PETUNJUK :
SOAL :
2. Maksud pernyataan tersebut adalah jika ingin menjadi hamba Tuhan yang baik maka
semestinya kita menghormati sesama kita dengan rasa hormat yang sama dengan kita
menghormati kemahadaulatan Allah.
3. Maksud dari pernyataan tersebut adalah dimata Tuhan kita sebagai manusia memiliki derajad
yang sama, tanpa kelas dan tingkatan. Maka dengan tanggapan itu kita sebagai manusia tidak
mempunyai berhak untuk menguasai manusia lainnya, melainkan menghormati sesame.
4. Karya keselamatan yang dikerjakan Tuhan dalam Sakramen Permandian/Baptis adalah jika
seseorang secara resmi menyatakan tobat dan imannya kepada Yesus Kristus, serta bertekad
untuk bersama umat ikut serta dalam tugas panggilan Kristus, maka dia diterima dalam umat
dengan upacara permandian/baptis, orang yang menerima sakramen permandian diterima
baru lahir di dalam Gereja. Peristiwa kelahiran baru menjadi putra Bapa dalam Roh Kudus
berarti bahwa selanjutnya ia ikut menghayati hidup Kristus sendiri yang ditandai oleh wafat
dan kebangkitan-Nya. Oleh karena itu, orang yang telah dipermandikan harus bersama
Kristus “mati bagi dosa” supaya dalam Kristus, ia hidup bagi Allah.
5. Sakramen penguatan menjadi tanda kedewasaan, maka orang yang menerima Sakramen
Penguatan turut serta bertanggung jawab atas kehidupan Umat Allah, rahmat yang diberikan
sakramen ini adalah:
Memperkuat anugerah dalam memberi kesakisan iman kristen baik melalui kata
maupun perbuatan
Kita diberi kekuatan khusus dari Roh Kudus untuk menyebarluaskan dan membela
iman sebagai saksi-saksi Kristus yang sejati
Imamat kaum beriman yang kita terima pada waktu baptis semakin disempurnakan.
6. Seseorang yang menerima Sakramen Tobat berarti menerima tanda dan sarana untuk
kembali ke jalan Tuhan dan mengaku dosa dihadapan Imam. Hal ini dikarenakan seseorang
melakukan sesuatu yang bertolak belakang dengan kehendak Tuhan yang berarti dia
memisahkan diri dari Tuhan dan sesama.
7. Terikat Perkawinan dan Impotensi menjadi halangan menikah yang mutlak karena halangan
nikah dikatakan berasal dari hukum Ilahi kalau halangan itu bersumber dari hukum kodrat,
yang dibuat dan diatur oleh Allah sendiri dalam tata penciptaan. Karena impotensi
menyebabkan seseorang untuk tidak bisa menghasilkan anak, maka impotensi melanggar
hukum Ilahi, sehingga termasuk pada halangan menikah.
Pernyataan tekad pihak Katolik untuk menjauhkan bahaya meninggalkan iman dan
berjanji untuk sekuat tenaga mengusahakan pembaptisan dan pendidikan anak-anak yang
akan lahir secara Katolik.
Pihak bukan Katolik harus diberitahu mengenai janji pihak Katolik tersebut supaya
sebelum menikah ia sadar akan janji dan kewajiban pihak Katolik.
Penjelasan kepada kedua belah pihak tentang tujuan dan sifat hakiki perkawinan yang
tidak boleh disangkal agar perkawinan itu menjadi sah.
Perkawinan campur beda agama yang sah menurut Gereja Katolik tidak dapat diceraikan.
Hierarki memiliki kuasa untuk menentukan segala sesuatu bagi seluruh Gereja.
Sedangkan Umat hanya mengikuti saja hasil keputusan hierarki.
Model ini cenderung “imam sentris” atau “hierarki sentris” artinya hierarki pusat gerak
Gereja.
Gereja model piramidal cenderung mementingkan aturan, lebih statis dan sarat dengan
aturan.
Gereja sering merasa sebagai satu-satunya penjamin kebenaran dan keselamatan bahkan
bersikap triumfalistik (memegahkan diri).
Setelah Konsili Vatikan II Gereja sebagai persekutuan umat Allah: Gereja tidak lagi “hierarki
sentris” melainkan Kristosentris:
Gereja yang Kristosentris adalah Gereja menganggap Kristuslah pusat hidup Gereja.
Sedangkan kaum hierarki, Awam, dan Biarawan-Biarawati sama-sama mengambil
bagian dalam tugas Kristus dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan talenta dan
kemampuannya masing-masing.
Gereja lebih bersikap terbuka dan rela berdialog untuk semua orang. Gereja meyakini
bahwa di luar Gereja pun terdapat keselamatan.
Adanya paham Gereja sebagai Umat Allah yang memberikan penekanan pada
kolegialitas episkopal (keputusan dalam kebersamaan).