logis dan merupakan perwujudan tanggung jawab dari pembinaan hukum untuk
pembangunan.110
mempunyai hubungan yang erat dengan kehidupan spiritual dan budaya bangsa.
Sehingga terhadap bidang hukum demikian tidak ada keberatan untuk diatur
dengan segera.111 Gadai sebagaimana ketentuan Pasal 1150 KUH perdata adalah,
”Suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang
diserahkan kepadanya oleh seseorang berutang atau seorang lain atas namanya
berpiutang lainnya, dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan
110
Titik Triwulan Tutik, 2008, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta, h. 175.
111
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan II, Op. Cit, h. 1.
101
102
Dari ketentuan tersebut di atas secara umum dapat dikatakan bahwa unsur-
unsur gadai dari Pasal 1150 KUH Perdata adalah sebagai berikut :
1. Gadai adalah merupakan suatu hak yang diberikan atas suatu benda
dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melelang barang tersebut dan biaya-
Atas dasar itulah dapat dikatakan bahwa gadai merupakan hak kebendaan
yang timbul dari suatu perjanjian gadai, yang merupakan perjanjian ikutan atau
accesoir dari perjanjian pokoknya yaitu perjanjian hutang piutang antara penerima
meminjam uang dari kreditur sebagai pihak yang berpiutang. Agar kreditur
agunan atas uang yang dipinjamkan pada debitur. Agunan tersebut berupa benda-
benda bergerak yang dimiliki debitur sebagai jaminan atas hutang-hutangnya yang
gadai. Di dalam gadai barang yang dapat dibebani dengan gadai adalah barang-
(1) Menurut cara terjadinya, yaitu jaminan yang lahir karena Undang-Undang
dan perjanjian.
(2) Menurut sifatnya, yaitu jaminan yang bersifat kebendaan dan bersifat
perorangan.
Namun dalam praktik Perbankan menurut Salim H.S, jenis jaminan dapat
dibedakan menjadi dua (2) macam yaitu : (1) jaminan immateriil (perorangan),
dan (2) jaminan materiil (kebendaan).113 Jaminan perorangan adalah jaminan yang
1
112
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan II, Op. Cit, h. 43.
1
113
H.S. Salim, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Sinar Grafika, Jakarta, h. 112
(selanjutnya disebut H.S. Salim II)
104
Oleh sebab itu, yang termasuk ke dalam jaminan perorangan adalah :114
3. Perjanjian garansi
meminjam uang atau dalam perjanjian hutang piutang antar debitur dengan
kreditur, yang dalam hal ini antara pemberi gadai dengan penerima gadai, orang
perseorangan di samping debitur sebagai pemberi gadai juga terdapat pihak lain
yang bertanggung jawab atas perbuatan hukum yang dilakukan oleh debitur atau
pemenuhan kewajibannya, maka ada pihak lain yang ikut bertanggung jawab atas
perjanjian hutang piutang antara debitur dengan kreditur di kemudian hari terjadi
maka pihak lain yang di dalam perjanjian tersebut akan memberikan garansi
bahwa hutangnya akan dilunasi sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan dalam
jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu benda yang mempunyai hubungan
1
114
Titik Triwulan Tutik, Op. Cit, h. 176.
105
mengikuti bendanya dan dapat dialihkan. Adapun maksud dari jaminan yang
bersifat kebendaan ini adalah bermaksud memberikan hak verbal (hak untuk
benda-benda tertentu dari debitur untuk pemenuhan piutangnya. Selain itu, hak
yaitu terhadap mereka yang memperoleh hak baik berdasarkan atas hak yang
umum maupun khusus, juga terhadap para kreditur dan pihak lawannya.115
dan hak tanggungan. Dari pembebanan tersebut gadai dan jaminan fidusia dapat
berwujud maupun tidak berwujud. Sedangkan untuk hipotik dan hak tanggungan
kapal laut dan kapal udara dapat dibebani dengan hipotik. Dan untuk hak
tanggungan dapat dibebani atas benda tidak bergerak berupa tanah dan bangunan
Begitu pula jaminan fidusia juga dapat dibebankan atas benda tidak
bergerak berupa gedung yang berdiri di atas tanah yang tidak dibebani dengan hak
tanggungan. Hak gadai adalah sebuah hak atas benda bergerak milik orang lain
1
115
Titik Triwulan Tutik, Op. Cit, h. 176-177.
106
pemegang gadai nikmat dari benda tersebut, tetapi hanyalah untuk memberikan
Hak gadai yang maksudnya hanya untuk memberikan suatu jaminan bagi
pelunasan suatu hutang debitur kepada kreditur penerima gadai adalah bertujuan
sehingga dapat merugikan kreditur penerima gadai. Selain itu, hak gadai
yang hanya dapat ditanamkan atas semua benda bergerak yang dapat ditanamkan
atas semua benda bergerak yang dapat dikenai perpindah-tanganan, jadi baik
perutangan yang masih akan ada (gadai-kredit) dalam pada itu bukannya tak
mungkin. Penyerahan hak gadai adalah tidak mungkin berhubung dengan sifatnya
yang accessoir, hak itu hanyalah beralih kepada tangan lain bersama-sama dengan
piutangnya, oleh karena hak gadai bermaksud menjadi jaminan bagi piutang
tersebut.118
Gadai adalah merupakan hak kebendaan dan timbul dari suatu perjanjian
gadai. Dimana perjanjian gadai ini tidaklah berdiri sendiri melainkan merupakan
perjanjian ikutan atau accessoir dari perjanjian pokoknya yang biasanya berupa
1
116
H.F.A. Vollmar, 1992, Pengantar Studi Hukum Perdata, Rajawali Pers, Jakarta, h.
310.
1
117
Ibid, h. 311.
1
118
Ibid.
107
perjanjian hutang piutang antara debitur pemberi gadai dan kreditur penerima
gadai.
Di samping itu juga gadai memiliki sifat-sifat yang antara lain adalah :120
pokok yang berupa perjanjian pinjaman yang dan dimaksudkan untuk menjaga
atau memungut hasil barang yang dipakai sebagai jaminan, lain halnya dengan
4. Tidak dapat dibagi-bagi, artinya sebagian hak gadai itu tidak menjadi
hapus dengan dibayarnya sebagian dari hutang gadai tetap melekat atas
seluruh bendanya.
1
119
Titik Triwulan Tutik, Op. Cit, h. 178.
1
120
Titik Triwulan Tutik, Loc. Cit.
108
berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada
maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala
perikatan perseorangan”.
apabila di antara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk
didahulukan”.
pendirian, yaitu pendirian yang menganut hutang dalam arti sempit yang timbul
dari perjanjian hutang piutang saja dan pendirian yang menganut hutang dalam
arti luas yang timbul dari perikatan apapun juga, baik yang timbul dari perjanjian
hutang piutang maupun perjanjian lainnya maupun yang timbul karena Undang-
Undang.121
debitur baik yang bersifat umum ini sebagaimana diatur dalam Pasal 1131 KUH
1
121
Sutan Remy Sjahdeni, 2002, Hukum Kepailitan, Pustaka Utama Grafiti, Yogyakarta, h.
115.
109
Perdata dalam Pasal 1131 KUH Perdata dan Pasal 1132 KUH Perdata menjadi
Berbeda dengan jaminan yang bersifat khusus, pihak kreditur sejak semula
telah meminta kepada debitur agar hartanya secara khusus dijadikan jaminan
pembayaran hutang, sehingga apabila di kemudian hari pada saat jatuh tempo
debitur tidak dapat menepati janjinya untuk membayar atau melunasi hutangnya,
maka harta debitur dapat dieksekusi oleh kreditur melalui prosedur tertentu.122
Dari hal tersebut yang terkait dengan jaminan yang bersifat khusus ini
adalah gadai, jaminan fidusia, hipotik dan hak tanggungan. Khusus dalam hal
gadai maka jaminan kebendaan atas suatu barang atau benda bergerak yang
dibebani dengan gadai, barang yang dipakai sebagai jaminan tersebut diserahkan
jaminan tersebut.
adalah :
diserahkan secara fisik kepada penerima gadai dari pemberi gadai, dan hal ini
Apabila penyerahan secara fisik kepada penerima gadai tidak dilakukan maka
pemegang hak gadai dilindungi haknya atas benda yang digadaikan tersebut
gadai hanya mempunyai hak untuk pelunasan hutang pemberi gadai. Ini
artinya penerima gadai tidak dapat mengalihkan kekuasaan atas benda yang
berpiutang dapat dibagi-bagi, hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1160 KUH
Perdata.
(1) UU Nomor 40 Tahun 2007. Sebagai benda bergerak saham memberikan hak
membebani benda miliknya dengan hak kebendaan lainnya yaitu dengan gadai,
Hak gadai di dalam prakteknya terdapat dalam dua (2) bentuk, yaitu
pertama dalam bentuk penggadaian benda-benda dan efek-efek serta kedua gadai
di dalam perusahaan bank. Untuk itu berdasarkan atas tenggang waktu untuk
yaitu :123
1. Untuk tenggang waktu tiga (3) bulan, gadai itu disebut dengan belening,
yaitu penggadaian.
efek-efek).
Dalam pembebanan hak gadai diperlukan adanya dua (2) hal, yaitu
antara para pihak untuk memebankan hak gadai, dan kedua adanya pemberian
dalam bezit terhadap benda yang digadaikan kepada penerima gadai, dimana hal
ini merupakan salah satu syarat sahnya pembebanan gadai sebagaimana diatur
1
123
H.F.A. Follmar, Op. Cit, h. 312.
112
perjanjian pada umumnya yang diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yang
2. Adanya kecakapan
yang dilakukan antara pemberi dan penerima gadai, harus ada kesepakatan di
antara yang bersangkutan tentang obyek dari gadai tersebut. Jika di antara para
pihak sudah sepakat maka perjanjian gadai tersebut akan mengikat para pihak
salah satu syarat yang sangat penting, karena sahnya perjanjian gadai apabila
perbuatan hukum dalam hal melakukan perjanjian gadai, maka perjanjian gadai
akan batal atau dapat dibatalkan. Hal ini disebabkan adanya cacat-cacat yang
gadai merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam perjanjian tersebut yaitu berupa
pelunasan atas perjanjian hutang piutang yang dibebani dengan gadai bilamana
telah berakhirnya atau jatuh temponya perjanjian tersebut. Yang dimaksud dengan
kausa yang halal dalam hal ini adalah perjanjian yang dibuat dalam perjanjian
yang berlaku, seperti syarat benda gadai harus diserahkan secara fisik kepada
penerima gadai (kreditur) oleh pemberi gadai (debitur), apabila tidak diserahkan
secara fisik perjanjian gadai tersebut tidak sah (Pasal 1152 Ayat (2) KUH
Perdata).
gadai terdiri dari barang bergerak berwujud dan barang bergerak tidak berwujud.
Di samping barang bergerak terdapat obyek lain yang dapat dijadikan sebagai
jaminan gadai yaitu piutang-piutang atas bawa. Dimana piutang-piutang ini dapat
dikatagorikan sebagai barang bergerak. Dalam ketentuan Pasal 1150 KUH perdata
sebagai barang yang bergerak karena sifatnya, adalah barang yang tidak tergabung
atau menyatu dengan tanah. Sedangkan suatu barang digolongkan sebagai barang
melalui gadai. Saham sebagai benda bergerak menurut Pasal 60 Ayat (1) UU
Nomor 40 Tahun 2007 dapat diagunkan dengan gadai atau jaminan fidusia.
Seperti diketahui bahwa gadai atas saham sebagai benda bergerak diatur dalam
Pasal 1150 – Pasal 1160 KUH Perdata, sedangkan saham sebagai benda bergerak
114
42 Tahun 1999.
memberikan jaminan dengan obyek jaminan yang sama dalam hal ini saham
Perseroan Terbatas, akan tetapi saham yang dibebani dengan gadai kekuasaan atas
saham tersebut beralih dari pemberi gadai (debitur) kepada penerima gadai
fidusia tetap berada di bawah kekuasaan debitur sebagai pemberi jaminan fidusia
Sumber dana yang utama dan terpenting dalam lembaga jaminan dalam
keuangan tersebut dalam menyalurkan dana dalam bentuk kredit kepada pihak-
persyaratan tertentu.
adanya jaminan dan agunan. Pada dasarnya istilah jaminan itu berasal dari kata
tanggungan.125
1
124
Abdul R. Saliman, Hermansyah, Ahmad Jalis, 2008, Hukum Bisnis untuk Perusahaan,
Prenada Media Group, Jakarta, h. 17.
1
125
Ibid, h. 19.
115
Menurut Pasal 2 Ayat (1) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.
dikatakan bahwa jaminan adalah ”suatu keyakinan bank atas kesanggupan debitur
sendiri dapat dilihat dalam Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUH Perdata, karena
pengertian gadai dalam Pasal 1150 KUH Perdata, maka dalam gadai ada
hak kepada si berpiutang sebagai penerima gadai untuk melakukan penjualan atas
barang-barang yang dipakai sebagai agunan tersebut, apabila dia tidak mampu
melunasinya dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Hal ini tentunya tidak
terlepas dari kedudukan benda jaminan tersebut, dimana benda jaminan tersebut
oleh penerima gadai, maka penerima gadai mempunyai hak atas benda
tersebut, akan tetapi bukan untuk menjual benda yang digadaikan tersebut dengan
kekuasaan sendiri (parate eksekusi), sehingga hak untuk penjualan benda gadai
diagunkan.
mutlak (absolut) atas suatu benda tertentu yang menjadi obyek jaminan suatu
hutang, yang suatu waktu dapat dijual untuk pelunasan hutang debitur apabila
jaminan dengan benda berwujud (material) dan jaminan dengan benda tak
dan atau benda / barang tidak bergerak. Sementara benda / barang tak berwujud
yang lazim diterima oleh bank sebagai jaminan kredit adalah berupa hak tagih
Pada dasarnya syarat untuk mengadakan hak gadai, maka yang dapat
digadaikan adalah semua barang bergerak yang meliputi antara lain :127
berbagai hak untuk mendapatkan pembayaran uang, antara lain yang berwujud
surat-surat piutang aan toonder (kepada si pembawa), aan order (atas tunjuk),
aan toonder.
Apabila yang digadaikan itu adalah benda bergerak yang berwujud dan
Ad. 1. Perjanjian ini bentuknya dalam KUH Perdata tidak disyaratkan apa-
apa, oleh karena itu bentuk perjanjian pand ini dapat bebas tak terikat
Dan yang secara tertulis itu bisa diadakan dengan Akta Notaris bisa
Ad. 2. Pada setiap perjanjian gadai, maka barang yang digadaikan harus
ketentuan KUH Perdata, bahwa gadai itu tidak sah jika bendanya
128
Titik Triwulan Tutik, Op. Cit, h. 179-180.
118
lain :
bahwa hak untuk mendapatkan penagihan dari piutang tersebut lalu dapat
ditarik dari kekuasaan si pemberi gadai, dan dari saat itu si debitur lalu
antara lain :
tertentu terkait dengan benda bergerak yang dijadikan agunan tersebut, dapat
berupa benda bergerak yang berwujud dan benda bergerak yang tidak
berwujud, yang dalam hal ini dapat berupa surat-surat piutang aan
toonder (kepada si pembawa), aan order (atas tunjuk), dan op naam (atas
nama).
119
Terhadap hak gadai atas saham sebagai benda bergerak tidak berwujud
dapat dibebankan hak gadai atau dapat mengadakan hak gadai dengan syarat-
syarat antara lain harus ada perjanjian dan harus ada pemberitahuan kepada
debitur dari piutang yang dipakai sebagai agunan hutangnya; sehingga dengan
diberitahukannya kepada debitur dari piutang tersebut maka ini berarti hak untuk
mengadakan penagihan dari piutang tersebut keluar dari kekuasaan pemberi gadai
kekuasaan atas benda jaminan tersebut dari tangan debitur pemberi gadai ke
tangan kreditur penerima gadai, maka sejak saat itu debitur pemberi gadai
umum berarti sebagai bukti kepemilikan terhadap suatu Perseroan. Sesuai dengan
ketentuan Pasal 52 Ayat (1) UU Nomor 40 Tahun 2007, saham memberikan hak
dan
dicatat dalam daftar pemegang saham atas nama pemiliknya (Pasal 52 Ayat (2)
mengeluarkan suara dalam RUPS, begitu juga pemegang saham berhak menerima
dengan gadai sepanjang tidak ditentukan lain dalam Anggaran Dasar Perseroan.
Hak suara atas saham yang diagunkan dengan gadai sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 60 Ayat (4) UU Nomor 40 Tahun 2007, tetap berada pada pemegang
saham. Akan tetapi saham yang dipakai sebagai agunan tersebut menurut Pasal 60
Ayat (3) UU Nomor 40 Tahun 2007, wajib dicatat dalam daftar pemegang saham
dan dalam daftar khusus sebagaimana ketentuan Pasal 50 Ayat (1) Jo Pasal 50
Ayat (2), Ayat (3), Ayat (4), dan Ayat (5) UU Nomor 40 Tahun 2007, yang
menentukan :
klasifikasi saham.
d. Nama dan alamat dari orang perseorangan atau badan hukum yang
mempunyai hak gadai atas saham atau sebagai penerima jaminan fidusia
saham dan tanggal perolehan hak gadai atau tanggal pendaftaran jaminan
fidusia tersebut.
dimaksud dalam Pasal 34 Ayat (2), yaitu ”Penilaian setoran modal saham
pada Ayat (1) Direksi Perseroan wajib mengadakan dan menyimpan daftar
khusus yang memuat keterangan mengenai saham anggota Direksi dan Dewan
3. Pasal 50 Ayat (3), ”Dalam daftar pemegang saham dan daftar khusus
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dan Ayat (2), dicatat juga setiap
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dan Ayat (2) disediakan di tempat
pasar modal tidak mengatur lain, ketentuan sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1), Ayat (3), dan Ayat (4) berlaku juga bagi Perseroan Terbuka”.
122
Saham selain sebagai penyertaan modal dalam suatu Perseroan juga dapat
dijadikan sebagai obyek jaminan, yang memiliki nilai ekonomis dan memberikan
hak kepemilikan atas suatu Perseroan bagi pemegangnya, hal ini dikararenakan
saham yang dikategorikan sebagai benda bergerak tidak berwujud yang digunakan
”Modal Perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham”. Karena saham
Perseroan terbatas sesuai ketentuan Pasal 48 Ayat (1) UU Nomor 40 Tahun 2007,
Akan tetapi bila disimak ketentuan Pasal 31 Ayat (2) Jo Pasal 49 Ayat (2)
UU Nomor 40 Tahun 2007, dimana ditentukan dalam Pasal 31 Ayat (2), ”Bahwa
terdiri atas saham tanpa nilai nominal”. Sedangkan bila dikaitkan dengan
ketentuan Pasal 49 Ayat (2) UU Nomor 40 Tahun 2007, ”Saham tanpa nilai
nominal tidak dapat dikeluarkan”. Di sini kalau disimak lebih lanjut terlihat suatu
hal yang tidak konsisten antara pasal-pasal tersebut di dalam perolehan modal
Perseroan Terbatas yang di satu sisi modalnya ditetapkan atas seluruh nilai
nominal saham, akan tetapi di satu sisi ada ketentuan bahwa saham tanpa nilai
Ayat (2) Jo Pasal 49 Ayat (3) yang pada prinsipnya menentukan, ”tidak menutup
modal Perseroan terdiri atas saham tanpa nilai nominal”. Begitu juga halnya Pasal
juga modal Perseroan yang berupa saham dengan nilai nominal yang telah
tetapi juga tidak menutup kemungkinan modal Perseroan didapatkan dari saham-
saham yang dikeluarkan di pasar modal yang pengeluarannya tanpa nilai nominal.
saham-saham dari suatu Perseroan yang terbuka (go public). Saham-saham yang
dikeluarkannya tidak hanya dalam bentuk saham atas nama pemiliknya atau yang
dikenal dengan Surat Saham atau Warkat, akan tetapi Perseroan tersebut juga
menerbitkan atau mengeluarkan saham tanpa warkat atau yang disebut dengan
transaksi
1
129
M. Irsan Nasarudin, Indra Surya, Ivan Yustiavandana, Arman Nefi, Adi Warman, 2008,
Aspek Hukum Pasal Modal Indonesia, Prenada Media Group, Jakarta, h. 140.
124
pasar modal, maka saham yang dimiliki oleh pemegang saham Perseroan Terbatas
dapat berupa saham atas nama pemilik bagi saham-saham yang dikeluarkan oleh
Perseroan Terbatas saat pendiriannya, dan juga bisa saham atas unjuk. Apabila
perusahaan (emiten).
teknologi informasi, melalui kehadiran online trading system.130 Bila dilihat dari
cara penyerahan saham atas nama dengan saham tanpa warkat, maka untuk saham
atas nama dengan warkat dilakukan secara fisik, sedangkan penyerahan saham
menentukan ”saham tanpa nilai nominal tidak dapat dikeluarkan”, akan tetapi
49 Ayat (3) UU Nomor 40 Tahun 2007). Pengeluaran saham tanpa nilai nominal
1995, dapat dilakukan oleh Perseroan Terbatas yang sudah go public atau
1
130
Ibid, h. 139.
125
Saham merupakan benda bergerak dan oleh karena itu kepemilikan atas
Dan hak tersebut dapat dipertahankan terhadap setiap orang. Begitu juga halnya
pemiliknya. Hak kebendaan ini dapat dipertahankan terhadap setiap orang atau
saham tersebut di tangan siapapun berada. Namun oleh karena dia barang
bergerak, harus tunduk kepada ketentuan Pasal 1977 KUH Perdata yang
bab kesepuluh KUH Perdata yang terdiri atas Pasal 1150-1160. Adapun
(2) Gadai saham atau jaminan fidusia atas saham dicatat dalam daftar
jaminan fidusia, terdiri dari saham yang telah didaftarkan sesuai dengan
fidusia itu, wajib dicatat dalam daftar pemegang saham dan daftar khusus
(3) Hak suara atas saham yang diagunkan tetap berada pada pemegang
saham.
127
Hal yang perlu diingat sehubungan dengan pengagunan saham, baik dalam
(c) Sedangkan hak lain di luar hak suara seperti hak atas
pemegang agunan.
Terkait dengan sistem Hukum Perdata pembedaan atas benda bergerak dan
tidak bergerak, mempunyai arti penting dalam berbagai bidang yang berhubungan
jaminan.
pembagian benda bergerak dan benda tidak bergerak. Karena atas dasar
yang dapat dibebankan untuk kredit yang akan diberikan. Jika benda jaminan itu
berupa benda bergerak, maka dapat dibebankan lembaga jaminan yang berbentuk
gadai atau fidusia, sedangkan jika benda jaminan adalah benda tetap atau tidak
128
dan benda tak bergerak, dalam hukum perdata mempunyai arti penting dalam hal-
2. Cara penyerahan
hutang dengan cara gadai, maka sesuai dengan UU Nomor 40 Tahun 2007 dalam
Pasal 60 Ayat (2) saham sebagai benda bergerak dapat diagunkan dengan gadai
atau jaminan fidusia. Benda bergerak yang berupa saham ini bila dipakai sebagai
agunan dengan cara gadai, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 1152 benda yang
maka kedudukan benda jaminan secara fisik berada di bawah penguasaan kreditur
atau kewjaiban untuk menjaga keselamatan atas barang tersebut. Di samping itu
penerima gadai juga mempunyai hak atas penguasaan benda gadai, namun tidak
132
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan II, Op. Cit, h. 50.
129
lainnya.
Bahwa untuk terjadinya pembebanan hak gadai terdapat dua (2) tahapan
Tahap Pertama; untuk terjadinya hak gadai adanya perjanjian pinjam uang dengan
Tahap kedua; penyerahan benda gadai dalam kekuasaan penerima gadai. Benda
yang dijadikan obyek gadai adalah benda bergerak, maka benda itu harus
Penyerahan itu harus nyata, tidak boleh berdasarkan pernyataan dari debitur,
pinjaman untuk jangka wkatu pendek yang berkisar antara 3 (tiga) sampai 6
(enam) bulan, serta dalam jumlah kredit yang relatif kecil. Jaminan gadai dalam
sebagaimana diatur dalam Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160 KUH Perdata.
dan berada di bawah naungan Kantor Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara
(1) Kekayaan negara yang dipisahkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
(2) Usaha pemupukan modal intern dilakukan antara lain melalui penerbitan
obligasi atau alat-alat sah lainnya, serta menyisihkan sejumlah tertentu laba
(3) Sumber dana lain adalah pinjaman dari Bank Indonesia atau bank lainnya
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa seluruh modal dari Perum
Pegadaian adalah milik negara. Modal tersebut bersumber dari kekayaan negara
yang terpisah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, merupakan usaha
naungan Menteri Negara BUMN, pada prinsipnya jangka waktu pinjaman gadai
adalah minimal 15 hari dan maksimal 120 hari sesuai dengan Surat Edaran Nomor
kredit.135
pada umumnya yang dipakai sebagai agunan adalah berupa benda-benda bergerak
berwujud, dimana benda yang dipakai sebagai jaminan hutang tersebut akan
dengan gadai. Saham dalam perkembangannya memiliki nilai atau harga yang
1
135
H.S. Salim II, Op. Cit, h. 49-50.
131
tidak stabil, dimana pergerakan nilai dari saham tersebut di pasar modal sangat
atas saham yang bersangkutan, maka akan diikuti dengan naiknya harga saham
tersebut. Namun apabila penawaran atas saham lebih tinggi maka harga saham
akan turun.
Saham yang dipakai sebagai jaminan hutang dengan gadai, pemberi gadai
dalam hal ini debitur dilindungi oleh UU Nomor 40 Tahun 2007 khususnya Pasal
60 Ayat (4) dimana hak suara atas saham yang diagunkan tetap berada pada
gadai/kreditur.
diberikan gak preferen oleh hukum, artinya kreditur diberikan kedudukan yang
benda jaminan hutang. Jaminan khusus yang berupa hak kebendaan tersebut salah
adalah prinsip accessoir dan prinsip disclosure. Prinsip accessoir adalah prinsip
ikutan dari perjanjian pokoknya yaitu perjanjian hutang piutang. Prinsip ini
berlaku bagi seluruh jenis jaminan hutang. Sedangkan yang dinamakan dengan
prinsip disclosure atau publisitas ini mengajarkan bahwa sutau hak jaminan
ketentuan yang berlaku untuk gadai saham sebagai benda bergerak tidak berwujud
di antaranya harus sesuai dengan ketentuan yang ada pada KUH Perdata
khususnya yang diatur dalam Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160. Juga
ketentuan yang diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2007 khusus Pasal 60 Ayat (3),
Adapun yang menjadi tujuan pendaftaran ini bertujuan agar semua orang dapat
mengetahui bahwa saham tersebut dipakai sebagai jaminan hutang yaitu dalam hal
ini saham tersebut dibebani dengan gadai. Dalam hal peraturan perundang-
daftar khusus, di bidang pasar modal berlaku juga bagi Perseroan terbuka.
Dapat dikatakan bahwa tata cara pembebanan gadai atas saham, prosedur
yang harus dilakukan oleh pemberi gadai adalah yang bersangkutan sebagai
1
136
Munir Fuady, 2008, Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis Modern di Era Global,
Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 141 (selanjutnya disebut Munir Fuady III).
133
yang ada di tempat kedudukan Perseroan. Hal ini berlaku bagi saham Perseroan
Terbatas yang dikeluarkan atas nama pemiliknya. Bagi Perseroan Terbatas Tbk
(go public) penjualan atas saham Perseroan dilakukan di Bursa Efek atau pasar
modal secara scriptless, maka saham yang dikeluarkan di pasar modal ini berupa
saham tanpa warkat. Artinya saham tersebut tanpa surat saham atau tanpa warkat
bentuknya, akan tetapi dalam bentuk saham tanpa warkat (scriptlees stock) yang
oleh pemegang saham tanpa warkat ini adalah berupa rekening saham yang
dimilikinya dari Perusahaan Efek, Bank Kustodian dan lembaga penyimpanan dan
Perusahaan efek ini kemudian menitipkan saham tersebut atas nama perusahaan
dalam hal ini di Indonesia dijalankan oleh PT. Kustodian Sentral Efek
Indonesia).137
Apabila saham tanpa warkat ini dipakai sebagai jaminan hutang dengan
pembebanan gadai, maka rekening saham tersebut merupakan suatu bukti bahwa
pemegang saham itu adalah pemiliknya yang sah. Dan bila saham tersebut
bilamana saham tersebut diagunkan dengan gadai direksi harus membuat daftar
saham yang bersangkutan dibebani gadai. Dan hal ini selaras dengan prinsip
Uraian mengenai tata cara pembebanan atas saham tersebut di atas, dapat
Terbatas yang modalnya secara keseluruhan berasal dari nilai nominal saham,
tidak mengatur secara khusus bagaimana tata cara / prosedur yang harus
dilakukan jika saham tersebut dibebankan dengan gadai. Dengan agunan gadai
atas saham Perseroan Terbatas tersebut tidak adanya ketentuan yang pasti tentang
proses pembebanan atas saham ini dengan gadai dalam UU Nomor 40 Tahun
2007 secara jelas, maka pembebanan atas saham dengan gadai dapat dilakukan
sebagaimana diatur dalam Pasal 1151 KUH Perdata. Pasal 1151 KUH Perdata
kredit. Perjanjian tertulis ini dapat dilakukan dalam bentuk akta dibawah tangan
atau akta otentik. Perjanjian gadai dalam praktiknya dilakukan dalam bentuk akta
di bawah tangan yang ditandatangani oleh pemberi gadai dan penerima gadai.
Bentuk, isi, dan syarat-syaratnya telah ditentukan oleh Perum Pegadaian secara
135
sepihak. Hal-hal yang kosong dalam Surat Bukti Kredit (SBK), meliputi nama,
alamat, jenis barang jaminan, jumlah taksiran, jumlah pinjaman, tanggal kredit,
dan tanggal jatuh tembo. Hal-hal yang kosong ini tinggal diisi oleh Perum
Berikut ini disajikan isi perjanjian kredit dengan jaminan barang bergerak
barang yang dijaminkan merupakan milik yang sah dari nasabah atau dikuasai
secara sah menurut hukum oleh nasabah dan karenanya nasabah mempunyai
Nasabah juga menjamin bahwa tidak ada orang lain dan atau pihak yang lain
yang turut mempunyai hak atas jaminan tersebut, baik hak memiliki atau hak
menguasai.
pegadaian tidak sedang menjadi jaminan sesuatu hutang, tidak dalam sitaan,
tidak dalam sengketa dengan pihak lain atau tidak berasal dari barang yang
depan, bila di kemudian hari barang jaminan hilang atau rusak akan diganti
138
H.S. Salim II, Op. Cit, h. 44.
139
H.S. Salim II, Op Cit, h. 45, 46, 47.
136
sebesar 125% dari nilai taksiran, setelah dikurangi uang pinjaman dan sewa
modal. Pegadaian tidak bertanggung jawab atas kerugian apabila terjadi force
menyebabkan nilai barang jaminan tidak dapat menutup uang pinjaman dan
sewa modal, paling lama 14 hari sejak pemberitahuan, nasabah atau yang
maksimum.
yang tercantum di halaman depan dengan jangka waktu kredit 120 hari.
orang lain dengan mengisi dan membubuhkan tanda tangan pada kolom yang
tersedia.
seluruhnya, mengangsur dan atau mengulang gadai, mulai sejak tanggal kredit
sampai dengan satu hari sebelum tanggal lelang. Apabila sampai dengan
tanggal jatuh tempo tidak dilunasi / diangsur atau diulang gadai, maka barang
menutupi pinjaman ditambah sewa modal dan biaya lelang. Apabila terdapat
137
uang kelebihan yang menjadi hak nasabah dengan jangka waktu pengambilan
selama 1 (satu) tahun, uang kelebihan tidak diambil dalam jangka wkatu 12
tambah sewa modal ditambah biaya lelang, selisihnya tetap merupakan utang
nasabah yang akan ditagih oleh pegadaian dan harus dilunasi paling lambat 14
Demikian perjanjian ini berlaku dan mengikat kedua belah pihak sejak
ditandatangani.
(____________________) (____________________)
Persyaratan yang tercantum dalam SBK ini telah distandarisasi oleh Perum
gadai dan penerima gadai, dalam perjanjian gadai maka sejak saat itulah timbul
hak dan kewajiban para pihak sebagaimana diatur dalam Pasal 1154, Pasal 1156
dan Pasal 1157 KUH Perdata. Dan apabila salah satu pihak tidak melaksanakan
kepada pemberi gadai agar dapat melaksanakan prestasinya sesuai dengan yang
dijanjikan. Apabila somasi itu telah dilakukan selama 3 (tiga) kali dan tidak
Oleh sebab itu tata cara pembebanan gadai atas saham dapat dikatakan
Hanya dalam ketentuan Pasal 60 Ayat (1) UU Nomor 40 Tahun 2007, yang
bergerak saham dapat diagunkan dengan gadai ataupun fidusia. Dalam hal ini
tidak ada suatu kepastian yang jelas tentang pembebanan saham Perseroan
hanya menentukan gadai saham yang telah didaftarkan sesuai ketentuan peraturan
Pengagunan atas saham ini dengan cara gadai maupun dengan fidusia,
maka hak suara atas saham tersebut tidak beralih kepada penerima gadai, artinya
hak suara dalam RUPS tetap berada pada pemberi gadai. Ataupun jika
diperjanjikan lain oleh para pihak, hak suara diberikan kepada penerima gadai
maka hak suara tersebut tetap merupakan hak suara dalam RUPS yang dimiliki
oleh pemberi gadai, yang berdasarkan surat kuasa dari pemberi gadai kepada
penerima gadai. Dalam RUPS kedudukannya adalah mewakili hak suara dari
sendiri menetapkan hak suara atas saham yang dimiliki dalam RUPS tetap
Begitu juga bila saham tersebut dijual di pasar modal bila diagunkan
saham yang dikeluarkan sebagai bukti pemilikan atas saham adalah berupa
rekening saham sebagai bukti bahwa yang bersangkutan memiliki saham pada
dikeluarkan secara scriptless tersebut, bila digadaikan maka bukti rekening saham
tersebut yang dimiliki melalui perusahaan efek, dimana rekening yang dititipkan
oleh Bank Kustodian di lembaga penyimpanan dan penyelesaian yang tercatat atas
nama Bank Kustodian, yang bersangkutan sebagai wakil dari perusahaan efek
perusahaan efek atau di suatu emiten. Bila dilihat dari Pasal 1152 Ayat (1) KUH
140
Perdata yang mengatakan bahwa, ”Hak gadai atas benda-benda bergerak dan atas
kekuasaan si berhutang atau seorang pihak ketiga, tentang siapa telah disetujui
Ketentuan Pasal 1152 Ayat (1) KUH Perdata tersebut mengatakan bahwa
menerangkan bahwa jumlah atau jenis efek yang dititipkan pada lembaga
141
penyimpanan atau Bank Kustodian tersebut dipakai sebagai jaminan hutang yang
berupa gadai.
Jadi ketentuan tentang gadai atas benda bergerak dalam Pasal 1152 Ayat
(1) KUH Perdata dapat disimpangi oleh UU Nomor 8 Tahun 1995 dalam hal
peralihan kekuasaan atas benda bergerak dalam hal ini berupa saham dari
pemegang rekening saham kepada penerima gadai tidak berlaku, karena selaku
pengaturan saham yang dijual di bursa sebagai jaminan hutang dengan gadai
disimpan oleh Bank Kustodian, dan yang bersangkutan hanya sebagai pemegang
Akan tetapi bila saham baik dengan nilai nominal yang dikeluarkan oleh
Perseroan Terbatas maupun saham tanpa nilai nominal yang dijual di Bursa efek
atau pasar modal, jika dipakai sebagai agunan dengan gadai saham, mengharuskan
adanya pencatatan dalam daftar pemegang saham dan daftar khusus untuk saham
dengan nilai nominal yang dibebankan gadai. Karena saham dengan nilai nominal
yang dibebankan gadai, maka syarat-syarat untuk gadai berlaku Pasal 1152 Ayat
(1) dimana saham yang dibebankan gadai beralih penguasaannya secara fisik
Sedangkan untuk saham yang dijual di pasar modal tanpa nilai nominal
dan dipakai sebagai jaminan hutang dengan gadai, pemegang rekening atas saham
saham dan jenis yang dipakai sebagai jaminan berupa gadai dan tanpa
kekuasaan atas pemegang saham beralih kepada pemberi gadai, akan tetapi hak-
hak tetap dimiliki pemegang seperti hak mengeluarkan suara dalam RUPS,
perseroan tersebut dilikuidasi. Begitu juga dengan gadai saham tanpa nilai
nominal sesuai Pasal 60 UU Nomor 8 Tahun 1995 tetap memiliki hak-hak yang
rekening saham dalam pengeluaran saham tanpa nilai nominal di pasar modal.