&
AKU PERCAYA
Oleh:
Tim Guru Agama Kelas X
Alur Materi Kurikulum Agama SMAK Kolese Santo Yusup disesuaikan Kurikulum
Nasional:
1. Iman dan Agama
2. Kitab Suci dan Aku Percaya (Credo)
3. Gereja dan Sakramen
4. Ajaran Sosial Gereja dan Sepuluh Perintah Allah (Dekalog)
5. Panggilan Hidup
6. Perutusan
KELAS X
Semester 1
Iman dan Agama
1. Menyelami keberadaan Allah.
2. Mengimani Allah dengan beragama dengan tidak melupakan/ meniadakan
budaya setempat.
3. Dengang iman, kita mensyukuri atas keberadaan kita sebagai ciptaan-Nya
yang unik dengan segala kemampuan dan keterbatasannya.
4. Menyadari bahwa walaupun kita unik namun diciptakan segambar atau
secitra dengan Allah.
5. Tanda bahwa kita secitra dengan Allah kita dibekali suara hati dan
kebebasan oleh Allah.
6. Atas bekal suara hati kita diajak bersikap kritis dan dan atas bekal
kebebasan kita diajak untuk bertanggungjawab.
7. Lampiran Sejarah Kongregasi Murid-murid Tuhan.
Semester 2
Kitab Suci dan Aku Percaya (Credo)
1. Iman akan Yesus Kristus bersumber dari Kitab Suci.
2. Ungkapan Iman orang kristiani terangkum dalam Doa Aku Percaya (Credo).
3. Inti pewartaan Kitab Suci adalah Yesus yang mewartakan Kerajaan Allah
(kabar kebahagiaan).
4. Yesus yang mewartakan Kerajaan Allah secara total menjadikan Yesus
sebagai Sahabat Sejati, Tokoh Idola dan Juru Selamat.
5. Setelah di dunia memberi contoh bagaimana manusia harus hidup Yesus
kembali pada kodratnya sebagai Allah dan mengutus Roh Kudus.
6. Dengan demiklian kita percaya bahwa Allah kita adalah Allah Bapa, Allah
Putra (Yesus), dan Allah Roh Kudus. Ketiganya adalah satu (Tritunggal).
7. Lampiran Kongregasi Murid-murid Tuhan di Indonesia.
2
KELAS XI
Semester 3
Gereja dan Sakramen
1. Orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan disebut Gereja.
2. Gereja memiliki sifat-sifat satu, kudus, katolik, dan apostolik.
3. Struktur Gereja terdiri dari Hierarki dan Kaum Awam.
4. Gereja memiliki tugas menguduskan, mewartakan, menjadi saksi,
membangun persekutuan , dan melayani.
5. Sakramen dan sakramentali sebagai bagian dari tugas Gereja yang
menguduskan
6. Lampiran Identitas Kongregasi Murid-murid Tuhan.
Semester 4
Ajaran Sosial Gereja dan Sepuluh Perintah Allah (Dekalog)
1. Gereja berusaha hidup sesuai dengan kehendak Allah dengan
memperhatikan perintah dan menjauhi larangan (sepuluh perintah
Allah/dekalog). Dari perhatian terhadap sepuluh perintah Allah menjadi
nyata bahwa Gereja juga memperhatikan hak asasi manusia.
2. Gereja juga memiliki kepedulian dan keprihatinan terhadap situasi dunia
dengan memperhatikan, menanggapi masalah-masalah pada zamannya,
salah satunya terungkap dalam Ajaran Sosial Gereja.
3. Lampiran Semangat Kongregasi Murid-murid Tuhan.
KELAS XII
Semester 5
Panggilan Hidup
1. Panggilan Hidup
A. Panggilan Hidup Berkeluarga
B. Panggilan Hidup Membiara
C. Panggilan Karya dan Profesi
2. Memperjuangkan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat.
3. Menghargai keberagaman dalam hidup bermasyarakat.
4. Dialog dan Kerjasama antarumat beragama.
5. Peran serta umat Katolik dalam pembangunan Bangsa Indonesia.
6. Lampiran Wejangan-wejangan Celso Costantini.
Semester 6
Perutusan
1. Mengulang materi-materi penting kelas X, XI, dan XII untuk USBN.
2. Ujian Praktik Agama: Perutusan
3. Lampiran Keutamaan-keutamaan menurut Celso Costantini.
Tetap Bersemangat!
3
DAFTAR ISI
Tritunggal .......................................................................
4
BAB I
MENGENAL KITAB SUCI
Dua Jilid
Sesuai dengan perkembangan zaman, sekarang biasanya Alkitab dicetak sebagai
satu buku saja, paling paling ada dua jilid. Jilid I berjudul: Kitab Suci Perjanjian Lama;
jilid II berjudul Kitab Suci Perjanjian Baru. Kitab Suci disebut "Perjanjian" karena
berisikan“perjanjian Allah dengan manusia“. Dalam Alkitab diceritakan dan dipikirkan
mengenai perjanjian itu, yaitu perjanjian Allah dan manusia, setia atau tidak setianya
manusia pada perjanjian itu; bagaimana perjanjian itu terlaksana atau tidak terlaksana.
Kata "perjanjian" dipakai untuk mengatakan bahwa antara Allah dan manusia
terjalinlah hubungan istimewa, bukan hubungan alamiah saja. Hubungan itu sedikit
serupa (lebih banyak berbeda) dengan hubungan antara manusia yang terjalin melalui
sebuah perjanjian.
Jilid I Kitab Suci, yaitu Perjanjian Lama, mengenai perjanjian - perjanjian yang
diadakan Allah dengan manusia sebelum Yesus Kristus, tampil di muka bumi ini. Jilid
II, yaitu Perjanjian Baru, mengenai perjanjian terakhir yang diadakan Allah dengan
umat manusia melalui Yesus Kristus. Perjanjian Baru itu adalah perjanjian kekal. Suatu
perjanjiaan yang dari kedua belah pihak, yaitu Allah dan manusia. Tidak pernah akan
batal dan gagal. Maka suatu perjanjian lain lagi tidak mungkin. Jilid II itu, Perjanjian
Baru, menceritakan dan memikirkan bagaimana jilid I, Perjanjian Lama, dilanjutkan,
ditingkatkan dan diselesaikan melalui Yesus Krisus dan umat yang percaya kepadaNya.
Baiklah diingat bahwa (sebagian besar) Kitab Perjanjian Lama tetap Kitab Suci
umat Yahudi. Tetapi mereka memahaminya secara lain dari caranya umat kristiani,
mengertinya. Sebab umat Yahudi tidak memakai Kitab Perjanjian Baru sebagai kunci
penafsiran dan pemahaman. Dengan Perjanjian Barunya umat Kristen seolah-olah
"mengkristenkan" Kitab Suci orang-orang Yahudi, membacanya sebagai semacam
"pengantar" kepada Yesus Kristus dan kesaksian tentang Yesus Kristus sebagaimana
dinyatakan dalam Perjanjian Baru.
Suatu Perpustakaan
Alkitab yang sekarang diterbitkan sebagai satu buku dengan satu jilid atau dua jilid,
sebenarnya sebuah perpustakaan. Jilid II, yaitu Perjanjian Baru memuat 27 karangan
yang bermacam-macam bentuk, isi dan corak-cirinya. Jilid I jauh lebih tebal dan bahkan
memuat 47 karangan yang bermacam-macam juga.
Versi Alkitab
Bagian tengah Kitab Suci Perjanjian Lama yang berjudul "Deuterokanonika" (oleh
jemaat-jemaat Kristen/Reformasi disebut "Apokrip") memuat 7 (atau 8) kitab dan
karangan dan sejumlah tambahan pada Kitab nabi Daniel dan Kitab Ester. Kitab-kitab
dan tambahan-tambahan tersebut oleh kebanyakan jemaat yang berasal dari reformasi
tidak diterima sebagai Kitab Suci meskipun orang boleh diajak membacanya, sebab
banyak manfaatnya. Sebaliknva Gereja Katolik dan Gereja Yunani ortodoks mengakui
ketujuh (kedelapan) kitab dan tambahan-tambahan tersebut sebagai kitab yang termasuk
Kitab Suci.
5
Kitab-kitab yang diterima sebagai Kitab Suci oleh semua Gereja disebut
kanonika artinya: termasuk daftar Kitab Suci. Ada juga istilah “protokanonika",
artinya temasuk kanon (daftar kitab-kitab Suci) yang pertama. Kitab-kitab itupun
diakui oleh umat Yahudi. Kitab kitab (serta tambahan-tambahan ) yang diterima oleh
Gereja Katolik dan Yunani ortodoks disebut "Deuterokanonika" (artinya: termasuk:
daftar Kitab-kitab Suci yang lain).
Kitab Suci yang termasuk Deuterokanonika adalah Kitab Tobit, Yudit,
Tambahan-tambahan pada Kitab Ester, Kebijaksanaan Salomo, Yesus bin Sirakh,
Barukh, Surat Nabi Yeremia, Tambahan-tambahan pada Kitab Daniel, Kitab Makabe
yang Pertama, Kitab Makabe yang Kedua
Di balik perbedaan antara Gereja Katolik dan Gereja-Gereja Reformasi.
tersembunyi perbedaan yang dahulu ada di kalangan umat Yahudi. Di luar negeri
Palestina dan juga di Palestina sendiri orang Yahudi menerima sebagai Kitab Suci tetapi
belum ada sebuah daftar yang umum diakui. Sekitar tahun 100 Masehi, para ahli kitab
Yahudi menetapkan sebuah daftar resmi. Mula - mula keputusan itu diterima di
Palestina saja, tetapi kemudian diakui oleh semua orang Yahudi. Umat Katolik semula
mengikuti kebiasaan orang Yahudi.
Jadi bagi umat Katolik pun belum pasti karangan-karangan mana yang termasuk
Kitab Suci, Tetapi kemudian mereka tidak menyesuaikan diri dengan keputusan ahli-
ahli Kitab Yahudi. Maka umat Katolik tetap mengakui sebagai kitab suci sejumlah
karangan yang tidak lagi diterima orang-orang Yahudi. Dikemudian hari barulah umat
Katolik sendiri menetapkan daftar kitab-kitab suci . Daftar itu lebih luas dari daftar yang
ditetapkan bagi orang Yahudi sekitar 100 Masehi. Sebaliknya jemaat jemaat reformasi
kemudian menyesuaikan diri dengan daftar Yahudi itu. Gereja Katolik terus
melanjutkan tradisi Kristen dahulu. Begitulah muncul perbedaan antara Gereja Katolik
dengan jemaat – jemaat reformasi.
Demi kerja sama dengan lembaga Alkitab Indonesia, diambil kebijaksanaan ini:
Kitab-kitab Deuterokanonika ditempatkan antara Perjanjian Lama yang diterima oleh
semua, dan Perjanjian Baru yang diterima semua pula. Untuk jemaat jemaat reformasi
diedarkan terbitan yang tidak memuat Deuterokanonika itu, meskipun mereka tentunya
boleh membeli terbitan lain juga. Bila pihak Katolik sendiri menerbitkan Alkitab
Perjanjian Lama, maka kitab-kitab (dan tambahan-tambahan) Deuterokanonika
ditempatkan di antara kitab-kitab lain dalam urutan seperti lazim dalam Gereja Katolik
dan yang terdapat dalam terjemahan Latinnya, Vulgata. Anda dapat melihat itu
dalam`terbitan: Kitab Suci Perjanjian Lama dengan pengantar dan catatan, dua jilid
yang diterbitkan oleh Nusa Indah dan yang dipersembahhan kepada umat Katolik di
Indonesia oleh Kementerian Agama, Bimas Katolik.
8
Para raja istananya tentu mempunyai arsip negara. Para ”abdi dalem”
menuliskan kisah – kisah mengenai raja serta keturunannya, hal ihwal perang dan
pengalaman perang. Abdi dalem itu juga mengajarkan putra – putra raja dan
mendidiknya dengan berbagai nasehat dan wejangan. Pendidikan semacam itu terjadi
juga di luar istana raja. Begitulah, tersedia macam – macam bahan yang berasal dari
istana raja. Adakalanya sudah mulai ditulis suatu ”kisah”, ”babad raja” yang agak
lengkap.
Bait Allah juga mempunyai arsipnya. Di situ tersimpan pelbagai dokumen yang
bersangkutan dengan Bait Allah, pembangunan, perbaikan dan hal-ihwalnya. Ada juga
dokumen-dokumen yang memuat tata-upacara dan aturan ibadat. Boleh jadi arsip itu
sebenarnya berasal dari zaman dahulu, tetapi oleh para petugas Bait Allah dipelihara
dengan saksama.
Para nabi biasanya menyampaikan nubuat dan khotbahnya secara lisan. Tetapi
oleh mereka yang mendukung nabi itu, katakanlah: murid-murid nabi, dihafalkan apa
yang disampaikan nabi-nabi itu. Kemudian nubuat, khotbah serta wejangan itu
dituliskan dan dibukukan, boleh jadi oleh nabi sendiri pada akhir hidupnya atau untuk
menyebarluaskan nubuat nubuatnya waktu dilarang tampil di muka umum. Nubuat-
nubuat, khotbah-khotbah dan wejangan nabi itu mungkin kemudian disadur,
ditambah dan disesuaikan dengan keadaan baru. Terutama sekitar nabi-nabi yang
paling dahulu muncul macam-macam ceritera untuk meluhurkannya.
Kita sudah tahu bahwa pada umat lsrael ada lagu-lagu keagamaan, mazmur-
mazmur. Lagu-lagu itu dipakai dalam ibadat dan juga dituliskan supaya tetap tersedia.
Khususnya di zaman sesudah masa pembuangan ada pemikir dan pesajak serta sejarawan
yang menuliskan dan mengedarkan hasil bakat pemikiran, seni sastranya. Semua
bahan tersebut yang beredar pada umat Israel dan tumbuh sepanjanag sejarah
akhirnya dibukukan semua. Dan itu menjadi Alkitab. Banyak bahan sudah terkumpul se-
lama umat Israel dalam pembuangan di Babel, terutama apa yang tercantum dalam
kelima kitab Musa (Pentateukh) dan dalam kitab para nabi. Tetapi juga sesudah masa
pembuangan itu masih muncul karangan dan kumpulan lain. Baru menjelang zaman
Perjanjian Baru semua tersusun dan dibukukan. Buku-buku itu diterima umat Israel sebagai
Kitab Sucinya. Namun demikian masih juga ada perbedaan pendapat pada umat Israel
sekitar persoalan karangan manakah yang mesti diakui sebagai Kitab Suci.
Menurut kepercayaan Kristiani (yang sudah ada dalam Perjanjian Baru) dan orang
Yahudi, Kitab Suci itu merupakan hasil penyelenggaraan ilahi. Dengan jalan itu Tuhan
memberi kepada umat-Nya suatu pegangan dan pedoman untuk sejarah selanjutnya.
Alkitab itu menjadi firman Allah yang tertulis, wahyu ilahi. Ini suatu kesaksian yang
didukung Allah sendiri tentang karya-Nya dalam sejarah umat-Nya dan sejarah seluruh
umat manusia. Penyelenggaraan ilahi itu disebut "inspirasi". Jadi "inspirasi" itu jangan
dimengerti sebagai "ilham", "wahyu" atau wangsit. Inspirasi tidak berarti
”pemberitahuan". Para penulis Kitab Suci tidak mengetahui atau menyadari bahwa
menulis "Kitab Suci". Mereka bekerja sama seperti penulis-penulis lain. Apa yang
mereka tulis tentang Allah dan manusia di hadapan Allah dan hubungan timbal balik antara
Allah dan manusia memang tepat, tapi tidak usah utuh lengkap. Dan pengungkapannya
selalu manusiawi. Dan dalam hal "profan" atau duniawi, yang tidak menyangkut Allah
dan manusia di hadapan Allah, mereka tidak "tahu” lebih banyak daripada manusia
lain.
Kecuali itu "inspirasi" itu juga berarti bahwa Allah melalui Kitab Suci selalu (dapat)
menyapa, memanggil, menegur dan menasehati manusia beriman.
9
2000 Tahun Pengalaman Iman yang Selalu Aktual
Mengingat caranya Alkitab tercipta, jelaslah di dalamnya tercantum pengalaman
umat Allah sepanjang lebih kurang 2000 tahun. Umat Israel yang percaya kepada Allah
yang Mahaesa, mengumpulkan segala macam pengalaman, baik pengalaman bersama
maupun pengalaman perorangan. Terdorong oleh iman kepercayaan kepada Allah,
umat memikirkan, merefleksikan dan semakin memahami pengalamannya itu. Ternyata
di.belakang pengalaman dan hal-ihwal manusia tersembunyi karya Allah yang
memimpin umat dan orang kepada keselamatan yang sejak awal mula direncanakan
dan dimaksudkan. Umat semakin memahami Allah dan manusia. Menjadi jelas
pula bahwa penyelewengan manusia dari kehendak Allah seolah-olah mau
menggagalkan rencana Tuhan. Tetapi tersingkap pula kasih dan kesetiaan Allah yang
kendati penyelewengan manusia terus berlangsung, Allah tetap mengusahakan
keselamatan dan kebahagiaan manusia itu.
Dalam Alkitab kita menemukan bagaimana manusia yang sungguh percaya, mesti
bergumul dengan segala macam masalah dan persoalan yang mendatanginya. Dalam
sorotan imannya itu manusia mencari jalan dan pemecahan. Kadang-kadang usahanya
gagal, lain kali berhasil baik. Ada kemajuan dan perkembangan dalam imannya dan
dalam pemahaman. Pandangan iman disempurnakan, diperbaiki dan dibetulkan. Rasa
susila pun semakin maju dan berkembang.
Macam-macam Karangan
Sudah jelas bahwa dalam Alkitab terkumpul macam-macam bahan. Tidak
semua dapat dilihat dengan pandangan yang sama. Semua perlu dibaca sesuai
dengan corak-cirinya sendiri. Sebagian besar Alkitab berupa kisah dan ceritera.
Tetapi tidak semua mempunyai sifat yang sama. Terdapatlah ceritera rakyat, yang
kadang kadang mendekati dongeng. Ceritera itu tidak pernah dimaksudkan
sebagai "warta-berita", laporan tentang kejadian seperti nyata terjadi. Ceritera - ceritera
itu terlebih mau mengajar sesuatu yang lain dari kejadian belaka. Ada kisah yang
bermaksud meluhurkan dan memuliakan tokoh-tokoh penting dalam sejarah umat
Israel. Lain karangan berupa "roman" saja, buah khayal sastrawan yang dengan jalan
itu menyebarluaskan pikirannya. Tetapi ada juga kisah yang berasal dari saksi yang
dengan seksama, meskipun dengan maksud tertentu, mau melapor apa yang dialami dan
disaksikan.
Ada dokumen dokumen resmi yang dengan terus terang memberitahukan hal yang
perlu diberitahukan. Semuanya itu kadang-kadang bercampur-aduk dalam karangan yang
satu dan sama, ceritera rakyat, dongeng dan dokumen resmi bisa berdampingan satu sama
lain. Tetapi segala sesuatu mesti dinilai sebagaimana mestinya. Kalau semua dipukul-
10
ratakan saja, pembaca Alkitab pasti keliru dan salah paham.
Ada bagian-bagian Kitab Suci yang lain sekali sifatnya. Ada lagu dan sajak. Bagian-
bagian lain berupa khotbah, wejangan, pepatah, petuah, perumpamaan dan
perbandingan. Ada juga. bagian berupa uraian, hasil usaha seorang pemikir yang
menyampaikan hasil pikirannya. Semua bahan itu pun harus dibaca sesuai dengan cirinya:
lagu dan sajak sebagai lagu dan sajak, khotbah, wejangan, uraian perlu dipahami
sebagai khotbah, wejangan atau uraian.
Bagian cukup besar Perjanjian Lama tidak lain kecuali hukum, undang-undang dan
aturan. Itupun perlu dibaca dan dipahami sebagaimana mestinya. Ada sejumlah
hukum yang boleh dikatakan: undang-undang dasar. Hukum-hukum semacam itu
selalu berlaku. Tetapi, sesuai dengan cirinya, kebanyakan hukum, undang-undang dan
aturan terperinci dikeluarkan untuk masyarakat tertentu, pada waktu tertentu dan pada
tingkat perkembangan masyarakat tertentu.
Hukum dan undang-undang semacam itu tidak bisa berlaku di mana mana dan abadi.
Yang perlu diperhatikan bukan penetapan-penetapan terperinci, tetapi semangat yang
menjiwai semuanya. Dan semangat itu pada umat Israel berurat-akar dalam agama
kepercayaannya. Dalam Perjanjian Lama terlihat bagaimana undang undang dan hukum
tertentu diganti hukum dan undang-undang lain, lebih sesuai dengan keadaan dan
perkembangan masyarakat baru. Agak banyak hukum mengenai halal dan haram,
najis dan tahir. Ini hanya dapat dipahami dan diberlakukan dalam masyarakat zaman
dahulu di daerah Timur Tengah. Dengan perkembangan lebih lanjut hukum itu batal
dengan sendirinya.
Kitab Suci juga bukan buku pedoman ilmu kemasyarakatan. Jadi di situ orang tidak
boleh mencari petunjuk-petunjuk bagaimana seharusnya masyarakat manusia
tersusun.
Alam pikiran Alkitab adalah alam pikiran rakyat dan para pesajak. Para penulis
Kitab Suci berbicara secara konkret, tidak mengupas gagasan-gagasan halus secara
terperinci dan secara teratur berupa kuliah atau uraian. Sebaliknya mereka gemar
akan gambaran, kiasan dan perbandingan; suka akan lambang, bahasa menyangatkan
dan perumpamaan. Cara berpikir dan berbicara itu dapat mempersulit pemahaman
kita. Kita bergerak entah dalam alam pikiran ilmiah modern, entah dalam alam
pikiran Indonesia tradisional. Sebaliknya para penulis Alkitab bergerak dalam alam
11
pikiran pra-ilmiah dan dalam pikiran konkret seperti ada di Palestina di zaman dahulu.
Gambaran, kiasan, perumpamaan dan sebagainya dipinjam dari hidup sehari-hari
bangsa Israel dahulu.
Cara berpikir dan berbicara itu khususnya perlu diperhatikan apabila Alkitab
berbicara tentang Allah. Tidak terdapat sebuah uraian teologis yang rapi tersusun.
Dalam hal ini pun penulis Kitab Suci konkret, suka akan gambaran, kiasan,
perbandingan konkret yang di pinjam dari dunia manusia. Cara bicara itu dapat
membingungkan sebab Allah digambarkan sebagai seorang manusia: Allah marah dan
menyesal, Allah "mengendarai awan dll". Allah dibandingkan dengan seorang raja dan
gembala, ibu dan suami, bapa keluarga, benteng, bukit batu dan sebagainya. Allah jatuh
cinta dan juga membenci. Semuanya itu hanya suatu usaha untuk berbicara tentang
Allah dengan cara yang dapat dipahami, manusia di zaman itu dan mengesan di hati
para pendengar.
15
BAB II
KITAB SUCI PERJANJIAN LAMA
Cara mengutip Kitab Suci Perjanjian Lama
Kitab-kitab Suci sekarang terbagi atas bab dan ayat-ayat, baik dalam bahasa asli
maupun dalam terjemahan-terjermahan. Pembagian itu memang tidak asli. Ini baru
dibuat para ahli sekitar tahun 1500 Masehi. Pembagian itu hanya dibuat supaya orang
dapat gampang mengutip Kitab Suci dan begitu menolong pembaca untuk menemukan
kembali kutipan tersebut dalam Alkitab. Cara mengutip adalah sebagai berikut: Dahulu
ditempatkan kependekan nama kitab, lalu menyusul sebuah angka yang menunjuk
babnya, lalu ada angka yang menunjuk ayat dalam bab itu. Misalnya: Kej 5,9: artinya:
Kitab Kejadian, bab 5, ayat 9. Orang juga boleh mengikuti kebiasaan Inggris yang
mengutip teks yang sama begini: Kej 5:9. Kalau ada deretan ayat yang mau dikutip
maka caranya begini: Kej 5:9; Ul 3:5; Yes 10: 15. Kalau beberapa ayat dari bab yang
sama dikutip maka caranya begini: Kej 10: 1.5.10.12.
Baiklah diketahui bahwa pembagian atas bab dan ayat tidak sama dalam semua
terbitan. Maka boleh jadi bahwa salah satu kutipan dalam sebuah buku misalnya tidak
cocok dengan terjemahan Alkitab yang anda pakai.
Waktu orang mengutip kitab-kitab dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru
biasanya dipakai kependekan nama kitab. Kependekan yang lazim dipakai di Indonesia
dan yang disepakati oleh pihak Katolik dan Protestan sebagai berikut:
Kej Kejadian Ams Amsal
Kel Keluaran Pkh Pengkhotbah
Im Imamat Kid Kidung Agung
Bil Bilangan Keb Kebijaksanaan Salomo
Ul Ulangan Sir Yesus bin Sirakh
Yos Yosua Yes Yesaya
Hak Hakim-hakim Yer Yeremia
Rut Rut Rat Ratapan
1 Sam 1 Samuel Bar Barukh
2 Sam 2 Samuel Yeh Yehezkiel
1 Raj 1 Raja-raja Dan Daniel
2 Raj 2 Raja-raja Hos Hosea
1 Taw 1 Tawarikh Yl Yoel
2 Taw 2 Tawarikh Am Amos
Ezr Ezra Ob Obaja
Neh Nehemia Yun Yunus
Tob Tobit Mi Mikha
Ydt Yudit Nah Nahum
Est Ester Hab Habakuk
I Mak 1 Makabe Zef Zefanya
2 Mak 2 Makabe Hag Hagai
Ayb Ayub Za Zakharia
Mzm Mazmur Mal Maleakhi
16
Kitab-Kitab TAURAT
Sejak panggilan Abraham sampai pembuangan Babel (tahun 586 SM), orang Israel
berkembang dari suatu keluarga nomaden liar menjadi suatu kerajaan berdaulat tertib.
Dalam proses perkembangan itu, orang Israel banyak belajar dari bangsa-bangsa lain
yang sudah lebih dahulu hidup teratur berdasarkan hukum. Kebanyakan hukum itu
berasal dari hukum adat sehari-hari, tetapi kemudian diundangkan menjadi hukum
Tuhan yang mengikat semua orang Israel. Selanjutnya pada kesempatan-kesempatan
tertentu, hukum tersebut dibaharui kembali dengan suatu perjanjian. Ketika kerajaan
sudah terbentuk, hukum itu akhirnya dijadikan hukum negara yang baku. Agar hukum
Taurat ini dikenal dan ditaati, para imam bani Lewi ditugaskan untuk mengajarkannya
kepada seluruh orang Israel yang datang beribadat di Bait Allah, khususnya pada hari
raya Pondok Daun. Karena tugas tersebut, para imam lalu dikenal luas sebagai ahli
Taurat, yang mengajarkan hukum Tuhan dari gunung Sion atau kota Yerusalem. Semua
pengajaran ini dituliskan dan dikumpulkan, sehingga sesudah pembuangan Babel telah
terbit "Kitab Taurat Musa" edisi sederhana.
Dalam perjalanan sejarah bangsa Israel, Kitab Taurat Musa tersebut kemudian
mengalami perkembangan dengan penambahan sejumlah keterangan atau penjelasan.
Sering pula ditambahkan sejarah asal usul hukum Taurat itu, sehingga akhirnya
peraturan sering bercampur dengan ceritera. Bahkan dalam perkembangan selanjutnya,
ceritera sejarah lebih dominan daripada peraturan hukum. Perkembangan ini baru
berhenti ketika para ahli Taurat berkumpul di Yamnia untuk menetapkan kanon Kitab
Suci orang Yahudi (tahun 90 M). Sejak saat itu, Kitab Taurat Musa mulai dikenal
dengan nama "Pentateukh", yang berarti "Lima Kitab", yaitu: Kejadian, Keluaran,
Imamat, Bilangan dan Ulangan. Dalam bentuk baku ini, Pentateukh kini berupa suatu
kisah panjang mengenai sejarah bangsa Israel mulai dari penciptaan dunia sampai
dengan kematian Musa. Agar lebih terperinci, berikut ini disajikan isi ringkas dari
masing-masing kitab tersebut:
a. Kitab KEJADIAN
Kitab ini berisi kisah mengenai kejadian dunia dan manusia purba, kemudian
dilanjutkan dengan kisah mengenai asal usul bangsa Israel mulai dari panggilan
Abraham sampai dengan kematian Yusuf. Dalam kitab ini, janji Allah kepada Abraham
dan keturunannya bahwa mereka akan menjadi bangsa besar yang berkuasa dan
termasyhur berulang kali ditegaskan.
b. Kitab KELUARAN
Kitab ini berisi kisah mengenai pembebasan bangsa Israel dari perbudakan Mesir,
kemudian dilanjutkan dengan kisah mengenai perjalanan mereka di padang gurun.
Dalam kitab ini, dilukiskan perjanjian antara Allah dengan bangsa Israel di gunung
Sinai, dan pendirian Kemah Suci sebagai tempat ibadat.
c. Kitab IMAMAT
Kitab ini berisi kisah mengenai pemakluman perintah Tuhan kepada bangsa Israel
dari dalam Kemah Suci. Kebanyakan perintah itu berisi peraturan mengenai korban
persembahan, hari raya, petugas ibadat, dan kewajiban ritual mengenai kekudusan
17
hidup. Dalam kitab ini, sangat ditekankan keharusan bangsa Israel hidup kudus sesuai
dengan perintah Allah.
d. Kitab BILANGAN
Kitab ini berisi kisah lanjutan mengenai perjalanan bangsa Israel di padang gurun
sampai tiba di perbatasan tanah Kanaan. Dalam kisah perjalanan ini juga disisipkan
sejumlah peraturan bagi bangsa Israel. Kitab ini disebut "bilangan" karena memuat
banyak catatan mengenai jumlah bangsa Israel beserta pasukan mereka. Kitab ini juga
memuat kisah mengenai Bileam, seorang nabi asing, yang menubuatkan kemenangan
bangsa Israel.
e. Kitab ULANGAN
Kitab ini berisi kisah mengenai wejangan perpisahan Musa kepada bangsa Israel
menjelang kematiannya. Dalam wejangan ini, Musa menceritakan kembali (karena itu
disebut "ulangan") perjalanan bangsa Israel di padang gurun beserta semua peraturan
yang diperintahkan Tuhan pada waktu itu, agar dapat dijadikan pedoman hidup oleh
generasi selanjutnya. Kitab ini sangat menonjolkan keistimewaan bangsa Israel
dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain.
Kitab-Kitab
SEJARAH
Sama seperti bangsa-bangsa lain, bangsa Israel juga mempunyai sejarah tersendiri
yang diceritakan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Peristiwa sejarah yang paling berkesan bagi bangsa Israel adalah peristiwa pembebasan
dari perbudakan Mesir. Peristiwa pembebasan ini menjadi mutiara hidup bangsa Israel,
karena pada waktu itu mulai terjalin hubungan istimewa antara mereka dengan Tuhan.
Namun demikian, peristiwa penting ini tidak terlepas dari peristiwa-peristiwa sebelum
dan sesudahnya.
Semua peristiwa sejarah itu kemudian dirangkaikan menjadi suatu kisah
bersambung yang panjang. Karena itu sesudah kisah panjang mengenai sejarah bangsa
Israel mulai dari penciptaan dunia sampai dengan kematian Musa (bdk Pentateukh),
dimulai pula suatu kisah panjang baru mengenai kelanjutan sejarah bangsa Israel mulai
dari perebutan tanah Kanaan (tahun 1200 SM) sampai dengan kehancuran kerajaan
Yehuda dan pembuangan ke Babel (tahun 586 SM).
Dalam kisah panjang baru ini, berturut-turut diceritakan bagaimana bangsa Israel
merebut dan menduduki tanah Kanaan di bawah pimpinan Yosua, bagaimana mereka
berperang melawan bangsa-bangsa tetangga di bawah pimpinan hakim-hakim, dan
bagaimana mereka membangun negara berdaulat di bawah pimpinan raja-raja. Seiring
dengan perkembangan sejarah bangsa Israel, kisah panjang tersebut dilanjutkan lagi
dengan cerita tentang bagaimana mereka pulang dari pembuangan Babel, bagaimana
mereka membangun kembali Yerusalem dan Bait Allah, dan bagaimana mereka
berjuang untuk membebaskan diri dari para penjajah.
Seluruh kisah lanjutan ini menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi dari tahun
538 SM sampai dengan tahun 160 SM. Sejarah panjang bangsa Israel mulai dari
perebutan tanah Kanaan (tahun 1200 SM) sampai dengan perang kemerdekaan (tahun
160 SM) ini dikisahkan dalam "Kitab-Kitab Sejarah", yaitu: Yosua, Hakim-Hakim, Rut,
Samuel, Raja-Raja, Tawarikh, Ezra, Nehemia, Ester, Tobit, Yudit dan Makabe. Untuk
18
mendapat gambaran menyeluruh, berikut ini disajikan isi ringkas masing-masing kitab
tersebut.
a. Kitab YOSUA
Kitab ini berisi kisah mengenai perebutan tanah Kana di bawah pimpinan Yosua
dan pembagian tanah tersebut kepada kedua belas suku Israel. Kemudian kitab ini
diakhiri dengan wejangan perpisahan Yosua dan pembaharuan perjanjian di Sikhem.
b. Kitab HAKIM-HAKIM
Kitab ini berisi kisah mengenai peperangan suku-suku Israel melawan bangsa-
bangsa tetangga di sekitar tanah Kanaan. Dalam peperangan tersebut, suku-suku Israel
dipimpin oleh sejumlah tokoh pejuang yang disebut "hakim". Zaman ini ditandai
dengan banyak kemurtadan dan kekacauan di kalangan suku-suku Israel.
c. Kitab RUT
Kitab ini berisi kisah mengenai kesetiaan Rut, seorarig perempuan Moab, yang
kemudian menjadi isteri Boas, nenek moyang Daud. Kitab ini ditempatkan persis
sesudah Kitab Hakim-Hakim, karena peristiwa yang dikisahkan terjadi pada zaman
hakim-hakim.
d. Kitab SAMUEL
Kitab ini berisi kisah mengenai pemerintahan Samuel sebagai hakim terakhir serta
pemerintahan Saul dan Daud sebagai raja perintis.
Dalam kitab ini sangat ditonjolkan kepahlawanan Daud dalam peperangan melawan
musuh bangsa Israel. Kini kitab ini terbagi dalam dua jilid yang diberi nama "Kitab
Pertama Samuel" dan "Kitab Kedua Samuel".
e. Kitab RAJA-RAJA
Kitab ini berisi kisah mengenai pemerintahan raja-raja bangsa Israel mulai dari
Salomo sampai dengan Zedekia. Dalam kitab ini setiap raja dinilai: apakah ia berlaku
baik seperti Daud bin Isai, ataukah ia berlaku jahat seperti Yerobeam bin Nebat. Kini
kitab ini juga terbagi dalam dua jilid yang diberi nama "Kitab Pertama Raja-Raja" dan
"Kitab Kedua RajaRaja".
f. Kitab TAWARIKH
Kitab ini berisi kisah ulangan mengenai sejarah bangsa Israel mulai dari zaman
Adam sampai dengan zaman Koresy, raja Persia. Secara umum kitab ini mengisahkan
kembali semua peristiwa dalam Kitab Samuel dan Kitab Raja-Raja, dengan secara
khusus menonjolkan Daud sebagai perintis ibadat di Yerusalem. Kitab ini pun terbagi
dalam dua jilid yang diberi nama "Kitab Pertama Tawarikh" dan "Kitab Kedua
Tawarikh".
g. Kitab EZRA
Kitab ini berisi kisah mengenai kepulangan kembali bangsa Israel dari pembuangan
Babel dan kegiatan mereka untuk membangun kembali Bait Allah serta Yerusalem.
Dalam kitab ini juga dikisahkan bagaimana bangsa Israel ditahirkan kembali dari
19
kenajisan bangsa-bangsa lain. Kitab ini sebenarnya merupakan satu rangkaian dengan
Kitab Nehemia yang mengisahkan peristiwa serupa.
h. Kitab NEHEMIA
Kitab ini berisi kisah mengenai pengutusan Nehemia untuk membangun kembali
Yerusalem beserta berbagai tantangan yang dihadapi dalam proses pembangunan
tersebut. Dalam kitab ini juga dikisahkan bagaimana bangsa Israel bertekad untuk
menguduskan kembali hidup mereka sesuai dengan hukum Taurat.
i. Kitab ESTER
Kitab ini berisi kisah mengenai perjuangan Ester dan Mordekhai melawan Haman
yang hendak memunahkan orang Yahudi dari kerajaan Persia. Sehubungan dengan
peristiwa itu, juga dijelaskan asal usul hari raya Purim yang setiap tahun diperingati
oleh orang Yahudi pada hari keempat belas dan kelima belas bulan Adar.
j . Kitab TOBIT
Kitab ini berisi kisah mengenai suka-duka keluarga Tobit dalam masa pembuangan
di Niniwe, ibu kota kerajaan Asyur. Dalam kitab ini diajarkan bagaimana seharusnya
orang Yahudi hidup di negeri asing, yaitu tetap berpegang teguh pada hukum Taurat.
k. Kitab YUDIT
Kitab ini berisi kisah mengenai perjuangan seorang janda bernama Yudit melawan
Holofernes, panglima besar bala tentara Asyur. Dalam kitab ini ditonjolkan campur
tangan Allah yang senantiasa menolong, membantu, melindungi dan menyelamatkan
umatNya yang lemah.
l. Kitab MAKABE
Kitab ini berisi kisah mengenai peperangan orang Yahudi di bawah pimpinan
Yudas Makabe melawan para penjajah Yunani. Dalam kitab ini secara khusus diajarkan
bagaimana seharusnya sikap orang Yahudi apabila mengalami penganiayaan, yakni
bersedia mati demi ketaatan pada hukum Taurat. Kitab ini juga terbagi dalam dua jilid
yang diberi nama "Kitab Pertama Makabe" dan "Kitab Kedua Makabe".
Kitab-Kitab
KEBIJAKSANAAN
Selain hukum dan sejarah, bangsa Israel juga mempunyai warisan "hikmat" atau
"kebijaksanaan" yang diajarkan secara turun-temurun. Kebanyakan hikmat-
kebijaksanaan itu diambil alih dari bangsa Mesir dan bangsa-bangsa Timur yang sejak
dahulu kala memang sudah terkenal dengan hikmat-kebijaksanaannya. Pada zaman
pemerintahan Salomo, hikmat-kebijaksanaan bangsa Israel mengalami perkembangan
pesat, sehingga melebihi hikmat-kebijaksanaan bangsa Mesir dan bangsa-bangsa Timur.
Menurut tradisi, pada zaman itulah terbit banyak sekali amsal, nyanyian, sajak,
perumpamaan, keterangan dan ceritera yang berisikan hikmat-kebijaksanaan. Ciri khas
karya sastra hikmatkebijaksanaan bangsa Israel adalah pada umumnya berisikan pesan-
pesan moral dan agama. Karya sastra hikmat-kebijaksanaan bangsa Mesir dan bangsa-
bangsa Timur diolah dan disadur kembali sesuai dengan iman kepe•rcayaan bangsa
Israel.
Bagi bangsa Israel, hikmat-kebijaksaan tidak dapat dilepaskan dari Tuhan selaku
"sumber dan kepenuhan" hikmat-kebijaksanaan. Menurut mereka, Tuhanlah yang
menciptakan hikmat-kebijaksanaan dan mencurahkannya kepada semua makhluk sesuai
20
dengan kemurahan-Nya. Karena itu untuk memperoleh hikmat-kebijaksanaan, orang
harus berdoa dan memohonnya kepada Tuhan. Dan hal ini tidak sulit bagi bangsa Israel,
sebab sesungguhnya hikmat-kebijaksanaan Tuhan telah tercantum dalam hukum Taurat.
Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, terdapat tujuh kitab yang berisikan hikmat-
kebijaksanaan, yaitu: Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung,
Kebijaksanaan Salomo dan Sirakh. Di bawah ini disajikan isi ringkas dari masing-
masing kitab tersebut.
a. Kitab AYUB
Kitab ini berisi dialog dan diskusi panjang mengenai masalah penderitaan orang
benar. Tokoh utama dalam kitab ini adalah Ayub, seorang "saleh, jujur, takut akan Allah
dan menjauhi kejahatan", tetapi mengalami banyak penderitaan. Dalam usaha me-
mahami misteri penderitaan ini, ia berdialog dan berdiskusi dengan Elifas, Bildad,
Zofar, Elihu, dan akhirnya dengan Allah sendiri.
b. Kitab MAZMUR
Kitab ini berisi kumpulan lagu-lagu keagamaan dengan tema bervariasi yang
berasal dari berbagai zaman. Lagu-lagu keagamaan ini dinyanyikan dengan iringan
musik dalam upacara-upacara ibadat di Bait Allah atau sinagoga. Dalam kitab ini
terdapat 150 lagu-lagu keagamaan, dan 73 di antaranya dikaitkan dengan Daud sebagai
seniman penggubah lagu dan perintis upacara ibadat di Bait Allah.
c. Kitab AMSAL
Kitab ini berisi kumpulan peribahasa, pepatah, nasihat, petuah, wejangan dan ajaran
yang berasal dari orang-orang bijak. Dalam kitab ini disajikan sejumlah ajakan untuk
hidup sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh orang-orang bijak. Kebanyakan
Amsal ini dikaitkan dengan Salomo yang terkenal selaku seorang bijak penggubah
Amsal.
d. Kitab PENGKHOTBAH
Kitab ini berisi renungan mengenai segala sesuatu yang terjadi di dunia ini,
khususnya mengenai nasib malang manusia. Kesimpulan akhir dari renungan tersebut
ialah "kesia-siaan belaka, kesia-siaan atas kesia-siaan, segala sesuatu adalah kesia-siaan
dan usaha menjaring angin". Renungan ini dikaitkan dengan pengkhotbah Salomo, anak
Daud, raja bangsa Israel di Yerusalem.
21
g. Kitab SIRAKH
Kitab ini berisi permenungan dan pengajaran Yesus bin Sirakh bin Eleazar dari
Yerusalem mengenai berbagai masalah kehidupan. Dalam kitab ini secara khusus ia
mengagungkan hukum Taurat sebagai sumber kebijaksanaan dan pusaka bagi bangsa
Israel. la juga membanggakan nenek moyang bangsa Israel yang berkenan kepada
Tuhan dan menjadi teladan sepanjang masa. Kitab ini ditulis oleh Yesus bin Sirakh
dalam bahasa Ibrani, tetapi kemudian diterjemahkan oleh cucunya dalam bahasa
Yunani.
Kitab-Kitab
KENABIAN
Selain imam yang mewariskan pengajaran dan orang bijaksana yang mewariskan
nasihat, bangsa Israel juga mempunyai nabi yang mewariskan firman kepada mereka.
Sepanjang sejarah bangsa Israel, banyak nabi muncul untuk menyampaikan firman
Tuhan. Kebanyakan nabi tampil dan berkarya dari zaman perpecahan kerajaan sampai
dengan zaman sesudah pembuangan(931-443 SM). Para nabi ini mendengar firman dan
melihat penglihatan dari Tuhan, karena itu mereka biasa juga disebut "pelihat", yaitu
orang yang dapat melihat dan menubuatkan kejadian masa depan. Seorang nabi bertugas
untuk menyampaikan penglihatan yang dilihatnya atau firman yang didengarnya kepada
bangsa Israel. Apabila seorang nabi mendapat penglihatan atau firman dari Tuhan, ia
tidak dapat menolaknya atau mengubahnya.
Para nabi ini dipanggil secara khusus oleh Tuhan untuk menyampaikan firman
Tuhan kepada bangsa Israel. Mereka diutus untuk pergi menemui bangsa Israel dan
mewartakan berita keselamatan atau berita kebinasaan. Memakai istilah pembangunan
dan pertanian, mereka bertugas untuk membangun dan menanam atau meruntuhkan dan
mencabut hidup bangsa Israel. Apabila bangsa Israel tertimpa kemalangan lalu menjadi
putus asa, para nabi tampil untuk menghibur dan menguatkan iman mereka. Atas nama
Tuhan, para nabi menjanjikan pemulihan dan menubuatkan keselamatan bagi mereka.
Sebaliknya apabila bangsa Israel lupa diri dan tidak setia kepada Tuhan, para nabi
tampil untuk menegur dan mengecam mereka. Atas nama Tuhan, para nabi
mengancamkan hukuman dan menubuatkan kebinasaan bagi mereka.
Pada umumnya para nabi ini menyampaikan nubuat mereka secara lisan dalam
bahasa puitis, sehingga mudah diingat dan dihafal oleh pendengar. Jika para nabi
berhalangan, kadang-kadang nubuat mereka ditulis agar dapat dibacakan kepada orang
yang dituju. Sesudah para nabi wafat, nubuat-nubuat mereka mulai dikumpulkan dan
disusun dengan teratur dalam suatu kitab. Sering pula ditambahkan ceritera-ceritera
mengenai pribadi para nabi serta latar belakang nubuat-nubuat mereka. Dalam
perkembangan sejarah, tidak jarang kitab para nabi ini disadur kembali dan disesuaikan
dengan kebutuhan aktual, sehingga nubuat menjadi relevan.
Meskipun semua nabi pernah bernubuat, namun hanya enam belas nabi yang
mempunyai kitab. Empat nabi mempunyai kitab yang besar dan karena itu sering
disebut "nabi besar", yaitu: Yesaya, Yeremia, Yehezkiel dan Daniel. Sementara kedua
belas nabi lainnya hanya mempunyai kitab yang kecil dan karena itu sering disebut
"nabi kecil", yaitu: Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk,
Zefanya, Hagai, Zakharia dan Maleakhi. Nabi-nabi lain seperti Gad, Natan, Elia dan
Elisa tidak mempunyai kitab tersendiri, melainkan hanya dikisahkan dalam Kitab
Samuel dan Kitab Raja-Raja. Ada juga beberapa kitab yang dikaitkan dengan Yeremia,
yaitu: Ratapan, Barukh dan Surat Yeremia. Agar lebih mudah dipahami, berikut ini
disajikan isi ringkas masing-masing kitab tersebut.
a. Kitab YESAYA
22
Kitab ini terbagi dalam tiga bagian, yaitu ProtoYesaya, Deutero Yesaya dan Trito-
Yesaya. Proto Yesaya berasal dari zaman sebelum pembuangan Babel dan berisi nubuat
mengenai kehancuran bangsa Israel dan bangsa-bangsa lain. Deutero-Yesaya berasal
dari zaman pembuangan Babel dan berisi nubuat mengenai keselamatan bangsa Israel
dan kehancuran bangsa Babel. Sedangkan Trito Yesaya berasal dari zaman sesudah
pembuangan Babel dan berisi nubuat mengenai penggenapan keselamatan bangsa Israel.
Kitab ini juga memuat nubuat mengenai Immanuel Raja Damai dan nyanyian tentang
Hamba Tuhan yang kemudian dikaitkan dengan Raja Mesias.
b. Kitab YEREMIA
Kitab ini berisi nubuat mengenai kehancuran bangsa Israel dan bangsa-bangsa lain.
Dalam kitab ini digambarkan kejahatan bangsa Israel, sehingga hukuman Tuhan tidak
dapat dielakkan. Juga dilukiskan pergulatan batin Yeremia dalam menjalankan tugasnya
sebagai nabi yang mengalami banyak penderitaan. Kitab ini juga memuat nubuat
mengenai perjanjian baru yang akan diadakan Tuhan dengan bangsa Israel.
c. Kitab YEHEZKIEL
Kitab ini terbagi dalam tiga nubuat besar, yaitu nubuat mengenai kehancuran
bangsa Israel, nubuat mengenai kehancuran bangsa-bangsa lain, dan nubuat mengenai
pemulihan bangsa Israel. Ciri khas kitab ini adalah memuat banyak penglihatan dengan
data lengkap . Kitab ini juga memuat ajaran mengenai tanggung jawab pribadi, dan
ajaran mengenai kebangkitan badan.
d. Kitab DANIEL
Kitab ini sebetulnya bukan kitab kenabian, melainkan kitab apokaliptik, yaitu kitab
yang berisi ramalan tentang masa depan dan akhir zaman. Ia dimasukkan dalam
kelompok kitab kenabian, karena menubuatkan kehancuran keempat kerajaan (Babel,
Media, Persia, Yunani) yang pernah menjajah bangsa Israel dan pendirian kerajaan
"anak manusia" yang bersifat kekal. Kitab ini juga memuat nubuat mengenai kebangkit-
an orang mati. Dalam Deuterokanonika, terdapat tambahan-tambahan pada kitab ini,
yaitu doa Azarya , lagu pujian ketiga pemuda dalam perapian, kisah Daniel dengan
Susana, kisah Daniel dengan Dewa Bel, serta kisah Daniel dengan naga Babel.
e. Kitab HOSEA
Kitab ini berisi kecaman atas ketidaksetiaan bangsa Israel kepada Tuhan dan nubuat
mengenai kehancuran mereka. Dalam kitab ini dilukiskan ketidaksetiaan bangsa Israel
dengan pergi berzinah dan bersundal dengan dewa-dewi bangsa asing, sama seperti
Gomer isteri Hosea pergi berzinah dan bersundal dengan laki-laki lain. Kitab ini
memuat ajaran tentang kasih setia Tuhan kepada bangsa Israel, meskipun mereka sering
murtad.
f. Kitab YOEL
Kitab ini berisi seruan pertobatan kepada bangsa Israel dan nubuat mengenai
kedatangan hari Tuhan Dalam kitab ini digambarkan bencana alam dahsyat yang
menimpa bangsa Israel, yaitu hama belalang dan musim kering, serta pemulihan
kembali situasi yang menyengsarakan ini.
g. Kitab AMOS
Kitab ini berisi kecaman terhadap hidup kemasyarakatan bangsa Israel yang penuh
dengan ketidakadilan dan hidup keagamaan mereka yang penuh dengan kepalsuan.
23
Dalam kitab ini dinubuatkan hukuman atas beberapa bangsa, khususnya bangsa Israel,
yang melakukan perbuatan jahat. Kitab ini juga memuat sejumlah penglihatan yang
menjadi pertanda kehancuran bangsa Israel.
h. Kitab OBAJA
Kitab ini berisi nubuat mengenai kebinasaan bangsa Edom akibat perbuatan jahat
mereka terhadap bangsa Israel, dan nubuat mengenai pemulihan kembali bangsa Israel.
Dalam kitab ini juga disinggung kedekatan hari Tuhan yang akan menerapkan hukum
pembalasan.
i. Kitab YUNUS
Kitab ini sebenarnya bukan kitab kenabian, melainkan kitab ceritera. Dalam kitab
ini dikisahkan pengutusan Yunus ke Niniwe dan pertobatan semua penghuni Niniwe.
Kitab ini memuat ajaran bagus mengenai universalisme keselamatan.
j. Kitab MIKHA
Kitab ini berisi nubuat mengenai kehancuran Kerajaan Israel dan Kerajaan
Yehuda, akibat kejahatan para pemimpin kedua kerajaan tersebut. Dalam kitab ini juga
dinubuatkan pemulihan kembali Kerajaan Daud di bawah pemerintahan Raja Mesias.
Kitab ini diakhiri dengan suatu doa mohon belas kasihan Tuhan bagi umat-Nya.
k. Kitab NAHUM
Kitab ini berisi nubuat mengenai kehancuran Niniwe, ibu kota Kerajaan Asyur, dan
nubuat mengenai pemulihan kembali Kerajaan Israel. Dalam kitab ini, Tuhan dilukiskan
sebagai Pembalas orang fasik dan Pembela orang benar.
l. Kitab HABAKUK
Kitab ini berisi renungan tentang penindasan bangsa Kasdim (Babel) atas bangsa
Israel. Dalam kitab ini ditegaskan bahwa pada akhirnya orang benar akan diselamatkan,
dan orang fasik akan dihukum. Kitab ini ditutup dengan suatu mazmur kepercayaan
kepada Tuhan yang Mahakuasa.
m. Kitab ZEFANYA
Kitab ini berisi nubuat mengenai kedatangan hari Tuhan yang akan memusnahkan
penduduk Yehuda dan bangsa-bangsa lain. Kitab ini juga memuat seruan pertobatan dan
janji keselamatan bagi sisa umat yang setia.
n. Kitab HAGAI
Kitab ini berisi ajakan untuk membangun kembali Bait Allah dan janji berkat bagi
mereka yang giat dalam pembangunan itu. Dalam kitab ini dilukiskan kemegahan Bait
Allah itu, dan kenajisan yang sempat menodai tempat kudus tersebut.
o. Kitab ZAKHARIA
Kitab ini terbagi dalam dua bagian yang biasa disebut "Proto-Zakharia" dan
"DeuteroZakharia". Proto Zakharia berisi kumpulan penglihatan dan nubuat mengenai
pembangunan kembali Bait Allah dan pemulihan kembali Dinasti Daud. Sedangkan
Deutero Zakharia berisi kumpulan nubuat mengenai kedatangan Raja Mesias yang akan
menggembalakan sisa bangsa Israel dengan penuh kedamaian dan kekuatan.
24
p. Kitab MALEAKHI
Kitab ini berisi kumpulan pengajaran dalam bentuk dialog antara Maleakhi dan
umat Israel. Dalam kitab ini terdapat enam tema pengajaran yang dikemas dalam bentuk
pertanyaan dan jawaban. Kitab ini juga memuat nubuat mengenai kedatangan kembali
Elia untuk mempersiapkan kedatangan hari Tuhan.
q. Kitab RATAPAN
Kitab ini sesungguhnya bukan kitab kenabian, melainkan kitab mazmur, yaitu kitab
yang berisikan lagu-lagu ratapan. Dalam kitab ini terdapat lima lagu ratapan yang
menyesali kehancuran Yerusalem dan pembuangan bangsa Israel ke Babel. Berdasarkan
2 Taw 35:25, kitab ini sering dikaitkan dengan Yeremia.
r. Kitab BARUKH
Kitab ini terdiri dari empat karya sastra yang berbeda corak, yaitu doa tobat dan
permohonan, sajak pujian atas hikmat-kebijaksanaan, seruan penghiburan bagi
Yerusalem, dan surat ejekan mengenai berhala-berhala Babel. Karya sastra terakhir ini
sering dipisahkan tersendiri dengan nama ”Surat Yeremia".
25
BAB III
KITAB SUCI PERJANJIAN BARU
TIDAK SEKALI JADI DITULIS
Sama seperti Kitab Suci Perjanjian Lama demikian pun Kitab Suci Perajanjian
Baru tidak sekali jadi ditulis, apalagi diturunkan dari langit. Karangan – karangan
bermacam – macam yang akhirnya membentuk Perjanjian Baru, tidak serta merta
dikenal dan diterima oleh umat Kristiani sebagai Kitab Suci. Cukup lama Kitab suci
umat Kristiani hanyalah Perjanjian lama, yang luasnya belum pasti juga. Maka tidak
mengherankan bahwa dalam Perjanjian Baru tidak terdapat suatu keterangan mengenai
Perjanjian Baru sebagai Kitab Suci. Kalau dalam 2 Kor 8:18 disebutkan seorang saudara
(Kristiani) yang terpuji karena “Injil” tetapi “Injil” itu bukan Injil. Dalam 2 Ptr 3:15 –
16 disebut sejumlah (entahlah berapa banyaknya) surat karangan Paulus. Karangan –
karangan itu jelas dianggap berwibawa. Tetapi kurang jelas apakah dianggap Kitab
Suci.
26
Penulisan “Injil – Injil” itu berhubungan juga dengan semakin terpisahnya
jemaat Kristiani dari bangsa / umat Yahudi. Oleh karena menyadari dirinya sebagai
kelompok tersendiri umat Kristiani merasa perlu adanya tulisan – tulisan sendiri
(disamping Perjanjian Lama). Tulisan – tulisan itu pun bermaksud mencegah jemaat
Kristiani dari perpecahan karena semakin berjalan sendiri – sendiri. Tulisan – tulisan
itu mau mempertahankan kesatuan dan keutuhan iman jemaat – jemaat itu.
Dari tulisan – tulisan itu berkembanglah karangan – karangan yang berupa Injil
(empat) dan Kisah Para Rasul yang tercantum dalam Perjanjian Baru. Baik diperhatikan
bahwa karangan – karangan itu pun tidak serta merta tersebar ke mana – mana, dikenal
dan diterima oleh seluruh umat Kristiani. Lingkup peredaran karangan – karangan itu
mula – mula terbatas.
Menjelang akhir abad pertama dan pada awal abad kedua pada umat Kristiani
mulai beredar berbagai karangan rohani. Karangan – karangan itu dapat berupa surat,
lembaran atau buku. Tidak semua karangan itu sama baiknya dan sama bersih. Ada
yang menyebarkan dan membela ajaran jemaat semula. Ada juga yang menyisipkan
pikiran baru yang kurang cocok dan malah bisa menyesatkan. Kerap kali karangan –
karangan itu memakai nama orang lain, terutama nama para rasul atau tokoh – tokoh
besar lain pada umat Kristiani awal.
27
Masih ada beberapa daftar lain dari zaman yang sama. Tetapi antara daftar –
daftar yang berasal dari berbagai daerah, ada perbedaan kecil mengenai jumlah kitab
yang termasuk ke dalam Kitab Suci Perjanjian baru.
Sekitar tahun 300, di mana – mana diterima dan dipakai sebagai berwibawa
yaitu keempat Injil yang sekarang tercantum dalam Perjanjian Baru, tiga belas surat
Paulus, Kisah Para Rasul, 1 Ptr, 1 Yoh dan Why juga umum diterima. Mengenai
karangan – karangan lain ada perbedaan pendapat. Ada jemaat – jemaat yang tidak
menerima beberapa karangan yang dikemudian hari dianggap termasuk Kitab Suci. Dan
sementara itu ada karangan yang di sana – sini dianggap Kitab Suci, tetapi dikemudian
hari tidak diterima lagi.
Sekitar tahun 400 barulah perbedaan pendapat dalam hal jumlah kitab suci
hampir hilang seluruhnya. Pada tahun 367 Batrik Aleksandria yaitu Atanasius
menyusun daftar Kitab Suci yang termasuk Perjanjian Baru. Jumlahnya genap 27, sama
seperti sekarang. Tidak lama kemudian daftar itu diterima oleh seluruh umat di bagian
Timur. Daftar yang disusun oleh Atanasius di sebarkan ke Barat. Dalam hal ini
Hieronimus berperan besar. Suatu Konsili di Hippo (tahun. 393 dan di Karthago (tahun
397). Dua – duanya di Afrika utara, menetapkan daftar yang sama. Paus inosentius I
pada th 419 mengirimkan daftar itu ke Prancis. Dengan demikian seluruh umat sepakat
akhirnya.
b. Kanon
Kata Yunani ”kanon” (aslinya berarti : gelagah) dipakai dengan arti ”ukuran”.
Kanon Kitab Suci berarti daftar kitab yang lambat laun ditetapkan menjadi ukuran;
yaitu : guna mengukur kitab – kitab manakah yang termasuk Alkitab. Dengan daftar
resmi itu umat Kristiani dapat tahu karangan – karangan yang menjadi Kitab Sucinya.
Karangan – karangan lain, entah siapa penulisnya dan bagaimanapun juga mutu dan
bobotnya, bukan Kitab Suci, Misalnya : karangan – karangan berbobot para pujangga
Gereja, dokumen konsili – konsili yang memuat ajaran dan petunjuk sejati dan
berwiabawa, tidak termasuk Alkitab.
Kitab Suci sendiri, seperti ditentukan dalam daftar tersebut. menjadi ”kanon”
dan ”ukuran”. Oleh karena itu karangan – karangan yang tercantum dalam daftar itu
disebut ”kanonik”, berarti termasuk ”kanon” dan menjadi ukuran. Isi karangan itu
diakui sebagai ukuran iman sejati, meskipun sejak awal mula tidak disadari dengan
jelas. Kepastian baru tercapai dengan memasukkan karangan tertentu ke dalam ”kanon”
(daftar) Alkitab.
Ada macam – macam pertimbangan yang mendorong umat untuk memasukkan
karangan tertentu di dalam daftar Kitab Suci. Kalau diuji, pertimbangan – pertimbangan
itu tidak selalu amat meyakinkan. Malah ada yang ternyata keliru. Misalna salah satu
karangan dimasukkan oleh karena dianggap karangan Paulus. Ternyata karangan itu
bukan tulisan Sang Rasul. Tetapi pertimbangan dasar yang akhirnya memutuskan ialah :
Apakah salah satu karangan mengungkapkan iman sejati dari umat perdana. Gereja
rasuli? karenanya pada intinya tidak amat penting siapa sebenarnya penulis salah satu
karangan. Maka kekeliruan sehubungan dengan penulis tidak menghilangkan ciri dasar
karangan itu sebagai ”kanonik”
INJIL
Selama berkarya di Palestina sekitar tahun 30 M , Yesus bersama dengan kedua belas
muridNya berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa untuk memberitakan
Injil Kerajaan Allah, sambil berbuat baik dengan menyembuhkan banyak orang sakit dan
orang kerasukan setan. Selain mengajar orang banyak di rumah-rumah ibadat, Yesus juga
mendidik para muridNya secara khusus. Seperti kebiasaan para rabbi pada waktu itu, Yesus
menyampaikan pengajaranNya secara lisan dan para murid berusaha mengingat hal itu dengan
menyimpannya dalam hati.
Sesudah wafat dan kebangkitan Yesus, para murid mewartakan kepada orang banyak
apa yang telah mereka lihat dan dengar dari Yesus, yaitu segala sesuatu yang dikerjakan dan
diajarkan Yesus. Sebagai saksi mata, mereka menyebarkan berita gembira ini dari mulut ke
mulut. Ketika jemaat telah tersebar ke mana-mana, semua ceritera dan ajaran ini mulai
digunakan dalam berbagai kesempatan sesuai dengan kebutuhan aktual jemaat, misalnya
untuk kepentingan ibadat dan katekese. Lambat laun semua ceritera dan ajaran tersebut mulai
dikumpulkan dan disusun dengan teratur, tidak berdasarkan kronologi peristiwa, melainkan
menurut kebutuhan jemaat. Pada akhirnya masing-masing jemaat memiliki kumpulan ceritera
dan ajaran yang bervariasi namun mempunyai kemiripan satu sama lain.
Supaya kumpulan ceritera dan ajaran itu dapat dilestarikan, beberapa orang mengambil
keputusan untuk menuliskan dan membukukannya. Pada tahun 65 M, Markus mulai
merangkaikan ceritera dan ajaran tersebut menjadi suatu buku pewartaan singkat mengenai
Yesus Kristus di dalam lingkungan jemaatnya. Sekitar tahun 75 M, Matius mengikuti jejak
Markus untuk menulis suatu buku mengenai Yesus Kristus bagi kepentingan jemaatnya. Dan
kira-kira tahun 80-85 M, Lukas juga tergerak untuk menulis dua buku pengajaran, yaitu
mengenai Yesus Kristus dan mengenai perkembangan jemaat, bagi seorang sahabatnya yang
bernama Teofilus. Akhirnya pada tahun 100 M, Yohanes pun ikut menulis suatu buku
kesaksian mengenai Yesus Kristus bagi jemaatnya .
Setiap penulis memiliki pandangan tersendiri mengenai misteri Yesus Kristus dan
mengolahnya sesuai dengan kebutuhan aktual jemaat mereka masing-masing. Markus menulis
Injil untuk jemaatnya yang sedang menderita penganiayaan, sehingga ia menonjolkan misteri
penderitaan Yesus. Matius menulis Injil untuk jemaatnya yang kebanyakan orang Yahudi
fanatik, sehingga ia menampilkan Yesus sebagai Musa baru yang memberikan hukum baru.
Lukas menulis Injil dan Kisah Para Rasul untuk sahabatnya Teofilus, seorang bangsawan
Yunani, sehingga ia melukiskan Yesus sebagai Juruselamat segala bangsa. Sementara
Yohanes menulis Injil untuk jemaatnya yang kurang percaya kepada Yesus, sehingga ia
sangat menekankan keistimewaan Yesus sebagai Anak Allah. Agar lebih jelas, berikut ini
disajikan isi ringkas dari keempat Injil tersebut.
a. INJIL MATIUS
Kitab ini berisi pewartaan iman mengenai Yesus Kristus sebagai pemenuhan nubuat para
nabi Perjanjian Lama. Dalam kitab ini, Yesus Kristus ditampilkan sebagai Musa baru, Mesias,
32
dan Anak Allah, yang senantiasa menyertai umat-Nya. Kitab ini juga memuat kecaman pedas
terhadap ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi selaku pewaris kursi Musa atau pengajar
hukum Taurat .
b. INJIL MARKUS
Kitab ini berisi pewartaan iman mengenai Yesus Kristus sebagai Anak Manusia yang
harus menanggung banyak penderitaan. Dengan menekankan keharusan penderitaan, Markus
ingin mengajak para pengikut Yesus untuk mengikuti teladanNya dalam menanggung
penderitaaan. Ajakan ini diperlukan, agar para rnurid yang mengalami banyak penderitaan,
tidak menghianati Yesus, tidak tergoncang imannya lalu menyangkal Yesus , dan tidak
meninggalkan Yesus dengan melarikan diri.
c. INJIL LUKAS
Kitab ini berisi pewartaan iman mengenai Yesus Kristus sebagai Allah yang melawat
umat-Nya untuk menyelamatkan mereka. Dalam kitab ini, Yesus ditampilkan sebagai
seorang yang memiliki kuasa Allah, sehingga mampu membebaskan banyak orang dari
berbagai penderitaan. Selain itu, Yesus juga ditonjolkan sebagai seorang yang senantiasa
berbuat baik kepada semua orang, termasuk kepada orang berdosa yang dikucilkan, para
prajurit yang menyalibkan Dia dan penjahat yang ikut disalibkan bersama dengan-Nya .
d. INJIL YOHANES
Kitab ini berisi pewartaan iman mengenai Yesus Kristus sebagai Firman yang menjadi
manusia untuk menunjukkan jalan kepada Bapa. Meskipun ditolak oleh orang Yahudi karena
dianggap penghujatan terhadap Allah, kitab ini sangat menekankan kesamaan dan kesatuan
Yesus selaku Anak dan Allah selaku Bapa. Karena itu dalam kitab ini, Yesus selalu
ditampilkan sebagai pernyataan kemuliaan Allah yang sangat mengasihi dunia ini, sehingga
mengutus AnakNya untuk menebus dosa penghuni dunia ini.
KISAH PARA RASUL
Seperti telah disinggung di atas, Kisah Para Rasul adalah sambungan dari Injil Lukas.
Jika Injil Lukas mengisahkan apa yang dikerjakan dan diajarkan Yesus Kristus mulai sejak
umur dua belas tahun sampai pada hari la terangkat ke sorga, maka Kisah Para Rasul
mengisahkan bagaimana para rasul, khususnya Petrus dan Paulus, menjadi saksi Yesus
Kristus mulai dari Yerusalem sampai ke Roma. Melalui kedua kitab ini, Lukas ingin
mempersembahkan suatu berita lengkap tentang perkembangan agama Kristiani kepada
Teofilus, supaya ia dapat meyakini bahwa segala sesuatu yang pernah diajarkan oleh para
rasul kepadanya sungguh benar. Lukas menjamin kebenaran berita yang dipaparkannya,
karena ia telah menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya. Dalam hal
ini, Lukas memanfaatkan tradisi lisan dan tertulis yang sudah banyak beredar dilingkungan
jemaat Kristen pada waktu itu.
Kisah Para Rasul bukan "Buku Sejarah Gereja Perdana", melainkan "Buku Katekese
Narasi Iman". Melalui kitab ini, Lukas ingin memperlihatkan kepada Teofilus, bahwa
meskipun mengalami banyak kesulitan, pewartaan Injil tetap merambat ke mana-mana,
bahkan sampai ke ujung bumi, yaitu Roma sebagai ibu kota Kekaisaran Romawi.
Penganiayaan yang dilakukan oleh orang Yahudi terhadap orang Kristiani justru menjadi
alasan utama perkembangan pemberitaan Injil kepada orang-orang bukan Yahudi. Dengan
demikian, Teofilus sebagai seorang Yunani dapat diyakinkan bahwa tidak sia-sia ia menjadi
orang Kristiani.
Nama "Kisah Para Rasul" sebenarnya kurang tepat, sebab meskipun nama kesebelas
rasul plus Matias, pengganti Yudas Iskariot, disebutkan pada permulaan, tetapi selanjutnya
hanya dua rasul yang dikisahkan secara panjang lebar, yaitu Petrus dan Paulus. Dalam bagian
33
pertama kitab ini, Lukas menampilkan Petrus sebagai tokoh utama, yang sering didampingi
oleh Yohanes selaku mitra setianya. Sedangkan dalam bagian kedua kitab ini, Lukas
menampilkan Paulus sebagai tokoh utama, yang juga sering bermitra dengan Barnabas.
Tentang rasul-rasul lain tidak ada berita terperinci, melainkan hanya disebut sepintas lalu
sebagai kelompok Mengenai Yakobus hanya dikatakan bahwa ia dibunuh dengan pedang
oleh raja Herodes. Sebaliknya cukup banyak tokoh bukan rasul yang dikisahkan cukup
panjang, misalnya Stefanus dan Filipus.
SURAT-SURAT
Sekitar abad pertama Masehi, peralatan telekomunikasi canggih seperti telepon, telegraf,
televisi, radio, fax dan sebagainya belum ada. Pada waktu itu hanya ada dua alat komunikasi
jarak jauh yang lazim digunakan, yaitu utusan dan surat yang dititipkan pada utusan.
Berhubung utusan sulit dicari dan mahal biayanya, kebanyakan orang lebih suka memakai
surat sebagai sarana komunikasi jarak jauh. Kebiasaan surat menyurat dalam dunia Yunani-
Romawi ini dimanfaatkan juga oleh jemaat-jemaat Kristiani untuk berhubungan satu sama
lain. Ketika jemaat Kristiani masih terpusat di Yerusalem dan sekitarnya, komunikasi di
antara mereka masih mudah. Tetapi semenjak mereka mulai tersebar ke segala penjuru dunia,
hubungan antara mereka sudah semakin sulit. Karena itu, satu-satunya cara berhubungan jarak
jauh yang mudah dan murah di antara jemaat adalah lewat surat-menyurat. Jika sudah tiba
pada tujuan, surat komunikasi itu biasanya dibacakan di antara jemaat yang sedang
berkumpul untuk beribadat, sehingga semua dapat mengetahui isinya.
Salah seorang rasul yang paling sering menggunakan surat sebagai alat komunikasi
dengan jemaat adalah Paulus. Hal ini dapat dimaklumi, karena Paulus adalah rasul yang
paling banyak mengadakan perjalanan untuk memberitakan Injil, sehingga ia mempunyai
sejumlah besar jemaat di daerah-daerah yang pernah dikunjunginya. Menurut tradisi, Paulus
menulis paling sedikit 14 surat, yaitu 9 surat kepada jemaat tertentu, 4 surat kepada orang
tertentu. Selain Paulus, ada juga beberapa tokoh lain yang menulis surat untuk kepentingan
jemaat Kristiani. Mereka adalah Yakobus, Petrus, Penatua "Yohanes" dan Yudas. Karena
surat dari keempat tokoh tersebut tidak ditujukan kepada jemaat atau orang tertentu, surat
mereka biasa disebut "surat katolik", yakni surat yang ditujukan untuk umum (katolik). Surat-
surat komunikasi iman ini ditulis di antara tahun 40 sampai dengan tahun 125 M. Semua surat
itu membahas masalah-masalah aktual yang dialami oleh jemaat pada waktu itu. Berikut ini
dipaparkan isi ringkas dari setiap surat tersebut.
34
c. Surat kedua kepada Jemaat di KORINTUS
Surat ini berisi pembelaan diri Paulus terhadap berbagai tuduhan yang ditujukan
kepadanya, yaitu bahwa ia bukan rasul sejati, bahwa ia lalai mengumpulkan uang bagi jemaat
di Yerusalem, dan bahwa ia mempunyai banyak kelemahan Tuduhan tersebut dilontarkan
oleh sejumlah orang yang mengaku sebagai rasul sejati.
o. Surat YAKOBUS
Surat ini tidak ditujukan kepada jemaat atau orang tertentu, melainkan untuk "umum",
yaitu kepada "kedua belas suku di perantauan". Dalam surat ini, Yakobus menasihati para
pembaca supaya bertekun dalam pencobaan, menjadi pelaku firman, tidak memandang muka,
mengamalkan iman, mengendalikan lidah, berlaku bijak, mengontrol hawa nafsu, jangan
memfitnah, mengingat Tuhan dalam perencanaan, tidak menindas para buruh, bersabar dalam
penderitaan, dan mendoakan orang sakit.
u. Surat YUDAS
Surat ini ditulis oleh Yudas dan dialamatkan kepada "mereka yang terpanggil", yaitu
orang Kristiani pada umumnya. Dalam surat ini, Yudas mengecam keras para orang fasik
yang anti Kristus dan menasihati orang-orang Kristen agar membangun diri dengan
berpedoman pada warisan para rasul.
WAHYU
Sesuai dengan kata pembukaannya, kitab terakhir dalam Kitab Suci Perjanjian Baru ini
diberi nama "Kitab Wahyu". Kata "wahyu" adalah terjemahan Arab dari kata Yunani
"apokalypsis", yang berarti "penyingkapan". Jadi Kitab Wahyu atau Kitab Apokalypsis adalah
suatu kitab yang ingin menyingkapkan apa yang tersembunyi. Kitab-kitab seperti ini sangat
digemari oleh orang-orang Yahudi yang hidup di antara awal abad kedua sebelum Masehi
sampai dengan akhir abad kedua sesudah Masehi. Hal ini dapat dipahami, karena pada zaman
itu orang-orang Yahudi mengalami banyak kesusahan dan penderitaan, sehingga mereka ingin
mengetahui apa yang akan terjadi nanti di masa depan. Sebagai orang-orang beriman, mereka
hendak mendapat kepastian mengenai rencana Allah bagi dunia ini, khususnya bagi umat-
Nya. Dengan demikian, meskipun mengalami banyak kesusahan dan penderitaan, mereka
tetap mempunyai harapan besar.
Kitab Wahyu ditulis oleh seorang yang bernama Yohanes pada waktu orang Kristiani
mengalami banyak kesusahan di bawah pemerintahan kaisar Domitianus. la adalah seorang
nabi Kristen yang juga sedang mengalami kesusahan di pulau Patmos. la mengaku mendapat
penglihatan dari Yesus Kristus mengenai "apa yang harus segera terjadi". Menurut dia, Yesus
Kristus memerintahkan kepadanya untuk menulis semua yang ia lihat di dalam sebuah kitab,
lalu mengirimkannya kepada ketujuh jemaat. Karena itu, ia menganggap tulisannya ini
sebagai nubuat tentang masa depan. Dalarn kitab ini, ia menubuatkan penciptaan langit dan
bumi baru yang akan mengakhiri segala kesusahan orang Kristiani. Pada waktu itu, semua
orang baik akan berbahagia, sedangkan semua orang jahat akan menderita.
37
BAB IV
DOA AKU PERCAYA
1.Doa Aku Percaya ada dalam Tradisi
Sumber utama mengenal Yesus adalah Kitab Suci dan tradisi, dan magisterium (kuasa
pengajaran iman yang sah). Berikut ini dibahas mengenai tradisi karena pembahasan mengenai Kitab
Suci akan dibahas di pelajaran agama seri 2.
Setiap masyarakat memiliki tradisi dari nenek moyangnya. Banyak kepercayaan dan upacara
atau sikap dan tindakan yang didasari atas tradisi. Semua itu dilaksanakan karena merupakan
kebiasaan yang sudah terjadi secara turun menurun. Tradisi – tradisi tersebut kebanyakan diteruskan
secara turun – temurun dan secara lisan. Ada juga beberapa tradisi yang perlahan-lahan sudah mulai
dibukukan.
“Gereja dalam ajaran, hidup dan ibadatnya, melestarikan dan meneruskan kepada semua
keturunan, dirinya seluruhnya, dan imannya seutuhnya” (Dei Verbum Art 8). Proses komunikasi atau
penerusan iman dari suatu angkatan kepada angkatan berikutnya dan di antara orang sezaman itulah
yang disebut tradisi. “Tradisi berarti penyerahan, penerusan, komunikasi, terus – menerus.
Tradisibukan sesuatu yang “kolot” atau dari zaman dahulu, melainkan sesuatu yang masih terjadi
sekarang ini juga. Gereja yang hidup dan berkembang, itulah tradisi.”
Dalam tradisi itu ada satu kurun waktu yang istimewa, yakni zaman Yesus dan para Rasul.
Pada periode yang disebut zaman Gereja Perdana itulah, tradisi sebelumnya dipenuhi dan diberi
bentuk baru yang selanjutnya menjadi inti pokok untuk tradisi berikutnya, “yang dibangun di atas
dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru (bdk. EF 2 : 20). Maka,
perumusan pengalaman iman Gereja Perdana yang disebut Perjanjian Baru merupakan pusat dan
sumber tradisi, karena di dalamnya terungkap pengalaman iman Gereja Perdana. Pengalaman itu di
tulis dengan ilham Roh Kudus (Dei Verbum Art. 11) dan itu berarti bahwa Kitab suci mengajarkan
dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan; Kebenaran yang oleh Allah mau disampaikan demi
keselamatan kita.
Gereja katolik yakin “tolok ukur tertinggi Gereja” (Dei Verbum Art . 21). Dengan kata
“iman”, yang dimaksudkan adalah baik iman objektif maupun iman subjektif. Jadi “kebenaran –
kembenaran iman” yang mengacu kepada realitas yang diimani, maupun sikap hati serta
penghayatannya merupakan tanggapan manusia terhadap pewahyuan Allah.
Beberapa pokok penting yang perlu dipahami dan disadari oleh para siswa adalah : arti tradisi
secara umum, penertian tradisi dalam gereja katolik, macam – macam tradisi dan contohnya,
membedakan “Syahadat Pendek’ dan “Syahadat panjang” sebagai hasil tradisi Gereja. Dan yang
penting adalah keyakinan bahwa kitab suci bersama tradisi merupakan tolok ukur tertinggi bagi
seluruh iman dan kehidupan Gereja.
Kita akan bertitik tolak dari syahadat, baik yang singkat maupun yang panjang, yang
merumuskan secara padat hasil refleksi umat Kristen pada masa – masa awal berdirinya Gereja.
Contoh tradisi syahadat para rasul (Credo) pendek:
Aku percaya akan Allah Bapa yang Mahakuasa Pencipta langit dan bumi
38
yang turun ke tempat penantian,
pada hari ketiga bangkit dari antara
orang mati;
Pengampunan dosa
Kebangkitan Badan
yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan dan Ia menjadi daging oleh Roh Kudus dari
oleh Perawan Maria; yang menderita Perawan Maria; menjadi manusia dan
sengsara dalam pemerintah Ponsius Pilatus; disalibkan untuk kita waktu Ponsius Pilatus.
disalibkan, wafat, dan dimakamkan; yang Ia wafat, kesengsaraan dan dimakamkan.
turun ke tempat penantian,
pada hari ketiga bangkit dari antara orang Pada hari ketiga ia bangkit menurut Kitab
mati; Suci.
Yang naik ke surga, duduk di sebelah kanan Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa
Allah Bapa yang mahakuasa; dari situ ia akan Ia akan kembali dengan mulia, mengadili
datang mengadili orang hidup dan mati. orang yang hidup dan yang mati Kerajaan-
Nya takkan berakhir
39
2.Percaya pada Gereja yang Kudus
Kekudusan itu terungkap dalam aneka cara penghayatan iman pada masing-masing
orang. Kekudusan bukanlah suatu sifat yang seragam, yang sama bentuknya untuk semua,
melainkan semua mengambil bagian dalam satu kesucian Gereja, yang berasal dari Kristus
bersama Bapa dan Roh Kudus. Secara ilahi, Gereja sudah suci: “Di dunia ini Gereja sudah
ditandai dengan kesucian yang sesungguhnya, meskipun tidak sempurna” (LG 48).
Ketidaksempurnaan ini menyangkut kelemahan manusia yang tidak pernah luput dari kesalahan.
Hal yang utama dalam kesucian bukanlah bentuk ideal bagaimana kita melaksanakan
kesucian itu (tidak pernah berbuat salah). Hal yang paling utama adalah bagaimana orang
mempunyai sikap dasar untuk selalu berusaha suci dengan kehendak dan tindakan baiknya.
Suci sebenarnya mempunyai arti yang dikhususkan bagi Tuhan. Jadi pertama-tama
suci menyangkut seluruh bidang sakral atau keagamaan. Hal yang suci bukan soal orang,
tempat, waktu maupun barang yang dikhususkan untuk Tuhan. Dalam Kitab Suci justru
dikatakan bahwa yang kudus/suci adalah Tuhan sendiri, (bdk. 2 Raj 19:22; Yes 1:4; 5:19.24;
10:17.20; 12:6; Yeh 38:23). Semua hal yang lain, orang maupun barang disebut kudus karena
masuk dalam ruang lingkup kehidupan Tuhan (bdk Kel.19:23; 2 Taw 3:8; Yeh 44:19).
Kekudusan umat manusia mengambil bagian dalam kekudusan Tuhan.
Dapat disimpulkan bahwa Gereja itu suci namun sekaligus harus selalu dibersihkan
serta terus menerus menjalankan pertobatan dan pembaharuan (LG 8). Justru karena situasi dosa
itu anggota Gereja tidak berbeda dengan umat manusia yang lain. Kesucian Gereja merupakan
kesucian yang harus diperjuangkan terus menerus.
40
Karya keselamatan Allah berjalan terus, sampai kepada kepenuhannya. Mulai dengan
wafat dan kebangkitan Kristus, kemudian perutusan Roh Kudus, pembentukan Gereja, dan
akhirnya “kebangkitan orang mati dan hidup akhirat”. Allah tidak mengingkari janji. “Dia yang
memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya” (1Tes 5:24). Menantikan hidup di
akhirat tidak lain dari “menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia, dan
pernyataan kemuliaan Allah yang mahabesar dan Juru Selamat kita Yesus Kristus” (Tit 2:13).
Menantikan akhirat berarti mengharapkan kepenuhan karya penyelamatan.
6. Pandangan Gereja tentang Surga, Neraka, Api Penyucian dan Akhir Zaman
Kita mengetahui, “bila kemah kediaman kita di bumi telah dibongkar, Allah
menyediakan bagi kita suatu tempat kediaman di surga” (1Kor 5:1). Tetapi tidak ada yang
mengetahui rupa surga. Barangkali juga kurang tepat berbicara mengenai “rupa” surga, sebab
surga berarti kebahagiaan manusia dalam kesatuan dengan Allah. Bahwa surga digambarkan
bagaikan sebuah tempat, harus dipandang sebagai bahasa kiasan. Kalau tidak ada badan, tidak
perlu tempat. Di Surga memang ada badan, yaitu tubuh Kristus. Tetapi itu adalah tubuh yang
mulia dan tidak bisa dibandingkan dengan tempat dan waktu kita sekarang. Yang pokok dari
surga ialah bahwa itu tempat Allah (lih. Mzm 2:4; Why 11:13: 16:11).
Neraka harus dimengerti sebagai lawan surga. Karena surga merupakan
kesatuan sempurna dengan Allah, maka neraka berarti keterpisahan dari Allah. Semua hal lain
mengenai api dan siksaan badan juga bersifat bahasa kiasan. Tetapi itu tidak berarti bahwa
neraka bukan siksaan, sebab setiap orang mendambakan kesatuan dengan Allah. Tanpa Allah
orang tidak dapat hidup bahagia. Di dunia ini mungkin ada yang merasa tidak membutuhkan
Allah, tetapi bila manusia sudah mengenal dirinya sendiri dengan baik, ia merasakan dan
mengalami bahwa hidup tanpa Allah adalah maut. Oleh karena itu Yohanes menyebut neraka
sebagai “kematian kedua” (Why 2:11; 20:6.14; 21:8). sedangkan kematian pertama terjadi
ketika seseorang hidup terpisah dengan Allah. Tidak dapat dibayangkan, apa arti mati terus-
menerus. Itu memang bahasa kiasan juga. Tetapi, kalau Tuhan “memberikan hidup dan nafas
kepada semua orang” (Kis 17:25, bdk. Ayb 12:10; Yes 42:5), maka jelaslah bahwa keterpisahan
dari Allah berarti maut. Tidak dapat dibayangkan, namun itulah kata yang tepat untuk neraka.
Manusia perlu memurnikan diri untuk terhindar dari neraka.
Proses pemurnian itu belum selesai pada saat kematian. Maka kematian sendiri dapat
menjadi pengalaman pemurnian itu. Pada saat kematian manusia melihat dirinya sendiri dalam
keadaan yang sesungguhnya. Karena kematian itu adalah penyerahan kepada Allah, maka
ketidakmurnian dialami sebagai ketidakcocokan yang menyakitkan. Apa yang lazim disebut
“pengadilan”, dialami sebagai siksaan dan juga pemurnian. Itulah yang dimaksudkan dengan
“api penyucian” yang terjadi pada saat kematian sendiri. Doa untuk jiwa-jiwa dalam api
penyucian adalah doa untuk orang yang pada saat kematian sebetulnya belum siap menghadap
41
Tuhan. Orang itu meninggal dalam persekutuan iman, yang disebut Gereja. Maka sudah
sewajarnyalah bahwa “persekutuan para kudus” juga dihayati dalam doa untuk saudara-saudara
itu, yang masih pada perjalanan menuju Tuhan. Api penyucian bukanlah “neraka sementara”
(dengan api yang tidak begitu panas). Api penyucian ialah pengalaman sedalam-dalamnya,
bahwa seseorang “mendapat malu karena segala perbuatan durhaka yang dilakukan” di hadapan
Tuhan (Zef 3:11).
Bagaimana dengan akhir zaman? Bagi manusia perorangan, kematian merupakan akhir
hidup di dunia ini. Akan tetapi seluruh duniapun akan mati. Kenyataan ini sering disebut akhir
zaman. Sebagaimana manusia perorangan mencapai tujuan hidupnya dalam pertemuan dengan
Allah, begitu juga dunia.
Dunia baru bukanlah pertama-tama pembaharuan dunia, melainkan pertemuan seluruh
ciptaan dengan Tuhan. Di sini Tuhan menyatakan kemuliannya kepada seluruh ciptaan.
Pertemuanitu adalah pertemuan dengan cinta kasih-Nya. Pertemuan dalam cinta kasih itu tidak
mungkin kita alami kalau kita di dunia sekarang ini tidak saling melayani. Itulah sebabnya sikap
dasar yang harus dimiliki oleh umat Allah/ manusia adalah pelayanan atau saling melayani.
Di dunia ini hidup kita masih bersifat perjuangan. Kita memang merasa pasti mengenai
tujuan, tetapi sering ragu-ragu mengenai jalannya. Lebih kerap lagi, ketidakjelasan itu menjadi
alasan kita menyimpang dari jalan dan tidak lagi terarah kepada pertemuan dengan Allah. Justru
karena kepenuhan ini adalah tahap yang terakhir, maka mudah hilang dari pandangan. Orang
lebih terpikat oleh yang sekarang terjadi sekitarnya daripada oleh yang akhirnya dituju. Bila kita
mengharapkan apa yang tidak kita lihat, seharusnya kita menantikannya dengan tekun, tetapi
praktiknya sulit.
Antara awal dan akhir, antara alfa dan omega, ada jarak yang jauh. Bukan hanya jarak,
melainkan juga perbedaan yang dahsyat. Dengan tegas Konsili Vatikan II berkata, “kemajuan
duniawi harus dibedakan dengan cermat dari pertumbuhan Kerajaan Kristus” (GS 39). Kerajaan
Kristus/Kerajaan Allah bukanlah hasil evolusi atau perkembangan dunia. Gereja tidak menolak
secara prinsipiil ajaran teori evolusi, tetapi Kerajaan Allah pada akhir zaman janganlah dilihat
sebagai puncak perkembangan dunia.
42
BAB V
YESUS KRISTUS PEJUANG KERAJAAN ALLAH
Paham-Paham pada Zaman Yesus
Enam abad sebelum kedatangan Yesus, bangsa Israel selalu dijajah oleh bangsa lain,
yaitu bangsa Persia, bangsa Yunani, dan terakhir bangsa Romawi. Selain ditindas oleh para
penjajah tersebut, bangsa Israel juga ditindas oleh pemimpin-pemimpin sendiri, yaitu raja-raja
boneka yang diangkat oleh para penjajah. Dalam situasi tertindas seperti itu, kerinduan akan
datangnya Mesias/Penyelamat dan Kerajaan Allah senantiasa muncul dengan kuat.
Paham tentang Kerajaan Allah bukan baru muncul pada zaman Yesus, tetapi sudah lama
diimpikan oleh bangsa Israel, terlebih pada saat-saat mereka sangat ditindas. Dalam situasi
tertindas itu, muncullah bermacam-macam paham tentang Kerajaan Allah, antara lain:
Paham Kerajaan Allah yang Berciri Nasionalistis
Paham ini dihayati sungguh oleh kaum Zelot. Kegiatan mereka bertujuan membebaskan
Israel dari kuasa politik kaum kafir. Kaum Zelot sungguh berjihad untuk mengusir kaum
kafir. Mereka berharap dengan kebangkitan nasionalisme, bangsa Israel dapat tercapai, dan
Kerajaan Allah terbangun.
Kerajaan Allah Menurut Pandangan para Apokaliptik
Apokaliptik adalah aliran yang percaya akan datangnya penghakiman Allah, karena dunia ini
sudah jahat dan akan digantikan oleh dunia baru. Dalam dunia baru itu yang baik akan
dianugerahi kebakaan, sedangkan yang jahat akan dihukum. Menurut pandangan.para
Apokaliptik, Kerajaan Allah adalah sebuah kenyataan terakhir yang akan terjadi pada akhir
zaman. Setelah zaman ini hilang lenyap dibinasakan Allah, "Kerajaan Allah" akan menjadi
kenyataan di bumi baru dan langit baru yang dijadikan Allah.
Kerajaan Allah Menurut Pandangan para Rabi
Menurut pandangan para rabi, Allah sekarang sudah meraja secara hukum, sedangkan di
akhir zaman Allah akan secara nyata menyatakan kekuasaan-Nya sebagai Raja semesta alam
dengan menghakimi dan menyatakannya kepada sekalian bangsa. Kenyataan bahwa bangsa
Israel kini dikuasai oleh orang-orang kafir (sebab pada masa Yesus bangsa Yahudi dijajah
oleh bangsa Romawi yang dianggap sebagai bangsa kafir) merupakan akibat dari dosa-
dosanya. Namun, jika Israel melakukan hukum Taurat, maka penjajah akan dipatahkan.
Karena itu, mereka yang sekarang taat pada hukum Taurat sudah menjadi warga Kerajaan
Allah. Tetapi jika Israel tidak melakukan hukum Taurat, maka Israel akan terus dijajah dan
diperintah oleh kaum kafir. Paham Yesus tentang Kerajaan Allah lebih mirip dengan paham
para rabi. Kerajaan Allah mulai merekah, terutama dalam diri Yesus, dan akan mencapai
kepenuhannya pada akhir zaman. Untuk menyambut Kerajaan Allah orang harus bertobat
dan percaya pada Injil (lih. Mrk 1:14-15).
44
Yesus Bergaul dengan Semua Orang: Tanda Cinta-Nya yang Universal
Yesus dekat dengan semua orang, maka Ia juga sangat terbuka terhadap semua orang. la
bergaul dengan semua orang. la tidak mengkotak-kotakkan dan membuat kelas-kelas di antara
manusia. Yesus tidak pernah hanya dekat sekelompok orang dan menyingkirkan kelompok yang
lainnya. Yesus akrab dengan semua orang, para rohaniwan (lih. Yoh 7:4252) dan penguasa,
bahkan penjajah (lih. Mrk 7:1-10) yang beritikad baik. Yesus pun akrab dengan para pegawai
pajak yang korup (lih. Luk 19:1-10), dengan wanita tuna susila (lih. Luk 7: 36-50) dan para
penderita penyakit berbahaya yang dikucilkan.
45
BAB VI
SENGSARA, WAFAT, KEBANGKITAN,
DAN KENAIKAN YESUS KRISTUS
Situasi Menjelang Kisah Sengsara Yesus
Konteks Perayaan Paskah
Perayaan Paskah merupakan pesta bangsa Israel untuk memperingati peristiwa
pembebasan bangsa Israel dari Mesir. Perayaan ini berlangsung selama tujuh hari, menjadi
pekan roti tak beragi. Bangsa Israel menghayati peristiwa pembebasan dari Mesir sebagai
keterlibatan Allah dalam hidup mereka. Pada perayaan Paskah itu, seluruh rakyat terlibat
dengan cara berziarah ke Yerusalem. Maka, Yerusalem dipadati oleh rakyat yang akan
merayakan Paskah.
Pemberontakan terhadap Pemerintah Roma
Biasanya, dalam setiap perayaan paskah, tentara Roma juga selalu siap siaga untuk
menghadapi kemungkinan yang tidak dinginkan, misalnya kekacauan. Pada masa Yesus, situasi
Palestina tidaklah tenteram. Selalu ada usaha-usaha untuk melawan pemerintah Romawi
Munculnya Mesias-Mesias Palsu
Pada masa kehidupan Yesus telah muncul beberapa orang yang diyakini oleh orang-
orang Yahudi sebagai Mesias. Mereka dipandang sebagai Mesias seperti diramalkan oleh nabi
Yesaya. Nabi Yesaya berbuat bahwa Allah akan mengangkat seorang keturunan Daud untuk
naik takhta kerajaan.
Munculnya mesias-mesias itu selalu diwaspadai oleh pemerintah Roma. Sebab,
biasanya setelah seorang mesias mulai muncul, maka akan disusul adanya pemberontakan.
Mesias-mesias yang ada menjadi biang kerusuhan.
Pejabat yang Berperan dalam Kisah Sengsara Yesus
Para Petinggi Agama
Warta dan tindakan Yesus memang baru, merombak agama Yahudi. Hal ini jelas tidak
disukai oleh para pemuka agama. Para pemuka agama itu beranggapan bahwa hanya agama
yang menjamin kelangsungan bangsa. Barangsiapa merongrong agama dianggap
membahayakan bangsa. Perubahan agama dianggap dapat menimbulkan murka Allah. Jika
Allah murka, maka habislah riwayat bangsa Yahudi.
46
Yesus dianggap melanggar Sabat:
Yesus berkata: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat"
(Mrk 2: 27).
Yesus dianggap mencampuri urusan para pemuka agama: Imam Agung bertanggung jawab
atas Bait Allah. Tetapi, Yesus mengusir para pedagang di Bait Allah, padahal Dia dianggap
tidak mempunyai hak apa-apa terhadap urusan Bait Allah. Yesus dianggap berani
mengatakan bahwa la mengerti apa yang dikehendaki Allah, bahwa ia mengenal Allah lebih
daripada para nabi dahulu, lebih daripada Musa.
Di mata para petinggi agama, Yesus dianggap provokator.
47
Makna Sengsara dan Kematian Yesus
Kematian Yesus adalah Konsekuensi dari Pewartaan-Nya tentang Kerajaan Allah
Kematian Yesus tidak dapat dilepaskan dari seluruh perjalanan karya dan hidup-Nya.
Yesus sudah mengetahui risiko penderitaan dan kesengsaraan yang akan ditanggung-Nya.
Bahkan, Yesus sudah memberitahukan kepada para murid-Nya bagaimana la menderita, wafat,
dan disalibkan. Tugas perutusan Yesus untuk mewartakan Kerajaan Allah yang dilaksanakan
melalui sabda dan tindakan-tindakan-Nya akan membawa diri-Nya pada penderitaan.
Wafat Yesus sebagai Tanda Ketaatan dan Kesetiaan-Nya pada Bapa
Yesus menerima semua yang terjadi atas diri-Nya dengan rela, karena itulah yang
dikehendaki oleh Allah dalam rencana penyelamatan-Nya.Yesus memandang kematian-Nya
bukan sebagai nasib, melainkan sebagai kurban yang mengukuhkan Perjanjian Baru antara
Allah dan umat manusia seluruhnya. Para murid Yesus diberi teladan untuk mempertaruhkan
nyawa sebagai wujud kesetiaan terhadap Kerajaan Allah. Tugas untuk mewartakan Kerajaan
Allah menuntut kesetiaan dengan taruhan nyawa. Oleh karena itu, peristiwa salib yang
membawa kematian Yesus bukanlah kegagalan. Peristiwa salib justru merupakan tahap yang
menentukan dalam karya penyelamatan Allah. Wafat Yesus menjadi peristiwa penyelamatan
yang membaharui hidup manusia, karena setelah wafat-Nya, Allah tidak meninggaikan Dia.
Yesus dibangkitkan dari kematian. Wafat Yesus memperlihatkan cinta kasih Allah kepada
manusia.
Wafat Yesus adalah tanda solidaritas-Nya dengan Manusia.
Kodrat Yesus sebagai Allah sebenarnya tidak perlu bersama-sama dengan manusia yang adalah
ciptaan-Nya. Namun karena cinta kasih-Nya, Allah begitu solider sehingga tinggal bersama
manusia yang berdosa untuk mengangkat manusia keluar dari situasi dosa.
Wafat Yesus menyelamatkan manusia
Dosa membawa manusia kepada kematian yang abadi. Dengan wafat Yesus, semua orang yang
percaya kepada-Nya mendapat penebusan dosa sehingga dimungkinkan untuk masuk dalam
kehidupan kekal.
48
Pertama, sesuatu yang biasanya tidak kelihatan, kini kelihatan. Setelah bangkit, Yesus tidak
termasuk lagi pada dunia yang kelihatan. Agar dapat dilihat oleh murid-murid-Nya, Yesus harus
menjadikan diri-Nya kelihatan.
Kedua, penglihatan para murid yang "melihat Tuhan" setelah kebangkitan-Nya bukanlah
penglihatan biasa.
Unsur Pengakuan
Yesus dikenal dan diakui sebagai Kristus dan Tuhan. Dia yang menampakkan diri-Nya tidak
lain dan tidak bukan adalah Yesus dari Nazareth yang wafat di kayu salib. Dia kini hidup dalam
kemuliaan. Pengakuan ini diungkapkan, "Yesus bangkit dari antara orang mati pada hari ketiga"
(Luk 24:46).
Unsur Kesaksian
Para rasul menerima tugas dari Tuhan untuk memaklumkan ke-Tuhanan Nya. Salah satu hal
yang mencolok dalam cerita tentang penampakan ialah para murid mula-mula tidak mengenal
Yesus. Mereka membutuh kan waktu untuk mengenal Yesus kembali. Unsur yang cukup
mencolok ini mempunyai dua arti, yakni:
Pertama, membuktikan bahwa penglihatan mengenai Yesus yang bangkit tidaklah diciptakan
oleh daya khayal para murid sendiri, tetapi mendatangi mereka dari luar.
Kedua, menunjukkan betapa Yesus diperbaharui oleh kebangkitan Nya. la tidak lagi persis sama
seperti sebelum wafat dan bangkit.
50
Yesus Kristus Sebagai Sahabat, Tokoh Idola Dan Juru Selamat
Yesus adalah idola yang sejati bagi kaum remaja.
Ciri – ciri kepribadian Yesus antara lain adalah
1. Yesus dekat dengan sesama Apa yang dikatakanNya dan apa yang diperbuatNya sungguh
menyapa manusia dari lapisan yang paling bawah, sehingga Yesus dekat dengan sesama
khusunya mereka yang cacat, miskin, tertindas dan tersingkir.
2.Yesus sangat terbuka terhadap siapa saja yang datang kepadaNya Bukti keterbukaanNya
adalah ketika Yesus mau menerima siapa saja yang datang kepadaNya, tanpa membeda-
bedakan, Ia akrab dengan Imam-imam
Landasan Biblis
· Yohanes 15:11-17 :
Kita harus saling mengasihi sahabat dan saudara-saudara kita dan tidak boleh saling
menghianati agar suka cita kita menjadi penuh. (11-13)
Allah memilih kita umatnya untuk pergi dan mewartakan kerajaan Allah kepada semua orang
supaya apa yang Kita minta dapat diberikan oleh bapa. (16)
Kesimpulan :
Dalam hidup kita harus saling mengasihi dan tidak boleh menghianati sahabat. Sehingga
apa yang kita minta dapat diberikan oleh Bapa.
Yesus sungguh sahabat dan sungguh idola . Namun , Yesus sesungguhnya lebih dari itu.Salah
satu gelar yaitu Yesus Putra Allah Dan Juruselamat. Gelar yang paling pokok yang menunjukan
sikap dan perilaku Yesus adalah Yesus Itu Tuhan.
51
BAB VII
TRITUNGGAL
Allah Tritunggal merupakan rangkuman dari seluruh iman dan ajaran Kristiani. Inti pokok iman
akan Allah Tritunggal adalah keyakinan bahwa Allah (Bapa ) menyelamatkan manusia dalam
Kristus ( Putra ) oleh Roh Kudus.
c) Syahadat (Credo)
Syahadat sesungguhnya merupakan pengakuan Iman akan Allah Tritunggal.
Syahadat merupakan ringkasan seluruh sejarah suci mulai dari penciptaan, penjelmaan,
kebangkitan, kedatangan Roh Kudus, misteri Gereja, sakramen-sakramen, sampai
dengan kehidupan kekal.
d) Doxologi
52
Doxologi artinya doa pujian. Allah Tritunggal Mahakudus yang menjadi isi/inti doa
tersebut.
Pada akhir doa Syukur Agung didoakan doxologi.
e) Pembaptisan
Pembaptisan orang Kristiani memakai rumusan Trinitas (dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus).
ROH KUDUS
Tanda atau lambang Roh Kudus yaitu :
o Air
Air adalah lambang tindakan Roh Kudus yang berfungsi untuk membersihkan.
o Urapan
Urapan dengan minyak suci inisisiasi Kristen melambangkan Roh Kudus.
o Api
Api melambangkan daya transformasi Roh Kudus.
o Awan dan Sinar
Awan dan sinar melambangkan kehadiran penampakan Roh Kudus.
o Meterai
Meterai adalah lambang yang erat kaitannya dengan pengurapan.
o Tangan
Yesus menyembuhkan orang sakit dan memberkati anak-anak kecil dengan meletakan tangan ke
atas mereka.
o Jari
“Dengan jari Allah “, Yesus mengusir setan. Sementara perintah Allah dilukis dengan “jari
Allah” di atas loh-loh batu.
o Merpati
Pada akhir air bah, merpati yang diterbangkan oleh Nuh dari bahtera kembali dengan sehelai
daun Zaitun di paruhnya sebagai tanda bahwa bumi sudah dapat didiami lagi.
o Roh Pengertian
Memampukan akal budi kita untuk mengenal keagungan Tuhan, memahami kebenaran Ilahi,
dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.
o Roh Nasihat
53
Membantu kita untuk menilai dan mengambil keputusan secara tepat dan memilih jalan yang
paling aman dan berkenaan pada Allah.
o Roh Keperkasaan
Menguatkan kehendak kita agar tekun dalam iman, berani menanggung resiko sebagai orang
Kristen, dan memikul salib kita.
o Roh Kesalehan
Menyembuhkan hati kita yang keras agar semakin terbuka untuk mencintai Allah dan sesama.
Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging karena kedua hal tersebut
bertentangan. Apabila hidup kita dipimpin oleh Roh maka kita hidup di bawah kehendak Tuhan.
Roh merupakan tindakan yang baik, sedangkan daging merupakan tindakan yang tidak baik.
(bdk. Gal. 5:16-26).
54
tetap merupakan bagian dari Gereja. Maka apa yang menjadi tujuan Gereja universal
merupakan juga tujuan CDD. Sehingga ketaatan kepada hierarki Gereja merupakan hal
yang tidak dapat ditawar-tawar. Sebab Gereja sendiri adalah Tubuh Kristus di mana
Kristus adalah Kepalanya. Untuk itulah ketaatan kepada Paus menjadi wujud nyata
kesatuan kepada Gereja.
Dan model sejati dari seluruh cara hidup para anggota CDD adalah Yesus Kristus, Sang
Guru Agung.
57
5.4.1 Pastor CDD Tiba di Pontianak
Tiba di Pontianak 6 Pastor CDD memenuhi permintaan Vikaris Apostolik Mgr.
Tarcisius Van Valenberg, Ofm. Cap (1934-1957) untuk membantuk karya Pastoral
khususnya di tengah masyarakat Tionghoa di Kalimantan Barat pada 28 Maret 1949.
Mereka adalah Pastor Chang, Pastor Pian, Pastor Ma, Pastor Lie, Pastor Cu dan Pastor
Chow. Mereka disambut hangat oleh Vikaris Apostolik, Pastor, Bruder dan Suster,
Umat Katolik serta anak-anak SD Gembala Baik.
Kemudian Vikaris Apostolik menugaskan mereka membantu paroki dan sekolah
katolik yang berada di Pontianak, Singkawang, Pemangkat sampai Sambas. Pastor Lie,
CDD pada waktu itu berstatus sebagai Superior, sambil membantu paroki Gembala Baik
dan mengajar agama. Pastor Chow, CDD membantu paroki di Pemangkat, Pastor Pian ,
CDD di paroki Sambas, Pastor Chang, CDD menjadi pengajar di SD “Hoi Sen” (Stella
Maris – Siantan) yang didirikan umat/paroki; Pastor Ma, CDD bertugas sebagai kepala
SD Gembala Baik, setelah Pastor Honoratus, Ofm. Cap dan Pastor Elias, Ofm. Cap
kembali ke Belanda karena sakit. Di Singkawang, Pastor CDD ikut menangai SD “Chen
Kwang” (Cahaya Kebenaran) yang juga didirikan umat.
Tahun 1959, Pastor CDD mulai dengan membangun SMP yang dinamakan PMS
(Pontianak Middle School) atau sebutan khasnya “Khun Tong” (Tio Ciu) atau Khun
Cung (Hakka) sebagai cikal bakal sekolah-sekolah asuhan Yayasan Pendidikan
Kalimantan.
Di sekolah, Pastor giat mengajar agama dan membaptis banyak kaum muda
menjadi pengikut Yesus. Sesungguhnya, pada masa itu menanamkan kesadaran beriman
bukan perkara mudah. Langkah ini masih dilanjutkan pada masa kini, di luar jam
sekolah. Artinya, sekolah CDD memberi kesempatan kepada siswanya mengikuti
pelajaran agama khusus untuk katekumen yang diberikan oleh guru sekolah CDD
sendiri, di bawah koordinasi Komisi Kerohanian.
5.4.3 Pembinaan
Charakter
Building ala
Ambawang
Rumah
Retret Costantini
Ambawang
(RRCA), sebuah
tempat
pembinaan milik
kongregasi
58
Murid-murid Tuhan(CDD) ini yang terletak kurang lebih 23 km dari kota Pontianak,
Desa Korek, Dusun Cabang Kiri, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Pontianak,
Kalimantan Barat, dengan fasilitas rumah retret yang meliputi; unit penginapan, aula,
ruang doa, ruang makan, camping ground, hutan sagu, kebun karet dan fasilitas outbond
yang sungguh menantang.
Menurut Pater Lodewyk Tsie, CDD, tujuan pertama pendirian RRCA adalah
sebagai tempat pembinaan bagi siswa-siswa persekolahan Santu Petrus (Kun Chung)
yang di kelola oleh kongregasi. Dan pihak yayasan merasakan kurangnya fasilitas
pembinaan untuk siswa-siswi persekolahan, yang sebelumnya mengunakan jasa rumah
retreat Immaculta yang berada di pusat kota Pontianak. Dasar pendirian Rumah
Pembinaan ini sesuai dengan semangat Bapak Pendiri CDD, Cardinal Celso
Constantini, tutur Pater Lodewyk, yaitu memberikan kesaksian Kabar Gembira terutama
kepada kaum muda dan di tempat-tempat di mana semangat dan kasih sejati kurang
terwujud, dalam konteks budaya setempat dan dalam kesatuan dengan seluruh umat
beriman, seraya memperhatikan dan berusaha menjawab tanda-tanda zaman.
RRCA juga digunakan untuk tempat pembinaan bagi persekolahan lainnya di
Kalimantan Barat, khususnya dari Kota Pontianak. Selain dari sekolah, tempat ini juga
digunakan sebagai tempat retreat atau camping untuk muda-mudi Katolik atau
kelompok umum lainnya. Di tempat ini mereka belajar mengolah pikiran dan perasaaan
yang di sebut Character Building. Pendidikan di sekolah yang menekankan
penggunaan akal budi harus juga diimbangi dengan pengolahan afeksi bagi peserta
didiknya. Dengan demikian keduanya saling melengkapi, para siswa yang datang ke sini
bisa menimba pengalaman dari sesama dan alam sekitarnya. Pembinaan tersebut seperti
permainan lintas alam menyusuri hutan sagu dan karet, menyeberangi kolam lumpur
dengan meniti sebuah kayu, berjalan meniti tali di atas ketinggian dua meter sambil
membawa air, membuat musik alam, dan kegiatan lainnya.
61
mengedepankan proses pertumbuhan diri dan terutama dalam komunikasi dengan
teman-teman dari berbagai suku merupakan salah satu karakter dari spiritualitas CDD.
Maka secara tidak langsung, penanganan asrama oleh anggota CDD merupakan
salah satu usaha pengejawantahan spiritualitas CDD yang menjunjung tinggi nilai-nilai
budaya setempat. Anak-anak asrama dilatih untuk menghargai dan mencintai budayanya
sendiri dan sekaligus mencintai dan menghargai budaya teman-teman asrama yang
beraneka ragam. Kehadiran anggota CDD di lingkungan asrama secara pelan memberi
warna tersendiri bagi kehidupan di asrama. Selain meneguhkan komunikasi
antarbudaya, kehadiran para anggota CDD diharapkan mampu menumbuhkan iman-
iman Kristiani yang mengakar kuat dalam diri setiap orang Kristiani di lingkungan
asrama dan sekaligus memekarkan nilai-nilai manusiawi yang berdasar pada Injil bagi
mereka yang beriman selain Kristen. Disamping itu, tentu saja kehadiran anggota CDD
diharapkan mampu menumbuhkembangkan hidup panggilan khusus di kalangan anak-
anak asrama.
62
Rumah Khalwat Tegaljaya mulai dibangun pada awal 1988, di atas tanah seluas
6.300 m2, pembangunan dilaksanakan secara perlahan dan bertahap, dan ”dianggap”
selesai untuk tahap pertama pada April 1991, saat ditandai dengan penerimaan peserta :
retret, seminar, dan lokakarya. Peresmian Rumah Khalwat Tegaljaya baru dilaksanakan
pada 07 Juli 1993, dengan misa pemberkatan yang dipimpin oleh Mgr. Vitalis Jebarus,
SVD, Romo Superior General CDD, Provincial CDD Indonesia, Komunitas
CDD.Tujuan utama pembangunan Rumah Khalwat Tegaljaya ini adalah pembinaan di
bidang Rohani, secara khusus generasi muda.
Bermula dari pemikiran pendidikan bagi anak-anak karyawan Rumah Khalwat
Tegaljaya, dan anak-anak warga Tegaljaya maka dibangunlah Gedung untuk TKK
Tegaljaya diatas tanah seluas 2.800 m2 pada April 1995 dan selesai pada bulan Juli,
tepat saat TKK Tegaljaya memulai tahun pelajaran 1995-1996. TKK Tegaljaya dari
awal hingga kini dipimpin oleh Stefana Tri Raharsi, saat pertama dibuka jumlah peserta
didik 50 siswa. Saat ini 2008-2009 dibantu 11 orang guru dan 7 orang karyawan, TKK
Tegaljaya memiliki 268 peserta didik.
Pada 27 Oktober 1993 dibentuklah Yayasan Kolese Santo Yusup Cabang
Denpasar dihadapan notaries Piet Puriatma, SH; akte notaris no 153, dengan susunan
kepengurusan sebagai berikut: (1) Ketua : Emanuel Frans Supriyanto, (2) Sekretaris :
Drs Piet I Wayan Lamun, (3) Bendahara : I Made Lokananta. Konsekuensi dari
pembentukan Yayasan Kolese Santo Yusup Cabang Denpasar adalah membentuk
kantor Yayasan dengan mengangkat kepala kantor sebagai koordinator unit-unit
kerjanya.
Awal Pembukaan, Kepala Kantor Yayasan Kosayu Cabang Denpasar dirangkap
oleh Ketua Yayasan Kolese Santo Yusup Cabang Denpasar sampai dengan tanggal 30
Juni 2001, kemudian digantikan oleh Vinsensius Riada Mone pada tanggal 1 Juli 2001
dengan didampingi 4 staf.
Setelah mendirikan TKK Tegaljaya maka timbul pemikiran menampung lulusan
mereka di bangku SD, tetapi untuk membangun gedung SD belum memungkinkan
karena kendala dana, maka timbul langkah praktis yaitu menggunakan 1 ruang TKK
Tegaljaya. Langkah ini yang menjadi awal pendirian SD Tegaljaya, tepatnya Juli 1996.
Bersamaan dengan dimulainya operasional SD Tegaljaya, saat itu pula gedung dibangun
2 lantai dengan 14 lokal. Tahun kedua, SD Tegaljaya sudah menempati gedung sendiri.
Tahun pelajaran 2002-2003 SD Tegaljaya memiliki 28 lokal.
Pada Juli 1997 dibuka taman bermain dan penitipan anak Tegaljaya. Pendirian
Taman Bermain dan Penitipan anak bertujuan melayani karyawan. Fasilitas ini tentu
saja dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas yang juga memiliki bayi/anak kecil. Pada
awal berdirinya unit ini masih satu atap dengan TK Tegaljaya tetapi Mulai Juli 1998
Taman bermain dan Penitipan Anak menjadi Unit yang berdiri sendiri.
Balai Pengobatan Kosayu dibuka pada 1997, dengan tujuan melayani karyawan
yang sakit. Dalam perjalanan ternyata masyarakat sekitar juga turut memanfaatkan
Balai Pengobatan Kosayu. Pelayanan Pengobatan mulai jam 08.00-20.00 wita.
SMP Tegaljaya merupakan unit pendidikan termuda di antara unit lainnya di
Yayasan Kolese Santo Yusup Cabang Denpasar. Berdirinya SMP Tegaljaya didasari
pemikiran bahwa SD Tegaljaya sudah memiliki Lulusan pertama, yang akan
melanjukan ke jenjang pendidikan SMP. Bertempat lokasi yang sama dengan SD
Tegaljaya di Jalan Kubu Gunung Tegaljaya, Kuta Utara, Badung; SMP memiliki 2
ruang kelas dengan lingkungan belajar yang sangat mendukung. Dari lantai 3 (tiga)
terlihat pemandangan sawah penduduk di sekitar kompleks sekolah yang menyejukan
mata, didukung oleh suasana tenang dan nyaman jauh dari keributan dan hiruk-pikuk
lalu lintas jalan raya, sangat memperlancar proses belajar mengajar di SMP Tegaljaya.
63
5.6.1 Rumah Retret Tegaljaya
Rumah Khalwat Tegaljaya adalah salah satu wisma samadi / rumah retret yang
berada di Keuskupan Denpasar, dibangun di atas tanah seluas
6.300 m2. Tempat ini dikelola oleh Yayasan Kolese Santo
Yusup Cabang Denpasar yang menjadi bagian dari karya
pelayanan Romo-Romo Kongregasi Murid-Murid Tuhan /
CDD (Congregatio Dispulorum Domine). Dan diberkati oleh
Mgr. Vitalis Djebarus, SVD, Uskup Denpasar pada 7 Juli
1993.
Berada di tengah-tengah masyarakat Bali yang
mayoritas Hindu Bali, rumah retret ini ikut mewarnai
keberagaman dan keindahan Pulau Dewata ini. Arsitektur
bangunan dengan gaya Bali dipenuhi ornamen-ornamen yang
kaya makna artistikal dan filsafat masyarakat setempat.
Pembangunan Rumah Khalwat / Retret tetap memperhatikan khasanah budaya
lokal sebagai bentuk karya kerasulan Serikat Murid-murid Tuhan yang membumi,
dengan demikian komunitas rumah retret ikut memaknai Bali yang “AJEG”. Ke-
“AJEG”-an Bali diwujudkan komunitas rumah retret ini dengan ikut melestarikan
budaya dan alam bali termasuk menghormati adat-istiadatnya.
Semangat Tri Hita Karana mendasari penataan wisma / gedung-gedung Rumah Khalwat
Tegaljaya secara bijak.
Dalam membangun semua sarana yang menopang kehidupannya, masyarakat
Bali senantiasa didasarkan pada Falsafah Tri Hita Karana yaitu hubungan manusia
dengan Tuhan (Dewata), hubungan manusia dengan sesama, dan hubungan manusia
dengan lingkungannya. Penataan ruang Orang Bali selalu berkiblat pada hal ini.
66
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab
Bernard Kieser SJ, Paguyuban Manusia dengan Dasar Firman, Kanisius, Yogyakarta
1991.
Franz Bockle, Fundamental Moral Theology, Gill and McMillan, Dublin 1980, p. 127-
179.
ID, Moral Dasar: Kaitan Iman dan Perbuatan, Kanisius, Yogyakarta 1987, p. 165-190.
J. Kiswara SJ, Dasa Firman Allah: Makna dan Penerapannya, Kanisius, Yogyakarta
1988.
Karl H. Peschke, Chistian Ethics: Moral Theology in the Light of Vatican II, Vol. 1,
Logos Publication, Manila 1985, p. 13-28.
Katekismus Gereja Katolik, Percetakan Arnoldus, Ende 1995, art. 2052-2557. (Lihat
Edisi 1997, editio typica)
Laurentius Tarpin, OSC, L Th., Pengantar ke dalam Moral Hukum Allah, diktat
Referensi lain:
Alkitab
Pedoman Iman Katolik
Pendidikan Nilai Costantinian
Diutus sebagai Murid Yesus
Tafsir Kitab Suci Perjanjian Lama
Tafsir Kitab Suci Perjanjian Baru
67
68