Anda di halaman 1dari 15

SIKAP

GEREJA KATOLIK
TERHADAP
AGAMA-AGAMA LAIN

PERTANYAAN AWAL
1) Kalau Tuhan yang kita percaya itu Esa, mengapa

ada berbagai macam agama di dunia ini?


2) Apakah Gereja Katolik mengakui kebenaran dari
agama-agama lain? Lalu, bagaimana memahami
misinya untuk menjadikan semua bangsa muridmurid Yesus? (cf. Mt.28:19-20)
3) Bagaimana Gereja memandang agama-agama lain,
dan bagaimana membangun dialog antar umat
beragama?

Landasan Antropologis
Titik tolak sikap Gereja Katolik terhada agama-

agama lain adalah pandangan kristiani tentang


manusia sendiri.
Manusia adalah makhluk sosial, berakal budi,
berhati nurani dan merdeka.
Manusia adalah gambaran Allah sendiri (citra Allah).
(Cf. Kej. 1:26-27; Keb. 2:23)
Gambaran Allah ditemukan dalam Yesus Kristus
sendiri.

Memahami Kepercayaan Lain


Animisme: tahap manusia memproyeksikan diri pada pada

yang keramat. Doa, sesaji, mantra untuk mengendalikan yg


keramat. Pengalaman religius menyangkut pengalaman
tremendum et fascinosum
Agama wahyu: tahap manusia mengenal yang ilahi karena yang
ilahi sendirilah yang memperkenalkan diriNya pada manusia.
Tanggapan manusia atas wahyu ilahi itulah yang berbeda-beda.
Gereja tidak menolak apa pun, yang dalam agama-agama itu
serba benar dan suci (Nostra Aetate no.2) Sekaligus itu tidak
menghilangkan panggilan untuk mewartakan Kristus sebagai
jalan, kebenaran dan hidup (Yoh. 14:6). Karena dalam Dia ada
kepenuhan hidup.

Teks N.A. no. 2

Gereja Katolik tidak menolak apa pun, yang dalam


agama-agama itu serba benar dan suci. Dengan sikap
hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara
bertindak dan hidup, kaidah-kaidah, serta ajaranajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari
apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi
tidak jarang toh memantulkan sinar kebenaran yang
menerangi semua orang.

Panggilan konstitutif Gereja


Menghormati agama-agama yang lain merupakan

panggilan dasar Gereja sebagai sakramen kehadiran


Kristus di dunia ini.
Sikap Gereja yang demikian berlandaskan pada

pandangan jati diri Gereja sendiri sebagai Gereja


Katolik, dan hal itu tidak mengurangi atau
memperlemah panggilan Gereja sendiri untuk
mewartakan Kristus.

Teks Lumen Gentium no. 2.

Itulah satu-satunya Gereja Kristus, yang dalam


Syahadat iman kita akui sebagai Gereja yang satu,
kudus, katolik, dan apostolik. Gereja itu, yang di dunia
ini disusun dan diatur sebagai suatu masyarakat,
berada dalam Gereja Katolik, yang dipimpin oleh
pengganti Petrus dan para Uskup dalam persekutuan
dengannya, walaupun di luar persekutuan itu pun
terdapat banyak unsur pengudusan dan kebenaran,
yang merupakan kurnia-kurnia khas bagi Gereja
Kristus, dan mendorong ke arah kesatuan katolik.

Gereja bagian dari umat manusia


Di zaman kita umat manusia makin hari makin disatukan
makin erat dan hubungan antara pelbagai bangsa makin
meningkat. Dengan perhatian lebih besar Gereja
mempertimbangkan bagaimana sikapnya terhadap agamaagama bukan kristiani. Dalam tugasnya memupuk
kesatuan dan kasih di antara orang-orang, ia
memperhatikan terutama apa yang bersama bagi semua
dan membawa kepada persekutuan timbal-balik. Karena
semua bangsa merupakan satu komunitas, maka mereka
mempunyai satu asal usul yang sama, sebab Allah
memberikan kepada umat manusia seluruh bumi untuk
dihuni. (Nostra Aetate no. 1)

Sikap terhadap Islam


Namun rencana keselamatan juga merangkum mereka, yang
mengakui Sang Pencipta, di antara mereka terdapat terutama kaum
Muslimin, yang menyatakan, bahwa mereka berpegang pada iman
Abraham, dan bersama kita bersujud menyembah Allah yang tunggal
dan maharhim, yang akan menghakimi manusia pada hari kiamat.
..
Penyelenggaraan ilahi juga tidak menolak memberi bantuan yang
diperlukan untuk keselamatan kepada mereka yang tanpa bersama
belum sampai pada pengetahun yang jelas tentang Allah, namun
berkat rahmat ilahi berusaha menempuh hidup yang benar. Sebab
apa pun yang baik dan benar yang terdapat pada mereka, oleh Gereja
dipandang sebagai persiapan Injil dan sebagai kurnia Dia, yang
menerangi setiap orang supaya akhirnya memperoleh kehidupan.
(Lumen Gentium, no. 16)

Kendala Luka Sejarah


Dalam sejarahnya, Gereja terlibat dalam masa kelam

berhadapan dengan kekuatan Islam, khususnya


dalam kasus Perang Salib.
Bagaimana Gereja menghayati misi kasih dengan
luka sejarah itu?
Jujur mengakui dan menerima sejarah kelam
hubungan umat beragama adalah titik tolaknya.
Untuk itu Paus Yoh. Paulus II minta maaf atas
penyimpangan Gereja dalam sejarahnya.

Empat ranah dialog


1) Dialog kehidupan: perhatian, sikap hormat dan

keterbukaan terhadap umat beragama lain


2) Dialog karya: kerja sama dalam karya
kemanusiaan
3) Dialog pakar/intelektual : kerjasama di tataran
keahlian untuk memperdalam dan memperkaya
pengalaman.
4) Dialog pengalaman religius: berbagi
pengalaman dari tradisi agama masing-masing
untuk lebih saling memahami dan memperkaya.

Sikap terhadap Hindu dan Budha


tidak menolak apa yang benar dan suci (N.A. 2)

Terhadap Gereja lain


Oleh karena itu mereka memang dengan tepat
menyandang nama Kristen, dan tepat pula oleh
putera-puteri Gereja Katolik diakui selaku saudarasaudari dalam Tuhan. (Reunitatis et integratio no.
3)

Misi dan Penyebaran iman


Dalam menyebarluaskan iman religius dan
memperkenalkan praktek-praktek keagamaan,
setiap orang selalu harus menjauhkan diri dari cara
bertindak yang dapat dianggap agak memaksa atau
suatu cara meyakinkan yang tak pantas atau tak
layak, terutama bila berhadapan dengan orang
miskin atau orang yang tak terpelajar. Cara
bertindak seperti itu harus dianggap sebagai
penyalahgunakan hak diri sendiri dan pelanggaran
terhadap hak orang lain. (Dignitatis Humane, no.4)

Sumber Bacaan
I. Suharyo, The Catholic Way, Yogyakarta: Kanisius,

2009.
I. Ismartono, SJ, Kuliah Agama Katolik, Jakarta:
Obor, 1993

Anda mungkin juga menyukai