Anda di halaman 1dari 14

Oleh

Dr. HENNY TANUWIDJAJA, S.H, Sp.N

Dr. HENNY TANUWIDJAJA, S.H, Sp.N


ARTI FIDUSIA

Fidusia, menurut asal kata berasal dari kata “fides” yang berarti
kepercayaan. sehingga hubungan (hukum) antara debitor (pemberi
fidusia) dengan kreditor (penerima fidusia) merupakan hubungan
hukum yang berdasarkan kepercayaan. Pemberi fidusia percaya bahwa
penerima fidusia mau mengembalikan hal milik barang yang telah
diserahkan, setelah dilunasi utangnya. Sebaliknya penerima fidusia
bahwa pemberi fidusia tidak akan menyalahgunakan barang jaminan
yang berada dalam kekuasaannya.
Jadi Pengertian Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda
atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak
kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.

2
Dr. HENNY TANUWIDJAJA, S.H, Sp.N
Dua bentuk Jaminan Fidusia, yaitu :

•Fidusia cum creditore, atau Fidusia cum creditore contracia.


•Fidusia cum amico contracia.

3
Dr. HENNY TANUWIDJAJA, S.H, Sp.N
Fidusia cum creditore contracia

Yang berarti janji kepercayaan yang dibuat dengan kreditor,


dikatakan bahwa debitor akan mengalihkan kepemilikan
atas suatu benda kepada kreditor sebagai jaminan atas
utangnya, dengan kesepakatan bahwa kreditor akan
mengalihkan kembali kepemilikan tersebut kepada debitor,
apabila utangnya dibayar lunas.

4
Dr. HENNY TANUWIDJAJA, S.H, Sp.N
Fidusia cum amico contracta
(PRANATA TITIPAN)
yang artinya sama dengan pranata “kepercayaan” se
bagaimana dikenal dalam sistem hukum common law.
Pranata titipan ini dilakukan dengan cara, menitipkan
kepemilikan benda kepada seseorang yang dipercaya
karena suatu perjalanan keluar kota, dengan janji bahwa
orang tersebut akan mengembalikan kepemilikan barang
tersebut, jika pemiliknya sudah kembali dari perjalanan.

5
Dr. HENNY TANUWIDJAJA, S.H, Sp.N
PRANATA JAMINAN FIDUSIA BERASAL DARI
Arrest Hoge Road BELANDA

Konstruksi hukum Fidusia timbul dari keputusan Hoge Road (HR)


Belanda pada tanggal 29 Januari 1929 yang terkenal dengan nama
Bierbrouwerij Arest

6
Dr. HENNY TANUWIDJAJA, S.H, Sp.N
Konstruksi Hukum yang timbul dari arrest Hoge Road telah melahirkan
pranata jaminan dengan penyerahan hak milik secara kepercayaan yang
dikenal dengan Fidusia. Putusan itu merupakan suatu landmark decision.
Meskipun Belanda sebagai negara penganut civil law system yang tidak
menganut doktrin stare decisis atau azas preseden. Putusan itu kemudian
menjadi pedoman bagi kasus-kasus serupa, sehingga menjadi bahan bagi
pembentukan hukum jaminan Belanda.

7
Dr. HENNY TANUWIDJAJA, S.H, Sp.N
SEJARAH FIDUSIA DI INDONESIA

 Sebelum diundangkan Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 di


Indonesia, seperti halnya di Belanda, keberadaan fidusia di Indonesia
diakui oleh yurisprudensia berdasarkan keputusan Hooggerechtsh of
(HGH) tanggal 18 Agustus 1932.
 Pada waktu itu, karena sudah terbiasa dengan hukum adat,
penyerahan secara consstitutum possesorium sulit dibayangkan apalagi
dimengerti dan dipahami oleh orang Indonesia.
 Selanjutnya, fidusia telah mengalami perkembangan yang cukup
berarti.
8
Dr. HENNY TANUWIDJAJA, S.H, Sp.N
A PENGERTIAN POKOK DALAM UU JAMINAN
FIDUSIA (1)

1. Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar


kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya
dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda.
2. Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud
maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan
yang tidak dapat dibebani Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap
berada dalam penguasaan Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan
utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada
Penerima Fidusia terhadap kreditor lainnya.
3. Piutang adalah hak untuk menerima pembayaran
9
Dr. HENNY TANUWIDJAJA, S.H, Sp.N
BEBERAPA PENGERTIAN POKOK
DALAM UU JAMINAN FIDUSIA (2)

4. “Benda” adalah segala sesuatuyang dapat dimiliki dan dialihkan, baik


yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang terdaftar maupun
yang tidak terdaftar, yang bergerak maupun tidak bergerak yang
tidak dapat dibebani Hak Tanggungan atau Hipotik.
5. Pemberi Fidusia adalah orang perseorangan atau koporasi pemilik
Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia
6. Penerima Fidusia adalah orang perseorangan atau badan hukum
yang mempunyai piutang yang pembayarannya dijamin dengan
Jaminan Fidusia.

Dr. HENNY TANUWIDJAJA, S.H, Sp.N 10


SIFAT- SIFAT JAMINAN FIDUSIA

 Merupakan perjanjian accesoir, sehingga mempunyai sifat keter-


gantungan terhadap perjanjian pokok;
 Keabsahannya semata-mata ditentukan oleh sah tidaknya perjanjian
pokok;
 Sebagai perjanjian bersyarat, maka hanya dapat dilaksanakan jika
ketentuan yang disyaratkan dalam perjanjian pokok telah dipenuhi.

Dr. HENNY TANUWIDJAJA, S.H, Sp.N 11


•Dalam hal Pemberi Fidusia cidera janji, maka hasil pengalihan dan
atau tagihan yang timbul karena pengalihan benda persediaan, demi
hukum menjadi objek Jaminan Fidusia pengganti dari objek Jaminan
Fidusia yang dialihkan.
•Perjanjian “financial lease” yang mengatur bahwa “lessee”
bertanggung jawab atas semua risiko yang berkenaan dengan benda
yang menjadi objek perjanjian leasing karena memang lessee-lah yang
menggunakan benda tersebut dan memperoleh manfaat ekonominya.

Dr. HENNY TANUWIDJAJA, S.H, Sp.N 12


RUANG LINGKUP DAN OBJEK
JAMINAN FIDUSIA

Pasal 3 Undang-Undang Jaminan Fidusia dengan tegas menyatakan bahwa


Undang-Undang Jaminan Fidusia ini tidak berlaku terhadap :
• Objek Hak Tanggungan yang berkaitan dengan tanah dan bangunan se-
panjang peraturan perundang-undangan yang berlaku menentukan
jaminan atas benda-benda wajib didaftar. Namun demikian bangunan di
atas milik orang lain yang tidak dapat dibebani Hak Tanggungan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan, dapat dijadikan objek Jaminan Fidusia.
• Objek Hipotik atas kapal yang terdaftar dengan isi kotor berukuran 20
(dua puluh) M3 atau lebih;
• Objek Hipotik atas pesawat terbang; dan
• Objek Gadai.
Dr. HENNY TANUWIDJAJA, S.H, Sp.N 13
 Perkembangan selanjutnya adalah dengan lahirnya Undang-Undang
Pokok Agraria yang tidak membedakan atas barang bergerak dan
barang tidak bergerak melainkan pembedaan atas tanah dan bukan
tanah.
 Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam UU Jaminan
Fidusia, maka atas piutang-piutang (zeherheidscessie van schuld
vorderingen fiduciary assignment of receiveables) yang dalam praktek
pemberian kredit selain diberikan secara jaminan Fidusia, juga bisa
ditambahkan dalam bentuk Perjanjian Cessie Piutang, apabila
diperlukan sebagai Perjanjian Accessoir.

Dr. HENNY TANUWIDJAJA, S.H, Sp.N 14

Anda mungkin juga menyukai