Disusun oleh:
Ambrosius Farrel (F0219011)
MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2020
HUKUM JAMINAN
1. Agunan (Jaminan) Kredit menurut Pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata adalah “Segala
barang-barang bergerak dan tak bergerak milik debitur, baik yang sudah ada maupun
yang akan ada, menjadi jaminan untuk perikatan-perikatan perorangan debitur itu.
Barang-barang itu menjadi jaminan bersama bagi semua kreditur terhadapnya hasil
penjualan barang-barang itu dibagi menurut perbandingan piutang masing-masing kecuali
bila di antara para kreditur itu ada alasan-alasan sah untuk didahulukan.”
2. Sifat perjanjian penjaminan adalah “Accesoir”, perjanjian pada intinya adalah pemberian
kredit (hutang-piutang).
3. Akibat hukum sifat “accesoir”:
Adanya tergantung pada perjanjian pokok
Penghapusannya tergantung pada perjanjian pokok
Jika perjanjian pokok batal/ikut batal
Ikut beralih dengan beralihnya perjanjian pokok
Jika perutangan pokok beralih karena “cessie”, subrogasi, maka ikut beralih juga
tanpa adanya penyerahan khusus.
4. Bentuk-bentuk Lembaga jaminan:
Hak Tanggungan (UU No. 4 Th 2006), sebelumnya obyek jaminannya tanah adlh dg
Hipotik dan Creidietverband (ikatan kredit).
Hipotik (Ps 314 KUHD, UU No. 2 Th 1992 ttg Pelayaran beserta PP No. 24 Th 1985
bagi hipotik Kapal, dan UU No. 15 Th 1992 ttg Penerbangan Hipotik Pesawat)
Gadai (Pand), diatur dalam Pasal 1150-1160 KUHPdt.
Fiducia (UU No. 42 Th 1999)
Jaminan Perorangan (Borgtocht/ Personal Guarantie), diatur dlm Pasal 1820-1850
KUHPdt.
5. Asa-asas jaminan:
Hak jaminan memberikan kedudukan yg didahulukan bagi kreditur pemegang hak
jaminan thd para kreditur lainnya.
Hak jaminan merupakan hak accesoir terhadap perjanjian pokok.
Hak jaminan memberikan hak separatis bagi kreditur pemegang hak jaminan itu.
(benda jaminan bukan harta pailit).
Hak jaminan merupakan hak kebendaan (droit de suit).
Kreditur pemegang hak jaminan mpy kewenangan penuh utk melakukan eksekusi atas
hak jaminannya.
Berlaku asas publisitas.
6. Penggolongan lembaga jaminan:
Menurut cara terjadinya: jaminan yang lahir karena ditentukan oleh UU dan Jaminan
yang lahir karena perjanjian.
Menurut lingkupnya: Jaminan umum dan jaminan khusus.
Menurut sifatnya: Jaminan yang bersifat kebendaan dan jaminan yang bersifat
perorangan.
Menurut obyeknya: Jaminan yang menguasai benda bergerak dan jaminan atas benda
tak bergerak.
Menurut kewenangan menguasainya: jaminan yang menguasai bendanya dan jaminan
tanpa menguasai bendanya.
7. Jaminan yang lahir karena UU: jaminan yang adanya ditunjuk UU tanpa adanya
perjanjian para pihak. Contoh: Pasal 1131, 1132 KUHPerdata
8. Kreditur Konkuren: kreditur yang kedudukannya sama berhak (kreditur bersama) dan tak
ada yang harus didahulukan dalam pemenuhan piutangya.
9. Kreditur Preferen: kreditur pemegang hak yang pemenuhannya harus didahulukan, yaitu
pemegang hak “Privilegi”, pemegang gadai dan pemegang “hipotik” dan hak tanggungan.
10. Hak Privilegi: suatu hak yang diberikan kepada seorang kreditur, didahulukan
pemenuhannya daripada kreditur-kreditur yang lain semata-mata berdasarkan sifat
piutangnya.
11. Macam Privilegi: “Privilegi Umum” dan “Privilegi Khusus” (Ps 1134, 1149, 1139
KUHPdt).
12. Hak Retensi (hak untuk menahan benda jaminan) termasuk hak jaminan yang ditentukan
oleh UU dan diatur dalam berbagai pasal, antara lain terdapat dalam perjanjian sewa
menyewa (Buku III KUHPdt), pd Gadai, pd “bezitter” yang jujur (Buku II KUHPdt), pd
perj pemberian kuasa, perjanjian perburuhan (Buku III KUHPdt) dalam KUHD dan lain-
lain.
13. Hak Jaminan yang terlahir dari perjanjian:
Hak Tanggungan
Hipotik
Gadai
Fiducia
Penanggungan (borgtocht/personal guarantie)
Perjanjian Garansi
Pertanggungan tanggung-menanggung dan lain-lain.
14. Jaminan Kebendaan: jaminan berupa hak mutlak atas suatu benda yang mempunyai ciri-
ciri, mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu dari debitur, dapat dipertahankan
terhadap siapapun, selalu mengikuti bendanya (droit de suits) dan dapat diperalihkan
(contoh, Hak tanggungan, hipotik, gadai dll)
15. Asas Prioriteit: hak kebendaan yang lebih tua (lebih dulu terjadi) lebih diutamakan
daripada hak kebendaan yg terjadi kemudian.
16. Jaminan perorangan: jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan
tertentu, hanya dapat dipertahankan thd debitur ttt, thd harta kekayaan debitur semuanya
(contoh borgtohct).
17. Asas Kesamaan (Ps 1131, 1132 KUHPdt): tidak membedakan mana piutang yang lebih
dahulu terjadi dan piutang yang tjd kemudian, semuanya mpy kedudukan yg sama, tdk
mengindahka urutan tjd-nya, semua mpy kedudukan yg sama thd harta kekayaan debitur.
Jika terjadi tumbukan antara hak kebendaan dan hak perorangan pada asasnya hak
kebendaan lebih kuat drpd perorangan, tdk peduli apakah hak kebendaan itu tjd lebih
dahulu atau lebih belakangan dari hak perorangan. Dengan batasan, kecuali jika org yg
mpy hak kebendaan itu sendiri terikat oleh hak perorangan yang diadakannya.
18. Arti penting pembedaan Benda Bergerak dan Tidak Bergerak dalam Hukum Perdata,
berkaitan dengan:
Cara Pembebanan/pengikatan jaminan.
Cara Penyerahan:Benda Bergerak dg cr simbolis (kunci gudang), “traditio brevimanu
constitutum possessorium” (penyerahan dg trs melanjutkan penguasaan benda itu),
Cessie, Endosemen (Ps 612 KUHPdt). Benda tdk bergerak dilakukan penyerahan
yuridis dg bentuk akta autentik dan didaftarkan.
Dalam hal Kedudukan berkuasa (bezit): utk benda bergerak berlaku Ps 1977 KUHPdt
(bezit bd bergerak sbg hak yang sempurna), sedang benda tdk bergerak tdk belaku yg
demikian.
Daluwarsa (Verjaring): benda bergerak tidak mengenal kadaluarsa, sedangkan benda
tidak bergerak mengenal lembaga daluarsa.
19. Pengikatan Jaminan:
Benda Bergerak:
o Gadai (Ps 1150 KUHPdt)
o Fiducia (UU No. 42 Th 1999)
Benda Tidak Bergerak (tetap):
o Hak Tanggungan (UU No. 4 Th 1996)
o Hipotik (Ps 1162 KUHPdt)
20. Jaminan yang menguasai bendanya:
Gadai/Pand/Pledge
Hak Retensi/Possessory liens
21. Jaminan yang tidak menguasai bendanya:
Hak Tanggungan, Hipotik (Mortgage), Fidusia, Privilegi.
Di luar negeri: Mortgage, cattel mortage (ship mortage dan aircraft mortage),Fidusia
(fiduciary transfer of ownership), hire purchase (sewa beli), preferential right (hak
privilegi)
22. Hak Tanggungan: hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana
dimaksud dlm UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria,
berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan kesatuan dengan tanah itu,
utk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada
kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain.
23. Ciri-ciri hak tanggungan:
Memberikan kedudukan yang diutamakan/mendahulu kpd pemegangnya (droit de
preference);
Selalu mengikuti obyek yang dijaminkan dalam tangan siapapun obyek itu berada
(droit desuite);
Memenuhi asas spesialitas dan publisitas, sehingga dapat mengikat pihak ketiga &
memberikan kepastian hukum kpd pihak2 yang berkepentingan.
Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya.
24. Asas-asas hak tanggungan:
Asas Publisitas (pendaftaran di KPN – mengikat pihak ketiga).
Asas Spesialitas (hrs dicantumkannya isi secara lengkap obyek HT dlm APHT, jk tdk
batal demi hukum)
Asas Tak dapat Dibagi-bagi (HT membebani scr utuh obyek HT & setiap bagian
daripadanya), telah dilunasi sebagian dr utang yg dijamin tdk berarti terbebasnya
sebagian obyek HT dr beban HT)
25. Subyek hak tanggungan:
Pemberi Hak Tanggungan: orang atau badan hukum yang mpy kewenangan untuk
melakukan perbuatan hukum terhadap obyek HT ybs. Dapat debitur sendiri atau pihak
lain atau bersama-sama.
Pemegang Hak Tanggungan: orang perseorangan atau badan hukum yang
berkedudukan sbg pihak yg berpiutang.--- (WNI, BHI, WNA, BHA)
26. Peralihan hak tanggungan:
Beralihnya HT dapat karena Cessie, Subrograsi, Pewarisan, atau sebab-sebab lain,
misalnya: pengambil alihan atau penggabungan Perusahaan shg menyebabkan
beralihnya piutang ke perusahaan baru.
Peralihan HT wajib didaftarkan oleh kreditur yg baru kpd Kantor Pertanahan.
Cessie adalah perbuatan hukum mengalihkan piutang oleh kreditur pemegang HT kpd
pihak lain.
Subrogasi adalah penggantian kreditur oleh pihak ketiga yang melunasi utang debitur.
27. Eksekusi hak tanggungan: terjadi apabila Debitur cidera janji (wanprestasi), maka obyek
HT dijual melalui pelelangan umum menurut tatacara yang ditentukan Per-UU yg berlaku
dan pemegang HT berhak mengambil seluruh atau sebagian dari hasilnya utk pelunasan
piutangnya, dg hak mendahulu drpd kreditur yg lain. Atas kesepakatan pemberi dan
pemegang HT, penjualan HT dpt dilaksanakan di bawah tangan, jika dengan demikian itu
akan dapat diperoleh harga tertinggi yg menguntungkan semua pihak. – dilakukan 1 bulan
setelah diberitahukan scr tertulis kpd pihak2 yg bkptg, & diumumkan di 2 srt kabar
daerah.
28. Jaminan Fidusia:
Fidusia (Belanda: Fiduciare Eigendom Overdracht; Inggris: Fiduciary Transfer of
Ownership).
Fidusia adlh penyerahan hak milik secara kepercayaan.
Dasar Hukum: UU No. 42 Th 1999.
29. Prinsip utama Jaminan Fidusia:
Pemegang Fidusia hanya berfungsi sbg pemegang jaminan saja, bukan sbg pemilik yg
sebenarnya.
Hak Pmgg Fidusia utk mengeksekusi barang jaminan baru ada jika ada wanprestasi
dari pihak debitur.
Apbila hutang sdh dilunasi, maka obyek jaminan fidusia hrs dikembalikan kpd pihak
pemberi fidusia
Jika hasil penjualan (eksekusi) barang fidusia melebihi jumlah hutangnya, maka sisa
hasil penjualan harus dikembalikan kpd pemberi fidusia
30. Hak mendahulu:
Penerima Fidusia memiliki hak yang didahulukan thd kreditur lainnya.
Hak yang didahulukan adalah hak penerima fidusia untuk mengambil pelunasan
piutangnya atas hasil eksekusi benda yang mjd obyek Jaminan Fidusia.
Hak yg didahulukan dari penerima fidusia tidak hapus karena adanya kepailitan dan
atau likuidasi Pemberi Fidusia.
31. Eksekusi Jaminan Fidusia:
Penjualan benda yang mjd jaminan Fidusia atas kekuasaan Penerima Fidusia sendiri
melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan.
Penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi dan
penerima fidusia jika cara demikian dpt diperoleh harga tertinggi yang
menguntungkan para pihak.--- dilaks setelah 1 bulan sejak diberitahu secara tertulis
oleh pemberi/penerima fidusia, diumumkan 2 srt kabar di daerah ybs.
32. Sanksi pidana:
Psl 35 UUF dengan penjara paling singkat 1 th max 5 th dan denda paling sedikit Rp
10 juta dan max Rp 100 juta.
Psl 36 UUF: mengalihkan, menggadaikan, atau menyewakan benda jaminan,
dilakukan tanpa persetujuan tertulis dari penerima fidusia, sanksi pidana penjara
paling lama 2 th dan denda paling banyak Rp 50 juta
33. Gadai: Psl 35 UUF dengan penjara paling singkat 1 th max 5 th dan denda paling sedikit
Rp 10 juta dan max Rp 100 juta. Psl 36 UUF: mengalihkan, menggadaikan, atau
menyewakan benda jaminan, dilakukan tanpa persetujuan tertulis dari penerima fidusia,
sanksi pidana penjara paling lama 2 th dan denda paling banyak Rp 50 juta
34. Unsur-unsur gadai:
Gadai lahir krn perjanjian penyerahan kekuasaan atas brg gadai kpd kreditur
pemegang gadai.
Penyerahan itu dpt dilakukan oleh debitur atau org lain atas nama debitur.
Barang yg menjadi obyek gadai hanya barang bergerak baik bertubuh maupun tdk
bertubuh.
Kreditur berhak utk mengambil pelunasan dr barang gadai lebih dulu dr pd kreditur
lainnya.
35. Hapusnya gadai:
Hapusnya perikatan pokok.
Krn benda gadai keluar dr kekuasaan pemegang gadai.
Krn musnahnya benda gadai.
Krn penyalah gunaan benda gadai.
Krn pelaksanaan eksekusi.
Krn kreditur melepaskan benda gadai secara sukarela.
Pencampuran : benda gadai menjadi hak milik pemegang gadai.
PASAR MODAL
1. Hukum persaingan secara luas : anti monopoli dan praktek yang tidak terkait dengan
monopoli. Istilah monopoli sering menimbulkan salah pengertian terhadap posisi pelaku
usaha yang monopoli secara alamiah
2. Sumber hukum materiil sebelum 1999:
1365 KUHPerdata : PMH
382 bis KUPH : penipuan
Lainnya : UU Perindustrian, UUPT
3. Sumber hukum materiil setelah 1999: UU 5/99
4. Sumber hukum formil sebelum 1999:
HIR
KUHAP
5. Sumber hukum formil setelah 1999:
Pasal 30-49 UU5/99
Keppres 75/99
Keputusan KPPU 5/2000
HIR (keberatan dan kasasi)
KUHAP (penyerahan KPPU kpd Penyidik)
Perma 3/2005
Peraturan KPPU 1/2006
6. Subyek UU 5/99: pelaku usaha
7. Obyek UU 5.99:
Terdapat homoginitas produk
Jumlah penjual & pembeli cukup banyak
Tidak ada hambatan berarti untuk masuk dan keluar pasar
Ketersediaan informasi yang cukup tentang pasar
8. Pendekatan asas hukum persaingan per se illegal:
Jenis tindakan & upaya yang dilakukan pelaku usaha
Bersifat ilegal
Bertentangan dengan substansi UU
Bertentangan dengan norma2 umum
9. Monopoli:
Penguasaan atas produksi dan atau
Pemasaran barang dan atau
Atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku atau satu kelompok pelaku usaha
10. Secara Teoritik Monopoli dapat dilaksanakan tanpa melanggar hukum :
Monopoli alamiah
Monopoli karena UU
Monopoli Swasta
11. Praktek monopoli:
Adanya pemusatan kekuatan ekonomi
Pemusatan kekuatan tsb berada pada satu atau lebih pelaku usaha ekonomi
Pemusatan kekuatan ekonomi tsb menimbulkan persaingan usaha tdk sehat
Pemusatan kekuatan ekonomi tsb merugikan kepentingan umum
12. Perjanjian yang dilanggar (pasal 4-16):
Oligopoli
Penetapan harga
Pembagian wilayah
Pemboikotan
Kartel
Trust
Oligopsoni
Integrasi vertikal
Perjanjian tertutup
Perjanjian dengan pihak LN
13. Kegiatan yang dilarang (pasal 17-24):
Monopoli
Monopsoni
Penguasaan pasat
Persekongkolan
14. Tugas KPPU:
Penegakan
Advokasi
Penafsiran
Pelaporan
15. Wewenang KPPU:
Menerima
Menyelidiki
Meneliti
Memeriksa
Memanggil
Mendapatkan bantuan penyidik & keterangan pemerintah
Menyimpulkan
Memutuskan
Menghukum
Mengawasi pelaksanaan hukum
16. Pelaksanaan putusan:
Secara Sukarela
Secara Paksa: melalui proses keberatan & kasasi, melalui penetapan eksekusi PN,
melalui penyerahan putusan kepada penyidik
17. Sanksi administratif:
Pembatalan perjanjian, pasal 4 – 13, 15 - 16b
penghentian integrasi vertikal : pasal 14c
penghentian kegiatan yang terbukti menimbulkan praktek monopoli, persaingan usaha
tdk sehat, merugikan masyarakat
penghentian penyalahgunaan keadaan
penetapan pembatalan atas penggabungan, peleburan dan pengambilalihan saham :
pasal 28f.
pembayaran ganti rugi
pengenaan denda Rp. 1M – 25 M
18. Sanksi pidana pokok:
Pelanggaran thd pasal 4, pasal 9 – 14, pasal 16 -19, pasal 25, pasal 27 – 28: pidana
denda Rp. 25 M – 100 M atau pidana kurungan pengganti denda maks 6 bulan
Pelanggaran thd pasal 5 – 8, pasal 15, pasal 20 – 24, pasal 26: pidana denda Rp. 5 M –
25 M ataupidana kurungan pengganti denda maks 5 bulan
Pelanggaran thd pasal 41: pidana denda Rp. 1M – 5 M atau pidana kurungan
pengganti denda maks 3 bulan
19. Sanksi pidana tambahan:
pencabutan ijin usaha
larangan kpd pelaku ush yang terbukti melakukan pelanggaran utk menduduki jabatan
Direksi atau Komisaris 2 th – 5 th
penghentian kegiatan/tindakan tertentu yang menyebabkan kerugian pada pihak lain