SOAL :
1. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan 2 unsur hakiki dari Sakramen, yaitu Forma dan
Materia serta berikan contoh-contohnya !
2. Apakah yang dimaksud dengan baptisan darurat, apa syaratnya, siapa yang bisa
menerimakan dan bagaimanakah caranya, jelaskan !
3. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan Sakramen Ekaristi adalah puncak dan pusat seluruh
Sakramen Gereja ! Dan menurut pendapatmu mengapa kita perlu mengikuti Perayaan
Ekaristi seara teratur, jelaskan !
4. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan Halangan Nikah Ilahi dan Halangan Nikah
Gerejani, masing-masing berikan 3 contoh !
5. Sebutkan dan jelaskan minimal 5 perbedaan antara Gereja Kristen Katolik dengan Kristen
Protestan !
6. Jelaskan secara lengkap latar belakang dan isi dari dokumen Ajaran Sosial Gereja Rerum
Novarum ! Bagaimanakah pandangan Rerum Novarum tentang hak milik dan apakah
dokumen ini masih relevan bila dikaikan dengan siatuasi negara kita saat ini, jelaskan dan
berikan alasan secukupnya !
2. Dalam bahaya maut, orang dewasa dapat dibaptis, asalkan sebelumnya ia pernah menyatakan
niatnya untuk dibaptis, baptisan tersebut disebut dengan baptis darurat, dan jika sembuh mau
mendalami iman katolik dan mentaati perintah-perintah gerejani (bdk. KHK Kan. 865).
Dalam keadaan darurat, pelayan baptis bisa dilakukan seorang katekis, bahkan oleh
siapapun, asalkan ia melakukannya sesuai dengan intensi Gereja dan menggunakan cara serta
rumus yang ditentukan Gereja (KHK Kan. 861). Pelayan baptis harus segera melaporkannya
ke pastor paroki agar segera dicatat di Buku Baptis (KHK Kan. 878).
3. Ekaristi adalah puncak dan pusat hidup Gereja karena di dalamnya “tercakup seluruh
kekayaan rohani gereja, yakni Kristus sendiri, Anak Domba Paskah kita serta Roti Hidup.”
“Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan
hidup selam-lamanya....barangsiapa makana daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai
hidup yang kekal...ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia” (bdk. Yoh 6: 51. 54. 56).
Ekaristi adalah sakramen utama. Ini sesuai dengan ajaran Konsili Vatikan II, yang menyebut
Ekaristi “sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani” (LG. Art. 11, SC 10), bahkan
dikatakan bahwa “sakramen-sakramen lainnya berhubungan erat dengan Ekaristi dan terarah
kepada-Nya” (PO art. 5). Maka dapat dikatakan bahwa perayaan Ekaristi itu pelaksanaan diri
Gereja di bidang liturgis. Ekaristi merupakan tanda dan sarana, artinya “sakramen” persatuan
dengan Allah dan kesatuan antar manusia. Kita juga perlu mengikuti perayaan Ekarisiti
secara teratur karena semakin sering kita mengikuti perayaan Ekaristi, semakin sering kita
menerima sabda Allah dan menerima Tubuh Kristus dalam rupa Hosti, semakin besar pula
kemungkinan kita untuk hidup menyerupai Allah. Karena rahmat-Nya yang mengalir di
dalam perayaan Ekaristi akan memampukan setiap umat yang kurang beriman, kurang
percaya.
4. Halangan nikah dikatakan berasal dari hukum Ilahi kalau halangan itu bersumber dari hukum
kodrat, yang dibuat dan diatur oleh Allah sendiri dalam tata penciptaan. Contohnya:
Impotensi seksual yang bersifat tetap (1084)
Ikatan perkawinan sebelumnya (1085)
Hubungan darah dalam garis lurus baik ke atas maupun ke bawah (1091).
Halangan Nikah Gerejani adalah halangan yang diciptakan oleh otoritas gerejawi yang
berwenang untuk mencapai tujuan-tujuan khasnya secara lebih efektif untuk menegakkan
kesejahteraan umum dan membantu setiap orang mencapai keselamatan jiwa (kan 1753).
Contohnya:
Halangan umur (1983)
Beda agama (1986)
Tahbisan Suci (1087)
6. Rerum Novarum menaruh fokus keprihatinan pada kondisi kerja pada waktu itu, dan tentu
saja juga nasib para buruhnya. Tampilnya masyarakat terindustrialisasi mengubah pola lama
hidup bersama, pertanian. Tetapi, para buruh mendapat perlakuan buruk. Mereka diperas.
Jatuh dalam kemiskinan struktural yang luar biasa. Dan tidak mendapat keadilan dalam upah
dan perlakuan. Rerum Novarum menelisik masalah-masalah kerja dengan menggunakan
sebuah metodologi yang kemudian menjadi “suatu paradigma yang berkanjang” bagi
perkembangan-perkembangan selanjutnya dalam ajaran sosial Gereja. Promosi martabat
manusia lewat keadilan upah pekerja; hak-hak buruh; hak milik pribadi (melawan gagasan
Marxis-komunis); konsep keadilan dalam konteks pengertian hukum kodrat; persaudaraan
antara yang kaya dan miskin untuk melawan kemiskinan (melawan gagasan dialektis
Marxis); kesejahteraan umum; hak-hak negara untuk campur tangan (melawan gagasan
komunisme); soal pemogokan; hak membentuk serikat kerja; dan tugas Gereja dalam
membangun keadilan sosial. Tema-tema ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia
hingga saat ini, terutama kehidupan kaum buruh, terutama di Indonesia. Sebagaimana
diungkapkan oleh Serikat Pekerja Nasional, kesepakatan soal upah minimum tidak pernah
terjadi antara pihak pemodal dengan kaum buruh. Selain upah minimum, para pemodal pun
masih enggan untuk memenuhi kewajiban mereka dalam menjamin kesejahteraan kaum
buruh di luar upah minimum. Padahal kewajiban untuk menjamin kesejahteraan kaum buruh
dijamin oleh UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.