Anda di halaman 1dari 5

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


D3 UPW

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER

Mata Uji : Pendidikan Agama Katolik


Hari/Tanggal : Jumat, 5 Juni 2020
Waktu : 11.00 – 12.30
Sifat Ujian : Open/Terbuka
Semester : Februari – Juli 2020
Dosen Pengampu : Drs. C. Chrismadi SW.

SOAL :
1. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan 2 unsur hakiki dari Sakramen, yaitu Forma dan
Materia serta berikan contoh-contohnya !

2. Apakah yang dimaksud dengan baptisan darurat, apa syaratnya, siapa yang bisa
menerimakan dan bagaimanakah caranya, jelaskan !

3. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan Sakramen Ekaristi adalah puncak dan pusat seluruh
Sakramen Gereja ! Dan menurut pendapatmu mengapa kita perlu mengikuti Perayaan
Ekaristi seara teratur, jelaskan !

4. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan Halangan Nikah Ilahi dan Halangan Nikah
Gerejani, masing-masing berikan 3 contoh !

5. Sebutkan dan jelaskan minimal 5 perbedaan antara Gereja Kristen Katolik dengan Kristen
Protestan !

6. Jelaskan secara lengkap latar belakang dan isi dari dokumen Ajaran Sosial Gereja Rerum
Novarum ! Bagaimanakah pandangan Rerum Novarum tentang hak milik dan apakah
dokumen ini masih relevan bila dikaikan dengan siatuasi negara kita saat ini, jelaskan dan
berikan alasan secukupnya !

7. Jelaskan dan berikan contoh-contohnya apakah yang dimaksud dokumen Laudato Si


tentang:
a. Dosa Ekologis
b. Pertobatan Ekologis

8. Sebutkan 7 karunia Roh Kudus dan masing-masing jelaskan maksudnya !

***selamat bekerja dan sukses***


1. Yang dimaksud dengan unsur hakiki Forma adalah kata-kata yang menjelaskan peristiwa
ilahi, contohnya:
 Pengesahan baptisan dengan air baptis dikucurkan 3 kali ke kepala calon baptis, sambil
mengucapkan,”...(Nama)...Aku membaptis engkau dalam nama Bapa, dan Putra dan
Roh Kudus”. Rumus ini berasal dari perintah Yesus sendiri (Mat 28: 19)
 Forma sakramen penguatan ialah rumusan,”Semoga dimeterai oleh karunia Allah, Roh
Kudus” atau “Terimalah tanda karunia Roh Kudus” (bdk. KGK 1300).
Yang dimaksud dengan unsur hakiki Materia adalah barang atau tindakan tertentu yang
kelihatan, contohnya:
 Air digunakan sebagai materia (bahan), hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan dalam
Alkitab. Yesus sendiri dibaptis di sungai Yordan (Mat 3:14 – 17), demikian juga Filipus
membaptis sida-sida dengan air (Kis 8: 38), dan Petrus membaptis Kornelius dan
keluarga juga dengan air (Kis 10: 47)
 Penguluran kedua tangan (penumpangan tangan) uskup atau imam yang diberi
wewenang kepada calon penerima penguatan’
 Pengurapan/pengolesan minyak krisma di dahi penerima dalam bentuk salib.

2. Dalam bahaya maut, orang dewasa dapat dibaptis, asalkan sebelumnya ia pernah menyatakan
niatnya untuk dibaptis, baptisan tersebut disebut dengan baptis darurat, dan jika sembuh mau
mendalami iman katolik dan mentaati perintah-perintah gerejani (bdk. KHK Kan. 865).
Dalam keadaan darurat, pelayan baptis bisa dilakukan seorang katekis, bahkan oleh
siapapun, asalkan ia melakukannya sesuai dengan intensi Gereja dan menggunakan cara serta
rumus yang ditentukan Gereja (KHK Kan. 861). Pelayan baptis harus segera melaporkannya
ke pastor paroki agar segera dicatat di Buku Baptis (KHK Kan. 878).

3. Ekaristi adalah puncak dan pusat hidup Gereja karena di dalamnya “tercakup seluruh
kekayaan rohani gereja, yakni Kristus sendiri, Anak Domba Paskah kita serta Roti Hidup.”
“Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan
hidup selam-lamanya....barangsiapa makana daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai
hidup yang kekal...ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia” (bdk. Yoh 6: 51. 54. 56).
Ekaristi adalah sakramen utama. Ini sesuai dengan ajaran Konsili Vatikan II, yang menyebut
Ekaristi “sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani” (LG. Art. 11, SC 10), bahkan
dikatakan bahwa “sakramen-sakramen lainnya berhubungan erat dengan Ekaristi dan terarah
kepada-Nya” (PO art. 5). Maka dapat dikatakan bahwa perayaan Ekaristi itu pelaksanaan diri
Gereja di bidang liturgis. Ekaristi merupakan tanda dan sarana, artinya “sakramen” persatuan
dengan Allah dan kesatuan antar manusia. Kita juga perlu mengikuti perayaan Ekarisiti
secara teratur karena semakin sering kita mengikuti perayaan Ekaristi, semakin sering kita
menerima sabda Allah dan menerima Tubuh Kristus dalam rupa Hosti, semakin besar pula
kemungkinan kita untuk hidup menyerupai Allah. Karena rahmat-Nya yang mengalir di
dalam perayaan Ekaristi akan memampukan setiap umat yang kurang beriman, kurang
percaya.

4. Halangan nikah dikatakan berasal dari hukum Ilahi kalau halangan itu bersumber dari hukum
kodrat, yang dibuat dan diatur oleh Allah sendiri dalam tata penciptaan. Contohnya:
 Impotensi seksual yang bersifat tetap (1084)
 Ikatan perkawinan sebelumnya (1085)
 Hubungan darah dalam garis lurus baik ke atas maupun ke bawah (1091).
Halangan Nikah Gerejani adalah halangan yang diciptakan oleh otoritas gerejawi yang
berwenang untuk mencapai tujuan-tujuan khasnya secara lebih efektif untuk menegakkan
kesejahteraan umum dan membantu setiap orang mencapai keselamatan jiwa (kan 1753).
Contohnya:
 Halangan umur (1983)
 Beda agama (1986)
 Tahbisan Suci (1087)

5. Perbedaan Gereja Kristen Katolik dengan Gereja Kristen Protestan:

No. Gereja Kristen Katolik Gereja Kristen Protestan


1. Tekanan ada pada sakramen dan pada Tekanan pada sabda/pewartaan dan
segi sakramen (tanda kelihatan) dari pada segi misteri Karya Allah
karya keselamatan Allah
2. Kultis: mementingkan kurban Profetis: terpusat pada sabda
(Ekaristi) (pewartaan)
3. Hubungan dengan Gereja, Hubungan dengan Kristus, menentukan
menentukan hubungan dengan Kristus hubungan dengan Gereja
4. Gereja secara hakiki bersifat hierarkis Segala pelayanan gerejawi adalah
ciptaan manusia
5. Kitab Suci dibaca dan dipahami di Setiap orang membaca dan mengartikan
bawah pimpinan hierarki Kitab Suci
(magisterium)
6. Jumlah Kitab Suci 73 kitab, termasuk Jumlah Kitab Suci 66 kitab, kelompok
Kitab Deuterokanonika, yaitu 1 dan 2 Kitab Deuterokanonika tidak diakui.
Makabe, Sirakh, Kebijaksanaan,
Tobit, Yudith dan Barukh.
7. Ada 7 Sakramen Ada 2 Sakramen, yaitu Sakramen
Baptis dan Ekaristi/Pejamuan
8. Ada devosi kepada para kudus Tidak menerima devosi kepada para
kudus
9. Mendoakan orang yang sudah Tidak mendoakan orang yang sudah
meninggal meninggal

6. Rerum Novarum menaruh fokus keprihatinan pada kondisi kerja pada waktu itu, dan tentu
saja juga nasib para buruhnya. Tampilnya masyarakat terindustrialisasi mengubah pola lama
hidup bersama, pertanian. Tetapi, para buruh mendapat perlakuan buruk. Mereka diperas.
Jatuh dalam kemiskinan struktural yang luar biasa. Dan tidak mendapat keadilan dalam upah
dan perlakuan. Rerum Novarum menelisik masalah-masalah kerja dengan menggunakan
sebuah metodologi yang kemudian menjadi “suatu paradigma yang berkanjang” bagi
perkembangan-perkembangan selanjutnya dalam ajaran sosial Gereja. Promosi martabat
manusia lewat keadilan upah pekerja; hak-hak buruh; hak milik pribadi (melawan gagasan
Marxis-komunis); konsep keadilan dalam konteks pengertian hukum kodrat; persaudaraan
antara yang kaya dan miskin untuk melawan kemiskinan (melawan gagasan dialektis
Marxis); kesejahteraan umum; hak-hak negara untuk campur tangan (melawan gagasan
komunisme); soal pemogokan; hak membentuk serikat kerja; dan tugas Gereja dalam
membangun keadilan sosial. Tema-tema ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia
hingga saat ini, terutama kehidupan kaum buruh, terutama di Indonesia. Sebagaimana
diungkapkan oleh Serikat Pekerja Nasional, kesepakatan soal upah minimum tidak pernah
terjadi antara pihak pemodal dengan kaum buruh. Selain upah minimum, para pemodal pun
masih enggan untuk memenuhi kewajiban mereka dalam menjamin kesejahteraan kaum
buruh di luar upah minimum. Padahal kewajiban untuk menjamin kesejahteraan kaum buruh
dijamin oleh UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

7. Yang dimaksud dokumen Laudato Si tentang:


a. Dosa ekologis adalah perbuatan manusia yang merusak alam ciptaan Tuhan, sehingga
berdampak buruk bagi kehidupan makhluk-makhluk hidup (binatang, tumbuhan, dan
manusia). Termasuk terhadap interaksi dan relasi manusia dalam kehidupan-bersama,
perubahan iklim yang ekstrim, pemanasan global, kerusakan hutan, pencemaran air (baik
dilaut, sungai, dan danau), dan pencemaran udara serta pertengkaran antar
manusia/bangsa/suku/ marga.
b. Pertobatan ekologis menurut Laudato Si merupakan pertobatan manusia atas dosanya
terhadap alam, misalnya seperti kegiatan-kegiatan yang mendukung kesadaran moral
seperti program-program penghijauan, komitmen hidup sederhana yang sehat,
pengurangan segala bentuk kekerasan terhadap semua ciptaan dan pengurangan
pemborosan harus terus-menerus diupayakan.

8. Karunia-karunia Roh Kudus:


 Karunia takut akan Tuhan (fear of the Lord), takut akan Tuhan adalah takut akan
penghukuman Tuhan, takut bahwa dirinya akan terpisah dari Tuhan. Ketakutan pada
tahap ini membantu seseorang dalam pertobatan awal. Namun, bukankah Rasul Yohanes
mengatakan bahwa dalam kasih tidak ada ketakutan? (lih. 1Yoh 4:18) Takut akan
penghukuman Tuhan akan berubah menjadi takut menyedihkan hati Tuhan, kalau
didasarkan pada kasih. Inilah yang disebut takut karena kasih, seperti anak yang takut
menyedihkan hati bapanya.
 Karunia keperkasaan (fortitude), karunia keperkasaan adalah keberanian untuk mengejar
yang baik dan tidak takut dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang menghalangi
tercapainya kebaikan tersebut. Karunia keperkasaan dari Roh Kudus adalah keberanian
untuk mencapai misi yang diberikan oleh Tuhan, bukan berdasarkan pada kemampuan
diri sendiri, namun bersandar pada kemampuan Tuhan. Inilah yang dikatakan oleh rasul
Paulus, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku.” (Fil 4:13). Juga, “Jika Allah dipihak kita, siapakah yang akan melawan kita?”
(Rom 8:31) Melalui karunia ini, Roh Kudus memberikan kekuatan kepada kita untuk
yakin dan percaya akan kekuatan Allah. Allah dapat menggunakan kita yang terbatas
dalam banyak hal untuk memberikan kemuliaan bagi nama Tuhan. Sebab Allah memilih
orang-orang yang bodoh, yang lemah, agar kemuliaan Allah dapat semakin dinyatakan
dan agar tidak ada yang bermegah di hadapanNya (lih. 1Kor 1:27-29).
 Karunia kesalehan (piety), karunia kesalehan adalah karunia Roh Kudus yang
membentuk hubungan kita dengan Allah seperti anak dengan bapa; dan pada saat yang
bersamaan, membentuk hubungan persaudaraan yang baik dengan sesama. Karunia ini
menyempurnakan kebajikan keadilan, yaitu keadilan kepada Allah, yang diwujudkan
dengan agama, dan keadilan kepada sesama. Karunia kesalehan memberikan kita
kepercayaan kepada Allah yang penuh kasih, sama seperti seorang anak percaya kepada
bapanya. Hal ini memungkinkan karena kita telah menerima Roh yang menjadikan kita
anak-anak Allah, yang dapat berseru “Abba, Bapa!” (lih. Rom 8:15). Dengan hubungan
kasih seperti ini, kita dapat melakukan apa saja yang diminta oleh Allah dengan segera,
karena percaya bahwa Allah mengetahui yang terbaik. Mereka yang menerima karunia
kesalehan akan memberikan penghormatan kepada Bunda Maria, para malaikat, para
kudus, Gereja, sakramen, karena mereka semua berkaitan dengan Allah. Juga, mereka
yang diberi karunia ini, juga akan membaca Kitab Suci dengan penuh hormat dan kasih,
karena Kitab Suci merupakan surat cinta dari Allah kepada manusia.
 Karunia nasihat (counsel), karunia Roh Kudus ini adalah karunia untuk mampu
memberikan petunjuk jalan yang harus ditempuh seseorang agar dapat memberikan
kemuliaan yang lebih besar bagi nama Tuhan. Karunia ini menerangi kebajikan
kebijaksanaan, yang dapat memutuskan dengan baik, pada waktu, tempat dan keadaan
tertentu. Karunia ini perlu dijalankan dengan benar-benar mendengarkan Roh Kudus,
membiarkan diri dibimbing olehNya, sehingga apapun nasehat dan keputusan yang kita
berikan sesuai dengan kehendak Allah.
 Karunia nasihat (counsel, karunia Roh Kudus ini adalah karunia untuk mampu
memberikan petunjuk jalan yang harus ditempuh seseorang agar dapat memberikan
kemuliaan yang lebih besar bagi nama Tuhan. Karunia ini menerangi kebajikan
kebijaksanaan, yang dapat memutuskan dengan baik, pada waktu, tempat dan keadaan
tertentu. Karunia ini perlu dijalankan dengan benar-benar mendengarkan Roh Kudus,
membiarkan diri dibimbing olehNya, sehingga apapun nasehat dan keputusan yang kita
berikan sesuai dengan kehendak Allah.
 Karunia pengenalan (knowledge), karunia pengenalan memberikan kemampuan kepada
kita untuk menilai ciptaan dengan semestinya dan melihat kaitannya dengan Sang
Penciptanya(bdk. Keb 13:1-3) Dengan karunia ini, seseorang dapat memberikan makna
akan hal-hal sederhana yang dilakukannya setiap hari dan mengangkat ke tingkat yang
lebih tinggi, yaitu sebagai jalan kekudusan. Ini berarti semua profesi harus dilakukan
dengan jujur dapat menjadi cara untuk bertumbuh dalam kekudusan. Semua hal di dunia
ini dapat dilihat dengan kaca mata Allah, dan dihargai sebagaimana Allah menghargai
masing-masing ciptaan-Nya.
 Karunia pengertian (understanding), karunia pengertian adalah karunia yang
memungkinkan kita mengerti kedalaman misteri iman, mengerti apa yang sebenarnya
diajarkan oleh Kristus dan misteri iman seperti apakah yang harus kita percayai. Raja
Daud memahami karunia ini, sehingga dengan penuh pengharapan dia menuliskan,
“Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang Taurat-Mu; aku hendak
memeliharanya dengan segenap hati.” (Mzm 119:34). Karunia ini memberikan
kedalaman pengertian akan Kitab Suci, kehidupan rahmat, pertumbuhan dalam
sakramen-sakramen, dan juga kejelasan akan tujuan akhir kita, yaitu Surga. Karunia ini
mendorong agar apapun yang kita lakukan mengarah pada tujuan akhir.

Anda mungkin juga menyukai