukuran Menggunakan Hasil penelitian
Aida Fitri Perusahaan, Umur Penelitian menunjukkan bahwa
Nasution Perusahaan, Kuantitatif ukuran perusahaan tidak
(2021) Profitabilitas, berpengaruh terhadap
Leverage, Dan tax avoidance, umur
Pertumbuhan perusahaan berpengaruh
Penjualan Terhadap terhadap tax avoidance,
Tax Avoidance Pada Profitabilitas tidak
Perusahaan berpengaruh terhadap
Manufaktur Sektor tax Avoidance, leverage
Makanan dan tidak berpengaruh
Minuman yang terhadap tax Avoidance,
terdaftar di Bursa pertumbuhan penjualan
Efek Indonesia. berpengaruh terhadap
tax Avoidance, ukuran
perusahaan, umur
perusahaan,
profitabilitas, leverage,
pertumbuhan penjualan
secara simultan
berpengaruh terhadap
tax Avoidance.
Pengaruh Umur Menggunakan Hasil penelitian ini
Cindy Perusahaan, Penelitian menunjukkan bahwa
Anggraeni Profitabilitas, Kuantitatif umur perusahaan tidak
Utami (2021)Ukuran Perusahaan, berpengaruh terhadap
Dan Pertumbuhan penghindaran pajak,
Penjualan Terhadap profitabilitas
Penghindaran Pajak berpengaruh terhadap
(Studi Empiris Pada penghindaran pajak,
Perusahaan Sektor ukuran perusahaan
Infrastruktur, berpengaruh terhadap
Utilitas, Dan penghindaran pajak
Transportasi Yang pertumbuhan penjualan
Terdaftar Di Bursa tidak berpengaruh
Efek Indonesia terhadap penghindaran
Tahun 2017-2019) pajak.
Pengaruh Ukuran Menggunakan Hasil dari penelitian ini
Diyah Wulan Perusahaan, Penelitian ditemukan bahwa
46

Sari, Vivi Intensitas Aset Kuantitatif ukuran perusahaan dan


Iswanti Tetap, Pertumbuhan pertumbuhan penjualan
Nursyirwan Penjualan Terhadap tidak berpengaruh
(2021) Penghindaran Pajak signifikan terhadap
penghindaran pajak,
sedangkan intensitas
aset tetap berpengeruh
signifikan terhadap
penghindaran pajak,
serta ukuran perusahaan,
intensitas aset tetap, dan
pertumbuhan penjualan
secara simultan
berpengaruh terhadap
penghindaran pajak.
Pengaruh Menggunakan Hasil penelitian ini
Friyanka Profitabilitas, Metode menunjukkan bahwa
Viryatama Leverage, Dan Kuantitatif Profitabilitas dan
(2020) Capital Intensity Capital Intensitas
Terhadap Tax berpengaruh terhadap
Avoidance (Studi Tax Avoidance,
Empiris Pada sedangkan Leverage
Perusahaan tidak berpengaruh
Subsektor Property terhadap Tax
dan Real Estate Avoidance.
Yang Terdaftar Di
Bursa Efek
Indonesia Tahun
2016-2018)
Pengaruh Menggunakan Hasil dalam penelitian
Ismayanti Profitabilitas, Metode ini menunjukkan bahwa
Ananda Putri Intensitas Aset Kuantitatif secara persial variabel
(2022) Tetap, Dan profitabilitas dan
Pertumbuhan pertumbuhan penjualan
Penjualan Terhadap tidak berpengaruh
Penghindaran Pajak secara signifikan
Saat Pandemic terhadap penghindaran
COVID-19 pajak saat pandemi
COVID-19, sedangkan
intensitas aset tetap
berpengaruh signifikan
terhadap penghindaran
pajak saat pandemi
COVID-19. Secara
simultan profitabilitas,
intensitas aset tetap,
47

pertumbuhan penjualan
berpengaruh secara
signifikan terhadap
penghindaran pajak saat
pandemi COVID-19.
Pengaruh Intensitas Menggunakan Hasil penelitian ini
Kevin Aset Tetap dan Metode menunjukkan bahwa
Muhammad Intensitas Kuantitatif intensitas aset tetap dan
Pransilva Persediaan Terhadap intensitas persediaan
Nasution, Penghindaran Pajak berpengaruh negatif
Susi Dwi dengan terhadap penghindaran
Mulyani Pertumbuhan pajak. Pertumbuhan
(2020) Penjualan Sebagai penjualan sebagai
Variabel Moderasi. variable moderasi
memperlemah pengaruh
intensitas persediaan
terhadap penghindaran
pajak, namun tidak
memperkuat maupun
memperlemah pengaruh
intensitas aset tatap
terhadap penghindaran
pajak.
Pengaruh Leverage, Menggunakan Hasil dari penelitian ini
Nur Al Fixed Asset Metode menunjukkan leverage
Mumtahanah Intensity, Sales Kuantitatif berpengaruh positif dan
(2021) Growth Dan signifikan terhadap tax
Koneksi Politik avoidance. Fixed asset
Terhadap Tax intensity berpengaruh
Avoidance positif dan signifikan
terhadap tax avoidance,
sales growth
berpengaruh positif
terhadap tax avoidance,
koneksi politik
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap tax
avoidance.
Pengaruh Menggunakan Penelitian ini
Stepanie, Pertumbuhan Metode memberikan hasil yang
Etty Penjualan, Kuantitatif menunjukkan bahwa
Herijawati Profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan
(2022) Intensitas Aset dan dan intensitas asset
Tetap Terhadap tetap memiliki pengaruh
Penghindaran Pajak terhadap penghindaran
(Perusahaan Sektor pajak, sedangkan
48

Industri barang profitabilitas tidak


konsumsi yang mempunyai pengaruh
tercatat di Bursa terhadap penghindaran
Efek Indonesia pajak. Variabel
Tahun 2017-2020 perumbuhan penjualan,
profitabilitas, dan
intensitas asset tetap
secara bersamaan
berpengaruh pada
penghindaran pajak.
Pengaruh Return on Menggunakan Hasil dari penelitian ini
Tomi Assets, Intensitas Metode menunjukkan bahwa
Alandes Aset Tetap, Kuantitatif Return on Assets,
(2021) Intensitas Modal Intensitas Aset Tetap,
Dan Sales Growth Intensitas Modal Dan
Terhadap Tax Sales Growth tidak
Avoidance Pada berpengaruh signifikan
Perusahaan Retail terhadap penghindaran
Yang Terdaftar Di pajak.
Bursa Efek
Indonesia
Tahun 2016-2018
Pengaruh Menggunakan Hasil dalam penelitian
Yovita Caesa Profitabilitas, Metode ini menunjukkan bahwa
Febiola Ukuran Perusahaan, Kuantitatif Profitabilitas
(2022) Dan Pertumbuhan berpengaruh positif
Penjualan Terhadap terhadap Penghindaran
Penghindaran Pajak Pajak, Sedangkan
(Studi Kasus Pada Ukuran Perusahaan dan
Perusahaan Sektor Pertumbuhan Penjualan
Properti dan Real tidak berpengaruh
Estate Yang terhadap Penghindaran
Terdaftar Di Bursa Pajak.
Efek Indonesia
Tahun 2018-2020)

Berdasarkan penelitian diatas , tentunya di temukan perbedaan antara

penelitian sebelumnya dengan penelitian ini. Perbedaannya antara lain: Aida

Fitri Nasution (2021) menggunakan ukuran perusahaan, umur perusahaan

sebagai variabel independen, objek dalam penelitian ini adalah perusahaan

manufaktur sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek


49

Indonesia. Cindy Anggraeni Utami (2021) menggunakan ukuran perusahaan,

dan umur perusahaan sebagai variabel independen, objek dalam penelitian ini

adalah perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, Dan Transportasi Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2019. Diyah Wulan Sari, Vivi

Iswanti Nursyirwan (2021) menggunakan ukuran perusahaan sebagai

variabelindependen, objek dalam penelitian ini adalah perusahaan indeks

LQ45 yang terdaftar di BEI tahun 2016-2019. Friyanka Viryatama (2020)

menggunakan Capital Intensity sebagai variabel independen, objek dalam

penelitian ini adalah perusahaan sub sektor Property dan real estate yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2018. Ismayanti Ananda Putri

(2022) Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan perdagangan besar

(wholesale: durable and non durable goods) yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) tahun 2020. Kevin Muhammad Pransilva Nasution, Susi Dwi

Mulyani (2020) menggunakan intensitas persediaan sebagai variabel

independen, dan menggunakan pertumbuhan penjualan sebagai variabel

moderasi, yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan di bidang

consumer goods yang terdaftar di BEI tahun 2014-2018. Nur Al Mumtahanah

(2021) menggunakan koneksi politik sebagai variabel independen, dan objek

yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode 2015-2019. Stepanie, Etty Herijawati (2022)

menggunakan objek penelitian objek penelitian di perusahaan perusahaan

sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2017-2020.

Yovita Caesa Febiola (2022) menggunakan ukuran perusahaan sebagai


50

variabel independen, objek dalam penelitian ini adalah perusahaan sub sektor

Property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018-

2020. Sementara penelitian kali ini peneliti menggunakan objek penelitian

pada perusahaan sektor transportasi dan logistikyang terdaftar di BEI tahun

2017-2022.

K. Kerangka Berfikir

Profitabilitas adalah faktor yang mempengaruhi penghindaran pajak.

Hal ini dikarenakan jika profitabilitas suatu perusahaan semakin besar, maka

akan semakin besar juga laba yang akan didapatkan oleh perusahaan, jika laba

perusahaan besar akan membuat pembayaran pajak juga akan meningkat.

Faktor yang kedua adalah leverage. Leverage dapat mempengaruhi

penghindaran pajak. Hal ini dikarenakan jika semakin tinggi utang pihak yang

digunakan oleh perusahaan dan semakin beban bunga yang timbul dari

hutang. Jika beban bunga tinggi akan berdampak pada pengurangan beban

pajak perusahaan.

Faktor yang ketiga adalah intensitas aset tetap. Intensitas aset tetap

dapat mempengaruhi penghindaran pajak. Hal ini dikarenakan Perusahaan

memilih untuk berinvestasi pada aset tetap karena memiliki beban

penyusutan setiap tahunnya. Jika semakin tinggi tingkat aset tetap yang

dimiliki perusahaan, maka semakin sedikit jumlah pajak yang akan dibayarkan

perusahaan. Sebaliknya, jika semakin sedikit aset tetap yang dimiliki oleh

perusahaan, maka semakin banyak jumlah pajak yang harus dibayarkan

perusahaan.
51

Faktor yang keempat adalah pertumbuhan penjualan. Pertumbuhan

penjualan dapat mempengaruhi penghindarn pajak. Hal ini dikarenakan jika

pertumbuhan penjualan mengalami peningkatan, maka perusahaan

cenderung menghasilkan laba yang besar. Hal ini akan memotivasi perusahaan

untuk melakukan praktik penghindaran pajak, karena semakin besar laba yang

diperoleh perusahaan, maka semakin besar pula beban pajak yang harus

dibayarkan perusahaan.

Gambar 2.1

Kerangka Berfikir

Variabel Independen (X)

Profitabilitas
(X1)

Leverage H1
(X2)
c Variabel Dependen (Y)

H2 Penghindaran Pajak
Intensitas Aset
Tetap (Y)
H3
(X3)
H4
Pertumbuhan
Penjualan
(X4)

H5
52

L. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu proporsi atau pernyataan tentang karakteristik

populasi yang merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang

terdapat dalam perumusan masalah.40

Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara

terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah sehingga

harus diuji secara empiris.41

1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Penghindaran Pajak

Menurut Fikriyah hubungan profitabilitas dengan penghindaran

pajak yaitu bahwa semakin tinggi profitabilitas yang dilakukan oleh suatu

perusahaan maka semakin besar pula tingkat penghindaran pajaknya,

karena jika perusahaan mendapatkan keuntungan yang besar akan lebih

leluasa untuk memanfaatkan celah (loopholes) terhadap pengelolaan beban

pajaknya.

Penelitian yang dilakukan oleh Yovita Caesa Febiola menyatakan

bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka

akan menyebabkan meningkatnya tax avoidance suatu perusahaan.

Menurut Stepanie, Etty Herijawati menyatakan bahwa profitabilitas tidak

berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan uraian diatas

maka hipotesis penelitian ini:

40
I’anatut Thoifah, M.Pd.I. Statistika Pendidikan Dan Metode Penelitian Kuantitatif. Malang:
Madani, 2015. Hal 183
41
Misbahuddin dan Iqbal Hasan. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara,
2013. Hal 34
53

H1 : terdapat pengaruh profitabilitas terhadap penghindaran pajak

2. Pengaruh Leverage Terhadap Penghindaran Pajak

Hubungan leverage dengan penghindaran pajak yaitu bahwa

semakin tinggi rasio leverage suatu perusahaan maka semakin tinggi juga

tingkat penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini terjadi

apabila perusahaan memiliki sumber dana peminjaman yang tinggi akan

membuat perusahaan akan membayar beban bunga tinggi kepada kreditur.

Beban bunga yang tinggi akan membuat laba berkurang, sehingga dengan

berkurangnya laba akan berpengaruh terhadap berkurangnya beban pajak.

Harrington (2014) juga menjelaskan mengenai hubungan antara

leverage dengan penghindaran pajak adalah perusahaan yang memiliki

nilai leverage tinggi, berarti semakin tinggi jumlah pendanaan dari utang

pihak ketiga yang digunakan perusahaan dan semakin tinggi pula biaya

bunga yang timbul dari utang tersebut. Biaya bunga yang semakin tinggi

akan memberikan pengaruh berkurangnya beban pajak perusahaan.

Penggunaan hutang yang terlalu banyak akan membahayakan

perusahaan karena perusahaan akan ditempatkan pada kategori extreme

leverage, yaitu perusahaan sangat terlilit hutang dan sulit untuk

melepaskan beban hutang tersebut. Oleh karena itu, perusahaan harus

menyeimbangkan nilai hutang dengan sumber yang tersedia.

Penelitian yang dilakukan oleh Nur Al Mumtahanah menunjukkan

leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap penghindaran pajak.


54

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Aida Fitri Nasution

menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

Berdasarkan uaraian diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H2 : terdapat pengaruh leverage terhadap penghindaran pajak

3. Pengaruh Intensitas Aset Tetap Terhadap Penghindaran Pajak

Menurut Nugraha dan Meiranto aset tetap memiliki umur

ekonomis yang akan menimbulkan beban penyusutan setiap tahunnya.

Aset tetap yang besar akan mempunyai beban penyusutan yang juga besar,

akan mengakibatkan laba perusahaan menjadi berkurang, sehingga beban

pajak yang dibayarkan juga akan berkurang yang mengakibatkan tingkat

penghindaran pajak semakin rendah.

Menurut Dharma & Ardiana Intensitas aset tetap perusahaan

menggambarkan banyaknya investasi perusahaan terhadap aset yang

dimilikinya. Kepemilikan aset tetap ini dapat mengurangi pembayaran

pajak yang dibayarkan perusahaan karena adanya biaya depresiasi yang

melekat pada aset tetap. Perusahaan yang dianggap bersprospek baik

adalah perusahaan yang dapat mengolah intensitas aset tetap yang di

dapatkan oleh perusahaan tersebut. Hal ini juga menggambarkan bahwa

intensitas aset tetap yang dimiliki perusahaan dapat menggambarkan

seberapa banyak investasi yang dilakukan oleh perusahaan untuk

perusahaan tersebut.

Menurut Rodrigues & Arias Aset tetap memiliki biaya depresiasi

yang secara tidak langsung dapat mengurangi beban pajak. Dengan adanya
55

biaya depresiasi ini, manajemen dapat meningkatkan pemberian

kompensasi karena telah meningkatkan kinerja perusahaan. Sedangkan

aset tetap yang dimiliki perusahaan memungkinkan perusahaan memotong

pajak akibat depresiasi dari aset tetap setiap tahunnya. Artinya semakin

tinggi nilai aset tetap suatu perusahaan mengakibatkan beban pajaknya

menjadi rendah dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki aset tetap

yang rendah

Diyah Wulan Sari, Vivi Iswanti Nursyirwan (2021) menunjukkan

bahwa intensitas aset tetap berpengaruh signifikan terhadap penghindaran

pajak. Sedangkan menurut Kevin Muhammad Pransilva Nasution, Susi

Dwi Mulyani (2020) mengatakan bahwa intensitas aset tetap berpengaruh

negatif terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan uraian diatas, hipotesis

dalam penelitian ini adalah:

H3 : terdapat pengaruh intensitas aset tetap terhadap penghindaran pajak

4. Pengaruh Pertumbuhan Penjualan Terhadap Penghindaran Pajak

Pertumbuhan penjualan mencerminkan manifestasi keberhasilan

investasi periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi

pertumbuhan masa yang akan datang. Dengan menggunakan pengukuran

pertumbuhan penjualan perusahaan dapat memprediksi seberapa besar

profit yang akan diperoleh dengan besarnya pertumbuhan penjualan.

Dapat diartikan bahwa jika semakin besar penjualan suatu perusahaan

menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan perusahaaan tersebut

semakin meningkat. Apabila pertumbuhan penjualan meningkat, laba yang


56

dihasilkan perusahaan diasumsikan mengalami peningkatan. Laba

perusahaan yang mengalami kenaikan berarti pajak yang harus dibayarkan

oleh perusahaan akan semakin besar sehingga perusahaan akan cenderung

untuk melakukan tindakan penghindaran pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Aida Fitri Nasution (2021)

mengatakan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap

penghindaran pajak. Sedangkan menurut Ismayanti Ananda Putri (2022)

mengatakan bahwa pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap

penghindaran pajak. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah:

H4 : terdapat pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap penghindaran

pajak

5. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Intensitas Aset Tetap, dan Pertumbuhan

Penjualan secara Simultan terhadap Penghindaran Pajak

Profitabilitas di proksikan dengan ROA, semakin tinggi nilai ROA,

maka semakin tinggi juga laba yang diperoleh perusahaan. Semakin besar

laba perusahaan maka semakin besar pula pajak yang dibayarkan

perusahaan. Hal ini akan mempengaruhi keputusan manajer dalam

melakukan praktik penghindaran pajak.

Leverage salah satu rasio yang menggambarkan hubungan antara

hutang perusahaan terhadap modal ataupun aset perusahaan. Apabila

perusahaan menggunakan hutang pada pembiayaan, maka akan ada beban

bunga yang harus dibayarkan perusahaan. Penggunaan hutang oleh


57

perusahaan dapat digunakan sebagai penghemat pajak dengan memperoleh

insentif berupa beban bunga yang akan menjadi pengurang penghasilan

pajak.

Semakin tinggi intensitas aset tetap suatu perusahaan, maka beban

depresiasi aset tetap semakin meningkat, hal ini menyebabkan laba

perusahaan semakin menurun, sehingga pajak terutang akan semakin

menurun. Jika laba perusahaan menurun, maka perusahaan tersebut

memiliki CETR yang rendah yang mengindikasikan tingkat penghindaran

pajak yang semakin tinggi.

Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan, maka perusahaan

dinilai berhasil dalam menjalankan strateginya. Meningkatnya

pertumbuhan penjualan akan berpengaruh pada peningkatan laba yang

diperoleh perusahaan sehingga kapasitas operasi perusahaan dapat lebih

ditingkatkan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis dalam penelitian

ini adalah:

H5 : terdapat pengaruh profitabilitas, leverage, intensitas aset tetap, dan

pertumbuhan penjualan secara simultan berpengaruh terhadap

penghindaran pajak.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah menggunakan metode

penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah

suatu metode yang berusaha menggambarkan fenomena yang terjadi dalam

keadaan nyata pada waktu penelitian. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah

untuk menggambarkan situasi dalam fakta yang sebenarnya secara sistematis

dan karakteristik dari subjek dan objek yang diteliti secara akurat, tepat dan

sesuai dengan kejadian yang sebenarnya terjadi tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.42

Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang menekankan pada

pengujian teori-teori, atau hipotesis-hipotesis melalui pengukuran variabel-

variabel penelitian dalam angka (Quantitative) dan melakukan analisis data

dengan prosedur statistik atau pemodalan matematis.

Penelitian kuantitatif adalah proses menemukan pengetahuan yang

menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan

mengenai apa yang ingin kita ketahui.43

42
I’anatut Thoifah, M.Pd.I. Statistika Pendidikan Dan Metode Penelitian Kuantitatif. Malang:
Madani, 2015.Hal 158
43
Ibid, Hal 155

58
59

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian ini pada perusahaan sektor transportasi

yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) https://www.idx.co.id/.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2022 hingga penelitian ini selesai.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh karakteristik yang menjadi objek

penelitian, dimana karakteristik tersebut berkaitan dengan seluruh

kelompok orang, peristiwa, atau benda yang menjadi pusat perhatian bagi

peneliti. Populasi adalah himpunan keseluruhan objek yang diteliti.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua laporan keuangan

perusahaan sektor transportasi yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun

2015-2022 yang diakses melui https://www.idx.co.id/, selama periode

penelitian ini terdapat 31 perusahaan yang menjadi populasi dalam

penelitian ini.

Tabel 3.1
Total Populasi Perusahaan
No Kode Nama Perusahaan
1. AKSI Mineral Sumberdaya Mandiri Tbk
2. ASSA Adi Sarana Armada Tbk.
3. BIRD Blue Bird Tbk.
4. BLTA Berlian Laju Tanker Tbk
5. CMPP AirAsia Indonesia Tbk.
6. GIAA Garuda Indonesia (Persero) Tbk
7. LRNA Eka Sari Lorena Transport Tbk.
8. MIRA Mitra International Resources
9. NELY Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk.
10. SAFE Steady Safe Tbk
11. SDMU Sidomulyo Selaras Tbk.
60

12. SMDR Samudera Indonesia Tbk.


13. TAXI Express Transindo Utama Tbk.
14. TMAS Temas Tbk.
15. WEHA WEHA Transportasi Indonesia Tb
16. HELI Jaya Trishindo Tbk.
17. TRUK Guna Timur Raya Tbk.
18. TNCA Trimuda Nuansa Citra Tbk.
19. BPTR Batavia Prosperindo Trans Tbk.
20. SAPX Satria Antaran Prima Tbk.
21. DEAL Dewata Freightinternational Tb
22. JAYA Armada Berjaya Trans Tbk.
23. KJEN Krida Jaringan Nusantara Tbk.
24. PURA Putra Rajawali Kencana Tbk.
25. PPGL Prima Globalindo Logistik Tbk.
26. TRJA Transkon Jaya Tbk.
27. HAIS Hasnur Internasional Shipping
28. HATM Habco Trans Maritima Tbk.
29. RCCC Utama Radar Cahaya Tbk.
30. ELPI Pelayaran Nasional Ekalya Purn
31. LAJU Jasa Berdikari Logistics Tbk

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi secara keseluruhan. Menurut

Sekaran (2006) sampel adalah subkelompok atau bagian dari populasi.44

Adapun teknik sampling yang digunakan adalah Sampling Purposive.

Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu. 45 Sampel yang diambil adalah sampel yang sesuai dan sudah

dipertimbangan tersendiri. Dalam penelitian ini kriteria sampel dalam

penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor transportasi tahun 2015-

2022. Dengan menggunakan sampling purposive agar memperoleh

karakteristik perusahaan yang sama, yaitu:

44
Ibid, Hal 14
45
Ibid, Hal 32
61

a. Perusahaan memiliki laporan keuangan dan catatan atas laporan

keuangan yang dipublikasi dari tahun 2015-2022. Apabila data

yang diperlukan tidak dipublikasikan oleh perusahaan, maka

perusahaan tersebut dikeluarkan dari sampel agar penelitian dapat

dilanjutkan.

b. Perusahaan yang menggunakan mata uang rupiah, agar terdapat

keseragaman data penelitian yang digunakan.

c. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahunan yang

berakhir 31 Desember.

Tabel 3.2

Prosedur Penentuan Sampel Penelitian

Keterangan Jumlah

Perusahaan sektor transportasi dan logistik periode satu 31

tahun penelitian.

Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan (16)

keuangan dari tahun 2015-2022

Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan bukan (3)

rupiah

Total Perusahaan yang Dijadikan Sampel 12

Jumlah Tahun dari 2015-2021 8

Total Sampel 96
62

Tabel 3.3
Total Sampel Perusahaan
No Kode Nama Perusahaan
1. AKSI Mineral Sumberdaya Mandiri Tbk
2. ASSA Adi Sarana Armada Tbk.
3. BIRD Blue Bird Tbk.
4. CMPP AirAsia Indonesia Tbk.
5. LRNA Eka Sari Lorena Transport Tbk.
6. MIRA Mitra International Resources
7. NELY Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk.
8. SAFE Steady Safe Tbk
9. SDMU Sidomulyo Selaras Tbk.
10. TAXI Express Transindo Utama Tbk.
11. TMAS Temas Tbk.
12. W
WEHA WEHA Transportasi Indonesia Tbk.

D. Sumber Data

Sumber penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak

langsung, yang diolah oleh pihak lain yang berhubungan dengan masalah yang

diteliti. Sumber data penelitian ini adalah melalui situs resmi Bursa Efek

Indonesia (BEI) www.idx.co.id dan situs resmi perusahaan yang terkait. Data

yang diperoleh dalam penelitian ini adalah laporan keuangan Perusahaan

sektor transportasi yang tersedia dari tahun 2015 hingga 2022.

E. Definisi Operasional Variabel

Berikut definisi operasional variabel secara umum yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


63

Tabel 3.4
Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Variabel Pengukuran


Variabel Independen (X)

Profitabilitas merupakan rasio


yang dapat menunjukkan
Profitabiltas
1. besarnya keuntungan yang
(X1)
diperoleh perusahaan dengan
pendapatan yang diperolehnya
dalam periode waktu tertentu.

Leverage adalah rasio yang


Leverage
2 digunakan untuk mengukur
(X2) sejauh mana aset perusahaan
dibiayai oleh hutang.

Intensitas aset tetap adalah


proporsi posisi dalam aset tetap
yang membuat perusahaan
meningkatkan beban, yaitu beban
Intensitas penyusutan yang dikeluarkan
3. Aset Tetap oleh aset tetap sebagai penurunan
(X3) pendapatan, dan jika tetap aset
lebih besar, keuntungan yang
dihasilkan akan lebih sedikit
karena biaya penyusutan
termasuk dalam aset tetap, yang
akan mengurangi keuntungan.

Pertumbuhan penjualan adalah


Pertumbuhan perubahan tingkat penjualan dari
4. Penjualan satu periode ke periode lainnya
(X4) dan dapat menggambarkan
prospek perkembangan penjualan
suatu perusahaan
Variabel Dependen (Y)
Penghindaran pajak adalah
Penghindaran Penghindaran pajak merupakan
5.
Pajak strategi legal yang dilakukan oleh
wajib pajak untuk meminimalisir
64

pajak yang harus dibayarkan,


yang tidak bertentangan dengan
ketentuan perpajakan dan
memanfaatkan kelemahan dalam
undang-undang dan peraturan
perpajakan agar jumlah pajak
yang terutang sedikit.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis

menggunakan teknik pengumpulan data yang diperoleh dari artikel, jurnal,

dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. Dilakukan

dengan cara menyalin data pada laporan keuangan tahunan perusahaan yang

telah ada.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskriptifkan atau menggambarkan

data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.46

46
Ibid, Hal 75
65

Analisis ini merupakan analisis yang mendeskriptifkan data

berdasarkan nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum,

minimum.47

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan unruk mengetahui seberapa besar

penyimpangan yang terdapat pada data yang akan digunakan untuk

penelitiian. Data yang memenuhi syarat uji asumsi klasik akan

menunjukan hasil yang Best Linear Unbiased Estimator (BLUE). Ada

empat penyimpangan asumsi klasik yang cepat terjadi dalam

penggunaan model regresi yaitu uji normalitas, uji autokorelasi, uji

multikolinieritas, uji heteroskedastisitas.

a) Uji Normalitas

Uji normalitas berfungsi untuk menguji apakah data yang

digunakan dalam penelitian berdistribusi yang normal atau tidak.

Pengujian ini menggunakan uji statistik Non-Parametrik Kolmogorov-

Smirnov (K-S). Penarikan kesimpulan untuk menentukan apakah data

mengikuti distribusi normal jika signifikasi > 0,05 variabel tersebut

distribusi nornal. Jika signifikasi < 0,05 varibel tersebut tidak

berdistribusi nornal.48

47
Nur Al Mumtahanah. Pengaruh Leverage, Fixed Asset Intensity, Sales Growth Dan Koneksi
Politik Terhadap Tax Avoidance. Skripsi (Dipublikasikan). Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim. 2021. Hal 50
48
Ibid, Hal 50-51
66

b) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terjadi

korelasi antara suatu periode dengan periode sebelumnya. Uji

autokorelasi dapat digunakan untuk data Time Series yaitu data yang

diperoleh dalam kurun waktu tertentu. Model regresi yang baik adalah

regresi yang bebas dari autokorelasi. Pengujian ini dilakukan dengan

cara uji Durbin-Watson (uji DW). 49 Apabila angka Durbin-Watson

diantara -2 hingga +2 dapat diartikan tidak terdapat autokorelasi.50

c) Uji Multikolinieritas

Uji multikolonieritas berfungsi untuk menguji apakah model

regresi yang terbentuk ditemukan adanya korelasi antar variabel

independen atau tidak. Uji ini dilakukan dengan menggunakan

Variance Inflation Factor (VIF) dan Nilai Tolerance. Nilai yang

dipakai pada umumnya untuk menunjukkan adanya multikolinieritas

adalah nilai Tolerace yakni = 0,10 atau sama dengan nilai VIF = 10.

Jika nilai toleransi > 0,10 dan nilai VIF < 10 maka model regresi tidak

memiliki multikolineritas.51

d) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas berfungsi untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari nilai residual suatu

49
Ismayanti Ananda Putri, Siska, Yolanda Pratami. Pengaruh Profitabilitas, Intensitas Aset Tetap, Dan
Pertumbuhan Penjualan Terhadap Penghindaran Pajak Saat Pandemi COVID-19. JAFAR Vol.1, No.1, Februari 2022 (88-
103). (Diakses Tanggal 10 November 2022). Hal 94
50
Nur Al Mumtahanah. Pengaruh Leverage, Fixed Asset Intensity, Sales Growth Dan Koneksi Politik Terhadap
Tax Avoidance. Skripsi (Dipublikasikan). Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. 2021. Hal
52
51
Ibid. Hal 51-52
67

pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah

yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji ini dilakukan dengan uji

Glejser.52 Uji glejser digunakan dengan meregresikan antara variabel

independen dengan absolut residual. Jika nilai signifikan antara

variabel independen dengan absolut residual > 0,05 maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.53

3. Uji Regresi Linear Berganda

Uji analisis regresi berganda berfungsi untuk mengetahui secara

linear pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen.

Persamaan regresi berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Keterangan :

Y = Penghindaran Pajak (tax avoidance)

a = Konstanta

b1, b2, b3, b4= Koefisien Regresi

X1 = Profitabilitas

X2 = Leverage

52
Ismayanti Ananda Putri, Siska, Yolanda Pratami. Pengaruh Profitabilitas, Intensitas Aset Tetap,
Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Penghindaran Pajak Saat Pandemi COVID-19. JAFAR Vol.1, No.1,
Februari 2022 (88-103). (Diakses Tanggal 10 November 2022). Hal 94
53
Nur Al Mumtahanah. Pengaruh Leverage, Fixed Asset Intensity, Sales Growth Dan Koneksi
Politik Terhadap Tax Avoidance. Skripsi (Dipublikasikan). Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim. 2021. Hal 53
68

X3 = Intensitas Aset Tetap

X4= Pertumbuhan Penjualan

E = Nilai eror 54

4. Uji Koefisian Determinasi (R2)

Koefisian determinasi (R2) menggambarkan seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variabel-variabel dependen. Nilai

R2 antara 0 dan 1 atau (0 < x < 1). Jika nilai R2 kecil berarti kemampuan

variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat

terbatas. Jika nilai R2 mendekati 1 maka variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-

variabel dependen.55

5. Uji Hipotesis

Uji hipotesis terdiri dari uji regresi parsial (t), uji regresi simultan

(F).

a. Uji Regresi Parsial (T)

Uji regresi parsial (t) berfungsi untuk mengetahui apakah

model regresi variabel independen secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen. Uji regresi parsial (t) dilihat

dari tabel “Coefficient”, dengan ketentuan : Jika nilai signifikan < 0,05

54
Ismayanti Ananda Putri, Siska, Yolanda Pratami. Pengaruh Profitabilitas, Intensitas Aset Tetap,
Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Penghindaran Pajak Saat Pandemi COVID-19. JAFAR Vol.1, No.1,
Februari 2022 (88-103). (Diakses Tanggal 10 November 2022). Hal 95
55
Mega Yuni Lestari. Pengaruh Karakter Eksekutuf Dan Karakteristik Perusahaan Terhadap
Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Sub Sektor Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode
2015-2019. Skripsi (Dipublikasikan). Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Pakuan Bogor. 2022. Hal 51
69

atau t hitung > t tabel maka ada pengaruh variabel independen (X)

terhadap variabel dependen (Y) atau hipotesis diterima. Jika nilai

signifikan > 0,05 atau t hitung < t tabel maka tidak ada pengaruh

variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) atau hipotesis

ditolak.

b. Uji Regresi Simultan (F)

Uji regresi simultan (F) berfungsi untuk mengetahui apakah

variabel independen secara simultan atau bersama-sama berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen dengan ketentuan: Jika

nilai signifikan < 0,05 atau F hitung > F tabel maka hipotesis diterima.

Jika nilai signifikan > 0,05 atau F hitung < F tabel maka hipotesis

ditolak.56

56
Ibid. Hal 94
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Mineral Sumberdaya Mandiri Tbk. (AKSI)

PT Mineral Sumberdaya Mandiri Tbk adalah sebuah perusahaan

publik di Indonesia (IDX: AKSI) yang bergerak sebagai

perusahaan investasi, terutama di anak usaha yang bergerak dalam bisnis

transportasi pertambangan batu bara dan mineral. PT. Mineral Sumberdaya

Mandiri Tbk (AKSI) dahulu PT. Maming Enam Sembilan Mineral Tbk

didirikan pada tanggal 12 Februari 1990 dengan nama PT. Asia

Kapitalindo, yang menjalani usaha sebagai Perusahaan Efek. Perusahaan

beberapa kali mengalami perubahan nama dari PT. Majapahit Securities

Tbk di tahun 2010 dan PT. Majapahit Inti Corpora Tbk di tahun 2015.

Sejak tahun 2019, Perusahaan merubah bidang usahanya ke perdagangan

dan investasi, begitu juga namanya menjadi PT. Maming Enam Sembilan

Mineral Tbk.

2. Adi Sarana Armada Tbk (ASSA)

PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) adalah perusahaan layanan

transportasi terbesar di Indonesia yang menyediakan jasa penyewaan

kendaraan korporasi, transportasi logistik, layanan pengemudi, balai lelang

otomotif, car sharing, jual beli kendaraan online dan layanan pengiriman

parsel.

70
71

ASSA (PT Adi Sarana Armada Tbk) didirikan di bawah nama Adira Rent

pada tahun 2003 dengan armada awal sejumlah 819 unit. Pada tahun 2010

perusahaan bertransformasi menjadi ASSA Rent.

Saat ini ASSA telah mengelola lebih dari 25,000++ kendaraan dan

3,900++ pengemudi melayani lebih dari 1,500 perusahaan di Indonesia.

ASSA juga telah meperluas wilayah layanan ke hampir semua kota besar

utama dan memberikan jaminan kelancaran operasional melalui 45

jaringan di seluruh Indonesia, lebih dari 1,000 bengkel perbaikan resmi,

dengan didukung layanan 24 jam dari Solution Center 1500-369.

Selain bisnis rental dan logistik, ASSA juga berinovasi dengan

memperkuat digitalisasi bisnis seiring perubahan pada perilaku masyarakat

dengan meluncurkan aplikasi Share Car dan market place jual beli

kendaraan, Caroline. Dan ASSA juga membuka bisnis logistik berbasis

teknologi dengan meluncurkan Anteraja.

3. Blue Bird Tbk (BIRD)

Blue Bird merupakan perusahaan transportasi yang beroperasi di

Jakarta dan beberapa kota besar di Indonesia. Pada awal berdirinya pada

tahun 1972, armada yang dimiliki oleh perusahaan ini hanya berjumlah 25

taksi. Ny. Mutiara Djoyokosoetono sebagai pendiri dulunya terinspirasi

oleh dongeng dari Eropa tentang harapan dan doa seorang gadis untuk

mendapatkan kebahagiaan yang akhirnya terkabul berkat kebaikan seekor

burung biru. Blue Bird dicikalbakali oleh perusahaan Golden Bird yang
72

kemudian dikenal sebagai Chandra Taksi, sebagai sebuah perusahaan

penyedia jasa sewa mobil yang khusus melayani para jurnalis asing serta

pelanggan lain yang berkunjung ke Jakarta.

Blue Bird kemudian memelopori pengenaan tarif taksi berdasarkan

sistem argo, serta melengkapi seluruh armadanya yang ber-AC dengan

radio komunikasi. Tidak hanya itu, setelah mulai berkembang, perusahaan

ini mulai merambah ke taksi limousin, usaha penyewaan mobil, dan bus

carter pada tahun 1979. Pada tahun 1993 Blue bird pun menghadirkan

layanan taksi eksekutif Silver Bird. Setelah lebih dari satu dekade, Blue

Bird Group kini memiliki empat divisi utama.

Dengan misinya untuk menjadi yang mampu bertahan dan

menyimpan kualitas untuk memastikan kesejahteraan yang berkelanjutan

bagi para pemangku kepentingan perusahaan, Blue Bird bertujuan untuk

mencapai kepuasan pelanggan, dan mengembangkan serta

mempertahankan diri sebagai pemimpin pasar di setiap kategori yang

mereka masuki. Dalam transportasi darat, mereka menyediakan layanan

yang andal, dan berkualitas tinggi dengan penggunaan sumber daya yang

efisien.

Kini, Blue Bird melayani lebih dari 8,5 juta penumpang setiap

bulannya dengan 26.000 armada yang tersebar di sejumlah kota besar di

Indonesia. Kini layanan Blue Bird Group dapat dinikmati termasuk Jakarta

dan sekitarnya, Bali, Bandung, Banten, Batam, Lombok, Manado, Medan,

Pekanbaru, Palembang, Semarang, Solo, Surabaya dan Yogyakarta. Juga di


73

jantung pusat bisnis dan tujuan wisata di seluruh negeri. Blue Bird juga

telah menyempurnakan jenis layanannya, mulai dari taksi eksekutif (Silver

bird), layanan limusin dan sewa mobil (Golden bird), bus carter (Big bird),

Logistik (Iron Bird Logistic), Industri (Restu Ibu Pusaka-Karoseri bus &

Pusaka Niaga Indonesia), Properti (Holiday Resort Lombok & Pusaka

Bumi Mutiara), Layanan Pendukung (Hermis Consulting-IT SAP, Pusaka

Integrasi Mandiri-EDC, Pusaka GPS.

4. AirAsia Indonesia Tbk (CMPP)

PT AirAsia Indonesia Tbk (AAID) secara resmi menjadi

perusahaan induk dari PT Indonesia AirAsia (IAA) pada 29 Desember

2017. PT AirAsia Indonesia Tbk yang sebelumnya dikenal dengan nama

PT Rimau Multi Putra Pratama Tbk (RMPP) adalah perusahaan terbuka

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perubahan nama dari RMPP

menjadi AAID telah disetujui oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia.

PT AirAsia Indonesia Tbk melalui entitas anak PT Indonesia

AirAsia (IAA) merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang usaha

penerbangan komersial berjadwal. Sebagai perusahaan jasa penerbangan,

Perseroan memiliki 1 (satu) kantor pusat dan mengoperasikan 16 kantor

pelayanan dan penjualan yang tersebar di 12 kota besar di Indonesia.

Perseroan senantiasa berkomitmen untuk memberikan pelayanan

memuaskan kepada seluruh pelanggan dan para mitranya.

5. Eka Sari Lorena Transport Tbk (LRNA)


74

PT. Eka Sari Lorena Transport Tbk berada di bawah grup Lorena

dan didirikan pada tanggal 26 Februari 2002. Perusahaan ini bergerak

dalam bidang jasa transportasi darat, seperti angkutan umum, antar daerah

yang melayani rute Jawa, Madura, Bali dan Sumatera serta Busway

Transjakarta. Lorena Group berfokus pada segmen transportasi. Lorena

Group telah berkembang dan sekarang memiliki Lorena Karina (Holding

Company) dengan beberapa anak perusahaan, seperti Eka Sari Lorena

Transport, Ryanta Mitra Karina, Eka Sari Lorena - ESL Express, Eka Sari

Lorena Logistics, Piagam & Piagam Lor Lorena, Eka Sari Lorena Airlines,

KSJ Perkebunan Kelapa Sawit dan Busway Trans Jakarta.

6. Mitra Internasional Resources (MIRA)

PT Mitra International Resources Tbk adalah perusahaan yang

bergerak di bidang jasa transportasi darat. Dengan kekuatan armada yang

dimiliki dan didukung oleh sumber daya manusia yang handal serta

pengalaman yang luas, perseroan telah mendapat kepercayaan luas dari

perusahan produsen semen serta produsen air minum terkemuka untuk

menangani distribusi produk barang tersebut di wilayah Pulau Jawa.

Untuk mendukung bisnis utama di bidang pengangkutan darat,

Perseroan melalui anak perusahaan telah mengembangkan layanan logistik

terintegrasi khusus untuk produsen air minum dalam kemasan yaitu

penyimpanan dan penanganan produk pelanggan untuk didistribusikan

kepada para distributor dan retailer.


75

Dengan visinya untuk menjadi perusahaan transportasi dan logistik

terkemuka di Indonesia, Perseroan berkomitmen untuk menyediakan jasa

transportasi dan logistik di Indonesia yang handal dan kompetitif, serta

senantiasa memberikan layanan profesional kepada pelanggan sesuai

dengan nilai inti yang menjadi acuan Perseroan.

7. Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk (NELY)

PT PELAYARAN NELLY DWI PUTRI Tbk adalah perseroan yang

bergerak dalam bidang jasa dan konsultasi pelayaran. Untuk menyediakan

jasa pelayaran yang terintegrasi, perseroan mempunyai anak perseroan

yaitu PT. PERMATA BARITO SHIPYARD & ENGINEERING yang

bergerak dalam Jasa Pembangunan dan Perbaikan kapal.

PT PELAYARAN NELLY DWI PUTRI Tbk sebagai salah satu

jasa pelayaran tertua di Indonesia, didirikan dan mulai beroperasi secara

komersial pada tahun 1977 dan berkedudukan di Jakarta. Pada tahun 1989

perseroan memperluas bidang usahanya dengan menyediakan jasa

angkutan laut, menjadi agen perantara dan pencari muatan, penyewaan

kapal, dan jasa penunjang angkutan laut lainnya. Perseroan juga

melengkapi kegiatan usahanya dengan menyediakan Jasa Pembangunan

dan Perbaikan kapal melalui anak perseroannya PT PERMATA BARITO

SHIPYARD & ENGINEERING, yang penyertaan sahamnya dilakukan

sejak tahun 1998.

Kegiatan usaha PT PELAYARAN NELLY DWI PUTRI Tbk saat

ini terbagi menjadi 2 jenis usaha, yaitu :


76

a) Jasa Pelayaran.

Dalam Jasa Pelayaran, Perseroan menyediakan Jasa Penyewaan

kapal dengan sistem sewa Freight Charter dan Time Charter. Perseroan

juga menyediakan jasa Konsultan Pelayaran.

b) Jasa Pembangunan & Perbaikan Kapal.

Melalui anak perusahaan Perseroan PT PERMATA BARITO

SHIPYARD & ENGINEERING melayani jasa pembuatan kapal,

pemeliharaan dan perbaikan kapal. Dengan memiliki jasa pelayaran

yang terintegrasi PT PELAYARAN NELLY DWI PUTRI Tbk siap

menatap persaingan Global.

8. Steady Safe Tbk (SAFE)

PT STEADY SAFE adalah adalah salah satu perusahaan

transportasi umum seperti taksi, angkutan busway (Agustus 2006) di ibu

kota Jakarta. Perusahaan ini dulunya berdiri dengan nama PT Tanda

Widjaja Sakti pada 21 Desember 1971. Saat dirintis, perseroan hanya

mengelola dan mengoperasikan 150 unit taksi milik Perseroan di wilayah

DKI Jakarta.

Pada tahun 1994 Perseroan melakukan Penawaran Umum atas

saham-sahamnya kepada masyarakat dan sebagai persiapan menjelang Go

Publik tersebut, pada tanggal 28 Desember 1993 Perseroan mengubah

namanya menjadi PT Steady Safe Tbk. Perseroan mempunyai 13 anak

Perusahaan dengan kepemilikan mayoritas, yaitu PT Buana Metropolitan

Taksi, PT Citra Pancakabraja, PT Wahana Artha Sentosa, PT Fajar Utama


77

Semesta, PT Has Muda Internusa, PT Infiniti Indosakti, PT Luhursatria

Dwiraya, PT Mastrans Swadarma, PT Sembada Permai Sejati, PT

Sonnypong Yatim, Steady Safe Finance BV, PT Volgren Indonesia dan PT

Infiniti Indomarga.

Sejak tahun 2004, perseroan mengembangkan sayap dalam

usahanya dengan menjadi salah satu anggota perusahaan konsorsium PT

Jakarta Express. Pada bulan Agustus 2006, Perseroan bersama dengan

Perusahaan angkutan umum lainnya telah mendirikan Perusahaan

Konsorsium dengan nama PT Jakarta Trans Metropolitan guna mengelola

Busway Koridor 4 & 6 dengan kepemilikan saham 41,18% dan PT Jakarta

Mega Trans guna mengelola Busway koridor 5 & 7 dengan kepemilikan

saham sebesar 19.05% .

Keikutsertaan Perseroan dalam pendirian perusahaan konsorsium

tersebut merupakan salah satu upaya Perseroan untuk mengembangkan

usaha serta merupakan wujud komitmen Perseroan untuk selalu berupaya

memberikan dan menyediakan layanan angkutan yang nyaman dan aman

bagi masyarakat pengguna jasa angkutan umum.

9. Sidomulyo Selaras Tbk (SDMU)

PT Sidomulyo Selaras Tbk merupakan perusahaan yang berbasis di

Indonesia yang bergerak dalam bisnis transportasi darat. Perusahaan

mengoperasikan transportasi bahan-bahan berbahaya dan beracun, yang

mencakup bahan kimia, dan gas dan minyak bumi. Perusahaan juga

bergerak dalam bisnis penyewaan tangki ISO (international standard


78

organization). Berkantor pusat di Jakarta, Perusahaan juga memiliki

kantor-kantor cabang di Marunda, Cilegon, Mojokerto, Gresik, dan

Sumatera Selatan. Anak perusahaannya termasuk PT Sidomulyo Logistik

dan PT Anugrah Roda Kencana, yang bergerak dalam transportasi darat.

10. Express Transindo Utama Tbk (TAXI)

PT Express Transindo Utama Tbk (Express) adalah operator taksi

Indonesia yang dikendalikan oleh Rajawali Corpora milik Peter Sondakh,

sebuah konglomerat terkemuka di Indonesia. Express adalah operator taksi

terbesar kedua di Indonesia dengan lebih dari 11.000 taksi yang beroperasi

terutama di Jabodetabek serta di sejumlah kota besar lainnya di

Indonesia. Menurut perseroan, menguasai pangsa pasar sekitar 30 persen

di sektor jasa taksi Jabodetabek.

Express Transindo Utama merupakan pesaing terbesar Blue Bird

Group dalam hal pengoperasian taksi di Indonesia. Saat ini Blue Bird

masih menjadi pemimpin pasar namun Express menunjukkan tanda-tanda

ekspansi yang agresif. Pada 2 November 2012, Express memulai debutnya

di Bursa Efek Indonesia (menjadikannya layanan taksi publik pertama di

Indonesia) dengan menjual 49 persen ekuitasnya, mengumpulkan Rp

588,7 miliar (sekitar USD $60 juta). Express menggunakan dana tersebut

untuk menambah dan meremajakan armadanya, serta mengakuisisi seluruh

saham operator taksi yang berbasis di Jakarta, Ekspres Mulia Kencana.

Express menyediakan layanan berikut:

 Layanan Taksi Reguler.


79

 Layanan Taksi Premium.

 Bisnis Transportasi Nilai Tambah (VATB)

Namun, sekitar 85% pendapatan perseroan berasal dari layanan

taksi reguler. Taksi reguler perusahaan dapat ditemukan di wilayah

Jabodetabek, Semarang, Surabaya, Padang, dan Medan. Hingga akhir

tahun 2014, Express memiliki sekitar 400 taksi premium yang semuanya

digunakan di wilayah Jabodetabek. Segmen bisnis VATB terdiri dari

layanan limosin (Bandung, Bali dan Lombok) dan layanan bus charter.

Perusahaan ini merupakan bagian dari Rajawali Corpora. Rajawali

Corpora, salah satu konglomerat terbesar di Indonesia, didirikan pada

tahun 1984 dan bergerak di berbagai sektor termasuk pertambangan,

perkebunan, transportasi dan properti.

11. Temas Tbk (TMAS)

PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk merupakan perusahaan

pengiriman yang berbasis di Indonesia. Usaha Perusahaan diklasifikasikan

ke dalam layanan pengiriman dan layanan bongkar muat. Perusahaan ini

bergerak dalam kegiatan pengiriman yang menawarkan jasa pengiriman

peti kemas penuh baik di pasar domestik dan internasional, memberikan

dukungan dalam kegiatan pemuatan dan bongkar kargo, serta mengangkut

penumpang, kargo, dan hewan. Kantor pusatnya terletak di Jakarta Utara

dengan cabang di Medan, Surabaya, Makassar, Bitung, Pontianak,

Banjarmasin, Pekanbaru, Ambon, Jayapura, dan Sorong. Kapal Perusahaan


80

hanya beroperasi di laut domestik. Anak perusahaannya termasuk Anemi

Maritime Co., Ltd., PT Bongkar Muat Olah Jasa Trisari Andal, PT

Pelayaran Tirtamas Express, dan PT Escorindo Stevedoring, dan lainnya.

12. WEHA Transportasi Indonesia Tbk (WEHA)

PT. Panorama Transportasi, Tbk merupakan perusahaan terbuka

(JAK:WEHA) dengan bisnis utama pada transportasi darat dan memegang

sertifikasi ISO 9001:2008 dan OHSAS 18001:2007 untuk semua

armadanya. White Horse Group secara konsisten memberikan layanan

transportasi berkualitas utama berdasarkan prinsip CHAMPS: Comfortable

(Nyaman), Hospitable (Ramah), Affordable (Terjangkau), Modern,

Punctual (Tepatwaktu), danSafe (Nyaman).

Kami tidak hanya menyediakan armada, tetapi juga menjalankan

manajemen pelayanan transportasi darat yang terintegrasi. Dengan 40

tahun pengalaman, layanan kami mencakup dari penanganan transportasi

dari bandara hingga keacarapernikahan, bus karyawan, transportasi

pendukung MICE, dan bus sekolah. Daftar klien kami meliputi perusahaan

nasional maupun multinasional, dari perusahaan minyak dan gas,

perbankan, telekomunikasi dan banyak lagi.

Sebagai transportasi pendukung pariwisata, kehadiran kami telah

diakui oleh Pemerintah DKI Jakarta dengan mendapatkan penghargaan

Adikarya Wisata, sebuah penghargaan dari Kementerian Perhubungan

sebagai Perusahaan Transportasi Terbaik, serta mendapatkan penghargaan


81

dari ITTA Foundation sebagai Indonesia Leading Coach/Bus Company

dan Indonesia Leading Taxi/Limousine Company.

Suatu kebanggaan bagi kami karena diakui sebagai perusahaan

terpercaya oleh sebuah majalah bisnis terkemuka di Indonesia selama 4

tahun berturut-turut. Dan kami semakin bangga karena pengemudi kami

mendapatkan penghargaan sebagai pengemudi teladan oleh Dinas

Perhubungan DKI Jakarta.

B. Deskripsi Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan

tahunan perusahaan sektor transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) periode 2015-2022. Berikut data yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Profitabilitas

Data profitabilitas diperoleh melalui laporan keuangan setiap

perusahaan pada sektor transportasi pada periode 2015 hingga 2022. Data

profitabilitas ini diproksikan oleh ROA (Return On Assets). Semakin

tinggi tingkat ROA maka akan semakin tinggi juga laba bersih tahun

berjalan yang diperoleh dari rata-rata total aset pada setiap perusahaan.

ROA dapat dihitung dengan membandingkan antara jumlah laba bersih

setelah pajak dengan total aset. Berikut data profitabilitas perusahaan

sektor transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-

2022.
82

Tabel 4.1
Data Profitabilitas Periode 2015-2022
Kode
No 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Perusahaan
1. AKSI 7,51 4,00 12,80 9,63 1,46 1,02 8,78 12,83
2. ASSA 1,18 2,05 3,12 3,50 1,89 1,24 2,65 0,05
3. BIRD 11,59 6,99 6,56 6,62 4,25 -2,22 0,13 5,28
4. CMPP -2,89 0,50 -16,59 -31,88 -6,02 -45,30 -45,40 -30,74
5. LRNA -0,49 -9,23 -14,97 -9,57 -2,27 -15,91 -11,06 -9,48
6. MIRA -2,91 -9,61 -5,37 0,18 -0,92 -5,75 -4,38 -11,70
7. NELLY 6,74 3,40 5,83 11,12 9,92 7,74 9,30 19,34
8. SAFE 11,79 219,20 -16,59 -5,90 2,58 -5,46 0,27 3,79
9. SDMU 0,20 0,26 -9,81 -10,28 -16,63 -24, 43 -5,76 1,87
10. TAXI 11,52 -7,22 -24,48 -65,94 -57,60 -21,87 207,18 -20,39
11. TMAS 17,80 9,17 1,83 1,23 3,08 1,36 17,22 32,10
12. WEHA -10,89 -0,80 16,81 0,96 1,68 -1,50 -4,33 6,84
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan (data diolah, 2023)

2. Leverage

Leverage adalah rasio yang menggambarkan seberapa besar

perusahaan dibayarkan oleh hutang. Leverage di proksikan oleh DER

(Debt to Equity Ratio) dimana DER ini digunakan untuk mengetahui

jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik

perusahaan, dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap

rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Berikut data

leverage perusahaan sektor transportasi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2015-2022:

Tabel 4.2
Data Leverage Periode 2015-2022
Kode
No 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Perusahaan
1. AKSI 0,03 0,12 0,39 1,50 1,50 1,80 1,11 1,06
2. ASSA 2,39 2,35 2,36 2,57 ,2,62 2,59 2,42 1,94
3. BIRD 0,65 0,57 0,32 0,32 0,37 0,28 0,28 0,29
4. CMPP 5,11 4,33 82,38 -4,55 11,93 -3,09 -1,99 -1,79
5. LRNA 0,24 0,23 0,21 0,16 0,16 0,24 0,25 0,32
6. MIRA 0,51 0,62 0,63 0,43 0,50 0,47 0,48 0,55
83

7. NELLY 0,17 0,11 0,08 0,12 0,14 0,14 0,12 0,12


8. SAFE -1,14 -1,29 2,20 -6,74 -7,94 -5,67 -5,38 -5,69
9. SDMU 0,92 0,67 0,73 1,99 3,25 21,90 90,30 41,65
10. TAXI 2,13 2,47 7,15 -3,17 -2,06 -1,47 0,20 0,19
11. TMAS 1,19 1,54 1,85 1,65 1,76 2,17 1,63 0,98
12. WEHA 1,79 1,96 0,97 1,17 0,78 1,03 1,05 0,48
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan (data diolah, 2023)

3. Intensitas Aset Tetap

Data intensitas aset tetap bertujuan untuk melihat proporsi aset

tetap terhadap total aset. Pada penelitian ini diukur menggunakan

membandingkan antara total aset tetap dengan total aset. Berikut data

intensitas aset tetap perusahaan sektor transportasi yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode 2015-2022:

Tabel 4.3
Data Intensitas Aset Tetap Periode 2015-2022
Kode
No 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Perusahaan
1. AKSI 0,00 0,00 0,23 0,08 0,44 0,36 0,35 0,43
2. ASSA 0,88 0,87 0,84 0,84 0,80 0,79 0,73 0,69
3. BIRD 0,87 0,85 0,86 0,82 0,83 0,78 0,75 0,77
4. CMPP 0,54 0,50 0,67 0,50 0,45 0,12 0,13 0,12
5. LRNA 0,00 0,00 0,79 0,84 0,79 0,79 0,78 0,73
6. MIRA 0,42 0,44 0,46 0,50 0,64 0,68 0,66 0,70
7. NELLY 0,78 0,74 0,72 0,70 0,74 0,74 0,74 0,76
8. SAFE 0,59 0,65 0,13 0,87 0,92 0,93 0,91 0,89
9. SDMU 0,70 0,73 0,77 1,06 0,69 0,74 0,70 0,73
10. TAXI 0,70 0,65 0,69 0,56 0,55 0,33 0,09 0,07
11. TMAS 0,82 0,86 0,80 0,77 0,77 0,83 0,70 0,58
12. WEHA 0,52 0,25 0,46 0,58 0,65 0,58 0,62 0,57
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan (data diolah, 2023)

4. Pertumbuhan Penjualan

Data pertumbuhan penjualan diperoleh dengan cara mengurangi

antara penjualan tahun sekarang dengan penjualan tahun lalu yang

kemudian dibandingkan dengan penjualan tahun lalu. Berikut data


84

pertumbuhan penjualan perusahaan sektor transportasi yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2015-2022:

Tabel 4.4
Data Pertumbuhan Penjualan
Kode
No 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Perusahaan
1. AKSI 0,13 -0,30 23,99 1,27 0,49 0,10 -0,08 0,01
2. ASSA 0,22 0,13 0,08 0,10 0,25 0,30 0,68 0,15
3. BIRD 0,15 -0,12 -0,12 0,00 -0,04 -0,49 0,09 0,62
4. CMPP -0,01 0,24 33,33 0,11 0,58 -1,20 -0,61 5,04
5. LRNA 0,15 -0,22 -0,16 -0,04 0,22 -0,48 0,08 0,33
6. MIRA 0,04 -0,22 0,06 0,06 0,02 -0,34 -0,02 -0,01
7. NELLY -0,12 -0,17 0,10 0,33 0,06 -0,08 -0,14 0,55
8. SAFE -0,27 -0,91 -1,00 0,00 1,23 -0,20 0,11 0,57
9. SDMU -0,03 -0,17 -0,13 0,00 0,03 -0,16 -0,07 0,05
10. TAXI 0,09 -0,36 -0,51 -0,21 -0,44 -0,84 -0,66 -0,86
11. TMAS 0,02 0,02 0,21 0,09 0,08 0,06 0,26 0,45
12. WEHA -0,31 -0,17 0,00 0,16 -0,09 -0,52 0,33 0,96
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan (data diolah, 2023)

5. Penghindaran Pajak

Data penghindaran pajak diperoleh menggunakan Cash Effective

Tax Rate (CETR) dengan membandingkan antara pembayaran pajak

dengan laba sebelum pajak. Berikut data penghindaran pajak perusahaan

sektor transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-

2022:

Tabel 4.5
Data Penghindaran Pajak Periode 2015-2022
Kode
No 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Perusahaan
1. AKSI 0,47 1,59 -38,14 -25,99 -73,16 -52,13 -27,37 -27,09
2. ASSA -39,89 -30,02 -25,25 -21,99 -21,95 -6,71 -28,48 -48,69
3. BIRD 24,97 26,25 23,96 24,07 23,76 43,83 66,01 24,86
4. CMPP 9,69 -54,00 -270, 82 -15,00 154,61 -10,26 21,05 -0, 21
5. LRNA -23,87 0,54 3,39 5,46 5,79 11,02 13,81 17,88
6. MIRA -11,26 6,90 -8,06 -234,19 29,68 -4,12 -7, 54 -6,85
7. NELLY -1,51 -4,76 -4,44 -3,98 -3,01 -2,96 -3,29 -1,42
8. SAFE 40,44 4,75 -17,30 -7,48 -25,16 10,28 -51,43 -24,50
85

9. SDMU -72,11 -58,29 -1,85 -2,28 -3,14 -2,14 -7,50 -17,06


10. TAXI 36,27 -17,29 -10,33 -4,06 34,99 -27,09 4,68 -0,79
11. TMAS 4,17 6,31 390,66 -324,07 -31,43 43,45 -26,96 -2,50
12. WEHA 23,34 15,85 26,22 34,25 30,53 23,60 6,85 22,30
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan (data diolah, 2023)

C. Pengujian dan Hasil Analisis Data

1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis Statistik deskriptif merupakan analisis yang

mendeskriptifkan data berdasarkan nilai rata-rata (mean), standar deviasi,

maksimum, minimum. Hasil analisis statistik deskriptif sebagai berikut:

Tabel 4.6
Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Profitabilitas 96 -6594.00 21920.00 159.7604 3452.75730
Leverage 96 -794.00 9030.00 298.2917 1334.73363
Intensitas Aset Tetap 96 .00 106.00 61.5000 25.24115
Pertumbuhan Penjualan 96 -120.00 3313.00 64.2708 419.74974
Penghindaran Pajak 96 -32407.00 39066.00 -598.8646 7023.67858
Valid N (listwise) 96
Sumber: Output SPSS 26, Data sekunder yang diolah, 2023

Berdasarkan Hasil Uji Statistik Deskriptif diatas, dapat disipulkan bahwa:

1) Variabel Profitabilitas (X1), dari data diatas diketahui bahwa nilai

minimum sebesar -6594.00, nilai maksimum sebesar 21920.00, nilai

rata-rata sebesar 159.7604, dan standar deviasi sebesar 3452.75730.

2) Variabel Leverage (X2), dari data diatas diketahui bahwa nilai

minimum sebesar -794.00, nilai maksimum sebesar 9030.00, nilai

rata-rata sebesar 298.2917, dan standar deviasi sebesar 1334.73363.


86

3) Variabel Intensitas Aset Tetap (X3), dari data diatas diketahui bahwa

nilai minimum sebesar .00, nilai maksimum sebesar 106.00, nilai rata-

rata sebesar 61.5000, dan standar deviasi sebesar 25.24115

4) Variabel Pertumbuhan Penjualan (X4), dari data diatas diketahui

bahwa nilai minimum sebesar -120.00, nilai maksimum sebesar

3313.00, nilai rata-rata sebesar 64.2708, dan standar deviasi

419.74974

5) Variabel Penghindaran Pajak (Y), dari data diatas diketahui bahwa

nilai minimum sebesar -32407.00, nilai maksimum sebesar 39066.00,

nilai rata-rata sebesar -598.8646, dan standar devasi sebesar

7023.67858.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui nilai ber distribusi

normal atau tidak. Uji Normalitas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah uji Kolmogorov-Smirnov dengan kriteria penilaiannya yaitu jika

nilai melebihi dari 0,05 maka ber distribusi normal. Hasil Uji

Normalitas dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini:

Tabel 4.7
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 10
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .38891425
Most Extreme Differences Absolute .169
87

Positive .107
Negative -.169
Test Statistic .169
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Sumber: Output SPSS 26, Data sekunder yang diolah, 2023

Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa nilai Asymp.

Sig. (2-tailed) memiliki nilai signifakan sebesar 0,200 yang berarti

lebih dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal,

karena nilainya melebihi dari 0,05.

b. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi

korelasi antara satu periode dengan periode sebelumnya. Pada

penelitian kali ini uji Autokorelasi yang digunakan adalah Uji Durbin-

Watson. Hasil Uji Autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini:

Tabel 4.8
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
R Adjusted R Std. Error of the Durbin-
Model R Square Square Estimate Watson
1 .350a .123 .084 6758.50691 2.163
a. Predictors: (Constant), Pertumbuhan Penjualan, Profitabilitas, Intensitas Aset
Tetap, Leverage
b. Dependent Variable: Penghindaran Pajak
Sumber: Output SPSS 26, Data sekunder yang diolah, 2023

Dasar pengambilan keputusan Uji Autokorelasi menggunakan

uji Durbin-Watson yaitu:

1. Jika d < dL atau d > 4-dL maka hipotesis ditolak, artinya terdapat

autokorelasi
88

2. Jika dU < d < 4-dU maka hipotesis nol diterima, artinya tidak

terdapat autokorelasi

3. Jika dL < d < dU atau 4-dU < d < 4-dL artinya tidak ada

kesimpulan

Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson (Uji DW)

N = 96

D = 2,163

dU = 1,7553 (dilihat dari tabel Darwin-Watson)

4-dU=4-1,7553 = 2,2447

Hasil : dU < d < 4-dU


1,7553< 2,163 < 2,2447
Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat masalah autokorelasi. Hal ini dibuktikan dengan nilai Durbin-

Watson terletak diantara dU < d < 4-dU atau 1,7553 < 2,163 < 2,2447.

c. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi yang terbentuk ditemukan adanya korelasi antar variabel

independen atau tidak. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) dan Nilai Tolerance.

Nilai yang dipakai pada umumnya untuk menunjukkan adanya

multikolinieritas adalah nilai Tolerace yakni = 0,10 atau sama dengan

nilai VIF = 10. Jika nilai toleransi > 0,10 dan nilai VIF < 10 maka
89

model regresi tidak memiliki multikolineritas. Hasil uji

multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini:

Tabel 4.9
Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -519.261 1844.496 -.282 .779
Profitabilitas .012 .201 .006 .061 .951 .996 1.004
Leverage -.470 .597 -.089 -.788 .433 .761 1.313
Intensitas Aset 6.330 27.855 .023 .227 .821 .983 1.017
Tetap
Pertumbuhan -4.967 1.894 -.297 -2.623 .010 .761 1.314
Penjualan
a. Dependent Variable: Penghindaran Pajak
Sumber: output SPSS 26, Data sekunder yang diolah, 2023

Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa nilai tolerance

profitabilias sebesar 0,996 yang berarti nilai tersebut melebihi dari

0,10. Nilai tolerance leverage sebesar 0,761 yang berarti nilai tersebut

melebihi dari 0,10. Nilai tolerance intensitas aset tetap sebesar 0,983

yang berarti nilai tersebut melebihi dari 0,10. Nilai tolerance

pertumbuhan penjualan sebesar 0,761 yang berarti nilai tersebut

melebihi dari 0,10.

Nilai VIF profitabilias sebesar 1,004 yang berarti nilai tersebut

kurang dari 10. Nilai VIF leverage sebesar 1,313 yang berarti nilai

tersebut kurang dari 10. Nilai VIF intensitas aset tetap sebesar 1,017

yang berarti nilai tersebut kurang dari 10. Nilai VIF pertumbuhan

penjualan sebesar 1,314 yang berarti nilai tersebut kurang dari 10.
90

Jadi dapat disimpulkan bahwa data tersebut diatas tidak tidak

memiliki multikolinieritas karena nilai Tolerance pada data diatas

melebihi dari 0,10 dan nilai VIF dari data diatas kurang dari 10.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari nilai residual suatu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah

yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji yang digunakan dalam

penelitian ini adalah menggunakan Uji Glejser. Jika nilai signifikan

antara variabel independen dengan absolut residual > 0,05 maka tidak

terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 4.10
Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 2181.553 1597.873 1.365 .176
Profitabilitas -.052 .174 -.031 -.298 .766
Leverage -.054 .517 -.012 -.104 .918
Intensitas Aset Tetap 15.015 24.130 .066 .622 .535
Pertumbuhan 1.739 1.640 .127 1.060 .292
Penjualan
a. Dependent Variable: RES2
Sumber: Output SPSS 26, Data sekunder yang diolah, 2023

Berdasarkan tabel 4.10 diatas diketahui bahwa nilai signifikansi

profitabilias sebesar 0,766 yang berarti nilai tersebut melebihi dari

0,05. Nilai signifikansi leverage sebesar 0,918 yang berarti nilai


91

tersebut melebihi dari 0,05. Nilai signifikansi intensitas aset tetap

sebesar 0,535 yang berarti nilai tersebut melebihi dari 0,05. Nilai

signifikansi pertumbuhan penjualan sebesar 0,292 yang berarti nilai

tersebut melebihi dari 0,05.

Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai signifikansi variabel

Profitabilitas, leverage, Intensitas Aset Tetap, dan Pertumbuhan

Penjualan tidak terjadi gejala atau masalah heteroskedastisitas, karena

nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05.

3. Uji Regresi Linear Berganda

Uji regresi Linear Berganda bertujuan untuk mengetahui secara

linear pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen.

Hasil uji regresi linear berganda dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.11
Uji Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) -519.261 1844.496 -.282 .779
Profitabilitas .012 .201 .006 .061 .951
Leverage -.470 .597 -.089 -.788 .433
Intensitas Aset 6.330 27.855 .023 .227 .821
Tetap
Pertumbuhan -4.967 1.894 -.297 -2.623 .010
Penjualan
a. Dependent Variable: Penghindaran Pajak
Sumber: Output SPSS 26, Data sekunder yang diolah, 2023

Berdasarkan tabel 4.11 diatas dapat diketahui persamaan regresi

linear berganda yaitu:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e


92

Y = -519,261 + 0,012 + (-0,470) + 6.330 + (-4,967)

Y = -519,261 + 0,012 – 0,470 + 6,330 – 4,967

Dapat disimpulkan bahwa:

a. Nilai a sebesar -519,261 merupakan konstanta atau keadaan saat

Penghindaran Pajak belum dipengaruhi oleh variabel Profitabilitas,

Leverage, Intensitas Aset Tetap, dan Penghindaran Pajak.

b. b1 (nilai koefisien regresi X1) menunjukkan bahwa variabel

profitabilitas bernilai positif yaitu 0,012, hal ini menunjukkan bahwa

setiap kenaikan 1% nilai profitabilitas akan membuat penghindaran

pajak akan mengalami kenaikan sebesar 0,012.

c. b2 (nilai koefisian regresi X2) menunjukkan bahwa variabel leverage

bernilai negatif yaitu -0,470 hal ini menunjukkan bahwa setiap

kenaikan 1% nilai leverage akan membuat penghindaran pajak akan

mengalami penurunan sebesar 0,470.

d. b3 (nilai koefisien regresi X3) menunjukkan bahwa variabel intensitas

aset tetap bernilai positif yaitu 6,330, hal ini menunjukkan bahwa

setiap kenaikan 1% nilai intensitas aset tetap akan membuat

penghindaran pajak akan mengalami kenaikan sebesar 6,330.

e. b4 (nilai koefisien regresi X4) menunjukkan bahwa variabel

pertumbuhan penjualan bernilai negatif yaitu -4,967, hal ini

menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1% pertumbuhan pernjualan akan

membuat penghindaran pajak akan mengalami penurunan sebesar

4,967.
93

4. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui

seberapa jauh kemampuan variabel independen dalam menerangkan

variabel dependen. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.12
Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate
1 .350a .123 .084 6758.50691
a. Predictors: (Constant), Pertumbuhan Penjualan, Profitabilitas, Intensitas Aset
Tetap, Leverage
Sumber: Output SPSS 26, Data sekunder yang diolah, 2023

Berdasarkan tabel 4.12 diatas dapat dilihat nilai R Square (R2)

sebesar 0,123 atau 12,3%. Jadi dapat disimpulkan bahwa profitabilitas,

leverage, intensitas aset tetap, dan pertumbuhan penjualan berpengaruh

terhadap Penghindaran Pajak sebesar 12,3%. Sedangkan selisih lainnya

yaitu 87,7% dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel penelitian ini.

5. Uji Hipotesis

a. Uji Regresi Parsial (Uji T)

Uji regresi parsial (uji T) bertujuan untuk mengetahui apakah

variabel independen (X) secara persial berpengaruh terhadap variabel

dependen (Y). Hasil uji T dapat dilihat pada tabel berikut:


94

Tabel 4.13
Uji Regresi Parsial (Uji T)
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model
B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) -519.261 1844.496 -.282 .779
Profitabilitas .012 .201 .006 .061 .951
Leverage -.470 .597 -.089 -.788 .433
Intensitas Aset Tetap 6.330 27.855 .023 .227 .821
Pertumbuhan Penjualan -4.967 1.894 -.297 -2.623 .010
a. Dependent Variable: Penghindaran Pajak
Sumber: Output SPSS 26, Data sekunder yang diolah, 2023

Berdasarkan tabel 4.13 tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependen sebagai

berikut:

1) Pengaruh Variabel Profitabilias terhadap Penghindaran Pajak

Variabel profitabilitas memiliki nilai signifikan sebesar

0,951 > 0,05 dengan t hitung sebesar 0,061 < t tabel sebesar 1,98. Hal

ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas tidak berpengaruh

terhadap penghindaran pajak. Dapat disimpulkan Hipotesis 1 (H1)

ditolak.

2) Pengaruh Variabel Leverage terhadap Penghindaran Pajak

Variabel leverage memiliki nilai signifikan sebesar 0,433 >

0,05 dengan t hitung sebesar -0,788 < t tabel sebesar 1,98. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel leverage tidak berpengaruh terhadap

penghindaran pajak. Dapat disimpulkan Hipotesis 2 (H2) ditolak.

3) Pengaruh Intensitas Aset Tetap terhadap Penghindaran Pajak

Variabel intensitas aset tetap memiliki nilai signifikan

sebesar 0,821 > 0,05 dengan t hitung sebesar 0,227 < t tabel sebesar

1,98. Hal ini menunjukkan bahwa variabel intensitas aset tetap


95

tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Dapat

disimpulkan bahwa Hipotesis 3 (H3) ditolak.

4) Pengaruh Pertumbuhan Penjualan terhadap Penghindaran Pajak

Variabel pertumbuhan penjualan memiliki nilai signifikan

sebesar 0,010 < 0,05 dengan t hitung sebesar -2,623 < t tabel sebesar

1,98. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan penjualan

berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Dapat disimpulkan

bahwa Hipotesis 4 (H4) diterima.

b. Uji Regresi Simultan (Uji F)

Uji regresi simultan (uji F) bertujuan untuk mengetahui apakah

variabel independen (X) secara simultan atau secara bersamaan

berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hasil uji F dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.14
Uji Regresi Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 575555883.148 4 143888970.787 3.150 .018b
Residual 4110967412.599 90 45677415.696
Total 4686523295.747 94
a. Dependent Variable: Penghindaran Pajak
b. Predictors: (Constant), Pertumbuhan Penjualan, Profitabilitas, Intensitas Aset Tetap, Leverage
Sumber: Output SPSS 26, Data sekunder yang diolah, 2023

Bedasarkan tabel 4.14 diatas dapat diketahui bahwa nilai

signifikan variabel profitabilitas, leverage, intensitas aset tetap, dan

pertumbuhan penjualan sebesar 0,018 < 0,05 dengan f hitung sebesar

3,150 > f tabel sebesar 2,472. Hal ini menunjukkan bahwa variabel

profitabilitas, leverage, intensitas aset tetap, dan pertumbuhan


96

penjualan secara simultan atau secara bersamaan berpengaruh terhadap

penghindaran pajak. Dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 5 (H5)

diterima.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan baik secara uji

persial maupun secara uji simultan pengaruh antara profitabilitas, leverage,

intensitas aset tetap, dan pertumbuhan penjualan terhadap penghindaran pajak

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengaruh Profitabilitas (X1) terhadap Penghindaran Pajak (Y)

Berdasarkan hasil uji hipotesis parsial yang telah dilakukan diatas

dapat dilihat bahwa variabel profitabilitas yang diukur menggunakan

indikator Return On Assets (ROA) tidak berpengaruh secara persial

terhadap penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan transportasi

yang dilakukan oleh perusahaan sektor transportasi, sehingga dapat

disimpulkan bahwa H1 ditolak. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan

sebesar 0,951 > 0,05 dengan t hitung sebesar 0,061 < t tabel sebesar 1,98.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas tidak

berpengaruh terhadap penghindaran pajak dikarenakan ketika perusahaan

memiliki nilai ROA yang tinggi, perusahaan tidak akan melakukan praktik

penghindaran pajak, hal ini dikarenakan sudah sesuai dengan keinginan

dari pemegang saham yang menginginkan laba bersih setelah pajak yang

tinggi. Sebaliknya, jika perusahaan memiliki laba yang sedikit, maka

perusahaan cenderung akan melakukan praktik penghindaran pajak dengan


97

tujuan untuk memaksimalkan laba bersih setelah pajak agar sesuai dengan

keinginan pemegang saham. Selain itu, penghindaran pajak merupakan

suatu kegiatan yang sangat berisiko bagi perusahaan, sehingga manajer

tidak mau mengambil resiko dan lebih memilih untuk membayarkan

seluruh beban termasuk beban pajak yang ditanggung perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Aida Fitri Nasution (2021) yang juga mendapatkan bahwa variabel

profitabilitas tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Namun

berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Cindy

Anggraeni Utami (2021) yang mendapatkan hasil bahwa variabel

profitabilitas berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

2. Pengaruh Leverage (X2) terhadap Penghindaran Pajak (Y)

Berdasarkan hasil uji hipotesis parsial yang dilakukan diatas dapat

dilihat bahwa variabel leverage yang diukur menggunakan indikator Debt

to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak

yang dilakukan oleh perusahaan sektor transportasi, sehingga dapat

disimpulkan bahwa H2 ditolak. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan

sebesar 0,433 > 0,05 dengan t hitung sebesar -0,788 < t tabel sebesar 1,98.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh

terhadap penghindaran pajak, karena perusahaan lebih berhati-hati dalam

menggunakan utang pihak ketiga. Perusahaan lebih memilih pembiayaan

internal daripada pembiayaan pihak ketiga, menghindari risiko yang

terkait dengan penggunaan terlalu banyak utang. Perusahaan lebih


98

memilih menggunakan asetnya bukan meminjam kepada pihak ketiga

untuk menjalankan kegiatan usahanya

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Aida Fitri Nasution (2021) yang juga menunjukkan hasil bahwa variabel

leverage tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Namun

berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Al

Mumtahanah (2021) yang menyatakan bahwa variabel leverage

berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

3. Pengaruh Intensitas Aset Tetap (X3) terhadap Penghindaran Pajak

(Y)

Berdasarkan hasil uji hipotesis parsial diatas dapat dilihat bahwa

variabel intensitas aset tetap tidak mempengaruhi penghindaran pajak yang

dilakukan oleh perusahaan sektor transportasi, sehingga dapat

disimpulkan bahwa H3 ditolak. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan

sebesar 0,821 > 0,05 dengan t hitung sebesar 0,227 < t tabel sebesar 1,98.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intensitas aset tetap tidak

berpengaruh terhadap penghindaran pajak dikarenakan perusahaan

memiliki penyimpanan aset tetap yang besar bukan bertujuan untuk

melakukan praktik penghindaran pajak, melainkan bertujuan untuk

menjalankan aktivitas operasional perusahaan. Aset tetap memiliki nilai

depresiasi dan dapat mengurangi penghasilan kena pajak, dari hasil

analisis terlihat nilai signifikannya sebesar 0,821 yang menunjukkan

bahwa lebih besar dari 0,05 terbukti tidak adanya pengaruh perusahaan
99

melakukan praktik penghindaran pajak, hal ini dikarenakan aset tetap yang

tinggi akan memberikan dampak yang sangat berisiko desar yaitu dengan

adanya beban pemeliharan aset tetap, tempat penyimpanan yang besar, dan

risiko keuangan terhadap aset tetap menjadikan intensitas aset tetap yang

tinggi k urang efisien bagi perusahaan sehingga dengan intensitas aset

tetap yang tinggi tidak akan mempengaruhi perusahaan untuk melakukan

praktik penghindaran pajak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Tomi Alandes (2020) yang menyatakan bahwa variabel intensitas aset

tetap tidak berpengaruh terhadap penghindaran. Namun berbanding

terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Stepanie, Etty Herijawati

(2022) yang menyatakan bahwa variabel intensitas aset tetap berpengaruh

terhadap penghindaran pajak.

4. Pengaruh Pertumbuhan Penjualan (X4) terhadap Penghindaran

Pajak (Y)

Berdasarkan hasil uji hipotesis parsial yang telah dilakukan diatas

dapat dilihat bahwa variabel pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh

terhadap penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan sektor

transportasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa H4 ditolak. Hal ini

dibuktikan dengan nilai signifikan sebesar 0,10 > 0,05 dengan t hitung

sebesar -2,623 < t tabel sebesar 1,98.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan

berpengaruh terhadap penghindaran pajak dikarenakan semakin tinggi


100

nilai pertumbuhan penjualan maka semakin tinggi tingkat penghindaran

pajak yang dilakukan perusahaan. Semakin besar volume penjualan suatu

perusahaan menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan perusahaaan

tersebut semakin meningkat. Apabila pertumbuhan penjualan meningkat,

laba yang dihasilkan perusahaan diasumsikan mengalami peningkatan

sehingga profitabilitas akan semakin meningkat dan kinerja perusahaan

juga semakin baik. Dengan adanya kenaikan laba berarti pajak yang harus

dibayarkan oleh perusahaan semakin besar sehingga perusahaan akan

berusaha untuk menghindari pembayaran pajak yang ,besar dengan

melakukan perencanaan pajak yang optimal. Berdasarkan agency theory,

agent akan berusaha mengelola beban pajaknya agar tidak mengurangi

kompensasi kinerja agent sebagai akibat dari laba perusahaan yang

meningkat yang berasal dari meningkatnya pertumbuhan penjualan

sehingga akan menimbulkan beban pajak yang lebih besar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Yovita Caesa Febiola (2022) yang menyatakan bahwa variabel

pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap penghindaran. Namun

berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Aida Fitri

Nasution (2021) yang menyatakan bahwa variabel pertumbuhan penjualan

berpengaruh terhadap penghindaran pajak.


101

5. Pengaruh Profitabilitas (X1), Leverage (X2), Intensitas Aset Tetap

(X3), dan Pertumbuhan Penjualan (X4) secara Simultan terhadap

Penghindaran Pajak (Y).

Berdasarkan hasil uji hipotesis simultan yang telah dilakukan

diatas dapat dilihat bahwa variabel profitabilitas, leverage, intensitas aset

tetap, dan pertumbuhan penjualan secara simultan berpengaruh terhadap

penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan sektor transportasi,

sehingga dapat disimpulkan bahwa H5 diterima. Hal ini dibuktikan dengan

nilai signifikan sebesar 0,018 < 0,05 dengan f hitung sebesar 3,150 > f tabel

sebesar 2,472.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada perusahaan sektor

transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tentang Pengaruh

Profitabilitas, Leverage, Intensitas Aset Tetap, dan Pertumbuhan Penjualan

terhadap Penghindaran Pajak pada periode 2015-2022. Berdasarkan olahan

data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Variabel Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak

pada perusahaan sektor transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI). Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan sebesar 0,951 > 0,05

dengan t hitung sebesar 0,061 < t tabel sebesar 1,98. Maka dapat disimpulkan

bahwa H1 ditolak.

2. Variabel Leverage tidak berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak pada

perusahaan sektor transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI). Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan sebesar 0,433 > 0,05

dengan t hitung sebesar -0,788 < t tabel sebesar 1,98. Maka dapat

disimpulkan bahwa H2 ditolak.

3. Variabel Intensitas Aset Tetap tidak berpengaruh terhadap Penghindaran

Pajak pada sektor transpotasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI). Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan

102
103

sebesar 0,821 > 0,05 dengan t hitung sebesar 0,227 < t tabel sebesar 1,98.

Maka dapat disimpulkan bahwa H3 ditolak.

4. Variabel Pertumbuhan Penjualan berpengaruh terhadap Penghindaran

Pajak pada perusahaan sektor transportasi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI). Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan sebesar 0,010

> 0,05 dengan t hitung sebesar -2,623 < t tabel sebesar 1,98. Maka dapat

disimpulkan bahwa H4 diterima.

5. Variabel Profitabilitas, Leverage, Intensitas Aset tetap, dan Pertumbuhan

Penjualan secara simultan berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak pada

perusahaan sektor transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI). Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan sebesar 0,018 < 0,05

dengan f hitung sebesar 3,150 > f tabel sebesar 2,472.

B. Saran

Penulis menyadari banyak adanya kekurangan dan kesalahan dalam

penulisan, maka dari ini penulis meminta kritik dan saran yang membangun

agar skripsi ini menjadi lebih baik lagi untuk kedepannya. Bagi peneliti

selanjutnya diharapkan sebaiknya memilih sektor perusahaaan lain agar hasil

penelitian lebih baik. Dan bagi peneliti selanjutnya yang akan mengadakan

penelitian sejenis diharapkan dapat memakai variabel lain yang belum dipakai

dalam penelitian ini.


104

DAFTAR PUSTAKA

Alandes Tomi. (2020). Pengaruh Return On Assets, Intensitas Aset Tetap,


Intensitas Modal, Dan Sales Growth Terhadap Tax Avoidance Pada
Perusahaan Retail Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-
2018. Skripsi (Dipublikasikan). Fakultas Bisnis, Univesitas Buddhi
Dharma Tangerang.

Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2019). Dasar-dasar Manajemen Keuangan.


Jakarta: Salemba Empat.

Febiona Yovita Caesa. (2021) . Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan,


Pertumbuhan Penjualan Terhadap Penghindaran Pajak (Studi Empiris
Perusahaan Sektor Properti dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2018-2020). Skripsi (Dipublikasikan). Fakultas
Ekonomi. Universitas Sanata Dharma.

Gitman, L. J., & Zutter, C. J. (2018). Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan.


Jakarta: Erlangga.

Global Witness. Adaro Terindikasi Pindahkan Ratusan Juta Dolar AS ke


Jaringan Perusahaan Luar Negeri Untuk Menekan Pajak.
www.globalwitness.org (Diakses Tanggal 19 November 2022)

Hasan Iqbal, Misbahuddin. (2013). Analisis Data Penelitian Dengan Statistik.


Jakarta: Bumi Aksara.

Herijawati Etty, Stepani. (2022). Pengaruh Pertumbuhan Penjualan,


Profitabilitas, dan Intensitas Aset Tetap Terhadap Penghindaran Pajak.
eCo-Buss. Volume 5, Nomor 1, Agustus 2022. (Diakses Tanggal 10
November 2022).

Kasmir. (2015) Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.

Kasmir. (2019). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.

Kontan Nasional. Dilaporkan Melakukan Penghindaran Pajak, Bentoel Angkat


Bicara. https://nasional.kontan.co.id/. (Diakses tanggal 19 November
2022)

Lestari Mega Yuni. Pengaruh Karakter Eksekutuf Dan Karakteristik Perusahaan


Terhadap Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Sub Sektor Rokok Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2019. Skripsi
(Dipublikasikan). Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Pakuan
Bogor. 2022.
105

Mulyadi. (2019). Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Mulyani Dwi Susi, Kevin Muhammad PN (2020). Pengaruh Intensitas Aset Tetap
dan Intensitas Persediaan Terhadap Penghindaran Pajak Dengan
Pertumbuhan Penjualan Sebagai Variabel Moderasi. Prosding Seminar
Nasional Pakar ke 3 Tahun 2020. ISSN : 2615-2584. (Diakses Tanggal 10
November 2022).

Mumtahanah Nur Al. (2021). Pengaruh Leverage, Fixed Asset Intensity, Sales
Growth Dan Koneksi Politik Terhadap Tax Avoidance. Skripsi
(Dipublikasikan). Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim.

Nasution Aida Fitri. (2021). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahan,


Profitabilitas, Leverage, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Tax
Avoidance Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Makanan Dan Minuman
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi (Dipublikasikan).
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara.

Pratami Yolanda, Ismayanti Ananda Putri, Siska. (2022) . Pengaruh


Profitabilitas, Intensitas Aset Tetap, Dan Pertumbuhan Penjualan
Terhadap Penghindaran Pajak Saat Pandemi COVID-19. JAFAR Vol.1,
No.1, Februari 2022. (Diakses Tanggal 10 November 2022).

Putri Ismayanti Ananda. (2022). Pengaruh Profitabilitas, Intensitas Aset Tetap,


Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Penghindaran Pajak Saat
Pandemi Covid-19 Pada Perusahaan Perdagangan Besar (Wholesale:
Durable And Non Durable Goods) Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2020.
Skripsi (Dipublikasikan). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Riau.

Rahedi Sri Wulandarin. (2019) Pengaruh Intensitas Aset Tetap Dan Sales
Growth Terhadap Tax Avoidance Dengan Dewan Komisaris Independen
Sebagai Variabel Moderating. Skripsi (Dipublikasikan). Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Sugiyarti Listya, Shinta Meilina Purwanti. (2017). Pengaruh Aset Tetap,


Pertumbuhan Penjualan Dan Koneksi Politik Terhadap Tax Avoidance.
Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan. Vol.5, No. 3, (2541-061X),
Desember 2017.

Thoifah I’anatut, M.Pd.I. (2015) Statistika Pendidikan Dan Metode Penelitian


Kuantitatif. Malang: Madani.
106

Utami Cindy Anggraeni. (2021). Pengaruh Umur Perusahaan, Profitabilitas,


Ukuran Perusahaan, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap
Penghindaran Pajak. Skripsi (Dipublikasikan). Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Viryatama Friyanka. (2020). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Dan Capital


Intensity Terhadap Tax Avoidance. Skripsi (Dipublikasikan). Fakultas
Bisnis Universitas Buddhi Dharma Tangerang.

Yohanes, Derianto Yino. (2022). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi


Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Manufaktur Di BEI. E-Jurnal
Akuntansi TSM. Vol 2 No 1 Maret 2022. E-ISSN: 2775-8907. (Diakses
Tanggal 26 November 2022)

Zain, Mohammad (2008). Manajemen Perpajakan. Salemba Empat. Jakarta.


107

LAMPIRAN
108

Lampiran 1 : Populasi Perusahaan

No Kode Nama Perusahaan Tanggal Pencatatan


1. AKSI Mineral Sumberdaya Mandiri Tbk 13 Jul 2001
2. ASSA Adi Sarana Armada Tbk. 12 Nov 2012
3. BIRD Blue Bird Tbk. 05 Nov 2014
4. BLTA Berlian Laju Tanker Tbk 26 Mar 1990
5. CMPP AirAsia Indonesia Tbk. 08 Des 1994
6. GIAA Garuda Indonesia (Persero) Tbk 11 Feb 2011
7. LRNA Eka Sari Lorena Transport Tbk. 15 Apr 2014
8. MIRA Mitra International Resources 30 Jan 1997
9. NELY Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk. 11 Okt 2012
10. SAFE Steady Safe Tbk 15 Agt 1994
11. SDMU Sidomulyo Selaras Tbk. 12 Jul 2011
12. SMDR Samudera Indonesia Tbk. 05 Jul 1999
13. TAXI Express Transindo Utama Tbk. 02 Nov 2012
14. TMAS Temas Tbk. 09 Jul 2003
15. WEHA WEHA Transportasi Indonesia Tb 31 Mei 2007
16. HELI Jaya Trishindo Tbk. 27 Mar 2018
17. TRUK Guna Timur Raya Tbk. 23 Mei 2018
18. TNCA Trimuda Nuansa Citra Tbk. 28 Jun 2018
19. BPTR Batavia Prosperindo Trans Tbk. 09 Jul 2018
20. SAPX Satria Antaran Prima Tbk. 03 Okt 2018
21. DEAL Dewata Freightinternational Tb 11 Nov 2018
22. JAYA Armada Berjaya Trans Tbk. 21 Feb 2019
23. KJEN Krida Jaringan Nusantara Tbk. 01 Jul 2019
24. PURA Putra Rajawali Kencana Tbk. 22 Jan 2020
25. PPGL Prima Globalindo Logistik Tbk. 20 Jul 2020
26. TRJA Transkon Jaya Tbk. 27 Agt 2020
27. HAIS Hasnur Internasional Shipping 01 Sep 2021
28. HATM Habco Trans Maritima Tbk. 26 Jul 2022
29. RCCC Utama Radar Cahaya Tbk. 02 Agt 2022
30 ELPI Pelayaran Nasional Ekalya Purn 08 Agt 2022
31. LAJU Jasa Berdikari Logistics Tbk. 27 Jan 2023
109

Lampiran 2 : Sampel Perusahaan

No Kode Nama Perusahaan Tanggal Pencatatan


1. AKSI Mineral Sumberdaya Mandiri Tbk 13 Jul 2001
2. ASSA Adi Sarana Armada Tbk. 12 Nov 2012
3. BIRD Blue Bird Tbk. 05 Nov 2014
4. CMPP AirAsia Indonesia Tbk. 08 Des 1994
5. LRNA Eka Sari Lorena Transport Tbk. 15 Apr 2014
6. MIRA Mitra International Resources 30 Jan 1997
7. NELY Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk. 11 Okt 2012
8. SAFE Steady Safe Tbk 15 Agt 1994
9. SDMU Sidomulyo Selaras Tbk. 12 Jul 2011
10. TAXI Express Transindo Utama Tbk. 02 Nov 2012
11. TMAS Temas Tbk. 09 Jul 2003
12. WEHA WEHA Transportasi Indonesia Tb 31 Mei 2007
110

Lampiran 3 : Perhitungan Profitabilitas

Menggunakan rumus ROA :

Kode Laba Bersih Setelah


No Tahun Total Aset ROA
Perusahaan Pajak

2015 Rp4.997.413.732 Rp66.520.496.316 7,51


2016 Rp3.026.355.290 Rp75.669.406.031 4,00
2017 Rp14.754.356.376 Rp115.244.595.498 12,80
2018 Rp26.482.339.033 Rp275.005.973.287 9,63
1 AKSI
2019 Rp4.177.237.649 Rp285.177.567.739 1,46
2020 Rp3.036.178.470 Rp298.261.244.290 1,02
2021 Rp24.226.913.508 Rp275.990.708.661 8,78
2022 Rp46.968.832.530 Rp366.151.031.018 12,83
2015 Rp34.176.339.639 Rp2.892.967.196.853 1,18
2016 Rp62.150.984.694 Rp3.029.807.463.353 2,05
2017 Rp103.308.394.513 Rp3.307.396.918.555 3,12
2018 Rp142.242.410.935 Rp4.062.536.132.739 3,50
2 ASSA
2019 Rp91.614.940.880 Rp4.849.223.630.042 1,89
2020 Rp63.896.421.980 Rp5.170.895.098.267 1,24
2021 Rp159.581.031.996 Rp6.031.946.733.670 2,65
2022 Rp3.704.328.643 Rp7.268.436.910.723 0,05
2015 Rp828.948.000.000 Rp7.153.055.000.000 11,59
2016 Rp510.203.000.000 Rp7.300.612.000.000 6,99
2017 Rp427.495.000.000 Rp6.516.487.000.000 6,56
2018 Rp460.273.000.000 Rp6.955.157.000.000 6,62
3 BIRD
2019 Rp315.622.000.000 Rp7.424.304.000.000 4,25
2020 -Rp163.183.000.000 Rp7.253.114.000.000 -2,25
2021 Rp8.720.000.000 Rp6.598.137.000.000 0,13
2022 Rp364.027.000.000 Rp6.893.160.000.000 5,28
2015 -Rp5.073.296.603 Rp175.317.496.098 -2,89
2016 Rp877.483.697 Rp176.816.880.078 0,50
4 CMPP 2017 -Rp512.961.280.383 Rp3.091.133.957.757 -16,59
2018 -Rp907.024.833.708 Rp2.845.045.212.353 -31,88
2019 -Rp157.368.618.806 Rp2.613.070.074.932 -6,02
111

2020 -Rp2.754.589.873.561 Rp6.080.516.085.752 -45,30


2021 -Rp2.337.876.178.035 Rp5.149.094.524.206 -45,40
2022 -Rp1.646.936.950.638 Rp5.356.962.889.162 -30,74
2015 -Rp1.656.181.564 Rp336.422.951.202 -0,49
2016 -Rp28.488.986.010 Rp308.709.926.719 -9,23
2017 -Rp38.483.410.461 Rp257.078.590.718 -14,97
2018 -Rp29.874.068.816 Rp312.059.443.277 -9,57
5 LRNA
2019 -Rp6.857.140.631 Rp302.636.796.677 -2,27
2020 -Rp43.027.059.389 Rp270.508.602.770 -15,91
2021 -Rp26.466.832.753 Rp239.333.983.354 -11,06
2022 -Rp21.311.924.827 Rp224.704.254.718 -9,48
2015 -Rp14.009.192.001 Rp480.589.845.543 -2,91
2016 -Rp38.436.600.306 Rp400.014.977.533 -9,61
2017 -Rp20.051.493.787 Rp373.572.552.145 -5,37
2018 Rp591.476.541 Rp320.777.602.224 0,18
6 MIRA
2019 -Rp3.222.370.200 Rp351.483.053.912 -0,92
2020 -Rp18.218.177.373 Rp317.031.964.534 -5,75
2021 -Rp13.195.658.734 Rp301.506.104.882 -4,38
2022 -Rp31.352.237.717 Rp267.905.168.207 -11,70
2015 Rp28.456.234.767 Rp422.231.227.377 6,74
2016 Rp13.922.094.004 Rp409.484.780.079 3,40
2017 Rp24.270.494.120 Rp416.286.581.960 5,83
2018 Rp52.752.666.735 Rp474.345.474.753 11,12
7 NELLY
2019 Rp52.344.151.967 Rp527.467.886.738 9,92
2020 Rp43.944.061.538 Rp568.048.326.214 7,74
2021 Rp51.407.237.669 Rp552.781.459.911 9,30
2022 Rp126.391.885.783 Rp653.425.820.330 19,34
2015 Rp1.220.174.568 Rp10.350.475.341 11,79
2016 Rp20.712.677.860 Rp9.449.082.799 219,20
2017 -Rp8.006.809.034 Rp48.249.732.973 -16,59
2018 -Rp20.514.021.923 Rp347.841.814.370 -5,90
8 SAFE
2019 Rp9.207.473.993 Rp357.452.208.844 2,58
2020 -Rp17.589.816.912 Rp322.122.601.640 -5,46
2021 Rp792.053.209 Rp298.604.232.055 0,27
2022 Rp10.251.704.822 Rp270.842.050.371 3,79
2015 Rp804.061.862 Rp403.984.087.058 0,20
2016 Rp1.125.343.487 Rp436.204.840.797 0,26
9 SDMU
2017 -Rp37.800.386.197 Rp385.446.175.528 -9,81
2018 -Rp26.296.422.302 Rp255.711.905.396 -10,28
112

2019 -Rp36.224.089.028 Rp217.821.047.351 -16,63


2020 -Rp43.293.065.964 Rp177.182.837.855 -24,43
2021 -Rp9.741.992.566 Rp169.199.466.266 -5,76
2022 Rp2.849.909.490 Rp152.312.552.325 1,87
2015 Rp332.322.265.000 Rp2.883.807.269.000 11,52
2016 -Rp184.740.372.000 Rp2.557.262.840.000 -7,22
2017 -Rp492.102.310.000 Rp2.010.013.010.000 -24,48
2018 -Rp836.820.231.000 Rp1.269.024.960.000 -65,94
10 TAXI
2019 -Rp276.072.942.000 Rp479.265.331.000 -57,60
2020 -Rp53.221.960.000 Rp243.302.339.000 -21,87
2021 Rp188.614.656.000 Rp91.040.495.000 207,18
2022 -Rp14.903.708.000 Rp73.091.558.000 -20,39
2015 Rp317.174.135.241 Rp1.782.060.875.189 17,80
2016 Rp231.521.148.688 Rp2.525.662.339.789 9,17
2017 Rp53.358.287.358 Rp2.918.378.214.457 1,83
2018 Rp34.819.000.000 Rp2.837.426.000.000 1,23
11 TMAS
2019 Rp100.615.000.000 Rp3.266.151.000.000 3,08
2020 Rp52.214.000.000 Rp3.837.040.000.000 1,36
2021 Rp697.621.000.000 Rp4.051.811.000.000 17,22
2022 Rp1.413.818.000.000 Rp4.403.862.000.000 32,10
2015 -Rp39.091.739.778 Rp358.826.820.649 -10,89
2016 -Rp24.498.933.579 Rp3.049.572.557.737 -0,80
2017 Rp50.424.676.796 Rp300.003.474.668 16,81
2018 Rp3.190.724.918 Rp331.404.130.533 0,96
12 WEHA
2019 Rp4.518.959.735 Rp269.602.629.189 1,68
2020 -Rp3.601.480.667 Rp239.784.904.490 -1,50
2021 -Rp9.622.676.055 Rp222.474.205.879 -4,33
2022 Rp19.938.518.188 Rp291.613.017.757 6,84
113

Lampiran 4 : Perhitungan Leverage

Menggunakan rumus DER :

Kode
No Perusahaan Tahun Total Kewajiban Total Ekuitas DER
1 2015 Rp1.896.786.169 Rp64.623.710.149 0,03
2016 Rp8.019.340.592 Rp67.650.065.439 0,12
2017 Rp32.284.403.032 Rp82.960.192.466 0,39
2018 Rp165.200.682.053 Rp109.805.291.234 1,50
AKSI
2019 Rp171.206.489.746 Rp113.971.077.993 1,50
2020 Rp191.770.130.645 Rp106.491.113.645 1,80
2021 Rp145.261.996.537 Rp130.728.712.124 1,11
2022 Rp188.462.418.370 Rp177.688.612.648 1,06
2 2015 Rp2.038.423.272.119 Rp854.543.924.734 2,39
2016 Rp2.126.179.428.075 Rp903.628.035.278 2,35
2017 Rp2.321.587.255.114 Rp985.809.663.441 2,36
2018 Rp2.924.124.201.613 Rp1.138.411.931.126 2,57
ASSA
2019 Rp3.511.071.376.393 Rp1.338.152.253.649 2,62
2020 Rp3.731.575.182.568 Rp1.439.319.915.699 2,59
2021 Rp4.266.438.743.626 Rp1.765.507.990.044 2,42
2022 Rp4.797.579.648.309 Rp2.470.857.262.414 1,94
3 2015 Rp2.824.936.000.000 Rp4.328.119.000.000 0,65
2016 Rp2.637.932.000.000 Rp4.662.680.000.000 0,57
2017 Rp1.585.562.000.000 Rp4.930.925.000.000 0,32
2018 Rp1.689.996.000.000 Rp5.265.161.000.000 0,32
BIRD
2019 Rp2.016.202.000.000 Rp5.408.102.000.000 0,37
2020 Rp2.017.591.000.000 Rp7.253.114.000.000 0,28
2021 Rp1.450.558.000.000 Rp5.147.579.000.000 0,28
2022 Rp1.542.469.000.000 Rp5.350.691.000.000 0,29
4 2015 Rp146.632.248.592 Rp28.685.247.506 5,11
2016 Rp143.626.700.850 Rp33.190.179.229 4,33
CMPP 2017 Rp3.054.059.095.077 Rp37.074.862.680 82,38
2018 Rp3.647.220.571.707 -Rp802.175.359.354 -4,55
2019 Rp2.410.942.815.607 Rp202.127.259.325 11,93
114

2020 Rp8.990.927.886.117 -Rp2.910.411.800.365 -3,09


2021 Rp10.354.172.604.375 -Rp5.205.078.080.169 -1,99
2022 Rp12.172.269.741.814 -Rp6.815.306.852.652 -1,79
5 2015 Rp64.472.906.702 Rp271.950.044.500 0,24
2016 Rp58.358.589.941 Rp250.351.336.777 0,23
2017 Rp45.197.080.820 Rp211.881.509.898 0,21
2018 Rp44.014.632.463 Rp268.044.810.814 0,16
LRNA
2019 Rp41.462.629.189 Rp261.174.167.488 0,16
2020 Rp52.352.752.945 Rp218.155.849.825 0,24
2021 Rp47.302.648.250 Rp192.031.335.104 0,25
2022 Rp53.996.429.050 Rp170.707.825.668 0,32
6 2015 Rp161.377.211.052 Rp319.212.634.491 0,51
2016 Rp153.570.600.374 Rp246.444.377.159 0,62
2017 Rp145.032.607.737 Rp228.539.944.408 0,63
2018 Rp96.461.435.704 Rp224.316.166.520 0,43
MIRA
2019 Rp116.925.646.360 Rp234.557.407.552 0,50
2020 Rp101.678.044.013 Rp215.353.920.521 0,47
2021 Rp98.256.140.568 Rp203.249.964.314 0,48
2022 Rp95.158.553.605 Rp172.746.614.602 0,55
7 2015 Rp61.089.238.467 Rp361.141.988.910 0,17
2016 Rp41.516.059.806 Rp367.968.720.273 0,11
2017 Rp31.209.419.166 Rp385.077.162.794 0,08
2018 Rp50.960.583.715 Rp423.384.891.038 0,12
NELLY
2019 Rp65.436.471.797 Rp462.031.414.941 0,14
2020 Rp69.298.714.658 Rp498.749.611.556 0,14
2021 Rp60.858.708.144 Rp491.922.751.467 0,12
2022 Rp69.633.567.723 Rp583.792.252.607 0,12
8 2015 Rp85.988.901.324 -Rp75.638.425.983 -1,14
2016 Rp41.869.657.202 -Rp32.420.574.401 -1,29
2017 Rp88.300.631.879 Rp40.050.898.906 2,20
2018 Rp408.464.934.762 -Rp60.623.120.392 -6,74
SAFE
2019 Rp408.955.063.516 -Rp51.502.854.672 -7,94
2020 Rp391.040.622.213 -Rp68.918.020.573 -5,67
2021 Rp366.839.357.213 -Rp68.235.125.158 -5,38
2022 Rp328.634.650.706 -Rp57.792.600.335 -5,69
9 2015 Rp193.043.448.255 Rp210.940.638.803 0,92
2016 Rp175.045.251.747 Rp261.159.589.050 0,67
SDMU
2017 Rp162.869.274.046 Rp222.576.901.482 0,73
2018 Rp170.104.193.824 Rp85.607.711.572 1,99
115

2019 Rp166.615.624.916 Rp51.205.422.435 3,25


2020 Rp169.445.987.429 Rp7.736.850.426 21,90
2021 Rp171.094.237.876 Rp1.894.771.610 90,30
2022 Rp148.741.131.854 Rp3.571.420.471 41,65
10 2015 Rp1.962.823.365.000 Rp920.983.904.000 2,13
2016 Rp1.820.550.026.000 Rp736.712.814.000 2,47
2017 Rp1.763.500.314.000 Rp246.512.696.000 7,15
2018 Rp1.853.612.051.000 -Rp584.587.091.000 -3,17
TAXI
2019 Rp933.327.880.000 -Rp454.062.549.000 -2,06
2020 Rp763.628.958.000 -Rp520.326.619.000 -1,47
2021 Rp14.972.234.000 Rp76.068.261.000 0,20
2022 Rp11.664.497.000 Rp61.427.061.000 0,19
11 2015 Rp967.395.114.387 Rp814.665.760.802 1,19
2016 Rp1.530.986.623.552 Rp994.675.716.237 1,54
2017 Rp1.895.433.894.137 Rp1.022.944.320.320 1,85
2018 Rp1.768.011.000.000 Rp1.069.415.000.000 1,65
TMAS
2019 Rp2.082.994.000.000 Rp1.183.157.000.000 1,76
2020 Rp2.626.095.000.000 Rp1.210.945.000.000 2,17
2021 Rp2.509.761.000.000 Rp1.542.050.000.000 1,63
2022 Rp2.178.316.000.000 Rp2.225.546.000.000 0,98
12 2015 Rp230.242.897.903 Rp128.583.922.746 1,79
2016 Rp201.963.874.350 Rp102.993.874.350 1,96
2017 Rp147.598.843.939 Rp152.404.630.729 0,97
2018 Rp178.481.685.363 Rp152.922.445.170 1,17
WEHA
2019 Rp117.734.528.422 Rp151.868.100.767 0,78
2020 Rp121.787.883.668 Rp117.997.020.822 1,03
2021 Rp113.973.603.428 Rp108.500.602.451 1,05
2022 Rp94.883.159.550 Rp196.729.858.207 0,48
116

Lampiran 5 : Perhitungan Intensitas Aset Tetap

Menggunakan Rumus Sebagai Berikut:

Kode
No Perusahaan Tahun Total Aset Tetap Total Aset IAT
1 2015 Rp0 Rp66.520.496.319 0,00
2016 Rp0 Rp75.669.406.031 0,00
2017 Rp26.005.652.617 Rp115.224.595.498 0,23
2018 Rp22.651.171.419 Rp275.005.973.287 0,08
AKSI
2019 Rp125.895.214.924 Rp285.177.567.739 0,44
2020 Rp108.153.236.174 Rp298.261.244.290 0,36
2021 Rp96.061.699.364 Rp275.990.708.661 0,35
2022 Rp156.648.053.368 Rp366.151.031.018 0,43
2 2015 Rp2.537.851.651.801 Rp2.892.967.196.853 0,88
2016 Rp2.631.183.054.275 Rp3.029.807.463.353 0,87
2017 Rp2.764.780.686.533 Rp3.307.396.918.555 0,84
2018 Rp3.411.907.698.638 Rp4.062.536.132.739 0,84
ASSA
2019 Rp3.893.957.386.095 Rp4.849.223.630.042 0,80
2020 Rp4.059.871.768.434 Rp5.170.895.098.267 0,79
2021 Rp4.404.771.801.635 Rp6.031.946.733.670 0,73
2022 Rp5.042.206.449.275 Rp7.268.436.910.723 0,69
3 2015 Rp6.196.076.000.000 Rp7.153.055.000.000 0,87
2016 Rp6.185.247.000.000 Rp7.300.612.000.000 0,85
2017 Rp5.605.524.000.000 Rp6.516.487.000.000 0,86
2018 Rp5.724.503.000.000 Rp6.955.157.000.000 0,82
BIRD
2019 Rp6.183.774.000.000 Rp7.424.304.000.000 0,83
2020 Rp5.668.030.000.000 Rp7.253.114.000.000 0,78
2021 Rp4.938.177.000.000 Rp6.598.137.000.000 0,75
2022 Rp5.280.909.000.000 Rp6.893.160.000.000 0,77
4 2015 Rp95.308.585.474 Rp175.317.496.098 0,54
2016 Rp88.366.208.956 Rp176.816.880.078 0,50
CMPP 2017 Rp2.068.830.054.818 Rp3.091.133.957.757 0,67
2018 Rp1.426.357.150.398 Rp2.845.045.212.353 0,50
2019 Rp1.179.961.455.303 Rp2.613.070.074.932 0,45
117

2020 Rp720.291.831.038 Rp6.080.516.085.752 0,12


2021 Rp667.721.248.881 Rp5.149.094.524.206 0,13
2022 Rp625.587.811.306 Rp5.356.962.889.162 0,12
5 2015 Rp224.128.257 Rp336.422.951.202 0,00
2016 Rp201.758.566 Rp308.709.926.719 0,00
2017 Rp202.374.879.162 Rp257.078.590.718 0,79
2018 Rp260.733.319.651 Rp312.059.443.277 0,84
LRNA
2019 Rp238.021.563.892 Rp302.636.796.677 0,79
2020 Rp213.557.978.288 Rp270.508.602.770 0,79
2021 Rp187.176.882.140 Rp239.333.983.354 0,78
2022 Rp163.275.219.472 Rp224.704.254.718 0,73
6 2015 Rp202.436.533.975 Rp480.589.845.543 0,42
2016 Rp177.531.668.316 Rp400.014.977.533 0,44
2017 Rp170.377.440.409 Rp373.572.552.145 0,46
2018 Rp161.371.043.449 Rp320.777.602.224 0,50
MIRA
2019 Rp224.568.825.207 Rp351.483.053.912 0,64
2020 Rp216.290.445.407 Rp317.031.964.534 0,68
2021 Rp200.247.583.894 Rp301.506.104.882 0,66
2022 Rp186.315.796.695 Rp267.905.168.207 0,70
7 2015 Rp329.046.919.897 Rp422.231.227.377 0,78
2016 Rp304.897.966.670 Rp409.484.780.079 0,74
2017 Rp300.461.285.719 Rp416.286.581.960 0,72
2018 Rp331.525.743.565 Rp474.345.474.753 0,70
NELLY
2019 Rp392.627.670.150 Rp527.467.886.738 0,74
2020 Rp421.189.882.932 Rp568.048.326.214 0,74
2021 Rp410.683.202.766 Rp552.781.459.911 0,74
2022 Rp497.399.887.027 Rp653.425.820.330 0,76
8 2015 Rp6.112.051.702 Rp10.350.475.341 0,59
2016 Rp6.116.899.202 Rp9.449.082.799 0,65
2017 Rp6.293.528.701 Rp48.249.732.973 0,13
2018 Rp302.100.937.867 Rp347.841.814.370 0,87
SAFE
2019 Rp330.472.107.495 Rp357.452.208.844 0,92
2020 Rp300.581.655.863 Rp322.122.601.640 0,93
2021 Rp270.840.075.481 Rp298.604.232.055 0,91
2022 Rp241.144.760.725 Rp270.842.050.371 0,89
9 2015 Rp283.467.285.357 Rp403.984.087.058 0,70
2016 Rp318.252.635.780 Rp436.204.840.797 0,73
SDMU
2017 Rp298.507.419.992 Rp385.446.175.528 0,77
2018 Rp270.761.259.708 Rp255.711.905.396 1,06
118

2019 Rp150.846.135.606 Rp217.821.047.351 0,69


2020 Rp131.451.675.593 Rp177.182.837.855 0,74
2021 Rp119.034.382.549 Rp169.199.466.266 0,70
2022 Rp110.471.786.828 Rp152.312.552.325 0,73
10 2015 Rp2.024.182.818.000 Rp2.883.807.269.000 0,70
2016 Rp1.652.122.755.000 Rp2.557.262.840.000 0,65
2017 Rp1.393.197.566.000 Rp2.010.013.010.000 0,69
2018 Rp712.463.928.000 Rp1.269.024.960.000 0,56
TAXI
2019 Rp263.890.302.000 Rp479.265.331.000 0,55
2020 Rp81.168.836.000 Rp243.302.339.000 0,33
2021 Rp8.220.165.000 Rp91.040.495.000 0,09
2022 Rp5.170.732.000 Rp73.091.558.000 0,07
11 2015 Rp1.458.799.630.538 Rp1.782.060.875.189 0,82
2016 Rp2.166.137.439.420 Rp2.525.662.339.789 0,86
2017 Rp2.342.071.193.507 Rp2.918.378.214.457 0,80
2018 Rp2.176.593.000.000 Rp2.837.426.000.000 0,77
TMAS
2019 Rp2.511.934.000.000 Rp3.266.151.000.000 0,77
2020 Rp3.174.286.000.000 Rp3.837.040.000.000 0,83
2021 Rp2.823.306.000.000 Rp4.051.811.000.000 0,70
2022 Rp2.537.690.000.000 Rp4.403.862.000.000 0,58
12 2015 Rp186.708.278.742 Rp358.826.820.649 0,52
2016 Rp74.868.917.088 Rp304.957.257.737 0,25
2017 Rp139.027.813.962 Rp300.003.474.668 0,46
2018 Rp191.002.342.947 Rp331.404.130.533 0,58
WEHA
2019 Rp174.620.443.964 Rp269.602.629.189 0,65
2020 Rp139.878.236.250 Rp239.784.904.490 0,58
2021 Rp137.263.004.813 Rp222.474.205.879 0,62
2022 Rp166.196.775.242 Rp291.613.017.757 0,57
119

Lampiran 6 : Perhitungan Pertumbuhan Penjualan

Menggunakan Rumus Sebagai Berikut:

Kode
No Perusahaan Tahun Pt P t-1 (Pt - Pt-1) P t-1 PP
1 2015
Rp8.081.630.099 Rp7.162.237.794 Rp919.392.305 Rp7.162.237.794 0,13
2016
Rp5.631.593.414 Rp8.081.630.099 -Rp2.450.036.685 Rp8.081.630.099 -0,30
2017
Rp140.739.483.067 Rp5.631.593.414 Rp135.107.889.653 Rp5.631.593.414 23,99
2018
Rp319.106.290.160 Rp140.739.483.067 Rp178.366.807.093 Rp140.739.483.067 1,27
AKSI
2019
Rp474.271.493.696 Rp319.106.290.160 Rp155.165.203.536 Rp319.106.290.160 0,49
2020
Rp521.617.491.481 Rp474.271.493.696 Rp47.345.997.785 Rp474.271.493.696 0,10
2021
Rp479.636.030.718 Rp521.617.491.481 -Rp41.981.460.763 Rp521.617.491.481 -0,08
2022
Rp484.127.494.223 Rp479.636.030.718 Rp4.491.463.505 Rp479.636.030.718 0,01
2 2015
Rp1.392.596.846.234 Rp1.140.260.479.449 Rp252.336.366.785 Rp1.140.260.479.449 0,22
2016
Rp1.570.388.327.917 Rp1.392.596.846.234 Rp177.791.481.683 Rp1.392.596.845.234 0,13
2017
Rp1.689.846.194.031 Rp1.570.388.327.917 Rp119.457.866.114 Rp1.570.388.327.917 0,08
2018
Rp1.862.945.638.339 Rp1.689.846.194.031 Rp173.099.444.308 Rp1.689.486.194.031 0,10
ASSA
2019
Rp2.329.565.792.542 Rp1.862.945.638.339 Rp466.620.154.203 Rp1.862.942.638.339 0,25
2020
Rp3.037.359.367.967 Rp2.329.565.792.542 Rp707.793.575.425 Rp2.329.565.792.542 0,30
2021
Rp5.088.094.179.374 Rp3.037.359.367.967 Rp2.050.734.811.407 Rp3.037.359.367.967 0,68
2022
Rp5.870.093.882.006 Rp5.088.094.179.374 Rp781.999.702.632 Rp5.088.094.179.374 0,15
3 2015
Rp5.472.328.000.000 Rp4.758.963.000.000 Rp713.365.000.000 Rp4.758.963.000.000 0,15
2016
Rp4.796.096.000.000 Rp5.472.328.000.000 -Rp676.232.000.000 Rp5.472.328.000.000 -0,12
2017
Rp4.203.846.000.000 Rp4.796.096.000.000 -Rp592.250.000.000 Rp4.796.096.000.000 -0,12
2018
Rp4.218.702.000.000 Rp4.203.846.000.000 Rp14.856.000.000 Rp4.203.846.000.000 0,00
BIRD
2019
Rp4.047.691.000.000 Rp4.218.702.000.000 -Rp171.011.000.000 Rp4.218.702.000.000 -0,04
2020
Rp2.046.660.000.000 Rp4.047.691.000.000 -Rp2.001.031.000.000 Rp4.047.691.000.000 -0,49
2021
Rp2.220.841.000.000 Rp2.046.660.000.000 Rp174.181.000.000 Rp2.046.660.000.000 0,09
2022
Rp3.590.100.000.000 Rp2.220.841.000.000 Rp1.369.259.000.000 Rp2.220.841.000.000 0,62
4 2015
Rp90.044.507.482 Rp91.209.416.866 -Rp1.164.909.384 Rp91.209.416.866 -0,01
2016
Rp111.864.132.708 Rp90.044.507.482 Rp21.819.625.226 Rp90.044.507.482 0,24
CMPP
2017
Rp3.817.860.941.246 Rp111.864.132.708 Rp3.705.996.808.538 Rp111.864.132.708 33,13
2018
Rp4.232.768.047.707 Rp3.817.860.941.246 Rp414.907.106.461 Rp3.817.860.941.246 0,11
120

2019
Rp6.708.800.607.590 Rp4.232.768.047.707 Rp2.476.032.559.883 Rp4.232.768.047.707 0,58
2020
Rp1.610.973.387.045 Rp6.708.800.607.590 -Rp5.097.827.220.545 Rp4.232.768.047.707 -1,20
2021
Rp626.001.737.959 Rp1.610.973.387.045 -Rp984.971.649.086 Rp1.610.973.387.045 -0,61
2022
Rp3.780.525.920.680 Rp626.001.737.959 Rp3.154.524.182.721 Rp626.001.737.959 5,04
5 2015
Rp163.031.175.724 Rp141.974.513.746 Rp21.056.661.978 Rp141.974.513.746 0,15
2016
Rp126.776.881.434 Rp163.031.175.724 -Rp36.254.294.290 Rp163.031.175.724 -0,22
2017
Rp106.619.379.454 Rp126.776.881.434 -Rp20.157.501.980 Rp126.776.881.434 -0,16
2018
Rp102.242.420.595 Rp106.619.379.454 -Rp4.376.958.859 Rp106.619.379.454 -0,04
LRNA
2019
Rp124.579.469.969 Rp102.242.420.595 Rp22.337.049.374 Rp102.242.420.595 0,22
2020
Rp65.046.772.361 Rp124.579.469.969 -Rp59.532.697.608 Rp124.579.469.969 -0,48
2021
Rp70.200.908.124 Rp65.046.772.361 Rp5.154.135.763 Rp65.045.772.361 0,08
2022
Rp93.102.920.936 Rp70.200.908.124 Rp22.902.012.812 Rp70.200.908.124 0,33
6 2015
Rp146.900.087.426 Rp141.408.786.463 Rp5.491.300.963 Rp141.408.786.463 0,04
2016
Rp114.571.589.749 Rp146.900.087.426 -Rp32.328.497.677 Rp146.900.087.426 -0,22
2017
Rp121.473.498.122 Rp114.571.589.749 Rp6.901.908.373 Rp114.571.589.749 0,06
2018
Rp128.781.272.003 Rp121.473.498.122 Rp7.307.773.881 Rp121.473.498.122 0,06
MIRA
2019
Rp131.033.025.029 Rp128.781.272.003 Rp2.251.753.026 Rp128.781.272.003 0,02
2020
Rp86.959.391.390 Rp131.033.025.029 -Rp44.073.633.639 Rp131.033.025.029 -0,34
2021
Rp85.604.008.684 Rp86.959.391.390 -Rp1.355.382.706 Rp86.959.391.390 -0,02
2022
Rp84.393.762.429 Rp85.604.008.684 -Rp1.210.246.255 Rp85.604.008.684 -0,01
7 2015
Rp192.721.688.228 Rp219.324.820.166 -Rp26.603.131.938 Rp219.324.820.166 -0,12
2016
Rp160.906.018.764 Rp192.721.688.228 -Rp31.815.669.464 Rp192.721.688.228 -0,17
2017
Rp176.879.872.407 Rp160.609.018.764 Rp16.270.853.643 Rp160.609.018.764 0,10
2018
Rp236.020.877.647 Rp176.879.872.407 Rp59.141.005.240 Rp176.879.872.407 0,33
NELLY
2019
Rp250.170.826.551 Rp236.020.877.647 Rp14.149.948.904 Rp236.020.877.647 0,06
2020
Rp230.662.117.776 Rp250.170.826.551 -Rp19.508.708.775 Rp250.170.826.551 -0,08
2021
Rp199.321.722.588 Rp230.662.117.776 -Rp31.340.395.188 Rp230.662.117.776 -0,14
2022
Rp309.603.262.557 Rp199.321.722.588 Rp110.281.539.969 Rp199.321.722.588 0,55
8 2015
Rp11.717.775.000 Rp16.075.335.248 -Rp4.357.560.248 Rp16.075.335.248 -0,27
2016
Rp1.064.300.000 Rp11.717.775.000 -Rp10.653.475.000 Rp11.717.775.000 -0,91
2017
Rp0 Rp1.064.300.000 -Rp1.064.300.000 Rp1.064.300.000 -1,00
2018
Rp80.713.350.908 Rp0 Rp80.713.350.908 Rp0 0,00
SAFE
2019
Rp180.073.555.181 Rp80.713.350.908 Rp99.360.204.273 Rp80.713.350.908 1,23
2020
Rp143.961.352.119 Rp180.073.555.181 -Rp36.112.203.062 Rp180.073.555.181 -0,20
2021
Rp161.057.570.000 Rp143.961.352.119 Rp17.096.217.881 Rp160.057.570.000 0,11
2022
Rp253.348.613.734 Rp161.057.570.000 Rp92.291.043.734 Rp161.057.570.000 0,57
9 2015
Rp143.213.177.033 Rp147.275.097.145 -Rp4.061.920.112 Rp147.275.097.145 -0,03
SDMU 2016
Rp118.192.390.630 Rp143.213.177.033 -Rp25.020.786.403 Rp143.213.177.033 -0,17
2017
Rp102.961.872.508 Rp118.192.390.630 -Rp15.230.518.122 Rp118.192.390.630 -0,13
121

2018
Rp102.990.754.237 Rp102.961.875.508 Rp28.878.729 Rp102.961.872.508 0,00
2019
Rp106.273.588.474 Rp102.990.754.237 Rp3.282.834.237 Rp102.990.754.237 0,03
2020
Rp89.009.501.417 Rp106.273.588.474 -Rp17.264.087.057 Rp106.273.588.474 -0,16
2021
Rp82.622.335.649 Rp89.009.501.417 -Rp6.387.165.768 Rp89.009.501.714 -0,07
2022
Rp86.372.396.655 Rp82.622.335.649 Rp3.750.061.006 Rp82.622.335.649 0,05
10 2015
Rp970.093.414.000 Rp889.722.699.000 Rp80.370.715.000 Rp889.722.966.000 0,09
2016
Rp618.207.037.000 Rp970.093.414.000 -Rp351.886.377.000 Rp970.093.414.000 -0,36
2017
Rp304.711.723.000 Rp618.207.037.000 -Rp313.495.314.000 Rp618.207.037.000 -0,51
2018
Rp241.663.924.000 Rp304.711.723.000 -Rp63.047.799.000 Rp304.711.723.000 -0,21
TAXI
2019
Rp134.251.103.000 Rp241.663.924.000 -Rp107.412.821.000 Rp241.663.924.000 -0,44
2020
Rp21.541.634.000 Rp134.251.103.000 -Rp112.709.469.000 Rp134.251.103.000 -0,84
2021
Rp7.263.061.000 Rp21.541.634.000 -Rp14.278.573.000 Rp21.541.634.000 -0,66
2022
Rp2.948.504.000 Rp21.541.634.000 -Rp18.593.130.000 Rp21.541.634.000 -0,86
11 2015
Rp1.720.965.422.311 Rp1.687.392.837.593 Rp33.572.584.718 Rp1.687.392.837.593 0,02
2016
Rp1.755.284.162.001 Rp1.720.965.422.311 Rp34.318.739.690 Rp1.720.965.422.311 0,02
2017
Rp2.127.595.870.146 Rp1.755.284.162.001 Rp372.311.708.145 Rp1.755.284.162.001 0,21
2018
Rp2.320.005.000.000 Rp2.127.595.870.146 Rp192.409.129.854 Rp2.127.595.870.146 0,09
TMAS
2019
Rp2.512.269.000.000 Rp2.320.005.000.000 Rp192.264.000.000 Rp2.320.005.000.000 0,08
2020
Rp2.669.618.000.000 Rp2.512.269.000.000 Rp157.349.000.000 Rp2.512.269.000.000 0,06
2021
Rp3.370.324.000.000 Rp2.669.618.000.000 Rp700.706.000.000 Rp2.669.618.000.000 0,26
2022
Rp4.877.926.000.000 Rp3.370.324.000.000 Rp1.507.602.000.000 Rp3.370.324.000.000 0,45
12 2015
Rp165.182.842.010 Rp239.793.008.620 -Rp74.610.166.610 Rp239.793.008.620 -0,31
2016
Rp137.812.110.039 Rp165.182.842.010 -Rp27.370.731.971 Rp165.182.842.010 -0,17
2017
Rp138.290.318.255 Rp137.812.110.039 Rp478.208.216 Rp137.812.110.039 0,00
2018
Rp159.846.792.883 Rp138.290.318.255 Rp21.556.474.628 Rp138.290.318.255 0,16
WEHA
2019
Rp146.173.217.700 Rp159.846.792.883 -Rp13.673.575.183 Rp159.846.792.883 -0,09
2020
Rp70.513.990.516 Rp146.173.217.700 -Rp75.659.227.184 Rp146.173.217.700 -0,52
2021
Rp93.434.910.443 Rp70.513.990.516 Rp22.920.919.927 Rp70.513.990.516 0,33
2022
Rp183.435.869.223 Rp93.434.910.443 Rp90.000.958.780 Rp93.434.910.443 0,96
122

Lampiran 7 : Perhitungan Penghindaran Pajak

Menggunakan Rumus Sebagai Berikut:

Kode
No Perusahaan Tahun Pembayaran Pajak Laba Sebelum Pajak TA
1 2015 Rp23.400.000 Rp4.974.013.732 0,47
2016 Rp47.437.500 Rp2.978.917.790 1,59
2017 -Rp9.097.850.104 Rp23.852.206.480 -38,14
2018 -Rp9.299.207.509 Rp35.781.546.542 -25,99
AKSI
2019 -Rp11.387.841.389 Rp15.565.079.038 -73,16
2020 -Rp3.306.481.309 Rp6.342.659.779 -52,13
2021 -Rp9.129.269.759 Rp33.356.183.267 -27,37
2022 -Rp17.450.475.975 Rp64.419.308.505 -27,09
2 2015 -Rp22.678.586.033 Rp56.854.925.672 -39,89
2016 -Rp26.663.978.494 Rp88.814.963.188 -30,02
2017 -Rp34.888.681.331 Rp138.197.075.844 -25,25
2018 -Rp40.094.884.477 Rp182.337.295.412 -21,99
ASSA
2019 -Rp25.762.219.193 Rp117.377.160.073 -21,95
2020 -Rp4.598.599.037 Rp68.495.021.017 -6,71
2021 -Rp63.546.552.949 Rp223.127.584.945 -28,48
2022 -Rp3.515.603.510 Rp7.219.932.153 -48,69
3 2015 Rp275.944.000.000 Rp1.104.892.000.000 24,97
2016 Rp181.608.000.000 Rp691.811.000.000 26,25
2017 Rp134.682.000.000 Rp562.177.000.000 23,96
2018 Rp145.902.000.000 Rp606.175.000.000 24,07
BIRD
2019 Rp98.340.000.000 Rp413.962.000.000 23,76
2020 Rp127.315.000.000 Rp290.498.000.000 43,83
2021 Rp16.934.000.000 Rp25.654.000.000 66,01
2022 Rp120.412.000.000 Rp484.439.000.000 24,86
4 2015 -Rp459.992.723 -Rp4.747.330.681 9,69
2016 -Rp1.030.282.551 Rp1.907.766.247 -54,00
CMPP
2017 -Rp813.256.742.835 Rp300.295.462.452 -270,82
2018 Rp160.044.520.589 -Rp1.067.069.354.297 -15,00
123

2019 -Rp95.561.647.660 -Rp61.806.971.146 154,61


2020 Rp315.017.931.636 -Rp3.069.607.805.197 -10,26
2021 -Rp406.555.440.237 -Rp1.931.320.737.798 21,05
2022 -Rp3.513.082.147 Rp1.643.423.868.491 -0,21
5 2015 Rp519.289.209 -Rp2.175.470.773 -23,87
2016 -Rp153.519.781 -Rp28.335.466.229 0,54
2017 -Rp1.263.238.344 -Rp37.220.172.117 3,39
2018 -Rp1.547.903.207 -Rp28.326.165.609 5,46
LRNA
2019 -Rp375.449.764 -Rp6.481.690.867 5,79
2020 -Rp4.270.673.153 -Rp38.756.386.237 11,02
2021 -Rp3.203.285.726 -Rp23.203.285.726 13,81
2022 -Rp3.226.999.192 -Rp18.044.925.635 17,88
6 2015 Rp1.776.947.826 -Rp15.786.139.827 -11,26
2016 -Rp2.481.762.355 -Rp35.954.837.951 6,90
2017 Rp1.756.915.569 -Rp21.808.409.356 -8,06
2018 Rp1.032.241.612 -Rp440.765.071 -234,19
MIRA
2019 -Rp737.517.818 -Rp2.484.852.382 29,68
2020 Rp783.028.356 -Rp19.001.205.729 -4,12
2021 Rp1.075.792.051 -Rp14.271.450.785 -7,54
2022 Rp2.304.103.706 -Rp33.656.341.423 -6,85
7 2015 -Rp437.328.133 Rp28.893.562.900 -1,51
2016 -Rp695.060.764 Rp14.617.154.768 -4,76
2017 -Rp1.128.311.047 Rp25.398.805.167 -4,44
2018 -Rp2.187.533.280 Rp54.940.200.015 -3,98
NELLY
2019 -Rp1.623.074.790 Rp53.967.226.757 -3,01
2020 -Rp1.341.366.169 Rp45.285.427.707 -2,96
2021 -Rp1.747.646.452 Rp53.154.884.121 -3,29
2022 -Rp1.822.078.806 Rp128.213.964.589 -1,42
8 2015 Rp828.486.538 Rp2.048.661.106 40,44
2016 Rp938.886.993 Rp19.773.790.897 4,75
2017 Rp1.675.190.939 -Rp9.681.999.973 -17,30
2018 Rp1.658.652.279 -Rp22.172.674.202 -7,48
SAFE
2019 -Rp3.095.936.264 Rp12.303.410.257 -25,16
2020 -Rp1.639.205.453 -Rp15.950.611.459 10,28
2021 -Rp838.805.336 Rp1.630.858.545 -51,43
2022 -Rp3.327.084.615 Rp13.578.789.437 -24,50
9 2015 -Rp2.078.756.533 Rp2.882.818.395 -72,11
SDMU 2016 -Rp1.712.264.099 Rp2.937.607.586 -58,29
2017 Rp710.605.807 -Rp38.510.992.004 -1,85
124

2018 Rp613.637.409 -Rp26.910.056.711 -2,28


2019 Rp1.280.613.671 -Rp37.504.702.699 -3,41
2020 Rp947.798.388 -Rp44.240.864.352 -2,14
2021 Rp790.074.354 -Rp10.532.066.920 -7,50
2022 -Rp586.237.769 Rp3.436.147.259 -17,06
10 2015 Rp18.394.199.000 Rp50.716.457.000 36,27
2016 Rp38.624.204.000 -Rp223.364.576.000 -17,29
2017 Rp56.688.766.000 -Rp548.791.076.000 -10,33
2018 Rp35.372.047.000 -Rp872.192.278.000 -4,06
TAXI
2019 -Rp71.564.621.000 -Rp204.508.321.000 34,99
2020 Rp19.778.599.000 -Rp73.000.559.000 -27,09
2021 Rp8.435.569.000 Rp180.179.087.000 4,68
2022 Rp118.390.000 -Rp15.022.098.000 -0,79
11 2015 Rp12.697.817.092 Rp304.476.318.149 4,17
2016 Rp13.737.761.127 Rp217.783.387.561 6,31
2017 Rp50.445.401.665 Rp12.912.885.693 390,66
2018 Rp50.358.000.000 -Rp15.539.000.000 -324,07
TMAS
2019 -Rp46.123.000.000 Rp146.738.000.000 -31,43
2020 Rp15.815.000.000 Rp36.399.000.000 43,45
2021 -Rp257.437.000.000 Rp955.058.000.000 -26,96
2022 -Rp36.201.000.000 Rp1.450.019.000.000 -2,50
12 2015 -Rp11.901.800.250 -Rp50.993.540.028 23,34
2016 -Rp4.615.867.766 -Rp29.114.801.345 15,85
2017 Rp17.916.532.749 Rp68.341.209.545 26,22
2018 Rp1.662.231.212 Rp4.852.956.130 34,25
WEHA
2019 Rp1.986.317.081 Rp6.505.276.816 30,53
2020 -Rp10.379.720.486 -Rp43.981.201.153 23,60
2021 -Rp707.409.671 -Rp10.330.085.726 6,85
2022 Rp5.723.200.750 Rp25.661.718.938 22,30
125

Lampiran 8 : Hasil Pengolahan Data Menggunakan SPSS 26

A. Analisis Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Profitabilitas 96 -6594.00 21920.00 159.7604 3452.75730
Leverage 96 -794.00 9030.00 298.2917 1334.73363
Intensitas Aset Tetap 96 .00 106.00 61.5000 25.24115
Pertumbuhan Penjualan 96 -120.00 3313.00 64.2708 419.74974
Penghindaran Pajak 96 -32407.00 39066.00 -598.8646 7023.67858
Valid N (listwise) 96

B. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized Residual
N 10
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .38891425
Most Extreme Differences Absolute .169
Positive .107
Negative -.169
Test Statistic .169
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
126

C. Uji Autokorelasi

Model Summaryb
R Adjusted R Std. Error of the Durbin-
Model R Square Square Estimate Watson
a
1 .350 .123 .084 6758.50691 2.163
a. Predictors: (Constant), Pertumbuhan Penjualan, Profitabilitas, Intensitas Aset
Tetap, Leverage
b. Dependent Variable: Penghindaran Pajak

D. Uji Multikolinieritas

Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -519.261 1844.496 -.282 .779
Profitabilitas .012 .201 .006 .061 .951 .996 1.004
Leverage -.470 .597 -.089 -.788 .433 .761 1.313
Intensitas Aset 6.330 27.855 .023 .227 .821 .983 1.017
Tetap
Pertumbuhan -4.967 1.894 -.297 -2.623 .010 .761 1.314
Penjualan
a. Dependent Variable: Penghindaran Pajak

E. Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 2181.553 1597.873 1.365 .176
Profitabilitas -.052 .174 -.031 -.298 .766
Leverage -.054 .517 -.012 -.104 .918
Intensitas Aset Tetap 15.015 24.130 .066 .622 .535
Pertumbuhan 1.739 1.640 .127 1.060 .292
Penjualan
a. Dependent Variable: RES2
127

F. Uji Regresi Linear Berganda

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) -519.261 1844.496 -.282 .779
Profitabilitas .012 .201 .006 .061 .951
Leverage -.470 .597 -.089 -.788 .433
Intensitas Aset 6.330 27.855 .023 .227 .821
Tetap
Pertumbuhan -4.967 1.894 -.297 -2.623 .010
Penjualan
a. Dependent Variable: Penghindaran Pajak

G. Uji Koefisien Determinasi

Model Summary
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate
a
1 .350 .123 .084 6758.50691
a. Predictors: (Constant), Pertumbuhan Penjualan, Profitabilitas, Intensitas Aset
Tetap, Leverage

H. Uji Regresi Parsial (Uji T)

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta Q Sig.
1 (Constant) -519.261 1844.496 -.282 .779
Profitabilitas .012 .201 .006 .061 .951
Leverage -.470 .597 -.089 -.788 .433
Intensitas Aset 6.330 27.855 .023 .227 .821
Tetap
Pertumbuhan -4.967 1.894 -.297 -2.623 .010
Penjualan
a. Dependent Variable: Penghindaran Pajak
128

I. Uji Regresi Simultan (Uji F)

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 575555883.148 4 143888970.787 3.150 .018b
Residual 4110967412.599 90 45677415.696
Total 4686523295.747 94
a. Dependent Variable: Penghindaran Pajak
b. Predictors: (Constant), Pertumbuhan Penjualan, Profitabilitas, Intensitas Aset
Tetap, Leverage
129

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Pribadi
Nama Lengkap : Nani Astuti
NIM : 3419031
Tempat, Tanggal Lahir : Cubadak, 12 Juni 2001
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jorong Cubadak Nagari Pianggu Kecamatan
IX Koto Sungai Lasi Kabupaten Solok
Provinsi Sumatera Barat
Nomor Handphone : 088271298817 / 081261406668
Email : Naniastuti478@gmail.com

Nama Orang Tua


Ayah : Syahrudin
Ibu : Elidarni Wati

Riwayat Pendidikan
SD : SDN 12 Pianggu
SMP/MTs : MTsN 1 Solok
SMA/SMK/MA : MAN Kota Solok
Perguruan Tinggi : UIN Sjech. M. Djamil Djambek Bukittinggi

Pengalaman Organisasi
1. Anggota ORBIT (2019-2021)
2. Anggota HMPS Akuntansi Syari’ah 2021
3. Bendahara Umum HMPS Akuntansi Syari’ah 2022

Anda mungkin juga menyukai