Anda di halaman 1dari 10

Aspek Hukum Jaminan Gadai sebagai Jaminan Utang

Makalah Diajukan untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester


Pada Mata Kuliah Hukum Jaminan

Disusun Oleh:Rezeki Akbar Jaka Sembiring (0206193121)

Dosen Pengampu :DR.MHD.YADI HARAHAP,S.HI,M.H

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2022-2023
A.Pengertian Gadai
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,Gadai adalah “ Pinjam-meminjam uang
daklam batas waktu tertentu dengan menyerahkan barang sebagai tanggungan,jika telah
sampai pada waktunya tidak ditebus barang itu menjadi hak yang memberi pinjaman”.1Gadai
atau Lembaga hak jaminan merupakan terjemahan dari kata pand (Bahasa belanda),pledge
atau pawn (inggris),faustpfand (jerman) dan dalam hukum adat dikenal dengan cekelan .2

Istilah gadai sangat umum kita dengar dalam kehidupan sehari-hari dan terminology
gadai dapat dijumpai dalam berbagau literatur hukum yang dipaparkan oleh para ahli,antara
lain wiyono prodjodikoro menyatakan bahwa gadai adalah suatu hak yang didapat oleh
seorang berpiutang suatu benda bergerak yang padanya diserahkan oleh si berutang atau oleh
seorang lain untuk menjamin pembayaran utang dan yang memberikan hak kepada si
berutang untuk dibayar lebih dahulu dari berpiutang lainnya,yang diambil dari uang
pendapatan penjualan barang itu.

KUH Perdata pasal 1150 dinyatakan bahwa gadai adalah suatu hak yang diperoleh
seorang berpiutrang atas suatu barang bergerak,yang diserahkan kepadanya oleh seorang
berutang atau orang lain atas Namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada si
berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada
orang-orang berpiutang lainnya;kecuali biaya untuk melelang barang-barang tersebut dan
biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan,biaya-
biaya mana harus didahulukan.

B.Objek Gadai

Dalam hal objek gadai adalah benda bergerak tidak bertubuh (kecuali surat tunjuk
dan surat bawa),maka ia harus diberitahukan terlebih dahulu kepada pihak yang harus
menerima pelaksanaan hak yang diminta bukti tertulis tentang pemberitahuan tersebut serta
tentang izin si pemberi gadai sesuai dengan pasal 1153 KUH Perdata.

Sesuai dengan ketentuan pasal 1150,1152 ayat (1),Pasal 1152 bis,pasal 1153 dan pasal 1158
ayat (1) KUH Perdata ,objek jaminan gadai adalah benda bergerak yang terdiri dari :

1
Anton M.Moeliono,Kamus Umum Bahasa Indonesia,Balai Pustaka,Jakarta,1997,hlm.283
2
Rachmadi Usman,Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia,Raja Geafindo Persada,Jakarta,2007,hlm.33
a. Benda bergerak berwujud atau bertubuh (lichamelijk),yaitu benda yang secara sifat
dapat berpinah atau dipindahkan,misalkan perhiasan (emas.berlian,perak
dll),kendaraan (sepeda motor ,mobil,dll),barang elektronik
(handphone,computer,radio,dll),barang barang mesin ( mesin jahit,mesin kapal
motor,dll).
b. Benda bergerak tidak berwujud atau tidak bertubuh (onlichamelijk).Benda-benda
bergerak tidak berwujud yang berupa macam-macam hak tagihan
(vorderingsrecht),agar mendapatkan pembayaran sejumlah uang,dapat digunakan
surat-surat piutang.Surat-surat yang dimaksud sebagai berikut :
1. Surat piutang ats nama ,yaitu surat /akta yang didalamnya nama kreditur disebut
dengan jelas tanpa tambahan apa apa.(pasal 1153 KUH Perdata.
2. Surat piutang atas bawa/kepada pembawa,yaitu surat /akta yang di dalamnya
nama kreditur tidak disebut dengan jelas dalam akta namun dengan tambahan
kata-kata “atau pembawa” (Pasal 1152 ayat (1) KHU Perdata ),contoh cek
3. Surat piutang kepada penggati atau atas unjuk (vondering aan order),yaitu
surat/akta yang di dalamnya nama kreditur disebut dengan jelas tambahan kata-
kata “atau pengganti” (pasal 1152 bis KUH Perdata )contoh wesel.
4. Saham dapat digunakan dengan gadai atau jaminan fidusia sepanjang tidak
ditentukan lain dalam anggaran dasar (pasal 60 Undang-undang perseroan terbatas
(UUPT) nomor 40 tahun 2007 ).3

C.Sifat dan Ciri -Ciri gadai

Jaminan gadai memiliki Sifat dan Karakteristik Jaminan kebenandaan pada


umumnya,antara lain :

1.Objek gadai mengikuti kepada siapa objek tersebut digadaikan (droit de suite ).

2.Gadai Bersifat didahulukan (droit de preference).4

Sedangkan berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1150 dan pasal-pasal lainnya dari KUH
Perdata, dapat disimpulkan sifat dan ciri-ciri yang melekat pada hak gadai itu, sebagai
berikut:

3
Rachmadi Usman,Hukum Jaminan di Indonesia,Sinar Grafika,Jakarta,2008,hlm.269
4
Saudi Amran.Eksekusi Jaminan Dalam Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah.Kencana.Jakarta.2019.hlm.128
1. objek atau barang-barang yang gadai adalah kebendaan yang bergerak, baik kebendaan
bergerak yang berwujud maupun kebendaan bergerak yang tidak berwujud (Pasal 1150, Pasal
1153 KUH Perdata);

2. gadai merupakan hak kebendaan atas kebendaan atau barang-barang yang bergerak milik
seseorang (Pasal 1152 ayat (3) juncto Pasal 528 KUH Perdata), karenanya walaupun barang-
barang yang digadaikan tersebut beralih atau dialihkan kepada orang lain, barang-barang
yang digadaikan tersebut tetap atau terus mengikuti kepada siapa pun objek barang-barang
yang digadaikan itu berada (droit de suite). Apabila barang-barang yang digadaikan hilang
atau dicuri orang lain, maka kreditor pemegang gadai berhak untuk menuntut Kembali.5

3. hak gadai memberikan kedudukan diutamakan (hak preferensi atau droitde preference)
kepada kreditor pemegang hak gadai (Pasal 1133, Pasal 1150 KUH Perdata);

4. kebendaan atau barang-barang yang digadaikan harus berada di bawah penguasaan kreditor
pemegang hak gadai atau pihak ketiga untuk dan atas nama pemegang hak gadai (Pasal 1150,
Pasal 1152 KUH Perdata);

5. gadai bersifat acessoir pada perjanjian pokok atau pendahuluan tertentu,seperti perjanjian
pinjam-meminjam uang, utang piutang, atau perjanjian atau bekredit (Pasal 1150 KUH
Perdata);

6. gadai mempunyai sifat tidak dapat dibagi-bagi (ondeelbaar), yaitu membebani secara utuh
objek kebendaan atau barang-barang yang digadaikan dan setiap bagian daripadanya, dengan
ketentuan bahwa apabila telah dilunasinya sebagian dari utang yang dijamin, maka tidak
berarti terbebasnya pula sebagian kebendaan atau barang-barang digadaikan dari beban hak
gadai, melainkan hak gadai itu tetap membebani seluruh objek kebendaan atau barang-barang
yang digadaikan untuk sisa utang yang belum dilunasi (Pasal 1160 KUH Perdata).7. Hak
gadai tidak dapat dibagi-bagi, artinya sebagian hak gadai tidak akan hapus dengan dibayarnya
sebagian dari hutang, gadai tetap melekat atas seluruh bendanya6

Selain memiliki sifat dan karakteristik yang ada pada jaminan kedaan pada umumnya, gadai
juga memiliki sifat dan karakteristik di antaranya:

5
Racmadi usman,Hukum Jaminan Keperdataan,2008,Sinar Grafika,Jakarta,hal,107
6
Racmadi usman,Hukum Jaminan Keperdataan…..,hal 108
Pertama, gadai adalah hak kebendaan. Hak kebendaan dari hak gadai bukanlah hak untuk
menikmati benda seperti eigendom, hak bezit, hak pakai, dan sebagainya. Benda dai memang
harus diserahkan kepada kreditur tetapi tidak untuk dina mati, melainkan untuk menjamin
piutangnya dengan mengambil pen gantian dari benda tersebut guna membayar piutangnya.
Barang yang digadaikan merupakan jaminan bagi pembayaran kembali utang debitur kepada
kreditur. Jadi barang jaminan tidak boleh dipakai, dinikmati, kreditur hanya berkedudukan
sebagai houder bukan burgerlijkebezitter.7

Kedua, objek gadai berada dalam kekuasaan kreditur. Karakteristik inilah yang tidak dimiliki
oleh jaminan hak tanggungan dan jaminan fidusia. Objek gadai berada dalam kekuasaan
kreditur atau penerima gadai sebagai akibat adanya syarat inbezitstelling. Syarat inhe
zitstelling diatur dalam Pasal 1150 dan 1152 KUH Perdata dan merupakan syarat utama
untuk sahnya suatu perjanjian diserahkan oleh debitur ke pada kreditur, setelah dibuatnya
perjanjian pokok (utang piutang).

Ketentuan untuk menyerahkan objek atau barang gadai ke dalam kekuasaan kreditur
pemegang gadai atau pihak ketiga merupakan unsur mutlak dari suatu gadai sehingga
menjadi hukum memaksa (mandatory rule). Bila penyerahan ini tidak dilakukan maka gadai
dianggap batal demi hukum (null and void).

Ketiga, bersifat accesoir (tambahan). Yang dimaksud dengan accesoir, yaitu berlakunya hak
gadai tergantung pada ada atau tidaknya perjanjian pokok atau utang-piutang sehing ga ia
bersifat perjanjian tambahan, artinya jika perjanjian utang-piutang sah, maka perjanjian gadai
sebagai perjanjian tambahan juga sah, dan sebaliknya jika perjanjian utang-piutang tidak sah,
maka perjanjian gadal juga tidak sah. Dengan demikian jika perjanjian utang piutang beralih
maka hak gadai otomatis juga beralih Tetapi sebaliknya hak gedal takdapat dipindahkan
tanpa perjanjian utang piutang. Dan jika karena satu alasan tertentu perjanjian gadai batal,
maka perjanjian utang piutang masih tetap berlaku asal dibuat secara sah.8Dalam gadai
konvensional yang berdasakan hukum positif, perjanji pokoknya runduk terhadap ketentuan
hukum perjanjian positif pada umumnya. Sehingga bila terdapat sengketa ataupun eksekusi di
kemu dian hari sebagai buntut dari persoalan gadai, maka yang berwenang menyelesaikan
sengketanya adalah pengadilan negeri.

7
Riki Rustam,Hukum Jaminan,UII Press,Yogyakarta,2017,hlm.87
8
Riki Rustam,Hukum Jaminan,…………. ,hlm.88
Dalam perkembangannya, gadai syariah memiliki mekanisme tersen a seseoran diri dalam
membuat perjanjiannya, bila a seseorang ingin mengikatkan diri terhadap ketentuan gadai
syariah, maka perjanjian utang piutang atau pinjam meminjam sebagai perjanjian pokoknya
harus dibuat berdasarkan alad syariah, artinya selain tunduk terhadap ketentuan hukum
perdata positif, prinsip perjanjian syariah dan perjanjian tersebut tidak boleh ber tentangan
dengan prinsip-prinsip syariah.9 Dengan demikian, bila dikemudian hari terhadap gadai atau
pega daian syariah terjadi sengketa atau permohonan eksekusi dari pihak kreditur, maka hal
tersebut menjadi kewenangan pengadilan agama.

Keempat, objek gadai tidak dapat dibagi-bagi Berdasarkan ketentuan Pasal 1160 KUH
Perdata, barang gadai tidak dapat dibagi-bagi (ondelbaar), sekalipun utangnya di antara para
waris berutang atau di antara waris si berpiutang dapat dibagi-bagi. Dengan demikian gadai
meliputi seluruh benda sebagai satu kesatuan, artinya sebagian hak gadai tidak menjadi hapus
dengan dibayarnya sebagian utang, melainkan hak gadai itu tetap membebani seluruh objek
keben daan atau benda-benda yang digadaikan untuk sisa utang yang belum dilunasinya.10

Pasal 1160

"Gadai itu tidak dapat dibagi-bagi, meskipun utang itu dapat dibagi antara para ahli waris
debitur atau para ahli waris kreditur. Ahli waris debitur yang telah membayar bagiannya tidak
dapat menuntut kembali bagiannya dalam barang gadai itu, sebelum utang itu dilunasi
sepenuhnya. Di lain pihak, ahli waris kreditur yang telah menerima bagiannya dan piutang
itu, tidak boleh mengembalikan barang gadai itu atas kerugian sesama ahli warisnya yang be
lum menerima pembayaran."

Kelima, objek gadai tidak dapat dimiliki. Dalam jaminan gadai salah satu syarat terjadi gadai
adalah barang gadai hanya berpindah tangan dalam hal penguasaannya, bukan berpin dah
kepemilikan dari debitur kepada kreditur.

Keenam, bersifat individualiteit (individu). Benda gadai akan tetap melekat secara utuh pada
utangnya walau pun debitur atau kreditur telah meninggal dunia, meskipun piutang atau

9
Amran Saudi,Pengadilan Sengketa Ekonomi Syariah:Penemuan dan Kaidah
Hukum,Kencana,Jakarta,2018,hlm.29
10
Rachmadi Usman,Hukum Jaminan Keperdataan,Sinar Grafika.Jakarta,hlm.265
benda gadai telah diwariskan atau terbagi-bagi. Hak gadai atas benda yang digadaikan tidak
menjadi hapus selama utangnya belum dibayar sepenuhnya (Pasal 1160 KUH Perdata).11

D.Subjek Hukum Hak Gadai

Dari ketentuan dalam Pasal 1150 KUH Perdata, yang nya menyatakan "gadai adalah
suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan
kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya", maka subjek hukum
hak gadai, yaitu pihak yang ikut serta dalam membentuk perjanjian gadai.yaitu:

1. pihak yang memberikan jaminan gadai, dinamakan pemberi gadai ( pandgever)

Pemberi jaminan gadai terdiri dari unsur perorangan atau badan hukuim yang memberikan
jaminan dalam bentuk benda bergerak untuk dijadikan jaminan kepada penerima
gadai.12Pemberian gadai atau pandgever biasa saja bukan milik debitur tetapi berasal dari
pihak ketiga.Sesuai dengan ketentuan Pasal 1156 ayat (2) KUH Perdata bahwa benda yang
dijadikan jaminan gadai dapat saja bukan berasal daari harta milik debitur,melainkan harta
orang lain,artinya pihak ketiga tersebut bisa saja menggadaikan benda bergerak miliknya
menjadi jaminan utang seseorang atau orang lain.Dalam hal yang memberikan jaminan
adalah debitur itu sendiri,maka debitur disebut dengan debitur pemberi gadai dan jika yang
memberikan jaminan adalah pihak ketiga (orang lain) ,maka disebut sebagai pihak ketiga
pemberi gadai.

2. pihak yang menerima jaminan gadai, dinamakan penerima gadai (pandnemer).

Unsur penerima gadai berasal dari perorangan atau badan hukum (seperti
bank,penggadaian,dan Lembaga keuangan lainnya yang ditentukan oleh peraturan undang-
undang) yang memiliki piutang.Sesuai dengan sifat dan karakteristik gadai ,maka pihak
penerima inilah yang menguasai benda yang digadaikan setelah ditarik dari kekuasaan
pemberi gadai.13

11
Riki Rustam,Hukum Jaminan,UII Press,Yogyakarta,2017,hlm.89
12
Salim H.S.,Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia,Raja Grafindo Persada,Jakarta,2007,hlm.29
13
Kartini Mulyadi dan Gunawan Widjaja,Seri Hukum Harta Kekayaan:Hak Istimewa,Gadai,dan
Hipotek,Kencana,Jakarta,2007.hlm.266
Penerima gadai juga dapat diberikan kepada pihak ketiga atau disebut puihak ketiga
pemegang gadai.Ketentuan ini sesuai dengan pasal 1152 ayat (1) KUH Perdata dengan syarat
ada kesepakatan antara debitur dengan kreditur untuk menyerahkan objek gadai kepada
kekuasaan pihak ketiga.14

3. Pihak ketiga yang bias bertindak sebagai pemilik dari benda gadai atau yang dikuasakan
atas benda gadai.

Berhubung kebendaan jaminannya berada dalam tangan atau penguasaan kreditor atau
pemberi pinjaman, penerima gadai dinamakan juga pemegang gadai. Namun atas
kesepakatan bersama antara debitur dan kreditor, barangbarang yang digadaikan berada atau
diserahkan kepada pihak ketiga berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1152 ayat (1) KUH
Perdata, maka pihak ketiga tersebut dinamakan pula sebagai pihak ketiga pemegang gadai.15

Pasal 1156 ayat (2) KUH Perdata memberikan kemungkinan barang yang digadaikan
untuk jaminan utang tidak harus kebendaan bergerak milik, namun bisa juga kebendaan
bergerak milik orang lain yang digadaikan. Dengan kata lain seseorang dapat saja
menggadaikan kebendaan bergerak miliknya untuk menjamin utang orang lain atau seseorang
dapat mempunyai utang dengan jaminan kebendaan bergerak milik orang lain. Bila yang
memberikan jaminan debitur sendiri, dinamakan dengan debitur pemegang gadai atau bila
yang memberikan jaminan orang lain, maka yang bersangkutan dinamakan dengan amun ke
pihak ketiga pemberi gadai (bandingkan J. Satrio, 2002: 90).

E. Cara Mengadakan Gadai

1. Benda Bergerak Berwujud

Dalam hal benda yang akan digadaikan merupakan benda bergerak berwujud, maka hak
gadai dapat terjadi melalui dua tahap yaitu:

i). Perjanjian antara para pihak yang berisi kesanggupan kreditur untuk meminjamkan
sejumlah uang kepada debitur dan kesanggupan debitur untuk menyerahkan sebuah/sejumlah
benda bergerak sebagai jaminan pelunasan hutang (pand overeenkomst).

14
Rachmadi Usman,Hukum Kebendaan,Sinar Grafika,Jakarta,2007,hlm.266
15
Racmadu Usman,Hukum Jaminan Keperdataan,2008,Sinar Grafika,Jakarta,hal.116-117
ii). Perjanjian kebendaan yaitu kreditur menyerahkan sejumlah uang kepada debitur,
sedangkan debitur sebagai pemberi gadai menyerahkan benda bergerak yang digadaikan
kepada kreditur penerima gadai.16

2. Benda Bergerak Tidak Berwujud

Jika benda yang akan digadaikan adalah benda bergerak tidak berwujud maka tergantung
pada bentuk surat piutang yang bersangkutan apakah tergolong pada surat piutang aan
toonder, aan order ataukah op naam.

16
Suci Rahmi,Pelaksanaan Pengikatan Jaminan Gadai Deposito Berjangka Pada PT.BANK INDEX JAKARTA
PUSAT.Semarang.2009.hal.45
DAFTAR PUSTAKA

M. Moeliono Anton.1997.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta.Balai Pustaka

Usman Rachmadi.2007.Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia.Jakarta.Raja Grafindo

Usman Rachmadi.2008. Hukum Jaminan di Indonesia.Jakarta.Sinar Grafika

Usman Rachmadi.2008. Hukum Jaminan Keperdataan.Jakarta.Sinar Grafika

Rustam Riki.2017.Hukum Jaminan.Yogyakarta.UII Press

Saudi Amran.2018.Pengadilan Sengketa Ekonomi Syariah:Penemjuan dan Kaidah


Hukum.Jakarta.Kencana.

Mulyadi Kartini dan Widjaja Gunawan.2007.Seri Hukum Harta Kekayaan:Hak Istimewa


Gadai dan Hipotek.Jakarta.Kencana

Usmani Rachmadi.2007.Hukum Kebendaan.Jakarta.Sinar Grafika

Rahmi Suci.2009.Pelaksanaan Pengikatan Jaminan Gadai Deposit Berjangka Pada PT.Bank


Index Jakarta Pusat.Semarang.Diponogoro University Institutional Repository

Amran Saudi.2019.Eksekusi Jaminan Dalam Penyelesaian Sengketa Ekonomi


Syariah.Jakarta.Kencana

Anda mungkin juga menyukai