Gadai merupakan suatu hak yang diproleh kreditur atas suatu barang bergerak, yang
diserahkan kepada kreditur, atau oleh kuasanya, sebagai jaminan atas utangnya, dan yang
memberi wewenang kepada kreditur untuk mengambil pelunasan piutangnya dan barang itu
pelaksanaan putusan atas tuntutan mengenai pemilikan atau penguasaan, dan biaya penyelamatan
barang itu, yang dikeluarkan setelah barang itu sebagai gadai dan yang didahulukan. Definisi
gadai tersebut sebagaimana yang tertulis dalam Pasal 1150 KUH Perdata.
Gadai diatur dalam Buku II KUH Perdata pada Pasal 1150 samapai Pasal 1161 KUH
Perdata. Pengertian gadai diatur pada pasal 1150 KUH Perdata. selain itu ketentuan lainnya
mengenai gadai seperti bentuk perjanjian gadai pada pasal 1151, hak hak para pihak dalam pasal
1152 sampai dengan pasal 1153, kewajiban para pihak dalam pasal 1154 sampai dengan pasal
1155, wanprestasi dalam pasal 1156, tanggung jawab para pihak dalam pasal 1157, bunga dalam
pasal 1158, debitur tidak berhak untuk menuntut kembali barang gadai sebelum dilunasi
seluruhnya dalam pasal 1159, dan tidak dapat dibagi-baginya barang gadai dalam pasal 1160.
Hak gadai sendiri memiliki sifat accesoir. Dimana, hak gadai merupakan tambahan dari
perjanjian pokok. Dengan sifat tersebut berarti hak gadai akan terhapus apabila perjanjian
pokoknya hapus. Hak gadai sendiri merupakan hak yang timbul karena adanya perjanjian.
Dengan demikian terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi agar tercapainya syarat sah
perjanjian. Syarat tersebut tercantum dalam Pasal 1320 KUH Perdata yang antara lain, adalah:
Dalam pembuatan persetujuan, dikenal asas Pacta Sunt Srevada yang bersifat bahwa semua
persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai undang-undang bagi
pihak yang membuatnya. Dengan prinsip tersebut dapat disimpulkan bahwa semua klausul yang
disepakati bersama sesuai dengan pasal 1320 KUH Perdata dianggap sah dang mengikat bagi
3. Mempunyai sifat droit de suite yaitu selalu mengikuti bendanya dimanapun atau ditangan
6. Gadai merupakan perjanjian accesoir yaitu perjanjian tambahan yang tergantung dari
perjanjian pokok
Menurut J. Satrio dalam bukunya yang berjudul Hukum Jaminan Hak Jaminan
Kebendaan (hal. 104), para pihak diperkenankan untuk memperjanjikan kewenangan dan
biasanya memam memperjanjikan hal tersebut bagi pemegang gadai (kreditur) untuk
menggadaikan lagi benda yang digadaikan kepadanya oleh pemberi gadai (debitur).
Dengan demikian, perbuatan hukum gadai ulang objek gadai oleh kreditur merupakan
suatu perbuatan hukum yang tidak dilarang oleh undang-undang. Apabila dalam perjanjian utang
- piutang antara kreditur dan debitur memuat klausul pemberian wewenang kepada kreditur
untuk menggadaikan ulang, maka kreditur dapat menggadaikan ulang objek gadai yang
bersangkutan. Demikian pula sebaliknya, apabila dalam perjanjian utang-piutang antara kreditur
dan debitur tidak memuat klausul pemberian wewenang kepada kreditur untuk menggadaikan
ulang, maka kreditur tidak dapat menggadaikan ulang objek gadai yang bersangkutan. Apabila