Anda di halaman 1dari 97

PENGHAYATAN MAKNA DAN TATA

GERAK LITURGI :
SEBUAH PENGANTAR

1 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
I. Arti Liturgi

Liturgi merupakan tindakan penyembahan atau ibadah publik


Gereja yang sah dan resmi. Kata “Liturgi” berarti “karya/pekerjaan”,
namun ia bukan pekerjaan yang dilakukan atau diciptakan manusia,
melainkan karya Allah. Manusia hanya mengambil bagian atau
berpartisipasi dalam liturgi, tetapi liturgi sendiri adalah anugerah Allah
yang diberikan kepada Gereja. (Uskup Agung Vincent Nichols). Liturgi
juga memiliki makna yang lain, seperti yang diungkapkan Paus
Benediktus XVI :

Apa itu liturgi? Jika kita membuka Katekismus Gereja Katolik – yang


bagi saya katakan sangat diperlukan dan merupakan bantuan yang
tak ternilai bagi umat – kita dapat membaca
bahwa kata “liturgi” pada mulanya berasal dari kata:
“Pelayanan atas nama / bagi masyarakat[Umat]” (n 1069).
Teologi Kristen memanfaatkan kata ini dari kata
Yunani, itu jelas ditujukan kepada Masyarakat
[Umat] Allah yang baru lahir dari Kristus yang
membuka tangan-Nya di kayu Salib untuk
menyatukan manusia dalam perdamaian dengan Allah yang
Esa. Sebuah “jasa atas nama rakyat”, masyarakat [Umat] yang
bukan terbentuk atas usaha mereka
sendiri, tetapi terbentuk melalui Misteri Paskah Yesus Kristus. Dan
terutama, Umat Allah ini tidak terbentuk karena
melalui hubungan kekerabatan, kulit, tempat atau negara. Melainkan
terbentuk dari perbuatan Anak Allah dan
dari persekutuan dengan Bapa sehingga Dia memperoleh kita.

Apa maksudnya liturgi adalah pekerjaan Allah?

Namun, kita mungkin bertanya kepada diri sendiri: apa itu


pekerjaan Allah dan di mana kita dipanggil untuk

2 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
berpartisipasi didalamnya? Jawabannya terdapat pada
Konstitusi Dewan tentang Liturgi Kudus (Sacrosanctum Concilium)
dimana memberi kita rupanya dua kali lipat penegasan dalam
jawaban dari pertanyaan ini. Dalam pasal 5 dokumen tersebut
menunjukkan, pada kenyataannya, bahwa pekerjaan-pekerjaan
Allah adalah tindakan-Nya sendiri dalam sejarah
kemanusiaan yang membawa kita kepada keselamatan dan
puncaknya pada kematian dan kebangkitan Yesus Kristus,
tetapi dalam pasal 7, Konstitusi yang sama mendefinisikan
perayaan liturgi sebagai “tindakan Kristus”. Bahkan dua
makna ini tak dapat dipisahkan. Jika kita bertanya pada diri kita
sendiri siapa yang menyelamatkan dunia dan manusia, satu-satunya
jawaban adalah: Yesus dari Nazareth, Tuhan dan Kristus, Yang
Tersalib dan Yang Telah Bangkit. Dan dari mana Misteri
kematian dan kebangkitan Kristus yang membawa
keselamatan menjadi nyata bagi kita, bagi saya, pada hari
ini? Jawabannya adalah: dalam tindakan Kristus melalui
Gereja, dalam liturgi, dan, terutama, dalam sakramen
Ekaristi, yang menghadirkan persembahan kurban Anak
Allah yang telah menebus kita, dalam sakramen
Rekonsiliasi, di mana seseorang bergerak dari kematian
dosa menuju hidup yang baru baru, dan dalam tindakan
sakramental lain yang menguduskan kita (cf. Presbyterorum
Ordinis, n 5.). Jadi Misteri Paskah kematian dan kebangkitan Kristus
adalah pusat dari teologi liturgi yang dijelaskan dalam dokumen
Konsili ini.

II.Tujuan dan Hakekat Liturgi

Pusat dari liturgi adalah Allah, bukan manusia. Oleh karena itu,
dalam liturgi Allah dihormati dan disembah oleh seluruh Gereja, seluruh
umat beriman, dan melalui penghormatan dan penyembahan itu, umat
beriman memperoleh pengudusan. Liturgi tidak pernah bertujuan untuk
menampilkan ungkapan rasa hormat yang sifatnya individual atau pun
kolektif (terbatas pada kelompok tertentu).

The primary and exclusive aim of the liturgy is not the


expression of the individual’s reverence and worship for God.
It is not even concerned with the awakening, formation, and
sanctification of the individual soul as such. Nor does theonus of
liturgical action and prayer rest with the individual. It does not
evenrest with the collective groups, composed of numerous individuals,
who periodically achieve a limited and intermittent unity in their

3 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
capacity as the congregation of a church. The liturgical entity consists
rather of the unitedbody of the faithful as such–the Church–a body
which infinitely outnumbersthe mere congregation. The liturgy is
the Church’s public and lawful act of worship, and it is
performed andconducted by the officials whom the Church
herself has designated for thepost–her priests. In the liturgy
God is to be honored by the body of thefaithful, and the latter
is in its turn to derive sanctification from this actof
worship. It is important that this objective nature of the liturgy
should be fully understood. Here the Catholic conception of worship in
common sharply differs from the Protestant, which is predominatingly
individualistic.The fact that the individual Catholic, by his absorption
into the higher unity,finds liberty and discipline, originates in the
twofold nature of man, who is both social and solitary. – Romano
Guardini, The Spirit of Liturgy

III.Partisipasi Aktif

Dalam liturgi dikenal istilah partisipasi aktif. Makna dari partisipasi aktif
adalah sebagai berikut :
∙ Partisipasi aktif berarti partisipasi interior (batiniah) dari semua
daya jiwa dalam misteri kasih pengorbanan Kristus. Partisipasi
pada tempat pertama merupakan hal yang bersifat batiniah, yang
berarti ia melibatkan pikiran dan hati manusia yangsadar dan
terlibat.
∙ Partisipasi aktif juga memiliki sisi eksterior (lahiriah) : yaitu
mengucapkan kata-kata dan melakukan tindakan. Aspek batiniah
dan lahiriah merupakan satu kesatuan, karena dalam liturgi bukan
jiwa saja atau batin manusia saja yang berdoa, melainkan manusia
yang utuh.

IV.Kesatuan antara Tubuh dan Jiwa, Aspek Batiniah dan


Tindakan Lahiriah

Ada beberapa contoh yang menunjukkan kesatuan dari aspek interior dan
eksterior. Saya mengambil contoh dari injil Yohanes, yang mengisahkan Yesus
yang menyembuhkan orang buta. Pada bagian itu, terdapat dialog berikut :
Yesus : “Percayakah Engkau akan Putra Manusia?”
Orang buta : Siapakah Dia, supaya aku dapat percaya kepada-Nya?”

4 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Yesus : “Engkau telah melihat Dia”
Orang buta : “Tuhan,  aku percaya”  (lalu ia bersujud)
Disini kita melihat seorang buta yang kemudian dapat melihat setelah
disembuhkan Yesus. Ia ingin memiliki kepercayaan, memiliki iman
kepada Sang Putra Manusia. Lalu saat Yesus berkata bahwa dia telah
melihat Putra Manusia itu, dia mengucapkan kata-kata “aku percaya” .
Perkataan ini merupakan pengakuan imannya, yang merupakan sesuatu
yang sifatnya batiniah, yang kemudian diucapkan dalam kata-kata dan
diungkapkan dengan sikap tubuh yang menunjukkan penghormatan,
yaitu berlutut/bersujud. Oleh karena itu, disini terlihat erat kesatuan
antara sikap tubuh dan makna rohani yang dilakukan oleh manusia,
seperti yang dikatakan oleh Joseph Ratzinger (Paus Benediktus XVI)

“Gestur jasmani sendiri adalah pembawa makna rohani, yang


merupakan sebuah penyembahan[worship]. Tanpa penyembahan,
gestur jasmani menjadi tak berarti,sementara tindakan rohani – dari
hakekatnya, karena kesatuan psikosomatis manusia –  harus
terungkap dalam gestur jasmani”

Oleh karena itu, penting sekali untuk mengungkapkan sisi batiniah kita
melalui kata-kata dan perbuatan selama perayaan Ekaristi.

V.Pentingnya Aturan dalam Liturgi

Untuk merayakan liturgi, ada pedoman dan aturan yang harus ditaati.
Mengapa ada begitu banyak aturan? Apa pentingnya aturan itu? Berikut
ini adalah tanggapan dari rekan kami, blogger Indonesian Papist :

Tetapi, bukankah merayakan Liturgi dengan kepatuhan pada


pedoman-pedoman Liturgi adalah rubrikalisme? Rubrikalisme itu
tidak selamanya buruk. KardinalRaymond L. Burke menyatakan
bahwa hukum-hukum Liturgi mendisiplinkan kita sehingga kita
memiliki kebebasan untuk menyembah Allah. Sebaliknya, kita bisa
terperangkap atau menjadi korban dari gagasan-gagasan individual
kita, ide-ide relatif berdasarkan kehendak individu atau kelompok
umat, dalam hal ini orang muda Katolik. Hukum-hukum Liturgi
melindungi tujuan dari Liturgi dan menghormati Hak-hak Allah untuk
disembah sesuai apa yang Ia kehendaki sehingga kita bisa yakin
bahwa kita tidak sedang menyembah diri kita sendiri atau,seperti
yang St. Thomas Aquinas katakan, menjadi semacam pemalsuan
ibadah ilahi.

5 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Saya sendiri pernah menulis artikel yang berjudul “Pentingnya Aturan
dalam Liturgi” (silakan klik untuk melihat uraian yang lebih lengkap).
Saya kutipkan sebagian saja:

Aturan-aturan liturgi yang kaku itu menyadarkan kita bahwa liturgi


itu bukanlah produk buatan manusia, melainkan liturgi itu berasal
dari Allah, diteruskan dan dilestarikan oleh Gereja, dan hanya Gereja
dengan otoritas yang berasal dari Allah yang mengetahui dengan
pasti bagaimana cara menyembah dan memuliakan Allah secara
benar. Disini liturgi memiliki sifat keterberian yang berasal dari Allah,
karena pada dasarnya manusia tidak tahu dengan apa mereka harus
beribadah kepada Allah. Oleh karena itu, Allah menyatakan,
memberikan cara-cara yang Ia kehendaki kepada manusia sebagai
cara yang paling tepat untuk beribadah kepada-Nya. Mungkin nanti
saya akan menjelaskan panjang lebar tentang bagian ini secara
terpisah.

Aturan dalam liturgi, mengajarkan kita untuk menjadi rendah hati :


mengakui bahwa kita tidak tahu dengan cara seperti apa kita harus
beribadah dan menyembah Allah. Oleh karena itu, kita harus percaya
bahwa Gereja lah yang lebih mengetahui cara menyembah Allah yang
tepat.

Aturan dalam liturgi, mencegah liturgi menjadi sesuatu yang egoistis :


berpusat pada manusia dan bukan berpusat pada Allah. Aturan liturgi
mencegah manusia untuk menyembah allah yang palsu, allah ciptaan
manusia yang dibuat untuk memuaskan perasaan-perasaan manusia.

Aturan dalam liturgi, mendorong kita untuk taat dan setia terhadap
apa yang telah ditetapkan oleh Gereja. Setia kepada Gereja, berarti
juga setiap kepada Yesus, karena Yesus dan Gereja adalah satu dan
tak terpisahkan.

Aturan dalam liturgi menjamin adanya kebebasan, kebebasan yang


tunduk kepada kebenaran. “Ketika setiap manusia hidup tanpa hukum,
manusia hidup tanpa kebebasan”. Ini pernyataan Paus Benediktus XVI
yang saya kutip di bagian paling atas artikel ini. Hukum dan aturan,
khususnya dalam liturgi, memberi tahu kita tentang kebenaran dalam
tata cara menyembah Allah. Tanpa adanya hukum dan aturan, bukan
kebebasan yang terjadi, melainkan kekacauan, karena setiap orang
akan bisa memaksakan apa yang ia inginkan sesuka hatinya.

6 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
VI.Tata Gerak Liturgi dalam Perayaan Ekaristi

Tanda Salib
Tanda salib memiliki tiga makna, yaitu :
∙ pertobatan atas dosa-dosa manusia
∙ perlindungan dari Yang Jahat
mengingatkan kita akan janji baptis kita: menolak setan, mengakui iman
dalam Kristus, dan kita dibaptis dalam misterTritunggal Kudus
Dalam membuat tanda salib, kita mengucapkan “Dalam nama Bapa (jari
menyentuh dahi), dan Putra (jarimenyentuh perut), dan Roh Kudus (jari
menyentuh bahu ). Amin”
Terdapat dua cara dalam membuat tanda salib.
Pertama, dari atas kebawah, lalu dari kanan ke kiri. Dari atas ke bawah
memiliki makna Kristus turun dari surga ke bumi, dan dari orang
Yahudi (kanan) ia menyampaikannya ke orang-orang non Yahudi (kiri).
Kedua, dari atas ke bawah, lalu dari kiri ke kanan.Dari kiri ke kanan
berarti dari penderitaan kita menyeberang menuju kemuliaan, seperti
Kristus yang menyeberang dari kematian menuju kehidupan, dan
darineraka ke surga. Cara membuat tanda salib inilah yang digunakan
umat katolik ritus latin.

Kapan tanda salib dilakukan?


∙ Saat kita memasuki Gereja dan mencelupkan jari ke dalam air suci,
kita membuat tanda salib
∙ Saat mengawali dan menutup Perayaan Ekaristi.
∙ Saat menerima percikan air suci,pengganti Penyataan Tobat.
∙ Saat memulai bacaan injil, setelah imamberkata “Inilah Injil Yesus
Kristus menurut…” umat membuat tiga tanda salib kecil di dahi,
bibir dan dada. Gestur ini memiliki arti “semoga Tuhan
memurnikan pemahaman, kata-kata dan hati saya, sehingga saya
dapat menerima perkataan Injil”

Genufleksi

Genufleksi berarti berlutut dengan sebelah kaki, biasanya lutut kaki


kanan disentuhkan ke tanah (sentuhkan ke tanah bila lutut anda tidak
bermasalah, jangan setengah-setengah atau ragu untuk
melakukannya).Genufleksi dilakukan setelah membuat tanda salib,
ketika umat hendak duduk dibangku gereja dan lampu di Tabernakel
menyala, menandakan bahwa Tubuh Kristus bertahta di sana. Sebelum
duduk dan saat umat hendak meninggalkan gereja karena misa telah
selesai, maka umat melakukan genufleksi. Genufleksi merupakan sikap

7 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
yang kita lakukan untuk menyembah Kristus yang hadir dan bertahta di
tabernakel. Oleh karena itu, genufleksi haruslah dilakukan dengan
seksama dan penuh rasa hormat, dan tidak dilakukan dengan tergesa-
gesa.

Menundukkan Kepala dan Membungkukkan Badan


PUMR 275 : Menundukkan kepala dan membungkuk merupakan tanda
penghormatan kepada orang atau barang yang merupakan representasi
pribadi tertentu.
a. Menundukkan kepala dilakukan waktu mengucapkan nama
Tritunggal Mahakudus, nama Yesus, nama Santa Perawan Maria,
dan nama santo / santa yang diperingati dalam Misa yang
bersangkutan.
b. Membungkukkan badan atau membungkuk khidmat dilakukan
waktu
1. menghormati altar;
2. sebelum memaklumkan Injil, waktu mengucapkan doa
sucikanlah hati dan budiku, ya Allah yang mahakuasa
3. dalam syahadat, waktu mengucapkan kata-kata Ia dikandung
dari Roh Kudus dan Ia menjadi manusia;
4. dalam persiapan persembahan, waktu mengucapkan doa
Dengan rendah hati dan tulus;
5. dalam Kanon Romawi pada kata-kata Allah yang mahakuasa,
utuslah malaikat-Mu Membungkuk juga dilakukan oleh diakon
waktu minta berkat kepada imam sebelum mewartakan Injil.
Kecuali itu, imam juga membungkuk sedikit waktu
mengucapkan kata-kata Tuhan pada saat konsekrasi:
Terimalah …
Berdiri

Posisi berdiri menunjukkan rasa hormat yang kita berikan di hadapan


Allah. Ini berarti kita siap untuk menanggapi Dia.
Menurut Pedoman Umum Missale Romawi (no. 43), umat hendaknya
berdiri :
∙ dari awal nyanyian pembuka, atau selama perarakan masuk
menuju altar sampai dengan doa pembuka selesai;
∙ pada waktu melagukan bait pengantar Injil ( dengan atau tanpa
alleluya);
∙ pada waktu Injil dimaklumkan;
∙ selama syahadat;
∙ selama doa umat;

8 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
dari ajakan Berdoalah, Saudara sebelum doa persiapan

persembahan sampai akhir perayaan Ekaristi, kecuali pada saat-
saat yang disebut di bawah ini.
Memukul Dada

Merupakan tanda pertobatan dan kerendahan hati, seperti yang


ditunjukkan oleh pemungut cukai dalam Injil Lukas 18 : 13

“Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh,bahkan ia tidak berani


menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri (dalam bahasa
Inggris : beat his breast) dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang
berdosa ini.”

Gerakan ini dilakukan pada bagian “saya berdosa (memukul dada), saya
berdosa (memukul dada), saya sungguh berdosa (memukul dada)” pada
ritus pertobatan

Duduk

Duduk menandakan bahwa umat siap untuk mendengarkan dengan


seksama dan penuh perhatian, serta menunjukkan kesiapan untuk
diajar. Ingatlah bahwa ketika kita duduk selama Misa, kita tidak duduk
di ruang tamu, di lobi, atau di ruangan lainnya. Kita duduk di hadapan
Allah, oleh karena itu duduklah dengan posisi tubuh tegap,tenang, dan
menunjukkan rasa hormat. Jangan melakukan gerakan-gerakan yang
tidak perlu. Dengarkanlah dengan seksama bacaan Kitab Suci dan
Homili yang diberikan Imam. Sikap tubuh kita harus mencerminkan
sikap batin yang menunjukkan kesiapan : mendengar dengan telinga
hati (St. Bernard)

Kita duduk selama persiapan persembahan dan saat hening. Hendaknya kita
tidak lupa bahwa misa adalah rangkaian doa yang panjang, jadi saat duduk
dalam suasana hening, hendaknya pikiran dan perbuatan kita menunjukkan
sikap doa, dan bukannya mengobrol, minum, membuka handphone, dst.
Menurut Pedoman Umum Missale Romawi (no. 43),Umat hendaknya
duduk:
(1) selama bacaan-bacaan sebelum Injil dan selama
mazmurtanggapan;
(2) selama homili;
(3) selama persiapan persembahan;
(4) selama saat hening sesudah komuni.

9 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Umat berlutut pada saat konsekrasi, kecuali kalau ada masalah
kesehatan atau tempat ibadat tidak mengijinkan, entah karena
banyaknyaumat yang hadir, entah karena sebab-sebab lain. Mereka yang
tidak berlutut pada saat konsekrasi hendaknya membungkuk khidmat
pada saat imam berlutut sesudah konsekrasi.

Akan tetapi, sesuai dengan ketentuan hukum, Konferensi Uskup boleh


menyerasikan tata gerak dan sikap tubuh dalam tata Tata Perayaan
Ekaristi dengan ciri khas dan tradisi sehat bangsa setempat.[*]
Namun,hendaknya Konferensi Uskup menjamin bahwa penyerasian itu
selaras dengan makna dan ciri khas bagian perayaan Ekaristi yang
bersangkutan. Kalau umat sudah terbiasa berlutut sejak sesudah Kudus
sampai dengan akhir Doa Syukur Agung, kebiasaan ini seyogyanya
dipertahankan.

Demi keseragaman tata gerak dan sikap tubuh selama perayaan, umat
hendaknya mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh diakon,
pelayan awam, atau imam, selaras dengan petunjuk buku-buku liturgis.

Mengatupkan Tangan

Saat berdoa, posisi tangan juga memiliki makna dan penting untuk
diperhatikan.

Terdapat dua cara untukmengatupkan tangan : pertama, dengan jari-jari


saling menggenggam, atau dengan kedua telapak tangan terbuka saling
bersentuhan dengan jari-jari dalam posisi lurus, dimana jempol kanan
berada diatas jempol kiri, membentuk salib. Kedua posisi tangan kita
berada di depan dada, bukan di bawah perut.

Posisi tangan menggenggam atau kedua telapak tangan terbuka yang


saling bersentuhan menunjukan kekurangan kita, yaitu kesalahan kita,
dorongan-dorongan kita yang tidak teratur. Oleh karena itu kita
menggenggam atau mengatupkan tangan sebagai upaya untuk
mengendalikan hal tersebut, dan hanya mengarahkan atensi serta
perhatian kepada Allah.

Berlutut

“Janganlah biarkan lutut yang kita tekuk menjadi gestur yang tergesa-
gesa, sebuah bentuk yang kosong. Berikan makna padanya; berlutut,

10 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
dalam intensi jiwa, sama dengan membungkuk dihadapan Allah dengan
penghormatan yang paling mendalam” – Romano Guardini

Berlutut menandakan sikap hormat dan menyembah kepada Tuhan Yesus yang
hadir. Dengan berlutut, kita belajar untuk rendah hati, menunjukkan kekecilan
kita di hadapan Ia yang mahabesar. Berlutut juga memiliki makna
pertobatan
Kapan kita berlutut?
(1) Saat umat memasuki gereja dan berdoa secara pribadi
(2) Saat Doa Syukur Agung
(3) Saat Anak Domba Allah
(4) Setelah Menerima Komuni
Berjalan

“Berjalan. Berapa banyak orang tahu cara berjalan? Berjalan tidak


berarti terburu-buru seperti sedang berlari, atau menyeret kaki seperti
langkah seekor siput, tetapi berjalan merupakan pergerakan maju yang
kokoh dan tenang. Ada kelenturan dalam langkah seorang pejalan yang
baik. Ia mengangkat dan tidak menyeret kakinya. Ia berjalan tegap, tidak
membungkuk, dan langkahnya pasti dan tenang” – Romano Guardini

Kita berjalan saat hendak menyambut Komuni Suci.Sudah layak dan


sepantasnya bahwa selama berjalan, kita memiliki kesadaran bahwa kita
semakin dekat kepada kehadiran Allah yang nyata, tubuh dan darah,jiwa dan
keilahian Kristus dalam Komuni Suci. Oleh karena itu, kita perlu berjalan
dengan tegap, tenang, perlahan tapi pasti, sambil tetap menunjukkan rasa
hormat terhadap Ia yang akan kita sambut.
Referensi
Pedoman Umum Missale Romawi
Sacred Signs by Romano Guardini
The Spirit of Liturgy by Romano Guardini
The Spirit of Liturgy by Joseph Ratzinger
Katekese tentang Liturgi oleh Paus Benediktus XV

TATA CARA dan URUTAN PERAYAAN EKARISTI:

Bagian 1 : RITUS PEMBUKA


Bertujuan mempersatukan umat yang berkumpul dan mempersiapkan umat
untuk mendengarkan sabda Allah dan merayakan Ekaristi dengan layak.
Ritus pembuka terdiri atas beberapa bagian :

11 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
1. Perarakan masuk (berdiri): tujuan untuk membuka misa, membina kesatuan
umat, mengantar masuk misteri iman sesuai dengan masa liturgi, mengiringi
perarakan imam beserta pembantunya
2. Pendupaan & Penghormatan Altar :
• Imam (mewakili umat) menghormati altar dengan mencium altar.
• Pendupaan diadakan untuk hari-hari besar / hari khusus. Imam mengisi dupa
& memberkati dengan membuat tanda salib. Pendupaan itu untuk
penghormatan pada Sakramen Mahakudus, reliqui salib/patung Tuhan, bahan
persembahan, Kitab Injil, lilin paskah, imam dan jemaat.
3. Tanda Salib : Imam mulai perayaan ekaristi dengan membuat tanda salib
“Dalam (Demi) nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus”. Umat membuat tanda
salib dan menjawab “Amin”. TANDA SALIB menyatakan 2 pengakuan iman
- Tanda Keselamatan kita, yakni Salib Kristus, Kekuatan dan kemegahan orang
Kristen terletak pada “salib Tuhan kita Yesus Kristus” (Gal 6:14)
- Mengenang pembaptisan kita, dengan menyebut Allah Tritunggal. Oleh
karena itu setiap kita membuat tanda salib sebenarnya menghubungkan kita
dengan Sakramen Baptis
4. Salam : Imam menyampaikan salam dengan mengatakan “Tuhan sertamu”
dan umat menjawab “ Dan sertamu juga”, menyatakan bahwa Tuhan hadir di
tengah-tengah umat yang hadir.
5. Pengantar: Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan
dirayakan saat itu.
6. Tobat (berlutut) : umat menyampaikan penyesalan dan pertobatan atas
dosa dan kesalahan pada Tuhan dan sesama. Ada beberapa rumusan
pernyataan tobat, salah satunya “Saya mengaku kapada Allah yang Maha
Kuasa…” dan kemudian imam memberikan ABSOLUSI / PENGAMPUNAN
dengan menjawab “Semoga Allah yang Mahakuasa mengasihani kita,
mengampuni dosa kita dan menghantar kita ke hidup yang kekal”. Absolusi /
Pengampunan ini
tidak memiliki kuasa yang sama dengan pengampunan pada Sakramen Tobat.
7. Tuhan Kasihanilah: seruan / litani untuk mohon belas kasih Tuhan, yang
diteladankan dua orang buta yang di sembuhkan Yesus (lih Mat 9:27).
8. Kemuliaan (berdiri): madah untuk memuji dan memuliakan Allah Bapa,
Yesus Kristus dan Roh Kudus.
9. Doa Pembukaan : diawali dengan waktu hening untuk menyadari kehadiran
Tuhan, mengungkapan permohonan kita dalam hati, kemudian Imam
menggabungkan seluruh doa dengan ujud doa pada misa tersebut.

Bagian 2 : LITURGI SABDA

12 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Terbagi menjadi 2 struktur : Allah yang bersabda dan Umat yang menanggapi.
Merupakan dialog perjumpaan antara Allah yang bersabda dan umat yang
menanggapi (mazmur tanggapan)
1. Bacaan Pertama (duduk)
Bacaan Pertama diambil dari Kitab Suci Perjanjian Lama. Bacaan pertama ada
hubungannya dengan Injil hari itu ; tujuannya memberi latar belakang sehingga
menambah pengertian/ pemahaman sejarah keselamatan Allah dari perjanjian
lama dan berpuncak pada Yesus yang di wartakan dalam Injil.
2. Mazmur Tanggapan (duduk)
Merupakan tanggapan umat atas Sabda Allah yang baru diwartakan. Biasanya
dinyanyikan yang diilhami oleh Allah sendiri karena diambil dari Kitab Mazmur
dan umat menyanyikan dibagian refren.
3. Bacaan Kedua (duduk)
Bacaan Kedua biasanya diambil dari tulisan / surat di perjanjian baru, misalnya
salah satu surat Rasul Paulus dll. Bacaan kedua mewartakan iman akan Yesus
menurut konteks Gereja Perdana. Bacaan kedua bertujuan mempersiapkan
umat pada puncak perayaan sabda yakni Injil.
4. Alleluya / Bait Pengantar Injil (berdiri)
Tujuan untuk mempersiapkan umat untuk mendengarkan bacaan Injil, umat
menyanyikan “ALLELUYA” artinya Terpujilah Tuhan, yang mengingatkan pujian
atas Tuhan yang bangkit / Paskah. Semua umat berdiri sebagai ungkapan
hormat pada Sabda Allah.
5. Injil (berdiri)
Merupakan puncak Liturgi Sabda. Gereja percaya bahwa Kristus "hadir dalam
sabda-Nya, karena Ia sendirilah yang bersabda ketika Kitab Suci dibacakan di
gereja". Oleh karena itu, bacaan injil mempunyai beberapa keistimewaan :
• Dibacakan oleh imam / diakon dan umat berdiri.
• Injil di hormati dengan pendupaan (untuk hari raya/ pesta)
• Sebelum bacaan injil ada dialog antara imam & umat : "Tuhan sertamu” dan
umat menjawab “Dan sertamu juga”.
• Kemudian Imam berkata, "Inilah Injil Yesus Kristus menurut (Lukas / Matius /
Markus /Yohanes)” dan umat menjawab “Dimuliakanlah Tuhan”, sambil
membuat TANDA SALIB di kening, bibir dan hati dengan ibu jarinya, kita bisa
ungkapkan dalam hati “SabdaMu, ya Tuhan kami pikirkan dan renungkan
(tanda salib dikening), kami wartakan (tanda salib dimulut), dan kami resapkan
dalam hati (tanda salib didada/hati).
6. Homili (duduk)
Homili dimaksudkan untuk mewartakan dan mendalami sabda Allah / misteri
iman yang bertolak dari bacaan / tema yang baru dibacakan, dengan bahasa /
situasi umat yang dihadapi saat ini sehingga dapat memperteguh iman umat.

13 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
7. Syahadat – Doa Aku Percaya (berdiri)
Merupakan pernyataan iman seluruh umat, sekaligus meng-AMIN kan bacaan
dan homili yang telah kita dengarkan sebelumnya.
8. Doa Umat (berdiri)
Adalah doa seluruh umat beriman bukan hanya untuk kepenting diri sendiri
dan kelompok, melainkan doa untuk seluruh Gereja semesta. Biasanya doa
umat mencakup : doa bagi Gereja, negara dan pemimpin masyarakat, bagi
orang-orang dengan kepentingan khusus dan bagi kepentingan umat paroki.
JIka di beri waktu hening, kita pun dapat mendoakan doa kita dalam hati.
Ditiap doa umat menjawab “Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan." Biasanya doa
dibuka & ditutup oleh imam / prodiakon, kemudian tiap doa didoakan oleh
lector/pembaca.

Bagian 3 : LITURGI EKARISTI


1. PERSEMBAHAN (duduk)
A. Kolekte
Persembahan umat diwujudkan dalam KOLEKTE (pengumpulan uang). Kolekte
bukan bertujuan untuk membebani umat / memperkaya gereja / memperkaya
imam. Kolekte adalah bentuk partisipasi umat bukan hanya untuk keperluan
roti dan anggur yang akan di ubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus, tapi yang
lebih utama adalah UNGKAPAN SYUKUR atas kebaikan Allah. Uang hasil
kolekte dipakai untuk berbagai keperluan gereja dan kepedulian kita terhadap
orang miskin. Selama kantong kolekte diedarkan, Imam mempersiapkan altar,
mendoakan persembahan yang ada di altar agar pantas diterima Tuhan, Imam
berdoa agar diriNya pantas untuk mempersembahkan Tubuh dan Darah Kristus
sambil membasuh tangan tanda penyucian.
B. Doa Persiapan Persembahan
Selanjutnya Imam mengajak umat untuk berdoa “Semoga persembahan ini
diterima demi kemuliaan Tuhan dan keselematan kita serta seluruh umat yang
kudus” dan umat menjawab "Amin” atas Doa Persiapan Persembahan dan
berlutut / berdiri untuk mengikuti Doa Syukur Agung.
2. DOA SYUKUR AGUNG (berlutut)
Doa Syukur Agung (disingkat DSA) adalah puncak perayaan Misa dan inti iman
kita. DSA merupakan suatu doa syukur dan pengudusan. Bagian-bagian yang
paling penting dalam Doa Syukur Agung ialah:
A. Prefasi (berdiri) : artinya doa yang mengiringi kurban, sebagai bentuk
ucapan syukur atas seluruh karya penyelamatan Nya.
- Imam mengawali dengan "Tuhan bersamamu." Dan di jawab “Dan sertamu
juga”

14 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
- Imam mengajak untuk lebih fokus / mengarahkan perhatikan/hati kita
seluruhnya kepada misteri iman : “Marilah mengarahkan hati kepada Tuhan”,
umat menjawab “Sudah kami arahkan”
- Imam mengundang umat untuk bersyukur kepada Tuhan “Marilah bersyukur
kepada Tuhan Allah kita”, umat menjawab : "Sudah kami arahkan." Sesudah
dialog, imam melanjutkan dengan doa intinya pujian syukur dan memuji karya
agung Allah yang menyelamatkan manusia
B. Menyanyikan / menyerukan KUDUS : menyatakan betapa luar biasanya Allah
kita "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan, Allah segala kuasa, surga dan bumi penuh
kemuliaan-Mu."
C. Mendoakan Doa Syukur Agung (berlutut).
Dalam TPE ada 10 jenis Doa Syukur Agung dan dipilih salah satu sesuai dengan
tema perayaan). Doa Syukur Agung diucapkan oleh imam saja. Bagian-bagian
dari Doa Syukur Agung:
- Diawali doa permohonan agar Roh Kudus menguduskan roti dan anggur
- Bagian terpenting : kisah institusi dan konsekrasi, yaitu perubahan roti dan
anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus secara transsubstansial. Kisah ini
mengutip ucapan dan tindakan Yesus pada Perjamuan Terakhir yaitu
"Terimalah dan makanlah. Inilah TubuhKu yang diserahkan bagimu" dan
"Terimalah dan minumlah. Inilah piala darahKu, darah perjanjian baru dan
kekal yang ditumpahkan bagimu dan semua orang demi pengampunan kekal.
Lakukanlah ini untuk mengenangkan Aku." Di situ Kristus mempersembahkan
Tubuh dan Darah-Nya dalam rupa roti
dan anggur, dan memberikannya kepada para rasul untuk dimakan dan
diminum, Kalimat "Lakukanlah ini untuk mengenangkan Aku", yang menjadi
dasar terselenggaranya Perayaan Ekaristi hingga saat ini.
- Setelah konsekrasi diucapkan/dinyanyikan anamnesis, menyatakan tiga
misteri iman Kristen: kematian Kristus, kebangkitan Kristus dan kedatanganNya
kembali.
- Dilanjutkan dengan doa dengan ujud khusus: bagi arwah, para orang kudus,
pimpinan gereja mulai paus, uskup, imam hingga umat biasa. Ini kelebihan
orang katolik dibandingkan orang kristen, yaitu Gereja Katolik selalu
mendoakan para leluhur yang sudah meninggal agar mendapatkan
pengampunan dosa & kehidupan kekal.
- Doa Syukur Agung ditutup dengan Doksologi, yaitu pujian kepada Allah, Imam
mengangkat piala dan hosti sambil mengucapkan "Dengan pengantaraan
Kristus, bersama Dia dan dalam DIa, bagi-Mu, Allah Bapa yang mahakuasa,
dalam persekutuan dengan Roh Kudus, segala hormat dan kemuliaan
sepanjang segala masa" dan umat berkata "Amin".
3. BAPA KAMI (berdiri)

15 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Kita mempersiapkan diri untuk makan dan minum di meja perjamuan Tuhan
dengan kata-kata yang diajarkan oleh Yesus "Berilah kami rejeki pada hari ini,
dan ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah
kepada kami
4. DOA DAMAI (berdiri)
Komuni (dari bahasa Latin 'communio' = persekutuan) adalah sumber
rekonsiliasi serta persekutuan kita dengan Tuhan dan dengan seluruh umat,
oleh karena itu sebelum menerima komuni, Imam mengajak umat berjabat
tangan kepada umat di sekeliling kita sebagai tanda damai & cinta kasih, sambil
menyanyikan lagu “Salam Damai”.
5. PEMECAHAN ROTI diiringi Anak Domba Allah (berlutut)
Imam memecahkan Hosti diiringi dengan lagu Anak Domba Allah. Pemecahan
roti menandakan bahwa umat beriman yang banyak itu menjadi satu (1 Kor
10:17) karena menyambut komuni dari roti vang satu, yakni Kristus sendiri,
yang wafat dan bangkit demi keselamatan dunia.
6. KOMUNI
- Komuni diawali dengan Imam mengangkat tinggi hosti dan piala anggur yang
telah dikonsekrasikan sambil mengucapkan "Inilah Anak Domba Allah yang
menghapus dosa dunia. Berbahagialah kita yang diundang ke perjamuannya"
dan umat menjawab "Ya Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang pada saya,
tapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh", kemudian Imam berkata
"Tubuh dan Darah Kristus", dan ditanggapi oleh umat dengan berkata "Amin".
Kalimat ini mengutip kalimat tanda iman dari perwira kapernaum yang
memohon penyembuhan dari Yesus (lihat Mat 8:8). Iman ini pula yang kita
teladani, dengan menerima Tubuh Kristus, kita pun disembuhkan!
- Imam menerima komuninya, kemudian memberikannya prodiakon, putra
altar, putri sakristi dan kemudian kepada umat lainnya.
- Umat dapat menerima komuni dalam satu rupa atau dua rupa dalam
kesempatan khusus. Ajaran iman Gereja Katolik mengajarkan bahwa tidak
terdapat perbedaan antara satu rupa (hanya menerima Hosti) maupun dua
rupa (menerima Hosti dan Anggur).
- Pembagi komuni akan mengucapkan "Tubuh Kristus" dan penerima komuni
menjawab "Amin" dengan sikap hormat.
- Setelah umat menerima komuni, umat kembali ke tempat duduk dan berdoa
secara pribadi. Isi doa pribadi dapat berupa ucapan syukur & memuji Tuhan
karena Tuhan hadir & tinggal dalam hidup kita, permohonan agar dengan
kehadiran Tuhan, kita semakin di beri kekuatan dan dibimbing terang Roh
Kudus. (Lihat Buku Puji Syukur no 211)
7. DOA SESUDAH KOMUNI (berlutut)

16 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Untuk menyempurnakan permohonan umat Allah, dan sekaligus menutup
seluruh ritus komuni, imam memanjatkan doa sesudah komuni. Dalam doa ini
imam mohon, agar misteri yang sudah dirayakan itu menghasilkan buah.

Bagian 4 : RITUS PENUTUP


1. PENGUMUMAN (duduk)
2. BERKAT & PENGUTUSAN (berlutut)
Imam memberi berkat dengan menyerukan Tritunggal Mahakudus sambil
memberi berkat - Bapa, Putera dan Roh Kudus - kita membuat tanda salib.
Kemudian imam mengakhiri Misa dengan berkata: "Marilah pergi! Kita diutus"
dan kita jawaban liturgi, "Amin". Perutusan merupakan konsekwensi dari
seluruh perayaan. Setelah mendengarkan firman Tuhan, mengamininya,
kitapun dipanggil untuk mewartakannya melalui hidup sehari-hari.
3. PERARAKAN (berdiri)
Seluruh umat memberi hormat kepada altar. Imam dan para pelayan
meninggalkan ruang altar

TATA GERAK ATAU SIKAP TUBUH DALAM PERAYAAN EKARISTI


Apa makna Tata Gerak dalam Liturgi?

Tata Gerak dalam liturgi mengungkapkan Penghayatan Batin kita dan

partisipasi kita dalam Perayaan Ekaristi itu. Sikap Tubuh yang seragam

menandakan kesatuan Jemaat yang berhimpun untuk merayakan Liturgi Suci.

Sebab Sikap Tubuh yang sama mencerminkan dan membangun sikap

Batin yang sama pula.

Tata Gerak atau Sikap Tubuh seluruh Jemaat dan para pelayannya juga menjadi

bagian terpenting dalam simbolisasi kebersamaan dan kesatuan Gereja yang

sedang Berdoa.

Apabila dilakukan dengan baik, maka: 

1. Seluruh Perayaan memancarkan keindahan dan sekaligus kesederhanaan

yang anggun;

17 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
2. Makna aneka bagian Perayaan dipahami secara tepat dan penuh; dan

3. Partisipasi seluruh jemaat ditingkatkan (PUMR 42)

Tata Gerak 

1.Perarakan

Perarakan menandakan suatu kemeriahan. Maka, hendaknya tata gerak ini

dilaksanakan dengan anggun dan diiringi dengan nyanyian yang serasi (PUMR

44). Bahkan apabila dirasa perlu, bisa juga dengan tarian atau ekspresi budaya

lainnya.

Perarakan dilakukan ketika:

Perarakan Imam bersama diakon dan para pelayan menuju Altar dan menuju

Sakristi Perarakan Diakon yang membawa Kitab Injil sebelum pemakluman

Injil. Perarakan umat beriman yang mengantar Bahan Persembahan dan maju

untuk Komuni.

2.Tanda Salib

Merupakan tanda kemenangan Kristus.

Cara melakukannya: Dalam nama Bapa (dahi) dan putra (dada) dan roh kudus

(pangkal lengan kiri), Amin (pangkal lengan kanan).

Tanda salib dilakukan ketika: 

∙ Memasuki Gereja sambil menandai diri dengan air suci yang  ada di

samping pintu masuk Gereja sebagai tanda peringatan pembaptisan yang

telah kita terima.

18 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
∙ Mengawali dan mengakhiri Perayaan Ekaristi.

∙ Menerima percikan air suci kalau dibuat sebagai Pernyataan Tobat. Tanda

tersebut mengungkapkan kesadaran kita sebagai anak-anak Allah dan

kesetiaan pada janji baptis.

∙ Memulai bacaan Injil dengan membuat tanda salib pada dahi, mulut dan

dada untuk mengungkapkan hasrat agar budi diterangi, mulut disanggupkan

untuk mewartakan dan hati diresapi oleh sabda Tuhan.

∙ Menerima berkat pengutusan pada bagian penutup

3.Berdiri

∙ Berdiri merupakan ungkapan kesiap-sedian, Penghormatan dan perhatian

pada kehadiran Tuhan.

∙ Sikap tubuh ini mengungkapkan kegembiraan Jemaat. Gembira atas

kebersamaan dan persaudaraan di dalam Kristus. Berdiri menyatakan

keyakinan perasaan yang utuh, jiwa yang siaga di hadapan Allah, siap

bertemu dan berdialog dengan yang Ilahi.

Berdiri dilakukan ketika:

∙ Menyambut iman dan para pelayan  yang bergerak menuju ruang Altar.

Sikap ini menunjukkan penghormatan kepada Allah yang datang dan hadir

di tengah-tengah umat.

∙ Dari awal hingga Doa pembuka, kita mengambil sikap berdiri.

∙ Pemakluman Injil sebagai tanda hormat pada Tuhan Yesus Kristus yang

bangkit mulia dan yang hendak memaklumkan sabda-Nya.

19 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
∙ Mengucapkan Syahadat untuk memperbaharui pengakuan iman sebagai

tanda kesediaan menjadi saksi iman.

∙ Menyampaikan doa umat, sebagai tanda hormat kepada Allah yang setia

mendengarkan dan mengabulkan doa-doa umat.

∙ Memulai Doa Syukur Agung (Prefasi) hingga kudus sebagai tanda hormat

dan syukur kepada Allah.

∙ Mengucapkan/menyanyikan lagu Bapa Kami sebagai tanda pujian dan

permohonan.

∙ Iman menggucapkan Doa sesudah Komuni sebagai tanda syukur.

4. Berlutut

Berlutut merupakan sikap doa yang mengungkapkan kerendahan hati seseorang

yang ingin memohon kepada Tuhan atau bersembah sujud kepada-Nya.

Berlutut dilakukan ketika:

∙ Oleh umat ketika berdoa pribadi pada saat mengawali dan mengakhiri

Ekaristi saat konsekrasi, serta sebelum dan sesudah komuni sebagai sikap

sembah sujud untuk hormat kepada Allah.

∙ Imam mendoakan kisah institusi (Kisah Perjamuan Tuhan) dalam Doa

Syukur Agung, termasuk di dalamnya kata-kata konsekrasi, sebagai tanda

hormat dan pujian oleh umat dihadapan Sakramen Mahakudus.

∙ Oleh Imam dan umat untuk merenungkan wafat Tuhan Yesus pada saat

pembacaan Kisah sengsara pada hari raya Jum’at Agung.

20 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
∙ Ketika kita melewati tabernakel (Tempat Sakramen Mahakudus yang

menjadi simbol kehadiran Kristus).

5. Duduk

∙ Duduk itu mengungkapkan kesiapan umat untuk mendengarkan sabda

Tuhan, entah melalui bacaan kita suci ataupun Homili sang Pastor.

∙ Duduk juga mengungkapkan sikap tenang untuk menanti, mendengarkan

dan menghormati Tuhan.

∙ Duduk yang liturgis berarti duduk dengan kaki sejajar.

Kita duduk, ketika:

∙ Selama bacaan-bacaan sebelum Injil.

∙ Saat Mazmur tanggapan.

∙ Selama Homili

∙ Selama persiapan persembahan.

∙ Selama saat hening, sesudah menerima Komuni.

6. Membungkukkan Badan

∙ Membungkukkan badan, hendak menyampaikan penghormatan kepada

Tuhan, sekaligus mengungkapkan rasa ketidak layakan kita.

∙ Letak perbedaan berlutut, membungkukkan badan, menunduk, hanya pada

bobotnya saja.

Kita membungkukkan badan ketika;

∙ Menghormati Altar.

21 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
∙ Dalam Doa Syahadat, ketika mengucapkan kata-kata…”Ia dikandung dari

Roh Kudus…dan Ia menjadi manusia”.

7. Sikap Tubuh lain adalah Gerakan Tangan

Gerakan Tangan sebenarnya mengungkapkan keseluruhan diri seseorang.

Tangan terkatup mengungkapkan sikap penghormatan dan sembah sujud kepada

Tuhan.

Panca Indera

Dalam merayakan Ekaristi, seluruh indera kita melambangkan keterbukaan kita

pada sang pencipta dan penyelamat kita yakni Tuhan Allah yang mengasihani

dan memberikan hidup-Nya kepada kita.

∙ Mata kita memampukan kita melihat kemuliaan Allah; dekorasi, kasula

∙ Telinga mendengarkan kita pada Tuhan yang sedang bersabda, nyanyian

∙ Tuhan menyentuh diri kita lewat Komuni suci yang kita terima.

∙ Indera merasakan, memberikan kita pengalman merasakan Tubuh Kristus

pada saat Komuni.

∙ Indera penciuman, mencium bau wangi-wangian asap dalam ukupan pada

Perayaan Ekaristi melambangkan keharuman nama Allah sendiri yang

menyelamatkan.

LITURGI

22 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
I. Pengertian Liturgi
1.a. Pengantar
Kata liturgi berasal dari bahasa Yunani, leitourgia. Secara harafiah kata
ini berarti suatu karya yang dibaktikan kepada bangsa. Dalam
perkembangannya, ketika kata ini diadopsi oleh bangsa-bangsa lain,
kata leitourgia memiliki arti yang lebih luas, yaitu pelayanan ibadat.
Dalam Kitab Suci, kata leitourgia berarti pelayanan imam, namun
berkembang dan digunakan untuk menggambarkan makna keimaman
Yesus. Imamat Yesus merupakan pelayanan yang sangat agung. Dalam
perkembangan sejarah gereja, kata liturgi digunakan untuk
menunjukkan aktivitas ibadat atau doa Kristiani. Di sini istilah liturgi
sudah mulai dibatasi, hanya mencakup perayaan ibadat yang dilakukan
oleh uskup, imam dan diakon.

1.b. Pengertian Liturgi Secara Populer


Di kalangan umat, “liturgi” biasa dipahami sebagai upacara atau upacara
publik Gereja. Kalau orang berbicara mengenai liturgi orang akan
langsung berpikir tentang urutan upacara, para petugas, peralatan yang
harus ada, dan sebagainya. Singkatnya, ada kecenderungan untuk
melihat liturgi hanya dari segi-segi luarnya, dari segi aturan dan
rumusannya, yang walaupun penting juga namun belum menyentuh
makna dan hakikat liturgi yang sesungguhnya.

1.c. Pengertian Liturgi Menurut Konsili Vatikan II


Liturgi merupakan pelaksanaan tugas imamat Yesus Kristus oleh Tubuh
Mistik Kristus, yaitu kepala dan para anggota-Nya. Tugas imamat
Kristus adalah melaksanakan karya keselamatan Allah. Karya
keselamatan Allah yang dilaksanakan oleh Kristus itu kini selalu
dikenang dan dihadirkan oleh Gereja di dalam liturgi.
Maka secara sederhana pengertian dan definisi liturgi adalah: Perayaan
misteri karya keselamatan Allah dalam Kristus, yang dilaksanakan oleh
Yesus Kristus, Sang Imam Agung, bersama Gereja-Nya di dalam ikatan
Roh Kudus.

II. Struktur dan Bentuk Liturgi


A. Struktur Liturgi
Yang dimaksud dengan sturktur liturgi adalah bagaimana liturgi disusun
dan dibangun. Di sini kita akan merefleksikan berbagai unsur dan hal
yang membangun susunan liturgi, baik menurut isi teologisnya, maupun
menurut bentuk ungkapannya.
1. Dialogis : anabatis-katabatis
Liturgi adalah suatu perayaan, perayaan perjumpaan antara Allah dan
manusia. Di sini ada dimensi komunikasi, dari atas dan dari bawah.

23 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Komunikasi ini berbentuk dialog.
Pertama-tama Allah, dalam diri Kristus, memanggil, mengumpulkan,
dan memilih jemaat umat Allah dan memuliakan Allah. Dari sini
nampak bahwa Allah-lah yang berinisiatif. Dalam pertemuan ini, Allah
menawarkan kasih agar manusia memiliki kesempatan untuk berperan
dalam hidup Allah.
Dalam struktur liturgi, dimensi Allah yang menawarkan diri itu disebut
segi katabatis, segi menurun dari Allah. Inilah segi pengudusan Allah
yang merupakan karunia bagi manusia. Terhadap tawaran Allah ini
manusia hanya menanggapi. Tanggapan manusia itu disebut segi
anabatis, yaitu segi gerakan ke atas atau naik. Inilah segi penyembahan
dalam struktur liturgi.
Perlu ditambahkan bahwa paham komunikasi dalam liturgi bisa dilihat
menurut dimensi vertikal dan horisontal. Dimensi vertikal adalah
komunikasi antara Allah dan jemaat, sedangkan dimensi horisontal
adalah komunikasi antara jemaat sendiri.
2. Anamnesis
Perayaan liturgi merupakan perayaan misteri kehadiran karya
keselamatan Allah dalam Kristus yang berpuncak pada wafat dan
kebangkitan Kristus. Peristiwa tersebut dirayakan dan dihadirkan dalam
liturgi dalam bentuk anamnese. Anamnese adalah bahasa Yunani yang
berarti pengenangan, dalam bahasa Latin memoria.
Pengenangan ini bukan sekadar berarti usaha untuk mengingat-ingat
secara subjektif dan rasional, melainkan suatu penghadiran tindakan
keselamatan Allah dari masa lampau pada masa kini secara objektif dan
nyata dalam perspektif masa depan. Penghadiran tersebut
dimungkinkan dengan memperhatikan tiga hal berikut:
a. Tindakan Allah selalu berlaku
b. Iman jemaat
c. Roh Kudus yang menghubungkan peristiwa keselamatan itu dengan
diri jemaat.
Apa yang dikenang dan dihadirkan di dalam liturgi Gereja sebetulnya
bukan hanya misteri wafat dan kebangkitan kristus saja, tetapi seluruh
hiduo yesus. Maka anamnese selalu mencakup tiga dimensi waktu, masa
lalu, masa kini dan masa depan.
3. Epiklese
Epiklese berarti seruan permohonan bagi turunnya Roh Kudus. Tujuan
doa permohonan ini adalah agar Allah berkenan mengutus Roh Kudus-
Nya untuk menyucikan atau menguduskanbsuatu pribadi atau
barang/benda tertentu. Struktur epiclesis menjamin liturgi dari
kemungkinan pandangan magis. Pandangan magis adalah paham yang
meyakini dan melihat bahwa sumber pnegudusan mengalir langsung
dari benda atau mantra kata-kata yang diucapkan pemimpin.

24 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Struktur anamnesis dan epiklesi merupakan kesatuan yang tak
terpisahkan.
4. Simbolis
Perayaan liturgi merupakan perayaan kehadiran realitas keselamatan
Allah dalam Kristus yang dilaksanakan di dalam rangka dunia dan
sejarah. Karena liturgi berdimensi historis dan antropologis inilah maka
liturgi memiliki sifat simbolis. Struktur simbolis itu mengalir dari
realitas partisipasi kita dalam liturgi surgawi yang masih terjadi “dalam
cermin” dan belum dalam keadaan sebagaimana Allah mengalami.
Tidak ada perayaan liturgis yang tidak dilaksanakan dalam bentuk
simbol. Maka, terdapat secara melimpah ruah simbol dan tanda liturgis.
Macam-macam simbolisasi liturgi akan dibahas dalam bagian bentuk
ungkapan liturgi.
B. Bentuk Ungkapan Liturgi
Tindakan liturgi memiliki makna teologis dan antropologis. Dalam arti
antropologis, liturgi selalu bergerak dalam makna simbolis. Simbolisasi
liturgi ini bukan hanya soal ungkapan lahir dari apa yang menjadi isi
batin yang dilambangkan. Simbolisasi juga berkaitan dengan esensi
manusia yang adalah makhluk simbolis.
Ada aneka ragam bentuk ungkapan liturgi. Membahas berbagai bentuk
ungkapan liturgi dalam bab mengenai struktur dan bentuk liturgi itu
berarti, kita harus senantiasa memandang bentuk ungkapan simbolis
liturgi sebagai bagian dari pemahaman struktur liturgi.
1. Diri Manusia
Pertama-tama harus dipahami bahwa manusia itu sendiri, yaitu umat
beriman sudah merupakan bentuk ungkapan liturgi itu sendiri.
Pertemuan umat beriman dalam liturgi menunjuk kepada umat Allah
yang dipanggil, dikumpulkan, dan dipilih bagi karya penebusan Kristus
dan pemuliaan Allah.
Gerak perjumpaan orang-orang dari berbagai kelompok, suku,
tingkatan, dan keluarga mengungkapkan tindakan Allah yang
mempersatukan semua orang kepada keselamatan Allah yang berupa
pengudusan umat dan pemuliaan Allah.
2. Tindakan Indrawi Manusia
a. Kegiatan indra mendengarkan
Mendengarkan bukanlah tindakan pasif, melainkan tindakan aktif.
Ketika seseorang mendengarkan, ia membuka diri dengan sadar, sapaan,
suara, atau kata-kata dari luar diri kita. Mendengarkan juga tindakan
aktif untuk memberi perhatian dan masuk ke dalam diri pribadi si
pembicara, serta dengan sadar mau mengambil bagian dalam peristiwa
yang diperdengarkan itu.
Mendengarkan adalah bentuk ungkapan liturgi yang menyatakan
kesiapsediaan iman dan ketaatan.

25 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
b. Kegiatan indra melihat
Melihat adalah bentuk liturgi untuk melihat kemuliaan Allah. Melalui
penglihatan mata kita, kita menyadari dunia dan isinya dan kita pun
menjalin relasi dengan sesama manusia dan dunia. Demikiann pula
dengan penglihatan mata dalam liturgi, kita menyadari komunikasi
Allah yang terpantul melalui berbagai simbol liturgi dan dengan
demikian menjalin relasi kita dengan Allah dan sesama jemaat.
c. Kegiatan indra menyentuh
Liturgi juga mengunakan indra sentuhan sebagai simbol liturgi.
Tindakan menyentuh dalam liturgi menggambarkan persekutuan kita
dengan Allah dan dengan sesama umat beriman dan persekutuan
dengan Roh Kudus.
d. Kegiatan indra merasakan
Indra merasakan juga dipakai dalam liturgi. Perayaan ekaristi
merupakan perayaan perseku-tuan kita dengan Tuhan yang tidak hanya
terjadi secara rohani, melainkan juga menggunakan aspek fisik. Dalam
perayaan ekaristi kita menyantap, mencecap, dan merasakan Tubuh
(dan Darah) Kristus dengan lidah dan mengunyahnya dengan gigi.
e. Kegiatan indra membau
Indra penciuman juga digunakan dalam liturgi. Penggunaan dupa dan
ratus wangi, penggu-naan minyak wangi-wangian adalah contoh
konkret. Keharuman merupakan simbol ungkapan pujian hormat dan
kurban.
3. Gerakan dan Bahasa Badan Manusia
a. Berjalan
Berjalan adalah gerakan manusia yang paling dasar. Dalam liturgi pun,
berjalan merupakan simbol liturgis yang paling dasar. Berjalan dalam
liturgi bukanlah sekedar jalan, tapi berjalan dengan ritme tertentu yang
menunjukkan keanggunan dan keagungan. Berjalan merupakan pula
ungkapan kesiapsediaan untuk secara aktif menyambut dan menanggapi
tawaran kasih Allah.
b. Berdiri
Berdiri merupakan simbol liturgi yang mengungkapkan perhatian,
kepedualian, penghorma-tan, dan kesiapsediaan akan kehadiran Tuhan.
Dengan berdiri, umat menyambut kehadiran Tuhan melalui diri
pemimpin ibadat, sabda, dan doa. Umat berdiri tatkala perarakan masuk
imam dan pengiringnya, saat injil dibacakan, saat mendoakan syahadat
dan saat mendoakan bapa kami.
c. Duduk
Pada umumnya, duduk dianggap sikap tenang untuk mendengarkan
sesuatu atau untuk menanti sesuatu ataupun untuk beristirahat. Dalam
liturgi, sikap duduk melambangkan kesiapsediaan umat beriman untuk
mendengarkan sabda Tuhan.

26 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
d. Berlutut dan membungkuk
Membungkuk dan berlutut menggambarkan makna yang sama, yaitu
sikap merendahkan diri dan menyadari kekecilan dan kekerdilan di
hadapan Tuhan. Keduanya juga mengungkapkan penghormatan, rasa
segan, dan kerendahan hati. Dalam liturgi, dua sikap ini
mengungkapkan tanda pertobatan yang dalam.
e. Meniarap
Gerakan meniarap dalam liturgi merupakan ungkapan penghormatan
dan perendahan diri yang paling intensif. Dengan kata lain, gerakan
meniarap merupakan kelanjutan tindakan berlutut dan membungkuk,
namun secara paling intensif. Biasanya, tindakan meniarap hanya di
lakukan oleh orang-orang tertentu. Misalnya dalam liturgi tahbisan, kaul
kekal, dan tidak pernah dilakukan oleh seluruh jemaat.
f. Tangan terkatub, terangkat, dan terentang
Ketiga gerakan ini, meski kelihatan hanya menyangkut bagian tangan,
namun mengungkapkan seluruh gerakan manusia. Gerakan ini
melambangkan perjumpaan antara Allah dan manusia, sikap hormat,
permohonan, dan penyerahan diri. Hal itu juga mengungkapkan
ketidakber-dayaan kita, kekosongan dan kemiskinan kita. Biasanya
gerakan ini dilakukan oleh pemimpin ibadat.
g. Penumpangan tangan
Kitab suci banyak menyebut tindakan simbolis penumpangan tangan.
Melalui penumpangan tangan, terjadilah suatu pengalihan atau
pelimpahan: kepemilikan, kesalahan, tanggungjawab, kuasa roh.
Penumpangan tangan juga melambangkan permohonan atau
penganugerahan berkat. Dalam Perjanjian Baru, penumpangan tangan
menjadi ritus sacramental untuk pelimpahan atau penganugerahan Roh
Kudus, dan untuk pelimpahan wewenang atau kuasa (tahbisan).
h. Tanda salib dan berkat
Tanda salib dalam liturgi, adalah gerakan tangan yang digunakan untuk
diri sendiri dan bisa untuk orang lain. Sedangkan pemberian berkat
selalu diberikan oleh seseorang (imam) kepada orang lain. Tanda Salib
merupakan tanda Kristus. Mereka yang diberi tanda salib berarti milik
Kristus. Pemberkatan dengan tanda salib atas orang atau benda
menunjuk pada pelimpahan kuasa dan daya Allah yang menyelamatkan
dan menunjuk bahwa mereka (orang atau benda) itu adalah milik
Kristus.
i. Menepuk dada
Menepuk dada merupakan sejenis ungkapan penyesalan diri dan
pengakuan bahwa dirinya bersalah dan berdosa. Dalam perayaan
ekaristi, menepuk dada dilakukan pada saat pengakuan dosa.
j. Ciuman dan jabatan tangan
Pada budaya tertentu yang biasa dengan ungkapan ciuman, maka

27 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
ciuman (pipi) menjadi simbol liturgi yang menunjuk sikap
penghormatan dan persaudaraan yang erat dan akrab. Dalam berbagai
budaya yang lain, juga dalam perkembangan kekristenan, kebiasaan
ciuman sebagai ungkapan persaudaraan,diganti dengan tindakan
berpelukan dan berjabat tangan.
k. Pembasuhan tangan
Cuci atau pembasuhan tangan dalam liturgi berkaitan dengan ungkapan
pembersihan dosa. Dalam liturgi ekaristi, imam berdoa, “ Ya Tuhan,
bersihkanlah aku dari kesalahanku, dan cucilah aku dari dosaku”, tatkala
ia membasuh tangan pada saat persembahan.
4. Alat-alat Liturgi Alami
a. Air
Menurut sejarah religi, air memiliki makna yang penting. Air dipandang
sebagai sumber kesuburan dan kehidupan. Di mana ada air tanah
menjadi subur dan makhluk hidup bisa berkembang dengan baik.
Sebaliknya, air juga bisa menjadi kekuatan yang menghancurkan,
misalnya dalam bencana tsunami, banjir dan air bah.
Dalam perayaan liturgi, air memiliki makna simbolis untuk
mengungkapkan pembersihan dosa dan penganugerahan keselamatan
dan hidup baru. Hal ini nampak misalnya dalam liturgi baptisan.
b. Roti dan anggur
Roti dan anggur masih dipandang sebagai unsur alami, meskipun roti
dan anggur sudah merupakan olahan manusia. Sebab roti dan anggur
menjadi tanda ungkapan partisipasi manusia dalam pengolahan alam
bagi hidup manusia itu sendiri. Penggunaan roti dan anggur dalam
liturgi berkaitan dengan maknanya sebagai makanan dan minuman yang
memberikan kehidupan.
Roti dan anggur dalam perayaan ekaristi memiliki dua makna, pertama
menjadi lambang hasil bumi dan usaha manusia. Kedua menjadi
lambang karunia hidup ilahi.
c. Minyak
Minyak yang biasanya digunakan dalam liturgi pada umumnya minyak
yang dibuat dari pohon zaitun. Namun karena sulitnya mencari tanaman
zaitun, maka bisa digunakan minyak yang lain asal berasal dari tumbuh-
tumbuhan.
Menurut Kitab Suci, minyak digunakan untuk pembuatan makanan,
pengurapan yang memberi kegembiaran dan kekuatan, membuat
penerangan dan obat penyembuh. Pengurapan dengan minyak
merupakan lambang pengurapan menjadi raja, seperti yang dialami oleh
Saul dan Daud. Pengurapan dengan minyak juga berarti simbol bagi
anugerah kepenuhan hidup dan kesuburan. Dengan pengurapan itu
diungkapkan bahwa Allah kini bersama mereka.
Dalam liturgi Kristiani, minyak pertama-tama dipakai untuk

28 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
melambangkan daya kuasa Allah yang menyembuhkan. Minyak
merupakan tanda daya kekuatan Allah yang memberi kekuatan bagi
perjuangan hidup ini (pengurapan minyak pada katekumen dan krisma)
dan tanda penyertaan Allah dalam tugas kepemimpinan (tahbisan).
Dalam liturgi dibedakan tiga macam minyak urapan: OI (Oleum
Infirmorum) untuk orang sakit, OC ( Oleum Catechumenorum) untuk
katekumen, dan SC (Sanctum Oleum Chrisma) untuk krisma.
d. Api dan terang
Api dan terang adalah simbol yang tidak terpisahkan. Dalam tradisi
religius, api dan cahayanya dipandang sebagai karunia Allah yang
memberikan kehidupan dan pembersihan diri manusia.
Sedangkan dalam tradisi liturgi Kristiani memberi makna baru bagi
lambing api dan cahayanya menurut misteri Paskah Kristus. Bagi orang
Kristiani, api dan cahayanya melambangkan terang Kristus sendiri yang
telah bangkit dari wafat-Nya.
Pada Malam Paskah, Kristus diproklamasikan sebagai terang dan cahaya
sendiri yang berkat kebangkitan-Nya telah menganugerahkan
keselamatan dan menghalau kegelapan dan kuasa dosa.
e. Dupa ratus dan bahan wangi-wangian
Dupa ratus dan wangi-wangian dipakai dalam liturgi Kristiani sebagai
ungkapan penghormatan kepada Allah. Kalau imam mendupai altar,
tabernakel atau salib, sejatinya imam sedang menyampaikan
penghormatan kepada Tuhan sendiri.
f. Garam dan abu
Dalam liturgi garam dipakai sebagai simbol pembersihan. Biasanya
digunakan dalam liturgi baptisan dan pemberkatan air suci.
Abu biasanya dipakai pada hari Rabu Abu, untuk mengawali masa
prapaskah. Abu digunakan untuk mengungkapkan rasa tobat dan
penyesalan, pengakuan akan kerapuhan kita dan kelemahan kita. Abu
juga melambangkan harapan akan kebangkitan.
5. Alat-alat Liturgi Buatan
(keterangan dan gambarnya lihat, baca, dan catatlah dari buku
Mengenal Peralatan Liturgi tulisan I. Marsana Windu, Kanisius,
Jogjakarta, 1997; atau bisa mencari sumber lain yang Anda anggap
paling mudah.)

a. Piala
b. Patena
c. Korporale
d. Kain piala / purificatorium
e. Pala
f. Sendok kecil
g. Ampul

29 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
h. Cerek lavabo,
i. Sibori
j. Piksis
k. Monstran (lunula, kustodia)
l. Aspegril
m. Wiruk/Thuribulum
n. Navikula
o. Lilin
6. Pakaian Liturgi
a. Alba
b. Amik
c. Single
d. Stola
e. Kasula
f. Dalmatik
g. Superpli
h. Pluviale
i. Velum
j. Palium
7. Warna Liturgi
a. Putih dan kuning
b. Merah
c. Hijau
d. Ungu

e. Hitam
8. Ruang dan Waktu
Hidup dalam sejarah berarti hidup dalam ruang dan waktu. Dalam
kehidupan manusia, tata ruang dan waktu memiliki makna simbolis.
Liturgi Gereja menggunakan simbolisasi ruang dan waktu pula. Tata
ruang dan waktu liturgi melambangkan perjumpaan umat beriman dan
Allah sendiri dalam Kristus di sini dan sekarang.
Ruang liturgi memiliki dua fungsi besar. Pertama, ruang liturgi
mengungkapkan kesatuan umat beriman dengan Kristus sebagai satu
tubuh mistik Kristus, yakni kepala dan anggota-anggotanya. Dengan
berada dalam satu ruang yang sama, tampilah realitas kesatuan umat
beriman.
Waktu atau masa liturgi melambangkan misteri sejarah keselamatan
Allah yang memuncak dalam misteri Paskah Yesus Kristus. Tata waktu
liturgi tampak dalam pengaturan tahun liturgi, yang dibuka dengan
Minggu Adven I, memuncak dalam perayaan Paskah dan berakhir
dengan hari raya Kristus Raja Semesta Alam.
III. Perayaan Liturgi

30 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
i. Liturgi Sakramen
Liturgi sakramen berarti perayaan ketujuh sakramen. Pembahasan
sakramen secara mendalam telah kita lihat dalam bab sebelumnya,
maka disini tidak akan dijelaskan secara mendalam. Dalam bagan yang
telah dibuat, dalam tata cara pelaksanaan sakramen, di situlah terdapat
liturgi sakramen.
Secara sederhana pengertian liturgi sakramen bisa kami jelaskan
demikian, perayaan kehadiran Yesus Kristus secara sacramental dalam
Gereja-Nya menurut segi dan simpul kehidupan konkret manusia.
Pengertian ini bisa kita uraikan dalam tiga pernyataan:
a. Sakramen-sakramen adalah kehadiran Yesus Kristus dan Misteri
penyelamatan-Nya
b. Sakramen-sakramen adalah pelaksanaan Dasar dan Diri Gereja.
c. Sakramen-sakramen adalah perjumpaan sakramental dengan Yesus
Kristus dalam segi kehidupan konkret.
ii. Liturgi Sabda
Manusia tidak dapat terpisah dari sabda, kata, dan bahasa. Manusia
mengungkapkan diri melalui bahasa. Bahkan seluruh misteri pewahyuan
Allah kepada manusia disampaikan dan diterima manusia melalui kata
dan bahasa. Kitab Suci senantiasa menunjuk dua hal, ungkapan dan
isi/makna ungkapan itu. Keduanya merupakan satu kesatuan.
Gereja terbentuk dan lahir karena Sabda Allah pula. Gereja adalah
kumpulan orang-orang beriman yang dipanggil dan dipilih oleh Kristus
melalui sabda-Nya. Di mana sabda Yesus diwartakan dan diimani, di
mana nama Tuhan diwartakan dan diserukan, di sanalah lahir dan hidup
Gereja.
Maka dalam liturgi sabda, Kitab Suci memegang peranan penting.
Menurut Tradisi, bacaan-bacaan Kitab Suci tidak pernah diganti dengan
bacaan-bacaan lain, meskipun bacaaan itu sangat bermutu secara
teologis.
Tata perayaan liturgi sabda adalah sebagai berikut. Sebagai pembanding
kami paparkan juga liturgi ekaristi, sebab biasanya liturgi sabda terletak
dalam liturgi Ekaristi, meskipun liturgi sabda bisa dilepaskan dari liturgi
ekaristi.
Liturgi Sabda (ibadat sabda)
Liturgi Ekaristi (misa)
Menyadari Kehadiran Tuhan
Perarakan masuk diiringi lagu pembukaan
Tanda Salib
Salam
Kata pengantar
Menyadari kehadiran Tuhan
Tobat

31 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Doa pembukaan
Mendengarkan Sabda
Bacaan pertama
Mazmur tanggapan
Bacan kedua
Bait pengantar Injil
Bacaan Injil
Aklamasi sesudah injil
Mendalami Sabda Allah/Khotbah/homili
Menanggapi Sabda
Menghormati Sabda
Pujian
Doa umat
Doa persatuan Anggota Tubuh Kristus
Salam Damai

Bapa kami
(komuni)
Diutus
Doa penutup
Pengumuman
Amanat Sabda
Berkat
Pengutusan
PEMBUKAAN
Perarakan masuk, Tanda Salib, Salam,
Pengantar, Tobat, Tuhan kasihanilah kami,
Madah kemuliaan, Doa pembukaan
LITURGI SABDA
Bacaan pertama, Mazmur Tanggapan,
Bacaan kedua, Bait pengantar Injil,
Bacaan Injil, Aklamasi sesudah Injil,
Homili, Syahadat, Doa umat
LITURGI EKARISTI
A. PERSEMBAHAN
Persiapan persembahan
Doa persembahan
B. DOA SYUKUR AGUNG
Dialog pembukaan,
Prefasi, Kudus,
Doa Syukur Agung
C. KOMUNI
Bapa kami, Embolisme, Doa damai,

32 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Pemecahan Hosti, Persiapan komuni,
Membagi Tubuh (dan Darah) Kristus,
Saat hening, Madah syukur, Doa komuni
PENGUTUSAN
Pengumuman,
pengutusan

iii. Liturgi Harian


Liturgi harian atau disebut juga ibadat harian adalah liturgi resmi
Gereja. Maka meskipun yang mendoakan ibadat harian itu hanya
seorang umat beriman, doa orang tersebut merupakan doa resmi
seluruh Gereja sendiri.
Liturgi harian merupakan perayaan kenangan karya keselamatan Allah
yang terlaksana dalam misteri Paskah, yakni wafat dan kebangkitan
Kristus.
Ibadat harian mengungkapkan dimensi Gereja yang berdoa. Ibadat
harian ingin melanjutkan tradisi Gereja yang berdoa di luar perayaan
ekaristi.
IV. Unsur-unsur liturgi
iv. Pelayan Liturgi
Pelayan liturgi adalah orang yang oleh Gereja dipilih untuk memimpin
dan menjadi unsur pokok/pelayan dalam pelaksanaan peribadatan atau
liturgi. Maka pelayan liturgi bisa dibedakan menjadi dua kelompok,
pelayan tertahbis dan pelayan tak tertahbis.
1. Pelayan tertahbis: Uskup, Imam dan Diakon
i. Wewenang dan tugas seorang Uskup
· mewartakan Injil sebagai guru dan pengajar iman
· menahbiskan uskup, imam dan diakon
· melayani sakramen krisma
· memimpin suatu keuskupan
· ikut serta dalam kepemimpinan seluruh gereja bersama paus dan
kolegium para uskup
iii. Wewenang dan tugas seorang Imam
· mewartakan Injil
· merayakan perayaan-perayaan sakramen, terutama Ekaristi
· pelayanan reksa pastoral yang dipercayakan oleh uskup kepadanya
dalam suatu daerah atau tugas tertentu
iii. Wewenang dan tugas seorang Diakon
· Pewartaan Injil
· Merayakan perayaan-perayaan sakramen, terutama baptisan dan
pemberkatan perkawinan.

33 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
· Membantu uskup dan para imam dalam tugas pelayanan liturgi
ataupun reksa pastoral.
· Terlibat dalam pelayanan non-liturgi dalam Gereja.
b. Pelayan lainnya
i. Prodiakon
Tugas-tugas prodiakon (asisten imam)
· membantu menerimakan Tubuh Kristus dalam perayaan Ekaristi
ataupun di luar perayaan Ekaristi, terutama dalam liturgi Sabda dan
pengiriman komuni kepada orang sakit atau yang ada dalam penjara.
· Melaksanakan tugas yang diberikan oleh pastor paroki, seperti:
memimpin ibadat sabda, memberikan homili, memimpin liturgi
pemakaman, doa lingkungan, dsb.
ii. Lektor
Tugas-tugas lektor
· membacakan Sabda Tuhan, di mana Allah tidak hanya bersabda dan
berbicara melainkan juga menjumpai umat-Nya, Allah hadir dengan
sabda-Nya.
· Mewartakan Sabda Tuhan. Para pewarta dalam tradisi Kitab Suci
adalah para nabi. Mereka diutus untuk mewartakan suatu berita
keselamatan Tuhan.
· Menghadirkan Allah yang bersabda dalam bentuk simbol. Simbol yang
paling jelas adalah diri lektor sendiri sebagai manusia. Melalui dirinya,
suaranya, ekspresi kemanusiaannya, Allah hadir dan bersabda kepada
umat-Nya.
iii. Akolit dan atau putra-putri altar/misdinar
Tugas akolit
i. melayani imam dan diakon yang sedang merayakan Ekaristi di altar
ii. melayani imam atau diakon dalam perayaan nonsakramental yang
memerlukan akolit atau misdinar, misal adorasi, pemakaman,
pemberkatan, dll
iii. dalam situasi tertentu membacakan bacaan Kitab Suci dalam liturgi,
doa umat, dan mungkin memimpin nyanyian
iv. dalam situasi tertentu dan darurat boleh membantu menerimakan
komuni.
ii. Masa Liturgi
Lingkaran liturgi
Masa liturgi adalah perayaan liturgi selama satu tahun. Saat ini ada satu
“kalender” yang membuat seluruh perayaan di Gereja katolik menjadi
sama. Kalender itu dibuka pada hari Minggu Adven pertama dan ditutup
dengan hari raya Kristus Raja Semesta Alam.

Skema tahun liturgi bisa kita lihat demikian


Masa

34 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Masa Adven
Masa Natal
Masa Biasa I
Masa Prapaskah
Masa Paskah
Masa biasa II
Warna
Ungu
Putih
Hijau
Ungu
Putih
Hijau
Pekan
4 minggu
1-2 minggu
7-8 minggu
6 minggu
8 minggu
24-25 minggu

35 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Tahun A/B/C dan Tahun I/II
Bacaan-bacaan dalam perayaan liturgi/ekaristi sudah diatur agar dalam
3 tahun perayaan seluruh Kitab Suci sudah dibacakan. Untuk itu dibuat
dua klasifikasi. Pertama klasifikasi tahun A/B/C, yakni klasifikasi untuk
bacaan hari Minggu. Dan klasifikasi I/II untuk bacaan harian.
Tahun 2007 ini penanggalannya berklasifikasikan Tahun C/I. Artinya
bacaan yang digunakan pada hari Minggu, bacaan injilnya mengambil
dari injil Lukas. Sedangkan klasifikasi I, karena tahun ganjil. Klasifikasi I
ini mempengaruhi bacaan pertama dalam misa harian.
Contoh cara membaca penanggalan liturgi tgl. 11 Maret 2007
MASA PRAPASKAH
Seri Bacaan : Mingguan tahun C – Harian tahun I
Pekan III Prapakah O Pekan III
11 Mg HARI MINGGU PRAPASKAH III (U). E Syah PrefKhus. BcE Kel
3:1-8a.13-15; Mzm 103:1-2.3-4.6-7.8.11; 1Kor 10:1-6.10-12; Luk 13:1-9.
BcO Ibr1:1-24
Data penanggalan tersebut memberikan informasi tentang apa saja yang
perlu dipersiapkan untuk Perayaan Ekaristi atau ibadat Sabda.
1) “11 Mg HARI MINGGU PRAPASKAH III” artinya tanggal 11 Maret
adalah hari Minggu prapaskah ketiga dalam masa Prapaskah.
2) “Pekan III Prapaskah” artinya mulai hari Minggu, 11 Maret 2007
hingga hari Sabtu, 17 Maret 2007, kita masuk dalam pekan ketiga
Prapaskah.
3) “(U)” maksudnya warna liturgi pada hari itu adalah ungu, maka perlu
dipersiapkan kasula dan stola berwarna ungu. Ungu adalah lambang
tobat.
4) “E” berarti dalam perayaan ekaristi ada Syahadat dan doa prefasinya
khusus untuk masa prapaskah.
5) “BcE” berarti bacaan yang digunakan dalam perayaan Ekaristi
Bacaan pertama di ambil dari Kitab Keluaran bab 3 ayat 1 sampai ayat
8a dilanjutkan ayat 13 sampai 15.
Mazmur tanggapan di ambil dari Mazmur 103
Bacaan kedua diambil dari surat Rasul paulus yang pertama kepada
jemaat di Korintus bab 10 ayat 1 sampai 6 dilanjutkan ayat 10 sampai 12
Bacaan injil diambil dari Injil Lukas bab13 ayat 1 sampai 9
6) “BcO” berarti bacaan yang digunakan dalam ibadat harian/liturgi
harian, terutama untuk ibadat bacaan diambil dari surat kepada jemaat
Ibrani bab 1 ayat 1 sampai 24
iii. Ruang Liturgi
Ruang liturgi berarti tempat di mana perayaan liturgi itu dilangsungkan.
Kerapkali ruang liturgi melingkupi gedung. Berikut ini kami paparkan
beberapa macam ruang yang bisa diklasifikasikan sebagai ruang liturgi
dan yang berkaitan dengan ruang.

36 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
1. Gereja
Kata Gereja berasal dari bahasa Portugis igreja. Asal usulnya dari bahasa
Latin ecclesia dan berasal dari bahasa Yunani ekklesia yang berarti
pertemuan atau rapat. Maka pengertian Gereja pertama-tama adalah
jemaat yang berkumpul.
Untuk memudahkan pemahaman kata gereja dibedakan berdasarkan
penggunaan hurup “G”. Jika kata Gereja menggunakan huruf G kapital,
maka yang dimaksud adalah jemaat yang berkumpul. Tetapi jika kata
gereja menggunakan huruf g biasa, maka yang dimaksud adalah gedung
pertemuan yang dikapai oleh umat untuk berkumpul.
2. Kapel
Pada awalnya ungkapan kapel digunakan untuk menyebut suatu
ruangan yang dipakai untuk menyimpan jas. Pada perkembangannya
kata kapel menunjuk ruangan kecil yang dimaksudkan untuk
menggantikan fungsi gereja induk. Kapel biasanya dipakai oleh
kelompok kecil untuk melakukan peribadatan. Misalnya ruang doa di
Dempo tidak bisa disebut gereja, tetapi disebut kapel.
3. Katedral
Kata katedral berasal dari bahasa Yunani cathedra yang berarti tempat
duduk atau tahta. Kursi itu bisa menjadi lambang tahta seorang uskup.
Maka gereja yang memiliki kursi katedral disebut gereja katedral.
4. Altar
Kata altar berasal dari bahasa Latin altare yang berarti tempat api untuk
pembakaran kurban. Tempat kurban bakaran ini beralih menjadi meja,
meja perjamuan Tuhan. Sekarang altar adalah tempat imam
mempersembahkan perayaan ekaristi, menghunjukkan kurban
persembahan kepada Tuhan.
5. Tabernakel
Adanya tabernakel berkaitan dengan usaha menyimpan Sakramen
Mahakudus. Biasanya tabernakel berupa kotak menyerupai almari kecil,
yang aman, untuk menyimpan Sakramen Mahakudus yang telah
dikonsekrasi. Tabernakel harus berada di tempat yang “terhormat”,
mudah dijangkau dan terlihat dari semua tempat. Biasanya di dekat
tabernakel ada “lampu Tuhan”. Lampu itu menjadi tanda apakah
taberbakel itu kosong atau ada isinya. Jika lampu itu menyala berarti
ada isinya.

peralatan peralatan ekaristi


    PIALA  (calix  =  cawan)

37 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Piala adalah cawan yang menjadi tempat anggur untuk
dikonsekrasikan, dimana sesudah konsekrasi menjadi tempat
untuk Darah Mahasuci Kristus. Melihat fungsinya, maka Piala
harus dibuat dari logam mulia. Piala melambangkan cawan
yang dipergunakan Tuhan kita pada Perjamuan Malam Terakhir
di mana Ia untuk pertama kalinya mempersembahkan Darah-
Nya.

PURIFIKATORIUM

berasal dari bahasa


Latin “purificatorium”, yaitu sehelai
kain lenan berwarna putih berbentuk
segi empat untuk membersihkan piala,
sibori dan patena. Sesudah
dipergunakan, purifikatorium dilipat
tiga memanjang lalu diletakkan di atas
piala.

3. Canting

Canting adalah sendok kecil yang digunakan Imam untuk


mengambil air dari ampul dan mencampurkannya dengan
anggur yang berada di dalam piala.

PATENA

berasal dari bahasa Latin yang


artinya“piring”. Patena, yang sekarang
berbentuk bundar,datar, dan dirancang
untuk roti pemimpin Perayaan Ekaristi,
aslinya sungguh sebuah piring.

38 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Dengan munculnya roti-roti kecil yang dibuat khusus untuk
umat yang biasanya disimpan dalam sibori, fungsi dari patena
sebagai piring menghilang. Maka bentuknya menjadi lebih kecil
(Sejak abad 11). Menurut PUMR 2000, "untuk konsekrasi
hosti,  sebaiknya digunakan patena yang besar, di mana
ditampung hosti, baik untuk imamdan diakon, maupun
untuk para pelayan dan umat Patena, hendaknya dibuat
serasi dengan pialanya, dari bahan yang sama dengan piala,
yaitu dari emas atau setidak-tidaknya disepuh emas. Patena
diletakkan di atas purifikatorium.

PALLA

 berasal dari bahasa Latin palla


corporalisyang berarti kain
untukTubuh Tuhan, adalah kain lenan
putih yang keras dan kaku seperti
papan, berbentuk bujursangkar,
dipergunakan untuk menutup piala.
Palla melambangkan batu makam
yang digulingkan para prajurit
Romawi untuk menutup pintu masuk ke makam Yesus. Palla
diletakkan di atas Patena.

CORPORALE/CARPORAL

Sehelai kain lenan putih berbentuk bujur


sangkar dengan gambar salib kecil di
tengahnya. Seringkali pinggiran korporale
dihiasi dengan renda.  Dalam perayaan
Ekaristi, imam membentangkan korporale di
atas altar sebagai alas untuk bejana-bejana suci roti dan
anggur. Setelah selesai dipergunakan,korporale dilipat menjadi
tiga memanjang, lalu dilipat menjadi tiga lagi dari samping dan
ditempatkan di atas Palla.

39 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
SIBORI

berasal dari bahasa Latin “cyborium” yang


berarti “piala dari logam”,adalah bejana serupa
piala, tetapi dengan tutup di atasnya.
Siboriadalah wadah untuk roti-roti kecil yang
akan dibagikan dalam Komunikepada umat
beriman. Sibori dibuat dari logam mulia, bagian
dalamnyabiasa dibuat dari emas atau disepuh emas.

PIKSIS

berasal dari bahasa Latin “pyx” yang


berarti “kotak”, adalah sebuahwadah
kecil berbentuk bundar dengan engsel
penutup, serupa wadah jamkuno. Piksis
biasanya dibuat dari emas. Piksis
dipergunakan untukmenyimpan
Sakramen Mahakudus, yang akan dihantarkan kepada mereka
yangsakit, atau yang akan ditahtakan dalam kebaktian kepada
Sakramen Mahakudus.

MONSTRANS

berasal dari bahasa Latin “monstrans,


monstrare” yang berarti“mempertontonkan”,
adalah bejana suci tempat Sakramen
Mahakudusditahtakan atau dibawa dalam
prosesi.

AMPUL

40 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
adalah dua bejana yang dibuat dari kaca
atau logam, bentuknya seperti buyung kecil
dengan tutup di atasnya. Ampul adalah
bejana-bejana darimana imam atau diakon
menuangkan air dan anggur ke dalam piala. Selaluada dua
ampul di atas meja kredens dalam setiap Misa.

LAVABO

berasal dari bahasa Latin “lavare” yang


berarti “membasuh”, adalah bejana
berbentuk seperti buyung kecil, atau
dapat juga berupa mangkuk,tempat
menampung air bersih yang
dipergunakan imam untuk membasuh tangan sesudah
persiapan persembahan. Sebuah lap biasanya menyertai
lavabo untuk dipergunakan mengeringkan tangan imam.

TURIBULUM

(disebut juga Pedupaan/wiruk), berasal dari


bahasa Latin “thuris” yang berarti “dupa”,
adalah bejana di mana dupa dibakar untuk
pendupaan liturgis. Turibulum terdiri dari
suatu badan dari logam dengan tutupterpisah
yang menudungi suatu wadah untuk arang
dan dupa; turibulumdibawa dan diayun-
ayunkan dengan tiga rantai yang dipasang
padabadannya, sementara rantai keempat digunakan untuk
menggerak-gerakkantutupnya. Pada turibulum dipasang bara
api, lalu di atasnya ditaburkanserbuk dupa sehingga asap dupa
membubung dan menyebarkan bau harum.Dupa adalah
harum-haruman yang dibakar pada kesempatan-
kesempatanistimewa, seperti pada Misa yang meriah dan
Pujian kepada Sakramen Mahakudus.

NAVIKULA

41 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
(disebut juga Wadah Dupa) adalah
bejana tempat menyimpan serbuk
dupa. Dupa adalah getah yang harum
dan rempah-rempah yang diambil
daritanam-tanaman, biasanya dibakar
dengan campuran tambahan
gunamenjadikan asapnya lebih tebal dan aromanya lebih
harum. Asap dupa yangdibakar naik ke atas melambangkan
naiknya doa-doa umat beriman kepadaTuhan. Ada pada kita
catatan mengenai penggunaan dupa bahkan sejak awalkisah
Perjanjian Lama. Secara simbolis dupa melambangkan
semangat umatKristiani yang berkobar-kobar, harum mewangi
keutamaan-keutamaan dannaiknya doa-doa dan perbuatan-
perbuatan baik kepada Tuhan.

ASPERGILUM

berasal dari bahasa Latin “aspergere” yang


berarti “mereciki”, adalahsebatang tongkat
pendek, di ujungnya terdapat sebuah bola
logam yang berlubang-lubang, dipergunakan
untuk merecikkan air suci pada orangatau
benda dalam Asperges dan pemberkatan.
Bejana Air Suci adalah wadahyang
dipergunakan untuk menampung air suci; ke dalamnya
aspergilum dicelupkan.

SACRAMENTARIUM

atau Buku Misa adalah buku pegangan imam


pada waktu memimpin perayaan Ekaristi, berisi
doa-doa dan tata perayaan Ekaristi.

12. Kandelar

42 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
(Candelar bhs. Latin) Kandelar merupakan tempat lilin yang digunakan didalam
gereja dengan cara menancapkan lilin tersebut pada bagian runcing yang
terdapat pada kandelar.

13. Hisop dan Aspergilum

   Hisop merupakan salah satu


peralatan yang digunakan
untuk memerciki air suci
namun berbentuk serabut
sementara Aspergilum (Aspergere = memerciki bhs.
Latin) berbentuk seperti bola namun berlubang dan terbuat dari besi.

14. Aspersorium

Aspersorium merupakan wadah air suci dan sekaligus pasangan


dari Hisop dan/atau Aspergilum

15. Turibulum dan Navikula

Turibulum merupakan tempat untuk meletakan bara


api yang memiliki 3 rantai sebagai penyangga dan 1
ranati untuk membuka tutupnya dibawa dengan cara
diayunkan. Navikula merupakan wadah dupa berupa
serbuk kayu yang nantinya di tuangkan sedikit demi
sedikit untuk memicu asap dari bara api yang menyala
didalam turibulum.

Urutan Susunan Perlengkapan Piala

43 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Piala - Purifikatorium - Canting - Patena+Hosti besar - Pala - Korporal

WARNA LITURGI & KERANGKA PERAYAAN EKARISTI


    WARNA LITURGI

                   1. Putih & Kuning : warna putih dikaitkan dng makna


kehidupan baru. Menjadi simbol kemurnian,ketidaksalahan,terang yang
tak terpadamkan,& kebenaran mutlak. Warna putih juga melambangkan
kemurnian sempurna,kejayaan yang penuh kemenangan & kemuliaan
abadi. Warna kuning mempunyai makna kemuliaan & keabadiaan.
Dalam liturgi warna putih & kuning menurut arti simbolisnya sama.
Sebab itulah warna putih & kuning bisa digunakan bersama/salah
satu.Biasanya digunakan pada masa paska,natal,pesta & hari raya.

            2. Merah : merah merupakan warna api & darah. Biasa


dihubungkan dengan penumpahan darah para martir sebagai saksi
saksi iman seperti Tuhan Yesus yg menumpahkan darah-Nya bagi
keselamatan manusia. Biasanya dipakai pada minggu palma,jumat
agung,pentakosta,perayaan perayaan sengsara Kristus,pesta para
rasul,& para martir.

            3. Hijau : biasa dipandang sebagai warna yg


tenang,menyegarkan,melegakan, & manusiawi.Warna hijau dikaitkan
dengan musim semi,yang memberi suasana pengharapan. Warna hijau
di pandang sebagai warna kontemplatif  & tenang. Warna hijau dipilih
untuk masa biasa sepanjang tahun.

            4.Ungu : ungu adalah simbol kebijaksanaan,keseimbangan,sikap


hati hati, & mawas diri.Maka adven & prapaska yg biasa digunakan

44 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
untuk bertobat mawas diri, & mempersiapkan diri bagi perayaan
agung.dlm liturgi arwah,warna unggu sebagai pengganti warna hitam.
Dalam hal ini ungu mempunyai makna penyerahan diri,pertobatan &
permohonan belaskasihan.

            5. Hitam : melambangkan


ketiadaan,pengurbanan,malam,kematian, & kerajaan orang mati.Maka
warna hitam melambangkan kesedihan & kedukaan hati. Dulu biasa
dipakai dlm liturgi arwah & sekarang jarang di pakai.

MACAM MACAM PAKAIAN LITURGI


   Pakaian liturgi berfungsi untuk :

Tgs pelayanan
1.
2. Menonjolkan sifat meriah pesta perayaan liturgi
3. Melambangkan kehadiran yesus kristus subyek utama liturgi.
Macam macam pakaian liturgi: 
A. Alba (albus) yang berarti putih.Dipakai romo jika tdk berjubah.
B. Stola ~ hanya dipakai oleh orang tertahbis ( romo,uskup) dipakai
dengan cara sejajar. Jika yang menggunakan masih diakon memakainya
dengan cara miring dari pundak ke pinggang kanan.
C. Superpli (superpellizeum) ~ pakaian luar sepanjang lutut. Berwarna
putih. Dipakai imam/diakondiluar misa/untuk ibadat. Superpli dipakai
bila sdh menggunakan jubah.
D. Kasula (planeta) yg berarti pakaian luar ~ pakaian liturgi resmim yang
paling atas untuk romo. Sekarang dapat digunakan sebelum stola.
E. Singel ~ tali pengikat pinggang yang panjang dibuat dari benang
berwarna putih digunakan untuk mengikat alba/jubah yang panjang.
F. Velum ~ kain selubung.Digunakan oleh imam untuk menyelubungi
pegangan monstrans yg berisi sakramen maha kudus. Digunakan
dengan cara dikalungkan dari belakang & menutupi kedua pundak.
G. Pluviale ~ arti harafiahnya adalah mantel hujan . Digunakan oleh
uskup/imam pada perayaan liturgi di luar ekaristi,seperti prosesi
adorasi/pemberkatan yg lain.
H. Dalmatik ~ bentuknya mirip kasula tetapi ujung dalmatik dibuat
persegi/bersudut sedang pada kasula tidak. Biasa dipakai oleh diakon
calon romo.
I. Palium ~ hanya digunakan oleh paus& uskup agung dlm perayaan
liturgi meriah.
J. Amik ~ kain segi empat panjang,bertali,dipakai oleh imam,untuk
menutupi leher & krah baju yg dipakai di bawah alba.

45 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
  Pakaian uskup : 
         1. Jubah uskup biasanya ada kombinasi ungu.
         2. Salib dada,salib yg menggantung di dada.
         3. Cincin uskup,yg dipakai di tangan kanan.cincin melambangkan
kesetiaan.
         4.Topi warna merah
         5. Mitra,tutup kepala yg digunakan olewh uskup pada waktu ia memimpin
liturgi
         6. Tongkat uskup,melambangkan wewenang/kuasa sbg gembala umat.
         7. Mantol uskup.
  Pakaian misdinar : 
         1. Gaun,semacam rok yg panjang smpai mata kaki. Warna sesuai warna
liturgi.
         2. Superpli ,alba yg panjangnya setengah badan.
         3. Kerah lebar diatas superpli,warnanya sesuai warna liturgi.
         4. Singel, untuk ikat pinggang.
BENDA EKARISTI SEBAGAI SIMBOL LITURGI
 1.Benda benda alamiah
(1) Roti & Anggur ~ diubah jadi tubuh dan darah kristus saat konsekrasi.
(2) Air ~ mempunyai makna simbolis untuk pembersihan dosa &
penganugrahan     keselamatan, serta hidup baru. Misal babtis.
(3) Minyak ~ lambang daya kekuatan Allah yang memberi kekuatan bagi
perjuangan hidup,penyertaan Allah dalam tugas kepemimpinan.

      Ada 3 macam minyak suci :


1. Minyak untuk katekumen/calon babtis . Tempatnya
ditandai OC ( Oleum Catechumenorum )yg artinya minyak
katekumen.
2. Minyak untuk penerimaan sakramen penguatan/krisma.
Tempatnya ditandai SC ( Sanctum Chrisma) yg artinya
penguatan kudus.
3. Minyak untuk pemberkatan orang sakit. Tempatnya
ditandai OI (Oleum Infirmorum ) yg artinya minyak untuk
orang sakit.
4. Api & Terang ~ karunia Allah yg memberikan keselamatan &
menghalau kegelapan serta kuasa dosa .Lilin menyala
melambang kristus sang terang.
5. Dupa Ratus ~ ungkapan kemeriahan & kegembiraan pesta
perayaan liturgi.
6. f.Garam ~ simbol pembersihan.

46 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
7. g. Abu ~ mengungkapkan rasa tobat & penyesalan untuk
pembersihan & silih atas dosa. Dalam masa pra paska sebagai
lambang dimulai masa pertobatan.
 
2. Tulisan & gambar
a. Alfa & Omega  ~ lambang awal ( alfa = A ) &akhri ( omega =Ω ).
Melambangkan  Allah sebagai awal sekaligus yg akhir,asal & tujuan
hidup kita.
b. b.AMDG ~ Ad Maiorem Dei Gloriam yg artinya demi lebih besarnya
kemuliaan Tuhan.
c. Anak Domba ~ pada perjanjian lama menjadi korban dengan darah di
oleskan di atas pintu rumah bangsa Israel,sehingga semua selamat,tida
ada yang mati karena darah domba tadi. Dalam perjanjian baru,Kristus
sebagai anak domba yang dikorbankan lewat salib,sehingga umkat yang
percaya di selamatkan.
d. IHS – iesus Hoc Signo yg artinya kamu akan menang. Bagi serikat jesus
menjadi lambang 3 kaul yaitu kemiskinan ketaatan & kemurnian,.
e. INRI –Iesus Nazarenus Rex Iucaroum yaitu Yesus dari Nazaret raja orang
Yahudi.Biasanya ditulis di atas salib.
f. RIP – Requesca In Pace yg artinya semoga ia/mereka beristirahat dlm
kedamaian. Biasanya di pasang di kuburan org kristen.
g. Salib – lambang kemenangan kristus atas kejahatan,dosa & kematian.
h. Semoga bermanfaat dan berguna. Berkah dalem...
Tahun liturgi

Tahun Liturgi, yang disebut juga Tahun Kristiani, menjadikan Kalender


Kristiani/siklus masa liturgi dalam gereja-gereja Kristiani yang memilih kapan
hari-hari orang kudus, hari-hari peringatan, dan hari-hari luhur harus
dirayakan serta anggota mana dari Kitab Suci yang diasosiasikan dengan hari-
hari raya tersebut..

Untuk masa yang berbeda dalam satu tahun liturgi, dipergunakan warna-
warna liturgis yang berbeda pula. Hari-hari raya Gereja Timur (Gereja
Ortodoks Timur, Gereja Ortodoks Oriental, Gereja-Gereja Katolik Timur)
jatuh pada tanggal yang berbeda dengan Gereja Barat (Gereja Katolik
Roma, Gereja Anglikan, Gereja Lutheran, dan Gereja-Gereja Protestan),
meskipun inti perayaannya sama.

Untuk gereja-gereja di Indonesia yang lebih banyak digolongkan sebagai


Gereja Barat, kalender ini pun tidak semuanya dirayakan oleh

47 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
seluruh denominasi Kristen. Gereja Katolik Indonesia merayakan semua hari
raya kalender ini, sedangkan gereja-gereja lainnya tidak kekurangan sebagian
yang tidak dirayakan, tidak kekurangan juga denominasi Kristen yang tidak
merayakan hari-hari raya ini satupun, misalnya Gereja Masehi Advent Hari
Ketujuh, Gereja Yesus Sejati, dan Saksi-Saksi Yehuwa. Gereja Protestan
Indonesia misalnya, lebih banyak hanya merayakan 5 hari raya utama, yaitu:

∙ Natal - kelahiran Yesus, secara tradisi tanggal 25 Desember


∙ Jumat Luhur - kematian Yesus, 3 hari sebelum Paskah
∙ Paskah - kebangkitan Yesus, tanggalnya berbeda setiap tahun
∙ Asensi - kenaikan Yesus, 40 hari setelah Paskah
∙ Pentakosta - Pencurahan Roh Kudus, 50 hari setelah Paskah

meskipun tidak kekurangan sebagian yang merayakan Adven, Rabu Sisa dari


pembakaran, dan sebagian lainnya. Gereja di luar Indonesia lebih berbagai
lagi, sehingga tidak bisa ditarik suatu patokan selain daripada hari raya-hari
raya yang umum ini.

Daftar isi
∙ 1 Hari-hari raya selalu berubah
∙ 2 Siklus liturgi
∙ 3 Kalender Alkitab
∙ 4 Kalender liturgi Barat
∙ 4.1 Adven
∙ 4.2 Natal
∙ 4.3 Masa biasa ("Masa Sesudah Epifani" dan
"Septuagesima")
∙ 4.4 Masa Prapaskah dan Masa Sengsara
∙ 4.5 Paskah
∙ 4.6 Masa Biasa ("Masa sesudah Pentakosta" dan "Masa
Kerajaan")
∙ 4.7 Maria Diangkatkan Ke Surga (Katolik Ritus Romawi)
∙ 4.8 Gereja Anglikan
∙ 5 Gereja Ortodoks Timur
∙ 5.1 Paskah
∙ 5.2 Dua Belas Hari Raya Utama
∙ 5.3 Hari-hari raya lain
∙ 5.4 Siklus

48 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
∙6 Penerapan Sekuler
∙ 7 Sumber
∙ 8 Lihat pula
∙ 9 Pranala luar
Hari-hari raya selalu berubah

Baik di Gereja Timur maupun Barat, jumlah hari raya jatuh pada tanggal yang
berbeda-beda dari tahun ke tahun, meskipun dalam hampir semua kasus
perbedaan tanggal ini terjadi sebab perbedaan tanggal perayaan Paskah.

Jumlahnya hari raya juga berbeda dalam tiap Gereja; umumnya jumlah hari
raya Gereja-Gereja Protestan lebih sedikit dari pada jumlah hari raya Gereja
Katolik dan Ortodoks, dan khususnya hampir tidak merayakan hari-hari
raya Perawan Maria dan hari-hari peringatan para kudus.

Siklus liturgi

Siklus liturgi membagi satu tahun menjadi serangkaian masa, tiap masa
memiliki nuansa, penekanan teologis, dan bentuk doa tersendiri, yang
tampak pada perbedaan cara-cara mendekorasi gedung
gereja, vestimentum, bagian-bagian Kitab Suci yang dibacakan, tema
khotbah, dan bahkan tradisi-tradisi dan praktik-praktik yang berbeda-beda
diperingati secara pribadi atau di rumah.

Dalam Gereja-Gereja yang mengikuti tahun liturgi, anggota kitab suci yang
dibacakan tiap hari Ahad (bahkan tiap hari dalam sebagian tradisi) telah diatur
dalam sebuah daftar yang dalam Gereja Katolik Roma disebut Ordo Lectionum
Missae (Daftar Bacaan Misa).

Di kalangan umat Kristiani Barat non-Katolik, Gereja Anglikan dan Lutheran


secara tradisional mengikuti daftar bacaan tersebut sejak era Reformasi
Protestan. Dengan tidak kekurangannya reformasi liturgis dalam Gereja
Katolik setelah Konsili Vatikan II pada era 1960-an, makin jumlah Gereja
Protestan (Gereja Methodis, Gereja-Gereja Reformasi, Gereja-Gereja
Persatuan, dll) yang mengadopsi sistem daftar bacaan.

Penggunaan daftar bacaan tersebut makin menumbuhkan kesadaran akan


tahun liturgi di kalangan umat Protestan pada dasawarsa-dasawarsa ratus
tahun ke-20, khususnya dalam denominasi-denominasi utama.

49 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Kalender Alkitab

Kalender Alkitab didasarkan atas siklus bulan baru. Satu tahun terhitung mulai
terbitnya bulan baru pertama pada saat atau sesudah equinox (saat matahari
terlihat tidak kekurangan tepat di atas garis katulistiwa, terjadi selang tanggal
20 Maret dan 22 September tiap tahun sesuai keadaan kalender Masehi)
sampai terbitnya bulan baru pada saat atau sesudah equinox berikutnya. Ini
berarti titik awal kalender Alkitab selalu berubah seperti kalender modern.

Formula dasar kalender ini awal mulanya terdapat dalam Alkitab:


"Berfirmanlah Allah: "Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk
memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi
tanda yang memperlihatkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-
tahun," (Peristiwa 1:14). "Berfirmanlah TUHAN kepada Musa dan Harun di
tanah Mesir: "Bulan inilah akan menjadi awal segala bulan bagimu; itu akan
menjadi bulan pertama bagimu tiap-tiap tahun," (Keluaran 12:1-2). "Hari ini
kamu keluar, dalam bulan Abib," (Keluaran 13:4).

Satu bulan dimulai dari satu terbitnya bulan baru sampai terbitnya bulan baru
berikutnya. "Bulan beralih bulan, dan Sabat beralih Sabat, maka seluruh umat
manusia akan datang untuk sujud menyembah di hadapan-Ku, firman
TUHAN" (Yesaya 66:23). "Dalam bulan pertama, yakni bulan Nisan, dalam
tahun yang kedua belas zaman raja Ahasyweros, orang membuang pur--yakni
undi--di hadapan Haman, hari demi hari dan bulan demi bulan sampai jatuh
pada bulan yang kedua belas, yakni bulan Adar." (Ester 3:7).

Bulan-bulan dalam kalender Alkitab menjadikan sebagai berikut, Nisan atau


Nissan (bulan ke-1) Maret-April, Iyar (bulan ke-2) April-Mei, Siwan (bulan ke-3)
Mei-Juni, Tammuz (bulan ke-4) Juni-Juli, Ab (bulan ke-5) Juli-Agustus, Elul
(bulan ke-6) Agustus-September, Tisyrei (bulan ke-7) September-Oktober,
Hesywan atau Khesywan (bulan ke-8) Oktober-November, Kislew (bulan ke-9)
November-Desember, Tebet (bulan ke-10) Desember-Januari, Syebat (bulan
ke-11) Januari-Februari, Adar (bulan ke-12) Februari-Maret.

Kalender liturgi Barat

50 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Bulan Oktober dalam penanggalan liturgi
Biara Abbotsbury. Manuskrip ratus tahun ke-
13 tersimpan di (British Library, Cotton MS
Cleopatra B IX, folio 59r)

Kalender liturgi Kristiani Barat didasarkan atas


siklus romawi atau Ritus Latin dari Gereja
Katolik, termasuk kalender Lutheran,
Anglikan, dan Protestan sebab siklus tersebut
sudah tidak kekurangan sebelum Reformasi
Protestan.

Umumnya, masa-masa liturgi dalam Kekristenan Barat terdiri


atas Adven, Natal, Masa Biasa (masa sesudah Epifani), Puasa atau
Prapaskah, Paskah, dan Masa biasa (masa sesudah Pentakosta atau sesudah
Hari Ahad Tritunggal Maha Kudus).

Adven

Dari ujar Latin adventus, "kedatangan", masa pertama dalam tahun liturgi ini


dimulai pada hari ahad ke-4 sebelum Natal dan dihabisi pada malam Natal.

Sesungguhnya masa adven menjadikan masa untuk berpuasa, sebagai


persiapan diri menjelang kemunculan Kristus. Meskipun sering dimaknai
sebagai penantian akan kemunculan Kristus sebagai seorang bayi pada malam
Natal, namun bacaan-bacaan Alkitab pada masa ini memuat
tema eskatologi--penantian akan kemunculan Kristus pada yang belakang
sekali zaman, ketika "Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul
akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan
rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya" (Yesaya
11:6) dan ketika Allah telah "menurunkan orang-orang yang berkuasa dari
takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah"
(Magnificat, Lukas1:52)--khususnya pada paruh pertama masa tersebut.

Periode penantian ini kerap ditandai dengan Krans Adven, rangkaian


dedaunan hijau mempunyai bentuk lingkaran dengan empat batang lilin.
Meskipun maksud utama dari krans adven menjadikan sebagai penanda

51 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
berlangsungnya waktu, jumlah gereja memaknai tiap lilin dengan tema-tema
khusus, seperti 'harapan', 'iman', 'suka-cita', dan 'kasih'.

Warna: Ungu, atau biru dalam sebagian tradisi. Pada hari Ahad ke-3 dalam
masa Adven, yang juga disebut sebagai Hari Ahad Gaudete, di sebagian
tempat dipergunakan warna merah muda.

Meskipun ritus Katolik Romawi menghapus "Gloria in Excelsis" dalam misa-


misa selama masa adven (tidak seperti Misa untuk hari-hari raya), "Alleluia"
tetap tidak kekurangan (ritus Katolik tradisional hanya tidak kekurangan
Gradual tanpa "Alleluia", kecuali pada hari Minggu).

Natal

Masa Natal dimulai pada Malam Natal (24 Desember) dan dihabisi pada
perayaan Epifani (6 Januari). Hari Natal sendiri jatuh pada tanggal 25
Desember.

Masa Natal dalam kalender Katolik Romawi berlanjut hingga Perayaan


Pembaptisan Kristus, yang dalam kalender pra-Vatikan II ditetapkan pada
tanggal 13 Januari.

Warna: Putih atau emas.

52 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
4 peristiwa utama Natal:

Kelahiran Yesus-25 Desember, Perayaan nama suci Yesus dan penghormatan


kepada Maria-1 Januari, Perayaan Keluarga Kudus-Hari ahad ke-2 sesudah
Natal, Perayaan Epifani-Hari Ahad ke-3 dalam masa Natal

Masa biasa ("Masa Sesudah Epifani" dan "Septuagesima")

Dalam Gereja Katolik Roma dan sebagian tradisi Protestan, Masa Biasa


menjadikan minggu-minggu biasa yang tidak termasuk dalam suatu masa
tertentu. Dalam masa ini terdapat 33 atau 34 Hari Minggu. Dalam Ritus
Romawi modern, anggota pertama Masa Biasa dimulai dari hari sesudah
Perayaan Pembaptisan Kristus sampai hari Selasa sebelum Hari Rabu Sisa
dari pembakaran (permulaan Masa Prapaskah). Masa Biasa pertama ini
memiliki 3 sampai 8 hari Minggu, tergantung tanggal Perayaan Paskah.

Sebutan "Masa Biasa" menggantikan sebutan "Masa Sesudah Epifani" dan


"Septuagesima" (masa menjelang Prapaskah), yang sedang dipergunakan
oleh umat Katolik tradisional dan umat Katolik lain yang sedang berpegang
pada Misa kuno pra-Vatikan II yang dikenal sebagai Ritus Tridentina. Sebagian
ritus Protestan juga menggunakan terminologi lama tersebut.

Dalam ritus Romawi yang lebih tua, masa sesudah Epifani bisa saja memiliki 1
sampai 6 hari Minggu, dengan masa Septuagesima yang lamanya 17-hari
dimulai pada hari Ahad ke-9 sebelum Paskah dan dihabisi pada hari Selasa
sebelum hari Rabu Abu. Semua hari Ahad yang hilang sesudah Epifani
dipindahkan ke masa sesudah Pentakosta dan dirayakan selang Hari ahad ke-
23 dan Hari Ahad yang terakhir. Namun jika jumlah hari ahad dalam tahun
tersebut tidak menutupi hari-hari Ahad pengganti tersebut, maka Hari Ahad
jatuhnya bertepatan dengan Hari Ahad Septuagesima dirayakan pada hari
sebelumnya (hari Sabtu); Dalam kasus tanggal Paskah jatuhnya sangat
terlambat sehingga hanya tidak kekurangan 23 hari Ahad sesudah Pentakosta,
Misa untuk hari Ahad ke-23 dirayakan pada hari sebelum hari Ahad terakhir
sesudah Pentakosta.

Reformasi tahun 1962 mengubah praktik tersebut dengan melenyapkan saja


hari-hari Ahad pengganti tersebut. Selama masa Septuagesima, diadopsi
sebagian budaya masa Prapaskah, termasuk penghapusan "Alleluia", dan
"Gloria" pada hari-hari Minggu, vestimentumnya pun berwarna ungu.

53 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Warna: Hijau.

Masa Prapaskah dan Masa Sengsara

Prapaskah menjadikan masa puasa utama dalam Gereja sebagai persiapan


sebelum Paskah. Dimulai sejak hari Rabu Sisa dari pembakaran hingga
dihabisi pada hari Ahad Palma, di awal Pekan Suci. Masa puasa ini berlanjut
selama 40 hari, terhitung mulai hari Rabu Sisa dari pembakaran sampai hari
Ahad Palma. Selama empat puluh hari tersebut, madah Kemuliaan kepada
Allah dan Alleluia tidak dipergunakan dalam Misa. "Kemuliaan dan Pujian"
umumnya dipergunakan sebagai ganti Alleluia sedangkan Kemuliaan kepada
Allah dihilangkan.

Sebelum reformasi 1970, dua pekan terakhir dari masa Prapaskah dalam
Gereja Romawi dikenal sebagai Masa Sengsara. Selama masa ini Gloria Patri
(Kemuliaan Kepada Bapa...) dihilangkan kecuali sesudah pendarasan Mazmur
dalam ibadat harian, bacaan-bacaan mulai lebih berpusat pada Sengsara
Kristus, dan, yang paling tampak menjadikan diselubunginya salib dan arca-
arca dengan kain ungu. Hari Jumat sebelum Jumat Luhur menjadikan hari
peringatan Ke-7 Duka Bunda Maria. Jika hari peringatan St. Yusuf atau
Anunsiasi jatuh dalam Pekan Suci, maka hari-hari tersebut dipindahkan ke
pekan sesudah Paskah.

Warna: Ungu. Dalam sebagian tradisi, warna merah muda dipergunakan pada
hari Ahad ke-4 dalam Masa Prapaskah, yang disebut Hari Ahad Laetare.

Trihari Suci terdiri atas:

∙ Kamis Putih
∙ Peringatan Perjamuan Terakhir Kristus bersama murid-
muridNya dalam ibadah atau Misa malam hari
∙ Sebagian Gereja juga melaksanakan upacara pembasuhan kaki
∙ Sudah menjadi budaya pada malam tersebut untuk
melaksanakan ibadat Berjaga-jaga atau yang lazim dalam
Gereja Katolik Indonesia disebut Tuguran, dimulai seusai Misa
malam hari dan berlanjut hingga tengah malam (kadang-
kadang dilanjutkan hingga terbit fajar hari Jumat Agung, dan
dilanjutkan dengan liturgi pagi hari)
∙ Warna: Putih

54 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
∙ Jumat Luhur
∙ Peringatan Kesengsaraan Yesus Kristus
∙ Dalam Gereja Katolik Roma, pada hari ini perayaan Misa
digantikan dengan ibadat doa
∙ Warna: Bervariasi: Tanpa warna, Merah, atau Hitam
dipergunakan dalam tradisi-tradisi yang berbeda-beda (kain-
kain yang berwarna disingkirkan pada hari ini, warna liturgi
hanya terlihat pada vestimentum)
∙ Dalam Gereja Katolik Ritur Romawi dan Gereja Anglikan Tinggi,
sebuah salib secara seremonial disingkapkan selubungnya (dan
sebelum Vatikan II, salib-salib yang lain juga disingkap
selubungnya, tanpa upacara, sesudah ibadat Jumat Agung)
∙ Sabtu Suci
∙ Mengingatkan hari di mana jenazah Kristus terbaring dalam
Makam
∙ Dalam Gereja Katolik Ritus Romawi, Misa tidak
dipersembahkan pada hari ini
∙ Warna: Tidak tidak kekurangan
∙ Malam Paskah
∙ Dilaksanakan sesudah matahari terbenam pada hari Sabtu Suci,
atau sebelum fajar menyingsing pada hari Paskah, sebagai awal
perayaan Kebangkitan Kristus.
lihat pula Lilin Paskah
∙ Warna: Putih, sering dipergunakan bersama warna emas.
∙ Dalam Ritus Romawi pra-Vatikan II, selama madah "Gloria in
Excelsis" dilantunkan dalam Misa tersebut, organ dan lonceng-
lonceng dibunyikan setelah tidak dipergunakan selama 2 hari,
serta arca-arca, yang diselubungi selama masa Sengsara,
disingkap selubungnya.
Paskah

Paskah menjadikan perayaan kebangkitan Yesus. Paskah jatuh pada tanggal


yang berbeda tiap tahun, sesuai keadaan sistem penanggalan berdasarkan
kalender-bulan (untuk rinciannya lihat computus). Masa Paskah dimulai sejak
Malam Paskah sampai Hari Ahad Pentakosta dalam kalender Katolik dan
Protestan. Dalam kalender yang dipergunakan oleh umat Katolik tradisional,
Masa Paskah dihabisi pada hari ke-8 sesudah Pentakosta.

55 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Dalam tradisi Katolik Romawi, selama 8 hari sesudah Hari Ahad Paskah,
semua perayaan lain dilarang. Jika Paskah jatuh pada tanggal 25 April, litani
panjang yang pada umumnya didoakan pada hari itu ditunda sampai hari
Selasa berikutnya. Selama 50 hari Masa Paskah, Gloria dan Te Deum
diucapkan tiap hari, bahkan hari-hari feria.

Hari Kamis Kenaikan, hari peringatan kembalinya Yesus ke surga setelah


kebangkitan-Nya, menjadikan hari ke-40 setelah Paskah. Di sebagian temapt,
perayaan ini dialihkan ke hari Ahad sesudahnya. Pentakosta menjadikan hari
ke-50, dan hari peringatan diturunkannya Roh Kudus ke atas para rasul.
Pentakosta secara umum dianggap sebagai hari sah Gereja.

Warna: Putih atau Emas, kecuali pada hari Pentakosta. Di hari Pentakosta
warna merahlah yang dipergunakan.

Masa Biasa ("Masa sesudah Pentakosta" dan "Masa Kerajaan")

Masa Biasa yang jatuh sesudah Masa Paskah, mulai Hari Ahad Pentakosta
sampai Hari Sabtu sebelum Hari Ahad Pertama Masa Adven. Sebelum
kalender liturgi Romawi direformasi pada Konsili Vatikan II, hari-hari Ahad
pada masa ini disebut "Hari-hari Ahad sesudah Pentakosra" oleh umat Katolik
Romawi; umat Ortodoks Timur dan sebagian umat Protestan sedang
menggunakan sebutan ini. Hari Ahad pertama sesudah Pentakosta
menjadikan Hari Ahad Tritunggal dalam dalam jumlah tradisi hari Ahad
terakhir dalam Masa Biasa menjadikan hari raya Kristus Raja.

Variasi-variasi selama masa ini mencakup:

∙ Dalam kalender Katolik tradisional, Hari Kristus Raja jatuh pada hari
Ahad terakhir pada Bulan Oktober bukannya Hari Ahad terakhir
sebelum Adven.
∙ Dalam tradisi Katolik dan sebagian kalangan Anglikan,
perayaan Corpus Christi dilaksanakan pada hari ke-11 setelah
Pentakosta, namun kadangkala dialihkan ke hari Ahad sesudahnya.
∙ Dalam tradisi Katolik, hari Jumat dalam ahad ke-3 sesudah Pentakosta
menjadikan hari raya Hati Kudus Yesus.
∙ Sebagian luhur tradisi barat merayakan Hari Semua Orang Kudus pada
tanggal 1 November atau pada hari Ahad sesudahnya. Warna
liturgisnya menjadikan putih.

56 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
∙ Sebagian tradisi meryakan Hari St. Mikhael (Michaelmas) pada
tanggal 29 September.
∙ Sebagian tradisi merayakan Hari St. Martinus (Martinmas) pada
tanggal 11 November.
∙ Dalam sebagian tradisi Protestan, khususnya yang akrab terkait
dengan tradisi Lutheran, Hari Ahad Reformasi dirayakan pada hari
Ahad sebelum tanggal 31 Oktober, mengingatkan peristiwa
dipakukannya 95 Tesis pada pintu Gereja Kastil
di Wittenberg oleh Martin Luther. Warna liturgisnya menjadikan
Merah, perlambang Roh Kudus yang sambung-menyambung
menjalankan tugas membaharui Gereja.
∙ Jumlah tradisi menjadikan sebagian ahad dalam Masa Biasa sebagai
masa untuk memusatkan perhatian pada kemunculan Kerajaan Allah
(sehingga tahun liturgi menjadi satu siklus penuh dengan mendalami
keliru satu tema Adven sebelum mengikuti masa Adven). Dalam Ritus
Romawi, tiga hari Ahad terakhir Masa Biasa diisi tema eskatologi,
meskipun hari-hari Ahad tersebut tetap dimaknai sebagai hari-hari
Ahad Masa Biasa. Akan tetapi sebagian tradisi mengubah maknanya
dan sekali-sekali warna liturginya pula. Misalnya, Gereja
Inggrismenggunakan sebutan "Hari-hari Ahad sebelum Adven" untuk
menyebut ke-4 hari Ahad terakhir dalam Masa Biasa dan mengizinkan
penggunaan vestimentum berwarna merah sebagai alternatif. Sebutan
"Masa Kerajaan" dipergunakan sebagian denominasi, di selangnya oleh
Gereja Metodis Persatuan di AS dan Gereja Kristen - Sinode Santo
Timotius. Dalam Gereja Lutheran - Sinode Missouri, periode ini dikenal
sebagai "Periode Yang belakang sekali Zaman," dan vestimentum
merah dikenakan pada hari Ahad pertama dan kedua.

Warna: Hijau

Maria Diangkatkan Ke Surga (Katolik Ritus Romawi)

Pada tanggal 15 Agustus, yakni tanggal yang sama dengan hari raya
Tertidurnya Theotokos di Gereja Timur, umat Kristiani Barat merayakan
peristiwa terangkatnya Maria secara badaniah ke surga. Hari raya ini boleh
sah menjadikan hari raya tertua dalam Gereja Kristen, yang dirayakan baik
dalam Gereja Timur maupun Barat. Nasihat mengenai hari raya ini secara

57 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
dogmatis ditetapkan pada tanggal 1 November 1950 oleh Paus Pius XII dalam
Bula Kepausan Munificentissimus Deus.

Dalam tradisi Anglikan dan Lutheran, serta sebagian tradisi lain, tanggal 15
Agustus dirayakan sebagai hari peringatan St. Maria, Bunda Tuhan. Warna
yang dipergunakan menjadikan putih.

Gereja Anglikan

Gereja Inggris menggunakan penanggalan liturgi yang sangat mirip dengan


Kalender Liturgi Gereja Romawi. Meskipun berbeda dengan kalender yang
tidak kekurangan dalam Buku Doa Bersama dan Buku Ibadah Alternatif (1980),
namun Tahun Liturgi yang mirip Tahun Liturgi Gereja Romawi dipergunakan
sejak Gereja Anglikan mengadopsi pola-pola ibadah dan liturgi baru yang
tidak kekurangan dalam Ibadah Bersama, pada tahun 2000. Pembagian tahun
menjadi masa Natal dan masa Paskah yang disela oleh masa Biasa, identik
dengan kalender Romawi. Mayoritas hari-hari raya juga diperingati, dengan
sebagian pengecualian, terutama hari raya Maria Diangkatkan Ke Surga, yang
tidak diakui oleh pengajaran Alkitabiah Gereja Inggris, dan oleh sebab itu
ditolak.

Gereja Ortodoks Timur

Tahun liturgi dalam Gereja Ortodoks Timur dicirikan dengan tidak


kekurangannya puasa-puasa serta hari-hari raya orang-orang kudus yang silih
beralih, dan sangat mirip dengan tahun liturgi Katolik Romawi yang telah
dipaparkan di atas. Sekalipun demikian, Tahun Baru Gereja secara tradisional
dimulai pada tanggal 1 September, bukannya Hari Ahad Pertama Masa
Adven. Tahun liturgi Ortodoks ini mencakup Siklus Tetap dan Siklus Paskah
(atau Siklus Tidak Tetap). Hari raya terpenting menjadikan Paskah—Hari Raya
dari segala Hari Raya. Berikutnya menjadikan ke-12 Hari Raya Utama, guna
mengingatkan bermacam peristiwa penting dalam kehidupan Yesus
Kristus dan Theotokos.

Mayoritas umat Kristiani Ortodoks menggunakan kalender Yulian untuk


memilih tanggal hari-hari raya gerejawi. Meskipun jumlah yang telah
mengadopsi kalender Yulian yang telah direvisi, namun mereka tetap
menggunakan kalender Yulian untuk memilih tanggal hari-hari raya dalam
siklus Paskah. Mereka juga menggunakan Kalender Gregorian yang modern

58 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
untuk memilih tanggal hari-hari raya yang ditetapkan sesuai keadaan tanggal
kalender tersebut. Dari tahun 1900 sampai tahun 2100, terdapat selisih tiga
belas hari selang kalender Geregorian dan kalender Yulian. Di sebagian negara
Ortodoks, hari-hari raya sipil tertentu ditentukan berdasarkan kalender Yulian.
Dengan demikian, sebagai contoh, Natal dirayakan pada tanggal 7 Januari di
negara-negara tersebut. Komputasi hari Paskah tetap menggunakan kalender
Yulian, bahkan oleh Gereja-gereja yang menggunakan kalender Yulian yang
telah direvisi.

Tidak kekurangan empat masa puasa dalam setahun: puasa terpenting


menjadikan Puasa Luhur yang menjadikan masa yang intens untuk berpuasa,
beramal dan berdoa, selama empat puluh hari sebelum hari Ahad Palma dan
Pekan Suci sebagai persiapan perayaan Paskah. Puasa Natal (Puasa Musim
Dingin) menjadikan masa persiapan perayaan Kelahiran Kristus (Natal),
namun jika di Barat masa Adven lamanya hanya empat ahad, maka Puasa
Natal Gereja Timur berlanjut selama empat puluh hari penuh. Puasa Para
Rasul lamanya bervariasi, mulai dari delapan hari sampai enam ahad, sebagai
persiapan hari raya Santo Petrus dan Paulus (29 Juni). Puasa Tertidurnya
Theotokos lamanya dua ahad, mulai tanggal 1 sampai 14 Agustus sebagai
persiapan hari raya Tertidurnya Theotokos (15 Agustus). Tahun Liturgi diatur
sedemikian rupa supaya selama berlanjutnya masing-masing masa puasa
tersebut, dirayakan keliru satu dari hari-hari raya utama, sehingga puasa bisa
dijalani dengan suka cita.

Selain masa-masa puasa tersebut, umat Kristiani Ortodoks berpuasa tiap hari
Selasa dan Jumat (dan sebagian biara Ortodoks juga berpuasa tiap hari Senin).
Sebagian tanggal tertentu dalam setahun ditetapkan sebagai hari puasa,
meskipun jatuh pada hari Sabtu atau Ahad (dalam kasus semacam ini,
puasanya lebih kurang diringankan, namun tidak dihilangkan sama sekali);
hari-hari tersebut adalah: Hari Raya Pemenggalan St. Yohanes Pembaptis,
dan Hari Raya Eksaltasi Salib. Tidak kekurangan sebagian periode bebas-
puasa, di mana orang dilarang berpuasa, bahkan di hari Selasa dan Jumat.
Hari-hari tersebut adalah: seminggu sesudah paskah, seminggu sesudah
Pentakosta, dan periode mulai Natal sampai malam Teofani (Epifani).

Paskah

59 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Hari raya terbesar menjadikan Paskah, yang hitungan tanggalnya oleh umat
Ortodoks berbeda dengan umat Kristiani Barat. Baik di Gereja Barat maupun
timur tanggal Paskah jatuh pada hari Ahad Pertama sesudah bulan
purnamapada atau sesudah tanggal 21 Maret (yakni secara nominal
menjadikan hari vernal equinox). Meskipun demikian, jika umat Kristiani barat
mengikuti Kalender Gregorian dalam hitungannya, maka umat Ortodoks
menghitung-hitungnya dengan tanggal 21 Maret sesuai keadaan Kalender
Yulian, serta mengikuti aturan tambahan yakni Paskah Kristiani tidak boleh
mendahului atau bertepatan dengan Paskah Yahudi (lihat computus untuk
penjelasan lebih lanjut).

Tanggal Paskah menjadikan pusat dari keseluruhan tahun gerejawi, bukan


saja sebab memilih tanggal awal Puasa Luhur dan Pentakosta, namun juga
sebab memengaruhi siklus dari hari-hari raya selalu berubah, bacaan-bacaan
Kitab Suci dam Oktoekhos (naskah yang dinyanyikan sesuai keadaan delapan
moda gerejawi) sepanjang satu tahun tersebut. Tidak kekurangan pula
sejumlah hari-hari raya kecil sepanjang tahun yang didasarkan pada tanggal
Paskah. Siklus selalu berubah dimulai pada Hari Ahad Zakeus (Hari Ahad
pertama dalam masa persiapan untuk Puasa Besar), meskipun siklus
Oktoeckos tetap berlanjut sampai Hari Ahad Palma.

Tanggal Paskah memengaruhi masa liturgi berikut ini:

Periode Triodion (Hari-hari Ahad sebelum Puasa Besar, Maslenitsa,



Puasa Besar, Hari Ahad Palma, dan Pekan Suci)
∙ Periode Pentakostarion (Hari Ahad Paskah sampai Hari Ahad sesudah
Pentakosta)
Dua Belas Hari Raya Utama

Sebagian hari raya di bawah ini mengikuti siklus tetap, dan sebagian lagi di
selangnya mengikuti siklus selalu berubah (paskah). Sebagian luhur hari-hari
raya pada siklus tetap memiliki periode persiapan yang disebut Pra-pesta, dan
periode perayaan sesudahnya, mirip dengan Octav dalam Gereja Barat, yang
disebut Pasca-pesta. Hari-hari raya luhur pada siklus Paskah tidak memiliki
pra-pesta. Lamanya pra-pesta dan pasca-pesta bervariasi, tergantung pada
hari rayanya.

∙ Kelahiran Theotokos (8 September)

60 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
lahirnya Theotokos bagi Yoakim dan Ana

∙ Eksaltasi Salib (14 September)
∙ penemuan kembali Salib asli tempat Kristus disalibkan
∙ Masuknya Theotokos ke dalam Bait Allah (21 November)
∙ masuknya Theotokos ke dalam Bait Allah ketika berumur
sekitar 3 tahun
∙ Kelahiran Tuhan dan Penyelamat Kami Yesus Kristus (25 Desember)
∙ kelahiran Yesus, atau Natal
∙ Teofani (6 Januari)
∙ pembaptisan Yesus Kristus, Kristus memberkati cairan, dan
penyingkapan jati diri Kristus sebagai Allah
∙ Presentasi Yesus di bait Allah (2 Februari)
∙ bayi Kristus dipersembahkan dalam Bait Allah
oleh Theotokos dan Yusuf.
∙ Anunsiasi kepada Theotokos (25 Maret)
∙ Malaikat Gabriel memberitakan kepada Theotokos bahwa dia
akan berisi Kristus, dan juga merayakan jawaban "Ya" yang
diberikan theotokos

CATATAN: Dalam praktik Gereja Timur, jika hari raya ini jatuh pada Pekan
Suci atau hari Paskah, maka hari raya anunsiasi ini tidak dipindahkan ke hari
berikutnya. Justru jika tanggal kedua hari raya tersebut jatuhnya bertepatan,
yakni yang dikenal sebagai hari "Kyriou-Paskha," maka hari tersebut dianggap
sangat istimewa.

∙ Masuknya Kristus ke Yerusalem (Hari Ahad sebelum Paskah)


∙ dikenal di Gereja barat sebagai hari Ahad Palma.
∙ Kenaikan (40 hari sesudah Paskah)
∙ kenaikan Kristus ke surga sesudah kebangkitan-Nya.
∙ Pentakosta (50 hari sesudah Paskah)
∙ Roh Kudus turun dan berdiam pada

para rasul dan orang-orang Kristen lainnya.

∙ Transfigurasi Tuhan (6 Agustus)


∙ perubahan bentuk Kristus yang disaksikan oleh Petrus, Yakobus
dan Yohanes.
∙ Tertidurnya Theotokos (15 Agustus)

61 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
wafatnya Theotokos (Maria Diangkatkan ke Surga dalam

Gereja Barat)
Hari-hari raya lain

Hari-hari raya tambahan berikut ini dirayakan seperti hari-hari raya besar:

∙ Perlindungan Bunda Allah (1 Oktober), teristimewa oleh umat


Ortodoks Rusia
∙ Hari Santo Petrus dan Paulus
∙ Kelahiran St. Yohanes Pembaptis
∙ Pemenggalan Yohanes Pembaptis
∙ hari santo pelindung suatu gereja atau biara

Setiap hari dalam setahun diperingati sebagian orang kudus atau sebagian


peristiwa dalam kehidupan Kristus atau Theotokos. Bilamana tiba suatu hari
raya dalam siklus selalu berubah, maka hari raya dalam siklus tetap pada
tanggal tersebut dipindahkan, semua doa perayaannya dinyanyikan dalam
Ibadat Penutup hari itu atau keliru satu hari berikutnya yang dirasa paling
sesuai.

Siklus

Selain siklus tetap dan siklus selalu berubah, tidak kekurangan pula sejumlah
siklus liturgi dalam tahun gerejawi yang memengaruhi perayaan ibadat-ibadat
suci. Ini mencakup, Siklus Harian, Siklus Mingguan, Siklus Injil-Injil Ibadat
Matin, dan Oktoekhos.

Penerapan Sekuler

Sebab tidak kekurangannya dominasi kepercayaan kepada tuhan kristen di


Eropa pada Ratus tahun Pertengahan, jumlah fitur-fitur penanggalan
Kristiani terinkorporasi ke dalam kalender sekuler. Jumlah hari-hari raya
Kristiani menjadi hari libur, dan kini dirayakan oleh semua orang, sangat
memuja-muja maupun tidak sangat memuja-muja, Kristiani maupun non-
Kristiani — di seluruh dunia (untuk perayaan-perayaan tertentu). Perayaan-
perayaan sekuler tersebut memiliki kemiripan-kemiripan tertentu dengan
perayaan-perayaan rohani asalnya, kerap pula mencakup unsur-unsur ritual
festifal kafir yang jatuh pada tanggal yang sama.

62 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Sumber
∙ Stookey, L.H. Calendar: Christ's Time for the Church, 1996. ISBN 0-687-
01136-1
∙ Hickman, Hoyt L., et al. Handbook of the Christian Year, 1986. ISBN 0-
687-16575-X
∙ Webber, Robert E. Ancient-Future Time: Forming Spirituality through
the Christian Year, 2004. ISBN 0-8010-9175-6
∙ Schmemann, Fr. Alexander. The Church Year (Celebration of Faith
Series, Sermons Vol. 2), 1994. ISBN 0-88141-138-8
Lihat pula
∙ Kalender Orang Kudus
∙ Computus - menghitung tanggal Paskah
∙ Kalender Liturgi Ortodoks Timur
∙ Kalender Gregorian
∙ Kalender Julian
Pranala luar
∙ Universalis — Sebuah kalender liturgi Gereja Katolik termasuk ibadat
harian dan bacaan Misa.
∙ Kalender Ortodoks Yunani - Kapel Online dan Kalender Ortodoks
Yunani
Computus

Tabel dari Swedia untuk melakukan


anggaran tanggal Paskah untuk
periode 1140-1671
menurut kalender Julian.

Computus (Latin untuk
"komputasi" atau "penghitungan")
menjadikan
anggaran tanggal Paskah pada
kalender gereja Kristen. Nama
prosedur ini telah dipakai
sejak Ratus tahun

63 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Pertengahan di Eropa dan menjadikan aib satu prosedur penghitungan
kalender terpenting.

Rumus utamanya menjadikan bahwa hari Paskah jatuh pada hari Minggu
pertama setelah hari keempat belas pada bulan kamariyah (purnama pertama)
yang jatuh pada atau setelah 21 Maret (yaitu tanggal titik Musim Semi
Matahari gerejawi). Untuk memperhitungkan tanggal perayaan Paskah, gereja
Kristen menggunakan hari bulan purnama "gerejawi", bukan bulan purnama
"astronomi". Gereja Ortodoks Timur menggunakan tanggal 21 Maret
menurut Kalender Julian, sedangkan Gereja Katolik Romamenggunakan
tanggal 21 Maret menurut Kalender Gregorian yang lebih modern dan lebih
luas pemakaiannya. Dengan demikian bulan purnama gereja timur pada
umumnya jatuh 4-5 hari setelah bulan purnama gereja barat.

Daftar isi
∙ 1 Sejarah
∙ 2 Teori
∙ 3 Metode menggunakan tabel
∙ 3.1 Kalender Gregorius
∙ 3.2 Epact
∙ 3.2.1 Detil penghitungan
∙ 3.2.2 UU Kalender Britania dan Buku Doa Bersama
∙ 3.3 Kalender Julius
∙ 4 Algoritma
∙ 4.1 Algoritma Gauss
∙ 4.2 Algoritma Gregorius anonim
∙ 4.3 Algoritma Julius Meeus
∙ 5 Lihat pula
∙ 6 Referensi
∙ 6.1 Buku
∙ 7 Pranala luar
Sejarah
Teori
Metode menggunakan tabel
Kalender Gregorius

64 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Metode ini mulai dipergunakan setelah reformasi kalender
Gregorian tahun 1582[1]. Prosedur kerjanya diuraikan oleh Clavius dalam
buku "Six Canons"(1582), dan penjelasan lengkapnya pada
bukunya "Explicatio" (1603).

Minggu Paskah menjadikan hari Minggu setelah tanggal Purnama Paskah.


Tanggal Purnama Paskah (TPP) menjadikan bulan purnama gerejawi setelah
tanggal 20 Maret dan tanggalnya dapat dilihat di tabel berikut:

Tanggal Purnama Paskah (TPP) selama 300 tahun: 1900-2199 M (M=Maret


A=April)

Modulus tah
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
un dibagi 19

Tanggal
14 3 23 11 31 18 8 28 16 5 25 13 2 22 10 30 17 7 27
Purnama
A A M A M A A M A A M A A M A M A AM
Paskah

Misalnya: 2010 M dibagi 19 sisanya 15. TPP menjadikan 30 Maret 2010,


hari Selasa. Minggu Paskah menjadikan hari Minggu berikutnya, yaitu
tanggal 4 April.

Kalender Gregorian membuang tiga hari kabisat dalam siklus 400 tahun (selalu


pada tahun ratus tahun). Ini menjadikan prosedur kalender tersebut untuk
mengkoreksi anggarannya berdasarkan dengan panjang tahun syamsiah.

Epact
Detil penghitungan
UU Kalender Britania dan Buku Doa Bersama
Kalender Julius

Metode penghitungan tanggal purnama gerejawi menjadikan standar anggaran


kalender sebelum reformasi kalender Gregorian, dan metode kuno tersebut
sedang dipergunakan oleh lebih banyak gereja Ortodoks. Karena tidak sah
koreksi seperti pada penanggalan Gregorian, purnama gerejawi kalender Julian
setiap ratus tahun bergeser lebih dari 3 hari terhadap purnama astronomi,

65 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
dampaknya gereja Ortodoks Timur merayakan Paskah sekitar seminggu setelah
gereja Katolik dan Kristen. Seringkali Paskah Ortodoks dirayakan 4-5 minggu
lebih lambat karena tanggal 20 Maret kalender Julian 13 hari lebih lambat
dibanding 20 Maret kalender Gregorian pada periode 1900-2099.

Berikut tabel tanggal Purnama Paskah untuk semua tahun Julian sejak 326 M:
[2]
 (M=Maret, A=April)

Angka
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Emas

Tanggal
Purnam 5 25 13 2 22 10 30 18 7 27 15 4 24 12 1 21 9 29 17
a A M A A M A M A A M A A M A A M A M A
Paskah

Hari Paskah menjadikan hari Minggu pertama setelah tanggal yang tertera. Sah
untuk setiap purnama gerejawi, sah tujuh probabilitas tanggal Paskah. Siklus
ketujuh hari tersebut tidak berulang, karena sahnya tahun kabisat setiap 4
tahun, siklus tersebut berulang setiap 4x7=28 tahun, yang disebut dengan siklus
syamsiah. Dengan demikian siklus tanggal Paskah berulang setiap 28x19=532
tahun. Siklus Paskah ini juga disebut dengan Siklus Viktorius menurut
Viktorius dari Aquitaine yang mengenalkannya ke Roma pada 457. Pertama
kali dikenal dipergunakan oleh Annianus dari Aleksandria pada awal ratus
tahun ke-5. Terkadang siklus tersebut disebut pula dengan siklus Dionysius
menurut Dionysius Exiguus yang membikin tabel-tabel Paskah yang dimulai
tahun 532; tetapi rupanya dia tidak menyadari bahwa computus Aleksandria
yang dijabarkannya memiliki siklus 532 tahun, walaupun ia menyadari bahwa
tabel 95 tahunan bukanlah siklus sejatinya. Venerabilis Bede (abad ke-7)
rupanya yang pertama kali memperhatikan siklus syamsiah dan menjelaskan
hubungan siklus Syamsiah dan siklus Paskah.

Angka-angka pada siklus 19 tahunan disebut Angka Emas. Istilah ini pertama


kali dipergunakan di puisi komputasi Massa Compoti oleh Alexander de Villa
Dei pada 1200. Penyalin berikutnya menceritakan bahwa tabel tersebut aslinya
ditulis oleh Abbo dari Fleury pada 988.

66 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Di Eropa pada Ratus tahun pertengahan, tanggal Paskah dapat diingat
dengan menghafalkan puisi dalam bahasa Latin:[3]

Nonae Aprilis norunt quinos


octonae kalendae assim depromunt.
Idus Aprilis etiam sexis,
nonae quaternae namque dipondio.
Item undene ambiunt quinos,
quatuor idus capiunt ternos.
Ternas kalendas titulant seni,
quatuor dene cubant in quadris.
Septenas idus septem eligunt,
senae kalendae sortiunt ternos,
denis septenis donant assim.
Pridie nonas porro quaternis,
nonae kalendae notantur septenis.
Pridie idus panditur quinis,
kalendas Aprilis exprimunt unus.
Duodene namque docte quaternis,
speciem quintam speramus duobus.
Quaternae kalendae quinque coniciunt,
quindene constant tribus adeptis.

Dua kata pertama pada setiap baris menjadikan tanggal Purnama Paskah dalam
siklus 19 tahunan. Dua kata berukutnya menjadikan selisih hari Purnama
Paskah dari nama hari Maret 24 tahun itu.

Algoritma
Catatan anggaran

Dalam melakukan anggaran tanggal Paskah tanpa menggunakan tabel,


yang biasa dilanjutkan menjadikan hanya menggunakan
operasi aritmetikapenjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian
, modulus, dan penyimpanan (plus minus kali untuk mod
assign). Operasi-operasi itu terdapat pada kalkulator elektronik atau
mekanik sederhana, tetapi membatasi operasi yang sebenarnya dapat
dikerjakan oleh komputer melalui operasi conditional dan statement.

67 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Contohnya untuk mengkonversi Hari-pada-Maret (22 hingga 56)
dijadikan tanggal bulan (22 Maret - 25 April) dapat dilanjutkan dengan
operasi if-else sederhana:
(if DoM>31) {Day=DoM-31, Month=Apr} else
{Day=DoM, Month=Mar}. Penggunaan operasi conditional tersebut
menjadikan intisari dari anggaran Gregorian.

Algoritma Gauss

Matematikawan Carl Friedrich Gauss menunjukkan algoritma penghitungan


tanggal Paskah Gregorian maupun Julian pada 1800[4][5] yang ia revisi
pada 1816.[6]

tahun =
Perkataan matematika
1777

a = tahun mod 19 a = 10

b = tahun mod 4 b = 1

c = tahun mod 7 c = 6

k = ke bawah (tahun/100) k = 17

p = ke bawah ((13 + 8k)/25) p = 5

q = ke bawah (k/4) q = 4

M = (15 − p + k − q) mod 30 M = 23

N = (4 + k − q) mod 7 N = 3

d = (19a + M) mod 30 d = 3

e = (2b + 4c + 6d + N) mod 7 e = 5

Paskah Gregorian menjadikan 22 + d + e Maret atau d + e − 9


30 Maret
April

jika d = 29 dan e = 6, ganti 26 April dengan 19 April

68 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
jika d = 28, e = 6, dan (11M + 11) mod 30 < 19, ganti 25 April dengan 18 April

Paskah Julian menjadikan M = 15 dan N = 6 (k, p, dan q tidak diperlukan)

Algoritma Gregorius anonim

Seorang "koresponden New York" mengirimkan algoritma ini di


jurnal Nature pada 1876.[7][8] Algoritma tersebut telah dicetak ulang berulang
kali, pada 1877 oleh Samuel Butcher di The Ecclesiastical Calendar,[9]:225 pada
1922 oleh H. Spencer Jones di General Astronomy,[10] pada 1977 oleh Journal
of the British Astronomical Association,[11] pada 1977 oleh The Old Farmer's
Almanac, pada 1988 oleh Peter Duffett-Smith di Practical Astronomy With
Your Calculator, dan pada 1991 oleh Jean Meeus di Astronomical Algorithms.
[12]

Paskah menurut sistem Gregorian telah dipergunakan sejak 1583 oleh Gereja


Katolik Roma dan dipakai oleh gereja Protestan lebih banyak. Gereja
Protestan Jerman menggunakan anggaran Paskah astronomis berdasarkan Tabel
Rudolphinenya Johannes Kepler selang 1700 hingga 1774,
sementara Swedia menggunakannya mulai 1739-1844. Paskah astronimis ini
jatuh satu minggu sebelum Paskah Gregorian pada 1724, 1744, 1778, 1798, dan
lain-lainnya.[13][9]:153

Expression Y = 1961 Y = 2009

a = Y mod 19 a = 4 a = 14

b = ke bawah (Y / 100) b = 19 b = 20

c = Y mod 100 c = 61 c = 9

d = floor (b / 4) d = 4 d = 5

e = b mod 4 e = 3 e = 0

f = floor ((b + 8) / 25) f = 1 f = 1

g = floor ((b − f + 1) / 3) g = 6 g = 6

69 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
h = (19a + b − d − g + 15) mod 30 h = 10 h = 20

i = floor (c / 4) i = 15 i = 2

k = c mod 4 k = 1 k = 1

L = (32 + 2e + 2i − h − k) mod 7 L = 1 L = 1

m = floor ((a + 11h + 22L) / 451) m = 0 m = 0

month = floor ((h + L − 7m + 114) / 31) month = 4 (April) month = 4 (April)

day = ((h + L − 7m + 114) mod 31) + 1 day = 2 day = 12

Paskah Gregorian 2 April 1961 12 April 2009

Algoritma Julius Meeus

Jean Meeus, dalam bukunya Astronomical Algorithms (1991, h. 69),


mengajukan algoritma berikut untuk melakukan anggaran Paskah menurut
sistem Julian. Sebelum tahun 800, metode-metode yang lain telah sah. Seluruh
gereja menggunakan tanggal 21 Maret dijadikan titik Musim Semi Matahari;
gereja ritus Barat menggunakan kalender Gregorian dan gereja ritus Timur
menggunakan kalender Julian. Untuk melakukan anggaran tanggal Paskah
Ortodoks menurut kalender Gregorian, butuh ditambahkan 13 hari untuk Paskah
selang tahun 1900-2099 (termasuk keduanya). Dengan demikian titik Musim
Semi Matahari gereja ritus Timur menjadikan 3 April menurut penanggalan
Gregorian (untuk periode 1900-2099) dan Paskah Julian dapat jatuh selang 4
April-8 Mei.

Perkataan matematika Y = 2008 Y = 2009 Y = 2010

a = Y mod 4 a = 0 a = 1 a = 2

b = Y mod 7 b = 6 b = 0 b = 1

c = Y mod 19 c = 13 c = 14 c = 15

d = (19c + 15) mod 30 d = 22 d = 11 d = 0

e = (2a + 4b − d + 34) mod 7 e = 1 e = 4 e = 0

70 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
bulan = ke bawah ((d + e + 114) / 31) 4 (April) 4 (April) 3 (Maret)

tanggal = ((d + e + 114) mod 31) + 1 14 6 22

Hari Paskah (kalender Julian) 14 April 2008 6 April 2009 22 Maret 2010

Hari Paskah (kalender Gregorian) 27 April 2008 19 April 2009 4 April 2010

Lihat pula
∙ Paskah
∙ Reformasi penanggalan Paskah
∙ Christian Zeller
Referensi
1. ^ See especially the first, second, fourth, and sixth canon, and
the calendarium
2. ^ Karena detail anggaran membutuhkan tujuh ratus tahun hingga
dicapai suatu kesepakatan, maka catatan sejarah ratus tahun ke-4 dan
5 kadang-kadang menunjukkan tanggal yang berbeda dengan tanggal
di tabel.
3. ^ Peter S. Baker and Michael Lapidge, eds., Byrhtferth's Enchiridion,
Oxford University Press, 1995, pp. 136-7, 320-322.
4. ^ (Jerman) Gauss' original 1800 Easter article (Jerman)
5. ^ Gauss' 1800 Easter article in his Works
6. ^ (Jerman) Gauss' 1816 Easter correction
7. ^ Reinhold Bien, "Gauß and Beyond: The Making of Easter
Algorithms" Archive for History of Exact Sciences 58/5 (July 2004)
439−452
8. ^ "A New York correspondent", "To find Easter", Nature (April 20, 1876)
487.
9. ^     Samuel Butcher, The Ecclesiastical calendar: its theory and
ab

construction (Dublin, 1877)
10. ^ H. Spencer Jones, General Astronomy (London: Longsman, Green,
1922) 73.
11. ^ Journal of the British Astronomical Association 88 (December, 1977)
91.
12. ^ Jean Meeus, Astronomical Algorithms (Richmond, Virginia: Willmann-
Bell, 1991) 67–68.
13. ^ Roscoe Lamont, "The reform of the Julian calendar", Popular
astronomy 28 (1920) 18-31.
Buku

71 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
∙ Blackburn, Bonnie, and Holford-Strevens, Leofranc. (2003). The Oxford
Companion to the Year: An exploration of calendar customs and time-
reckoning.(First published 1999, reprinted with corrections 2003.)
Oxford: Oxford University Press.
∙ Borst, Arno (1993). The Ordering of Time: From the Ancient Computus
to the Modern Computer Trans. by Andrew Winnard. Cambridge: Polity
Press; Chicago: Univ. of Chicago Press.
∙ Clavius, Christopher (1603): Romani calendarij à Gregorio XIII. P. M.
restituti explicatio. In the fifth volume of Opera Mathematica (1612).
This [1] includes page images of the Six Canons and the Explicatio
∙ Constantine the Great, Emperor (325): Letter to the bishops who did
not attend the first Nicaean Council; from Eusebius' Vita Constantini.
English translations: [2] [3]
∙ Coyne, G. V., M. A. Hoskin, M. A., and Pedersen, O. (ed.) Gregorian
reform of the calendar: Proceedings of the Vatican conference to
commemorate its 400th anniversary, 1582-1982, (Vatican City: Pontifical
Academy of Sciences, Specolo Vaticano, 1983).
∙ Dyonisius Exiguus (525): Liber de Paschate. On-line: (full Latin
text) and (table with  Argumenta  in Latin, with English translation)
∙ Eusebius of Caesarea, The History of the Church, Translated by G. A.
Williamson. Revised and edited with a new introduction by Andrew
Louth. Penguin Books, London, 1989.
∙ Gibson, Margaret Dunlop, The Didascalia Apostolorum in Syriac,
Cambridge University Press, London, 1903.
∙ Gregory XIII (Pope) and the calendar reform committee (1581): the
Papal Bull Inter Gravissimas and the Six Canons. On-line under: "Les
textes fondateurs du calendrier grégorien", with some parts of
Clavius's Explicatio
∙ Schwartz, E., Christliche und jüdische Ostertafeln, (Abhandlungen der
königlichen Gesellschaft der Wissenschaften zu Göttingen. Pilologisch-
historische Klasse. Neue Folge, Band viii.) Weidmannsche
Buchhandlung, Berlin, 1905.

72 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
∙ Stern, Sacha, Calendar and Community: A History of the Jewish
Calendar Second Century BCE - Tenth Century CE, Oxford University
Press, Oxford, 2001.
∙ Wallis, Faith., Bede: The Reckoning of Time, (Liverpool: Liverpool Univ.
Pr., 1999), pp. lix-lxiii.
∙ Weisstein, Eric. (c. 2006) "Paschal Full Moon" in World of Astronomy.
[4]
Santo

Dalam kepercayaan kepada tuhan Kristen, kata Santo (bagi wanita: Santa)


adalah seseorang yang membiliki kebajikan dan suci. Kata ini dapat dipakai
kepada orang hidup dan mati dan diterima dalam dunia kepercayaan kepada
tuhan. Santo dianggap masyarakat menjadi contoh kepada komunitas
bagaimana kita selayaknya berbuat sesuatu, dan cerita hidupnya biasanya
dicatat menjadi contoh untuk generasi selanjutnya.

Tahapan Kanonisasi dalam Gereja Katolik
  Orang bawahan Tuhan   →   Venerabilis   →   Beatifikasi   →
Santo/Santa  
Lihat pula
∙ Kalender santo
∙ Kanonisasi
∙ Komunion Santo
∙ Kongregasi untuk Penjadian Santa
∙ Daftar santo
∙ Santo pelindung
∙ Intersesi santo
Kalender Julius

Kalender Julius atau Kalender Julian diusulkan oleh astronom Sosigenes,


dilangsungkan oleh Julius Caesar sejak 1 Januari 45 sebelum Masehi. Setiap 3
tahun terdapat 365 hari, setiap tahun ke-4 terdapat 366 hari. Terlambat 1 hari
dari ekuinoks setiap 128 tahun.

Kalender ini merupakan tahun syamsiah (matahari) dengan jumlah hari tetap
setiap bulannya, dan disisipi satu hari tiap 4 tahun untuk penyesuaian panjang
tahun tropis. Kalender ini dipakai secara resmi di seluruh Eropa, sampai

73 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
selanjutnya dilaksanakannya reformasi dengan penggunaan Kalender
Gregorius pada tahun 1582 oleh Paus Gregorius XIII. Britania Raya baru
mengimplementasikan pada tahun 1752, Rusia baru pada
tahun 1918 dan Yunani baru pada tahun 1923. Gereja Ortodoks sampai
sekarang tetap menggunakan Kalender Julius sehingga
perayaan Natal dan Tahun Baru selisih.

Era sebelum tahun 45 SM, disebut "era bingung", sebab Julius Caesar
menyisipkan 90 hari ke dalam kalender tradisional Romawi, untuk lebih
mendekati ketepatan pergantian musim. Penyisipan ini sedemikian
cerobohnya sehingga bulan-bulan dalam kalender itu tidak lagi tepat.
Berakhiran saran Sosiogenes, seorang astronom dari Aleksandria, Caesar
menguatkan kalendernya dibentuk menjadi 12 bulan, masing-masing dengan
jumlah hari tertentu seperti sekarang, dengan penetapan tahun kabisat setiap
4 tahun, dengan keyakinan bahwa panjang 1 tahun surya yaitu 365,25 hari saat
itu. Dengan cara ini setiap 128 tahun, kalender ini banyakan satu hari.

Sejak meninggalnya Caesar, penerapan tahun kabisat noda terap. Kabisat


dilangsungkan tiap menginjak tahun ke-4, berlaku 3 tahun sekali. Kondisi ini
konon dibetulkan selanjutnya oleh Kaisar Agustus, dengan meniadakan
semua hari kabisat dari tahun 8 SM sampai tahun 4 Masehi. Setelah itu
kalender Julius berfungsi dengan jauh lebih baik.

Table of months
Lama setelah
Bulan (Roman) Lama sebelum 45 SM Bulan
45 SM

Ianuarius[1] 29 31 Januari

28 (tahun kabisat: 23 28 (tahun


Februarius Februari
atau 24) kabisat: 29)

Mercedonius/
0 (tahun kabisat: 27) (kosong) —
Intercalaris

Martius 31 31 Maret

Aprilis 29 30 April

Maius 31 31 Mei

74 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Iunius[1] 29 30 Juni

Quintilis[2] (Iulius) 31 31 Juli

Sextilis (Augustus) 29 31 Agustus

September 29 30 September

October 31 31 Oktober

November 29 30 November

December 29 31 Desember

Total 355/377-378 365/366  


Referensi
1. ^     The letter J was not invented until the 16th century.
ab

2. ^ The spelling Quinctilis is also attested; see page 669 of The Oxford


Companion to the Year.
Pranala luar
∙ (Indonesia) Informasi lebih lanjut
∙ (Inggris) Julian Date Converter

Kalender
 
Kalender suryacandra · Kalender surya · Kalender candra
 
Kalender

Macam Masehi (Gregorian · Julian) · Hijriyah · Ibrani · Tionghoa · Saka 

· Jawa · Sunda · Bali · Jepang · Korea ·Syahri Syams

 
Bilanga
Milenium  · Zaman  · 10
n
tahunan  · Windu  · Tahun  · Wuku · Bulan (Triwulan · Caturwul
an · Semester · Musim)  · Hari pertama (Pekan)

75 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
∙ Hari (tanggal)
 

∙ Jam
 

∙ Menit
 

∙ Detik
 
Bulana Januari  · Februari  · Maret  · April  · Mei  · Juni  · Juli  · Agustus  

n · September  · Oktober  · November  · Desember

 
Senin  · Selasa  · Rabu  · Kamis  · Jumat  · Sabtu  · Hari
Harian
pertama

 
Kalender sipil · Kalender dinding · Kalender meja · Kalender elektronik

Sumber : 
ensiklopedia.kurikulum.org, id.wikipedia.org, informasi.web.id, dan lain
sebagainya.
Kalender Gregorius

Detil di makam Paus Gregorius XIII menggambarkan perayaan pengenalan


kalender Gregorian.

76 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Kalender Gregorius atau Kalender Gregorian adalah kalenderyang sekarang
paling banyak dipakai di Dunia Barat. Ini adalah modifikasi Kalender Julius.
Yang pertama kali mengusulkannya ialah Dr. Aloysius Lilius dari Napoli-Italia,
dan disetujui oleh Paus Gregorius XIII, pada tanggal 24 Februari 1582.
Penanggalan tahun kalender ini, berlandaskan tahun Masehi.

Kalender ini diciptakan karena Kalender Julius dinilai tidak cukup akurat,
karena permulaan musim semi (21 Maret) semakin maju sehingga
perayaan Paskah yang sudah disepakati sejak Konsili Nicea I pada
tahun 325 tidak tepat kembali. Lewat pada tahun 1582, Kamis-4
Oktober disertai Jumat-15 Oktober.

Daftar isi
∙ 1 Perbedaan dengan Kalender Julius
∙ 1.1 Masalah
∙ 2 Lain-lain
∙ 3 Bulan
∙ 4 Referensi
∙ 5 Lihat pula
∙ 6 Pranala luar
Perbedaan dengan Kalender Julius

Satu tahun dalam Kalender Julius berlaku selama 365 hari 6 jam. Tetapi


karena revolusi Bumi hanya berlaku selama 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik,
maka setiap 1 milenium, Kalender Julius kelebihan 7 sampai 8 hari
(11 menit 14 detik per tahun). Masalah ini dipecahkan dengan hari-hari kabisat
yang lebih kurang berlainan pada kalender baru ini. Pada kalender Julius,
setiap tahun yang dapat dibagi dengan 4 adalah tahun kabisat. Tetapi pada
kalender baru ini, tahun yang dapat dibagi dengan 100 hanya diasumsikan
menjadi tahun kabisat bila tahun ini juga dapat dibagi dengan 400. Misalkan
tahun 1700, 1800, dan 1900 bukan tahun kabisat. Tetapi
tahun 1600 dan 2000 adalah tahun kabisat.

Masalah

Setelah Kalender Gregorius dicanangkan, tidak semua negara mau


memakainya. Baru beberapa masa waktu 100 tahunsetelah ini, hampir
semua negara barat mau mengimplementasikannya. Rusia baru

77 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
mengimplementasikannya pada tahun 1918. Dengan demikian
Revolusi Komunis Rusia yang sekarang diperingati setiap tanggal 7
November, dinamakan menjadi Revolusi Oktober. Gereja Ortodoks sampai
kala ini masih memakai Kalender Julius.

Lain-lain

Pada tanggal 1 Januari 1622, 1 Januari ditentukan menjadi permulaan tahun.


Sebelumnya hal ini setiap negara Eropaberlainan.

Bulan

Hitungan jari bulan dalam kalender Gregorius.

Setiap tahun dibagi menjadi 12 bulan:

Penanggalan Lama
Asal usul nama bulan
Gregorius Hari
Janus (Dewa permulaan dan kesudahan bangsa
Januari 31
Romawi)
Februus (Dewa kematian dan pemurnian Romawi,
yang juga menjadi dewa bangsa Etruskan). Bulan ini
Februari 28/29
menjadi bulan perayaan ritual pemurnian di Romawi
yang dirayakan setiap tanggal 15 bulan ini.[1][2][3]
Maret 31 Mars (Dewa perang Romawi)
bahasa Latin:aperire yang gunanya buka. Bulan
April (Aprilis) dalam kalender Romawi adalah
April 30 penghormatan untuk dewi Venus. Istilah April
diambil dari nama Venus dalam bahasa Yunani
yaitu Aphrodite (Aphros).
Mei 31 Maia Maiestas (Dewi Romawi)
Juni 30 Juno (Dewi Romawi, istri Jupiter (mitologi))
Juli 31 Julius Caesar (diktator Romawi) (bulan ini
sebelumnya dinamakan Quintilis, bulan ke-5

78 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
kalender Romawi)
Augustus (Kaisar Romawi pertama) (bulan ini
Agustus sebelumnya dinamakan Sextilis, bulan ke-6 kalender
Romawi)
Septem (bahasa Latin untuk tujuh, bulan ke-7
September 30
kalender Romawi)
Octo (bahasa Latin untuk delapan, bulan ke-8
Oktober 31
kalender Romawi)
Novem (bahasa Latin untuk sembilan, bulan ke-9
November 30
kalender Romawi)
Decem (bahasa Latin untuk sepuluh, bulan ke-10
Desember 31
kalender Romawi)
Total 365/366  
Referensi
1. ^ Adriana Rosado-Bonewitz, "Whats in a word?" (pdf,
1.3MB), Intercambios: Quarterly Newsletter of the Spanish Language
Division of the American Translators, 9(1) (March 2005) 14-15, ISSN
1550-2945 (in Spanish)
2. ^ Anatoly Liberman, "On A Self-Congratulatory Note, Or, All The Year
Round: The Names of The Months" (filed in Oxford Etymologist, 7 March
2007)
3. ^ L.L. Neuru, "St. Valentine's Holiday" Labyrinth 64 (1996), Department
of Classical Studies, University of Waterloo, Ontario, Canada
Lihat pula
∙ 29 Februari
∙ Kalender Peristiwa

Kalender
 
Kalender suryacandra · Kalender surya · Kalender
candra
 
Jenis Kalender

Masehi (Gregorian · Julian) · Hijriyah · Tiongho

79 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
a · Saka · Jawa · Sunda · Bali · Jepang · Korea · 

Syahri Syams

 
Milenium  · Masa waktu 100 tahun  · 10

tahunan  · Windu  · Tahun  · Wuku · Bulan (Tri
Bilanga
wulan · Caturwulan · Semester ·Musim)  · Mingg
n
u (Pekan) · Hari (tanggal) · Jam  · Menit  · Deti

 
Januari  · Februari  · Maret  · April  · Mei  · Juni  
Bulana
· Juli  · Agustus  · September  · Oktober  · Nov
n
ember  · Desember

 
Senin  · Selasa  · Rabu  · Kamis  · Jumat  · Sabt
Harian
u  · Minggu

 
Kalender sipil · Kalender dinding · Kalender
meja · Kalender elektronik

Masehi

Ilustrasi Dionysius Exiguus (atau "Denis Pendek")


sedang membilang penanggalan Paskah

Kalender Masehi atau Anno Domini (AD) dalam


bahasa Inggris yaitu sebutan untuk penanggalan
atau penomoran tahun yang dipakai
pada kalender Juliandan Gregorian. Era
kalender ini didasarkan pada tahun tradisional

80 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
yang dihitung sejak kelahiran Yesus dari Nazaret. Masehi dihitung sejak hari
tersebut, sedangkan sebelum itu dinamakan Sebelum Masehi atau SM.
Perhitungan tanggal dan bulan pada Kalender Julian disempurnakan pada
tahun pada tahun 1582 dijadikan kalender Gregorian. Penanggalan ini akhir
dipakai secara luas di dunia untuk mempermudah komunikasi.

Istilah Masehi (disingkat M) dan Sebelum Masehi (disingkat SM) berasal


dari bahasa Arab (‫)المسيح‬, yang berbuat jasa "yang membasuh," "mengusap"
atau "membelai." (lihat pula Al-Masih). Istilah ini dalam terjemahan Alkitab
bahasa Arab dipakai untuk sebutan bahasa Ibrani "Mesiah" atau "Mesias"
yang berbuat jasa "Yang diurapi".

Dalam bahasa Latin penanggalan ini dinamakan "Anno Domini"


(disingkat ADyang berbuat jasa "Tahun Tuhan") yang dipakai luas di dunia.
Dalam bahasa Inggris di abad modern muncul sebutan Common Era yang
disingkat "CE" (secara harfiah berbuat jasa "Era Umum"), sedangkan waktu
sebelum tahun 1 dipakai sebutan "Before Christ" yang disingkat BC (artinya
sebelum [kelahiran] Kristus) atau Before Common Era yang disingkat "BCE"
(Sebelum Era Umum).

Daftar isi
∙ 1 Sejarah
∙ 2 Kesukaran dan kontroversi
∙ 3 Penggunaan
∙ 3.1 Indonesia
∙ 3.2 Dunia
∙ 4 Lihat pula
∙ 5 Referensi
Sejarah

Awal tahun Masehi merujuk kepada tahun yang diasumsikan sebagai tahun
kelahiran Nabi Isa Al-Masih (YesusKristus atau dalam bahasa Ibrani: "Yesua
ha-Masiah") karena itu kalender ini dinamakan
menurut Yesus atau Masihiyah (Mesias). Kebalikannya, sebutan Sebelum
Masehi (SM) merujuk pada masa sebelum tahun tersebut. Beberapa mulia
orang non-Kristen biasanya mempergunakan singkatan M dan SM ini tanpa
merujuk kepada konotasi Kristen tersebut. Sistem penanggalan yang merujuk
pada awal tahun Masehi ini mulai diadopsi di Eropa Baratselama abad ke-8.

81 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Penghitungan kalender ini dimulai oleh seorang biarawan bernama Dionysius
Exiguus (atau "Denis Pendek") dan mula-mula dipergunakan untuk
membilang tanggal Paskah (Computus) berlandaskan tahun pendirian Roma.

Kesukaran dan kontroversi

Meskipun tahun 1 diasumsikan sebagai tahun kelahiran Yesus, namun bukti-


bukti historis terlalu sedikit untuk mendukung hal tersebut [1]. Dionysius
Exiguus tidak memperhitungkan tahun 0 serta tahun ketika
kaisar Augustusmemerintah Kekaisaran Romawi. Para mahir menanggali
kelahiran Yesus secara bermacam-macam, dari 18 SM sampai 7 SM.

Sejarawan tidak mengenal tahun 0, tahun 1 M yaitu tahun pertama sistem


Masehi dan tepat setahun sebelumnya yaitu tahun 1 SM. Dalam perhitungan
sains, khususnya dalam penanggalan tahun astronomis, hal ini memunculkan
masalah karena tahun Sebelum Masehi dihitung dengan menggunakan angka
0, maka dari itu terdapat beda 1 tahun di sela kedua sistem.

Penggunaan
Indonesia

Di Indonesia selain tahun Masehi yang dipakai secara resmi, secara tidak resmi
masyarakat juga mengenal tahun Hijriyah/tahun islam dan tahun
Imlek/tahun Tionghoa/tahun jawa.

Dunia

Dalam bahasa Inggris dan dipergunakan secara internasional, sebutan Masehi


dinamakan menggunakan bahasa Latin Anno Domini / AD (Tahun Tuhan kita)
dan Sebelum Masehi dinamakan sebagai Before Christ / BC (Sebelum Kristus).
Sistem ini mulai dirancang tahun 525, namun tidak begitu luas dipakai sampai
abad ke-11 sampai ke-14. Pada tahun 1422, Portugis dijadikan negara Eropa
terakhir yang menerapkan sistem penanggalan ini. Setelah itu, seluruh negara
di dunia mengakui dan menggunakan konvensi ini untuk mempermudah
komunikasi.

Lihat pula
∙ Anno Domini
Referensi

82 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
1. ^ Doggett. (1992). "Calendars" (Ch. 12), in P. Kenneth Seidelmann (Ed.)
Explanatory supplement to the astronomical almanac. Sausalito, CA:
University Science Books, 579

Kalender
 
Kalender suryacandra · Kalender surya · Kalender candra
 
Kalender

Masehi (Gregorian · Julian) · Hijriyah · Ibrani · Tiongh
Jenis
oa · Saka · Jawa · Sunda · Bali · Jepang · Korea ·Syah

ri Syams

Milenium  · Abad  · Dasawarsa  · Windu  · Tahun  · W
uku · Bulan (Triwulan · Caturwulan · Semester · Musim
)  ·Minggu (Pekan)

∙ Hari (tanggal)
Bilanga  
n
∙ Jam
 

∙ Menit
 

∙ Detik
 
Januari  · Februari  · Maret  · April  · Mei  · Juni  · Juli  
Bulana
· Agustus  · September  · Oktober  · November  · Des
n
ember

83 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Senin  · Selasa  · Rabu  · Kamis  · Jumat  · Sabtu  · Mi
Harian
nggu

 
Kalender sipil · Kalender dinding · Kalender meja · Kalender
elektronik

Ekaristi adalah Komuni Kudus

“Kemesraan ini janganlah cepat berlalu”

“Kemesraan ini, janganlah cepat berlalu


Kemesraan ini, ingin kukenang selalu
Hatiku damai, jiwaku tentram di sampingmu
Hatiku damai, jiwaku tentram bersamamu….”

84 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Lagu Iwan Fals ini mungkin akrab di telinga kita. Mungkin karena
begitu tepat liriknya mewakili perasaan kita, maka lagu ini begitu
populer dan mudah diingat di luar kepala. Ya, memang, kita ingin
selalu dekat dengan orang yang kita kasihi.
Inilah yang juga menjadi kehendak Tuhan Yesus bagi kita umat-Nya
yang dikasihi-Nya. Yesus ingin selalu hadir di tengah kita, dekat
dengan kita, bahkan menjadi satu dengan kita. Kristus menghendaki
agar kita selalu mengenang-Nya, dengan mengingat kasih-Nya yang
terbesar yang diberikan kepada kita, saat Ia memberikan Tubuh dan
Darah-Nya untuk menebus dosa-dosa kita. Pengorbanan-Nya yang
tak ternilai harganya ini menjadi tanda cinta-Nya yang tak terbatas
kepada Gereja-Nya, yaitu kita semua, anggota- anggota Tubuh-Nya.
Oleh kuasa Roh Kudus-Nya, Kristus menghadirkan kembali kurban
ini di dalam Ekaristi, untuk maksud yang mulia ini: supaya kita dapat
dipersatukan dengan Dia dan mengambil bagian di dalam
kehidupan-Nya sendiri; dan dengan demikian sedikit demi sedikit,
kita diubah untuk menjadi lebih serupa dengan-Nya.

Sakramen Ekaristi adalah sakramen cinta kasih

Maka, Ekaristi yang mempersatukan kita dengan Kristus, pertama-


tama adalah sakramen cinta kasih Allah. Sebab Ekaristi menyatakan
‘kasih yang lebih besar’ yang disebutkan dalam Injil Yohanes, “Tidak
ada kasih yang lebih besar daripada kasih seseorang yang
menyerahkan nyawanya bagi sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:13). ((lih.
Paus Benediktus XVI, Sacramentum Caritatis, 1)) Kristus begitu
mengasihi kita sahabat-sahabat-Nya, sehingga Ia rela menyerahkan
hidup-Nya sendiri, agar kita dapat hidup di dalam Dia. Dalam Ekaristi
inilah, kita tidak hanya memperingati kasih pengorbanan Kristus,
tetapi juga dapat mengalami kasih-Nya yang tidak terbatas itu, saat
kita menyambut Tubuh, Darah, Jiwa dan ke-Allahan-Nya ke dalam
tubuh, darah, jiwa dan kemanusiaan kita. Begitu besar dan dalamnya
anugerah ini, sehingga layaklah kita menyambutnya dengan ucapan
syukur kepada Allah. Dan memang inilah arti kata ‘Ekaristi’, yaitu:
ucapan syukur kepada Allah. ((lih. KGK 1328)) Betapa kita sungguh
bersyukur, karena kasih-Nya yang mempersatukan kita dengan Dia.

85 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Oleh karena kasih Allah-lah yang pertama-tama kita rayakan dalam
Ekaristi, maka Gereja mengajarkan bahwa sakramen Ekaristi adalah
“sakramen cinta kasih, lambang kesatuan, ikatan cinta kasih,
perjamuan Paska, di mana di dalamnya Kristus disambut, jiwa
dipenuhi rahmat, dan kita dikaruniai jaminan kemuliaan.” ((KGK
1323))

“Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu”

Kristus menggambarkan persatuan antara kita dengan-Nya sebagai


persatuan antara ranting-ranting dengan pokok anggur.
“Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti
ranting tidak dapat bertumbuh dari dirinya sendiri, demikian juga
kamu tidak dapat bertumbuh jika kamu tidak tinggal di dalam Aku.
Akulah pokok anggur dan kamu ranting-rantingnya. Barang
siapa tinggal di dalam Aku, ia akan berbuah banyak. Sebab di luar
Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yoh 15:4-5)

Pernahkah kita renungkan, apakah yang dimaksud dengan “tinggal di


dalam” Tuhan Yesus? Mungkin banyak orang mengartikannya, kita
tinggal dalam Yesus kalau kita rajin berdoa, membaca Sabda Tuhan,
dan melaksanakan perintah-perintah-Nya. Ya, semua itu memang
mendekatkan kita kepada Tuhan, dan membuat kita hidup di dalam
ajaran-Nya.
Namun demikian, secara khusus, Tuhan Yesus menjelaskan secara
eksplisit tentang apakah yang dimaksudkan-Nya dengan “tinggal di
dalam”-Nya. Kata asli “tinggal” menurut bahasa Yunani adalah μένω,
ménō; dan kata yang sama ini digunakan oleh Yesus sewaktu
mengajarkan tentang Roti Hidup. Yesus bersabda:
“Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di
dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup
mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa
yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.” (Yoh 6:56-57)

Melalui ayat ini Kristus menjelaskan cara yang dikehendaki-Nya, agar


Ia dapat tinggal di dalam kita, yaitu dengan kita makan daging-Nya

86 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
dan minum darah-Nya. Saat Yesus mengajarkan hal ini, banyak
orang yang tidak percaya, atau lebih tepatnya, sulit mempercayai
ajaran-Nya, sehingga mereka meninggalkan Dia. Namun Yesus tidak
mengubah ajaran-Nya, malah Ia bertanya kepada para rasul-Nya,
kalau-kalau mereka juga mau pergi meninggalkan Dia. Syukurlah,
Rasul Petrus yang mewakili para rasul, menjawab dengan iman,
bahwa mereka tetap percaya kepada-Nya, sebab Kristuslah sang
empunya sabda kebenaran (lih. Yoh 6:66-69). Iman para rasul inilah
yang dilestarikan terus oleh Gereja Katolik,  secara khusus dalam
perayaan Ekaristi, yang merayakan kehadiran Kristus di dalam
Sabda-Nya dan di dalam perjamuan kudus-Nya.

Komuni Kudus mempersatukan kita dengan Kristus

Sebagaimana perjamuan mengakrabkan seseorang dengan yang


lain, demikianlah saat kita menerima Kristus dalam Ekaristi, kita
menjadi akrab dan digabungkan dengan Kristus. Perjamuan ini
menjadi kenangan yang hidup akan kasih Tuhan Yesus yang
demikian besar kepada kita, sampai Ia mau wafat bagi kita. Kristus
memandang kita sebagai pemberian Allah Bapa kepada-Nya,
sehingga Ia mau selalu tinggal bersama-sama dengan kita (lih. Yoh
17:24). Maka Yesus mengaruniakan Ekaristi kepada kita Gereja-Nya,
untuk mempersatukan kita dengan Dia ((lih. KGK 1391)), sampai
kepada akhir zaman (lih. Mat 28:19-20). Karena di dalam Ekaristi
terkandunglah keseluruhan harta rohani Gereja, yaitu Kristus sendiri,
maka Ekaristi disebut sebagai ‘sumber dan puncak kehidupan
Kristiani’. ((KGK 1324)) Demikian juga, karena di dalam Kristus dan
misteri Paska-Nya, Allah menyatakan puncak karya keselamatan-
Nya, maka perayaan Ekaristi yang menghadirkan kembali misteri
Paska Kristus itu secara sakramental, juga merupakan puncak karya
Allah untuk menguduskan dunia dan puncak penyembahan umat
beriman kepada Kristus, dan melalui Kristus, kepada Allah Bapa di
dalam Roh Kudus. ((lih. KGK 1325))
Untuk menangkap kedalaman makna persatuan dan kebersamaan
ini, kita perlu merenungkan kedekatan kita dengan orang- orang
yang kita kasihi di dunia ini; mungkin saat sebagai orang tua, kita

87 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
mendekap anak kita, atau kebersamaan antara suami dan istri, atau
kedekatan dengan seorang sahabat. Ekaristi adalah persatuan yang
melampaui semuanya ini, sebab Ekaristi adalah persatuan dengan
Kristus dan melalui Kristus, kita disatukan dengan Allah Bapa dan
Roh Kudus. Persatuan kita dengan Kristus inilah yang disebut
sebagai “Komuni kudus”, yang menjadikan kita mengambil bagian di
dalam Tubuh dan Darah-Nya ((lih. Katekismus Gereja Katolik/ KGK
1331)) dan dengan demikian, juga mengambil bagian di dalam hidup
ilahi-Nya. St. Ignatius dari Antiokhia mengatakan dengan indahnya
tentang persatuan kita dengan Kristus ini, “Pada pertemuan-
pertemuan ini [perayaan Ekaristi], kamu … memecah roti yang satu,
yang adalah obat kekekalan, dan penawar racun yang menyingkirkan
kematian, namun menghasilkan hidup di dalam kesatuan dengan
Yesus Kristus.” ((St. Ignatius of Antioch, Letter to the Ephesians, n.20))
Ya, persekutuan dengan Tubuh dan Darah Kristus, memperteguh
persatuan kita dengan Kristus, mengampuni dosa-dosa ringan yang
kita lakukan, dan melindungi kita dari dosa berat, sebab dengan
menerima sakramen ini, ikatan kasih antara kita dan Kristus
diperkuat, dan dengan demikian kesatuan Gereja juga diperteguh.
((lih. KGK 1416))

Ekaristi mempersatukan kita dengan sesama anggota


Kristus

Selain mempersatukan kita dengan Kristus, Ekaristi juga


mempersatukan kita dengan sesama anggota Tubuh Kristus. Oleh
karena kita menerima Kristus yang satu dan sama, kita dipersatukan
di dalam Dia yang adalah Sang Kepala kita (lih. Kol 1:18; Ef 5:23).
Rasul Paulus mengajarkan, “Bukankah cawan pengucapan syukur,
yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah
Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah
persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti adalah satu, maka
kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua
mendapat bagian dalam roti yang satu itu.” (1Kor 10:15-16). Ekaristi
diberikan sebagai kurban Tubuh dan Darah-Nya, agar dengan
mengambil bagian di dalamnya, kita dapat bersatu dengan Kristus

88 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
dan dengan sesama anggota-Nya menjadi satu Tubuh. ((Lih. KGK
1329))
Kita manusia diciptakan oleh Tuhan untuk menjadi semakin
menyerupai Dia, yaitu supaya semakin dapat mengasihi; sebab
Tuhan adalah Kasih (1 Yoh 4:8,16). Kasih itu mempersatukan, oleh
karena itu sebagai manusia kita menginginkan persatuan, baik
dengan Tuhan, maupun dengan sesama kita. Kristus- juga
mempunyai kerinduan yang sama: bahwa Ia ingin tinggal bersama
semua orang yang percaya kepada-Nya (lih. Yoh 6:56), namun juga Ia
ingin agar semua yang percaya kepada-Nya menjadi satu, “Aku
berdoa ….juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku ….
supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa,
di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam
Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus
Aku.” (Yoh 17:21). Maka, persatuan kita dengan Kristus, sepantasnya
juga membawa persatuan kita dengan semua orang yang percaya
kepada-Nya; sebab hal ini merupakan kehendak Kristus sendiri.
Karena Kristus hanya satu dan Tubuh-Nya juga hanya satu, maka
satu jugalah kita semua anggota-anggota-Nya, baik Gereja yang
masih berziarah di dunia ini, Gereja yang sudah berjaya di surga,
maupun Gereja yang masih dimurnikan di Api Penyucian. Karena
semua anggota- anggota Kristus dipersatukan oleh kasih Kristus
yang melampaui maut (lih. Rom 8:38-39). Itulah sebabnya di dalam
Komuni kudus ini kita mengingat juga persekutuan dengan para
kudus di surga, terutama Bunda Maria; ((KGK 1370)) dan kita dapat
mengajukan intensi doa permohonan bagi saudara- saudari kita
yang telah mendahului kita, yaitu mereka yang ‘telah meninggal di
dalam Kristus namun yang belum sepenuhnya dimurnikan’ sehingga
mereka dapat memasuki terang dan damai Kristus ((KGK 1371)) yang
kekal dalam kerajaan Surga.

Komuni kudus memelihara hidup ilahi

Persatuan kita dengan Kristus dalam Komuni kudus, “melindungi,


menambah, dan membaharui pertumbuhan kehidupan rahmat yang
diterima dalam Pembaptisan.” ((KGK 1392)) Kita mengetahui bahwa

89 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
satu berkat tak ternilai dari Pembaptisan adalah: melaluinya kita
memperoleh hidup ilahi dan diangkat menjadi anak-anak Allah. ((lih.
KGK 1265:  Pembaptisan tidak hanya membersihkan dari semua
dosa, tetapi serentak menjadikan orang yang baru dibaptis suatu
“ciptaan baru” (2 Kor 5:17), seorang anak angkat Allah (Bdk. Gal 4:5-
7); ia “mengambil bagian dalam kodrat ilahi” (2 Ptr 1:4), adalah
anggota Kristus (Bdk. 1 Kor 6:15; 12:27), “ahli waris” bersama Dia (Rm
8:17) dan kenisah Roh Kudus (Bdk. 1 Kor 6:19).)) Namun seperti
halnya dalam kehidupan jasmani kita memerlukan makanan untuk
dapat bertahan hidup, demikian pula, dalam kehidupan rohani. Kita
memerlukan makanan rohani agar dapat tetap hidup dan
bertumbuh secara rohani. Makanan rohani ini adalah Sabda Allah
(lih. Mat 4:4) dan ‘Roti Hidup’/ Ekaristi (Yoh 6:53-58), yang keduanya
kita terima dalam perayaan Ekaristi.
Demikianlah Sabda Tuhan Yesus:
Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti
saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” (Mat 4:4)
“Akulah roti hidup yang telah turun dari Surga. Jikalau seorang
makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya….. Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak
Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di
dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku,
ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia
pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan
dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Sama seperti Bapa
yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga
barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti
yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek
moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia
akan hidup selama-lamanya.” (Yoh 6:51, 53-58)

Komuni kudus bukti kasih Allah dan pengorbanan-Nya

Maka di atas segalanya, Komuni kudus merupakan bukti cinta kasih


Allah. Mungkin ada baiknya kita memeriksa diri sendiri, akan apakah

90 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
yang ada di pikiran kita pada saat kita melihat hosti yang diangkat
oleh imam, saat ia, in persona Christi, mengucapkan perkataan
konsekrasi, “Inilah Tubuhku yang dikurbankan bagimu….” (lih. Luk
22:19; 1Kor 11:24). Sesungguhnya, tak ada kata yang mampu
melukiskan, betapa dalamnya misteri kasih Allah yang tiada terbatas
ini. Kristus yang adalah Allah, telah mengosongkan diri-Nya dengan
mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi manusia. Dalam
keadaan-Nya sebagai manusia, Ia merendahkan diri-Nya, sampai
wafat di kayu salib (lih. Flp 2:7-8). Ia membuktikan kasih-Nya yang
terbesar, dengan menyerahkan nyawa-Nya bagi kita, sahabat-
sahabat-Nya (lih. Yoh 15:13). Kini setelah kebangkitan-Nya, Ia masih
terus merendahkan diri-Nya, sampai mau hadir di dalam sepotong
roti, agar setiap orang yang tergabung di dalam Gereja-Nya, bahkan
seorang anak kecil sekalipun, dapat menyambut-Nya, tanpa perlu
merasa takut.
Selain kasih dan kerendahan hati, Komuni kudus mengajarkan
kepada kita makna pengorbanan. Dengan melihat teladan
pemberian diri Kristus kepada kita, maka kita juga didorong untuk
memberikan diri kita kepada orang lain, terutama mereka yang kecil,
sakit dan miskin. Kitapun dipanggil untuk mengasihi dan
mengampuni sesama kita, karena Kristus lebih dahulu mengasihi
dan mengampuni kita. Korban Kristus menjadi saksi yang nyata
bahwa pengampunan adalah sesuatu yang tidak mustahil dilakukan.
Jika kita mau berkorban untuk mengampuni sesama, kita akan dapat
memperoleh buahnya, yaitu kasih yang memulihkan dan
mempersatukan. Itulah sebabnya keluarga Kristiani, termasuk di
dalamnya pasangan suami istri, perlu menimba kekuatan dari
Ekaristi; sebab kesatuan antara mereka dengan Kristus dalam
Komuni kudus akan memampukan mereka untuk terus saling
mengasihi dan mengampuni; sehingga kesatuan kasih mereka selalu
dikuatkan.

Komuni kudus = ‘preview‘ persatuan kekal kita dengan


Allah di surga kelak

91 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Karena tujuan akhir kita di Surga kelak adalah persatuan dengan
Tuhan, maka Komuni kudus yang kita terima di dunia ini adalah
semacam kenyataan yang akan mencapai kesempurnaannya di
surga kelak. Di Surga memang kita tidak perlu lagi menerima Komuni
dalam rupa hosti; sebab pada saat itu kita telah memandang Allah
sebagaimana adanya Dia (lih. 1 Yoh 3:2), sehingga aneka gambaran
ataupun simbol tidak lagi diperlukan. Di Surgalah tercapai
kesempurnaan di mana kita dapat sepenuhnya bersatu dengan Allah
yang telah menciptakan kita manusia dalam kesatuan dengan
keseluruhan umat manusia.
Maka Ekaristi menuntun kita semua untuk mencapai tujuan akhir, di
mana persekutuan dengan Allah dan sesama mencapai kesatuan
yang sempurna, yaitu “keadaan persatuan dengan Kristus, yang pada
saat yang sama membuatnya mungkin untuk masuk ke dalam
kesatuan yang hidup dengan Allah sendiri, sehingga Tuhan dapat
menjadi semua di dalam semua (1Kor 15:28).” ((Joseph Cardinal
Ratzinger (Pope Benedictus XVI), Called to Communion, (San
Francisco: Ignatius Press, 1991), p. 33)) Katekismus mengajarkan
bahwa dengan Komuni kudus kita menerima rahmat ilahi, dan
dengan demikian Ekaristi merupakan antisipasi kemuliaan surgawi.
((lih. KGK 1402)) Dengan merayakan Ekaristi, kita menantikan dengan
rindu kedatangan Penyelamat kita Yesus Kristus, untuk mengambil
bagian di dalam kemuliaan-Nya ((lih. KGK 1040)). “Setiap kali misteri
ini dirayakan, terlaksanalah karya penebusan kita (LG 3) dan kita
memecahkan “satu roti yang merupakan obat kebakaan, penangkal
kematian, dan santapan yang membuat kita hidup selama-lamanya
dalam Yesus Kristus” (Ignasius dari Antiokia, Eph. 20,2).” ((KGK 1405))
Betapa perlunya kita mengingat hal ini, setiap kali kita menerima
Komuni Kudus: bahwa dengan menerima Komuni ini kita menerima
‘obat rohani’ yang menghantar kita ke Surga.

Bagaimana agar kita dapat semakin menghayati Komuni


kudus?

92 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Mengingat begitu dalamnya makna Komuni kudus, maka kita perlu
mengetahui sedikitnya tiga hal, agar kita dapat semakin
menghayatinya:
1. Mempersiapkan diri sebelumnya

Persiapan diri ini yang dimaksud di sini adalah: membaca dan


merenungkan bacaan Kitab Suci pada hari itu, hening di sepanjang
jalan menuju ke gereja, datang lebih awal, berpuasa 1 jam sebelum
menyambut Ekaristi, memeriksa batin: jika dalam keadaan dosa
berat, melakukan pengakuan dosa dalam sakramen Tobat sebelum
menerima Ekaristi. ((lih. KHK kan 919, 1; KGK 1385)) Selanjutnya,
penting agar kita masuk dalam suasana doa, mempersiapkan batin
untuk masuk dalam hadirat Tuhan dan menyambut kehadiran-Nya
dalam Komuni Kudus.  Maka mengimani dengan sungguh akan
kehadiran Yesus dalam rupa roti dan anggur setelah konsekrasi,
merupakan prasyarat utama dalam persiapan batin.
Sikap batin yang baik ini juga diwujudkan dengan tidak ‘ngobrol’,
tidak menggunakan handphone  ataupun ber-BBM, baik sebelum
ataupun pada saat perayaan Ekaristi berlangsung. Sebab jika
demikian dapat dipastikan bahwa hati kita tidak sepenuhnya terarah
kepada Tuhan.
2. Bersikap aktif: tidak hanya menerima tapi juga memberi
kepada Tuhan

St. Thomas Aquinas mengajarkan bahwa penyembahan yang


sempurna mencakup dua hal,
yaitu menerima dan memberikan berkat-berkat ilahi (lih. St.
Thomas Aquinas, Summa Theology, III, q.63, a.2.). Dalam perayaan
Ekaristi, kita seharusnya tidak hanya menonton atau sekedar
menerima, tetapi ikut mengambil bagian di dalam peran
Kristus sebagai Imam Agung dan Kurban tersebut. Caranya adalah
dengan turut mempersembahkan diri kita, beserta ucapan syukur,
suka duka, pergumulan, dan pengharapan, untuk kita persatukan
dengan kurban Kristus ((lih. Lawrence G. Lovasik, The Basic Book of
the Eucharist, (Sophia Institute Press, New Hampshire, 1960), p.73)).

93 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Kita membawa segala kurban persembahan kepada Tuhan terutama
pada saat konsekrasi -saat roti dan anggur diubah menjadi Tubuh
dan Darah Yesus. Saat itu kurban kita disatukan dengan kurban
Yesus. Kristus, satu-satunya Imam Agung dan Kurban yang
sempurna, menyempurnakan segala penyembahan kita. Partisipasi
kita secara aktif dalam kurban Kristus ini bukan saja dari segi ikut
menyanyi, atau membaca segala doa yang tertulis, melainkan
terutama partisipasi mengangkat hati dan jiwa untuk menyembah
dan memuji Tuhan, dan meresapkan di dalam hati, segala perkataan
doa yang diucapkan ataupun dinyanyikan.
3. Jangan memusatkan perhatian pada diri sendiri tetapi
pada Kristus

Untuk menghayati makna Komuni kudus, kita harus memusatkan


perhatian kepada Kristus, dan kepada apa yang telah dilakukan-Nya
bagi kita, yaitu: karena kasih-Nya kepada kita, Kristus rela wafat
untuk menghapus dosa-dosa kita. Dengan memusatkan hati kepada
Kristus, kita dapat melihat bahwa segala pergumulan kita tidak
sebanding dengan penderitaan-Nya. Kitapun dikuatkan di dalam
pengharapan, karena Roh Kudus yang sama, yang telah
membangkitkan Kristus dapat pula membangkitkan kita dari dosa
dan segala kesulitan kita.
Sungguh, kasih dan pengorbanan Kristus merupakan sumber
kekuatan bagi kita untuk menjalani kehidupan ini. Karena itulah
Gereja mengajarkan dalam The Enchiridion of Indulgences (Buku
ketentuan mengenai Indulgensi) yang dikeluarkan oleh Vatikan
tanggal 29 Juni 1968 (silakan klik), bahwa dengan merenungkan
pengorbanan Yesus dan luka-luka-Nya di kayu salib sebagaimana
dijabarkan dalam doa yang sederhana berikut ini, kita dapat
memperoleh indulgensi. Demikianlah doanya yang mengambil dasar
dari kitab Mazmur 22: 17-18:
Lihatlah,  Tuhan Yesus yang baik dan lemah lembut, En ego, o bone et
dulcissime Iesu.

94 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
“Lihatlah kepadaku, Tuhan Yesus yang baik dan lemah lembut, di
hadapan-Mu aku berlutut dan dengan jiwa yang berkobar aku
berdoa dan memohon kepada-Mu agar menanamkan di dalam
hatiku, citarasa yang hidup akan iman, pengharapan dan kasih,
pertobatan yang sungguh dari dosa-dosaku, dan kehendak yang kuat
untuk memperbaikinya. Dan dengan kasih dan dukacita yang
mendalam, aku merenungkan kelima luka-luka-Mu, yang
terpampang di hadapanku, yang tentangnya Raja Daud, nabi-Mu,
telah menubuatkan perkataan ini yang keluar dari mulut-Mu, ya
Tuhan Yesus: “Mereka telah menusuk tangan-Ku dan kaki-Ku;
mereka telah menghitung semua tulang-Ku….”
Amin.

Indulgensi Penuh dapat diperoleh dengan mengucapkan doa ini


pada hari Jumat di masa Prapaska dan setiap hari di dalam dua
minggu sebelum Paskah (masa Passiontide), ketika doa ini diucapkan
setelah Komuni di hadapan gambar/ image Kristus yang tersalib.
Pendarasan doa ini pada hari-hari lainnya, memperoleh indulgensi
sebagian. Tentang persyaratan agar memperoleh indulgensi penuh
adalah: 1) mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan Dosa; 2)
menerima Komuni kudus; 3) berdoa bagi intensi Bapa Paus; 4) tidak
ada keterikatan terhadap dosa, bahkan dosa ringan. Selanjutnya
tentang Indulgensi, silakan klik di sini; dan tentang Bagaimana Agar
Memperoleh Indulgensi, klik di sini.
Dengan mendoakan doa yang singkat di atas, kita diundang untuk
meresapkan di dalam hati, bahwa Kristus telah memilih untuk
menderita dan menyerahkan nyawa-Nya demi kasih-Nya kepada
kita. Betapa kita harus bersyukur atas pengorbanan-Nya itu, yang
menyelamatkan kita. Dengan melihat teladan kasih Kristus ini,
semoga kita semakin mampu menghindari dosa, dan semakin
terdorong untuk lebih mengasihi Tuhan dan sesama kita. Dengan
melihat pengorbanan-Nya ini kita dikuatkan untuk juga mau
berkorban dalam hidup kita sehari-hari, entah dalam lingkungan
keluarga, pekerjaan maupun pergaulan kita dengan sesama.

95 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
Di samping itu, perhatian dan penghormatan kepada Kristus
mendorong kita untuk berpakaian yang sopan dan layak ke gereja
dan untuk sungguh berdoa pada saat kita mengucapkan doa-doa
dalam perayaan Ekaristi. Kita harus mengupayakan agar jangan
sampai kata-kata doa yang kita ucapkan merupakan kata-kata yang
kosong, yang hanya di mulut saja, tetapi tidak sungguh keluar dari
hati. Jangan sampai pikiran kita dipenuhi oleh banyak hal lain kecuali
Tuhan sendiri. Kita perlu memohon rahmat Tuhan untuk hal ini,
namun juga kita harus mengusahakannya, agar dengan sikap batin
yang baik, kita dapat menerima buah-buah sakramen Ekaristi ini
tanpa sia- sia. ((lih. Konsili Vatikan II, Konstitusi tentang Liturgi
Suci, Sacrosanctum Concilium, 11))

Kesimpulan

Ekaristi merupakan bukti nyata kasih Kristus yang terbesar, sebab


melaluinya Kristus memberikan diri-Nya sendiri kepada kita sahabat-
sahabat-Nya. Kasih Kristus ini demikian sempurna, sehingga tidak
saja membawa kita mendekat kepada-Nya, namun lebih dari itu,
mempersatukan kita dengan Dia. Maka pertama-tama, sakramen
Ekaristi adalah sakramen cinta kasih Allah, yang diberikan-Nya agar
Ia dapat bersatu dengan kita dan menyertai kita, Gereja-Nya. Oleh
karena persatuan inilah, Ekaristi juga disebut sebagai Komuni Kudus.
Komuni Kudus adalah cara yang dipilih oleh Tuhan Yesus untuk
tinggal di dalam kita dan kita di dalam Dia. Dengan menyambut
Komuni Kudus, kita mengambil bagian di dalam Tubuh dan Darah
Kristus dan kita disatukan dengan Kristus dan dengan semua
anggota-Nya ((lih. KGK 1331)). Sesuai dengan janji Kristus sendiri,
dengan menyambut Tubuh dan Darah Kristus ini, kita memperoleh
hidup yang kekal (Yoh 6:54). Dengan digabungkannya kita dengan
Kristus, kita memperoleh kekuatan baru untuk mengasihi dan
mengampuni, sebagaimana Ia telah lebih dahulu mengasihi dan
mengampuni kita. Oleh rahmat-Nya dalam Ekaristi, kita diubah untuk
menjadi semakin serupa dengan Dia dalam hal mengasihi. Dalam
kasih inilah kesatuan kita dengan Kristus dikukuhkan. Kesatuan
antara kita dengan Kristus ini akan mencapai kesempurnaannya di

96 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19
surga kelak, saat Allah menjadi semua di dalam semua (lih. 1Kor
15:28).
Menyadari makna Komuni Kudus ini, mari kita tanyakan kepada diri
kita masing- masing, sudahkah kita cukup mempersiapkan diri untuk
menyambut-Nya? Mari kita berdoa memohon rahmat Tuhan, agar
mata hati kita dicelikkan dan hati kita dikobarkan dalam setiap
perayaan Ekaristi, sehingga kita dapat mengatakan hal yang sama
seperti yang dikatakan oleh kedua murid Yesus dalam perjalanan ke
Emaus: “Mane nobiscum Domine, Tinggallah bersama dengan kami, ya
Tuhan Yesus…” (lih. Luk 24:29).
 

Pertanyaan Permenungan:

1. Bagaimana kita tahu bahwa Kristus memilih Komuni Kudus


untuk bersatu dengan umat-Nya?
2. Mengapa Ekaristi disebut sebagai ‘sumber dan puncak
kehidupan Kristiani’?
3. Apakah efek dari Komuni Kudus?
4. Bagaimana Komuni Kudus menjadi bukti kasih Allah dan
pengorbanan-Nya?
5. Bagaimana cara kita untuk semakin menghayati Komuni
Kudus?
6. Doa seperti apakah yang baik untuk didoakan setelah
menerima Komuni Kudus?
7. Apakah hubungan antara Komuni Kudus dengan apa yang
terjadi di Sorga?
sumber : http://www.katolisitas.org/ekaristi-adalah-komuni-kudus/

97 | Makna Tata Perayaan Ekaristi, sikap, warna, perlengkapan dan kalender liturgi/ Viktor’s document 7/6/19

Anda mungkin juga menyukai