Anda di halaman 1dari 4

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER

Mata Uji : Pendidikan Agama Katolik


Waktu : 90 menit (11.00 – 12.30)
Semester : Februari – Juli 2020
Hari/ tanggal : Jumat, 17 April 2020
Dosen Pengampu : Drs. C. Chrismadi SW.

PETUNJUK :

PEKERJAAN SUDAH HARUS DIKIRIMKAN PALING LAMBAT HARI JUMAT, 17


APRIL 2020, PUKUL 13.00 KE EMAIL chrismadisetiana@gmail.com

SOAL :

1. Menurut kitab Kejadian 1: 26 – 28 dikatakan manusia sebagai Citra Allah.


a. Apakah maksud dari manusia sebagai Citra Allah ?
b. Apa konsekuensi dari manusia sebagai Citra Allah dalam hidup sehari-hari ?
2. Manusia merupakan ciptaan dan obyek Kasih Sayang Allah, maka menghormati martabat
manusia berarti sekaligus menghormati kemahadaulatan Allah. Sebaliknya tidak mungkin
menghormati Allah kalau kita memperkosa martabat manusia. Jelaskan maksud pernyataan
di atas secara lengkap !
3. Semua orang dihadapan Allah sama derajadnya, maka tidak ada orang atau kelompok orang
yang begitu saja berhak menguasai orang lain. Jelaskan maksud pernyataan di atas !
4. Sakramen-sakramen adalah tanda karya keselamatan Allah dalam diri orang yang
menerimanya. Karya keselamatan apa yang dikerjakan Tuhan dalam Sakramen Permandian/
Baptis, jelaskan !
5. Rahmat apa yang diterima oleh seseorang yang menerima Sakramen Penguatan, jelaskan !
6. Jelaskan apa yang terjadi pada seseorang yang menerima Sakramen Tobat, jelaskan !
7. Jelaskan mengapa Terikat Perkawinan dan Impotensi menjadi halangan menikah mutlak !
8. Sebutkan dan jelaskan agar perkawinan beda agama (katolik dan non kristen/disparitas
cultus) dapat disahkan dalam Gereja katolik !
9. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri dan pemahaman Gereja sebelum Konsili Vatikan II dan
setelah Konsili Vatikan II, dan jelaskan perbedaan apa yang paling menyolok dari
pemahaman di atas !

SELAMAT BEKERJA DAN SUKSES


1. Yang dimaksud dari:
a. Manusia sebagai Citra Allah dalam satu pihak adalah gambaran manusia yang luhur,
istimewa dihadapan Allah dan unggul di antara ciptaan, dan dilain pihak terkandung pula
tanggung jawab manusia atas seluruh ciptaan.
b. Konsekuensi manusia sebagai Citra Allah dalam kehidupan sehari-hari:
 Kata "se-citra" hanya ada pada diri manusia
 Manusia memiliki martabat yang luhur
 Manusia adalah makhluk yang dikehendaki oleh Allah
 Manusia memiliki ikatan kesatuan dengan Allah.

2. Maksud pernyataan tersebut adalah jika ingin menjadi hamba Tuhan yang baik maka
semestinya kita menghormati sesama kita dengan rasa hormat yang sama dengan kita
menghormati kemahadaulatan Allah.

3. Maksud dari pernyataan tersebut adalah dimata Tuhan kita sebagai manusia memiliki derajad
yang sama, tanpa kelas dan tingkatan. Maka dengan tanggapan itu kita sebagai manusia tidak
mempunyai berhak untuk menguasai manusia lainnya, melainkan menghormati sesame.

4. Karya keselamatan yang dikerjakan Tuhan dalam Sakramen Permandian/Baptis adalah jika
seseorang secara resmi menyatakan tobat dan imannya kepada Yesus Kristus, serta bertekad
untuk bersama umat ikut serta dalam tugas panggilan Kristus, maka dia diterima dalam umat
dengan upacara permandian/baptis, orang yang menerima sakramen permandian diterima
baru lahir di dalam Gereja. Peristiwa kelahiran baru menjadi putra Bapa dalam Roh Kudus
berarti bahwa selanjutnya ia ikut menghayati hidup Kristus sendiri yang ditandai oleh wafat
dan kebangkitan-Nya. Oleh karena itu, orang yang telah dipermandikan harus bersama
Kristus “mati bagi dosa” supaya dalam Kristus, ia hidup bagi Allah.

5. Sakramen penguatan menjadi tanda kedewasaan, maka orang yang menerima Sakramen
Penguatan turut serta bertanggung jawab atas kehidupan Umat Allah, rahmat yang diberikan
sakramen ini adalah:

 Meterai yang tidak terhapuskan dan mengembangkan rahmat Sakramen Baptis

 Menjadi putra-putri Allah, mempererat hubungannya dengan Kristus dan Gereja

 Memperkuat anugerah dalam memberi kesakisan iman kristen baik melalui kata
maupun perbuatan

 Dalam diri kita bertambah karunia-karunia Roh Kudus

 Kita diberi kekuatan khusus dari Roh Kudus untuk menyebarluaskan dan membela
iman sebagai saksi-saksi Kristus yang sejati

 Imamat kaum beriman yang kita terima pada waktu baptis semakin disempurnakan.

6. Seseorang yang menerima Sakramen Tobat berarti menerima tanda dan sarana untuk
kembali ke jalan Tuhan dan mengaku dosa dihadapan Imam. Hal ini dikarenakan seseorang
melakukan sesuatu yang bertolak belakang dengan kehendak Tuhan yang berarti dia
memisahkan diri dari Tuhan dan sesama.
7. Terikat Perkawinan dan Impotensi menjadi halangan menikah yang mutlak karena halangan
nikah dikatakan berasal dari hukum Ilahi kalau halangan itu bersumber dari hukum kodrat,
yang dibuat dan diatur oleh Allah sendiri dalam tata penciptaan. Karena impotensi
menyebabkan seseorang untuk tidak bisa menghasilkan anak, maka impotensi melanggar
hukum Ilahi, sehingga termasuk pada halangan menikah.

8. Perkawinan beda agama dapat disahkan oleh Gereja Katolik jika:

 Pernyataan tekad pihak Katolik untuk menjauhkan bahaya meninggalkan iman dan
berjanji untuk sekuat tenaga mengusahakan pembaptisan dan pendidikan anak-anak yang
akan lahir secara Katolik.

 Pihak bukan Katolik harus diberitahu mengenai janji pihak Katolik tersebut supaya
sebelum menikah ia sadar akan janji dan kewajiban pihak Katolik.

 Penjelasan kepada kedua belah pihak tentang tujuan dan sifat hakiki perkawinan yang
tidak boleh disangkal agar perkawinan itu menjadi sah.

 Perkawinan campur beda agama yang sah menurut Gereja Katolik tidak dapat diceraikan.

9. Sebelum Konsili Vatikan II Gereja mempunyai model/bentuk institusi hierarkis Pyramidal:

 Para hierarki (Paus, Uskup, Imam dan Diakon) menguasai Umat.

 Organisasi (lahiriah) berstruktur piramidal, tertata rapi.

 Hierarki memiliki kuasa untuk menentukan segala sesuatu bagi seluruh Gereja.
Sedangkan Umat hanya mengikuti saja hasil keputusan hierarki.

 Model ini cenderung “imam sentris” atau “hierarki sentris” artinya hierarki pusat gerak
Gereja.

 Gereja model piramidal cenderung mementingkan aturan, lebih statis dan sarat dengan
aturan.

 Gereja sering merasa sebagai satu-satunya penjamin kebenaran dan keselamatan bahkan
bersikap triumfalistik (memegahkan diri).

Setelah Konsili Vatikan II Gereja sebagai persekutuan umat Allah: Gereja tidak lagi “hierarki
sentris” melainkan Kristosentris:

 Gereja yang Kristosentris adalah Gereja menganggap Kristuslah pusat hidup Gereja.
Sedangkan kaum hierarki, Awam, dan Biarawan-Biarawati sama-sama mengambil
bagian dalam tugas Kristus dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan talenta dan
kemampuannya masing-masing.

 Gereja lebih bersikap terbuka dan rela berdialog untuk semua orang. Gereja meyakini
bahwa di luar Gereja pun terdapat keselamatan.

 Adanya paham Gereja sebagai Umat Allah yang memberikan penekanan pada
kolegialitas episkopal (keputusan dalam kebersamaan).

 Adanya pembaharuan (aggionarmento) yang mendorong Umat untuk terlibat dan


berpartisipasi serta bekerjasama dengan para klerus.
 Kepemimpinan Gereja; Didasarkan pada spiritualitas Yesus yang melayani para murid-
Nya, maka konsekuensi yang dihadapi oleh Gereja sebagai Umat Allah adalah hierarki
yang ada dalam Gereja bertindak sebagai pelayan bagi Umat dengan cara mau
memperhatikan dan mendengarkan Umat. Selain itu keterlibatan Umat untuk mau aktif
dan bertanggung jawab atas perkembangan Gereja juga menjadi hal yang penting. Maka,
hierarki dan Umat/awam diharapkan dapat menjalin kerja sama sebagai partner kerja
dalam karya penyelamatan Allah di dunia.

Anda mungkin juga menyukai