“ PENALARAN (REASONING) ”
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Teori
Akuntansi
dan Dipresentasikan di Kelas Ak.6A
DOSEN PEMBIMBING :
RAHMI ISRIANI, SE., M.Si
Oleh : KELOMPOK 1
MIA AUDINA NIM 3419010
HOTNIDA SARI TANJUNG NIM 3419014
ELVITA SAPUTRI NIM 3419016
MUHAMMAD NUR IKLAS NIM 3419021
NANI ASTUTI NIM 3419031
RIZKA RAHMADANI NIM 3419037
Akhir kata, sebagai karya ilmiah Teori Akuntansi yang baik tentunya
memerlukan sebuah celah untuk menyempurnakan materi ini kedepannya,
untuk itu kami dengan segala kerendahan hati menerima masukan demi maksud
diatas demi peningkatan dan penyempurnaan dalam makalah dan pembelajaran
ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pihak yang sehat harus dilandasi oleh teori yang sehat pula.
Teori yang sehat harus dilandasi oleh penalaran yang sehat karena teori
akuntansi menuntut kemampuan penalaran yang memadai. Penalaran
merupakan proses berpikir logis yang sistematis untuk membentuk dan
mengevaluasi suatu keyakinan akan asersi. Unsur unsur penalaran
adalah asersi, keyakinan, dan argumen. Interaksi antara ketiganya
merupakan bukti rasional untuk mengevaluasi kebenaran suatu
pernyataan teori. Asersi merupakan pernyataan bahwa sesuatu adalah
benar atau penegasan tentang suatu realitas. Keyakinan merupakan
kebersediaan untuk menerima kebenaran suatu pernyataan. Argumen
adalah proses penurunan simpulan atau konklusi atas dasar beberapa
asersi yang berkaitan secara logis. Asersi dapat dinyatakan secara verbal
atau struktural. Asumsi, hipotesis, dan pernyataan fakta merupakan jenis
tingkatan asersi . Jenis tingkatan konklusi tidak dapat melebihi jenis
tingkatan asersi yang terendah. Keyakinan merupakan hal yang dituju
o;eh penalaran. Keyakinan mengandung beberapa sifat penting yaitu:
keadabenaran bukan pendapat, bertingkat, mengandung bias, memuat
nilai, berkekuatan, veridikal, dan tertempa.
Praktik yang sehat harus dilandasi oleh teori yang sehat pula.
Teori yang sehat karena teori akuntansi menuntut kemampuan penalaran
yang memadai. Penalaran merupakan proses berpikir logis dan
sistematis untuk membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan akan
asersi. Unsur unsur penalaran adalah asersi, keyakinan dan argumen.
Interaksi antara ketiganya merupakan bukti rasional untuk mengevaluasi
kebenaran suatu pernyataan teori. Asersi merupakan pernyataan bahwa
sesuatu adalah benar atau penegasan tentang suatu realitas. Keyakinan
merupakankebersediaan untuk menerima kebenaran suatu pernyataan .
B. Rumusan Masalah
a) Apa pengertian dari Penalaran (Reasoning)?
b) Apa saja komponen dari pernalaran?
c) Apa maksud dari asersi secara makna dan diagram?
d) Apa saja sifat dari keyakinan?
e) Apa saja jenis dari argumen?
f) Apa itu argumen dan stratagem?
g) Apa saja contoh dari stratagem dan salah nalar?
h) Apa itu validitas argumen?
i) Apa saja aspek manusia yang menghambat argumen yang sehat?
C. Tujuan
a) Mengetahui pengertian dari Penalaran (Reasoning)?
b) Mengetahui komponen dari pernalaran?
c) Mengetahui apa maksud dari asersi secara makna dan diagram?
d) Mengetahui sifat dari keyakinan?
e) Mengetahui jenis dari argumen?
f) Mengetahui argumen dan stratagem?
g) Mengetahui contoh dari stratagem dan salah nalar?
h) Mengetahui validitas argumen?
i) Mengetahui aspek manusia yang menghambat argumen yang sehat?
BAB II
PEMBAHASAN
B. Komponen Penalaran
a. Pernyataan atau asersi (assertion)
Merupakan suatu hal atau realitas yang dinyatakan dalam bentuk
kalimat atau ungkapan.
Jenis dan fungsi asersi :
Jenis asersi: asumsi (assumption), hipotesis (hypothesis), dan
pernyataan fakta (statement of facts)
Fungsinya sebagai pernyataan premis dan konklusi.
b. Keyakinan (belief)
Merupakan kebersediaan untuk menerima bahwa suatu asersi
adalah benar tanpa memperhatikan apakah argumen valid atau
tidak atau apakah asersi tersebut benar atau tidak.
Propertitas keyakinan:
1
Lisa Martiah Nila Puspita, PENGARUH PENALARAN LOGIS TERHADAP
KEMAMPUAN MEMBUAT KEPUTUSAN DALAM PROSES AUDIT, Bengkulu,
Universitas Bengkulu (Unib), Volume 3, Nomor 1 Januari 2019, Hal. 11
1) Keadabenaran
2) Bukan pendapat
3) Bertingkat
4) Berbias
5) Bermuatan nilai
6) Berkekuatan
7) veridikal
c. Argumen (argument)
Argumen merupakan serangkaian asersi beserta keterkaitan
(artikulasi) dan inferensi atau penyimpulan yang digunakan
untuk mendukung suatu keyakinan. Dalam hal ini argumen
merupakan unsur paling penting karena digunakan untuk
membentuk, memelihara, atau mengubah suatu keyakinan
1. Pengertian Asersi
Asersi (pernyataan) memuat penegasan tentang sesuatu atau realitas.
Pada umumnya asersi dinyatakan dalam bentuk kalimat.
• Semua A adalah B.
• Tidak ada satupun A adalah B.
• Beberapa A adalah B.
Dengan cara penyajian struktur umum asersi seperti diatas, asersi lebih
dapat dinilai dengan valid dalam mengevaluasi argumen, karena tidak
akan terpengaruh dari segi makna dan realitas sebenarnya.
• Semua A adalah B
• Tidak semua B
adalah A
b. Hubungan Eksklusi
• Tidak satupun A adalah B
• Tidak satupun B adalah A
• Beberapa B adalah A
• Beberapa A adalah B
4. Fungsi Asersi
Asersi memegang fungsi yang sangat penting dalam
pembentukan argumen, yaitu dapat berfungsi sebagai premis dan
konklusi. Premis adalah asersi yang digunakan untuk mendukung
konklusi. Konklusi adalah asersi yang diturunkan dari serangkaian
asersi. Konklusi dari suatu argumen dapat menjadi premis dalam
argumen yang lainnya.
D. Sifat Keyakinan
1. Pengertian Keyakinan
Keyakinan terhadap asersi adalah tingkat kebersediaan untuk menerima
bahwa asersi tersebut benar. Keyakinan diperoleh karena kepercayaan
(confidence) tentang kebenaran yang dilekatkan pada suatu asersi. Suatu asersi
dapat dipercaya karena adanya bukti yang kuat untuk menerimanya
sebagai hal yang benar.
a. Keadabenaran (Plausibility)
Sebagai produk penalaran, untuk dapat menimbulkan
keyakinan, suatu asersi harus ada benarnya (plausible).
Keadabenaran atau plaisibilitas (plausibility) suatu asersi
bergantung pada apa yang diketahui tentang isi asersi atau
pengetahuan yang mendasari (the uderlying knowledge) dan
pada sumber asersi (the source). Pengetahuan yang mendasari
(termasuk pengalaman) biasanya menjamin kebenaran asersi.
Oleh karena itu, konsistensi suatu asersi dengan pengetahuan
yang mendasari akan menentukan plausibilitas asersi.
b. Bukan Pendapat
Keyakinan adalah sesuatu yang harus dapat ditunjukkan atau
dibuktikan secara objektif apakah tia salah atau benar dan
sesuatu yang diharapkan menghasilkan kesepakatan
(agreement) oleh setiap orang yang mengevaluasinya atas
dasar fakta objektif. Pendapat atau opini adalah asersi yang
tidak dapat ditentukan benar atau salah karena berkaitan
dengan kesukaan (preferensi) atau selera. Berbeda dengan
keyakinan, plausibilitas pendapat tidak dapat ditentukan.
Artinya, apa yang benar bagi seseorang dapat salah bagi yang
lain. Walaupun dalam kenyataannya kedua konsep tersebut
tidak dibedakan secara tegas, penalaran logis yang dibahas di
sini lebih ditujukan pada keyakinan daripada pendapat.
c. Bertingkat
Keyakinan yang didapat dari suatu asersi tidak bersifat mutlak
tetapi bergradasi mulai dari sangat maragukan sampai sangat
meyakinkan (convincing). Tingkat keyakinan ditentukan oleh
kuantitas dan kualitas bukti untuk mendukung asersi. Orang
yang objektif dan berpikir logis tentunya akan bersedia untuk
mengubah tingkat keyakinannya manakala bukti baru
mengenai plausibilitas suatu asersi diperoleh.
d. Berbias
Selain kekuatan bukti objektif yang ada, keyakinan
dipengaruhi oleh preferensi, keinginan, dan kepentingan
pribadi yang karena sesuatu hal perlu dipertahankan. Idealnya,
dalam menilai plausibilitas suatu asersi orang harus bersikap
objektif dengan pikiran terbuka (open mind). Pada
umumnya, bila orang mempunyai kepentingan, sangat sulit
baginya untuk bersikap objektif. Dengan bukti objektif yang
sama, suatu asersi akan dianggap sangat meyakinkan oleh
orang yang mempunyai kepentingan pribadi yang besar dan
hanya dianggap agak atau kurang meyakinkan oleh orang
yang netral. Demikian pula sebaliknya.
e. Bermuatan Nilai
Orang melekatkan nilai (value) terhadap suatu keyakinan.
Nilai keyakinan adalah tingkat penting-tidaknya suatu
keyakinan perlu dipegang atau dipertahankan seseorang.
Nilai keyakinan bagi seseorang akan tinggi apabila perubahan
keyakinan mempunyai implikasi serius terhadap filosofi,
sistem nilai, martabat, pendapatan potensial, dan perilaku
orang tersebut.
f. Berkekuatan
Kekuatan keyakinan adalah tingkat kepercayaan yang
dilekatkan seseorang pada kebenaran suatu asersi. Orang yang
nyatanya tidak mengerjakan apa yang terkandung dalam
asersi menandakan bahwa keyakinannya terhadap
kebenaran asersi lemah. Dapat dikatakan bahwa semua
properitas keyakinan merupakan faktor yang menentukan
tingkat kekuatan keyakinan seseorang.
g. Veridikal (Veridicality)
Veridikalitas (veridicality) adalah tingkat kesesuaian
keyakinan dengan realitas. Realitas yang dimaksud di sini
adalah apa yang sungguh-sungguh benar tentang asersi yang
diyakini. Dengan kata lain, veridikalitas adalah mudah
tidaknya fakta ditemukan dan ditunjukkan untuk mendukung
keyakinan.
h. Berketertempaan (Malleability)
Ketertempaan (malleability) atau kelentukan keyakinan
berkaitan dengan mudah tidaknya keyakinan tersebut diubah
dengan adanya informasi yang relevan. Berbeda dengan
veridikalitas, ketertempaan tidak memasalahkan apakah suatu
asersi sesuai atau tidak dengan realitas tetapi lebih
memasalahkan apakah keyakinan terhadap suatu asersi dapat
diubah oleh bukti.
E. Jenis Argumen
1. Argumen Deduktif
2. Argumen Induktif
2. Membidik orangnya
3. Menyampingkan Masalah
4. Misrepresentasi
Stratagem ini digunakan biasanya untuk menyanggah atau menjatuhkan
posisi lawan dengan cara memutar balikkan atau menyembunyikan fakta
baik secara halus maupun terang-terangan. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara misalnya, mengekstremkan posisi lawan, menyalah artikan
maksud baik posisi lawan, atau menonjolkan kelemahan dan
menyembunyikan keunggulan argumen lawan.
2
Suwardjono,Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan,(BPEF,Yogyakarta:2005),h-
90
melalui argumen atau penalaran melainkan melalui cara-cara
yang sama sekali tidak berkaitan dengan validitas argumen.
Contoh persuasi taklangsung banyak dijumpai dalam periklanan
(advertising). Untuk membujuk agar orang mau membeli produk,
orang tidak disuguhi argumen tentang mengapa produk tersebut
berkualitas melainkan ditunjuki pemandangan bahwa seorang
selebritis mengguna kan produk tersebut. Harapannya adalah
orang yang tidak menggunakan produk akan merasa bahwa dia
tidak termasuk dalam golongan yang bergaya hidup selebritis.
Oran g yang rasionail tentunya tidak mudah terbujuk oleh stra ta
gem tersebut. Akan t eta pi, teknik-teknik persuasi sudah can ggih
dan halus sehingga orang yang ra siona l pun ma sih terkecoh
secara emosional.
b) Membidik Orangnya
f) Imbauan Tradisi
Misalnya seorang dosen berargumen bahwa skripsi
mahasiswa harus ditulis dengan mesin ketik (bukan komputer)
karena tradisi penulisan jaman dulu atau, bila boleh
menggunakan komputer, dosen melarang mahasiswa mencetak
kata yang biasanya diberi garis bawah dengan huruf miring
karena mempertahankan tradisi penulisan ilmiah jam an sebelum
dat an gnya komputer
g) Dilema Semu
Dilema semu (false dilemma) adalah taktik seseorang
untuk mengaburkan argumen dengan cara menyajikan
gagasannya dan satu alternatif lain kemudian mengkarakterisasi
alternatif lain sangat jelek, merugikan, atau mengerikan sehingga
tidak ada cara lain kecuali menerima apa yang diusulkan
penggagas. Misalnya, dalam suatu perdebatan tentangamandemen
undang-undang dasar, seoranganggota fraksi mengatakan (untuk
meyakinkan anggota dewan yang lain):Kita harus menyetujui
aman demen ini atau negara kita akan hancur.”
h) Imbauan Emosi
Contoh Anda (mahasiswa) diminta untuk
mengevaluasipendapat dalam artikel dosen anda . Anda tidak
setuju dengan pendapat tersebut karena memang pendapat itu
tidak va lid secara akademik tetapi anda mendukung secara penuh
pendapat tersebut karena dosen t ersebut akan keras
terhadapanda. Konklusi di sini adalah pendapat dosen tersebut
valid meskipun bukti akademik tidak mendukung.
H. Validitas Argumen
5
Ibid ,h97
kebenaran (truth). Validitas adalah sifat yang melekat pada argumen sedangkan
kebenaran adalah sifat yang melekat pada asersi.
Kecohan (Fallacy)
Keyakinan semu atau keliru akibat orang terbjuk oleh suatu argumen
yang mengandung cacat (faulty) atau tidak valid. Orang dapat terkecoh akibat
taktik membujuk selaindengan argumen yang valid. alam kehidupan sehari-hari
(baik akademik maupun nonakademik), acap kali dijumpai bahwa argumen
yang jelek, lemah, tidak sehat, atau bahkan tidak masukakal ternyata mampu
meyakinkan banyak orang sehingga mereka terbujuk olehargumen tersebut
padahal seharusnya tidak. Bila hal ini terjadi, akan banyak praktik, perbuatan,
atau tindakan dalam masyarakat yang dilandasi oleh teori atau alasan yang tidak
sehat. Akibatnya praktik itu sendiri menjadi tidak sehat.Cederblom dan Paulsen
(1986) membahas hal ini dengan mengajukan pertanyaan:
Kita harus mengenal berbagai kecohan agar kita waspada bahwa hal
semacamitu memang ada sehingga kita tidak terkecoh atau mengecoh orang
lain secara taksengaja. Orang dapat terkecoh oleh dirinya sendiri sehingga dia
berpikir bahwadia mengajukan argumen yang valid padahal sebenarnya tidak
valid. Sebaliknya, orang dapat mengecoh orang lain dengan sengaja semata-
mata karena inginmemaksakan kehendak atau ingin menangnya sendiri
sehingga dia akan meng-gunakan segala taktik untuk meyakinkan orang lain
tentang keyakinan atau pendapatnya dengan menyampingkan masalah pokok
atau menyembunyikan argumen yang valid. Oleh karena itu, perlu
dibedakannkecohan lantaran taktikatau akal bulus (yang oleh Nickerson disebut
dengan stratagem) dan kecohan lan-taran salah logika atau nalar dalam argumen
(reasoning fallacy). Ciri yang membedakan keduanya adalah maksud atau niat
(intention) untuk berargumen6
63
Suwardjono, Teori Akuntansi Perekayasaan Laporan Keuangan, (yogyakarta:2005), hal. 3-5
Kepentingan sering memaksa orang untuk memihak suatu posisi
meskipun posisi tersebut sangat lemah dari segi argumen.
BAB III
74
Lihat pembahasan lebih mendalam Belkaoui, op. cit. Hlm. 117-118
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan dan sumber yang didapat unuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca agar kedepannya makalah ini jauh lebih sempurna.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Lisa Martiah Nila Puspita, 2019. PENGARUH PENALARAN LOGIS
TERHADAP KEMAMPUAN MEMBUAT KEPUTUSAN DALAM PROSES
AUDIT, Bengkulu
Kita harus mengenal berbagai kecohan agar kita waspada bahwa hal semacam
itu
memang ada sehingga kita tidak terkecoh atau mengecoh orang lain secara tak
sengaja.
Orang dapat terkecoh oleh dirinya sendiri sehingga dia berpikir bahwa dia
mengajukan
Kita harus mengenal berbagai kecohan agar kita waspada bahwa hal semacam
itu
memang ada sehingga kita tidak terkecoh atau mengecoh orang lain secara tak
sengaja.
Orang dapat terkecoh oleh dirinya sendiri sehingga dia berpikir bahwa dia
mengajukan
Kita harus mengenal berbagai kecohan agar kita waspada bahwa hal semacam
itu
memang ada sehingga kita tidak terkecoh atau mengecoh orang lain secara tak
sengaja.
Orang dapat terkecoh oleh dirinya sendiri sehingga dia berpikir bahwa dia
mengajuk
Struktur argumen ini
digambarkan sebagai berikut:
Premis (1) X dan Y mempunyai kemiripan dalam hal a, b, c, ...
Premis (2) X mempunyai karakteristik z.
Konklusi: Y mempunyai karakteristik Struktur argumen ini
digambarkan sebagai berikut:
Premis (1) X dan Y mempunyai kemiripan dalam hal a, b, c, ...
Premis (2) X mempunyai karakteristik z.
Konklusi: Y mempunyai karakteristik
Struktur argumen ini
digambarkan sebagai berikut:
Premis (1) X dan Y mempunyai kemiripan dalam hal a, b, c, ...
Premis (2) X mempunyai karakteristik z.
Konklusi: Y mempunyai karakteristik
Struktur argumen ini
digambarkan sebagai berikut:
Premis (1) X dan Y mempunyai kemiripan dalam hal a, b, c, ...
Premis (2) X mempunyai karakteristik z.
Konklusi: Y mempunyai karak