Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN

CAPITAL INTENSITY TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK (PADA

PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI PADA TAHUN 2018-2021)

SKRIPSI

Disusun Oleh :

NATASYA V SAMPELAN

N.P.M 1217210167

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PANCASILA

JAKARTA
2022

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perpajakan memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan

perekonomian negara. Pajak merupakan pungutan yeng bersifat dipaksakan

kepada masyarakat untuk memenuhi kewajiban perpajakan dan pembiayaan

negara dan pembangunan nasional. Pajak juga merupakan sumber pendapatan

terbesar bagi negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara,

baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan nasional. Sesuai

dengan undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya kewajiban,

tetapi merupakan hak dari setiap warga untuk ikut berpartisipasi dalam

pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Pajak berperan penting di

dalam perekonomian Indonesia sebagai salah satu sumber pendapatan dan

penerimaan negara. Ketentuan pemungut pajak telah diatur dalam pasal 23A

Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen III, yaitu pajak dan pungutan lain

bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang dan

dalam pasal 30 Ayat 9 (1) UUD 1945, tiap-tiap warga negara berhak dan

wajib ikut serta dalam pertahanan dan keamanan negara. Hanya dua pasal

itulah, disebutkan tentang kewajiban warga negara, yang perrtama adalah ikut

serta dalam pertahanan dan keamanan negara dan kewajiban warga negara.

Karena bagaimanapun kewajiban membayar pajak merupakan aturan


kewajiban bagi warga negara.

Pajak merupakan salah satu pendapatan terbesar bagi negara sehingga

pemerintah memberikan perhatian lebih pada sector perpajakan. Pemerintah

Indonesia melakukan berbagai macam kebijakan mengenai perpajakn untuk

memaksimalkan pendapatan dari sector pajak kerena penerimaan pajak dapat

berpengaruh cukup signifikan dalam besarnya anggaran APBN.

Indonesia memang dikatakan sebagai negara yang kaya dan

memiliki sumber daya yang melimpah, tetapi banyak terdapat kendala atau

masalah. Salah satunya terjadinya agresivitas pajak yang disebabkan oleh

adanya perbedaan kepentingan antara si wajib pajak (perusahaan) dengan

pemerintah. Salah satu fenomena agresivitas pajak yang terjadi di Indonesia

adalah kasus dugaan agresivitas pajak pada tahun 2001-2008 yang dilakukan

oleh Bank Central Asia (BCA). Hal ini bermula dari koreksi pajak yang

dilakukan Direktorat Jendral Pajak (DJP). Hasil koreksi DJP terhadap laba

fiscal sebesar Rp6,78 triliun harus dikuirangi sebesar Rp 5,77 triliun. Alasan

BCA karena sudah melakukan transaksi pengalihan asset ke BPPN sehingga

BCA mengklaim bahwa tidak ada pelanggaran terhadap pajak mereka.

Kejanggalan terjadi dalam laporan keuangan BCA selama tahun 2001-2008,

BCA harus membayar sekitar 20 sampai 22 persen, bahkan pada tahun 2001

hanya 1,23 persen (www.detikfinance.co.id). Dilihat dari kasus yang ada,

kurangnya kesadaran masyarakat untuk menaati peraturan yang ditetapkan

oleh pemerintah, salah satunya yaitu kewajiban masyarakat untuk membayar

pajak. Begitu pula dengan penguasa, terkadang mereka menyalahgunakan


kekuasaannya untuk kepentingan pribadi.

Bagi rakyat sebagai wajib pajak, pajak seharusnya dianggap sebagai

wujud pengabdian dan peran serta dalam berkontribusi untuk meningkatkan

pembangunan nasional. Perusahaan merupakan salah satu wajib pajak dimana

perusahaan memiliki kewajiaban dan tanggung jawab untuk membayar pajak.

Tujuan pemerintah untuk memaksimalkan penerimaan melalui sector

perpajakan itu bertantangan dengan tujuan perusahaan yang ingin

meminimalkan dan mengefisiensikan jumlah beban pajak sehingga

keuntungan yang diperoleh dapat lebih besar demi kelangsungan hidup

perusahaan. Perusahaan menganggap pajak sebagai beban dan biaya, dan

mereka perlu melakukan usaha dan strategi tersebut salah satunya, yaitu

dengan melakukan Tindakan manajemen pajak, dengan tujuan menekan

serendah mungkin membayar pajaknya.

Manajemen pajak merupakan alat untuk memenuhi kewajiban

perpajakan, jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk

memeroleh laba yang diharapkan manejemen. Manejemen pajak yang

dilakukan oleh perusahaan seharusnya dilakukan dengan cara yang benar agar

tidak terjadi pelanggaran norma dan aturan perpajakan atau menjurus pada

praktik penghindaran pajak secara illegal. Akan tetapi, pada praktiknya

perusahaan cenderung untuk memanfaatkan celah-celah peraturan perpajakan

yang cenderung merujuk pada pelanggaran pajak, dimana hal ini lebih dikeal

dengan Tindakan pajak agresif atau agresivitas pajak.

Lanis dan Richardson (2015) menjelaskan bahwa pajak merupakan


factor mendorong dalam banyak keputusan perusahaan. Menurut Sagala

(2015), Tindakan manajerial yang dirancang khusus untuk meminimalkan

pajak perusahaan melalui kegiatan yang agresif terhadap pajak menjadi hal

yang semakin umum dilihat dari beberapa perusahaan. Namun demikian,

agresivitas pajak dapat didefinisikan biaya yang disignifikan dan manfaat.

Agresivitas pajak dapat didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan oleh

pihak manajemen untuk menurunkan jumlah pajak dari yang seharusnya

dibayar oleh perusahaan.

Pandangan masyrakat mengenai perusahaan yang melakukan

Tindakan agresivitas dianggap telah membentuk suatu kegiatan yang tidak

bertanggung jawab secara social dan tidak sah. Tindakan perusahaan

dalam hal meminimalkan pembayaran pajak yang tidak sesuai.

Pembayaran pajak perusahaan memiliki implikasi penting bagi masyrakat

dalam hal pendanaan barang public seperti Pendidikan, pertahanan

naisonal, Kesehatan masyrakat, dan hukum.

Tujian utama perusahaan merupakan untuk memaksimalkna laba.

Jumlah biaya pajak yang dibebankan dapat mengurangi laba perusahaan

sehingga membuat perusahaan melakukan pemanfaatan beban pajak seperti

meminimalkan beban pajak yang dibebankan, dengan cara mengagresifkan

atau merencanakan beban pajak yang harus dibayar (agresivitas pajak). Selain

karna kepentingan untuk memperoleh laba yang memaksimalkan, terdapat

beberapa hal yang dapat mempengaruhi perusahaan dalam besar kecilnya

pembayaran pajak, antara lain dengan melihat kondisi keuangan perusahaan,


yaitu dilihat dari beberapa factor, antara lain profitabilitas, ukuran

perusahaan, komite audit, dan capital intensity.

capital intensity/ capital intensity ratio menurut siregar dan widyawati

(2016) didefinisikan sebagai beberapa besar perusahaan menginvesatasikan

asetnya pada asset tetap dan persediaan. Asset tetap yang dimaksud adalah

asset tetap yang dimiliki dan dikuasia oleh perusahaan. Hamper semua asset

tetap akan mengalami penyusutan dapat mempengaruhi jumlah pajak yang

dipengaruhi.

Selai inii factor yang berpengaruh lainnya adalah ukuran

perusahaan. Menurut Fitri (2015), ukuran perusahaan menunjukkkan besar

kecilnya ukuran skala perusahaan yang memiliki saham sebesar luas dan

memiliki kekuatan tersendiri dalam menghadapi masalah bisnis dan

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba lebih tinggi karna usaha

tersebut didukung oleh asset yang besar sehingga kendala perusahaan yang

berhubungan dengan asset dapat diatasi. Ukuran perusahaan memiliki

hubungan yang positif dengan agresivitas pajak. Hal tersebut menggambarkan

bahwa perubahaan besar memiliki jumlah laba sebelum pajak ynag besar dan

memiliki insentif serta sumber daya yang lebih besar untuk melakukan

manajemen pajak.

Factor yang mempengaruhi agresifitas pajak lainnya adalah

profotabilitas. Menurut Kuriah H.L dan Asyik N F (2016) perusahaan yang

memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan menaati pembayaran pajak,

sedangkan perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas rendah akan tidak


taat pada pembayaran pajak guna mempertahankan asset perusahaan.

Semakin tinggi nilai profitabilitas yang dimiliki perusahaan maka semakin

rendah agresivitas pajak yang dilakukan oleh perusahaan. Berdasarkan uraian

tersebut penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Profotabilitas, Ukuran

Perusahaan, dan Capital Intensity terhadap Agresivitas Pajak (Pada

Perusahaan Perbankkan Yang Terdaftar DI BEI Tahun 2018-2021)”

B. Identifikasi, Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah

I. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas

dapat diidentifikasi berbagai permasalahan yang ada, yaitu ;

a. Perusahaan masih mengaanggap pajak merupakan beban atau biaya

yang dapat berdampak pada kondisi keuangan dan manfaat dapat

mengurangi laba perusahaan.

b. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menaati peraturan perpajakan

dimana masih banyak masyarakat atau perusahaan memanfaatkan

celah-celah peraturan perpajakan yang cenderung merujuk pada

pelanggaran perpajakan.

c. Perusahaan masih menganggap pajak merupakan beban atau biaya

yang harus ditanggung atau dibayarkan oleh perusahaan, manajemen

melakukan berbagai strategi secara legal dan illegal.

II. Pembatasan Masalah


Dari beberapa uraian mengenai identifikasi masalah di atas,

peneliti membatasi masalah pada pemahaman tentang kondisi keuangan

perusahaan seperti pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, komite

audit, dan capital intensity terhadap tindakan agresivitas pajak yang

ditelusuri dari laporan keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia 2018-2021.

III. Rumusan Masalah

Berdarkan penjelasan pada latar belakang diatas, dapat dirumuskan

ke dalam beberapa pertanyaan untuk penelitian sebagai berikut:

a. Apakah terdapat pengaruh profitabilitas terhadap agresivitas pajak

pada tahun 2018-2021?

b. Apakah terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap agresivitas

pajak pada tahun 2018-2021?

c. Apakah terdapat pengaruh capital intensity terhadap agresivitas

pajak pada tahun 2018-2021?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menguji pengaruh profitabilitas terhadap agresivitas pajak.

2. Untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan terhadap agrevitas

pajak.

3. Untuk menguji pengaruh capital intensity terhadap agresivitas


pajak.

D. Manfaat Penelitian

a. Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman

keilmuwan dan sebagai upaya penerpan keilmuan manajemen

pajak perusahaan. Selain itu, penelitian juga dapat memberikan

wawasan untuk memperkaya informasi guna penelitian lanjutan.

b. Bagi Perusahaan

Penelitian ini dapat menunjukkan bahwa kondisi keuangan

perusahaan akan memberikan dampak secara luas, tidak hanya

pada kinerja perusahaan saja, tetapi juga kondisi keuangannya

terhadap pajak.

c. Bagi Investor

Bermanfaat sebagai bahan pertimbangan untuk

pengambilan keputusan dalam menilai kualitas informasi dari

leporan keuangan perusahaan.

d. Bagi pihak Regulator

Seperti Direktorat Jenderal Pajak, penelitian ini

menyediakan wawasan penting bagi para pembuat kebijakan pajak

yang berusaha untuk mengidentifikasi keadaan dimana resiko

agresivitas pajak perusahaan lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai