Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

“ PENALARAN (REASONING) ”
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Teori
Akuntansi
dan Dipresentasikan di Kelas Ak.6A

DOSEN PEMBIMBING :
RAHMI ISRIANI, SE., M.Si

Oleh : KELOMPOK 1
MIA AUDINA NIM 3419010
HOTNIDA SARI TANJUNG NIM 3419014
ELVITA SAPUTRI NIM 3419016
MUHAMMAD NUR IKLAS NIM 3419021
NANI ASTUTI NIM 3419031
RIZKA RAHMADANI NIM 3419037

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
TA. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena


rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya, makalah Teori Akuntansi ini dapat
diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan seluruh orang yang senantiasa
mengikuti sunnah beliau.

Makalah Teori Akuntansi ini dibuat berdasarkan panduan dan Garis-


garis Besar Program Pengajaran yang diberikan oleh Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Bukittinggi.

Juga kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah banyak


membantu di dalam penyusunan materi kuliah ini, karena tanpa arahan,
bimbingan dan motivasi yang diberikan, tentunya makalah ini belum bisa tersaji
kepada para pembaca, walaupun tidak bisa kami sebutkan namanya satu
persatu.

Akhir kata, sebagai karya ilmiah Teori Akuntansi yang baik tentunya
memerlukan sebuah celah untuk menyempurnakan materi ini kedepannya,
untuk itu kami dengan segala kerendahan hati menerima masukan demi maksud
diatas demi peningkatan dan penyempurnaan dalam makalah dan pembelajaran
ini.

Bukittinggi, Februari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pihak yang sehat harus dilandasi oleh teori yang sehat pula.
Teori yang sehat harus dilandasi oleh penalaran yang sehat karena teori
akuntansi menuntut kemampuan penalaran yang memadai. Penalaran
merupakan proses berpikir logis yang sistematis untuk membentuk dan
mengevaluasi suatu keyakinan akan asersi. Unsur unsur penalaran
adalah asersi, keyakinan, dan argumen. Interaksi antara ketiganya
merupakan bukti rasional untuk mengevaluasi kebenaran suatu
pernyataan teori. Asersi merupakan pernyataan bahwa sesuatu adalah
benar atau penegasan tentang suatu realitas. Keyakinan merupakan
kebersediaan untuk menerima kebenaran suatu pernyataan. Argumen
adalah proses penurunan simpulan atau konklusi atas dasar beberapa
asersi yang berkaitan secara logis. Asersi dapat dinyatakan secara verbal
atau struktural. Asumsi, hipotesis, dan pernyataan fakta merupakan jenis
tingkatan asersi . Jenis tingkatan konklusi tidak dapat melebihi jenis
tingkatan asersi yang terendah. Keyakinan merupakan hal yang dituju
o;eh penalaran. Keyakinan mengandung beberapa sifat penting yaitu:
keadabenaran bukan pendapat, bertingkat, mengandung bias, memuat
nilai, berkekuatan, veridikal, dan tertempa.
Praktik yang sehat harus dilandasi oleh teori yang sehat pula.
Teori yang sehat karena teori akuntansi menuntut kemampuan penalaran
yang memadai. Penalaran merupakan proses berpikir logis dan
sistematis untuk membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan akan
asersi. Unsur unsur penalaran adalah asersi, keyakinan dan argumen.
Interaksi antara ketiganya merupakan bukti rasional untuk mengevaluasi
kebenaran suatu pernyataan teori. Asersi merupakan pernyataan bahwa
sesuatu adalah benar atau penegasan tentang suatu realitas. Keyakinan
merupakankebersediaan untuk menerima kebenaran suatu pernyataan .
B. Rumusan Masalah
a) Apa pengertian dari Penalaran (Reasoning)?
b) Apa saja komponen dari pernalaran?
c) Apa maksud dari asersi secara makna dan diagram?
d) Apa saja sifat dari keyakinan?
e) Apa saja jenis dari argumen?
f) Apa itu argumen dan stratagem?
g) Apa saja contoh dari stratagem dan salah nalar?
h) Apa itu validitas argumen?
i) Apa saja aspek manusia yang menghambat argumen yang sehat?
C. Tujuan
a) Mengetahui pengertian dari Penalaran (Reasoning)?
b) Mengetahui komponen dari pernalaran?
c) Mengetahui apa maksud dari asersi secara makna dan diagram?
d) Mengetahui sifat dari keyakinan?
e) Mengetahui jenis dari argumen?
f) Mengetahui argumen dan stratagem?
g) Mengetahui contoh dari stratagem dan salah nalar?
h) Mengetahui validitas argumen?
i) Mengetahui aspek manusia yang menghambat argumen yang sehat?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penalaran (Reasoning)


Penalaran merupakan proses berpikir logis dan sistematis untuk
membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan (belief) terhadap suatu
pernyataan atau asersi (assertion). Penalaran melibatkan proses
penurunan konsekuensi logis dan proses penarikan simpulan / konklusi
dari serangkaian pernyataan atau asersi.1
Penalaran perlu diajukan dan dijabarkan untuk membentuk,
mempertahankan atau mengubah keyakinan bahwa sesuatu misalnya
teori pernyataan atau penjelasan adalah benar. Penalaran melibatkan
inferensi (inference), yaitu proses penurunan konsekuensi logis dan
melibatkan proses penarikan simpulan/konklusi dari serangkaian
pernyataan atau asersi. Penalaran mempunyai nilai penting dalam
pengembangan, penciptaan, pengevaluasian dan pengujian suatu teori
atau pengujian hipotesis.

B. Komponen Penalaran
a. Pernyataan atau asersi (assertion)
Merupakan suatu hal atau realitas yang dinyatakan dalam bentuk
kalimat atau ungkapan.
Jenis dan fungsi asersi :
Jenis asersi: asumsi (assumption), hipotesis (hypothesis), dan
pernyataan fakta (statement of facts)
Fungsinya sebagai pernyataan premis dan konklusi.
b. Keyakinan (belief)
Merupakan kebersediaan untuk menerima bahwa suatu asersi
adalah benar tanpa memperhatikan apakah argumen valid atau
tidak atau apakah asersi tersebut benar atau tidak.
Propertitas keyakinan:

1
Lisa Martiah Nila Puspita, PENGARUH PENALARAN LOGIS TERHADAP
KEMAMPUAN MEMBUAT KEPUTUSAN DALAM PROSES AUDIT, Bengkulu,
Universitas Bengkulu (Unib), Volume 3, Nomor 1 Januari 2019, Hal. 11
1) Keadabenaran
2) Bukan pendapat
3) Bertingkat
4) Berbias
5) Bermuatan nilai
6) Berkekuatan
7) veridikal
c. Argumen (argument)
Argumen merupakan serangkaian asersi beserta keterkaitan
(artikulasi) dan inferensi atau penyimpulan yang digunakan
untuk mendukung suatu keyakinan. Dalam hal ini argumen
merupakan unsur paling penting karena digunakan untuk
membentuk, memelihara, atau mengubah suatu keyakinan

C. Asersi Secara Makna dan Diagram

1. Pengertian Asersi
Asersi (pernyataan) memuat penegasan tentang sesuatu atau realitas.
Pada umumnya asersi dinyatakan dalam bentuk kalimat.

Beberapa contoh asersi, antara lain :

• Manusia adalah makhluk sosial.


• Beberapa obat batuk menyebabkan kantuk.
• Statemen aliran kas bermanfaat bagi investor dan
kreditor.
• Perusahaan besar akan memilih metoda MPKP.
• Dalam sektor publik, anggaran merupakan alat
pengendalian dan pengawasan yang paling andal.
Beberapa asersi mengandung pengkuantifikasi yaitu semua (all), tidak
ada (no), dan beberapa (some). Asersi yang memuat pengkuantifikasi
semua dan tidak ada merupakan asersi universal sedangkan yang
memuat penguantifikasi beberapa merupakan asersi spesifik.
Pengkuantifikasi diperlukan untuk menentukan ketermasukan
(inclusiveness) atau keuniversalan asersi.
Dalam penulisan, asersi ada yang dinyatakan secara makna
(meaning). Asersi yang disajikan secara makna biasanya cenderung
akan salah diinterpretasikan dalam kondisi keterbatasan bahasa dan
sudut pandang. Oleh karena itu, asersi yang disajikan secara makna
akan mengganggu evaluasi argumen. Maka biasanya asersi dinyatakan
dalam bentuk struktur atau bentuk (form). Contoh penyajian struktur
umum asersi:

• Semua A adalah B.
• Tidak ada satupun A adalah B.
• Beberapa A adalah B.
Dengan cara penyajian struktur umum asersi seperti diatas, asersi lebih
dapat dinilai dengan valid dalam mengevaluasi argumen, karena tidak
akan terpengaruh dari segi makna dan realitas sebenarnya.

Asersi juga dapat ditampilkan dalam bentuk diagram. Dengan


menampilkannya dalam bentuk diagram maka akan dapat terlihat jelas
hubungan ketermasukan dari asersi tersebut.

Berikut adalah contoh hubungan asersi yang digambarkan dalam


diagram
a. Hubungan Inklusi

• Semua A adalah B
• Tidak semua B
adalah A

b. Hubungan Eksklusi
• Tidak satupun A adalah B
• Tidak satupun B adalah A

c. Hubungan Saling Isi (Overlaping)

• Beberapa B adalah A
• Beberapa A adalah B

2. Asersi untuk Interpretasi Istilah


Penyajian asersi dalam bentuk diagram dapat digunakan untuk
mengevaluasi ketepatan makna dari suatu istilah. Seperti contohnya
frase “Meja biru bundar” tidak akan sama dengan “Meja Bundar Biru”.
Dalam kenyataannya penggunaan istilah “Bersertifikat Akuntan
Publik” atau BAP dinilai tidak tepat dengan kaidah bahasa Indonesia
yang menggunakan DM yaitu diterangkan-menerangkan.
Penyimpangan makna dari suatu asersi mengindikasikan suatu argumen
atau penalaran dalam mengartikan suatu istilah asing terkadang tidak
valid atau berbeda-beda.
3. Jenis Asersi
Asersi dapat diklasifikasikan menjadi asumsi (assumption),
hipotesis (hypothesis), dan pernyataan fakta (statement of fact). Asumsi
adalah asersi yang diyakini benar meskipun orang tidak dapat
mengajukan atau menunjukkan bukti tentang kebenarannya secara
meyakinkan atau asersi yang orang bersedia untuk menerima sebagai
benar untuk keperluan diskusi atau debat. Hipotesis adalah asersi yang
kebenarannya belum atau tidak diketahui tetapi diyakini bahwa asersi
tersebut dapat diuji kebenarannya. Pernyataan fakta adalah asersi yang
bukti tentang kebenarannya diyakini sangat kuat atau bahkan tidak
dapat dibantah.

4. Fungsi Asersi
Asersi memegang fungsi yang sangat penting dalam
pembentukan argumen, yaitu dapat berfungsi sebagai premis dan
konklusi. Premis adalah asersi yang digunakan untuk mendukung
konklusi. Konklusi adalah asersi yang diturunkan dari serangkaian
asersi. Konklusi dari suatu argumen dapat menjadi premis dalam
argumen yang lainnya.

Prinsip yang dipakai adalah suatu kredibilitas konklusi tidak


dapat melebihi kredibilitas terendah premis-premis yang digunakan
untuk menurunkan konklusi. Artinya, kalau konklusi diturunkan dari
serangkaian premis yang salah satu merupakan pernyataan fakta dan
yang lain asumsi, konklusi tidak dapat dipandang sebagai pernyataan
fakta. Dengan kata lain, keyakinan terhadap konklusi dibatasi oleh
keyakinan terhadap premis.

D. Sifat Keyakinan

1. Pengertian Keyakinan
Keyakinan terhadap asersi adalah tingkat kebersediaan untuk menerima
bahwa asersi tersebut benar. Keyakinan diperoleh karena kepercayaan
(confidence) tentang kebenaran yang dilekatkan pada suatu asersi. Suatu asersi
dapat dipercaya karena adanya bukti yang kuat untuk menerimanya
sebagai hal yang benar.

Orang dikatakan yakin terhadap suatu asersi bila dia menunjukkan


perbuatan, sikap, dan pandangan seolah-olah asersi tersebut benar karena dia
percaya bahwa asersi tersebut benar. Kepercayaan diberikan kepada suatu
asersi biasanya setelah dilakukan evaluasi terhadap asersi atas dasar argumen
yang digunakan untuk menurunkan asersi. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa keyakinan merupakan produk, hasil, atau tujuan suatu penalaran.
Berbagai faktor mempengaruhi tingkat keyakinan seseorang atas suatu asersi.
Karakteristik (sifat) asersi menentukan mudah-tidaknya keyakinan seseorang
dapat diubah melalui penalaran.

2. Properitas (Sifat) Keyakinan


Semua penalaran bertujuan untuk menghasilkan keyakinan terhadap asersi
yang menjadi konklusi penalaran. Pemahaman terhadap beberapa properitas
(sifat) keyakinan sangat penting dalam mencapai keberhasilan berargumen.
Argumen dianggap berhasil kalau argumen tersebut dapat mengubah keyakinan.
Berikut ini dibahas properitas keyakinan yang perlu disadari dalam berargumen :

a. Keadabenaran (Plausibility)
Sebagai produk penalaran, untuk dapat menimbulkan
keyakinan, suatu asersi harus ada benarnya (plausible).
Keadabenaran atau plaisibilitas (plausibility) suatu asersi
bergantung pada apa yang diketahui tentang isi asersi atau
pengetahuan yang mendasari (the uderlying knowledge) dan
pada sumber asersi (the source). Pengetahuan yang mendasari
(termasuk pengalaman) biasanya menjamin kebenaran asersi.
Oleh karena itu, konsistensi suatu asersi dengan pengetahuan
yang mendasari akan menentukan plausibilitas asersi.
b. Bukan Pendapat
Keyakinan adalah sesuatu yang harus dapat ditunjukkan atau
dibuktikan secara objektif apakah tia salah atau benar dan
sesuatu yang diharapkan menghasilkan kesepakatan
(agreement) oleh setiap orang yang mengevaluasinya atas
dasar fakta objektif. Pendapat atau opini adalah asersi yang
tidak dapat ditentukan benar atau salah karena berkaitan
dengan kesukaan (preferensi) atau selera. Berbeda dengan
keyakinan, plausibilitas pendapat tidak dapat ditentukan.
Artinya, apa yang benar bagi seseorang dapat salah bagi yang
lain. Walaupun dalam kenyataannya kedua konsep tersebut
tidak dibedakan secara tegas, penalaran logis yang dibahas di
sini lebih ditujukan pada keyakinan daripada pendapat.

c. Bertingkat
Keyakinan yang didapat dari suatu asersi tidak bersifat mutlak
tetapi bergradasi mulai dari sangat maragukan sampai sangat
meyakinkan (convincing). Tingkat keyakinan ditentukan oleh
kuantitas dan kualitas bukti untuk mendukung asersi. Orang
yang objektif dan berpikir logis tentunya akan bersedia untuk
mengubah tingkat keyakinannya manakala bukti baru
mengenai plausibilitas suatu asersi diperoleh.

d. Berbias
Selain kekuatan bukti objektif yang ada, keyakinan
dipengaruhi oleh preferensi, keinginan, dan kepentingan
pribadi yang karena sesuatu hal perlu dipertahankan. Idealnya,
dalam menilai plausibilitas suatu asersi orang harus bersikap
objektif dengan pikiran terbuka (open mind). Pada
umumnya, bila orang mempunyai kepentingan, sangat sulit
baginya untuk bersikap objektif. Dengan bukti objektif yang
sama, suatu asersi akan dianggap sangat meyakinkan oleh
orang yang mempunyai kepentingan pribadi yang besar dan
hanya dianggap agak atau kurang meyakinkan oleh orang
yang netral. Demikian pula sebaliknya.

e. Bermuatan Nilai
Orang melekatkan nilai (value) terhadap suatu keyakinan.
Nilai keyakinan adalah tingkat penting-tidaknya suatu
keyakinan perlu dipegang atau dipertahankan seseorang.
Nilai keyakinan bagi seseorang akan tinggi apabila perubahan
keyakinan mempunyai implikasi serius terhadap filosofi,
sistem nilai, martabat, pendapatan potensial, dan perilaku
orang tersebut.

f. Berkekuatan
Kekuatan keyakinan adalah tingkat kepercayaan yang
dilekatkan seseorang pada kebenaran suatu asersi. Orang yang
nyatanya tidak mengerjakan apa yang terkandung dalam
asersi menandakan bahwa keyakinannya terhadap
kebenaran asersi lemah. Dapat dikatakan bahwa semua
properitas keyakinan merupakan faktor yang menentukan
tingkat kekuatan keyakinan seseorang.

g. Veridikal (Veridicality)
Veridikalitas (veridicality) adalah tingkat kesesuaian
keyakinan dengan realitas. Realitas yang dimaksud di sini
adalah apa yang sungguh-sungguh benar tentang asersi yang
diyakini. Dengan kata lain, veridikalitas adalah mudah
tidaknya fakta ditemukan dan ditunjukkan untuk mendukung
keyakinan.

h. Berketertempaan (Malleability)
Ketertempaan (malleability) atau kelentukan keyakinan
berkaitan dengan mudah tidaknya keyakinan tersebut diubah
dengan adanya informasi yang relevan. Berbeda dengan
veridikalitas, ketertempaan tidak memasalahkan apakah suatu
asersi sesuai atau tidak dengan realitas tetapi lebih
memasalahkan apakah keyakinan terhadap suatu asersi dapat
diubah oleh bukti.

E. Jenis Argumen

Berbagai karakteristik dapat digunakan sebagai basis untuk


mengklasifikasi argumen. Misalnya argumen dibedakan menjadi argumen
langsung dan tak langsung, formal dan informal, serta meragukan dan
meyakinkan. Dalam hal ini, argumen dapat diklasifikasi menjadi argumen
deduktif dan induktif.

1. Argumen Deduktif

Argumen atau penalaran deduktif adalah proses penyimpulan


yang berawal dari suatu pernyataan umum yang disepakati (premis) ke
pernyataan khusus sebagai simpulan (konklusi). Argumen deduktif
disebut juga argumen logis (logicalargument) sebagai pasangan
argumen ada benarnya (plausible argument). Argumenlogis adalah
argumen yang asersi konklusinya tersirat (implied) atau dapat
diturunkan/dideduksi dari (deduced from) asersi-asersi lain (premis-
premis) yang diajukan. Disebut argumen logis karena kalau premis-
premisnya benar konklusinya harus benar (valid). Kebenaran konklusi
tidak selalu berarti bahwa konklusi merefleksi realitas (truth). Hal inilah
yang membedakan argumen sebagai buktirasional dan bukti
fisis/langsung/empiris berupa fakta.Salah satu bentuk penalaran deduktif
adalah suatu penalaran yang disebut silogisma. Silogisma terdiri atas
tiga komponen yaitu premis major (major premise),premis minor (minor
premise), dan konklusi (conclusion). Dalam silogisma, konklusi akan
benar bila kedua premis benar dan premis minor menegaskan anteseden
(disebut pola modus ponens) atau premis minor menyangkal konsekuen
(disebut polamodus tollens). Penalaran deduktif berlangsung dalam tiga
tahap yaitu: () penentuan pernyataan umum (premis major) yang
menjadi basis penalaran, (1) penerapan konsep umum ke dalam situasi
khusus yang dihadapi (proses deduksi), (3) penarikan simpulan secara
logis yang berlaku untuk situasi khusus tersebut. Penalaran deduktif
lebih dari sekadar silogisma karena penalaran deduktif dan unsur-
unsurnya (asersi-asersi) akan membentuk argumen untuk mengubah
suatu keyakinan.Penalaran deduktif dalam akuntansi digunakan untuk
memberi keyakinan tentang simpulan-simpulan yang diturunkan dari
premis yang dianut. Dalam teoriakuntansi, premis major sering disebut
sebagai postulat (postulate). Sebagaipenalaran logis, argumen-argumen
yang dihasilkan dengan pendekatan deduktif dalam akuntansi akan
membentuk teori akuntansi.

2. Argumen Induktif

Penalaran ini berawal dari suatu pernyataan atau keadaan yang


khusus dan berakhir dengan pernyataan umum yang merupakan
generalisasi dari keadaan khusus tersebut. Argumen induktif bersifat
sebagai argumen ada benarnya (plausible argument).

F. Argumen dan Stratagem

Dalam kehidupan sehari-hari, istilah argumen sering digunakan


secara keliru untuk menunjuk ketidaksepakatan, perselisihan pendapat
(dispute), atau bahkan pertengkaran mulut. Dalam pengertian ini, argumen
mempunyai konotasi negatif. Orang yang suka bertengkar dan ingin
menangnya sendiri akan menikmati dan memburunya tetapi orang yang
ingin mencari solusi atau alternatif pemecahan masalah yang terbaik akan
menghindarinya. Dalam arti positif, argumen dapat disamakan dengan
penalaran logis untuk menjelaskan atau mengajukan bukti rasional tentang
suatu asersi.Bila seseorang mengajukan alasan untuk mendukung suatu
gagasan atau pandangan, dia biasanya menawarkan suatu argumen.
Argumen dalam arti positif selalu dijumpai dalam bacaan, percakapan, dan
dalam diskusi ilmiah. Argumen merupakan bagian penting dalam
pengembangan pengetahuan.

Stratagem adalah pendekatan atau cara-cara untuk mempengaruhi


keyakinan orang dengan cara selain mengajukan argumen yang valid atau
masuk akal (reasonable argument). Stratagem merupakan salah satu bentuk
argumen karena merupakan upaya untuk menyakinkan seseorang agar dia
percaya atau bersedia mengerjakan sesuatu. Berbeda dengan argumen yang
valid, stratagem biasanya digunakan untuk membela pendapat yang
sebenarnya keliru atau lemah dan tidak dapat dipertahankan secara logis.
Karenanya, stratagem dapat mengandung kebohongan dan muslihat.
Biasanya, stratagem digunakan dengan niat semata-mata untuk
memaksakan kehendak, membujuk orang agar meyakini sesuatu,
menjadikan hal yang tidak baik/benar kelihatan baik/benar, atau
menjatuhkan lawan bicara dalam debat atau perselisihan. Stratagem dapat
melibatkan salah nalar walaupun tidak harus selalu demikian. Artinya,
argumen yang logis tidak selalu dapat membujuk. Oleh karena itu,
keyakinan kadang-kadang dianut bukan karena kekuatan argumen semata-
mata tetapi juga karena stratagem. Berikut macam-macam stratagem:

1. Persuasi Tak langsung


Persuasi tak langsung merupakan stratagem untuk menyakinkan
seseorang akan kebenaran suatu pernyataan bukan langsung melalui
argumen atau penalaran melainkan melalui cara-cara yang sama sekali
tidak berkaitan dengan validitas argumen. Contoh persuasi tak langsung
banyak dijumpai dalam periklanan (advertising). Untuk membujuk agar
orang mau membeli produk, orang tidak disuguhi argumen.

2. Membidik orangnya

Stratagem ini digunakan untuk melemahkan atau menjatuhkan


suatu posisi atau pernyataan dengan cara menghubungan pernyataan
atau argumen yang diajukan seseorang dengan pribadi orang
tersebut.Alih-alih mengajukan kontra-argumen (counter-argument) yang
lebih valid, pembicara mengajukan kejelekan atau sifat yang kurang
menguntungkan dari lawan berargumen. Jadi, yang dilawan orangnya
bukan argumennya. Dengan cara ini diharapkan bahwa daya bujuk
argument akan menjadi turun atau jatuh. Taktik ini sering disebut
argumentum adhominem.

3. Menyampingkan Masalah

Stratagem ini dilakukan dengan cara mengajukan argumen yang


tidak bertumpu pada masalah pokok atau dengan cara mengalihkan
masalah ke masalah yang lain yang tidak bertautan. Hal ini sering
dilakukan orang jika dia (karena sesuatu hal) tidak bersedia menerima
argumen yang dia tahu lebih valid dari argumen yang dipegangnya.
Penyampingan masalah ini juga merupakan salah satu contoh salah
nalar karena penyampingan dilakukan dengan memberi penjelasan yang
tidak menjawab masalah.

4. Misrepresentasi
Stratagem ini digunakan biasanya untuk menyanggah atau menjatuhkan
posisi lawan dengan cara memutar balikkan atau menyembunyikan fakta
baik secara halus maupun terang-terangan. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara misalnya, mengekstremkan posisi lawan, menyalah artikan
maksud baik posisi lawan, atau menonjolkan kelemahan dan
menyembunyikan keunggulan argumen lawan.

G. Contoh Stratagem dan Salah Nalar


1. Stratagem
Stratagem adalah pendekatan atau cara-cara untuk mempengaruhi
keyakinan orang dengan cara selain mengajukan argumen yang valid
atau masuk akal (rea-  sonable argument). Stratagem merupakan salah
satu bentuk argumen karena merupakan upaya untuk menyakinkan
seseorang agar dia percaya atau bersedia mengerjakan sesuatu. Berbeda
dengan argumen yang valid, stratagem biasanya digunakanuntuk
membela pendapat yang sebenarnya keliru atau lemah dan tidak dapat
dipertahan kan secara logis. Karenan ya, stratagem dapat mengandung
kebohongan (deceit) dan muslihat (trick). Biasanya, stratagem
digunakan dengan niat semata-mata untuk memaksakan kehendak,
membujuk orang agar meyakini sesuatu, menjadikan hal yang tidak
baik/benar kelihatan baik/benar, atau menjatuhkan lawan bicara dalam
debat atau perselisihan. Stratagem dapat melibatkan salah nalar
walaupun tidak harus selalu demikian. Artinya, argumen yang logis
tidak selalu dapat membujuk. Oleh karena itu, keyakinan kadang-
kadang dianut bukan karena kekuatan argumen semata-mata tetapi juga
karena stratagem2
Stratagem banyak dijumpai dalam arena politik walaupun tidak
tertutup kemungkinan bahwa hal tersebut dijumpai dalam diskusi
ilmiah. Pakar atau ilmuwan kadan g kala lebih menunjukkan stratagem
daripada argumen yang valid. Berikut ini dibahas beberapa stratagem
yang sering dijumpai dalam diskusi atau perdebatan baik politis ma
upun akademik.
a) Persuasi Tak langsung
Persuasi taklangsung merupakan stratagem untuk menyakinkan
seseorang akan kebenaran suatu pernyataan bukan langsung

2
Suwardjono,Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan,(BPEF,Yogyakarta:2005),h-
90
melalui argumen atau penalaran melainkan melalui cara-cara
yang sama sekali tidak berkaitan dengan validitas argumen.
Contoh persuasi taklangsung banyak dijumpai dalam periklanan
(advertising). Untuk membujuk agar orang mau membeli produk,
orang tidak disuguhi argumen tentang mengapa produk tersebut
berkualitas melainkan ditunjuki pemandangan bahwa seorang
selebritis mengguna kan produk tersebut. Harapannya adalah
orang yang tidak menggunakan produk akan merasa bahwa dia
tidak termasuk dalam golongan yang bergaya hidup selebritis.
Oran g yang rasionail tentunya tidak mudah terbujuk oleh stra ta
gem tersebut. Akan t eta pi, teknik-teknik persuasi sudah can ggih
dan halus sehingga orang yang ra siona l pun ma sih terkecoh
secara emosional.
b) Membidik Orangnya

Stratagem ini digunakan untuk melemahkan atau


menjatuhkan suatu posisi atau pernyataan dengan cara
menghubungan pernyataan atau ar gumen yang diajukan
seseorang dengan pribadi orang tersebut. . Berikut ini adalah
beberapa contoh stratagem ini. Dia tidak mungkin menjadi
pemimpin yang andal karena dia bekas militer (atau t ahanan
politik yang pernah dihukum). Praktisi akuntansi yang tidak
mengikuti standar akuntansi seperti apa adanyaa dalah orang
yang tidak loyal dan tidak profesional.Jangan menggunakan
istilah tersebut karena yang mengusulkan orang Yogya. (Saya
tidak setuju istilah itu karena itu istilah Yogya.)

• Program tersebut tidak valid didukung karena yang


mengajukan adalah partai politik A.
• Kurikulum ini harus diganti total karena yang mengembangkan
adalah pengelola la ma (rezim orde ba ru)
Menyampingkan Masalah

contoh stratagem ini.

• Gerakan antikorupsi tidak perlu digalakkan lagi karena


nyatanya banyak orang yang melakukan korupsi tidak
mendapatkan sanksi hukum.
• Pembenahan istilah akuntansi tidak perlu dilakukan karena
dalam komunikasi yang penting kita tahu maksudnya.
• Mengapa istilah kosseharusnya digunakan alih-alih biaya?
Stratagem: Apa bedan ya dengan kos-kosan (tempat mondok)?
c) Misrepresentasi
Stratagem ini digunakan biasanya untuk menyanggah atau
menjatuhkan posisi lawan dengan cara memutarbalikkan atau
menyembunyikan fakta baik secara halus maupun terang-
terangan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara misalnya:
mengekstremkan posisi lawan, menyalahartikan maksud baik
posisi lawan, atau menonjolkan kelemahan dan menyembunyikan
keunggulan argumen lawan. Sebagai contoh, seorang anggota
DPR dari Partai A mengajukan argumen untuk mendukung agar
pemerintah mengurangi anggaran untuk pertahanan dan
menambah anggaran untuk pendidikan. Anggota dari Partai B,
sebagai penyanggah, menuduh anggota dari Partai A ingin
menghancurkan militer dan menempatkan negara pada kondisi
kurangaman. Ini merupakan misrepresentasi dengan
mengekstremkan posisi lawan
d) Imbauan Cacah
Stratagem ini biasanya digunakan untuk mendukung suatu posisi
dengan menunjukkan bahwa banyak orang melakukan apa yang
dikandung posisi tersebut. Sebagai contoh, suatu kelompok
memegang posisi untuk membolehkan penaikan harga (mark-up) 
kontrak atau tender karena banyak rekanan melakukan hal
tersebut. Dalam promosi produk, pengiklan membuat klaim “
Sembilan dari sepuluh bintang film menggunakan sabun merek
X” untuk membujuk konsumer agar membeli sabun tersebut.3
e) Imbauan Autoritas

Stratagem ini mirip dengan imbauan cacah kecuali bahwa


banyaknya orang atau popularitas diganti dengan autoritas.
Sebagai contoh, seorang akademisi ditanya mengapa dia
memakai istilah beban bukan biaya untuk padan kata expense.
Akademisi tersebut dapat mengajukann stratagem bahwa dia
menggunakan istilah beban karena autoritas (Ikatan Akuntan
Indonesia) menggunakan istilah tersebut tanpa mempersoalkan
apakah istilah tersebut layak atau tidak padahal dia tahu bahwa
3
Ibid,h 92
istilah beban tidak valid (tidak dapat didukung secara
argumentative)

f) Imbauan Tradisi
Misalnya seorang dosen berargumen bahwa skripsi
mahasiswa harus ditulis dengan mesin ketik (bukan komputer)
karena tradisi penulisan jaman dulu atau, bila boleh
menggunakan komputer, dosen melarang mahasiswa mencetak
kata yang biasanya diberi garis bawah dengan huruf miring
karena mempertahankan tradisi penulisan ilmiah jam an sebelum
dat an gnya komputer
g) Dilema Semu
Dilema semu (false dilemma)  adalah taktik seseorang
untuk mengaburkan argumen dengan cara menyajikan
gagasannya dan satu alternatif lain kemudian mengkarakterisasi
alternatif lain sangat jelek, merugikan, atau mengerikan sehingga
tidak ada cara lain kecuali menerima apa yang diusulkan
penggagas. Misalnya, dalam suatu perdebatan tentangamandemen
undang-undang dasar, seoranganggota fraksi mengatakan (untuk
meyakinkan anggota dewan yang lain):Kita harus menyetujui
aman demen ini atau negara kita akan hancur.”
h) Imbauan Emosi
Contoh Anda (mahasiswa) diminta untuk
mengevaluasipendapat dalam artikel dosen anda . Anda tidak
setuju dengan pendapat tersebut karena memang pendapat itu
tidak va lid secara akademik tetapi anda mendukung secara penuh
pendapat tersebut karena dosen t ersebut akan keras
terhadapanda. Konklusi di sini adalah pendapat dosen tersebut
valid meskipun bukti akademik tidak mendukung.

2. Salah Nalar (Reasoning Fallacy)


Salah nalar terjadi apabila penyimpulan tidak didasarkan pada
kaidah‐kaidah penalaran yang valid. Salah nalaradalah kesalahan
struktur atau proses formal penalaran dalam menurunkan simpulan
sehingga simpulan menjadi salah atau tidak valid. Stratagem berbeda
dengan salah nalar. Stratagem lebih merupakan taktik atau
pendekatan yang sengaja digunakan untuk meyakinkan kebenaran
suatu asersi, salah nalar merupakan suatu bentuk kesalahan
penyimpulan lantaran penalarannya mengandung cacat sehingga
simpulan tidak valid atau tidak dapat diterima. Salah nalar biasanya
bukan kesengajaan dan tidak dimaksudkan untuk mengecoh atau
mengelabuhi. Berikut ini dibahas beberapa salah nalar yang banyak
dijumpai dalam diskusi atau karya tulis profesional, akademik, atau
ilmiah4
A. Menegaskan Konsekuensi
Argumen yang valid harus mengikuti kaidah menegaskan
anteseden. Apabila simpulan diambil dengan pola premis yang
menegaskan konsekuen, maka terjadilah salah nalar. Berikut adalah
contohnya:

Dalam hal ini, penalar terkecoh karena menyamakan atau


merancukan pernyataan atau premis (1) “Jika saya di Semarang, maka
saya di Jawa Tengah”dengan premis “Jika saya di Jawa Tengah, maka
saya di Semarang.” Premis terakhir ini menjadikan konklusi di sebelah
kanan (“Saya di Semarang”) valid. Salah nalar terjadi karena premis
“Jika A, maka B” disamakan dengan premis “Jika B, maka A” padahal
kenyataannya tidak selalu demikian. Kecohan ini sering terjadi karena
dalam beberapa hal memang benar bahwa kalau B mengikuti A maka
benar pula bahwa A mengikuti B. Misalnya pernyataan “bila ada api,
maka ada asap” dapat dinyatakan pula “bila ada asap, maka ada api”
karena memang demikian adanya. Kedua pernyataan tersebut
merupakan pernyataan fakta yang tidak dapat disangkal.
B. Menyangkal Antiseden
Kebalikan dari salah nalar menegaskan konsekuen adalah
menyangkal anteseden. Suatu argumen yang mengandung penyangkalan
akan valid apabila konklusi ditarik mengikuti kaidah menyangkal
4
Ibid, h94
konsekuen (denying the consequent atau modustollens). Bila simpulan
diambil dengan struktur premis yang menyangkal anteseden, simpulan
akan menjadi tidak valid. Berikut struktur dan contoh argumen yang
valid dan salah nalar . Konklusi di sebelah kanan tidak valid karena
premis (2) menyangkal anteseden (“Jika saya di Semarang”). Konklusi
akan valid bila premis (1) diubah menjadi “Jika saya di Jawa Tengah,
maka saya di Semarang” sehingga argumen mengikuti pola modus
tollens. Akan tetapi, makna premis ini tidak lagi sama dengan makna
premis semula. Jadi, salah nalar akibat menegaskan konsekuen atau
menyangkal anteseden dapat terjadi karena makna “jika A, maka B”
disamakan atau dikacaukan dengan “jika B, maka A.
C. Pentaksaan/Equivocation
Salah nalar dapat terjadi apabila ungkapan dalam premis yang
satu mempunyai makna yang berbeda dengan makna ungkapan yang
sama dalam premis lainnya. Dapat juga, salah nalar terjadi karena
konteks premis yang satu berbeda dengan konteks premis lainnya.
Contohnya bisa dilihat sebagai berikut:

Secara struktural, argumen di atas menjadi salah nalar karena kata


nothing dalam premis major berbeda maknanya dengan kata nothing
dalam premis minor. Dalam premis major, nothing bermakna tidak ada
satupun dari himpunan objek yang memenuhisyaratsehingga
kebahagiaan abadi adalah satu‐satunya yang terbaik. Sementara itu,
nothing dalam premis minor bermakna tidak tersedianya anggota lain
dalam himpunan yang di dalamnya ham sandwhich merupakan salah
satu anggota sehingga ham sandwhich bukan satu‐satunya yang terbaik.
D. Perampatan/Over‐Generalization
Salah nalar yang bartalian dengan perampatan lebih adalah apa
yang dikenal dengan istilah penstereotipaan (stereotyping). Salah nalar
ini terjadi bila penalar mengkategori seseorang sebagai anggota suatu
kelompok kemudian melekatkan semua sifat atau kualitas kelompok
kepada orang tersebut. Misalnya, orang mengetahui bahwa para akuntan
publik umumnya adalah kaya (sifat kelompok). Salah nalar dapat terjadi
kalau penalar menyimpulkan bahwa Hariman pasti kaya karena dia
adalah akuntan publik.
E. Partiality Penalar kadang‐kadang terkecoh karena dia menarik konklusi
hanya atas dasar sebagian dari bukti yang tersedia yang kebetulan
mendukung konklusi. Hal ini mirip dengan perampatan lebih lantaran
sampel kecil atau ketakrepresentatifan bukti. Kadang‐kadang kita
sengaja memilih dan melekatkan bobot yang tinggi pada bukti
(argumen) yang cenderung mendukung konklusi atau keyakinan yang
kita sukai dengan mengabaikan bukti yang menentang konklusi tersebut.
Kesalahan semacam ini tidak harus merupakan suatu stratagem karena
penalar tidak bermaksud mengecoh atau menjatuhkan lawan tetapi
karena semata‐mata dia tidak objektif (bias) dalam penggunaan atau
pengumpulan bukti.
F. Pembuktian dengan Analogi Analogi bukan merupakan cara untuk
membuktikan validitas atau kebenaran suatu asersi. Analogi lebih
merupakan suatu sarana untuk meyakinkan bahwa asersi konklusi
mempunyai kebolehjadian (likelihood) untuk benar. Dengan kata lain,
bila premis benar, konklusi atas dasar analogi belum tentu benar. Jadi,
analogi dapat menghasilkan salah nalar. Contoh salah nalar terkait
analogi adalah sebagai berikut: 

Komputer dan otak mungkin memiliki beberapa persamaan, namun terlalu


naif jika berpikiran komputer sama persis dalam semua aspek dengan otak. 
G. Merancukan Urutan Kejadian dengan Penyebaban Urutan kejadian
hanyalah merupakan salah satu syarat untuk menyatakan adanya
penyebaban. Syarat ini merupakan syarat perlu (necessary condition)
untuk penyebaban tetapi bukan syarat cukup (sufficient condition).
Kalau A memang menyebabkan B maka perlu dipenuhi syarat bahwa A
selalu mendahului B. Syarat ini makin kuat mendukung penyebaban
bilamana hubungan A dan B adalah asimetri. Artinya, kejadian “A
mendahului B” tidak sama atau tidak berpasangan dengan kejadian “B
mendahului A” (kejadian “B mendahului A” tidak ada). Salah nalar
terjadi bila urutan kejadian disimpulkan sebagai penyebaban. Dua syarat
lain yang harus dipenuhi agar cukup untuk menyatakan adanya
penyebaban adalah B bervariasi dengan A dan tidak ada faktor lain
selain A yang menyebabkan B berubah.
H. Menarik Simpulan Pasangan Salah nalar terjadi kalau orang
menyimpulkan bahwa suatu konklusi salah lantaran argumen tidak
disajikan dengan meyakinkan (tidak konklusif) sehingga dia lalu
menyimpulkan bahwa konklusi atau posisi pasanganlah yang benar.
Kecohan ini mirip dengan bentuk salah nalar menyangkal anteseden
yang telah dibahas sebelumnya. Kecohan ini dapat dinyatakan sebagai
berikut:

Mengambil konklusi pasangan lantaran konklusi yang diajukan tidak


disajikan secara meyakinkan merupakan suatu salah nalar. Kalau suatu
pernyataan yang memang valid disajikan dengan argumen yang kurang
efektif, maka hal terbaik yang dapat disimpulkan adalah bahwa validitas
atau kebenaran pernyataan tersebut belum terungkap atau ditunjukkan
tetapi tidak berarti bahwa pernyataan tersebut takbenar. Dengan
demikian, kurang meyakinkannya suatu konklusi tidak dengan
sendirinya membenarkan konklusi yang lain (pasangan)5

H. Validitas Argumen

Dalam menilai sebuah argumen, kita harus mencermati apakah argumen


tersebut valid (absah) atau tidak. Untuk itu, kita mesti memahami pengertian
dari validitas di sini. Validitas argumen berarti kesimpulan yang ditarik dalam
sebuah argumen diharuskan oleh premis-premisnya. Premis-premisnya
mengharuskan penarikan kesimpulan tersebut. Keshahihan (validitas)
merupakan kriteria utama untuk menilai penalaran logis. Validitas berkaitan
dengan struktur formal argumen. Perlu dibedakan di sini antara validitas dan

5
Ibid ,h97
kebenaran (truth). Validitas adalah sifat yang melekat pada argumen sedangkan
kebenaran adalah sifat yang melekat pada asersi.

Secara struktural, validitas argumen tidak bergantung pada kebenaran


asersi. Artinya, argumen dikatakan valid kalau konklusi diturunkan secara logis
dari premis tanpa memperhatikan apakah premis itu sendiri benar atau salah.
Oleh karena itu, dapat terjadi suatu argumen yang valid dengan premis yang
salah. Tentu saja, kalau premis benar dan penalarannya valid, konklusi juga
akan benar.

Argumen dikatakan valid jika argumen tersebut memenuhi syarat-syarat berikut


ini.

1. Jika premis-premisnya benar, kesimpulannya juga pasti benar.


2. Kesimpulan mengikuti secara niscaya dari premis-premisnya.
3. Premis-premis menyediakan landasan yang konklusif bagi kebenaran
bagian kesimpulan.
4. Kebenaran dari premis-premis menjamin kebenaran dari kesimpulan.
5. Secara logis tidaklah konsisten untuk menegaskan (mengiyakan) semua
premis sebagai benar tetapi menyangkal kesimpulannya.

 Kecohan (Fallacy)

Keyakinan semu atau keliru akibat orang terbjuk oleh suatu argumen
yang mengandung cacat (faulty) atau tidak valid. Orang dapat terkecoh akibat
taktik membujuk selaindengan argumen yang valid. alam kehidupan sehari-hari
(baik akademik maupun nonakademik), acap kali dijumpai bahwa argumen
yang jelek, lemah, tidak sehat, atau bahkan tidak masukakal ternyata mampu
meyakinkan banyak orang sehingga mereka terbujuk olehargumen tersebut
padahal seharusnya tidak. Bila hal ini terjadi, akan banyak praktik, perbuatan,
atau tindakan dalam masyarakat yang dilandasi oleh teori atau alasan yang tidak
sehat. Akibatnya praktik itu sendiri menjadi tidak sehat.Cederblom dan Paulsen
(1986) membahas hal ini dengan mengajukan pertanyaan:

“Why are bad arguments sometimes convincing?” 

Pertanyaan tentang adanya kecohan penalaran dalam akuntansi misalnya


adalah “Mengapa istilah yang salahbanyak dipakai orang?”Telah dibahas
sebelumnya bahwa keyakinan mempunyai beberapa sifat yang menjadikan
perubahan atau pemertahanan keyakinan tidak semata-mata dilan-dasi oleh
validitas dan kekuatan argumen tetapi juga oleh faktor manusia. Dalam kasus
tertentu (bahkan dalam konteks ilmiah atau akademik), manusia lebih ter-bujuk
atau terkecoh oleh emosi atau kepentingan pribadi daripada logika. Dengankata
lain, keyakinan tidak selalu diperoleh melalui argumen logis atau akal
sehat. Apapun faktor yang menyebabkan, bila terdapat suatu asersi yang
nyatanya mem-bujuk dan dianut banyak orang padahal seharusnya tidak
lantaran argumen yang diajukan mengandung cacat (faulty), maka pasti terjadi
kesalahan yang disebutkecohan atau salah nalar (fallacy)

Kita harus mengenal berbagai kecohan agar kita waspada bahwa hal
semacamitu memang ada sehingga kita tidak terkecoh atau mengecoh orang
lain secara taksengaja. Orang dapat terkecoh oleh dirinya sendiri sehingga dia
berpikir bahwadia mengajukan argumen yang valid padahal sebenarnya tidak
valid. Sebaliknya, orang dapat mengecoh orang lain dengan sengaja semata-
mata karena inginmemaksakan kehendak atau ingin menangnya sendiri
sehingga dia akan meng-gunakan segala taktik untuk meyakinkan orang lain
tentang keyakinan atau pendapatnya dengan menyampingkan masalah pokok
atau menyembunyikan argumen yang valid. Oleh karena itu, perlu
dibedakannkecohan lantaran taktikatau akal bulus (yang oleh Nickerson disebut
dengan stratagem) dan kecohan lan-taran salah logika atau nalar dalam argumen
(reasoning fallacy).  Ciri yang membedakan keduanya adalah maksud atau niat
(intention) untuk berargumen6

I. Aspek Manusia yang Menghambat Argumen yang Sehat


Aspek manusia sangat berperan dalam argumn yang bertujuan mencari
kebenaran. Rasionalitas merupakan unsur penting dalam argumen. Walaupun
demikian, faktor-faktor psikologis dan emisional, kekuasaan, dan kepentingan
pribadi atau kelompok juga berperan dan dapat menghalangi terjadinya
argumen yang sehat.
1 Penjelasan sederhana
Seringkali orang puas dengan penjelasan sederhana yang pertama
ditawarkan sehingga dia tidak lagi berupaya untuk mengevaluasi secara
seksama kelayakan penjelasan tersebut dan membandingkannya dengan
penjelasan alternatif.
2 Kepentingan mengalahkan nalar

63
Suwardjono, Teori Akuntansi Perekayasaan Laporan Keuangan, (yogyakarta:2005), hal. 3-5
Kepentingan sering memaksa orang untuk memihak suatu posisi
meskipun posisi tersebut sangat lemah dari segi argumen.

3 Sindroma tes klinis


Seseorang mengetahui bahwa argumen dan pandangannya sebenarnya
tidak valid lagi karena adanya pandangan baru tetapi tidak berani
mengakui pandangan baru tersebut karena terlanjur menyebarkan
pandangan lainynya.
4 Mentalitas djoko tingkir
Menyembunyikan apa yang sebenarnya valid semata-mata untuk
menghormati kolega senior atau untuk melindungi diri dari tekanan
senior sehingga argumen yang lema harus dimenangkan dan dilestarikan
semata-mata karena kekuasaan.
5 Merasionalkan dari pada menalar
Apabila orang terlanjur mengambil posisi dan ternyata posisi tersebut
salah atau lemah, ada kalanya orang berusaha untuk mencari-cari
justifkasi untuk membenarkan posisinya.
6 Persintensi
Orang yang berpegang teguh atau persistren terhadap keyakinannya
meskipun terdapat argumen yang kuat bahwa keyakinan tersebut
sebenarnya salah sehingga dia seharusnya me;epaskan keyakinan
tersebut.

BAB III

74
Lihat pembahasan lebih mendalam Belkaoui, op. cit. Hlm. 117-118
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penalaran merupakan proses berpikir logis dan sistematis untuk


membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan (belief) terhadap suatu
pernyataan atau asersi (assertion). Penalaran melibatkan proses penurunan
konsekuensi logis dan proses penarikan simpulan / konklusi dari serangkaian
pernyataan atau asersi.

Berbagai karakteristik dapat digunakan sebagai basis untuk


mengklasifikasi argumen. Misalnya argumen dibedakan menjadi argumen
langsung dan tak langsung, formal dan informal, serta meragukan dan
meyakinkan. Argumen merupakan bagian penting dalam pengembangan
pengetahuan. Stratagem adalah pendekatan atau cara-cara untuk
mempengaruhi keyakinan orang dengan cara selain mengajukan argumen yang
valid atau masuk akal (reasonable argument).

Validitas argumen berarti kesimpulan yang ditarik dalam sebuah


argumen diharuskan oleh premis-premisnya. Premis-premisnya mengharuskan
penarikan kesimpulan tersebut. Keshahihan (validitas) merupakan kriteria
utama untuk menilai penalaran logis. Validitas berkaitan dengan struktur formal
argumen. Perlu dibedakan di sini antara validitas dan kebenaran (truth).
Validitas adalah sifat yang melekat pada argumen sedangkan kebenaran adalah
sifat yang melekat pada asersi. Secara struktural, validitas argumen tidak
bergantung pada kebenaran asersi. Artinya, argumen dikatakan valid kalau
konklusi diturunkan secara logis dari premis tanpa memperhatikan apakah
premis itu sendiri benar atau salah. Oleh karena itu, dapat terjadi suatu argumen
yang valid dengan premis yang salah. Tentu saja, kalau premis benar dan
penalarannya valid, konklusi juga akan benar. Aspek manusia sangat berperan
dalam argumn yang bertujuan mencari kebenaran. Rasionalitas merupakan
unsur penting dalam argumen
B. SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan dan sumber yang didapat unuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca agar kedepannya makalah ini jauh lebih sempurna.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Lisa Martiah Nila Puspita, 2019. PENGARUH PENALARAN LOGIS
TERHADAP KEMAMPUAN MEMBUAT KEPUTUSAN DALAM PROSES
AUDIT, Bengkulu

Suwardjono, 2005. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan,


Yogyakarta: BPEF

Kita harus mengenal berbagai kecohan agar kita waspada bahwa hal semacam
itu
memang ada sehingga kita tidak terkecoh atau mengecoh orang lain secara tak
sengaja.
Orang dapat terkecoh oleh dirinya sendiri sehingga dia berpikir bahwa dia
mengajukan
Kita harus mengenal berbagai kecohan agar kita waspada bahwa hal semacam
itu
memang ada sehingga kita tidak terkecoh atau mengecoh orang lain secara tak
sengaja.
Orang dapat terkecoh oleh dirinya sendiri sehingga dia berpikir bahwa dia
mengajukan
Kita harus mengenal berbagai kecohan agar kita waspada bahwa hal semacam
itu
memang ada sehingga kita tidak terkecoh atau mengecoh orang lain secara tak
sengaja.
Orang dapat terkecoh oleh dirinya sendiri sehingga dia berpikir bahwa dia
mengajuk
Struktur argumen ini
digambarkan sebagai berikut:
Premis (1) X dan Y mempunyai kemiripan dalam hal a, b, c, ...
Premis (2) X mempunyai karakteristik z.
Konklusi: Y mempunyai karakteristik Struktur argumen ini
digambarkan sebagai berikut:
Premis (1) X dan Y mempunyai kemiripan dalam hal a, b, c, ...
Premis (2) X mempunyai karakteristik z.
Konklusi: Y mempunyai karakteristik
Struktur argumen ini
digambarkan sebagai berikut:
Premis (1) X dan Y mempunyai kemiripan dalam hal a, b, c, ...
Premis (2) X mempunyai karakteristik z.
Konklusi: Y mempunyai karakteristik
Struktur argumen ini
digambarkan sebagai berikut:
Premis (1) X dan Y mempunyai kemiripan dalam hal a, b, c, ...
Premis (2) X mempunyai karakteristik z.
Konklusi: Y mempunyai karak

Anda mungkin juga menyukai