Anda di halaman 1dari 9

Diskusi 4 PPh

Selamat malam tutor izin menjawab diskusi 4.

Untuk menghindari pengenaan pajak berganda dan memberikan perlakuan pemajakan yang
sama antara penghasilan yang diterima atau diperoleh (WPDN) dari luar negeri dengan
penghasilan yang diterima atau diperoleh dari Indonesia, maka sesuai dengan ketentuan Pasal
24 UU PPh, pajak yang dibayar atau yang terutang di luar negeri dapat dikreditkan dengan
pajak yang terutang dalam tahun pajak yang sama di Indonesia, tetapi tidak melebihi
penghitungan pajak yang terutang berdasarkan UU PPh. Ketentuan tentang Kredit Pajak Luar Negeri
diatur dalam Pasal 24 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan dan aturan
pelaksanannya dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 164 Tahun 2002 (KMK 164).

Pemberian kredit Pajak Luar Negeri dianggap perlu diterapkan untuk perpajakan di Indonesia dengan
tujuan, sebagai berikut:

1. Pemberian keadilan atau pemerataan kebutuhan penerimaan negara.


Sehubungan dengan keadilan (persamaan), dari persepsi sistem pemajakan Indonesia, hal itu dapat
diaplikasikan apabila penghasilan dari pajak luar negeri yang dibayar oleh WPDN atas penghasilan
sumber manca negara diperlakukan seperti penghasilan yang diterima atau diperoleh di Indonesia dan
pembayaran pajak Indonesia sampai sejumlah pajak yang akan dikenakan oleh negara tersebut atas
jumlah yang sama yang diterima atau diperoleh WPDN dari sumber domestik.

2. Untuk menetralisasi pajak atas pengambilan keputusan investasi dan bisnis usaha PBI harus
dianulir agar keputusan dimaksud bisa steril atau bebas dari pengaruh beban pajak.
Kebijakan netralitas ekspor capital secara konsekuen sehubungan dengan pengambilan keputusan
investasi akan menuntut perhitungan sepenuhnya (full credit) atas pajak yang dibayar di luar negeri.

3. Untuk menghindari pengenaan pajak berganda dan meningkatkan kemampuan investasi.


Dalam rangka memperluas jangkauan atau pangsa pasar, suatu perusahaan melakukan suatu investasi
melalui penanaman modal dalam jangka panjang ke perusahaan di negara lain. Perusahaan dapat
menyediakan modal untuk membangun usaha baru atau membeli saham suatu perusahaan dengan
tujuan memperoleh keuntungan dan penghasilan. Disamping itu, Pajak Penghasilan dikenakan atas
penghasilan berdasarkan seluruh penghasilan dimanapun diperoleh atau diterima, baik di Indonesia
maupun di luar Indonesia (World Wide Income). Oleh karena itu, diterbitkan suatu ketentuan yaitu
Kredit Pajak Luar Negeri (Pasal 24 UU PPh) yang bertujuan untuk menghindari pengenaan pajak
berganda. Dengan mekanisme pajak yang tidak berganda ini, tentunya akan semakin mendorong
keinginan untuk investasi.

Terima kasih tutor.

Sumber :
BMP PAJA3332 MODUL 3
Diskusi 4 Pembelanjaan

Mohon izin menanggapi :


1. Konsep Nilai Waktu (Time Value of Money) dari Uang
Nilai uang yang seseorang miliki saat ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai uang dengan jumlah
yang sama di masa yang akan datang. Nilai uang dapat berubah seiring dengan perkembangan waktu.
Contoh: Harga beras yang ditetapkan pemerintah tahun 2012 pada level harga Rp 8.459,- per kg; pada
tahun 2018 naik menjadi Rp 11.400,- per kg; berarti naik 35% dibanding 6 tahun sebelumnya. Pada 6
tahun yang akan datang, harga tersebut kemungkinan besar juga akan naik lebih tinggi dari harganya
sekarang.
Konsep ini dapat digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan
untuk berinvestasi, menabung, memberikan pinjaman dan menentukan tarif sewa. Sebagai contoh:
Seseorang menyimpan uang sebesar Rp 500.000.000,- pada Bank dengan bunga tertentu yang berlaku
pada saat ini. Pada 6 tahun kemudian, jumlah uang yang didepositokan tersebut akan bertambah, yang
dikarenakan adanya penambahan bunga dari Bank.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa time value of money adalah tingkat bunga uang, sehubungan
dengan adanya tenggat waktu yang dapat digambarkan apabila sejumlah uang diinvestasikan, baik
dalam bentuk aktiva tetap maupun disimpan di bank, maka dalam kurun waktu tertentu nilai uang
tersebut dapat bertambah atau berkurang.
2. Ketika seseorang disuruh memilih antara mendapatkan uang dengan nilai Rp 1.000.000,- pada saat
sekarang dengan uang satu juta dimasa akan datang, tentulah ia akan memilih menerima uang tersebut
pada saat sekarang ini.
Menurut pendapat saya bahwa berkaitan dengan konsep time value of money bahwa nilai uang yang
seseorang miliki saat ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai uang dengan jumlah yang sama di
masa yang akan datang. Hal ini disebabkan karena nilai uang dapat berubah seiring dengan
perkembangan waktu.
Lain halnya jika uang tersebut disimpan di bank baik dalam bentuk uang kartal atau lainnya dalam
waktu tertentu. Hal ini berkaitan dengan konsep future value. Konsep ini sangat sederhana, uang
sekarang dapat bernilai lebih atau kurang dalam beberapa tahun ke depan (future) meskipun
jumlahnya sama. Hal ini disebabkan oleh efek inflasi dan risiko yang Anda bisa hindari dengan
menyimpan uang dalam beberapa waktu tertentu.
Future value adalah nilai aset saat ini pada masa depan berdasarkan tingkat pertumbuhan yang
diasumsikan. FV ini penting untuk investor dan perencana keuangan karena mereka akan
menggunakannya untuk memperkirakan berapa nilai investasi yang dilakukan saat ini untuk masa
depan. Dengan mengetahui FV, memungkinkan investor dalam membuat keputusan investasi yang
cocok tepat berdasarkan kebutuhan mereka yang sudah diantisipasi. Jadi, future value adalah salah
satu cara yang digunakan investor dalam membuat estimasi saldo investasi termasuk pertumbuhan
bunga. Tetapi, faktor ekonomi eksternal seperti inflasi juga dapat mempengaruhi nilai aset secara
negatif dengan mengikis nilainya di masa depan.

Terima kasih.

Sumber :
BMP PAJA3338/MODUL 4 Hal. 4.3 – Pembelanjaan
Inisiasi 4 – Pembelanjaan
https://www.harmony.co.id/blog/future-value-fv-cara-menghitungnya
Diskusi 4 DDP

Syarat-syarat pemungutan pajak yaitu sebagai berikut:


1) Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)
Pemungutan pajak dilaksanakan secara adil baik dalam peraturan maupun realisasi
pelaksanaannya.

2) Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yudiris)


Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini untuk
menjamin adanya hukum yang menyatakan keadilan yang tegas, baik untuk negara maupun
untuk warganya.

3) Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis)


Pemungutan tidak boleh menghambat perekonomian rakyat, artinya pajak tidak boleh
dipungut apabila menimbulkan kelumpuhan perekonomian rakyat.
4) Pemungutan pajak harus efisen (syarat finansial)
Pemungutan pajak dilaksanakan dengan pedoman bahwa biaya pemungutan tidak boleh
melebihi hasil pemungutannya sesuai fungsi budgetair.

5) Harus Sederhana
Sistem pemungutan pajak harus dirancang sesederhana mungkin untuk memudahkan
pelaksanaan hak dan kewajiban Wajib Pajak, sehingga mendorong masyarakat secara
sukarela memenuhi kewajiban perpajakannya.

Sumber :
1. BMP PAJAK3211 EDISI 4 Dasar-dasar PERPAJAKAN Halaman 4.11

Diskusi 4 PIE

Fungsi produksi atas kasus tersebut dituliskan dalam persamaan


TO = w L + r K

Dimana :
TO = dana tersedia
W = upah
L = tenaga kerja
R = harga modal
K = barang modal

Dari soal tersebut diketahui :


W = 10.000
R = 250.000
TO = 500.000
Sehingga fungsi produksinya adalah:
TO = w L + r K
500.000 = 10.000 L + 250.000 K

Berdasarkan fungsi produksi tersebut, dapat diketahui jika semua dana sebesar Rp 500.000 digunakan
seluruhnya untuk biaya tenaga kerja, maka tenaga kerja yang dapat dipekerjakan adalah 50 orang.
Tetapi jika seluruh dana tersedia digunakan untuk barang modal, maka akan didapatkan 2 unit.

Sumber : BMP ISIP4112 Pengantar Ilmu Ekonomi

Diskusi 4 BC

Selamat Malam bapak, semoga kita selalu dalam keadaan sehat wal'afiat, Aamiin.
Sebelumnya, terima kasih kepada bapak yang telah meluangkan waktu dalam diskusi ini.
Mohon izin menanggapi :
Apakah benar jika dokumen pabean yang utama dalam pengurusan barang ekspor itu adalah PEB ?
Benar, karena langkah pertama dalam tatalaksana kepabeanan di bidang ekspor adalah membuat draf
pemberitahuan pabean ekspor. PEB adalah pemberitahuan kepabeanan yang wajib disampaikan oleh
setiap eksportir yang melakukan kegiatan ekspor.
PEB dibuat oleh eksportir dengan menggunakan modul aplikasi elektronik. Data-data yang diisi
dalam PEB merupakan ikhtisar dari dokumen-dokumen sebagai berikut:
a. Dokumen identitas eksportir, antara lain: SIUP/TDP, NIK dan NPWP;
b. Dokumen komersial transaksi perdagangan, berupa invoice dan packing list;
c. Dokumen Pembayaran, diisi sesuai dengan mekanisme pembayaran yang disepakati oleh
eksportir dan pembelinya di luar negeri, antara lain: Letter of Credit, Telegraphic Transfer,
Collection, dan sebagainya;
d. Dokumen lartas ekspor berupa surat perizinan ekspor, dan sebagainya;
e. Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak Dalam Rangka Impor (SSPCP) dalam hal barang ekspor
dikenakan bea keluar;
f. Dokumen lain yang diperlukan sesuai karakteristik barang.
Sekilas Tentang Ekspor

 Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean.


 Barang ekspor adalah barang yang telah diajukan pemberitahuan ekspor barang dan telah
mendapatkan nomor pendaftaran.
 Eksportir adalah orang perseorangan atau badan hukum yang melakukan ekspor.
 Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) adalah pemberitahuan pabean yang digunakan untuk
memberitahukan ekspor barang dalam bentuk tulisan di atas formulir atau data elektronik.
Bentuk dan isi pemberitahuan pabean ekspor ditetapkan dalam Peraturan Direktur Jenderal
Bea dan Cukai.
 Nota Pelayanan Ekspor (NPE) adalah nota yang diterbitkan oleh Pejabat Pemeriksa
Dokumen, Sistem Komputer Pelayanan, atau Pejabat Pemeriksa barang atas PEB yang
disampaikan, untuk melindungi pemasukan barang yang akan diekspor ke Kawasan Pabean
dan/atau pemuatannya ke sarana pengangkut.
Tata Laksana Ekspor
1. Eksportir/ Kuasanya menyampaikan dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) ke Kantor
Bea Cukai tempat pemuatan.
2. Terhadap Barang Ekspor yang diberitahukan dalam PEB dilakukan penelitian dokumen setelah
dokumen pemberitahuan disampaikan.
3. Jika terhadap penelitian dokumen PEB menunjukkan pengisian atas data PEB tidak lengkap
dan/atau tidak sesuai, diterbitkan respon Nota Pemberitahuan Penolakan (NPP).
4. Jika dalam penelitian larangan dan/atau pembatasan menunjukkan dokumen persyaratan belum
dipenuhi maka diterbitkan Nota Pemberitahuan Persyaratan Dokumen (NPPD).
5. Dalam hal hasil penelitian Sistem Komputer Pelayanan menunjukan lengkap dan sesuai, dan tidak
termasuk barang yang dilarang atau dibatasi ekspornya, atau termasuk barang yang dilarang atau
dibatasi ekspornya tetapi persyaratan ekspornya telah dipenuhi, serta barang tidak dilakukan
pemeriksaan fisik, PEB diberi nomor dan tanggal pendaftaran dan diterbitkan respon NPE.
6. Dalam hal dilakukan pemeriksaan fisik, maka diterbitkan Pemberitahuan Pemeriksaan Barang
(PPB). Jika pemeriksaan fisik barang ekspor menunjukkan:
a. Hasil sesuai, maka diterbitkan Nota Pelayanan Ekspor (NPE).
b. Hasil tidak sesuai, diteruskan kepada Unit Pengawasan untuk penelitian lebih lanjut.
Prosedur Kepabeanan Ekspor
1. Eksportir wajib memberitahukan barang yang akan diekspor ke Kantor Bea dan Cukai tempat
pemuatan dengan menggunakan PEB (BC 3.0).
2. PEB dibuat oleh Eksportir berdasarkan dokumen pelengkap pabean berupa:
a. Invoice;
b. Packing List;
c. Dokumen lain yang diwajibkan.
3. Eksportir wajib memenuhi ketentuan larangan dan/ atau pembatasan ekspor yang ditetapkan oleh
instansi teknis.
4. Penghitungan besaran Bea Keluar dilakukan sendiri oleh Eksportir secara Self Assessment.
5. PEB disampaikan ke Kantor Bea Cukai pemuatan paling cepat 7 (tujuh) hari sebelum tanggal
perkiraan ekspor dan paling lambat sebelum barang ekspor masuk ke Kawasan Pabean tempat
pemuatan.
6. Atas Ekspor barang curah, eksportir atau PPJK dapat menyampaikan PEB sebelum keberangkatan
sarana pengangkut.
7. Pengurusan PEB dapat dilakukan sendiri oleh eksportir atau dikuasakan kepada Pengusaha
Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK).
8. Pada Kantor Pabean yang sudah menerapkan sistem PDE (Pertukaran Data Elektronik)
kepabeanan, eksportir/PPJK wajib menyampaikan PEB dengan menggunakan sistem PDE
Kepabeanan
Pengecualian Kewajiban Memberitahukan Peb
1.       Barang pribadi penumpang;
2.       Barang awak sarana pengangkut;
3.       Barang pelintas batas; atau
4.       Barang kiriman melalui pos dengan berat tidak melebihi 100 (seratus) kilogram.
Sanksi
1. Mengekspor tanpa menyerahkan pemberitahuan pabean dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
50.000.000 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 5.000.000.000 (lima miliar rupiah).
2. Menyerahkan pemberitahuan pabean dan/atau dokumen pelengkap pabean yang palsu atau
dipalsukan dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun paling lama 8 (delapan)
tahun dan/ atau pidana denda paling sedikit seratus juta rupiah dan paling banyak lima miliar
rupiah.
3. Tidak melaporkan pembatalan ekspor kepada Pejabat Bea dan Cukai di Kantor Bea Cukai
Pemuatan atau melaporkan pembatalan eksponya namun melewati jangka waktu, dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah).
4. Salah memberitahukan jenis dan/atau jumlah barang dikenai sanksi administrasi berupa denda
paling sedikit 100% (seratus persen) dari pungutan negara di bidang ekspor yang kurang dibayar
dan paling banyak 1.000% (seribu persen) dari pungutan negara di bidang ekspor yang kurang
dibayar.

Dari beberapa penjelasan di atas menguatkan bahwa PEB adalah dokumen pabean
yang utama dalam pengurusan barang ekspor.

Terima kasih.
Sumber :
BMP ADBI4235/MODUL 3 Hal. 3.6 – Kepabeanan dan Cukai
https://www.beacukai.go.id/arsip/pab/ekspor.html

Diskusi 4 PBB

Selamat siang, menanggapi topik diskusi diatas 

1. Perolehan Hak, terjadi karena adannya peralihan hak atas tanah dan bangunan.
peralihan hak tersebut terjadi karena 2 hal, yaitu hak beralih dan hak doalihkan. Hak
beralih adalah suatu peralihan hak atas tanah dan bangunan yang disebabkan oleh
orang yang memiliki suatu hak atas tanah dan bangunan meninggal dunia sehingga
hak tersebut beralih kepada ahli warisnya. sementara itu, hak dialihkan adalah suatu
peralihan hak yang dilakukan dengan sengah=ja sehingga hak tersebut lepad dari
pemegang semula menjadi hak pihak lain. peralihan hak terjadi melalui suatu
perbuatan hukum tertentu yang dapat berupa jual-beli,tukar-menukar,hibah dan hibah
wasiat. dalam menentukan suatu perolehan hak atas tanah dan bangunan sebagai
objek pajak adalah peralihan hak yang terjadi,baik perolehan hak atas tanah dan
bangunan oleh seseorang atau badan secara permanen dan bukan bersifat sementara.
2. Hak atas Tanah dan bangunan,ditentukan oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009, yaitu hak milik , hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak milik atas
satuan rumah susun dan hak pengelolaan. terdapat pula hak atas tanah yang bersifat
sementara dan bukan merupakan objek BPHTB yaitu hak gadai, hak bagi hasil dan
hak menumpang.
3. Tanah dan Bangunan, sebagaimana Undang- Undang Nomor28 Tahun 2009 adalah
konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah,[eraoran
pedalaman atau laut. pengertian bangunan berkaitan dengan pengaturan tentang
penetapan nilai jual objek Pajak (NJOP) sebagai salah satu alternatif dasar pengenaan
pajak. Tanah menurut ketentuan UUPA memberikan dua pengertian tanah, baik
sempit maupun luas.

sumber : PAJA3233/Pajak Bumi dan Bangunan

Anda mungkin juga menyukai