Anda di halaman 1dari 68

KITAB SUCI

&
AKU PERCAYA

Buku Teks Agama


Kelas X Semester 2

Oleh:
Tim Guru Agama Kelas X

SMAK KOLESE SANTO YUSUP


Jl. Simpang Borobudur 1 Malang
1
KURIKULUM AGAMA SMAK KOLESE SANTO YUSUP MALANG

Alur Materi Kurikulum Agama SMAK Kolese Santo Yusup disesuaikan Kurikulum
Nasional:
1. Iman dan Agama
2. Kitab Suci dan Aku Percaya (Credo)
3. Gereja dan Sakramen
4. Ajaran Sosial Gereja dan Sepuluh Perintah Allah (Dekalog)
5. Panggilan Hidup
6. Perutusan

KELAS X
Semester 1
Iman dan Agama
1. Menyelami keberadaan Allah.
2. Mengimani Allah dengan beragama dengan tidak melupakan/ meniadakan
budaya setempat.
3. Dengang iman, kita mensyukuri atas keberadaan kita sebagai ciptaan-Nya
yang unik dengan segala kemampuan dan keterbatasannya.
4. Menyadari bahwa walaupun kita unik namun diciptakan segambar atau
secitra dengan Allah.
5. Tanda bahwa kita secitra dengan Allah kita dibekali suara hati dan
kebebasan oleh Allah.
6. Atas bekal suara hati kita diajak bersikap kritis dan dan atas bekal
kebebasan kita diajak untuk bertanggungjawab.
7. Lampiran Sejarah Kongregasi Murid-murid Tuhan.

Semester 2
Kitab Suci dan Aku Percaya (Credo)
1. Iman akan Yesus Kristus bersumber dari Kitab Suci.
2. Ungkapan Iman orang kristiani terangkum dalam Doa Aku Percaya (Credo).
3. Inti pewartaan Kitab Suci adalah Yesus yang mewartakan Kerajaan Allah
(kabar kebahagiaan).
4. Yesus yang mewartakan Kerajaan Allah secara total menjadikan Yesus
sebagai Sahabat Sejati, Tokoh Idola dan Juru Selamat.
5. Setelah di dunia memberi contoh bagaimana manusia harus hidup Yesus
kembali pada kodratnya sebagai Allah dan mengutus Roh Kudus.
6. Dengan demiklian kita percaya bahwa Allah kita adalah Allah Bapa, Allah
Putra (Yesus), dan Allah Roh Kudus. Ketiganya adalah satu (Tritunggal).
7. Lampiran Kongregasi Murid-murid Tuhan di Indonesia.

2
KELAS XI
Semester 3
Gereja dan Sakramen
1. Orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan disebut Gereja.
2. Gereja memiliki sifat-sifat satu, kudus, katolik, dan apostolik.
3. Struktur Gereja terdiri dari Hierarki dan Kaum Awam.
4. Gereja memiliki tugas menguduskan, mewartakan, menjadi saksi,
membangun persekutuan , dan melayani.
5. Sakramen dan sakramentali sebagai bagian dari tugas Gereja yang
menguduskan
6. Lampiran Identitas Kongregasi Murid-murid Tuhan.

Semester 4
Ajaran Sosial Gereja dan Sepuluh Perintah Allah (Dekalog)
1. Gereja berusaha hidup sesuai dengan kehendak Allah dengan
memperhatikan perintah dan menjauhi larangan (sepuluh perintah
Allah/dekalog). Dari perhatian terhadap sepuluh perintah Allah menjadi
nyata bahwa Gereja juga memperhatikan hak asasi manusia.
2. Gereja juga memiliki kepedulian dan keprihatinan terhadap situasi dunia
dengan memperhatikan, menanggapi masalah-masalah pada zamannya,
salah satunya terungkap dalam Ajaran Sosial Gereja.
3. Lampiran Semangat Kongregasi Murid-murid Tuhan.

KELAS XII
Semester 5
Panggilan Hidup
1. Panggilan Hidup
A. Panggilan Hidup Berkeluarga
B. Panggilan Hidup Membiara
C. Panggilan Karya dan Profesi
2. Memperjuangkan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat.
3. Menghargai keberagaman dalam hidup bermasyarakat.
4. Dialog dan Kerjasama antarumat beragama.
5. Peran serta umat Katolik dalam pembangunan Bangsa Indonesia.
6. Lampiran Wejangan-wejangan Celso Costantini.

Semester 6
Perutusan
1. Mengulang materi-materi penting kelas X, XI, dan XII untuk USBN.
2. Ujian Praktik Agama: Perutusan
3. Lampiran Keutamaan-keutamaan menurut Celso Costantini.

Tetap Bersemangat!

3
DAFTAR ISI

Mengenal Kitab Suci ........................................................ 1

Kitab Suci Perjanjian Baru .............................................

Kitab Suci Perjanjian Lama ............................................

Doa Aku Percaya ……………………………………….

Yesus Mewartakan Kerajaan Alah ...................................

Sengsara, Wafat, Kebangkitan,


dan Kenaikan Yesus Kristus ...........................................

Tritunggal .......................................................................
4
BAB I
MENGENAL KITAB SUCI
Dua Jilid
Sesuai dengan perkembangan zaman, sekarang biasanya Alkitab dicetak sebagai
satu buku saja, paling paling ada dua jilid. Jilid I berjudul: Kitab Suci Perjanjian Lama;
jilid II berjudul Kitab Suci Perjanjian Baru. Kitab Suci disebut "Perjanjian" karena
berisikan“perjanjian Allah dengan manusia“. Dalam Alkitab diceritakan dan dipikirkan
mengenai perjanjian itu, yaitu perjanjian Allah dan manusia, setia atau tidak setianya
manusia pada perjanjian itu; bagaimana perjanjian itu terlaksana atau tidak terlaksana.
Kata "perjanjian" dipakai untuk mengatakan bahwa antara Allah dan manusia
terjalinlah hubungan istimewa, bukan hubungan alamiah saja. Hubungan itu sedikit
serupa (lebih banyak berbeda) dengan hubungan antara manusia yang terjalin melalui
sebuah perjanjian.
Jilid I Kitab Suci, yaitu Perjanjian Lama, mengenai perjanjian - perjanjian yang
diadakan Allah dengan manusia sebelum Yesus Kristus, tampil di muka bumi ini. Jilid
II, yaitu Perjanjian Baru, mengenai perjanjian terakhir yang diadakan Allah dengan
umat manusia melalui Yesus Kristus. Perjanjian Baru itu adalah perjanjian kekal. Suatu
perjanjiaan yang dari kedua belah pihak, yaitu Allah dan manusia. Tidak pernah akan
batal dan gagal. Maka suatu perjanjian lain lagi tidak mungkin. Jilid II itu, Perjanjian
Baru, menceritakan dan memikirkan bagaimana jilid I, Perjanjian Lama, dilanjutkan,
ditingkatkan dan diselesaikan melalui Yesus Krisus dan umat yang percaya kepadaNya.
Baiklah diingat bahwa (sebagian besar) Kitab Perjanjian Lama tetap Kitab Suci
umat Yahudi. Tetapi mereka memahaminya secara lain dari caranya umat kristiani,
mengertinya. Sebab umat Yahudi tidak memakai Kitab Perjanjian Baru sebagai kunci
penafsiran dan pemahaman. Dengan Perjanjian Barunya umat Kristen seolah-olah
"mengkristenkan" Kitab Suci orang-orang Yahudi, membacanya sebagai semacam
"pengantar" kepada Yesus Kristus dan kesaksian tentang Yesus Kristus sebagaimana
dinyatakan dalam Perjanjian Baru.

Suatu Perpustakaan
Alkitab yang sekarang diterbitkan sebagai satu buku dengan satu jilid atau dua jilid,
sebenarnya sebuah perpustakaan. Jilid II, yaitu Perjanjian Baru memuat 27 karangan
yang bermacam-macam bentuk, isi dan corak-cirinya. Jilid I jauh lebih tebal dan bahkan
memuat 47 karangan yang bermacam-macam juga.

Versi Alkitab
Bagian tengah Kitab Suci Perjanjian Lama yang berjudul "Deuterokanonika" (oleh
jemaat-jemaat Kristen/Reformasi disebut "Apokrip") memuat 7 (atau 8) kitab dan
karangan dan sejumlah tambahan pada Kitab nabi Daniel dan Kitab Ester. Kitab-kitab
dan tambahan-tambahan tersebut oleh kebanyakan jemaat yang berasal dari reformasi
tidak diterima sebagai Kitab Suci meskipun orang boleh diajak membacanya, sebab
banyak manfaatnya. Sebaliknva Gereja Katolik dan Gereja Yunani ortodoks mengakui
ketujuh (kedelapan) kitab dan tambahan-tambahan tersebut sebagai kitab yang termasuk
Kitab Suci.

5
Kitab-kitab yang diterima sebagai Kitab Suci oleh semua Gereja disebut
kanonika artinya: termasuk daftar Kitab Suci. Ada juga istilah “protokanonika",
artinya temasuk kanon (daftar kitab-kitab Suci) yang pertama. Kitab-kitab itupun
diakui oleh umat Yahudi. Kitab kitab (serta tambahan-tambahan ) yang diterima oleh
Gereja Katolik dan Yunani ortodoks disebut "Deuterokanonika" (artinya: termasuk:
daftar Kitab-kitab Suci yang lain).
Kitab Suci yang termasuk Deuterokanonika adalah Kitab Tobit, Yudit,
Tambahan-tambahan pada Kitab Ester, Kebijaksanaan Salomo, Yesus bin Sirakh,
Barukh, Surat Nabi Yeremia, Tambahan-tambahan pada Kitab Daniel, Kitab Makabe
yang Pertama, Kitab Makabe yang Kedua
Di balik perbedaan antara Gereja Katolik dan Gereja-Gereja Reformasi.
tersembunyi perbedaan yang dahulu ada di kalangan umat Yahudi. Di luar negeri
Palestina dan juga di Palestina sendiri orang Yahudi menerima sebagai Kitab Suci tetapi
belum ada sebuah daftar yang umum diakui. Sekitar tahun 100 Masehi, para ahli kitab
Yahudi menetapkan sebuah daftar resmi. Mula - mula keputusan itu diterima di
Palestina saja, tetapi kemudian diakui oleh semua orang Yahudi. Umat Katolik semula
mengikuti kebiasaan orang Yahudi.
Jadi bagi umat Katolik pun belum pasti karangan-karangan mana yang termasuk
Kitab Suci, Tetapi kemudian mereka tidak menyesuaikan diri dengan keputusan ahli-
ahli Kitab Yahudi. Maka umat Katolik tetap mengakui sebagai kitab suci sejumlah
karangan yang tidak lagi diterima orang-orang Yahudi. Dikemudian hari barulah umat
Katolik sendiri menetapkan daftar kitab-kitab suci . Daftar itu lebih luas dari daftar yang
ditetapkan bagi orang Yahudi sekitar 100 Masehi. Sebaliknya jemaat jemaat reformasi
kemudian menyesuaikan diri dengan daftar Yahudi itu. Gereja Katolik terus
melanjutkan tradisi Kristen dahulu. Begitulah muncul perbedaan antara Gereja Katolik
dengan jemaat – jemaat reformasi.
Demi kerja sama dengan lembaga Alkitab Indonesia, diambil kebijaksanaan ini:
Kitab-kitab Deuterokanonika ditempatkan antara Perjanjian Lama yang diterima oleh
semua, dan Perjanjian Baru yang diterima semua pula. Untuk jemaat jemaat reformasi
diedarkan terbitan yang tidak memuat Deuterokanonika itu, meskipun mereka tentunya
boleh membeli terbitan lain juga. Bila pihak Katolik sendiri menerbitkan Alkitab
Perjanjian Lama, maka kitab-kitab (dan tambahan-tambahan) Deuterokanonika
ditempatkan di antara kitab-kitab lain dalam urutan seperti lazim dalam Gereja Katolik
dan yang terdapat dalam terjemahan Latinnya, Vulgata. Anda dapat melihat itu
dalam`terbitan: Kitab Suci Perjanjian Lama dengan pengantar dan catatan, dua jilid
yang diterbitkan oleh Nusa Indah dan yang dipersembahhan kepada umat Katolik di
Indonesia oleh Kementerian Agama, Bimas Katolik.

Bahasa-bahasa Asli Kitab Suci


Alkitab yang dimiliki Anda adalah sebuah terjemahan yang dibuat atas dasar
Alkitab asli yang ditulis dalam bahasa-bahasa lain. Bahasa-bahasa asli itu berjumlah
tiga: Bahasa Ibrani, bahasa Aram dan bahasa Yunani. Perjanjian Baru seluruhnya ditulis
dalam bahasa Yunani.
Bagian terbesar Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani. Bahasa itu
termasuk rumpun bahasa-bahasa yang disebut "bahasa Semit" yang dipakai oleh
bangsa-bangsa yang berkediaman di kawasan Timur Tengah (kecuali Turki). Bahasa
lbrani cukup berdekatan dengan bahasa Arab. Bahasa Ibrani Kitab Suci ialah bahasa
Ibrani kuno.
Lama sekali bahasa lbrani tidak dipakai lagi, kecuali oleh segelintir ahli-ahli
Yahudi. Tetapi akhir-akhir ini bahasa Ibrani dihidupkan kembali dan menjadi bahasa
6
nasional negara Israel modern. Bahasa Ibrani Kitab Suci diperkembangkan dan
disesuaikan dengan keperluan-keperluan dewasa ini.
Hanya sebagian kecil Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Aram, yaitu sebagian
Kitab Ezra (4:8-6:18;7:12-26) dan sebagian Kitab Daniel (1Dan 2:4b-7:28). Bahasa
Aram serumpun dengan bahasa Ibrani dan berdekatan denganmya. Dewasa ini bahasa
Aram tidak dipakai lagi, kecuali oleh berapa kelompok kecil orang Kristen di Palestina
dan Libanon. Bahasa Aram aslinya berasal dari bangsa Aram yang berkediaman di
kawasan sungai Efrat dan Tigris serta negeri Siria. Tetapi sekitar tahun 800 sebelum
Masehi bahasa itu telah menjadi bahasa internasional yang dipakai negara, para
negarawan dan kaum dagang serta sastrawan. Waktu di pembuangan umat Israel
mengganti bahasa lbrani dengan bahasa Aram, sehingga kemudian menjadi bahasa se-
hari-hari. Di masa Yesus rakyat di Palestina berbahasa Aram.
Hanya dua Kitab Perjanjian Lama langsung ditulis dalam bahasa Yunani, yaitu
Kitab 2 Makabe dan Kitab Kebijaksanaan Salomo. Tetapi ada beberapa kitab
(deuterokanonika) yang hanya terpelihara dalam terjemahan Yunaninya, meskipun
aslinya dalam bahasa Ibrani atau Aram. Misalnya Kitab Yudit, Kitab 1 Makabe dan
Kitab Tobit. Tambahan-tambahan Kitab Daniel dan Ester pun hanya terpelihara dalam
terjemahan Yunaninva. Aslinva bahasa Yunani berasal dari negeri Yunani. Tetapi
semenjak raja Aleksander Agung (sekitar th. 330 seb.Mas.) merebut seluruh kawasan
Timur, bahasa Yunani menjadi bahasa Internasional, serupa sedikit dengan bahasa
Melayu dahulu di kepulauan Indonesia dan sekitarnya. Rakyat biasa pun sering tahu
sedikit bahasa Yunani. Bahasa Yunani internasional itu tentu bukan bahasa Yunani
kuno. Tetapi bahasa Yunani yang disederhanakan dan terpengaruh oleh macam-macam
bahasa daerah. Tetapi sastrawan pun tidak segan menggunakan bahasa Yunani populer
ini.

Salinan-Salinan Yang Terpelihara


Semua naskah asli yang ditulis oleh penulis suci tidak bisa kita baca dengan
sempurna. Berabad-abad lamanya naskah-naskah itu disalin dengan tangan (percetakan
memang belum ada). Dengan disalinnya naskah-naskah itu banyak kesalahan
menyusup. Memang sulit sekali menyalin sesuatu tanpa salah. Coba saja Anda menyalin
satu halaman sebuah buku, lalu periksalah berapa kesalahan menyusup. Dalam
menyalin Alkitab ada kesalahan yang kebetulan saja terjadi, tetapi ada juga yang
disengaja dibuat atas dasar macam-macam pertimbangan.
Salah satu sumber kesalahan juga bahwa cara menulis dan bentuk huruf dahulu
berbeda dengan yang kemudian. Lalu bentuk kuno dialihkan ke dalam bentuk baru dan
boleh jadi penyalin keliru, sebab tidak tahu lagi bentuk huruf lama. Ada juga huruf-
huruf Ibrani yang sangat serupa satu sama lain, sehingga penyalin mudah keliru.
Meskipun orang Yahudi mesti dipuji karena ketelitiannya dalam menyalin Kitab Ku-
dusnya, namun masih banyak kesalahan menyusup. Ternyata Tuhan tidak menjaga
supaya Kitab Suci terpelihara secara utuh sempurna. Penyalin-penyalin tidak mendapat
pertolongan khusus.
Para ahli dewasa ini (dan sudah lama) dengan sekuat tenaga berusaha memulihkan
apa yang aslinya ditulis. Usaha itu sering berhasil baik, tetapi kadang-kadang mesti
diakui bahwa kita tidak bisa tahu lagi apa yang aslinya ditulis oleh penulis suci.
Kitab Suci dalam bahasa aslinya yang sekarang tercetak berdasarkan berbagai
naskah yang dahulu ditulis; disalin dengan tangan dan tersimpan dalam perpustakaan
besar di Eropa dan Asia. Kebanyakan dari naskah-naskah itu dibuat (disalin dari
naskah-nasnah dahulu) selama abad-abad pertengahan. Hanya ada beberapa naskah
(salinan) atau bagian-bagian naskah yang dibuat di masa menjelang zaman Perjanjian
7
Baru. Naskah-naskah paling tua itu baru-baru ini ditemukan kembali di padang gurun
Yudea (Palestina) di dekat suatu tempat yang disebut "Qumran" yang terletak dekat
Laut Mati. Pada zaman Yesus dan sebelumnya di situ menetap jemaat orang Yahudi
yang meyendiri dan yang cara hidupnya ketat sekali. Waktu rumahnya dihancurkakan
tentara Roma sekitar tahun 70 masehi. Anggota-anggota jemaat itu menyembunyikan
naskah-naskahnya dalam gua-gua di sekitarnya. Di situ terpelihara sampai ditemukan
kembali sekitar th. 1947. Sayangnya naskah agak rusak, dimakan tikus dan sebagainya.
Di antara naskah-naskah yang disembunyikan itu ada juga beberapa naskah Kitab Suci.

Bukan "Kitab dari Sorga"


Saudara-saudari muslimin yakin bahwa kitab kudus mereka, AlQur'an, berangsur-
angsur diturunkan kepada Nabi Muhammad. Lalu oleh beliau Qur'an itu disampaikan
kepada umat dan kemudian dikumpulkan dalam sebuah kitab Al-Qur'an sebuah kitab
sorgawi.
Bukan demikian halnya dengan Kitab Suci Perjanjian Lama (dan Perjanjian Baru).
Sudah barang tentu menurut keyakinan Kristiani. Alkitab boleh dan harus dikatakan
sebuah Kitab Ilahi. Tetapi bukan oleh karena diturunkan dari sorga atau didiktekan oleh
Allah serta direkam manusia. Alkitab diciptakan oleh umat Allah tetapi dalam hal itu
umat dipimpin dan didorong oleh Allah, oleh Roh Kudus-Nya. Begitulah Alkitab
serentak suatu kitab karangan manusia dan Kitab Allah. Melalui pikiran, perasaan dan
perkataan manusia, Allah menyatakan rencana, karya dan kehendak-Nya kepada kita,
kepada umat pilihan-Nya.

Kitab yang Tumbuh dalam Sejarah


Alkitab Perjanjian Lama yang merupakan suatu perpustakaan, perlahan-lahan
tumbuh sepanjang sejarah umat Israel. Menjelang zaman Perjanjian Baru barulah
perkembangan itu selesai.
Di zaman dulu pada suku-suku Israel beredar macam-macam ceritera, sajak.
ucapan dan sebagainya. Semuanya itu secara lisan disampaikan dari mulut ke mulut dan
dihafalkan. Semuanya itu diwariskan, ratusan tahun lamanya, kepada anak, cucu dan
cicit. Ada ceritera dan sajak mengenai nenek moyang, suku. Ada kisah-kisah dan lagu
mengenai pahlawan-pahlawan masing-masing suku.
Ada juga ceritera tentang tempat-tempat suci, asal-usulnya, hal-ihwal dan
ibadahnya. Suku-suku itu suka menyanyi dan nyanyian itu diwariskan turun-temurun.
Tambah pula macam-macam aturan dan hukum adat. Kerap kali ada juga aturan yang
berkaitan dengan tempat-tempat suci. Di sekitar pengalaman umat lsrael ketika keluar
dari negeri Mesir dan dalam pengembaraan di gurun timbul kisah dan ceritera. Ada
kalanya ceritera, kisah, lagu dan sebagainya ditulis juga. Terutama dalam perayaan
keagamaan cerita dan kisah itu dibawakan.
Masing – masing suku atau kelompok suku mempunyai ceritera – ceritera
hukum dan adatnya sendiri. Waktu suku – suku itu bergabung, tradisi – tradisi itu pun
digabungkan dan dipersatukan. Lama – kelamaan tradisi – tradisi itu semakin banyak
ditulis juga, meskipun secara lisan terus dikisahkan. Hal itu misalnya terjadi di zaman
para raja, waktu beberapa orang menuliskan agak banyak bahan dari zaman dahulu.
Maksudnya ialah : membendung kemerosotan agama yang terjadi atau mendukung
usaha membaharui semangat sejati.

8
Para raja istananya tentu mempunyai arsip negara. Para ”abdi dalem”
menuliskan kisah – kisah mengenai raja serta keturunannya, hal ihwal perang dan
pengalaman perang. Abdi dalem itu juga mengajarkan putra – putra raja dan
mendidiknya dengan berbagai nasehat dan wejangan. Pendidikan semacam itu terjadi
juga di luar istana raja. Begitulah, tersedia macam – macam bahan yang berasal dari
istana raja. Adakalanya sudah mulai ditulis suatu ”kisah”, ”babad raja” yang agak
lengkap.
Bait Allah juga mempunyai arsipnya. Di situ tersimpan pelbagai dokumen yang
bersangkutan dengan Bait Allah, pembangunan, perbaikan dan hal-ihwalnya. Ada juga
dokumen-dokumen yang memuat tata-upacara dan aturan ibadat. Boleh jadi arsip itu
sebenarnya berasal dari zaman dahulu, tetapi oleh para petugas Bait Allah dipelihara
dengan saksama.
Para nabi biasanya menyampaikan nubuat dan khotbahnya secara lisan. Tetapi
oleh mereka yang mendukung nabi itu, katakanlah: murid-murid nabi, dihafalkan apa
yang disampaikan nabi-nabi itu. Kemudian nubuat, khotbah serta wejangan itu
dituliskan dan dibukukan, boleh jadi oleh nabi sendiri pada akhir hidupnya atau untuk
menyebarluaskan nubuat nubuatnya waktu dilarang tampil di muka umum. Nubuat-
nubuat, khotbah-khotbah dan wejangan nabi itu mungkin kemudian disadur,
ditambah dan disesuaikan dengan keadaan baru. Terutama sekitar nabi-nabi yang
paling dahulu muncul macam-macam ceritera untuk meluhurkannya.
Kita sudah tahu bahwa pada umat lsrael ada lagu-lagu keagamaan, mazmur-
mazmur. Lagu-lagu itu dipakai dalam ibadat dan juga dituliskan supaya tetap tersedia.
Khususnya di zaman sesudah masa pembuangan ada pemikir dan pesajak serta sejarawan
yang menuliskan dan mengedarkan hasil bakat pemikiran, seni sastranya. Semua
bahan tersebut yang beredar pada umat Israel dan tumbuh sepanjanag sejarah
akhirnya dibukukan semua. Dan itu menjadi Alkitab. Banyak bahan sudah terkumpul se-
lama umat Israel dalam pembuangan di Babel, terutama apa yang tercantum dalam
kelima kitab Musa (Pentateukh) dan dalam kitab para nabi. Tetapi juga sesudah masa
pembuangan itu masih muncul karangan dan kumpulan lain. Baru menjelang zaman
Perjanjian Baru semua tersusun dan dibukukan. Buku-buku itu diterima umat Israel sebagai
Kitab Sucinya. Namun demikian masih juga ada perbedaan pendapat pada umat Israel
sekitar persoalan karangan manakah yang mesti diakui sebagai Kitab Suci.
Menurut kepercayaan Kristiani (yang sudah ada dalam Perjanjian Baru) dan orang
Yahudi, Kitab Suci itu merupakan hasil penyelenggaraan ilahi. Dengan jalan itu Tuhan
memberi kepada umat-Nya suatu pegangan dan pedoman untuk sejarah selanjutnya.
Alkitab itu menjadi firman Allah yang tertulis, wahyu ilahi. Ini suatu kesaksian yang
didukung Allah sendiri tentang karya-Nya dalam sejarah umat-Nya dan sejarah seluruh
umat manusia. Penyelenggaraan ilahi itu disebut "inspirasi". Jadi "inspirasi" itu jangan
dimengerti sebagai "ilham", "wahyu" atau wangsit. Inspirasi tidak berarti
”pemberitahuan". Para penulis Kitab Suci tidak mengetahui atau menyadari bahwa
menulis "Kitab Suci". Mereka bekerja sama seperti penulis-penulis lain. Apa yang
mereka tulis tentang Allah dan manusia di hadapan Allah dan hubungan timbal balik antara
Allah dan manusia memang tepat, tapi tidak usah utuh lengkap. Dan pengungkapannya
selalu manusiawi. Dan dalam hal "profan" atau duniawi, yang tidak menyangkut Allah
dan manusia di hadapan Allah, mereka tidak "tahu” lebih banyak daripada manusia
lain.
Kecuali itu "inspirasi" itu juga berarti bahwa Allah melalui Kitab Suci selalu (dapat)
menyapa, memanggil, menegur dan menasehati manusia beriman.

9
2000 Tahun Pengalaman Iman yang Selalu Aktual
Mengingat caranya Alkitab tercipta, jelaslah di dalamnya tercantum pengalaman
umat Allah sepanjang lebih kurang 2000 tahun. Umat Israel yang percaya kepada Allah
yang Mahaesa, mengumpulkan segala macam pengalaman, baik pengalaman bersama
maupun pengalaman perorangan. Terdorong oleh iman kepercayaan kepada Allah,
umat memikirkan, merefleksikan dan semakin memahami pengalamannya itu. Ternyata
di.belakang pengalaman dan hal-ihwal manusia tersembunyi karya Allah yang
memimpin umat dan orang kepada keselamatan yang sejak awal mula direncanakan
dan dimaksudkan. Umat semakin memahami Allah dan manusia. Menjadi jelas
pula bahwa penyelewengan manusia dari kehendak Allah seolah-olah mau
menggagalkan rencana Tuhan. Tetapi tersingkap pula kasih dan kesetiaan Allah yang
kendati penyelewengan manusia terus berlangsung, Allah tetap mengusahakan
keselamatan dan kebahagiaan manusia itu.
Dalam Alkitab kita menemukan bagaimana manusia yang sungguh percaya, mesti
bergumul dengan segala macam masalah dan persoalan yang mendatanginya. Dalam
sorotan imannya itu manusia mencari jalan dan pemecahan. Kadang-kadang usahanya
gagal, lain kali berhasil baik. Ada kemajuan dan perkembangan dalam imannya dan
dalam pemahaman. Pandangan iman disempurnakan, diperbaiki dan dibetulkan. Rasa
susila pun semakin maju dan berkembang.

Pengalaman iman dan penghayatan kepercayaan dalam pelbagai keadaan dan


situasi itulah yang menjadi kekayaan Alkitab. Justru karena itu Kitab Suci menjadi
sumber yang tidak pernah kehabisan inspirasinya bagi manusia yang percaya. Alkitab
itu, hasil kepercayaan umat Allah, selalu dapat dipakai oleh umat Allah. Juga dewasa ini
umat Allah bergumul dengan masalah dan persoalan serta pengalaman yang pada
pokoknya sama. Jarang sekali Alkitab langsung menjawab masalah dan soal dalam
hidup sehari-hari, tetapi Kitab Suci selalu menjawab pertanyaan orang beriman ini:
Bagaimana orang yang sungguh-sungguh beriman menggumuli masalah kehidupan.
Dan Alkitab juga selalu menjawab pertanyaan: Siapa Allah dan siapa sesungguhnya
manusia di hadapan Allah.

Macam-macam Karangan
Sudah jelas bahwa dalam Alkitab terkumpul macam-macam bahan. Tidak
semua dapat dilihat dengan pandangan yang sama. Semua perlu dibaca sesuai
dengan corak-cirinya sendiri. Sebagian besar Alkitab berupa kisah dan ceritera.
Tetapi tidak semua mempunyai sifat yang sama. Terdapatlah ceritera rakyat, yang
kadang kadang mendekati dongeng. Ceritera itu tidak pernah dimaksudkan
sebagai "warta-berita", laporan tentang kejadian seperti nyata terjadi. Ceritera - ceritera
itu terlebih mau mengajar sesuatu yang lain dari kejadian belaka. Ada kisah yang
bermaksud meluhurkan dan memuliakan tokoh-tokoh penting dalam sejarah umat
Israel. Lain karangan berupa "roman" saja, buah khayal sastrawan yang dengan jalan
itu menyebarluaskan pikirannya. Tetapi ada juga kisah yang berasal dari saksi yang
dengan seksama, meskipun dengan maksud tertentu, mau melapor apa yang dialami dan
disaksikan.
Ada dokumen dokumen resmi yang dengan terus terang memberitahukan hal yang
perlu diberitahukan. Semuanya itu kadang-kadang bercampur-aduk dalam karangan yang
satu dan sama, ceritera rakyat, dongeng dan dokumen resmi bisa berdampingan satu sama
lain. Tetapi segala sesuatu mesti dinilai sebagaimana mestinya. Kalau semua dipukul-
10
ratakan saja, pembaca Alkitab pasti keliru dan salah paham.
Ada bagian-bagian Kitab Suci yang lain sekali sifatnya. Ada lagu dan sajak. Bagian-
bagian lain berupa khotbah, wejangan, pepatah, petuah, perumpamaan dan
perbandingan. Ada juga. bagian berupa uraian, hasil usaha seorang pemikir yang
menyampaikan hasil pikirannya. Semua bahan itu pun harus dibaca sesuai dengan cirinya:
lagu dan sajak sebagai lagu dan sajak, khotbah, wejangan, uraian perlu dipahami
sebagai khotbah, wejangan atau uraian.
Bagian cukup besar Perjanjian Lama tidak lain kecuali hukum, undang-undang dan
aturan. Itupun perlu dibaca dan dipahami sebagaimana mestinya. Ada sejumlah
hukum yang boleh dikatakan: undang-undang dasar. Hukum-hukum semacam itu
selalu berlaku. Tetapi, sesuai dengan cirinya, kebanyakan hukum, undang-undang dan
aturan terperinci dikeluarkan untuk masyarakat tertentu, pada waktu tertentu dan pada
tingkat perkembangan masyarakat tertentu.
Hukum dan undang-undang semacam itu tidak bisa berlaku di mana mana dan abadi.
Yang perlu diperhatikan bukan penetapan-penetapan terperinci, tetapi semangat yang
menjiwai semuanya. Dan semangat itu pada umat Israel berurat-akar dalam agama
kepercayaannya. Dalam Perjanjian Lama terlihat bagaimana undang undang dan hukum
tertentu diganti hukum dan undang-undang lain, lebih sesuai dengan keadaan dan
perkembangan masyarakat baru. Agak banyak hukum mengenai halal dan haram,
najis dan tahir. Ini hanya dapat dipahami dan diberlakukan dalam masyarakat zaman
dahulu di daerah Timur Tengah. Dengan perkembangan lebih lanjut hukum itu batal
dengan sendirinya.

Bukan Ilmu Pengetahuan


Ilmu pengetahuan modern baru muncul pada abad kelima belas masehi. Alam
pikiran orang Israel dahulu bukan alam pikiran ilmiah. Filsafat ala Yunani tidak dikenal.
Maka Alkitab bukan buku ilmu pengetahuan atau filsafat. Karenanya soal dan masalah
ilmu pengetahuan dan filsafat tidak terjawab oleh Alkitab. Maka pembaca jangan
mencari dalam Kitab Suci apa yang tidak tercantum didalamnya. Di dalamnya tidak ada
ilmu bumi, ilmu falak, ilmu hayat, ilmu bangsa, ilmu kedokteran, ilmu jiwa atau ilmu apa
saja. Dan tidak pula di dalamnya ada "ngelmu ajaib". Dalam hal-hal ilmiah semacam
itu Alkitab tidak memberikan informasi dan keterangan-keterangan yang tidak dapat
keliru. Penulis suci dalam hal-hal itu berpikir sama seperti semua orang di zamannya,
kalaupun berbicara tentang hal yang juga diperbincangkan oleh ilmu pengetahuan.
Kitab Suci bukan buku ilmu sejarah. Maka tidak boleh diharapkan bahwa Alkitab
memberitahukan kejadian-kejadian, tokoh-tokoh dan sebagainya sebagaimana
diberitahukan ilmu sejarah. Di bidang itu Kitab Suci sangat bebas dan kurang teliti.

Kitab Suci juga bukan buku pedoman ilmu kemasyarakatan. Jadi di situ orang tidak
boleh mencari petunjuk-petunjuk bagaimana seharusnya masyarakat manusia
tersusun.
Alam pikiran Alkitab adalah alam pikiran rakyat dan para pesajak. Para penulis
Kitab Suci berbicara secara konkret, tidak mengupas gagasan-gagasan halus secara
terperinci dan secara teratur berupa kuliah atau uraian. Sebaliknya mereka gemar
akan gambaran, kiasan dan perbandingan; suka akan lambang, bahasa menyangatkan
dan perumpamaan. Cara berpikir dan berbicara itu dapat mempersulit pemahaman
kita. Kita bergerak entah dalam alam pikiran ilmiah modern, entah dalam alam
pikiran Indonesia tradisional. Sebaliknya para penulis Alkitab bergerak dalam alam

11
pikiran pra-ilmiah dan dalam pikiran konkret seperti ada di Palestina di zaman dahulu.
Gambaran, kiasan, perumpamaan dan sebagainya dipinjam dari hidup sehari-hari
bangsa Israel dahulu.

Cara berpikir dan berbicara itu khususnya perlu diperhatikan apabila Alkitab
berbicara tentang Allah. Tidak terdapat sebuah uraian teologis yang rapi tersusun.
Dalam hal ini pun penulis Kitab Suci konkret, suka akan gambaran, kiasan,
perbandingan konkret yang di pinjam dari dunia manusia. Cara bicara itu dapat
membingungkan sebab Allah digambarkan sebagai seorang manusia: Allah marah dan
menyesal, Allah "mengendarai awan dll". Allah dibandingkan dengan seorang raja dan
gembala, ibu dan suami, bapa keluarga, benteng, bukit batu dan sebagainya. Allah jatuh
cinta dan juga membenci. Semuanya itu hanya suatu usaha untuk berbicara tentang
Allah dengan cara yang dapat dipahami, manusia di zaman itu dan mengesan di hati
para pendengar.

Kitab Agama bukan “Katekismus”


Alkitab adalah sebuah kitab agama. Tetapi Alkitab bukan semacam 'katekismus",
atau buku pelajaran agama. Kalau orang membaca atau mau memakai Kitab Suci
sebagai pengganti katekismus atau buku pelajaran agama, tentunya sangat kecewa
sekali. Alkitab adalah kitab agama, oleh karena mau berbicara tentang Allah dan
tentang manusia dalam hubungannya yang timbal balik. Dengan macam macam cara
Alkitab menjelaskan siapa Allah bagi manusia dan siapa manusia di hadapan Allah.
Kitab Suci berbicara tentang hubungan antar manusia. Tetapi selalu disoroti dari
segi Allah. Allah yang mendasari dan mengatur hubungan antar manusia, sehingga
hubungan itu terkait dengan Allah.
Dalam Alkitab Tuhan selalu pada latar belakang segala apa yang dibicarakan.
Kadang-kadang Tuhan jelas, pada kesempatan lain lebih kabur. Tetapi la selalu hadir
dalam seluruh peristiwa hidup manusia. Alkitab menggambarkan Allah yang langsung
turun tangan dalam kejadian. Itulah sebabnya mengapa ada begitu banyak "mukjizat”
dalam Kitab Suci, kejadian yang nampaknya keajaiban. Allah begitu saja langsung
berbicara dengan manusia, menampakkan "Kemuliaan-Nya". Banyak hal langsung
dikembalikan kepada Allah dan dihubungkan dengan-Nya yang baik dan yang buruk,
pengharapan dan kekecewaan, keberhasilan dan kegagalan. Kitab Suci menjelaskanya
dengan berkata bahwa dunia ini diselenggarakan oleh Allah sendiri.
Begitulah sikap dan cara berpikir orang Israel yang merasakan Tuhan dekat sekali
pada mereka, bagaikan anak kecil yang selalu langsung lari kepada ayah dan ibunya.

Kitab Yang Tidak Teratur / Tidak Berurutan


Bila orang membuka Alkitab lalu mulai membaca, boleh jadi ia kebingungan. Sebab
Alkitab kerap kali kurang teratur dan kurang berurutan susunannya. Memang ada
bagian-bagian yang cukup lancar dibaca sebab ternyata ada urutannya. Tetapi lain-
lain bagian, khususnya kita para Nabi, memberi kesan bahwa kacau-balau. Kesan itu
sering kali tepat juga. Potongan dan bagian yang sangat berbeda isi dan corak-cirinya
begitu saja dideretkan dan disambungkan, padahal sebenarnya tidak ada hubungan.
Dalam terjemahan-terjemahan biasanya pembaca sedikit ditolong. Sebab
penerjemah menyisipkan judul judul yang meringkaskan isi bagian berikutnya.
Tetapi boleh jadi malah bagian itu kurang teratur susunannya.
Adapun sebabnya ialah: mengenai cara Alkitab terbentuk. Ini sudah dijelaskan di atas.
Kitab-kitab dan bagian-bagiannya tidak ditulis sekali jadi. Sebaliknya kerap kali
penyusun hanya mengumpulkan apa yang tersedia baginya. Lalu bahan itu dideretkan
12
dengan berpegang pada prinsip-prinsip yang bukan prinsip-prinsip logika kita. Bahan-
bahan itu tidak dideretkan menurut urutannya dalam waktu.

Karenanya sering kali pembaca perlu membaca masing-masing bagian tersendiri


dengan tidak memperhatikan bagian yang mendahului dan bagian yang menyusul.
Kalau dibaca demikian, maka rasa kecewa dan kebingungan mudah diatasi.

Kitab dari Umat bagi Umat


Sudah jelas kiranya bahwa Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru merupakan
hasil iman kepercayaan umat Israel yang matang. Terungkap dalam kitab itu bahwa umat
itu sebulat-bulatnya mengandalkan Allah serta karya-Nya dalam sejarah umat Allah dan
umat manusia. Karena arah perhatian itu, Perjanjian Lama kurang memperhatikan
misalnya nasib manusia secara perorangan. Umat secara menyeluruh diutamakan. Maka
dalam Perjanjian Lama hampir - hampir saja tidak dikatakan apa-apa mengenai nasib
masing-masing orang setelah meninggal dunia.
Alkitab mengenangkan pengalaman umat Israel dalam sejarahnya dahulu. Tetapi
penulis-penulis Kitab Suci bukan sejarawan yang bermaksud rnemberitahu orang lain
tentang kejadian-kejadian dahulu supaya diketahui. Mereka sebenarnya tidak memandang ke
belakang, masa yang lampau, melainkan ke depan;ke masa yang akan datang. Pengalaman
dahulu dikenangkan untuk membina kepercayaan umat sekarang, supaya umat dapat
menghadap masa depan dengan kepercayaan penuh kepada Allah.
Justru oleh karena pandangan Alkitab terarah kepada pembaca dan masa depan, maka
Alkitab berguna dan perlu bagi umat sekarang. Kita ini sekarang menjadi ahli waris
iman kepercayaan Abraham serta keturunan-Nya. Kita perlu membaca Kitab Suci bukan
dengan maksud mengetahui masa yang lampau. Sebaliknya Alkitab perlu kita baca
sebagai Kitab yang menyapa kita sendiri, membina dan merangsang kepercayaan kita
supaya dapat menghadap masa yang akan datang dan meneruskan iman kepercayaan
yang sama. Alkitab berasal dari umat Allah dan ditulis bagi umat Allah sepanjang
sejarah selanjutnya. Dan Kitab itu tidak ditulis untuk segelintir ahli saja, terapi untuk
segenap umat Allah.
Terjemahan-Terjemahan Alkitab ke dalam Bahasa Indonesia
Sudah barang tentu paling baik bahwa setiap orang percaya mampu membaca
Kitab Suci dalam bahasa aslinya, Ibrani, Aram dan Yunani. Tetapi tidak ada harapan
bahwa pernah semua atau kebanyakan orang Kristiani akan memahami bahasa-bahasa
suci itu. Maka cukuplah pada setiap Gereja setempat ada sejumlah ahli yang benar-benar
mahir dalam bahasa-bahasa itu.
Umat pada umumnya harus puas dengan membaca firman Allah yang tertulis dalam
sebuah terjemahan dalam bahasa sendiri, atau paling sedikit dalam suatu bahasa yang
dipahaminya dengan baik. Dan terjemahan-terjemahan semacam itu memang di
mana-mana disajikan baik oleh pihak Katolik maupun oleh pihak Protestan. Dewasa
ini Alkitab seluruhnya atau sebagiannya sudah diterjemahkan ke dalarn 1.549 lebih
bahasa.
Menerjemahkan Alkitab tentu saja bukan suatu pekerjaan gampang yang dapat
dibuat secara sembarangan. Penerjemah tidak hanya mesti betul-betul memahami bahasa-
bahasa asli yang sudah tua sekali, yang tidak dipakai lagi sekarang. Ia pun harus mengenal
baik- baik bahasa setempat, yang ke dalamnya Alkitab mau diterjemahkan. Karena
beratnya pekerjaan maka terjemahan baru ke dalam bahasa Indonesia misalnya memakan
waktu lebih kurang 20 tahun.
13
Oleh karena penerjemahan Alkitab bukanlah pekerjaan gampang, maka tidak
dapat tidak ada kekeliruan dan kesalahan, kekaburan dan ketidak-telitian baik dalam hal
isi Alkitab maupun dalam hal bahasa yang ke dalamnya diterjemahkan. Maka tidak ada satu
pun terjemahan yang memuaskan semua orang dan tidak satu pun yang dapat sepenuh-
penuhnya dipercayai. Namun Kitab suci tidak bisa salah dalam hal iman (benar-benar
menyajikan firman Allah kepada pembaca).
Di Indonesia sudah tersedia terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Indonesia dan
beberapa bahasa daerah. Penerjemahan ke dalam bahasa-bahasa daerah terus diusahakan. Di
sini hanya dibahas sedikit tentang terjemahan ke dalam bahasa nasional, bahasa Indonesia.
Di sini tidak berkata lebih lanjut mengenai terjemahan ke dalam bahasa Indonesia, artinya
bahasa Melayu, dahulu. Terjemahan itu sudah ratusan tahun tersedia dan beberapa kali
disadur. Dewasa ini pun masih diedarkan bagi mereka yang berminat .
Hal yang dibahas di sini lebih perhatian pada beberapa terjemahan Alkitab ke dalam
bahasa Indonesia modern. .
Tersedialah sebuah terjemahan yang dikerjakan orang Katolik antara th.1954 dan
1975. Terjemahan Katolik ini dalam dua jilid pernah diterbitkan dan diedarkan oleh
Pemerintah Indonesia, kementrian agama, Bimas Katolik. Terjemahan itu tetap dapat
dipakai dan dimanfaatkan.
Di samping terjemahan Katolik tersebut sudah diterbitkan (th. 1975) sebuah
terjemahan baru yang merupakan hasil kerja sama Lembaga Alkitab Indonesia dan Gereja
Katolik (dalam hal ini: Lembaga Biblika Indonesia). Terjemahan itu berjudul: "Alkitab,
yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam terjemahan baru yang diselenggarakan
oleh Lembaga Alkitab Indonesia ditambah kitab-kitab Deuterokanonika yang
diselenggarakan Lembaga Biblika Indonesia. Terjemahan ini diterima dan diakui oleh
Majelis Agung Wali Gereja Indonesia". Terjemahan ini mesti dikatakan terjemahan resmi
bagi segenap umat Kristiani di Indonesia yang memakai bahasa Indonesia. Boleh disebut
juga: Terjemahan Standar.
Sementara itu sudah diterbitkan suatu terjemahan Indonesia lain. Terjemahan ini
disponsori Lembaga Alkitab Indonesia dan Lembaga Biblika Indonesia. Terjemahan itu
ialah suatu terjemahan ke dalam bahasa Indonesia sehari-hari. judul lengkapnya begini:
"Kabar Baik. Kitab Suci dalam bahasa Indonesia sehari-hari".
Terjemahan ke dalam bahasa Indonesia sehari-hari itu bukanlah suatu terjemahan
resmi yang mau mengganti terjemahan tersebut. Sebaliknya terjemahan itu dimaksudkan
untuk dibaca orang Indonesia baik yang bukan Kristiani maupun yang Kristiani.
Mengingat bahwa banyak orang Indonesia tidak seluruhnya menguasai bahasa Indonesia,
mengingat pula bahwa terjemahan resmi tersebut terpaksa agak kaku dan kurang mudah
dibaca, maka Alkitab diterjemahkan dengan agak bebas ke dalam bahasa Indonesia agar
mudah dimengerti. Namun demikian terjemahan itu sungguh-sungguh suatu terjemahan
yang mengalih bahasakan seluruh isi Alkitab sedemikian rupa sehingga langsung dapat
ditangkap. Jadi terjemahan itu bukanlah suatu saduran atau pengolahan Alkitab. Maka
terjemahan itu dimaksudkan untuk dibaca oleh semua orang yang memakai bahasa
Indonesia. Terjemahan ke dalam bahasa Indonesia sehari-hari itu kurang sesuai, jika orang
secara serius mau mempelajari Alkitab, entah secara perorangan entah bersama-sama. Untuk
itu tersedia terjemahan resmi tersebut.
Sudah dipersiapkan sebuah terjemahan baru lain lagi. Terjemahan "sederhana" itu
dimaksudkan bagi mereka, baik anak-anak maupun orang dewasa, yang hanya sedikit
menguasai bahasa Indonesia, mereka yang baru saja mampu membaca. Maka terjemahan ini
disebut "Terjemahan untuk pembaca baru". Dalam terjemahan ini dipakai bahasa Indonesia
yang sederhana sekali, baik dalam perkataan yang dimanfaatkan maupun dalam tata
14
bahasanya. Namun terjemahan itupun benar-benar terjemahan dan bukan saduran atau
pengolahan Kitab Suci. Jadi terjemahan ini tidak boleh disamakan dengan "Cerita-cerita
Kudus" atau "Hikayat Suci" atau "Alkitab bagi anak-anak". Penerjemah hanya
memperhatikan mereka yang kurang mahir dalam membaca bahasa Indonesia modern.
Adanya banyak terjemahan seperti di atas tidak perlu membingungkan orang. Semua
terjemahan itu tidak mau mengganti satu sama lain, tetapi saling melengkapi. Terjemahan-
terjemahan itu mau menolong pemakai Alkitab dan menyampaikan flrman Allah kepada
macam-macam orang dan semua berhak menerima atau langsung memakai firman Allah
sedemikian rupa sehingga isi dan hikmatnya dapat diresapkan ke dalam hati.

15
BAB II
KITAB SUCI PERJANJIAN LAMA
Cara mengutip Kitab Suci Perjanjian Lama
Kitab-kitab Suci sekarang terbagi atas bab dan ayat-ayat, baik dalam bahasa asli
maupun dalam terjemahan-terjermahan. Pembagian itu memang tidak asli. Ini baru
dibuat para ahli sekitar tahun 1500 Masehi. Pembagian itu hanya dibuat supaya orang
dapat gampang mengutip Kitab Suci dan begitu menolong pembaca untuk menemukan
kembali kutipan tersebut dalam Alkitab. Cara mengutip adalah sebagai berikut: Dahulu
ditempatkan kependekan nama kitab, lalu menyusul sebuah angka yang menunjuk
babnya, lalu ada angka yang menunjuk ayat dalam bab itu. Misalnya: Kej 5,9: artinya:
Kitab Kejadian, bab 5, ayat 9. Orang juga boleh mengikuti kebiasaan Inggris yang
mengutip teks yang sama begini: Kej 5:9. Kalau ada deretan ayat yang mau dikutip
maka caranya begini: Kej 5:9; Ul 3:5; Yes 10: 15. Kalau beberapa ayat dari bab yang
sama dikutip maka caranya begini: Kej 10: 1.5.10.12.
Baiklah diketahui bahwa pembagian atas bab dan ayat tidak sama dalam semua
terbitan. Maka boleh jadi bahwa salah satu kutipan dalam sebuah buku misalnya tidak
cocok dengan terjemahan Alkitab yang anda pakai.
Waktu orang mengutip kitab-kitab dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru
biasanya dipakai kependekan nama kitab. Kependekan yang lazim dipakai di Indonesia
dan yang disepakati oleh pihak Katolik dan Protestan sebagai berikut:
Kej Kejadian Ams Amsal
Kel Keluaran Pkh Pengkhotbah
Im Imamat Kid Kidung Agung
Bil Bilangan Keb Kebijaksanaan Salomo
Ul Ulangan Sir Yesus bin Sirakh
Yos Yosua Yes Yesaya
Hak Hakim-hakim Yer Yeremia
Rut Rut Rat Ratapan
1 Sam 1 Samuel Bar Barukh
2 Sam 2 Samuel Yeh Yehezkiel
1 Raj 1 Raja-raja Dan Daniel
2 Raj 2 Raja-raja Hos Hosea
1 Taw 1 Tawarikh Yl Yoel
2 Taw 2 Tawarikh Am Amos
Ezr Ezra Ob Obaja
Neh Nehemia Yun Yunus
Tob Tobit Mi Mikha
Ydt Yudit Nah Nahum
Est Ester Hab Habakuk
I Mak 1 Makabe Zef Zefanya
2 Mak 2 Makabe Hag Hagai
Ayb Ayub Za Zakharia
Mzm Mazmur Mal Maleakhi

16
Kitab-Kitab TAURAT
Sejak panggilan Abraham sampai pembuangan Babel (tahun 586 SM), orang Israel
berkembang dari suatu keluarga nomaden liar menjadi suatu kerajaan berdaulat tertib.
Dalam proses perkembangan itu, orang Israel banyak belajar dari bangsa-bangsa lain
yang sudah lebih dahulu hidup teratur berdasarkan hukum. Kebanyakan hukum itu
berasal dari hukum adat sehari-hari, tetapi kemudian diundangkan menjadi hukum
Tuhan yang mengikat semua orang Israel. Selanjutnya pada kesempatan-kesempatan
tertentu, hukum tersebut dibaharui kembali dengan suatu perjanjian. Ketika kerajaan
sudah terbentuk, hukum itu akhirnya dijadikan hukum negara yang baku. Agar hukum
Taurat ini dikenal dan ditaati, para imam bani Lewi ditugaskan untuk mengajarkannya
kepada seluruh orang Israel yang datang beribadat di Bait Allah, khususnya pada hari
raya Pondok Daun. Karena tugas tersebut, para imam lalu dikenal luas sebagai ahli
Taurat, yang mengajarkan hukum Tuhan dari gunung Sion atau kota Yerusalem. Semua
pengajaran ini dituliskan dan dikumpulkan, sehingga sesudah pembuangan Babel telah
terbit "Kitab Taurat Musa" edisi sederhana.
Dalam perjalanan sejarah bangsa Israel, Kitab Taurat Musa tersebut kemudian
mengalami perkembangan dengan penambahan sejumlah keterangan atau penjelasan.
Sering pula ditambahkan sejarah asal usul hukum Taurat itu, sehingga akhirnya
peraturan sering bercampur dengan ceritera. Bahkan dalam perkembangan selanjutnya,
ceritera sejarah lebih dominan daripada peraturan hukum. Perkembangan ini baru
berhenti ketika para ahli Taurat berkumpul di Yamnia untuk menetapkan kanon Kitab
Suci orang Yahudi (tahun 90 M). Sejak saat itu, Kitab Taurat Musa mulai dikenal
dengan nama "Pentateukh", yang berarti "Lima Kitab", yaitu: Kejadian, Keluaran,
Imamat, Bilangan dan Ulangan. Dalam bentuk baku ini, Pentateukh kini berupa suatu
kisah panjang mengenai sejarah bangsa Israel mulai dari penciptaan dunia sampai
dengan kematian Musa. Agar lebih terperinci, berikut ini disajikan isi ringkas dari
masing-masing kitab tersebut:

a. Kitab KEJADIAN
Kitab ini berisi kisah mengenai kejadian dunia dan manusia purba, kemudian
dilanjutkan dengan kisah mengenai asal usul bangsa Israel mulai dari panggilan
Abraham sampai dengan kematian Yusuf. Dalam kitab ini, janji Allah kepada Abraham
dan keturunannya bahwa mereka akan menjadi bangsa besar yang berkuasa dan
termasyhur berulang kali ditegaskan.

b. Kitab KELUARAN
Kitab ini berisi kisah mengenai pembebasan bangsa Israel dari perbudakan Mesir,
kemudian dilanjutkan dengan kisah mengenai perjalanan mereka di padang gurun.
Dalam kitab ini, dilukiskan perjanjian antara Allah dengan bangsa Israel di gunung
Sinai, dan pendirian Kemah Suci sebagai tempat ibadat.

c. Kitab IMAMAT
Kitab ini berisi kisah mengenai pemakluman perintah Tuhan kepada bangsa Israel
dari dalam Kemah Suci. Kebanyakan perintah itu berisi peraturan mengenai korban
persembahan, hari raya, petugas ibadat, dan kewajiban ritual mengenai kekudusan

17
hidup. Dalam kitab ini, sangat ditekankan keharusan bangsa Israel hidup kudus sesuai
dengan perintah Allah.

d. Kitab BILANGAN
Kitab ini berisi kisah lanjutan mengenai perjalanan bangsa Israel di padang gurun
sampai tiba di perbatasan tanah Kanaan. Dalam kisah perjalanan ini juga disisipkan
sejumlah peraturan bagi bangsa Israel. Kitab ini disebut "bilangan" karena memuat
banyak catatan mengenai jumlah bangsa Israel beserta pasukan mereka. Kitab ini juga
memuat kisah mengenai Bileam, seorang nabi asing, yang menubuatkan kemenangan
bangsa Israel.

e. Kitab ULANGAN
Kitab ini berisi kisah mengenai wejangan perpisahan Musa kepada bangsa Israel
menjelang kematiannya. Dalam wejangan ini, Musa menceritakan kembali (karena itu
disebut "ulangan") perjalanan bangsa Israel di padang gurun beserta semua peraturan
yang diperintahkan Tuhan pada waktu itu, agar dapat dijadikan pedoman hidup oleh
generasi selanjutnya. Kitab ini sangat menonjolkan keistimewaan bangsa Israel
dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain.

Kitab-Kitab
SEJARAH
Sama seperti bangsa-bangsa lain, bangsa Israel juga mempunyai sejarah tersendiri
yang diceritakan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Peristiwa sejarah yang paling berkesan bagi bangsa Israel adalah peristiwa pembebasan
dari perbudakan Mesir. Peristiwa pembebasan ini menjadi mutiara hidup bangsa Israel,
karena pada waktu itu mulai terjalin hubungan istimewa antara mereka dengan Tuhan.
Namun demikian, peristiwa penting ini tidak terlepas dari peristiwa-peristiwa sebelum
dan sesudahnya.
Semua peristiwa sejarah itu kemudian dirangkaikan menjadi suatu kisah
bersambung yang panjang. Karena itu sesudah kisah panjang mengenai sejarah bangsa
Israel mulai dari penciptaan dunia sampai dengan kematian Musa (bdk Pentateukh),
dimulai pula suatu kisah panjang baru mengenai kelanjutan sejarah bangsa Israel mulai
dari perebutan tanah Kanaan (tahun 1200 SM) sampai dengan kehancuran kerajaan
Yehuda dan pembuangan ke Babel (tahun 586 SM).
Dalam kisah panjang baru ini, berturut-turut diceritakan bagaimana bangsa Israel
merebut dan menduduki tanah Kanaan di bawah pimpinan Yosua, bagaimana mereka
berperang melawan bangsa-bangsa tetangga di bawah pimpinan hakim-hakim, dan
bagaimana mereka membangun negara berdaulat di bawah pimpinan raja-raja. Seiring
dengan perkembangan sejarah bangsa Israel, kisah panjang tersebut dilanjutkan lagi
dengan cerita tentang bagaimana mereka pulang dari pembuangan Babel, bagaimana
mereka membangun kembali Yerusalem dan Bait Allah, dan bagaimana mereka
berjuang untuk membebaskan diri dari para penjajah.
Seluruh kisah lanjutan ini menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi dari tahun
538 SM sampai dengan tahun 160 SM. Sejarah panjang bangsa Israel mulai dari
perebutan tanah Kanaan (tahun 1200 SM) sampai dengan perang kemerdekaan (tahun
160 SM) ini dikisahkan dalam "Kitab-Kitab Sejarah", yaitu: Yosua, Hakim-Hakim, Rut,
Samuel, Raja-Raja, Tawarikh, Ezra, Nehemia, Ester, Tobit, Yudit dan Makabe. Untuk

18
mendapat gambaran menyeluruh, berikut ini disajikan isi ringkas masing-masing kitab
tersebut.

a. Kitab YOSUA
Kitab ini berisi kisah mengenai perebutan tanah Kana di bawah pimpinan Yosua
dan pembagian tanah tersebut kepada kedua belas suku Israel. Kemudian kitab ini
diakhiri dengan wejangan perpisahan Yosua dan pembaharuan perjanjian di Sikhem.

b. Kitab HAKIM-HAKIM
Kitab ini berisi kisah mengenai peperangan suku-suku Israel melawan bangsa-
bangsa tetangga di sekitar tanah Kanaan. Dalam peperangan tersebut, suku-suku Israel
dipimpin oleh sejumlah tokoh pejuang yang disebut "hakim". Zaman ini ditandai
dengan banyak kemurtadan dan kekacauan di kalangan suku-suku Israel.

c. Kitab RUT
Kitab ini berisi kisah mengenai kesetiaan Rut, seorarig perempuan Moab, yang
kemudian menjadi isteri Boas, nenek moyang Daud. Kitab ini ditempatkan persis
sesudah Kitab Hakim-Hakim, karena peristiwa yang dikisahkan terjadi pada zaman
hakim-hakim.

d. Kitab SAMUEL
Kitab ini berisi kisah mengenai pemerintahan Samuel sebagai hakim terakhir serta
pemerintahan Saul dan Daud sebagai raja perintis.
Dalam kitab ini sangat ditonjolkan kepahlawanan Daud dalam peperangan melawan
musuh bangsa Israel. Kini kitab ini terbagi dalam dua jilid yang diberi nama "Kitab
Pertama Samuel" dan "Kitab Kedua Samuel".

e. Kitab RAJA-RAJA
Kitab ini berisi kisah mengenai pemerintahan raja-raja bangsa Israel mulai dari
Salomo sampai dengan Zedekia. Dalam kitab ini setiap raja dinilai: apakah ia berlaku
baik seperti Daud bin Isai, ataukah ia berlaku jahat seperti Yerobeam bin Nebat. Kini
kitab ini juga terbagi dalam dua jilid yang diberi nama "Kitab Pertama Raja-Raja" dan
"Kitab Kedua RajaRaja".

f. Kitab TAWARIKH
Kitab ini berisi kisah ulangan mengenai sejarah bangsa Israel mulai dari zaman
Adam sampai dengan zaman Koresy, raja Persia. Secara umum kitab ini mengisahkan
kembali semua peristiwa dalam Kitab Samuel dan Kitab Raja-Raja, dengan secara
khusus menonjolkan Daud sebagai perintis ibadat di Yerusalem. Kitab ini pun terbagi
dalam dua jilid yang diberi nama "Kitab Pertama Tawarikh" dan "Kitab Kedua
Tawarikh".

g. Kitab EZRA
Kitab ini berisi kisah mengenai kepulangan kembali bangsa Israel dari pembuangan
Babel dan kegiatan mereka untuk membangun kembali Bait Allah serta Yerusalem.
Dalam kitab ini juga dikisahkan bagaimana bangsa Israel ditahirkan kembali dari

19
kenajisan bangsa-bangsa lain. Kitab ini sebenarnya merupakan satu rangkaian dengan
Kitab Nehemia yang mengisahkan peristiwa serupa.

h. Kitab NEHEMIA
Kitab ini berisi kisah mengenai pengutusan Nehemia untuk membangun kembali
Yerusalem beserta berbagai tantangan yang dihadapi dalam proses pembangunan
tersebut. Dalam kitab ini juga dikisahkan bagaimana bangsa Israel bertekad untuk
menguduskan kembali hidup mereka sesuai dengan hukum Taurat.

i. Kitab ESTER
Kitab ini berisi kisah mengenai perjuangan Ester dan Mordekhai melawan Haman
yang hendak memunahkan orang Yahudi dari kerajaan Persia. Sehubungan dengan
peristiwa itu, juga dijelaskan asal usul hari raya Purim yang setiap tahun diperingati
oleh orang Yahudi pada hari keempat belas dan kelima belas bulan Adar.

j . Kitab TOBIT
Kitab ini berisi kisah mengenai suka-duka keluarga Tobit dalam masa pembuangan
di Niniwe, ibu kota kerajaan Asyur. Dalam kitab ini diajarkan bagaimana seharusnya
orang Yahudi hidup di negeri asing, yaitu tetap berpegang teguh pada hukum Taurat.

k. Kitab YUDIT
Kitab ini berisi kisah mengenai perjuangan seorang janda bernama Yudit melawan
Holofernes, panglima besar bala tentara Asyur. Dalam kitab ini ditonjolkan campur
tangan Allah yang senantiasa menolong, membantu, melindungi dan menyelamatkan
umatNya yang lemah.

l. Kitab MAKABE
Kitab ini berisi kisah mengenai peperangan orang Yahudi di bawah pimpinan
Yudas Makabe melawan para penjajah Yunani. Dalam kitab ini secara khusus diajarkan
bagaimana seharusnya sikap orang Yahudi apabila mengalami penganiayaan, yakni
bersedia mati demi ketaatan pada hukum Taurat. Kitab ini juga terbagi dalam dua jilid
yang diberi nama "Kitab Pertama Makabe" dan "Kitab Kedua Makabe".

Kitab-Kitab
KEBIJAKSANAAN
Selain hukum dan sejarah, bangsa Israel juga mempunyai warisan "hikmat" atau
"kebijaksanaan" yang diajarkan secara turun-temurun. Kebanyakan hikmat-
kebijaksanaan itu diambil alih dari bangsa Mesir dan bangsa-bangsa Timur yang sejak
dahulu kala memang sudah terkenal dengan hikmat-kebijaksanaannya. Pada zaman
pemerintahan Salomo, hikmat-kebijaksanaan bangsa Israel mengalami perkembangan
pesat, sehingga melebihi hikmat-kebijaksanaan bangsa Mesir dan bangsa-bangsa Timur.
Menurut tradisi, pada zaman itulah terbit banyak sekali amsal, nyanyian, sajak,
perumpamaan, keterangan dan ceritera yang berisikan hikmat-kebijaksanaan. Ciri khas
karya sastra hikmatkebijaksanaan bangsa Israel adalah pada umumnya berisikan pesan-
pesan moral dan agama. Karya sastra hikmat-kebijaksanaan bangsa Mesir dan bangsa-
bangsa Timur diolah dan disadur kembali sesuai dengan iman kepe•rcayaan bangsa
Israel.
Bagi bangsa Israel, hikmat-kebijaksaan tidak dapat dilepaskan dari Tuhan selaku
"sumber dan kepenuhan" hikmat-kebijaksanaan. Menurut mereka, Tuhanlah yang
menciptakan hikmat-kebijaksanaan dan mencurahkannya kepada semua makhluk sesuai
20
dengan kemurahan-Nya. Karena itu untuk memperoleh hikmat-kebijaksanaan, orang
harus berdoa dan memohonnya kepada Tuhan. Dan hal ini tidak sulit bagi bangsa Israel,
sebab sesungguhnya hikmat-kebijaksanaan Tuhan telah tercantum dalam hukum Taurat.
Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, terdapat tujuh kitab yang berisikan hikmat-
kebijaksanaan, yaitu: Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung,
Kebijaksanaan Salomo dan Sirakh. Di bawah ini disajikan isi ringkas dari masing-
masing kitab tersebut.

a. Kitab AYUB
Kitab ini berisi dialog dan diskusi panjang mengenai masalah penderitaan orang
benar. Tokoh utama dalam kitab ini adalah Ayub, seorang "saleh, jujur, takut akan Allah
dan menjauhi kejahatan", tetapi mengalami banyak penderitaan. Dalam usaha me-
mahami misteri penderitaan ini, ia berdialog dan berdiskusi dengan Elifas, Bildad,
Zofar, Elihu, dan akhirnya dengan Allah sendiri.

b. Kitab MAZMUR
Kitab ini berisi kumpulan lagu-lagu keagamaan dengan tema bervariasi yang
berasal dari berbagai zaman. Lagu-lagu keagamaan ini dinyanyikan dengan iringan
musik dalam upacara-upacara ibadat di Bait Allah atau sinagoga. Dalam kitab ini
terdapat 150 lagu-lagu keagamaan, dan 73 di antaranya dikaitkan dengan Daud sebagai
seniman penggubah lagu dan perintis upacara ibadat di Bait Allah.

c. Kitab AMSAL
Kitab ini berisi kumpulan peribahasa, pepatah, nasihat, petuah, wejangan dan ajaran
yang berasal dari orang-orang bijak. Dalam kitab ini disajikan sejumlah ajakan untuk
hidup sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh orang-orang bijak. Kebanyakan
Amsal ini dikaitkan dengan Salomo yang terkenal selaku seorang bijak penggubah
Amsal.

d. Kitab PENGKHOTBAH
Kitab ini berisi renungan mengenai segala sesuatu yang terjadi di dunia ini,
khususnya mengenai nasib malang manusia. Kesimpulan akhir dari renungan tersebut
ialah "kesia-siaan belaka, kesia-siaan atas kesia-siaan, segala sesuatu adalah kesia-siaan
dan usaha menjaring angin". Renungan ini dikaitkan dengan pengkhotbah Salomo, anak
Daud, raja bangsa Israel di Yerusalem.

e. Kitab KIDUNG AGUNG


Kitab ini berisi kumpulan lagu-lagu cinta yang biasa dinyanyikan dalam pesta
pertunangan atau pernikahan di daerah Timur Tengah. Dalam kitab ini disajikan
sejumlah pantun yang memuji-muji kecantikan mempelai perempuan dan ketampanan
mempelai laki-laki. Mempelai perempuan dikaitkan dengan gadis Sulam, sedangkan
mempelai laki-laki dikaitkan dengan Salomo.

f. Kitab KEBIJAKSANAAN SALOMO


Kitab ini berisi renungan dan wejangan mengenai berbagai masalah, khususnya
soal kematian orang benar dan nasibnya di alam baka. Dalam kitab ini berturut-turut
direnungkan nasib orang benar dan orang fasik, manfaat dan asal-usul kebijaksanaan,
serta peranan kebijaksanaan dalam sejarah Israel. Berdasarkan tradisi yang rnenonjolkan
Salomo sebagai orang bijak, kitab ini juga akhirnya dikaitkan dengan Salomo.

21
g. Kitab SIRAKH
Kitab ini berisi permenungan dan pengajaran Yesus bin Sirakh bin Eleazar dari
Yerusalem mengenai berbagai masalah kehidupan. Dalam kitab ini secara khusus ia
mengagungkan hukum Taurat sebagai sumber kebijaksanaan dan pusaka bagi bangsa
Israel. la juga membanggakan nenek moyang bangsa Israel yang berkenan kepada
Tuhan dan menjadi teladan sepanjang masa. Kitab ini ditulis oleh Yesus bin Sirakh
dalam bahasa Ibrani, tetapi kemudian diterjemahkan oleh cucunya dalam bahasa
Yunani.
Kitab-Kitab
KENABIAN
Selain imam yang mewariskan pengajaran dan orang bijaksana yang mewariskan
nasihat, bangsa Israel juga mempunyai nabi yang mewariskan firman kepada mereka.
Sepanjang sejarah bangsa Israel, banyak nabi muncul untuk menyampaikan firman
Tuhan. Kebanyakan nabi tampil dan berkarya dari zaman perpecahan kerajaan sampai
dengan zaman sesudah pembuangan(931-443 SM). Para nabi ini mendengar firman dan
melihat penglihatan dari Tuhan, karena itu mereka biasa juga disebut "pelihat", yaitu
orang yang dapat melihat dan menubuatkan kejadian masa depan. Seorang nabi bertugas
untuk menyampaikan penglihatan yang dilihatnya atau firman yang didengarnya kepada
bangsa Israel. Apabila seorang nabi mendapat penglihatan atau firman dari Tuhan, ia
tidak dapat menolaknya atau mengubahnya.
Para nabi ini dipanggil secara khusus oleh Tuhan untuk menyampaikan firman
Tuhan kepada bangsa Israel. Mereka diutus untuk pergi menemui bangsa Israel dan
mewartakan berita keselamatan atau berita kebinasaan. Memakai istilah pembangunan
dan pertanian, mereka bertugas untuk membangun dan menanam atau meruntuhkan dan
mencabut hidup bangsa Israel. Apabila bangsa Israel tertimpa kemalangan lalu menjadi
putus asa, para nabi tampil untuk menghibur dan menguatkan iman mereka. Atas nama
Tuhan, para nabi menjanjikan pemulihan dan menubuatkan keselamatan bagi mereka.
Sebaliknya apabila bangsa Israel lupa diri dan tidak setia kepada Tuhan, para nabi
tampil untuk menegur dan mengecam mereka. Atas nama Tuhan, para nabi
mengancamkan hukuman dan menubuatkan kebinasaan bagi mereka.
Pada umumnya para nabi ini menyampaikan nubuat mereka secara lisan dalam
bahasa puitis, sehingga mudah diingat dan dihafal oleh pendengar. Jika para nabi
berhalangan, kadang-kadang nubuat mereka ditulis agar dapat dibacakan kepada orang
yang dituju. Sesudah para nabi wafat, nubuat-nubuat mereka mulai dikumpulkan dan
disusun dengan teratur dalam suatu kitab. Sering pula ditambahkan ceritera-ceritera
mengenai pribadi para nabi serta latar belakang nubuat-nubuat mereka. Dalam
perkembangan sejarah, tidak jarang kitab para nabi ini disadur kembali dan disesuaikan
dengan kebutuhan aktual, sehingga nubuat menjadi relevan.
Meskipun semua nabi pernah bernubuat, namun hanya enam belas nabi yang
mempunyai kitab. Empat nabi mempunyai kitab yang besar dan karena itu sering
disebut "nabi besar", yaitu: Yesaya, Yeremia, Yehezkiel dan Daniel. Sementara kedua
belas nabi lainnya hanya mempunyai kitab yang kecil dan karena itu sering disebut
"nabi kecil", yaitu: Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk,
Zefanya, Hagai, Zakharia dan Maleakhi. Nabi-nabi lain seperti Gad, Natan, Elia dan
Elisa tidak mempunyai kitab tersendiri, melainkan hanya dikisahkan dalam Kitab
Samuel dan Kitab Raja-Raja. Ada juga beberapa kitab yang dikaitkan dengan Yeremia,
yaitu: Ratapan, Barukh dan Surat Yeremia. Agar lebih mudah dipahami, berikut ini
disajikan isi ringkas masing-masing kitab tersebut.

a. Kitab YESAYA
22
Kitab ini terbagi dalam tiga bagian, yaitu ProtoYesaya, Deutero Yesaya dan Trito-
Yesaya. Proto Yesaya berasal dari zaman sebelum pembuangan Babel dan berisi nubuat
mengenai kehancuran bangsa Israel dan bangsa-bangsa lain. Deutero-Yesaya berasal
dari zaman pembuangan Babel dan berisi nubuat mengenai keselamatan bangsa Israel
dan kehancuran bangsa Babel. Sedangkan Trito Yesaya berasal dari zaman sesudah
pembuangan Babel dan berisi nubuat mengenai penggenapan keselamatan bangsa Israel.
Kitab ini juga memuat nubuat mengenai Immanuel Raja Damai dan nyanyian tentang
Hamba Tuhan yang kemudian dikaitkan dengan Raja Mesias.

b. Kitab YEREMIA
Kitab ini berisi nubuat mengenai kehancuran bangsa Israel dan bangsa-bangsa lain.
Dalam kitab ini digambarkan kejahatan bangsa Israel, sehingga hukuman Tuhan tidak
dapat dielakkan. Juga dilukiskan pergulatan batin Yeremia dalam menjalankan tugasnya
sebagai nabi yang mengalami banyak penderitaan. Kitab ini juga memuat nubuat
mengenai perjanjian baru yang akan diadakan Tuhan dengan bangsa Israel.

c. Kitab YEHEZKIEL
Kitab ini terbagi dalam tiga nubuat besar, yaitu nubuat mengenai kehancuran
bangsa Israel, nubuat mengenai kehancuran bangsa-bangsa lain, dan nubuat mengenai
pemulihan bangsa Israel. Ciri khas kitab ini adalah memuat banyak penglihatan dengan
data lengkap . Kitab ini juga memuat ajaran mengenai tanggung jawab pribadi, dan
ajaran mengenai kebangkitan badan.

d. Kitab DANIEL
Kitab ini sebetulnya bukan kitab kenabian, melainkan kitab apokaliptik, yaitu kitab
yang berisi ramalan tentang masa depan dan akhir zaman. Ia dimasukkan dalam
kelompok kitab kenabian, karena menubuatkan kehancuran keempat kerajaan (Babel,
Media, Persia, Yunani) yang pernah menjajah bangsa Israel dan pendirian kerajaan
"anak manusia" yang bersifat kekal. Kitab ini juga memuat nubuat mengenai kebangkit-
an orang mati. Dalam Deuterokanonika, terdapat tambahan-tambahan pada kitab ini,
yaitu doa Azarya , lagu pujian ketiga pemuda dalam perapian, kisah Daniel dengan
Susana, kisah Daniel dengan Dewa Bel, serta kisah Daniel dengan naga Babel.

e. Kitab HOSEA
Kitab ini berisi kecaman atas ketidaksetiaan bangsa Israel kepada Tuhan dan nubuat
mengenai kehancuran mereka. Dalam kitab ini dilukiskan ketidaksetiaan bangsa Israel
dengan pergi berzinah dan bersundal dengan dewa-dewi bangsa asing, sama seperti
Gomer isteri Hosea pergi berzinah dan bersundal dengan laki-laki lain. Kitab ini
memuat ajaran tentang kasih setia Tuhan kepada bangsa Israel, meskipun mereka sering
murtad.

f. Kitab YOEL
Kitab ini berisi seruan pertobatan kepada bangsa Israel dan nubuat mengenai
kedatangan hari Tuhan Dalam kitab ini digambarkan bencana alam dahsyat yang
menimpa bangsa Israel, yaitu hama belalang dan musim kering, serta pemulihan
kembali situasi yang menyengsarakan ini.

g. Kitab AMOS
Kitab ini berisi kecaman terhadap hidup kemasyarakatan bangsa Israel yang penuh
dengan ketidakadilan dan hidup keagamaan mereka yang penuh dengan kepalsuan.
23
Dalam kitab ini dinubuatkan hukuman atas beberapa bangsa, khususnya bangsa Israel,
yang melakukan perbuatan jahat. Kitab ini juga memuat sejumlah penglihatan yang
menjadi pertanda kehancuran bangsa Israel.

h. Kitab OBAJA
Kitab ini berisi nubuat mengenai kebinasaan bangsa Edom akibat perbuatan jahat
mereka terhadap bangsa Israel, dan nubuat mengenai pemulihan kembali bangsa Israel.
Dalam kitab ini juga disinggung kedekatan hari Tuhan yang akan menerapkan hukum
pembalasan.

i. Kitab YUNUS
Kitab ini sebenarnya bukan kitab kenabian, melainkan kitab ceritera. Dalam kitab
ini dikisahkan pengutusan Yunus ke Niniwe dan pertobatan semua penghuni Niniwe.
Kitab ini memuat ajaran bagus mengenai universalisme keselamatan.

j. Kitab MIKHA
Kitab ini berisi nubuat mengenai kehancuran Kerajaan Israel dan Kerajaan
Yehuda, akibat kejahatan para pemimpin kedua kerajaan tersebut. Dalam kitab ini juga
dinubuatkan pemulihan kembali Kerajaan Daud di bawah pemerintahan Raja Mesias.
Kitab ini diakhiri dengan suatu doa mohon belas kasihan Tuhan bagi umat-Nya.

k. Kitab NAHUM
Kitab ini berisi nubuat mengenai kehancuran Niniwe, ibu kota Kerajaan Asyur, dan
nubuat mengenai pemulihan kembali Kerajaan Israel. Dalam kitab ini, Tuhan dilukiskan
sebagai Pembalas orang fasik dan Pembela orang benar.

l. Kitab HABAKUK
Kitab ini berisi renungan tentang penindasan bangsa Kasdim (Babel) atas bangsa
Israel. Dalam kitab ini ditegaskan bahwa pada akhirnya orang benar akan diselamatkan,
dan orang fasik akan dihukum. Kitab ini ditutup dengan suatu mazmur kepercayaan
kepada Tuhan yang Mahakuasa.

m. Kitab ZEFANYA
Kitab ini berisi nubuat mengenai kedatangan hari Tuhan yang akan memusnahkan
penduduk Yehuda dan bangsa-bangsa lain. Kitab ini juga memuat seruan pertobatan dan
janji keselamatan bagi sisa umat yang setia.

n. Kitab HAGAI
Kitab ini berisi ajakan untuk membangun kembali Bait Allah dan janji berkat bagi
mereka yang giat dalam pembangunan itu. Dalam kitab ini dilukiskan kemegahan Bait
Allah itu, dan kenajisan yang sempat menodai tempat kudus tersebut.

o. Kitab ZAKHARIA
Kitab ini terbagi dalam dua bagian yang biasa disebut "Proto-Zakharia" dan
"DeuteroZakharia". Proto Zakharia berisi kumpulan penglihatan dan nubuat mengenai
pembangunan kembali Bait Allah dan pemulihan kembali Dinasti Daud. Sedangkan
Deutero Zakharia berisi kumpulan nubuat mengenai kedatangan Raja Mesias yang akan
menggembalakan sisa bangsa Israel dengan penuh kedamaian dan kekuatan.
24
p. Kitab MALEAKHI
Kitab ini berisi kumpulan pengajaran dalam bentuk dialog antara Maleakhi dan
umat Israel. Dalam kitab ini terdapat enam tema pengajaran yang dikemas dalam bentuk
pertanyaan dan jawaban. Kitab ini juga memuat nubuat mengenai kedatangan kembali
Elia untuk mempersiapkan kedatangan hari Tuhan.

q. Kitab RATAPAN
Kitab ini sesungguhnya bukan kitab kenabian, melainkan kitab mazmur, yaitu kitab
yang berisikan lagu-lagu ratapan. Dalam kitab ini terdapat lima lagu ratapan yang
menyesali kehancuran Yerusalem dan pembuangan bangsa Israel ke Babel. Berdasarkan
2 Taw 35:25, kitab ini sering dikaitkan dengan Yeremia.

r. Kitab BARUKH
Kitab ini terdiri dari empat karya sastra yang berbeda corak, yaitu doa tobat dan
permohonan, sajak pujian atas hikmat-kebijaksanaan, seruan penghiburan bagi
Yerusalem, dan surat ejekan mengenai berhala-berhala Babel. Karya sastra terakhir ini
sering dipisahkan tersendiri dengan nama ”Surat Yeremia".

25
BAB III
KITAB SUCI PERJANJIAN BARU
TIDAK SEKALI JADI DITULIS
Sama seperti Kitab Suci Perjanjian Lama demikian pun Kitab Suci Perajanjian
Baru tidak sekali jadi ditulis, apalagi diturunkan dari langit. Karangan – karangan
bermacam – macam yang akhirnya membentuk Perjanjian Baru, tidak serta merta
dikenal dan diterima oleh umat Kristiani sebagai Kitab Suci. Cukup lama Kitab suci
umat Kristiani hanyalah Perjanjian lama, yang luasnya belum pasti juga. Maka tidak
mengherankan bahwa dalam Perjanjian Baru tidak terdapat suatu keterangan mengenai
Perjanjian Baru sebagai Kitab Suci. Kalau dalam 2 Kor 8:18 disebutkan seorang saudara
(Kristiani) yang terpuji karena “Injil” tetapi “Injil” itu bukan Injil. Dalam 2 Ptr 3:15 –
16 disebut sejumlah (entahlah berapa banyaknya) surat karangan Paulus. Karangan –
karangan itu jelas dianggap berwibawa. Tetapi kurang jelas apakah dianggap Kitab
Suci.

ANTARA TAHUN 40 DAN 120 MASEHI


Jangka waktu yang dilewati karangan – karangan Perjanjian Baru agak pendek.
Karangan tertua (1 tes) ditulis sekitar th. 41 dan yang terakhir (entah yang mana) sekitar
th. 120. Maka jangka waktu itu kurang lebih 80 tahun saja.
Yesus sendiri boleh dikatakan pasti tahu membaca dan menulis. Kemahiran-Nya
di zaman itu sudah tersebar luas di kalangan orang Yahudi. Namun demikian agaknya
Yesus tidak menulis apa – apa. Ia pun tidak mendiktekan apa-apa kepada seorang
pengikut. Namun sabda-Nya berwibawa, sama seperti Alkitab Perajanjian Lama. Dan
sebagai Firman berwibawa diteruskan dalam tradisi pengikut – pengikut Yesus setelah
Yesus Wafat.
Mula – mula murid Yesus hanya secara lisan menyebarkan kabar tentang Yesus
serta ajaran mereka. Mereka bercerita tentang Yesus serta pengalaman mereka dengan
Dia, baik sebelum maupun setelah Yesus wafat dan bangkit. Ajaran saksi – saksi
pertama itu juga diterima sebagai berwibawa, tidak kalah dengan firman Allah yang
tertulis. Ajaran baru itu disebarluaskan dari mulut ke mulut.
Lama kelamaan orang juga mulai menulis beberapa pokok iman yang paling
penting. Ditulis pula beberapa ceritera tentang apa yang dikerjakan Yesus dengan
berbagai situasi dan kondisinya. Terbentuk pula kumpulan ajaran, wejangan dan petuah
Yesus sebagaimana secara lisan beredar pada jemaat – jemaat yang terpencar di
berbagai tempat.
Meskipun jemaat – jemaat Kristiani menganut iman kepercayaan yang pada
dasarnya sama, namun jangan dipikirkan terlalu seragam. Di samping kesamaan
dasariah ada perbedaan cukup besar dalam hal menceritakan tentang Yesus dan
mengungkapkan iman kepercayaan itu. Di masa itu belum ada jabatan yang berperan
sebagai pengawas umum dan pemersatu semua jemaat.
Terutama waktu generasi Kristiani pertama mulai menghilang, di beberapa
tempat dirasakan perlunya mencatat macam – macam bahan sekitar Yesus yang secara
lisan beredar. Dengan semua bahan yang beredar, baik secara lisan maupun secara
tertulis, akhirnya di beberapa tempat disusun suatu kisah tentang Yesus yang lebih
kurang lengkap dan teratur, Luk 1:1 mencatat bahwa di masanya sudah, “banyak orang
berusaha menyusun suatu berita (kisah) tentang peristiwa – peristiwa yang telah
terjadi”.

26
Penulisan “Injil – Injil” itu berhubungan juga dengan semakin terpisahnya
jemaat Kristiani dari bangsa / umat Yahudi. Oleh karena menyadari dirinya sebagai
kelompok tersendiri umat Kristiani merasa perlu adanya tulisan – tulisan sendiri
(disamping Perjanjian Lama). Tulisan – tulisan itu pun bermaksud mencegah jemaat
Kristiani dari perpecahan karena semakin berjalan sendiri – sendiri. Tulisan – tulisan
itu mau mempertahankan kesatuan dan keutuhan iman jemaat – jemaat itu.
Dari tulisan – tulisan itu berkembanglah karangan – karangan yang berupa Injil
(empat) dan Kisah Para Rasul yang tercantum dalam Perjanjian Baru. Baik diperhatikan
bahwa karangan – karangan itu pun tidak serta merta tersebar ke mana – mana, dikenal
dan diterima oleh seluruh umat Kristiani. Lingkup peredaran karangan – karangan itu
mula – mula terbatas.
Menjelang akhir abad pertama dan pada awal abad kedua pada umat Kristiani
mulai beredar berbagai karangan rohani. Karangan – karangan itu dapat berupa surat,
lembaran atau buku. Tidak semua karangan itu sama baiknya dan sama bersih. Ada
yang menyebarkan dan membela ajaran jemaat semula. Ada juga yang menyisipkan
pikiran baru yang kurang cocok dan malah bisa menyesatkan. Kerap kali karangan –
karangan itu memakai nama orang lain, terutama nama para rasul atau tokoh – tokoh
besar lain pada umat Kristiani awal.

ANTARA TAHUN. 120 DAN 400 MASEHI : PEMBENTUKAN DAFTAR RESMI


Banyaknya karangan yang beredar dan yang bermacam – macam mutunya
akhirnya sangat membingungkan dan mengacaukan umat beriman. Umat sukar
membedakan karangan mana yang menyalurkan tradisi sejati, karangan mana yang
menyeleweng. Semua karangan sama – sama nampak berwibawa. Iman sejati terancam
dan umat mulai mencari kepastian sehubungan dengan isi kepercayaannya.
Maka menjelang akhir abad kedua di beberapa tempat tokoh – tokoh penting
pada umat Kristen mulai menyaring karangan – karangan yang beredar. Mereka
menyusun suatu daftar karangan yang sungguh berwibawa dan layak ditempatkan di
samping Kitab Suci Perjanjian Lama. Karangan – karangan yang memuat ajaran yang
menyeleweng dari iman sejati ditolak. Karangan – karangan lain dibiarakan saja.
Ditentukan karangan – karangan mana yang umum diterima, diakui sebagai berwibawa
dan berisikan ajaran iman benar dan karangan – karangan lain yang hanya di beberapa
tempat dan daerah saja diterima serta dipakai sebagai karangan berwibawa.
Jadi sekitar tahun 200 mulai disusun daftar – daftar Kitab Suci yang lebih kurang
resmi. Misalnya ada suatu daftar yang menurut sementara ahli, disusun di Roma sekitar
tahun 190. Daftar itu disebut ”Kanon Muratori”. Disajikan daftar kitab yang dipakai
jemaat di Roma. Di antaranya terdapat yang kemudian tidak diterima lagi, ada juga
yang tidak disebut namun kemudian hari diakui. Didaftar juga sejumlah karangan yang
mesti ditolak karena ”palsu”. Disebutkan pula sejumlah karangan yang boleh dibaca
tetapi tidak umum dan resmi diterima dan dipakai.
Sekitar tahun 254 Origenes dari Aleksandria memberi kesaksian berharga. Orang
terpelajar itu dengan teliti menyusun suatu daftar kitab yang umum diterima. Di
samping itu ia memperlihatkan perbedaan pendapat pada jemaat – jemaat. Origenes juga
menyusun suatu daftar kitab yang harus ditolak, meskipun disana – sini laku sekali.
Dengan cara serupa Eusebius dari Kaisarea sekitar tahun 303 menyajikan daftar
kitab yang umum diterima. Disamping itu ada sejumlah karangan yang diperbantahkan.
Dan ada sejumlah karangan yang mesti ditolak.

27
Masih ada beberapa daftar lain dari zaman yang sama. Tetapi antara daftar –
daftar yang berasal dari berbagai daerah, ada perbedaan kecil mengenai jumlah kitab
yang termasuk ke dalam Kitab Suci Perjanjian baru.
Sekitar tahun 300, di mana – mana diterima dan dipakai sebagai berwibawa
yaitu keempat Injil yang sekarang tercantum dalam Perjanjian Baru, tiga belas surat
Paulus, Kisah Para Rasul, 1 Ptr, 1 Yoh dan Why juga umum diterima. Mengenai
karangan – karangan lain ada perbedaan pendapat. Ada jemaat – jemaat yang tidak
menerima beberapa karangan yang dikemudian hari dianggap termasuk Kitab Suci. Dan
sementara itu ada karangan yang di sana – sini dianggap Kitab Suci, tetapi dikemudian
hari tidak diterima lagi.
Sekitar tahun 400 barulah perbedaan pendapat dalam hal jumlah kitab suci
hampir hilang seluruhnya. Pada tahun 367 Batrik Aleksandria yaitu Atanasius
menyusun daftar Kitab Suci yang termasuk Perjanjian Baru. Jumlahnya genap 27, sama
seperti sekarang. Tidak lama kemudian daftar itu diterima oleh seluruh umat di bagian
Timur. Daftar yang disusun oleh Atanasius di sebarkan ke Barat. Dalam hal ini
Hieronimus berperan besar. Suatu Konsili di Hippo (tahun. 393 dan di Karthago (tahun
397). Dua – duanya di Afrika utara, menetapkan daftar yang sama. Paus inosentius I
pada th 419 mengirimkan daftar itu ke Prancis. Dengan demikian seluruh umat sepakat
akhirnya.

KITAB – KITAB APOKRIP


Pada waktu yang sama sejumlah besar karangan ditolak. Ini sudah disinggung di
atas sebagai penyebab kebingungan dan kekacauan. Karangan – karangan itu berlagak
seolah – olah berasal dari Para Rasul dan jemaat perdana. Karangan – karangan itu
kerap kali rajin dibaca oleh rakyat. Tulisan – tulisan macam itu biasanya disebut sebagai
“aprokrip”. Kata Yunani itu sebenaranya berarti : tersembunyi, (karangan – karangan)
rahasia, yang hanya dikenal sejumlah kecil orang (kelompok). Tetapi biasanya kata itu
dipakai dengan arti : palsu, gadungan, tidak sejati. Kitab – kitab apokrip itu ialah kitab –
kitab yang nampaknya Kitab Suci, tetapi sebenaranya palsu dan gadungan, kitab – kitab
yang tidak diterima umat Kristen sebagai Kitab Suci. Kitab – kitab itu macam – macam
bentuknya : Surat, Injil, Kisah, Wahyu dan lain – lain lagi.
Dari sekian banyak kitab apokrip yang pernah dikarang kami hanya menyebut
“Injil Barnabas”. Injil itu sebenarnya dalam rangka uraian tentang Perjanjian Baru tidak
patut diikutsertakan. Tetapi “Injil Barnabas” itu dewasa ini sangat laku di kalangan
muslimin guna melawan orang Kristiani. Malah ada kaum muslimin yang menganggap
“Injil Barnabas” sebagai Injil asli. Sesungguhnya “Injil” itu sebuah karangan dari abad
keempat belas oleh seorang muslim bekas Kristiani. Penulis memakai macam – macam
bahan yang diangkat dari mana – mana, sebagian dari Injil – Injil Kristiani. Maksud
karangan itu ialah bahwa Yesus bukan Mesias dan sudah meramalkan kedatangan
Muhammad. “Injil” itu tidak ada sangkut pautnya dengan Barnabas, sahabat Paulus,
(bdk. Kis 4:36).
KANON KITAB SUCI PERJANJIAN BARU
a. Hanya Satu Kanon Perjanjian Baru
Daftar karangan yang termasuk Kitab Suci Perjanjian Baru, selesai terbentuk
sekitar tahun 400 Masehi. Disebut ”kanon”. Kanon atau daftar itu sesudah abad kelima
tidak berubah lagi. Sebaliknya daftar itu semakin diperteguh. Dalam Gereja Katolik
daftar 27 kitab itu kembali di tetapkan oleh konsili Florence (tahun 1441), konsili Trente
(tahun 1546), konsili vatikan I (tahun 1870)
Sehubungan dengan jumlah karangan yang termasuk Alkitab Perjanjian Baru,
tidak lagi ada perbedaan pendapat pada umat Kristiani. Semua, Katolik, Protestan,
28
Ortodoks, menerima dan mengakui daftar yang sama. Kalau dalam hal Perjanjian Lama
ada perbedaan antara Gereja Katolik dan jemaat – jemaat Protestan di lain pihak, maka
dalam hal Perjanjian Baru semua sependapat. Maka dalam rangka Perjanjian Baru tidak
ada ”Kitab – kitab kanonik” dan ”Kitab – Kitab Deuterokanonika”, seperti terdapat
dalam Perajanjian Lama. Kalau istilah ”Deuterokanonika” muncul dalam uraian sekitar
Perajanjian Baru, maka artinya ialah: kitab – kitab yang dahulu pernah diragukan
kedudukannya. Tetapi keraguan itu sudah pada masa yang lampau, sejak sekitar tahun
400 Masehi hilang.
Paling – paling para ahli bisa mempersoalkan, apakah tidak mungkin dafatar itu
diperluas. Misalanya: kalau pernah ditemukan kembali sepucuk surat yang ditulis
Paulus, mestikah itu dimasukkan ke dalam kanon? Tetapi masalah itu kiranya hanya
soal ilmiah belaka. Tidak ada harapan bahwa Gereja masih akan menambah salah satu
karangan. Adanya kanon Kitab Suci Perjanjian Baru sudah mencukupi.

b. Kanon
Kata Yunani ”kanon” (aslinya berarti : gelagah) dipakai dengan arti ”ukuran”.
Kanon Kitab Suci berarti daftar kitab yang lambat laun ditetapkan menjadi ukuran;
yaitu : guna mengukur kitab – kitab manakah yang termasuk Alkitab. Dengan daftar
resmi itu umat Kristiani dapat tahu karangan – karangan yang menjadi Kitab Sucinya.
Karangan – karangan lain, entah siapa penulisnya dan bagaimanapun juga mutu dan
bobotnya, bukan Kitab Suci, Misalnya : karangan – karangan berbobot para pujangga
Gereja, dokumen konsili – konsili yang memuat ajaran dan petunjuk sejati dan
berwiabawa, tidak termasuk Alkitab.
Kitab Suci sendiri, seperti ditentukan dalam daftar tersebut. menjadi ”kanon”
dan ”ukuran”. Oleh karena itu karangan – karangan yang tercantum dalam daftar itu
disebut ”kanonik”, berarti termasuk ”kanon” dan menjadi ukuran. Isi karangan itu
diakui sebagai ukuran iman sejati, meskipun sejak awal mula tidak disadari dengan
jelas. Kepastian baru tercapai dengan memasukkan karangan tertentu ke dalam ”kanon”
(daftar) Alkitab.
Ada macam – macam pertimbangan yang mendorong umat untuk memasukkan
karangan tertentu di dalam daftar Kitab Suci. Kalau diuji, pertimbangan – pertimbangan
itu tidak selalu amat meyakinkan. Malah ada yang ternyata keliru. Misalna salah satu
karangan dimasukkan oleh karena dianggap karangan Paulus. Ternyata karangan itu
bukan tulisan Sang Rasul. Tetapi pertimbangan dasar yang akhirnya memutuskan ialah :
Apakah salah satu karangan mengungkapkan iman sejati dari umat perdana. Gereja
rasuli? karenanya pada intinya tidak amat penting siapa sebenarnya penulis salah satu
karangan. Maka kekeliruan sehubungan dengan penulis tidak menghilangkan ciri dasar
karangan itu sebagai ”kanonik”

c. Ukuran Yang Tidak Diukur


Jadi dengan menyusun daftarnya, umat Kristiani mengangkat sejumlah karangan
(sebanyak 27), tegasnya : isi karangan itu, menjadi ukuran (kanon) iman kepercayaan
serta penghayatannya bagi umat selanjutnya. Iman dan kelakuan mesti selalu ”diukur”
oleh karangan – karangan yang jumlahnya terbatas itu. Menurut keyakinan umat yang
menyusun daftar Kitab Sucinya, dalam kitab – kitab itu terungkap iman sejati dari umat
perdana generasi Kristiani pertama, di sana dengan pasti terdapat yang sebenarnya
diimani oleh umat Kristiani. Di sana pun ditemukan pola dasar kelakuan yang sesuai
dengan iman kepercayaan itu.
Umat selanjutnya mesti selalu tinggal dalam ”yang dipasang” oleh pengungkap
iman pertama itu. Hanya dengan jalan itulah terjamin bahwa iman umat sungguh –
29
sungguh mengenai sasaran yang sebenarnya. Sasaran itu pada pokoknya tidak lain dari
Allah penyelamat yang dengan Yesus Kristus pernah menyatakan diri dalam rangka
dunia dan sejarah umat manusia. Hanya melalui kesaksian umat perdana yang imannya
terungkap dalam Alkitab, umat selanjutnya dapat berhubungan dengan peristiwa –
peristiwa itu. Sekaligus umat berhubungan dengan Allah sejati dan Yesus yang tetap
sama dan berkarya untuk selama – lamanya. Maka dengan menyusun daftar Kitab
Sucinya umat percaya menyatakan : Dalam karangan – karangan tertentu itulah
terungkap kesaksian sejati yang menghubungkan umat selanjutnya dengan pangkalnya
ialah Allah dalam Yesus Kristus.
Tentu saja dengan mengakui sejumlah karangan menjadi ”kanon” atau ukuran,
umat tidak menyangkal bahwa masih ada karangan – karangan lain yang bermutu.
Boleh jadi kitab – kitab dan karangan – karangan lain memuat kesaksian iman sejati.
Dan guna mengenal iman umat perdana karangan – karangan seperti Surat Baranabas,
Surat Klemens, Surat Romanus dan lain-lain tetap penting dan dapat dimanfaatkan.
Tetapi karangan-karangan itu tidak menjadi "ukuran". Hanyalah kitab-kitab dan
karangan-karangan yang tegas ditolak (apokrip) dinyatakan mencoreng dan
menyesatkan dari iman dan/atau kelakuan sejati. Bagaimanapun juga, semua karangan
lain perlu selalu diukur dengan kitab-kitab yang terdaftar sebagai Kital Suci.
Ciri "kanonik" tersebut tentu saja tidak berarti bahwa semua karangan yang terdapat
dalam Alkitab paling berarti dan paling berbobot. Ada karangan, boleh disebutkan
Yudas dan 2Ptr - yang kurang bermutu. Namun demikian; semua karangan pasti
mengungkapkan iman sejati dan begitu menjadi ''ukuran" atau "kanon". Tetapi itu pun
tidak berarti bahwa semua karangan yang tercantum dalam Perjanjian Baru sama
pentingnya. Yang paling penting tentu saja keempat Injil. Karangan karangan lain
menyusul.
Bersama-sama karangan-karangan yang tercantum dalam Perjanjian Baru
mengungkapkan iman dasariah yang utuh. Jadi, bukan tiap-tiap karangan, meskipun
memuat iman sejati, sudah mengungkapkannya secara utuh. Sebaliknya. tiap-tianp
karangan hanya menyoroti salah satu segi iman, segi yang lebih kurang penting dan
dasariah.

d. Firman Allah Yang Membeku


Inspirasi sebatas mengenai penulisan itu sendiri belum membuat suatu karangan
disebut Kitab Suci. Karangan-karangan lain misalnya hasil konsili Vatikan II, tentu juga
merupakan salah satu pengungkapan iman sejati. Keterangan macam itu tentu saja hasil
karya Rob Kudus secara langsung dan khusus dan keterangan itu pun menjadi ukuran,
tetapi bukan ukuran terakhir. Sebab keterangan sebuah konsili atau seri Paus diukur
oleh apa yang tercantum dalam Alkitab. Semua keterangan mesti diukur oleh Kitab Suci
dan hanya berwibawa sejauh tidak berlawanan dengan Alkitab. Keterangan itu mesti
melanjutkan saja apa yang terkandung dan tercantum dalam Kitab Suci.
Pada latar belakang itu lebih lanjut dapat dipahami sejauh mana Alkitab mesti
dikatakan "firman Allah yang tertulis" atau Firman Allah yang membeku. Kitab Suci
secara menyeluruh merupakan karya Allah, Roh Kristus. Secara manusiawi Alkitab
tetap mengungkapkan apa yang dinyatakan Allah kepada umat dan bagaimana
penyataan Allah itu ditangkap oleh umat. Melalui tokoh-tokoh tertentu semuanya itu
dicantumkan ke dalam karangan karangan yang membentuk Kitab Suci Perjanjian Baru.
Maka Kitab itu bukan hasil usaha manusia belaka, melainkan hasil usaha Allah melalui
usaha umat (manusia). Karena asal usulnya yang rangkap dua, Kitab itu dalam hal iman
kepercayaan pasti tepat (benar) dan mempunyai kewibawaan tertinggi dalam hal iman,
melebihi kewibawaan manusia belaka. Karena ciri - cirinya itu Alkitab menjadi, firman
30
Allah yang tertulis. Seolah-olah firman-Nya yang membeku, sehingga menjadi ukuran
yang tidak berubah sambil mengukur segala-galanya yang berubah.

e. Firman Allah Yang Hidup


Tetapi firman Allah yang membeku kembali dapat menjadi firman Allah yang
hidup. Itu terjadi apabila Alkitab dibaca atau dibacakan dan didengar dengan iman yang
membuka manusia bagi Allah yang bersabda. Apa yang pernah terungkap oleh Roh
Kudus melalui manusia tertentu, kembali diungkapkan oleh Tuhan dan ditujukan
kepada manusia yang percaya. Secara aktual Allah menyapa dan memanggil dia dan
memancing tanggapannya. Maka apabila Alkitab dibaca dengan iman kepercayaan, Al-
lah menjadi hadir. Tentu saja bukan Allah begitu saja, tetapi justru dan hanya Allah
yang berfirman atau bersabda. Dengan arti demikian dan sejauh itulah membaca Alkitab
menghadirkan Allah dan Yesus Kristus yang berfirman kepada umat dan orang yang
percaya. Firman itulah yang paling berwibawa dan secara aktual menjadi ukuran
tertinggi bagi iman serta penghayatannya dalam seluruh umat yang beriman.
Firman Allah yang seperti dijelaskan membeku dalam Alkitab, dihidupkan kembali
oleh iman sejati, menjadi firman berdaya guna. Memang kata-kata manusiawi belaka
sudah berdaya. Kata-kata itu tidak hanya menyampaikan isi hati kepada orang lain,
tetapi juga bisa mengubah sesuatu, meski hanya pikiran dan rasa hati sekali pun. Tetapi
firman yang tertulis dalam Alkitab dan dihidupkan kembali lebih berdaya guna. Sebab
firman itu bukan kata manusia belaka. Firman Allah berdaya ilahi guna mengubah
manusia serta dunianya. Firman itu berbicara dengan manusia tentang kasih dan karya
Allah. Orang yang menyerap firman itu sekaligus menyerap kasih Allah dan (hasil)
karya-Nya kepada jemaat dan orang yang kini membaca dan mendengarkan. Oleh Allah
sendiri mereka diikutsertakan dalam karya kasih-Nya yang difirmankan.
Satu-satunya syarat ialah: jemaat dan orang yang menyerap firman Allah itu
tanpa halangan dan rintangan. Nyatanya memang juga orang beriman memasang
banyak halangan dan rintangan. Itulah sebabnya mengapa firman Allah yang kuat kuasa
hanya pelan-pelan atau lambat laun mengubah manusia.

f. Kependekan Kitab Suci Perjanjian Baru


Matius : Mat
Markus : Mrk
Lukas : Luk
Yohanes : Yoh
Kisah Para Rasul : Kis
Roma : Rom
I Korintus : 1 Kor
II Korintus : 2 Kor
Galatia : Gal
Efesus : Ef
Filipi : Flp
Kolose : Kol
I Tesalonika : 1 Tes
II Tesalonika : 2 Tes
I Timotius : 1 Tim
II Timotius : 2 Tim
Titus : Tit
Filemon : Flm
Ibrani : Ibr
31
Yakobus : Yak
I Petrus : 1 Ptr
II Petrus : 2 Ptr
I Yohanes : 1 Yoh
II Yohanes : 2 Yoh
III Yohanes : 3 Yoh
Yudas : Yud
Wahyu : Why

INJIL
Selama berkarya di Palestina sekitar tahun 30 M , Yesus bersama dengan kedua belas
muridNya berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa untuk memberitakan
Injil Kerajaan Allah, sambil berbuat baik dengan menyembuhkan banyak orang sakit dan
orang kerasukan setan. Selain mengajar orang banyak di rumah-rumah ibadat, Yesus juga
mendidik para muridNya secara khusus. Seperti kebiasaan para rabbi pada waktu itu, Yesus
menyampaikan pengajaranNya secara lisan dan para murid berusaha mengingat hal itu dengan
menyimpannya dalam hati.
Sesudah wafat dan kebangkitan Yesus, para murid mewartakan kepada orang banyak
apa yang telah mereka lihat dan dengar dari Yesus, yaitu segala sesuatu yang dikerjakan dan
diajarkan Yesus. Sebagai saksi mata, mereka menyebarkan berita gembira ini dari mulut ke
mulut. Ketika jemaat telah tersebar ke mana-mana, semua ceritera dan ajaran ini mulai
digunakan dalam berbagai kesempatan sesuai dengan kebutuhan aktual jemaat, misalnya
untuk kepentingan ibadat dan katekese. Lambat laun semua ceritera dan ajaran tersebut mulai
dikumpulkan dan disusun dengan teratur, tidak berdasarkan kronologi peristiwa, melainkan
menurut kebutuhan jemaat. Pada akhirnya masing-masing jemaat memiliki kumpulan ceritera
dan ajaran yang bervariasi namun mempunyai kemiripan satu sama lain.
Supaya kumpulan ceritera dan ajaran itu dapat dilestarikan, beberapa orang mengambil
keputusan untuk menuliskan dan membukukannya. Pada tahun 65 M, Markus mulai
merangkaikan ceritera dan ajaran tersebut menjadi suatu buku pewartaan singkat mengenai
Yesus Kristus di dalam lingkungan jemaatnya. Sekitar tahun 75 M, Matius mengikuti jejak
Markus untuk menulis suatu buku mengenai Yesus Kristus bagi kepentingan jemaatnya. Dan
kira-kira tahun 80-85 M, Lukas juga tergerak untuk menulis dua buku pengajaran, yaitu
mengenai Yesus Kristus dan mengenai perkembangan jemaat, bagi seorang sahabatnya yang
bernama Teofilus. Akhirnya pada tahun 100 M, Yohanes pun ikut menulis suatu buku
kesaksian mengenai Yesus Kristus bagi jemaatnya .
Setiap penulis memiliki pandangan tersendiri mengenai misteri Yesus Kristus dan
mengolahnya sesuai dengan kebutuhan aktual jemaat mereka masing-masing. Markus menulis
Injil untuk jemaatnya yang sedang menderita penganiayaan, sehingga ia menonjolkan misteri
penderitaan Yesus. Matius menulis Injil untuk jemaatnya yang kebanyakan orang Yahudi
fanatik, sehingga ia menampilkan Yesus sebagai Musa baru yang memberikan hukum baru.
Lukas menulis Injil dan Kisah Para Rasul untuk sahabatnya Teofilus, seorang bangsawan
Yunani, sehingga ia melukiskan Yesus sebagai Juruselamat segala bangsa. Sementara
Yohanes menulis Injil untuk jemaatnya yang kurang percaya kepada Yesus, sehingga ia
sangat menekankan keistimewaan Yesus sebagai Anak Allah. Agar lebih jelas, berikut ini
disajikan isi ringkas dari keempat Injil tersebut.

a. INJIL MATIUS
Kitab ini berisi pewartaan iman mengenai Yesus Kristus sebagai pemenuhan nubuat para
nabi Perjanjian Lama. Dalam kitab ini, Yesus Kristus ditampilkan sebagai Musa baru, Mesias,
32
dan Anak Allah, yang senantiasa menyertai umat-Nya. Kitab ini juga memuat kecaman pedas
terhadap ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi selaku pewaris kursi Musa atau pengajar
hukum Taurat .

b. INJIL MARKUS
Kitab ini berisi pewartaan iman mengenai Yesus Kristus sebagai Anak Manusia yang
harus menanggung banyak penderitaan. Dengan menekankan keharusan penderitaan, Markus
ingin mengajak para pengikut Yesus untuk mengikuti teladanNya dalam menanggung
penderitaaan. Ajakan ini diperlukan, agar para rnurid yang mengalami banyak penderitaan,
tidak menghianati Yesus, tidak tergoncang imannya lalu menyangkal Yesus , dan tidak
meninggalkan Yesus dengan melarikan diri.

c. INJIL LUKAS
Kitab ini berisi pewartaan iman mengenai Yesus Kristus sebagai Allah yang melawat
umat-Nya untuk menyelamatkan mereka. Dalam kitab ini, Yesus ditampilkan sebagai
seorang yang memiliki kuasa Allah, sehingga mampu membebaskan banyak orang dari
berbagai penderitaan. Selain itu, Yesus juga ditonjolkan sebagai seorang yang senantiasa
berbuat baik kepada semua orang, termasuk kepada orang berdosa yang dikucilkan, para
prajurit yang menyalibkan Dia dan penjahat yang ikut disalibkan bersama dengan-Nya .

d. INJIL YOHANES
Kitab ini berisi pewartaan iman mengenai Yesus Kristus sebagai Firman yang menjadi
manusia untuk menunjukkan jalan kepada Bapa. Meskipun ditolak oleh orang Yahudi karena
dianggap penghujatan terhadap Allah, kitab ini sangat menekankan kesamaan dan kesatuan
Yesus selaku Anak dan Allah selaku Bapa. Karena itu dalam kitab ini, Yesus selalu
ditampilkan sebagai pernyataan kemuliaan Allah yang sangat mengasihi dunia ini, sehingga
mengutus AnakNya untuk menebus dosa penghuni dunia ini.
KISAH PARA RASUL
Seperti telah disinggung di atas, Kisah Para Rasul adalah sambungan dari Injil Lukas.
Jika Injil Lukas mengisahkan apa yang dikerjakan dan diajarkan Yesus Kristus mulai sejak
umur dua belas tahun sampai pada hari la terangkat ke sorga, maka Kisah Para Rasul
mengisahkan bagaimana para rasul, khususnya Petrus dan Paulus, menjadi saksi Yesus
Kristus mulai dari Yerusalem sampai ke Roma. Melalui kedua kitab ini, Lukas ingin
mempersembahkan suatu berita lengkap tentang perkembangan agama Kristiani kepada
Teofilus, supaya ia dapat meyakini bahwa segala sesuatu yang pernah diajarkan oleh para
rasul kepadanya sungguh benar. Lukas menjamin kebenaran berita yang dipaparkannya,
karena ia telah menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya. Dalam hal
ini, Lukas memanfaatkan tradisi lisan dan tertulis yang sudah banyak beredar dilingkungan
jemaat Kristen pada waktu itu.
Kisah Para Rasul bukan "Buku Sejarah Gereja Perdana", melainkan "Buku Katekese
Narasi Iman". Melalui kitab ini, Lukas ingin memperlihatkan kepada Teofilus, bahwa
meskipun mengalami banyak kesulitan, pewartaan Injil tetap merambat ke mana-mana,
bahkan sampai ke ujung bumi, yaitu Roma sebagai ibu kota Kekaisaran Romawi.
Penganiayaan yang dilakukan oleh orang Yahudi terhadap orang Kristiani justru menjadi
alasan utama perkembangan pemberitaan Injil kepada orang-orang bukan Yahudi. Dengan
demikian, Teofilus sebagai seorang Yunani dapat diyakinkan bahwa tidak sia-sia ia menjadi
orang Kristiani.
Nama "Kisah Para Rasul" sebenarnya kurang tepat, sebab meskipun nama kesebelas
rasul plus Matias, pengganti Yudas Iskariot, disebutkan pada permulaan, tetapi selanjutnya
hanya dua rasul yang dikisahkan secara panjang lebar, yaitu Petrus dan Paulus. Dalam bagian
33
pertama kitab ini, Lukas menampilkan Petrus sebagai tokoh utama, yang sering didampingi
oleh Yohanes selaku mitra setianya. Sedangkan dalam bagian kedua kitab ini, Lukas
menampilkan Paulus sebagai tokoh utama, yang juga sering bermitra dengan Barnabas.
Tentang rasul-rasul lain tidak ada berita terperinci, melainkan hanya disebut sepintas lalu
sebagai kelompok Mengenai Yakobus hanya dikatakan bahwa ia dibunuh dengan pedang
oleh raja Herodes. Sebaliknya cukup banyak tokoh bukan rasul yang dikisahkan cukup
panjang, misalnya Stefanus dan Filipus.

SURAT-SURAT
Sekitar abad pertama Masehi, peralatan telekomunikasi canggih seperti telepon, telegraf,
televisi, radio, fax dan sebagainya belum ada. Pada waktu itu hanya ada dua alat komunikasi
jarak jauh yang lazim digunakan, yaitu utusan dan surat yang dititipkan pada utusan.
Berhubung utusan sulit dicari dan mahal biayanya, kebanyakan orang lebih suka memakai
surat sebagai sarana komunikasi jarak jauh. Kebiasaan surat menyurat dalam dunia Yunani-
Romawi ini dimanfaatkan juga oleh jemaat-jemaat Kristiani untuk berhubungan satu sama
lain. Ketika jemaat Kristiani masih terpusat di Yerusalem dan sekitarnya, komunikasi di
antara mereka masih mudah. Tetapi semenjak mereka mulai tersebar ke segala penjuru dunia,
hubungan antara mereka sudah semakin sulit. Karena itu, satu-satunya cara berhubungan jarak
jauh yang mudah dan murah di antara jemaat adalah lewat surat-menyurat. Jika sudah tiba
pada tujuan, surat komunikasi itu biasanya dibacakan di antara jemaat yang sedang
berkumpul untuk beribadat, sehingga semua dapat mengetahui isinya.
Salah seorang rasul yang paling sering menggunakan surat sebagai alat komunikasi
dengan jemaat adalah Paulus. Hal ini dapat dimaklumi, karena Paulus adalah rasul yang
paling banyak mengadakan perjalanan untuk memberitakan Injil, sehingga ia mempunyai
sejumlah besar jemaat di daerah-daerah yang pernah dikunjunginya. Menurut tradisi, Paulus
menulis paling sedikit 14 surat, yaitu 9 surat kepada jemaat tertentu, 4 surat kepada orang
tertentu. Selain Paulus, ada juga beberapa tokoh lain yang menulis surat untuk kepentingan
jemaat Kristiani. Mereka adalah Yakobus, Petrus, Penatua "Yohanes" dan Yudas. Karena
surat dari keempat tokoh tersebut tidak ditujukan kepada jemaat atau orang tertentu, surat
mereka biasa disebut "surat katolik", yakni surat yang ditujukan untuk umum (katolik). Surat-
surat komunikasi iman ini ditulis di antara tahun 40 sampai dengan tahun 125 M. Semua surat
itu membahas masalah-masalah aktual yang dialami oleh jemaat pada waktu itu. Berikut ini
dipaparkan isi ringkas dari setiap surat tersebut.

a. Surat kepada Jemaat di ROMA


Surat ini berisi sejumlah ajaran dan wejangan Paulus kepada jemaat Kristen di Roma,
yang ia banggakan dan rindukan untuk kunjungi. Dalam surat ini, secara panjang lebar Paulus
menguraikan kedosaan semua manusia dan bagaimana mereka dibenarkan oleh Allah karena
iman dalam Yesus Kristus. Surat ini juga membahas rencana penyelamatan Allah bagi bangsa
Israel dan bangsa-bangsa lain.

b. Surat pertama kepada Jemaat di KORINTUS


Surat ini berisi tanggapan Paulus terhadap beberapa masalah yang timbul dalam jemaat
Kristiani di Korintus, seperti misalnya masalah perpecahan, masalah percabulan, masalah
perkawinan, masalah penyembahan berhala, masalah pertemuan jemaat, masalah kepercayaan
akan kebangkitan orang mati, dan masalah pengumpulan uang bagi jemaat induk di
Yerusalem. Melalui surat ini, Paulus juga menyampaikan rencana perjalanannya serta
memberikan rekomendasi bagi sejumlah orang.yang patut dihargai.

34
c. Surat kedua kepada Jemaat di KORINTUS
Surat ini berisi pembelaan diri Paulus terhadap berbagai tuduhan yang ditujukan
kepadanya, yaitu bahwa ia bukan rasul sejati, bahwa ia lalai mengumpulkan uang bagi jemaat
di Yerusalem, dan bahwa ia mempunyai banyak kelemahan Tuduhan tersebut dilontarkan
oleh sejumlah orang yang mengaku sebagai rasul sejati.

d. Surat kepada Jemaat di GALATIA


Surat ini berisi pertanggungan jawab Paulus atas pemberitaan Injilnya dan keabsahan
kerasulannya. Dalam surat ini, Paulus menegaskan bahwa Injil yang ia beritakan telah
membebaskan orang-orang percaya dari hukum Taurat, sehingga mereka seharusnya hidup
sebagai orang-orang merdeka dan jangan mau diperbudak kembali oleh injil palsu.

e. Surat kepada Jemaat di EFESUS


Surat ini berisi sejumlah doa renungan dan nasihat praktis mengenai berbagai hal, seperti
kekayaan orang beriman kesatuan jemaat Kristen hidup baru, hubungan antara anggota
keluarga, dan perlengkapan senjata rohani. Surat ini ditulis Paulus dari dalam penjara.

f. Surat kepada Jemaat di FILIPI


Surat ini berisi kesaksian Paulus dalam penjara, nasihat agar hidup sesuai dengan Injil
Yesus Kristus, dan kecaman terhadap propaganda Yahudi. Dalam surat ini, Paulus juga
menyampaikan rencananya untuk mengirim Timotius dan Epafroditus kepada jemaat di Filipi
Surat ini pun ditulis Paulus dari dalam penjara.

g. Surat kepada Jemaat di KOLOSE


Surat ini berisi ajaran mengenai keutamaan Yesus Kristus dan konsekwensi praktis bagi
jemaat Kristiani. Ajaran tersebut didahului dengan suatu doa pujian bagi jemaat di Kolese dan
diakhiri dengan suatu pesan penutup bagi mereka. Surat ini juga ditulis Paulus dari dalam
penjara.

h. Surat pertama kepada Jemaat di TESALONIKA


Surat ini berisi uraian mengenai pelayanan Paulus di Tesalonika dan nasihat agar jemaat
di Tesalonika hidup kudus dalam menantikan kedatangan Tuhan. Surat ini juga memuat
nasihat praktis mengenai penghormatan kepada para pemimpin, usaha untuk saling
membangun, sukacita dalam doa, dan penghargaan atas karunia Roh Kudus. Menurut tradisi,
surat ini adalah surat pertama yang ditulis Paulus.

i. Surat kedua kepada Jemaat di TESALONIKA


Surat ini berisi ucapan syukur atas perkembangan iman dan kasih jemaat di Tesalonika,
beserta penjelasan mengenai kedatangan Tuhan Yesus Kristus. Dalam surat ini, Paulus juga
mengajak jemaat untuk berpegang teguh pada ajaran Kristen, dan supaya tetap bekerja dengan
tenang. Menurut tradisi, surat ini juga termasuk surat tertua Paulus.

j. Surat pertama kepada TIMOTIUS


Surat ini ditujukan bukan kepada jemaat, tetapi kepada seorang yang bernama Timotius.
Dalam surat ini, Paulus memberikan sejumlah nasihat kepada Timotius, antara lain mengenai
ajaran sesat, tugas Timotius, dan tata tertib jemaat.

k. Surat kedua kepada TIMOTIUS


Sama dengan surat yang pertama, surat kedua ini juga berisi sejumlah nasihat Paulus
kepada Timotius. Melalui surat ini, Paulus mengajak Timotius untuk tekun melaksanakan
35
tugas panggilannya, khususnya dalam menghadapi pengajar sesat, dengan berpedoman pada
tradisi suci dan Kitab Suci.

1. Surat kepada TITUS


Surat ini juga ditujukan bukan kepada jemaat, tetapi kepada seorang yang bernama
Titus. Dalam surat ini, Paulus meminta Titus untuk menertibkan jemaat di Kreta dengan
mengajarkan akhlak Kristiani kepada mereka. la juga memohon agar Titus mengingatkan
jemaat untuk taat pada pemerintah dan berlaku baik kepada semua orang sesuai dengan ajaran
Kristiani.

m. Surat kepada FILEMON


Surat yang ditulis oleh Paulus dalam penjara ini adalah surat terpendek dalam Perjanjian
Baru. Surat ini ditujukan kepada Filemon dan jemaat di rumahnya. Dalam surat ini, Paulus
secara khusus menghimbau Filemon agar mau menerima kembali Onesimus, budaknya yang
melarikan diri.

n. Surat kepada orang IBRANI


Karangan ini tidak menyebut nama penulisnya maupun nama jemaat atau orang yang
dituju. Namun sejak tahun 200 M, karangan ini sudah dianggap tulisan Paulus dan diberi
nama "Kepada orang-orang Ibrani". Anggapan ini didasarkan pada isi karangan yang
memberi perhatian istimewa kepada tradisi keagamaan orang Ibrani. Dalam karangan ini,
penulis dengan leluasa memanfaatkan ritus peribadatan orang Ibrani untuk menonjolkan
peranan Yesus Kristus. Secara panjang lebar ia menguraikan keunggulan Yesus Kristus
sebagai Anak Allah dan Imam Besar Agung Perjanjian Baru, kemudian mengajak para
pembaca untuk bertekun dalam iman sejati dan kekudusan hidup Kristiani.

o. Surat YAKOBUS
Surat ini tidak ditujukan kepada jemaat atau orang tertentu, melainkan untuk "umum",
yaitu kepada "kedua belas suku di perantauan". Dalam surat ini, Yakobus menasihati para
pembaca supaya bertekun dalam pencobaan, menjadi pelaku firman, tidak memandang muka,
mengamalkan iman, mengendalikan lidah, berlaku bijak, mengontrol hawa nafsu, jangan
memfitnah, mengingat Tuhan dalam perencanaan, tidak menindas para buruh, bersabar dalam
penderitaan, dan mendoakan orang sakit.

p. Surat pertama PETRUS


Surat ini juga ditujukan untuk "umum", yakni kepada "orang-orang pendatang yang
tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia dan Bitinia". Dalam surat ini, Petrus mengajak
para pembaca untuk hidup kudus sebagai umat Allah, dengan menjadi teladan hidup bagi
orang-orang bukan Kristiani, khususnya dalam hal hidup berjemaat.

q. Surat kedua PETRUS


Sama seperti surat pertama, surat kedua ini pun dialamatkan kepada jemaat Kristiani pada
umumnya. Melalui surat ini, Petrus mengajak para pembaca untuk tetap berpegang teguh pada
ajaran iman yang benar dan jangan terpengaruh oleh ajaran palsu, sehingga rnereka dapat
mempersiapkan diri dengan baik untuk menyambut kedatangan Tuhan.

r. Surat pertama YOHANES


Karangan ini sebenarnya bukan surat, sebab ciri-ciri surat seperti misalnya pengirim dan
alamat tidak disebutkan: Sejak abad kedua Masehi, karangan ini sudah dianggap sebagai
tulisan Yohanes, sebab memiliki banyak kemiripan dengan Injil Yohanes. Dalam karangan
36
ini, disajikan sejumlah ajaran dan nasihat, antara lain mengenai hakikat Allah sebagai terang
dan sebagai kasih, serta konsekwensinya bagi umat beriman sebagai anak-anak Allah. Tulisan
ini juga memuat serangan terhadap para penyesat yang anti Kristus dan kesaksian tentang
nilai iman kepada Yesus Kristus .

s. Surat kedua YOHANES


Surat pendek ini ditulis oleh seorang penatua dan dialamatkan kepada "ibu yang terpilih
dan anakanaknya" Melalui surat ini, si penatua mengajak mereka agar tetap tinggal di dalam
ajaran Kristus dan jangan melangkah ke luar untuk mengikuti ajaran sesat yang dipromosikan
oleh para anti Kristus.

t. Surat ketiga YOHANES


Surat pendek ini juga ditulis oleh seorang penatua dan ditujukan kepada seorang
bernama Gayus. Melalui surat ini, si penatua memuji Gayus yang bersedia menerima para
pendatang, dan sebaliknya mengecam Diotrefes yang bersikap bermusuhan terhadap mereka.
Selanjutnya, ia mengajak Gayus untuk meniru apa yang baik, serta memberi kesaksian yang
baik mengenai Demetrius.

u. Surat YUDAS
Surat ini ditulis oleh Yudas dan dialamatkan kepada "mereka yang terpanggil", yaitu
orang Kristiani pada umumnya. Dalam surat ini, Yudas mengecam keras para orang fasik
yang anti Kristus dan menasihati orang-orang Kristen agar membangun diri dengan
berpedoman pada warisan para rasul.

WAHYU
Sesuai dengan kata pembukaannya, kitab terakhir dalam Kitab Suci Perjanjian Baru ini
diberi nama "Kitab Wahyu". Kata "wahyu" adalah terjemahan Arab dari kata Yunani
"apokalypsis", yang berarti "penyingkapan". Jadi Kitab Wahyu atau Kitab Apokalypsis adalah
suatu kitab yang ingin menyingkapkan apa yang tersembunyi. Kitab-kitab seperti ini sangat
digemari oleh orang-orang Yahudi yang hidup di antara awal abad kedua sebelum Masehi
sampai dengan akhir abad kedua sesudah Masehi. Hal ini dapat dipahami, karena pada zaman
itu orang-orang Yahudi mengalami banyak kesusahan dan penderitaan, sehingga mereka ingin
mengetahui apa yang akan terjadi nanti di masa depan. Sebagai orang-orang beriman, mereka
hendak mendapat kepastian mengenai rencana Allah bagi dunia ini, khususnya bagi umat-
Nya. Dengan demikian, meskipun mengalami banyak kesusahan dan penderitaan, mereka
tetap mempunyai harapan besar.
Kitab Wahyu ditulis oleh seorang yang bernama Yohanes pada waktu orang Kristiani
mengalami banyak kesusahan di bawah pemerintahan kaisar Domitianus. la adalah seorang
nabi Kristen yang juga sedang mengalami kesusahan di pulau Patmos. la mengaku mendapat
penglihatan dari Yesus Kristus mengenai "apa yang harus segera terjadi". Menurut dia, Yesus
Kristus memerintahkan kepadanya untuk menulis semua yang ia lihat di dalam sebuah kitab,
lalu mengirimkannya kepada ketujuh jemaat. Karena itu, ia menganggap tulisannya ini
sebagai nubuat tentang masa depan. Dalarn kitab ini, ia menubuatkan penciptaan langit dan
bumi baru yang akan mengakhiri segala kesusahan orang Kristiani. Pada waktu itu, semua
orang baik akan berbahagia, sedangkan semua orang jahat akan menderita.

37
BAB IV
DOA AKU PERCAYA
1.Doa Aku Percaya ada dalam Tradisi
Sumber utama mengenal Yesus adalah Kitab Suci dan tradisi, dan magisterium (kuasa
pengajaran iman yang sah). Berikut ini dibahas mengenai tradisi karena pembahasan mengenai Kitab
Suci akan dibahas di pelajaran agama seri 2.
Setiap masyarakat memiliki tradisi dari nenek moyangnya. Banyak kepercayaan dan upacara
atau sikap dan tindakan yang didasari atas tradisi. Semua itu dilaksanakan karena merupakan
kebiasaan yang sudah terjadi secara turun menurun. Tradisi – tradisi tersebut kebanyakan diteruskan
secara turun – temurun dan secara lisan. Ada juga beberapa tradisi yang perlahan-lahan sudah mulai
dibukukan.
“Gereja dalam ajaran, hidup dan ibadatnya, melestarikan dan meneruskan kepada semua
keturunan, dirinya seluruhnya, dan imannya seutuhnya” (Dei Verbum Art 8). Proses komunikasi atau
penerusan iman dari suatu angkatan kepada angkatan berikutnya dan di antara orang sezaman itulah
yang disebut tradisi. “Tradisi berarti penyerahan, penerusan, komunikasi, terus – menerus.
Tradisibukan sesuatu yang “kolot” atau dari zaman dahulu, melainkan sesuatu yang masih terjadi
sekarang ini juga. Gereja yang hidup dan berkembang, itulah tradisi.”
Dalam tradisi itu ada satu kurun waktu yang istimewa, yakni zaman Yesus dan para Rasul.
Pada periode yang disebut zaman Gereja Perdana itulah, tradisi sebelumnya dipenuhi dan diberi
bentuk baru yang selanjutnya menjadi inti pokok untuk tradisi berikutnya, “yang dibangun di atas
dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru (bdk. EF 2 : 20). Maka,
perumusan pengalaman iman Gereja Perdana yang disebut Perjanjian Baru merupakan pusat dan
sumber tradisi, karena di dalamnya terungkap pengalaman iman Gereja Perdana. Pengalaman itu di
tulis dengan ilham Roh Kudus (Dei Verbum Art. 11) dan itu berarti bahwa Kitab suci mengajarkan
dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan; Kebenaran yang oleh Allah mau disampaikan demi
keselamatan kita.
Gereja katolik yakin “tolok ukur tertinggi Gereja” (Dei Verbum Art . 21). Dengan kata
“iman”, yang dimaksudkan adalah baik iman objektif maupun iman subjektif. Jadi “kebenaran –
kembenaran iman” yang mengacu kepada realitas yang diimani, maupun sikap hati serta
penghayatannya merupakan tanggapan manusia terhadap pewahyuan Allah.
Beberapa pokok penting yang perlu dipahami dan disadari oleh para siswa adalah : arti tradisi
secara umum, penertian tradisi dalam gereja katolik, macam – macam tradisi dan contohnya,
membedakan “Syahadat Pendek’ dan “Syahadat panjang” sebagai hasil tradisi Gereja. Dan yang
penting adalah keyakinan bahwa kitab suci bersama tradisi merupakan tolok ukur tertinggi bagi
seluruh iman dan kehidupan Gereja.

Kita akan bertitik tolak dari syahadat, baik yang singkat maupun yang panjang, yang
merumuskan secara padat hasil refleksi umat Kristen pada masa – masa awal berdirinya Gereja.
Contoh tradisi syahadat para rasul (Credo) pendek:

Aku percaya akan Allah Bapa yang Mahakuasa Pencipta langit dan bumi

Dan akan Yesus Kristus, Putra-Nya yang


tunggal, Tuhan kita

yang dikandung dari Roh Kudus,


dilahirkan oleh Perawan Maria;

yang menderita sengsara dalam


pemerintah Ponsius Pilatus; disalibkan,
wafat, dan dimakamkan;

38
yang turun ke tempat penantian,
pada hari ketiga bangkit dari antara
orang mati;

Yang naik ke surga, duduk di sebelah


kanan Allah Bapa yang mahakuasa;

dari situ ia akan datang mengadili orang


hidup dan mati.

Aku percaya akan Roh Kudus

Gereja Katolik yang kudus, persekutuan


para kudus

Pengampunan dosa

Kebangkitan Badan

Kehidupan kekal. Amin

Perbandingan syahadat panjang dan syahadat Pendek:

Syahadat Singkat Syahadat Panjang


Dan akan Yesus Kristus, Putra-Nya yang Dan akan satu Tuhan, Yesus Kristus Putra
tunggal, Tuhan kita, Allah yang tunggal ia lahir dari Bapa
sebelum segala abad, Allah dari Allah, terang
dari terang, Allah benar dari Allah benar.
Ia dilahirkan, bukan dijadikan, sehakikat
dengan Bapa; segala sesuatu dijadikan oleh-
Nya.
Ia turun dari surga untuk kita manusia dan
untuk keselamatan kita,

yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan dan Ia menjadi daging oleh Roh Kudus dari
oleh Perawan Maria; yang menderita Perawan Maria; menjadi manusia dan
sengsara dalam pemerintah Ponsius Pilatus; disalibkan untuk kita waktu Ponsius Pilatus.
disalibkan, wafat, dan dimakamkan; yang Ia wafat, kesengsaraan dan dimakamkan.
turun ke tempat penantian,

pada hari ketiga bangkit dari antara orang Pada hari ketiga ia bangkit menurut Kitab
mati; Suci.

Yang naik ke surga, duduk di sebelah kanan Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa
Allah Bapa yang mahakuasa; dari situ ia akan Ia akan kembali dengan mulia, mengadili
datang mengadili orang hidup dan mati. orang yang hidup dan yang mati Kerajaan-
Nya takkan berakhir

39
2.Percaya pada Gereja yang Kudus
Kekudusan itu terungkap dalam aneka cara penghayatan iman pada masing-masing
orang. Kekudusan bukanlah suatu sifat yang seragam, yang sama bentuknya untuk semua,
melainkan semua mengambil bagian dalam satu kesucian Gereja, yang berasal dari Kristus
bersama Bapa dan Roh Kudus. Secara ilahi, Gereja sudah suci: “Di dunia ini Gereja sudah
ditandai dengan kesucian yang sesungguhnya, meskipun tidak sempurna” (LG 48).
Ketidaksempurnaan ini menyangkut kelemahan manusia yang tidak pernah luput dari kesalahan.
Hal yang utama dalam kesucian bukanlah bentuk ideal bagaimana kita melaksanakan
kesucian itu (tidak pernah berbuat salah). Hal yang paling utama adalah bagaimana orang
mempunyai sikap dasar untuk selalu berusaha suci dengan kehendak dan tindakan baiknya.
Suci sebenarnya mempunyai arti yang dikhususkan bagi Tuhan. Jadi pertama-tama
suci menyangkut seluruh bidang sakral atau keagamaan. Hal yang suci bukan soal orang,
tempat, waktu maupun barang yang dikhususkan untuk Tuhan. Dalam Kitab Suci justru
dikatakan bahwa yang kudus/suci adalah Tuhan sendiri, (bdk. 2 Raj 19:22; Yes 1:4; 5:19.24;
10:17.20; 12:6; Yeh 38:23). Semua hal yang lain, orang maupun barang disebut kudus karena
masuk dalam ruang lingkup kehidupan Tuhan (bdk Kel.19:23; 2 Taw 3:8; Yeh 44:19).
Kekudusan umat manusia mengambil bagian dalam kekudusan Tuhan.
Dapat disimpulkan bahwa Gereja itu suci namun sekaligus harus selalu dibersihkan
serta terus menerus menjalankan pertobatan dan pembaharuan (LG 8). Justru karena situasi dosa
itu anggota Gereja tidak berbeda dengan umat manusia yang lain. Kesucian Gereja merupakan
kesucian yang harus diperjuangkan terus menerus.

3. Percaya bahwa Gereja merupakan Persekutuan Para Kudus


Dalam doa “Aku Percaya” (Credo), Gereja juga disebut “Persekutuan para kudus”,
communio sanctorum. Ternyata sebutan itu baru pada akhir abad ke-4, di mana Gereja Barat
baru memasukkan ke dalam doa “Aku Percaya”. Maksud serta artinya tidak seluruhnya jelas,
sebab kata latin communio sanctorum tidak hanya dapat berarti “persekutuan para kudus” tetapi
juga sebagai “partisipasi dalam hal-hal yang kudus”. Siapa yang termasuk persekutuan para
kudus? Orang yang termasuk persekutuan para kudus adalah semua anggota Gereja yang mau
berpartisipasi dalam hal-hal kudus. Ketika kita berpartisipasi dlam hal kudus, kita masuk
kategori persekutuan para kudus.
Gereja yang merupakan persekutuan para kudus nampak juga dalam iman katolik yang
mengenal tiga keberadaan anggota Gereja. Ketiga keberadaan atau tempat tersebut yaitu dunia,
api penyucian dan Surga. Gereja di dunia adalah Gereja yang masih berjuang. Gereja di api
penyucian adalah Gereja yang masih dalam proses pengudusan. Gereja surgawi adalah Gereja
yang jaya dan abadi. Di Surga inilah nampak bahwa Gereja merupakan persekutuan para kudus
karena di sanalah tempat tinggal mereka yang sudah masuk dalam kehidupan abadi.
Sumber kesatuan Gereja yang sesungguhnya ialah Roh Kudus yang mempersatukan
semua anggota Gereja oleh rahmat-Nya. Selalu ditekankan bahwa kesatuan lahiriah yang ada
dalam kegiatan Gerejani menampakkan dan mewujudkan kesatuan Gereja dalam Roh. Namun
demikian, kegiatan Gerejani yang hanya menampakkan kesatuan Gereja sebagai organisasi saja,
bukanlah penjamin kehidupan Gereja. Segala komunikasi dan kegiatan Gereja berasal dari Roh.
Roh itulah yang menggerakkan hidup Gereja. Penjamin kehidupan Gereja adalah Roh Kudus
sendiri.

4. Percaya bahwa Gereja Masih Selalu dalam Perjalanan


Gereja bukan Kerajaan Allah, melainkan menuju Kerajaan Allah. Gereja masih dalam
perjalanan. Penyadaran akan aspek historis Gereja ini perlu supaya kita bisa lebih bersifat
terbuka dan rendah hati. Dalam perjalanan ini, Gereja masih mengalami jatuh bangun dan
berjuang bersama semua manusia yang berkehendak baik membangun Kerajaan Allah itu.
Gereja belumlah sempurna. Maka, “Gereja baru akan mencapai kepenuhannya dalam kemuliaan
di surga” (LG 48). Sekarang ini “kita diselamatkan dalam pengharapan” (Rm 8:24). Oleh
karena itu dalam syahadat panjang dikatakan: “Aku menantikan kebangkitan orang mati, dan
hidup di akhirat”. “Menantikan” tidak berarti bahwa kita masih ragu-ragu.

40
Karya keselamatan Allah berjalan terus, sampai kepada kepenuhannya. Mulai dengan
wafat dan kebangkitan Kristus, kemudian perutusan Roh Kudus, pembentukan Gereja, dan
akhirnya “kebangkitan orang mati dan hidup akhirat”. Allah tidak mengingkari janji. “Dia yang
memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya” (1Tes 5:24). Menantikan hidup di
akhirat tidak lain dari “menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia, dan
pernyataan kemuliaan Allah yang mahabesar dan Juru Selamat kita Yesus Kristus” (Tit 2:13).
Menantikan akhirat berarti mengharapkan kepenuhan karya penyelamatan.

5. Pandangan Gereja tentang Kematian


Cepat atau lambat, hidup kita berakhir dengan kematian. Oleh karena itu, sekarang
inipun, setiap saat kehidupan, kita berada “dalam bahaya maut sepanjang hari” (Mzm 44:23)
dan “menjadi incaran maut sejak kecil” (Mzm 88:16). Maut bukanlah sesuatu yang tidak pasti.
Maut adalah sesuatu yang pasti. yang entah kapan akan menimpa kita. Maut itu kenyataan
keterbatasan hidup kita. Hidup kita mempunyai awal dan mempunyai akhir. Dengan demikian
segala sesuatu yang kita lakukan bersifat terbatas dan fana, tetapi bukan berarti tanpa makna.
Dalam hidup di dunia ini hidup rahmat yang abadi sudah dimulai. Kita harus “mempergunakan
waktu yang ada” (Ef 5:16), sebab justru dalam waktu ini kita membentuk sikap kita terhadap
Tuhan. Di dunia ini kita membuktikan kepercayaan kita, tanpa melihat (bdk. Rm 8:24-25).
Kesadaran akan kefanaan hidup ini dapat menjadi alasan sewaktu-waktu untuk sadar
bahwa kita hidup di hadapan Tuhan. Maut membawa ke dalam hidup kita kesadaran akan tujuan
hidup yang sejati. Hidup ini memang bersifat sementara, tetapi sikap hidup yang kita ambil
sekarang menentukan masa depan kita di hadapan Tuhan.. “Barangsiapa menyangkal Aku di
depan manusia, Aku juga akan menyangkal dia di depan Bapa-Ku yang di surga” (Mat 10:33).
Arti hidup manusia ditentukan di dunia ini. Kematian berarti penyelesaian “pengembaraan”
manusia (lih lbr 11:13; 1Ptr 1:1; 2:11).

6. Pandangan Gereja tentang Surga, Neraka, Api Penyucian dan Akhir Zaman
Kita mengetahui, “bila kemah kediaman kita di bumi telah dibongkar, Allah
menyediakan bagi kita suatu tempat kediaman di surga” (1Kor 5:1). Tetapi tidak ada yang
mengetahui rupa surga. Barangkali juga kurang tepat berbicara mengenai “rupa” surga, sebab
surga berarti kebahagiaan manusia dalam kesatuan dengan Allah. Bahwa surga digambarkan
bagaikan sebuah tempat, harus dipandang sebagai bahasa kiasan. Kalau tidak ada badan, tidak
perlu tempat. Di Surga memang ada badan, yaitu tubuh Kristus. Tetapi itu adalah tubuh yang
mulia dan tidak bisa dibandingkan dengan tempat dan waktu kita sekarang. Yang pokok dari
surga ialah bahwa itu tempat Allah (lih. Mzm 2:4; Why 11:13: 16:11).
Neraka harus dimengerti sebagai lawan surga. Karena surga merupakan
kesatuan sempurna dengan Allah, maka neraka berarti keterpisahan dari Allah. Semua hal lain
mengenai api dan siksaan badan juga bersifat bahasa kiasan. Tetapi itu tidak berarti bahwa
neraka bukan siksaan, sebab setiap orang mendambakan kesatuan dengan Allah. Tanpa Allah
orang tidak dapat hidup bahagia. Di dunia ini mungkin ada yang merasa tidak membutuhkan
Allah, tetapi bila manusia sudah mengenal dirinya sendiri dengan baik, ia merasakan dan
mengalami bahwa hidup tanpa Allah adalah maut. Oleh karena itu Yohanes menyebut neraka
sebagai “kematian kedua” (Why 2:11; 20:6.14; 21:8). sedangkan kematian pertama terjadi
ketika seseorang hidup terpisah dengan Allah. Tidak dapat dibayangkan, apa arti mati terus-
menerus. Itu memang bahasa kiasan juga. Tetapi, kalau Tuhan “memberikan hidup dan nafas
kepada semua orang” (Kis 17:25, bdk. Ayb 12:10; Yes 42:5), maka jelaslah bahwa keterpisahan
dari Allah berarti maut. Tidak dapat dibayangkan, namun itulah kata yang tepat untuk neraka.
Manusia perlu memurnikan diri untuk terhindar dari neraka.
Proses pemurnian itu belum selesai pada saat kematian. Maka kematian sendiri dapat
menjadi pengalaman pemurnian itu. Pada saat kematian manusia melihat dirinya sendiri dalam
keadaan yang sesungguhnya. Karena kematian itu adalah penyerahan kepada Allah, maka
ketidakmurnian dialami sebagai ketidakcocokan yang menyakitkan. Apa yang lazim disebut
“pengadilan”, dialami sebagai siksaan dan juga pemurnian. Itulah yang dimaksudkan dengan
“api penyucian” yang terjadi pada saat kematian sendiri. Doa untuk jiwa-jiwa dalam api
penyucian adalah doa untuk orang yang pada saat kematian sebetulnya belum siap menghadap
41
Tuhan. Orang itu meninggal dalam persekutuan iman, yang disebut Gereja. Maka sudah
sewajarnyalah bahwa “persekutuan para kudus” juga dihayati dalam doa untuk saudara-saudara
itu, yang masih pada perjalanan menuju Tuhan. Api penyucian bukanlah “neraka sementara”
(dengan api yang tidak begitu panas). Api penyucian ialah pengalaman sedalam-dalamnya,
bahwa seseorang “mendapat malu karena segala perbuatan durhaka yang dilakukan” di hadapan
Tuhan (Zef 3:11).
Bagaimana dengan akhir zaman? Bagi manusia perorangan, kematian merupakan akhir
hidup di dunia ini. Akan tetapi seluruh duniapun akan mati. Kenyataan ini sering disebut akhir
zaman. Sebagaimana manusia perorangan mencapai tujuan hidupnya dalam pertemuan dengan
Allah, begitu juga dunia.
Dunia baru bukanlah pertama-tama pembaharuan dunia, melainkan pertemuan seluruh
ciptaan dengan Tuhan. Di sini Tuhan menyatakan kemuliannya kepada seluruh ciptaan.
Pertemuanitu adalah pertemuan dengan cinta kasih-Nya. Pertemuan dalam cinta kasih itu tidak
mungkin kita alami kalau kita di dunia sekarang ini tidak saling melayani. Itulah sebabnya sikap
dasar yang harus dimiliki oleh umat Allah/ manusia adalah pelayanan atau saling melayani.
Di dunia ini hidup kita masih bersifat perjuangan. Kita memang merasa pasti mengenai
tujuan, tetapi sering ragu-ragu mengenai jalannya. Lebih kerap lagi, ketidakjelasan itu menjadi
alasan kita menyimpang dari jalan dan tidak lagi terarah kepada pertemuan dengan Allah. Justru
karena kepenuhan ini adalah tahap yang terakhir, maka mudah hilang dari pandangan. Orang
lebih terpikat oleh yang sekarang terjadi sekitarnya daripada oleh yang akhirnya dituju. Bila kita
mengharapkan apa yang tidak kita lihat, seharusnya kita menantikannya dengan tekun, tetapi
praktiknya sulit.
Antara awal dan akhir, antara alfa dan omega, ada jarak yang jauh. Bukan hanya jarak,
melainkan juga perbedaan yang dahsyat. Dengan tegas Konsili Vatikan II berkata, “kemajuan
duniawi harus dibedakan dengan cermat dari pertumbuhan Kerajaan Kristus” (GS 39). Kerajaan
Kristus/Kerajaan Allah bukanlah hasil evolusi atau perkembangan dunia. Gereja tidak menolak
secara prinsipiil ajaran teori evolusi, tetapi Kerajaan Allah pada akhir zaman janganlah dilihat
sebagai puncak perkembangan dunia.

7. Bangga dalam Pengharapan


Hal yang membuat kita bangga dalam pengharapan adaah iman. Pengharapan kita
tidak berdasarkan keinginan kita sendiri, tetapi berpangkal pada kebaikan Tuhan. Kasih Allah
akan melampaui segala harapan dan dugaan kita. Maka yang pokok adalah iman akan kebaikan
Tuhan, seperti dikatakan oleh St. Paulus: “Kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam
damai-sejahtera dengan Allah oleh Tuhan kita, Yesus Kristus.
Oleh Dia, kita juga beroleh jalan masuk – oleh iman – kepada kasih-karunia ini. Di
dalam kasih-karunia ini kita berdiri dan kita bangga dalam pengharapan akan menerima
kemuliaan Allah. Kita malah juga bangga dalam kesengsaraan” (Rm 5:1-2). Sebab “penderitaan
zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan datang kepada kita”
(Rm 8:18).
Keterarahan kepada Kerajaan Allah mendasari pengharapan dan kemantapan kita. “Ia
yang memanggil kamu adalah setia” (1 Tes 5:24). Kesetiaan Tuhan merupakan dasar
pengharapan kita. Yang diimani adalah Tuhan, bukan perkembangan dunia, maka segala
perubahan dan ketidakjelasan tidak dapat menggoncangkan iman dan pengharapan kita.
Pengharapan akan kehidupan kekal tidak boleh membuat pesimis akan hidup ini. Tidak
boleh menjadi malas mengatasi kesulitan hidup. Manusia harus tetap berjuang dalam dunia ini.
Tetapi kita tidak berjuang tanpa motivasi, atau pengharapan. Kasih Allah dicurahkan dalam hati
oleh Roh Kudus yang dikaruniakan bagi kita (Rom 5:5). Dan Roh itu, bersama dengan roh kita,
memberi kesaksian bahwa kita adalah anak-anak Allah (Rom 8:14).
Tuhan sendiri meletakkan kerinduan akan kehidupan kekal itu dalam hati kita. Ini
bukan merupakan kerinduan kosong, melainkan gerakan hati yang mampu membuat kita
bertahan dalam perjuangan di dunia ini. Pegangan manusia dalam hidup ini adalah hatinya
sendiri, tempat ia bertemu dengan Tuhan yang selalu memanggil. Itulah daya tarik dan dinamika
hati yang hanya diketahui oleh Allah dan kita yang dipanggil-Nya.

42
BAB V
YESUS KRISTUS PEJUANG KERAJAAN ALLAH
Paham-Paham pada Zaman Yesus
Enam abad sebelum kedatangan Yesus, bangsa Israel selalu dijajah oleh bangsa lain,
yaitu bangsa Persia, bangsa Yunani, dan terakhir bangsa Romawi. Selain ditindas oleh para
penjajah tersebut, bangsa Israel juga ditindas oleh pemimpin-pemimpin sendiri, yaitu raja-raja
boneka yang diangkat oleh para penjajah. Dalam situasi tertindas seperti itu, kerinduan akan
datangnya Mesias/Penyelamat dan Kerajaan Allah senantiasa muncul dengan kuat.
Paham tentang Kerajaan Allah bukan baru muncul pada zaman Yesus, tetapi sudah lama
diimpikan oleh bangsa Israel, terlebih pada saat-saat mereka sangat ditindas. Dalam situasi
tertindas itu, muncullah bermacam-macam paham tentang Kerajaan Allah, antara lain:
 Paham Kerajaan Allah yang Berciri Nasionalistis
Paham ini dihayati sungguh oleh kaum Zelot. Kegiatan mereka bertujuan membebaskan
Israel dari kuasa politik kaum kafir. Kaum Zelot sungguh berjihad untuk mengusir kaum
kafir. Mereka berharap dengan kebangkitan nasionalisme, bangsa Israel dapat tercapai, dan
Kerajaan Allah terbangun.
 Kerajaan Allah Menurut Pandangan para Apokaliptik
Apokaliptik adalah aliran yang percaya akan datangnya penghakiman Allah, karena dunia ini
sudah jahat dan akan digantikan oleh dunia baru. Dalam dunia baru itu yang baik akan
dianugerahi kebakaan, sedangkan yang jahat akan dihukum. Menurut pandangan.para
Apokaliptik, Kerajaan Allah adalah sebuah kenyataan terakhir yang akan terjadi pada akhir
zaman. Setelah zaman ini hilang lenyap dibinasakan Allah, "Kerajaan Allah" akan menjadi
kenyataan di bumi baru dan langit baru yang dijadikan Allah.
 Kerajaan Allah Menurut Pandangan para Rabi
Menurut pandangan para rabi, Allah sekarang sudah meraja secara hukum, sedangkan di
akhir zaman Allah akan secara nyata menyatakan kekuasaan-Nya sebagai Raja semesta alam
dengan menghakimi dan menyatakannya kepada sekalian bangsa. Kenyataan bahwa bangsa
Israel kini dikuasai oleh orang-orang kafir (sebab pada masa Yesus bangsa Yahudi dijajah
oleh bangsa Romawi yang dianggap sebagai bangsa kafir) merupakan akibat dari dosa-
dosanya. Namun, jika Israel melakukan hukum Taurat, maka penjajah akan dipatahkan.
Karena itu, mereka yang sekarang taat pada hukum Taurat sudah menjadi warga Kerajaan
Allah. Tetapi jika Israel tidak melakukan hukum Taurat, maka Israel akan terus dijajah dan
diperintah oleh kaum kafir. Paham Yesus tentang Kerajaan Allah lebih mirip dengan paham
para rabi. Kerajaan Allah mulai merekah, terutama dalam diri Yesus, dan akan mencapai
kepenuhannya pada akhir zaman. Untuk menyambut Kerajaan Allah orang harus bertobat
dan percaya pada Injil (lih. Mrk 1:14-15).

Pengertian Kerajaan Allah


Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus secara singkat dapat dikatakan sebagai
berikut:
 Kerajaan Allah adalah Allah yang meraja atau memerintah. Oleh karena itu, manusia harus
mengakui kekuasaan Allah dan menyerahkan diri (percaya) kepada-Nya, sehingga
terciptalah kebenaran, keadilan, kesejahteraan, dan kedamaian.
 Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus akan mencapai kepenuhannya pada akhir
zaman. Di akhir zaman itulah, Allah benar-benar akan meraja. Dalam rangka ini, Kerajaan
Allah terkait dengan penghakiman terakhir dan ukuran penghakiman adalah tindakan kasih.
Mereka yang melaksanakan tindakan kasih masuk ke dalam Kerajaan Allah (bdk. Mat 25:
31-45).
 Kerajaan Allah yang mencapai kepenuhannya pada akhir zaman itu kini sudah dekat, bahkan
sudah datang dalam sabda dan karya Yesus. Oleh karena itu, orang harus menanggapinya
dengan bertobat dan percaya kepada warta yang dibawa oleh Yesus.
 Kerajaan Allah adalah kabar mengenai masa depan dunia, di mana yang miskin tidak lagi
43
miskin, yang lapar akan dipuaskan, yang tertindas tidak akan menderita lagi, yang tertawan
akan dibebaskan. Namun, untuk mencapai masa depan yang demikian perlu perjuangan.
Itulah sebabnya, Yesus terus-menerus berjuang supaya itu benar-benar terwujud. Selama
hidup-Nya Yesus terus-menerus berjuang supaya hal itu benar-benar terwujud. Seluruh
hidup Yesus sampai la mengorbankan hidup-Nya di kayu salib adalah untuk mewujudkan
Kerajaan Allah, sehingga orang benar-benar mengalami damai sejahtera, sukacita, keadilan,
dan kebenaran.
 Perjuangan Yesus itu belum selesai, Yesus memberi tugas kepada para pengikut-Nya untuk
melanjutkan perjuangan itu, agar Allah sungguh-sungguh meraja.Yesus memperjuangkan
Kerajaan Allah dengan perkataan dan perbuatan. Perkataan dan perbuatan dalam hidup
Yesus merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan (lih. Mat 11: 5-6; bdk Luk 11: 5-6).
Perkataan atau sabda Yesus menjelaskan atau menerangkan perbuatan-perbuatan Yesus
supaya perbuatan itu dapat ditangkap maksudnya. Perbuatan Yesus mewujudnyatakan
perkataan-Nya, sehingga kata-kata Yesus bukanlah kata-kata kosong tetapi kata-kata penuh
kuasa dan arti. Maka dalam pelajaran ini akan dibahas tentang pewartaan dan perjuangan
Yesus melalui perkataan (terutama perumpamaan) dan perbuatan-Nya (terutama mukjizat-
Nya).
Yesus mewartakan rahasia Kerajaan Allah seringkali dengan perumpamaan-perumpamaan. Hal
ini dimaksudkan supaya orang selalu ingat dan dapat mengambil makna Kerajaan Allah bagi
hidupnya. Perumpamaan- perumpamaan membuat orang berpikir dan tersapa, kemudian
menerapkannya di dalam hidup. Supaya manusia selalu ingat bahwa Allah perlu merajai
hatinya, maka Yesus mewariskan perumpamaan-perumpamaan tentang Kerajaan Allah
sebagaimana terdapat dalam Injil.
Yesus pun mewartakan Kerajaan Allah dengan perbuatan-perbuatan, antara lain melalui
mukjizat-mukjizat-Nya. Seluruh mukjizat Yesus selalu dihubungkan dengan Kerajaan Allah
yang Dia wartakan. Yesus tidak pernah mau membuat mukjizat, jika tidak berkaitan dengan
Kerajaan Allah.

Kesaksian Yesus mengenai Kerajaan Allah


 Yesus Mengadakan Mukjizat Mukjizat
Yesus mewartakan Kerajaan Allah tidak hanya dengan sabda-sabda Nya,tetapi juga
melalui mukjizat-mukjizat. Mukjizat yang dimaksudkan adalah kejadian atau perbuatan luar
biasa yangbagi orang percaya menangkapnya sebagai pernyataan kekuasaan Allah Penyelamat.
Dengan mukzijat itu, Allah menyatakan kekuasaan penyelamatan-Nya. Mukjizat adalah hanya
sebagai tanda bagi orang yang percaya, yaitu tanda kemurahan hati Tuhan (Yesus), sedangkan
bagi yang tidak percaya adalah suatu pertanyaan. Mukjizat-mukjizat Yesus itu mau me-
nunjukkan:
 Yesus menghubungkan mukjizat-mukjizat-Nya dengan pemberitaan tentang Kerajaan
Allah. Di luar itu, Yesus tidak pernah membuat mukjizat. Itulah sebabnya.Yesus menolak
membuat tanda/mukzijat di hadapan pejabat atau orang banyak untuk melegitimasikan diri -
Nya sebagai yang berasal dari Allah (Mat 16: 1; Luk 11:16-29).
 Dasar dan motif mengadakan mukjizat adalah pemberitaan tentang Kerajaan Allah.
Pemberitaan tentang Kerajaan Allah hanya ditujukan kepada orang miskin dan tertindas.
Karena itu, mukjizat-mukjizat Yesus justru.tertuju kepada orang yang malang sakit dan di
bawah kuasa kejahatan. Mukjizat-mukjizat itu menyatakan bahwa Kerajaan Allah yang
diwartakan Yesus dan yang membebaskan orang dari kuasa jahat, benar-benar bagi
mereka.
 Mukjizat-mukjizat Yesus mempunyai arti mesianis. Artinya, mukjizat-mukjizat Yesus
mau menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias yang dinanti-nantikan
 Mukjizat-mukjizat Yesus menyatakan solidaritas Allah dengan manusia yang miskin
dan menderita serta kerasukan roh jahat. Allah menyatakan diri setia kawan dengan orang
yang sakit dan kerasukan setan. Dengan demikian, mukjizat Yesus juga menjadi tanda
bahwa Yesus datang untuk menampakkan kebaikan hati Allah, supaya yang menderita
tidak menderita, supaya yang di bawah kuasa setan dibebaskan, dan yang sakit disembuhkan.

44
 Yesus Bergaul dengan Semua Orang: Tanda Cinta-Nya yang Universal
Yesus dekat dengan semua orang, maka Ia juga sangat terbuka terhadap semua orang. la
bergaul dengan semua orang. la tidak mengkotak-kotakkan dan membuat kelas-kelas di antara
manusia. Yesus tidak pernah hanya dekat sekelompok orang dan menyingkirkan kelompok yang
lainnya. Yesus akrab dengan semua orang, para rohaniwan (lih. Yoh 7:4252) dan penguasa,
bahkan penjajah (lih. Mrk 7:1-10) yang beritikad baik. Yesus pun akrab dengan para pegawai
pajak yang korup (lih. Luk 19:1-10), dengan wanita tuna susila (lih. Luk 7: 36-50) dan para
penderita penyakit berbahaya yang dikucilkan.

 Yesus Membebaskan Orang-Orang dari Beban Legalisme


Yesus sering dikecam oleh lawan-lawannya sebagai orang yang suka berpesta pora,
suka makan dan minum, tidak berpuasa, dan tidak menghiraukan banyak ketentuan hukum
Taurat lainnya.

45
BAB VI
SENGSARA, WAFAT, KEBANGKITAN,
DAN KENAIKAN YESUS KRISTUS
Situasi Menjelang Kisah Sengsara Yesus
 Konteks Perayaan Paskah
Perayaan Paskah merupakan pesta bangsa Israel untuk memperingati peristiwa
pembebasan bangsa Israel dari Mesir. Perayaan ini berlangsung selama tujuh hari, menjadi
pekan roti tak beragi. Bangsa Israel menghayati peristiwa pembebasan dari Mesir sebagai
keterlibatan Allah dalam hidup mereka. Pada perayaan Paskah itu, seluruh rakyat terlibat
dengan cara berziarah ke Yerusalem. Maka, Yerusalem dipadati oleh rakyat yang akan
merayakan Paskah.
 Pemberontakan terhadap Pemerintah Roma
Biasanya, dalam setiap perayaan paskah, tentara Roma juga selalu siap siaga untuk
menghadapi kemungkinan yang tidak dinginkan, misalnya kekacauan. Pada masa Yesus, situasi
Palestina tidaklah tenteram. Selalu ada usaha-usaha untuk melawan pemerintah Romawi
 Munculnya Mesias-Mesias Palsu
Pada masa kehidupan Yesus telah muncul beberapa orang yang diyakini oleh orang-
orang Yahudi sebagai Mesias. Mereka dipandang sebagai Mesias seperti diramalkan oleh nabi
Yesaya. Nabi Yesaya berbuat bahwa Allah akan mengangkat seorang keturunan Daud untuk
naik takhta kerajaan.
Munculnya mesias-mesias itu selalu diwaspadai oleh pemerintah Roma. Sebab,
biasanya setelah seorang mesias mulai muncul, maka akan disusul adanya pemberontakan.
Mesias-mesias yang ada menjadi biang kerusuhan.
Pejabat yang Berperan dalam Kisah Sengsara Yesus
Para Petinggi Agama
Warta dan tindakan Yesus memang baru, merombak agama Yahudi. Hal ini jelas tidak
disukai oleh para pemuka agama. Para pemuka agama itu beranggapan bahwa hanya agama
yang menjamin kelangsungan bangsa. Barangsiapa merongrong agama dianggap
membahayakan bangsa. Perubahan agama dianggap dapat menimbulkan murka Allah. Jika
Allah murka, maka habislah riwayat bangsa Yahudi.

Para Petinggi Pemerintahan


Pada masa Yesus, situasi Palestina tidak aman/tenteram, karena selalu ada usaha-usaha
untuk melawan pemerintahan Romawi. Pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah dan pemyataan
diri-Nya sebagai Mesias dapat menumbuhkan harapan bangsa Israel akan datangnya Mesias.
Harapan ini akan mendorong mereka untuk memberontak. Dengan demikian, tindakan Yesus
dianggap dapat menumbuhkan pemberontakan politis seperti yang telah dilakukan oleh orang-
orang Zeot. Hal itulah yang telah dijadikan alasan para pemuka agama Yahudi untuk meng-
hukum Yesus dan menghadapkan-Nya pada Pilatus.
Seluruh majelis agama menolak Yesus. Dengan suara bulat, mereka memutuskan untuk
memberikan hukuman mati terhadap Yesus. Imam Agung, pemimpin yang dipilih Allah untuk
menggembalakan umat-Nya, membuang Yesus.

Tuduhan para pejabat kepada Yesus:


 Yesus bergaul dengan sampah masyarakat:
Ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat bahwa ia makan dengan pemungut bea cukai
dan orang berdosa. Yesus dianggap melanggar hukum Taurat: Yesus menyatakan semua
makanan halal; la menyentuh orang kusta; la tidak berpuasa.
 Yesus dianggap melanggar adat saleh:
Yesus berbicara dengan perempuan kafir; la membela wanita pezinah; la makan dengan
tangan najis.

46
 Yesus dianggap melanggar Sabat:
Yesus berkata: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat"
(Mrk 2: 27).
 Yesus dianggap mencampuri urusan para pemuka agama: Imam Agung bertanggung jawab
atas Bait Allah. Tetapi, Yesus mengusir para pedagang di Bait Allah, padahal Dia dianggap
tidak mempunyai hak apa-apa terhadap urusan Bait Allah. Yesus dianggap berani
mengatakan bahwa la mengerti apa yang dikehendaki Allah, bahwa ia mengenal Allah lebih
daripada para nabi dahulu, lebih daripada Musa.
Di mata para petinggi agama, Yesus dianggap provokator.

Kisah Sengsara Yesus


Kisah sengsara dan wafat Yesus yang disampaikan oleh Lukas dalam lnjilnya sangat
khas. Kesengsaraan Yesus disampaikan Lukas berpangkal dari hasil pengalaman kehidupannya
sebagai murid Yesus. Lukas adalah salah seorang murid Yesus yang menyampaikan hasil
perenungan perjalanan "terakhir” hidup Yesus.

Kronologi Kisah Sengsara Yesus


 Penangkapan Yesus di Taman Getsemani
Yesus mengetahui bahwa Ia akan mengalami kesengsaraan sebagai konsekuensi dari
pewartaan-Nya yang dianggap mengganggu gugat kemapanan banyak pihak. Di taman
Getsemani, Yesus secara khusus mempersiapkan penderitaan yang akan ditanggung-Nya. la
berdoa kepada Bapa-Nya. Sebagai manusia biasa, Yesus merasakan ketakutan yang luar biasa
sehingga la berseru, "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi
bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi" (Luk 22:42).
 Yesus Diadili oleh Pengadilan Agama
Dari taman Getsemani, Yesus dibawa ke rumah imam besar. Yang menjabat imam besar
pada waktu itu adalah Kayafas. Kayafas bersama mertuanya, Hanas, melakukan pemeriksaan
terhadap Yesus. Di tempat Imam besar, Yesus diolok-olok dan dipukuli oleh orang-orang yang
menahan-Nya. Imam besar banyak bertanya kepada Yesus tentang murid-murid-Nya dan
ajaran-Nya. Yesus memberikan tanggapan-Nya. "Aku berbicara terus terang kepada dunia: Aku
selalu mengajar di rumah-rumah ibadat dan di Bait Allah, tempat semua orang Yahudi
berkumpul; Aku tidak pernah bicara sembunyi-sembunyi" (Yoh 18:20). Tanggapan Yesus ini
tentu saja sangat menjengkelkan mereka yang mengikuti pemeriksaan itu. Mereka sebenarnya
mau menjebak Yesus untuk menemukan kesalahan yang dapat menjadi alasan menghukum Dia.
Mereka mau menjebak Yesus dengan soal Bait Allah.
 Yesus Diadili oleh Pengadilan Negeri
Wakil pemerintah Roma yang berkuasa pada waktu itu adalah Pontius Pilatus. Di
Palestina, Pontisu Pilatus tinggal di Yerusalem dalam sebuah istana yang dahulu merupakan
tempat kediaman resmi raja-raja Yahudi sewaktu Yehuda masih berdiri. Di depan gedung ini
terdapat serambi yang luas. Di bawah langit terbuka, di sebuah pelantaran, Yesus diadili karena
orang-orang Yahudi tidak mau masuk ke dalam gedung yang mereka anggap sudah dicemarkan
itu. Tuntutan mereka harus dituruti Pontius Pilatus, Yesus harus dihukum mati. Pilatus
menanyakan apa yang menjadi kesalahan Yesus, tetapi tidak ditemukannya. Lalu Pilatus me-
nyatakan kepada imam-imam kepala, para pemimpin, dan rakyat bahwa ia tidak menemukan
kesalahan apa pun pada diri Yesus (lih. Luk 23: 14-16).
 Wafat Yesus
Santo Lukas mencatat dalam Injilnya bahwa ketika mereka sampai di tempat bernama
Tengkorak mereka menyalibkan Yesus di situ bersama dengan dua orang penjahat, yang
seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya. Yesus berkata: "Ya Bapa,
ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" Pemimpin pemimpin
mengejek Dia, katanya: "Orang lain la selamatkan, biarlah sekarang la menyelamatkan diri-Nya
sendiri, jika la adalah Mesias, orang yang dipilih Allah" (lih. Luk 23:34-35).

47
Makna Sengsara dan Kematian Yesus
 Kematian Yesus adalah Konsekuensi dari Pewartaan-Nya tentang Kerajaan Allah
Kematian Yesus tidak dapat dilepaskan dari seluruh perjalanan karya dan hidup-Nya.
Yesus sudah mengetahui risiko penderitaan dan kesengsaraan yang akan ditanggung-Nya.
Bahkan, Yesus sudah memberitahukan kepada para murid-Nya bagaimana la menderita, wafat,
dan disalibkan. Tugas perutusan Yesus untuk mewartakan Kerajaan Allah yang dilaksanakan
melalui sabda dan tindakan-tindakan-Nya akan membawa diri-Nya pada penderitaan.
 Wafat Yesus sebagai Tanda Ketaatan dan Kesetiaan-Nya pada Bapa
Yesus menerima semua yang terjadi atas diri-Nya dengan rela, karena itulah yang
dikehendaki oleh Allah dalam rencana penyelamatan-Nya.Yesus memandang kematian-Nya
bukan sebagai nasib, melainkan sebagai kurban yang mengukuhkan Perjanjian Baru antara
Allah dan umat manusia seluruhnya. Para murid Yesus diberi teladan untuk mempertaruhkan
nyawa sebagai wujud kesetiaan terhadap Kerajaan Allah. Tugas untuk mewartakan Kerajaan
Allah menuntut kesetiaan dengan taruhan nyawa. Oleh karena itu, peristiwa salib yang
membawa kematian Yesus bukanlah kegagalan. Peristiwa salib justru merupakan tahap yang
menentukan dalam karya penyelamatan Allah. Wafat Yesus menjadi peristiwa penyelamatan
yang membaharui hidup manusia, karena setelah wafat-Nya, Allah tidak meninggaikan Dia.
Yesus dibangkitkan dari kematian. Wafat Yesus memperlihatkan cinta kasih Allah kepada
manusia.
 Wafat Yesus adalah tanda solidaritas-Nya dengan Manusia.
Kodrat Yesus sebagai Allah sebenarnya tidak perlu bersama-sama dengan manusia yang adalah
ciptaan-Nya. Namun karena cinta kasih-Nya, Allah begitu solider sehingga tinggal bersama
manusia yang berdosa untuk mengangkat manusia keluar dari situasi dosa.
 Wafat Yesus menyelamatkan manusia
Dosa membawa manusia kepada kematian yang abadi. Dengan wafat Yesus, semua orang yang
percaya kepada-Nya mendapat penebusan dosa sehingga dimungkinkan untuk masuk dalam
kehidupan kekal.

Kebangkitan dan Penampakan Yesus


Pembahasan tentang kebangkitan Kristus sangat penting, sebab kebangkitan adalah
dasar dari seluruh iman Kristiani. Unsur pertama yang kita hadapi dalam rangka kejadian Paska
ialah makam kosong. Makam kosong tidak dengan sendirinya menjadi bukti tentang
kebangkitan. Makam kosong baru memiliki arti bagi orang yang sudah percaya. Bagi orang
yang percaya, makam kosong merupakan tanda yang membutuhkan keterangan lebih lanjut
supaya bermakna. Makam kosong adalah pertanda kebangkitan Kristus sebagai misteri
penyelamatan.
Tanda lain dari kebangkitan Kristus adalah penampakan. Orang-orang yang bertemu
dengan Yesus yang telah bangkit adalah Maria dari Magdala dan wanita-wanita saleh yang
datang ke makam untuk meminyaki jenazah Yesus (lih. Mrk 16:1).Yesus jugamenampakkan
diri kepada para rasul, lebih dahulu kepada Petrus, kemudian kepada kedua belas muridNya.
Apabila Yesus selama 40 hari masih menampakkan diri, maka hal ini tidak berarti
bahwa la selama beberapa pekan masih meneruskan hidupNya yang lama. Tidaklah demikian,
sebab "hidup yang lama" itu sudah berakhir dan diubah menjadi "hidup yang serba baru". Arti
penampakan selama 40 hari itu ialah:
 Pertama: Selama waktu itu (angka 40 adalah angka simbolis yang mengungkapkan kebulatan
dan kepenuhan), Yesus memperkenalkan para murid dan seluruh Gereja-Nya dengan suatu
cara kehadiran yang baru.
 Kedua: Dengan menampakkan diri kepada para murid, Yesus menunjukkan bahwa la selalu
hadir di tengah mereka.

Unsur-unsur dalam Penampakan Yesus


 Unsur Prakarsa
Inisiatif datang dari Yesus. Yesus sendiri yang memprakarsai penampakan..Yesus
"menampakkan diri" atau "memperlihatkan diri". Istilah ini menunjukkan dua hal:

48
Pertama, sesuatu yang biasanya tidak kelihatan, kini kelihatan. Setelah bangkit, Yesus tidak
termasuk lagi pada dunia yang kelihatan. Agar dapat dilihat oleh murid-murid-Nya, Yesus harus
menjadikan diri-Nya kelihatan.
Kedua, penglihatan para murid yang "melihat Tuhan" setelah kebangkitan-Nya bukanlah
penglihatan biasa.
 Unsur Pengakuan
Yesus dikenal dan diakui sebagai Kristus dan Tuhan. Dia yang menampakkan diri-Nya tidak
lain dan tidak bukan adalah Yesus dari Nazareth yang wafat di kayu salib. Dia kini hidup dalam
kemuliaan. Pengakuan ini diungkapkan, "Yesus bangkit dari antara orang mati pada hari ketiga"
(Luk 24:46).
 Unsur Kesaksian
Para rasul menerima tugas dari Tuhan untuk memaklumkan ke-Tuhanan Nya. Salah satu hal
yang mencolok dalam cerita tentang penampakan ialah para murid mula-mula tidak mengenal
Yesus. Mereka membutuh kan waktu untuk mengenal Yesus kembali. Unsur yang cukup
mencolok ini mempunyai dua arti, yakni:
Pertama, membuktikan bahwa penglihatan mengenai Yesus yang bangkit tidaklah diciptakan
oleh daya khayal para murid sendiri, tetapi mendatangi mereka dari luar.
Kedua, menunjukkan betapa Yesus diperbaharui oleh kebangkitan Nya. la tidak lagi persis sama
seperti sebelum wafat dan bangkit.

Makna Kebangkitan dan Penampakan Yesus bagi Orang Kristiani


Makna kebangkitan
 Kebangkitan Yesus mensahkan dan melegitimasi apa yang telah dilakukan atau diajarkan-
Nya. Semua kebenaran, juga yang tidak dapat dimengerti oleh pikiran manusia, mendapat
pembenarannya oleh kebangkitan Yesus
 Dalam kebangkitan Yesus, terpenuhilah janji – janji Perjanjian lama (bdk. Luk 24:26 – 27.
Ungkapan sesuai dengan Kitab Suci ( 1 Kor 15:3) menunjukkan bahwa dengan kebangkitan
Yesus terpenuhi nubuat – nubuat Perjanjian Lama
 Kebangkitan menegaskan ke Allah-an Yesus.
 Rahasia Paskah mempunyai dua sisi, yakni : dengan kematian-nya, Yesus membebaskan kita
dari dosa; yakni : Dengan kematian-Nya pula, Yesus membuka pintu masuk menuju
kehidupan baru. Hidup baru ini menempatkan kita kembali dalam rahmat Allah (bdk. RM
4:25), “Supaya seperti Yesus telah dibangkitkan dari antara orang mati, demikian juga kita
akan hidup dalam hidup yang baru” (Rm 6:4).
 Akhirnya, kebangkitan Yesus adalah dasar utama kebangkitan kita yang akan datang
“Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung …” (1 kor 15:20)

Makna Penampakan Yesus


Apabila Yesus selama 40 hari masih menampakkan diri, maka hal ini tidak berarti
bahwa la selama beberapa pekan masih meneruskan hidup Nya yang lama. Sebab, "hidup yang
lama" sudah berakhir dan diubah menjadi "hidup yang serba baru".

Arti penampakan selama 40 hari itu ialah:


 Pertama, Yesus memperkenalkan para murid dan seluruh Gereja-Nya dengan suatu cara
kehadiran yang baru. Untuk tujuan itu, penampakan selama 40 hari merupakan masa
peralihan.
 Kedua, dengan menampakkan diri kepada para murid, Yesus menunjukkan bahwa la selalu
hadir, juga kalau mereka tidak melihat-Nya. Yesus yang telah bangkit itu merupakan "alam
ciptaan baru" di tengah-tengah kita. Penampakan-Nya menunjukkan kehadiran-Nya yang
permanen.

Bentuk-Bentuk Kehadiran Yesus


Beberapa contoh bentuk-bentuk kehadiran Yesus yang permanen/tetap disajikan oleh
cerita Paska. Sejak bangkit dari alam maut, Yesus hadir di tengah-tengah kita.
49
 Melalui.sabda-Nya, misalnya dalam cerita tentang dua murid dalam perjalanan ke Emaus
(lih. Luk 24: 13-35). Waktu mereka berjalan bersama Yesus, hati mereka belum tersentuh
oleh rupa Yesus. Tetapi, hati mereka berkobar-kobar ketika la mulai berbicara dan
menerangkan Kitab Suci kepada mereka (lih. Luk 24:32). Dalam sabda, mereka berjumpa
dengan Yesus.
 Melalui tanda, Yesus membuat para murid mengenal-Nya melalui tanda "memecah-
mecahkan roti". Tanda ini oleh Gereja diwujudkan dalam Sakramen"'Ekaristi. Untuk
seterusnya, Yesus akan memberikan diriNya dalam Perayaan Ekaristi.
 Melalui Roh Kudus-Nya, Yesus hadir di tengah para murid-Nya. Sebagai tanda kehadiran
"Roh", Yesus telah menghembusi mereka dan memberikan Roh kepada mereka. Untuk
seterusnya, mereka akan menjumpai Yesus melalui Roh-Nya.
 Melalui jabatan kegembalaan Petrus dan melalui kuasa apostolik untuk mengampuni dosa,
Tuhan yang telah bangkit itu tetap hadir di tengahtengah umat-Nya.

Kenaikan Yesus ke Surga


Peninggian Yesus itu menjadi lebih nyata dalam kisah kenaikan. “sesudah Tuhan Yesus
berbicara kepada mereka, terangkatlah ia ke Surga, lalu duduk di sebelah kanan Allah”. (Mrk
16:9). Kisah kenaikan itu diceritakan paling lengkap oleh lukas (Luk 24:50 – 530 dan Kis 1:9 –
11). Tujuan kedua kisah itu agak berbeda. Ditekankan bahwa dengan kenikan-Nya ke surga,
Yesus berpisah dari mereka dan menghilang dari pandangan. Peninggian Yesus, yang bearti
bahwa Ia hidup dalam kemuliaan ilahi. Juga berarto bahwa selanjutnya Ia tidak lagi terlihat oleh
para murid. Perpisahan yang diceritakan pada akhir Injil Lukas itu terjadi pada hari Paskah juga.
Pengadilan berarti bahwa manusia berhadapan dengan Allah, yang tidak dapat ditipu,
kapan dan di ana manusia berkonfrontasi seperti iu dengan Allah, tidak dikataan. Bahkan injil
Yohanes memberi kesan, seolah – olah pengadilan itu sudah terjadi di dunioa ini : “barang siapa
mendengar perkataan Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup
yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup”
(Yoh 5:24; Iih 12L:31; 16:8). Tetapi pada umumnya diterima bahwa kematian itu saat ketika
manusia sungguh berhadapan muka dengan Allah dan perbedan antara “pengadilan
perseorangan” dan “pengadilan umum” tidak boleh terlampau dipentingkan.
Lukisan pengadilan umum dalam Kitab Suci lebih dimaksudkan untuk menggambarkan
kemuliaan Kristus daripada nasib manusia. Nasib manusia ditentukan oleh sikapnya terhaap
wahyu Allah dalam diri Yesus: “Barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-ku di
tengah – tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak manusia akan malu karena
orang itu apabila ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat – malaikat yang
kudus” (Mrk 8:38)

Makna Kenaikan Yesus ke Surga


Dari segi teologi, kebangkitan Yesus dan kenaikan Yesus ke surga mau mengungkapkan
kebenaran iman yang sama, yaitu bahwa Yesus telah dipermuliakan oleh Bapa sesuda Ia
melaksanakan tuas-Nya di dunia ini. Demikian juga, dengan ungkapan “duduk di sebelah kanan
Bapa” mengenai makna dari kenaikan Yesus ke surga itu sendiri dapat dikatakan sebagai
berikut :
 Kenaikan Kristus ke surga menggambarkan langkah masuk yang definitif dari kodrat
manusiawi Yesus ke dalam kemuliaan Allah di surga, dari mana ia akan datang kembali
tetapi untuk sementara tersembunyi bagi pandangan manusia (bdk. Kol 3:3)
 Yesus Kristus, Kepala Gereja, mendahului kita masuk ke dalam kerajaan kemuliaan Bapa,
supaya kita semua sebagai anggota – anggota Tubuh-Nya dapat hidup dalam harapan,
sekaligus juga akan hidup bersama Dia untuk selama – lamanya
 Karena Yesus Kristus sudah masuk ke dalam tempat kudus di surga untuk selamanya, maka
ia tanpa henti – hentinya bertindak sebagai Pengantar yang senantiasa mencurahkan roh
Kudus ke atas kita.

50
Yesus Kristus Sebagai Sahabat, Tokoh Idola Dan Juru Selamat
Yesus adalah idola yang sejati bagi kaum remaja.
Ciri – ciri kepribadian Yesus antara lain adalah
1. Yesus dekat dengan sesama Apa yang dikatakanNya dan apa yang diperbuatNya sungguh
menyapa manusia dari lapisan yang paling bawah, sehingga Yesus dekat dengan sesama
khusunya mereka yang cacat, miskin, tertindas dan tersingkir.
2.Yesus sangat terbuka terhadap siapa saja yang datang kepadaNya Bukti keterbukaanNya
adalah ketika Yesus mau menerima siapa saja yang datang kepadaNya, tanpa membeda-
bedakan, Ia akrab dengan Imam-imam

Landasan Biblis
· Yohanes 15:11-17 :
Kita harus saling mengasihi sahabat dan saudara-saudara kita dan tidak boleh saling
menghianati agar suka cita kita menjadi penuh. (11-13)
Allah memilih kita umatnya untuk pergi dan mewartakan kerajaan Allah kepada semua orang
supaya apa yang Kita minta dapat diberikan oleh bapa. (16)
Kesimpulan :
Dalam hidup kita harus saling mengasihi dan tidak boleh menghianati sahabat. Sehingga
apa yang kita minta dapat diberikan oleh Bapa.

Yesus sungguh sahabat dan sungguh idola . Namun , Yesus sesungguhnya lebih dari itu.Salah
satu gelar yaitu Yesus Putra Allah Dan Juruselamat. Gelar yang paling pokok yang menunjukan
sikap dan perilaku Yesus adalah Yesus Itu Tuhan.

· Gelar Yesus sebagai Juruselamat


Makna dari gelar tersebut adalah sebagai berikut :
Ø Yesus datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa.
Ø Keselamatan yang dibawa Yesus erat hubungan dengan Allah.
Ø Keselamatan Kristen dihubungkan dengan hidup dan perjuangan Yesus Kristus.
Ø Keselamatan itu berkembang dalam Gereja terlaksana secara sakramental.
Ø Yesus sebagau juruselamat datang untuk menolong manusia karena manusia tidak dapat
menolong dirinya sendiri di
hadirat Allah.
Ø Bersedia mengikuti – Nya dan bersedia dibaptis sebagai tanda iman akan tawaran
keselamatan dari Yesus.
Ø Yesus sebagai Penolong untuk sampai kepada Allah.
Ø Yesus telah membebaskan kita dari dosa dan maut ; percaya bahwa kita adalah orang yang
telah diselamatkan

51
BAB VII
TRITUNGGAL
Allah Tritunggal merupakan rangkuman dari seluruh iman dan ajaran Kristiani. Inti pokok iman
akan Allah Tritunggal adalah keyakinan bahwa Allah (Bapa ) menyelamatkan manusia dalam
Kristus ( Putra ) oleh Roh Kudus.

Ø Arti Allah kita SATU


ALLAH adalah SATU, artinya adalah tunggal, utuh tak berbagi, tak tercerai-beraikan, sempurna
dan tidak ada sesuatu apapun yang perlu ditambahkan kepada-Nya. Dengan kata lain, Allah
adalah keutuhan, kepenuhan, dan kesempurnaan .
Makna kata SATU dalam konteks iman akan SATU ALLAH menunjukan kesempurnaan Allah,
keutuhan Allah, dan kepenuhan Allah.

Ø Arti TIGA PRIBADI dalam SATU ALLAH.


Allah adalah satu dan tiga pribadi, artinya Allah adalah Dia yang berelasi, menyapa, merangkul,
menghadirkan diri, bergaul, solider dan sebagainya. Relasi Allah adalah relasi kesatuan,
kesempurnaan, ketunggalan, dan keutuhan dalam keilahian-Nya.

Catatan singkat tentang Allah Tritunggal:


 Allah memiliki 1 kodrat yaitu kodrat-Nya sebagai Allah.
 Allah memiliki 3 Pribadi yaitu Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus.
 Yesus memiliki 1 Pribadi yaitu Pribadinya sebagai Yesus
 Yesus memiliki 2 kodrat yaitu kodrat-Nya sebagai manusia dan kodrat-Nya sebagai
Allah.

Ø Doa-Doa dan Ibadat yang Mengungkapkan Iman kepada Tritunggal yaitu :


a) Tanda Salib : “Demi Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.”
Arti tanda salib :
 Sebagai peringatan akan Yesus yang mati sebagai juru selamat manusia.
 Sebagai tanda karya penyelamatan dan penebusan yang mendamaikan alam semesta,
memberi hidup dan mengalahkan yang jahat.
 Menandai diri dengan salib sambil menyerukan nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus
berarti kita menempatkan diri kita seluruhnya di bawah naungan salib Yesus.

b) Doa “Kemuliaan( Gloria)”


 Jika kita mendoakan/menyanyikan “kemuliaan (gloria)” kita ingat akan semua yang
dilakukan Allah bagi kita.
 Jika kita mendoakan/menyanyikan “kemuliaan (gloria)” kita memuji Putra Allah yang
setara dengan Bapa, yang menghapus dosa dunia dan yang menebus kita.
 Dalam doa: “kemuliaan kepada Bapa, Putra dan Roh Kudus,....”kita memuliakan Allah
Tritunggal dan Kristus Penebus Kita yang mewahyukan Bapa bersama dengan Roh
Kudus.

c) Syahadat (Credo)
 Syahadat sesungguhnya merupakan pengakuan Iman akan Allah Tritunggal.
 Syahadat merupakan ringkasan seluruh sejarah suci mulai dari penciptaan, penjelmaan,
kebangkitan, kedatangan Roh Kudus, misteri Gereja, sakramen-sakramen, sampai
dengan kehidupan kekal.

d) Doxologi

52
 Doxologi artinya doa pujian. Allah Tritunggal Mahakudus yang menjadi isi/inti doa
tersebut.
 Pada akhir doa Syukur Agung didoakan doxologi.

e) Pembaptisan
Pembaptisan orang Kristiani memakai rumusan Trinitas (dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus).

ROH KUDUS
Tanda atau lambang Roh Kudus yaitu :
o Air
Air adalah lambang tindakan Roh Kudus yang berfungsi untuk membersihkan.
o Urapan
Urapan dengan minyak suci inisisiasi Kristen melambangkan Roh Kudus.
o Api
Api melambangkan daya transformasi Roh Kudus.
o Awan dan Sinar
Awan dan sinar melambangkan kehadiran penampakan Roh Kudus.
o Meterai
Meterai adalah lambang yang erat kaitannya dengan pengurapan.
o Tangan
Yesus menyembuhkan orang sakit dan memberkati anak-anak kecil dengan meletakan tangan ke
atas mereka.
o Jari
“Dengan jari Allah “, Yesus mengusir setan. Sementara perintah Allah dilukis dengan “jari
Allah” di atas loh-loh batu.
o Merpati
Pada akhir air bah, merpati yang diterbangkan oleh Nuh dari bahtera kembali dengan sehelai
daun Zaitun di paruhnya sebagai tanda bahwa bumi sudah dapat didiami lagi.

Karya Roh Kudus :


a) Pada peristiwa Pentakosta , Roh Kudus membawa bahasa saling pengertian.
Suasana saling pengertian menciptakan keterbukaan untuk saling menerima, untuk bersatu, dan
bersekutu.
b) Pada peristiwa Pentakosta , Roh Kudus membawa persatuan dan persekutuan.
Hari Pentakosta sering disebut hari lahirnya Jemaat Baru, yaitu Gereja. Roh Kuduslah yang
melahirkan Gereja.
c) Roh Kudus memberanikan
Para rasul sebelumnya takut dan bersembunyi, pada hari Pentakosta mereka berani keluar dan
berkhotbah memberi kesaksian tentang Yesus Kristus
d) Roh Kudus membawa pembaharuan
Pada hari Pentakosta, lahirlah Perjanjian Baru dan firman hukum yang berlaku adalah firman
dan hukum kasih. Roh Kudus memperbaharui muka bumi ini sepanjang masa.

Karunia Roh Kudus


Ketujuh karunia Roh Kudus adalah sebagai berikut :
o Roh Kebijaksanaan
Membatu kita untuk mengenal perkara-perkara Allah dan menilai segala sesuatu menurut kaca
mata Allah. Karena itu, kita lebih mementingkan hal surgawi daripada hal duniawi.

o Roh Pengertian
Memampukan akal budi kita untuk mengenal keagungan Tuhan, memahami kebenaran Ilahi,
dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.

o Roh Nasihat
53
Membantu kita untuk menilai dan mengambil keputusan secara tepat dan memilih jalan yang
paling aman dan berkenaan pada Allah.

o Roh Keperkasaan
Menguatkan kehendak kita agar tekun dalam iman, berani menanggung resiko sebagai orang
Kristen, dan memikul salib kita.

o Roh Pengenalan akan Allah


Membantu kita untuk mengenal Tuhan dan diri sendiri dan membantu kita untuk mengenal
ciptaan Tuhan.

o Roh Takut akan Tuhan.


Mengajar kita untuk menghormati Allah dengan penuh cinta dan membantu kita untuk
menghindari perbuatan dosa.

o Roh Kesalehan
Menyembuhkan hati kita yang keras agar semakin terbuka untuk mencintai Allah dan sesama.

Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging karena kedua hal tersebut
bertentangan. Apabila hidup kita dipimpin oleh Roh maka kita hidup di bawah kehendak Tuhan.
Roh merupakan tindakan yang baik, sedangkan daging merupakan tindakan yang tidak baik.
(bdk. Gal. 5:16-26).

SEJARAH KONGREGASI MURID-MURID TUHAN DI


INDONESIA
5.1 Pengantar
Tidak lama setelah CDD berdiri, meletuslah Perang Dunia II. Pada saat yang
bersamaan, kaum komunis mengadakan aksi di seluruh daratan Cina dan menolak
segala unsur yang berbau Eropa, lebih-lebih Gereja Kristus. Akibatnya, perkembangan
kongregasi yang masih muda ini pun terhambat. Para anggota CDD tidak dapat bertahan
di sana.
Banyak anggota CDD yang terusir dari negeri asalnya dan merantau ke negara-
negara lain untuk mewartakan Injil. Sementara sebagian yang masih berada di China
dengan tiada gentar tetap melanjutkan karya pewartaan ini, meskipun dengan cara
sembunyi-sembunyi.
Rumah Induk CDD yang berada di Shuanhua dirampas dan dijadikan gudang
amunisi oleh pihak komunis. Karena itu, sebagai gantinya didirikanlah rumah induk
yang lain di Taiwan yang tidak dikuasai komunis. Pada tahun 1949 pusat kongregasi
resmi dipindahkan ke Taipe-Taiwan dan sebagian dari anggota CDD menyebar ke
beberapa negara tetangga, seperti Italia, Mexico, Philipina, Malaysia dan Indonesia.
Berdasarkan hasil kapitel CDD tahun 1980 maka terbentuklah tiga provinsi CDD, yaitu
provinsi Zhonghua, Malaysia, dan Indonesia.
Anggota CDD masuk ke Indonesia melalui dua gelombang, yaitu melalui Pastor
Joseph Wang, CDD di Medan pada 1949, kemudian ke Malang (1950) dan Pastor
Andreas Ly, CDD disertai beberapa imam CDD lainnya melalui Pontianak (1949).
Di dalam seluruh gerak dan langkahnya, CDD senantiasa bersatu dengan Gereja.
Meskipun didirikan di China dan mewartakan misi dengan gaya dan tradisi China, CDD

54
tetap merupakan bagian dari Gereja. Maka apa yang menjadi tujuan Gereja universal
merupakan juga tujuan CDD. Sehingga ketaatan kepada hierarki Gereja merupakan hal
yang tidak dapat ditawar-tawar. Sebab Gereja sendiri adalah Tubuh Kristus di mana
Kristus adalah Kepalanya. Untuk itulah ketaatan kepada Paus menjadi wujud nyata
kesatuan kepada Gereja.
Dan model sejati dari seluruh cara hidup para anggota CDD adalah Yesus Kristus, Sang
Guru Agung.

5.2 Dari China ke Indonesia


Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa masuknya paham komunis ke
Tiongkok menyebabkan para anggota CDD tersebar ke mana-mana, tak terkecuali
Indonesia. Akhir 1949, Pater Josep Wang,CDD tiba di kota Medan tetapi atas
permintaan alm. Mgr. AEJ. Albers, O.Carm (Uskup Malang), pada akhir 1950, beliau
datang ke Malang dan mendapat tugas untuk membuka sekolah. Tampaknya usaha ini
berhasil dengan baik bahkan sangat baik. Saat ini di kota Malang, sekolah-sekolah di
bawah Yayasan Kolese Santo Yusup memiliki reputasi sampai tingkat nasional bahkan
internasional.
Sementara itu, di tempat lain di Pontianak, Kalimantan Barat, 6 imam CDD
yang terdiri dari Pastor Andreas Ly,CDD (Superior), Pastor Johanes Tsou Kui, CDD,
Pastor Dominigus Tju,CDD, Pastor Matthew Pian CDD, Pastor Johanes Baptista Ma
CDD dan Pastor Antonius Chang,CDD tiba di kota Pontianak melalui pelabuhan
Sintete. Mereka tiba di kota Pontianak pada 28 Maret 1949. Pater Andreas Lie, CDD
bersama rekan-rekan imamnya membuka pula lahan pewartaan. Kehadiran para imam
CDD juga menyentuh dunia pendidikan di Kalimantan Barat dan sampai saat ini dikenal
lewat karya pendidikan mereka di Yayasan Pendidikan Kalimantan. Eksistensi para
CDD diakui melalui pendidikan Santu Petrus yang berada di bawah naungan Yayasan
Pendidikan Kalimantan yang juga merambah sampai ke tingkat nasional.
Keberhasilan ini tidak serta merta menggembirakan para constantinian, sebab
mereka berpikir tentang masa depan CDD. Pertanyaan mendasar yang mendesak sekali
adalah siapa yang akan meneruskan karya-karya CDD di masa depan? CDD
membutuhkan tenaga-tenaga muda dan tentu saja yang mengerti dan memahami situasi
setempat. Tanah Indonesia yang telah mulai ditaburi benih dan mulai mekar
membutuhkan perawatan yang maksimal. CDD internasional terus berbenah diri dan
sesuai dengan kapitel tahun 1980, diputuskanlah untuk membagi CDD menjadi tiga
provinsi yaitu provinsi Taiwan, Malaysia, dan Indonesia.
Dan pada 1982, CDD Provinsi Indonesia menjadi provinsi tersendiri. Setelah itu,
CDD melebarkan sayapnya ke Jakarta, Pada 1985, Pastor Augustinus Phan, Pr. yang
melayani umat berbahasa Mandarin di Paroki Mangga Besar dan Toasebio meninggal.
Keuskupan merasa perlu memperhatikan cura animarum (pemeliharaan jiwa-jiwa)
bagi umat yang membutuhkan pelayanan dengan bahasa Mandarin ini. Untuk itu,
Keuskupan meminta kepada CDD melayani umat ini. Pada 31 Desember 1985 dibuat
kesepakatan antara Keuskupan Agung Jakarta dengan CDD yang ditandatangani oleh
Uskup Agung Jakarta Mgr. Leo Soekoto,SJ dan P. Andreas Ly,CDD sebagai provinsial.
CDD mengutus P. Djohan Lianto sebagai pastor penanggung jawab karya pastoral ini
dengan berkedudukan di Paroki Mangga Besar, sekaligus menjadi pastor pembantu.
Kemudian pada 2003 secara resmi reksa pastoral kepada umat berbahasa Mandarin
diserahkan kepada CDD.
Karena para imam CDD yang datang ke Indonesia mendapatkan tugas khusus
berkarya di kalangan masyarakat China, maka muncul kesan bahwa CDD identik
dengan pelayanan khusus ini. Pada mulanya di Pontianak dan di Malang, para anggota
55
CDD mendirikan sekolah Katolik bagi anak-anak Tionghoa dan mengajar mereka
tentang kebenaran Injil. Kehadiran CDD di Indonesia dapat dikatakan sebagai blessing
in disguise.
Kesadaran akan tanggung jawab dalam kegiatan pastoral yang bertujuan kepada
kemuliaan Tuhan dan penyelamatan umatNya, CDD berkarya melalui bidang
pendidikan dengan membuka sekolah di Pontianak (persekolahan Kun Chung/Petrus),
Malang (Kolose Santo Yusup) dengan asrama putranya, poliklinik ‘Panti Rahayu’ dan
Lembaga Pendidikan Komputer ‘Kosayu’; persekolahan Kolese Santo Yusup Cabang
Denpasar; bidang pembinaan kaum muda, dengan membuka rumah retret di Sawiran,
Pasuruan, Jawa Timur; Rumah Khalwat Tegaljaya di Kuta, Bali; juga Rumah Retret
Costantini di Ambawang, Pontianak; bidang pastoral, dengan membantu karya-karya
paroki setempat dan pelayanan kategorial Mandarin.
Selain menjadi tempat pembinaan kaum muda, Rumah retret Sawiran berfungsi
sebagai tempat pemberdayaan masyarakat dalam bentuk gerakan Koperasi Kredit (CU
Sawiran), kebun organik, dan Laboratorium Condido Agro.
Bidang kebudayaan, di Bali, CDD merintis perkampungan Seni Kubu Bingin
Ubud yang terdapat Museum Topeng dan Wayang serta Sanggar Seni dan Budaya
Kosayu sebagai tempat dan sarana komunikasi para karyawan Kolose Santo Yusup,
Cabang Denpasar dalam mengekspresikan karya seni.
Dengan semboyan nil contra ecclesiam nil sine ecclesia omnia pro ecclesia,
para biarawan Kongregasi Murid-murid Tuhan tetap bersemangat berkarya di Indonesia.
Dengan jumlah anggota yang tidak banyak, CDD Indonesia menangani karya-karyanya
yang tersebar di keuskupan Jakarta, Pontianak, Malang, Bali, dan Medan

5.3 Berdirinya Biara CDD Indonesia


Sadar akan kebutuhan dan potensi Gereja Indonesia, maka pada 28 Agustus
1963, Pastor Andreas Ly, CDD, sebagai pemimpin CDD pada saat itu mengajukan
permohonan ke Vatikan (Propaganda Fidei) untuk mendirikan Biara CDD di Indonesia,
agar bangsa Indonesia dapat juga digembalakan dan diselamatkan oleh Putra Indonesia
sendiri.
Permohonan telah disetujui, rumah pendidikan telah berdiri namun kurangnya
tenaga imam CDD menjadi kesulitan tersendiri bagi paracalon anggota CDD. Maka
sejak awal berdirinya, formasi pembinaan untuk para calon anggota CDD, sebagian
besar di laksanakan di Taiwan. Hal ini juga disebabkan oleh kenyataan bahwa sebagian
besar calon CDD berasal dari etnis Tionghoa. Pada umumnya kesulitan diakibatkan oleh
faktor komunikasi antardua daerah karya CDD yakni Malang dan Pontianak. Maka
untuk mengantisipasi hal ini, sering kali calon-calon CDD dari bumi khatulistiwa
langsung di kirim ke Taiwan.
Dan pada 25 Juli 1965 didirikan sebuah Biara Novisiat CDD di Kota Batu, Jalan
Panglima Sudirman 92. Biara tersebut di beri nama’ Biara Fatima’ (Bunda Maria dari
Fatima). Dan mulai saat itu dimulai formasi para calon anggota CDD. Jadi, pada
awalnya formasi pembinaan untuk para calon anggota CDD, sebagian besar
dilaksanakan di Taiwan.

5.4 Sejarah CDD di Keuskupan Agung Pontianak


Pada 1905, Pastor kapusin Provinsial Belanda menerima tanggung jawab atas
Prefektur Apostolik Borneo. Sarana karya Gereja yang menonjol waktu itu tidak lain
adalah sekolah. Dan sekolah Katolik di wilayah Keuskupan Agung Pontianak rupanya
telah dimulai sejak tahun 1885 yang dirintis oleh Pastor Staal, SY di Singkawang.
56
Sekolah ini kemudian dikelola oleh Bruder MTB (Maria Tak Bernoda). Tahun 1907
Pastor Kapusin membuka sekolah dan asrama putra bernama asrama St. Dionysius, juga
di Singkawang. Pada waktu itu umat Katolik Tionghua sudah mencapai 200 orang,
berasal dari Pulau Bangka.
Tahun 1909 Pontianak menjadi tempat kediaman Prefektur Apostolik Mgr.
Pasifikus Bos, Ofm. Cap dan dengan demikian menjadi pusat segala kegiatan misi di
pulau Kalimantan. Memang pada awalnya karya Gereja dimulai terutama di wilayah
pantai atau kota, melalui usaha sekolah dan medis dan tenaga missioner yang
didatangkan dari luar negeri telah dibekali ketrampilan di bidang tersebut. Kedatangan
misionaris sangat menarik dan mendapatkan perhatian serta sambutan hangat.
Ternyata pada awal abad 20 di pusat kota Kalimantan Barat umumnya didiami
penduduk dari etnis Tionghoa. Banyak golongan Tionghoa yang masuk Katolik. Mereka
umumnya adalah perantau yang telah menetap. Untuk pewartaan Injil di kalangan
masyarakat Tionghoa, pendekatan dan sarana yang tepat adalah melalui sekolah,
Melalui sekolah Kabar Gembira diwartakan, tenaga pastoral (a.l. guru agama) dididik
dan di antaranya ada yang terpanggil menjadi imam, misalnya Pastor Bong Syun Khinm
Ofm. Cap 1924.
Namun, di kalangan masyarakat Tionghoa pada waktu itu, sudah terdapat
Sekolah Tionghoa (baca : sekolah asing)
dengan visinya, di samping Sekolah
Tionghoa yang didirikan umat/paroki.
Gereja menyadari kebutuhan akan
guru dan pimpinan agama, termasuk Pastor
yang berketerampilan berbahasa Tionghoa.
Karena itu, tahun 1928, Pastor Elias, Ofm.
Cap (Pastor Tham) dan Pastor Yordanus
(Pastor Thew) ditugaskan Mgr. Pasifikus Bos, Ofm. Cap (1905-1934) mempelajari
bahasa Tionghoa di RRC. Tahun 1932 studi mereka selesai. Pastor Elias sangat terkenal
di kalangan masyarakat Tionghoa Pontianak, karena mampu berbahasa Mandarin dan
Tio Ciu. Tulisannya pernah terpampang di gedung LO, bekas bioskop “Abadi” (dahulu
bernama bioskop Tionghoa), atau sekarang kantor BII, di Jalan Tanjungpura Pontianak.
Tahun 1932, Pastor Elias membuka SD dengan 3 kelas di Jalan Cempaka 9
(Pattimura) Pontianak (sekarang SD Karya Yosef dan Santa Maria, atau di kalangan
guru sekolah asuhan CDD disebut SD kecil), dengan Ibu Lim Ci Kuang sebagai Kepala
Sekolah, dan Pastor Elias sebagai Pengawas. Tempat belajar tidak lagi mungkin
menampung jumlah siswa. Perlu tempat baru. Waktu itu ada seorang saudagar yang
pailit usahanya menjual gedung di Jalan Kapuas Besar (sekarang Jl. Sultan Muhamad)
Pontianak dengan harga amat murah kepada Vikaris Apostolik, dan gedung tersebut
dijadikan Paroki “San Muk”, sekarang bernama Paroki Gembala Baik dan SD “San
Muk”/Gembala Baik. Vikariat Apostolik dan sekolah pertukangan yang dikelola Bruder
Kapusin juga berada di sana.
Tahun 1934, Pastor Elias mengundang Pak Lim Yong Nyi, lulusan Fu Yen
University (Tiongkok) menjadi Kepala Sekolah menggantikan Ibu Lim Ci Kuang, yang
selanjutnya menjadi ketua jurusan bahasa CIna di Convent School, yang dikelola Suster
Hong Kong. Tahun 1938 Pak Lim Yong Nyi meninggal dan pejabat sementara adalah
Pak Tan Tek Hong, sampai terpilihnya Pak Yap Fen Kam sebagai Kepala Sekolah. Pada
19 Desember 1941, Jepang membom Pontianak. Sejak itu sampai dengan 1945,
kegiatan sekolah terhenti. Sekolah Gembala Baik dijadikan gudang perbekalan tentara
Jepang.

57
5.4.1 Pastor CDD Tiba di Pontianak
Tiba di Pontianak 6 Pastor CDD memenuhi permintaan Vikaris Apostolik Mgr.
Tarcisius Van Valenberg, Ofm. Cap (1934-1957) untuk membantuk karya Pastoral
khususnya di tengah masyarakat Tionghoa di Kalimantan Barat pada 28 Maret 1949.
Mereka adalah Pastor Chang, Pastor Pian, Pastor Ma, Pastor Lie, Pastor Cu dan Pastor
Chow. Mereka disambut hangat oleh Vikaris Apostolik, Pastor, Bruder dan Suster,
Umat Katolik serta anak-anak SD Gembala Baik.
Kemudian Vikaris Apostolik menugaskan mereka membantu paroki dan sekolah
katolik yang berada di Pontianak, Singkawang, Pemangkat sampai Sambas. Pastor Lie,
CDD pada waktu itu berstatus sebagai Superior, sambil membantu paroki Gembala Baik
dan mengajar agama. Pastor Chow, CDD membantu paroki di Pemangkat, Pastor Pian ,
CDD di paroki Sambas, Pastor Chang, CDD menjadi pengajar di SD “Hoi Sen” (Stella
Maris – Siantan) yang didirikan umat/paroki; Pastor Ma, CDD bertugas sebagai kepala
SD Gembala Baik, setelah Pastor Honoratus, Ofm. Cap dan Pastor Elias, Ofm. Cap
kembali ke Belanda karena sakit. Di Singkawang, Pastor CDD ikut menangai SD “Chen
Kwang” (Cahaya Kebenaran) yang juga didirikan umat.
Tahun 1959, Pastor CDD mulai dengan membangun SMP yang dinamakan PMS
(Pontianak Middle School) atau sebutan khasnya “Khun Tong” (Tio Ciu) atau Khun
Cung (Hakka) sebagai cikal bakal sekolah-sekolah asuhan Yayasan Pendidikan
Kalimantan.
Di sekolah, Pastor giat mengajar agama dan membaptis banyak kaum muda
menjadi pengikut Yesus. Sesungguhnya, pada masa itu menanamkan kesadaran beriman
bukan perkara mudah. Langkah ini masih dilanjutkan pada masa kini, di luar jam
sekolah. Artinya, sekolah CDD memberi kesempatan kepada siswanya mengikuti
pelajaran agama khusus untuk katekumen yang diberikan oleh guru sekolah CDD
sendiri, di bawah koordinasi Komisi Kerohanian.

5.4.2 Mendirikan Pontianak Middle School


Dengan menyadari segala keterbatasan yang mereka miliki, Pastor CDD
mewartakan Kabar Gembira kepada masyarakat setempat. Mengingat sekolah
merupakan sarana yang handal, maka pada tahun 1950 sebuah sekolah menengah
didirikan untuk menampung banyaknya lulusan SD. SD memang sudah cukup banyak
pada waktu itu. Sekolah yang baru didirikan itu dinamakan Pontianak Middle School
(PMS) atau Sekolah Menengah Pontianak yang akrab disapa “Khun Cung” (Hakka)
atau “Kun Tong” (Tio Ciu). Pontianak Middle School adalah setingkat SMP dengan
bahasa pengantar bahasa Mandarin. Dengan berbekal semangat ingin memajukan
masyarakat, Pastor CDD mengajak umat Katolik dan simpatisan ikut aktif berpartisipasi
memajukan dan mengembangkan sekolah baru tersebut.

5.4.3 Pembinaan
Charakter
Building ala
Ambawang
Rumah
Retret Costantini
Ambawang
(RRCA), sebuah
tempat
pembinaan milik
kongregasi
58
Murid-murid Tuhan(CDD) ini yang terletak kurang lebih 23 km dari kota Pontianak,
Desa Korek, Dusun Cabang Kiri, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Pontianak,
Kalimantan Barat, dengan fasilitas rumah retret yang meliputi; unit penginapan, aula,
ruang doa, ruang makan, camping ground, hutan sagu, kebun karet dan fasilitas outbond
yang sungguh menantang.
Menurut Pater Lodewyk Tsie, CDD, tujuan pertama pendirian RRCA adalah
sebagai tempat pembinaan bagi siswa-siswa persekolahan Santu Petrus (Kun Chung)
yang di kelola oleh kongregasi. Dan pihak yayasan merasakan kurangnya fasilitas
pembinaan untuk siswa-siswi persekolahan, yang sebelumnya mengunakan jasa rumah
retreat Immaculta yang berada di pusat kota Pontianak. Dasar pendirian Rumah
Pembinaan ini sesuai dengan semangat Bapak Pendiri CDD, Cardinal Celso
Constantini, tutur Pater Lodewyk, yaitu memberikan kesaksian Kabar Gembira terutama
kepada kaum muda dan di tempat-tempat di mana semangat dan kasih sejati kurang
terwujud, dalam konteks budaya setempat dan dalam kesatuan dengan seluruh umat
beriman, seraya memperhatikan dan berusaha menjawab tanda-tanda zaman.
RRCA juga digunakan untuk tempat pembinaan bagi persekolahan lainnya di
Kalimantan Barat, khususnya dari Kota Pontianak. Selain dari sekolah, tempat ini juga
digunakan sebagai tempat retreat atau camping untuk muda-mudi Katolik atau
kelompok umum lainnya. Di tempat ini mereka belajar mengolah pikiran dan perasaaan
yang di sebut Character Building. Pendidikan di sekolah yang menekankan
penggunaan akal budi harus juga diimbangi dengan pengolahan afeksi bagi peserta
didiknya. Dengan demikian keduanya saling melengkapi, para siswa yang datang ke sini
bisa menimba pengalaman dari sesama dan alam sekitarnya. Pembinaan tersebut seperti
permainan lintas alam menyusuri hutan sagu dan karet, menyeberangi kolam lumpur
dengan meniti sebuah kayu, berjalan meniti tali di atas ketinggian dua meter sambil
membawa air, membuat musik alam, dan kegiatan lainnya.

5.5 Sejarah CDD di Keuskupan Malang


Yayasan Kolese Santo Yusup (Kosayu) mungkin tidak banyak dikenal
masyarakat. Tetapi, jika bicara soal Sekolah Santo Yusup atau ‘Hua-Ind’, mungkin
sebagian besar masyarakat Malang mengenalnya. Konotasinya selalu dengan kompleks
sekolah di Jalan dr. Sutomo dan Jalan Simpang Borobudur di Kota Malang.
Uskup Malang saat itu, Mgr. AEJ. Albers, O.Carm almarhum pada 16 Januari
1951, mengamanatkan untuk mendirikan sekolah Katolik di Malang bagi anak-anak
Tionghoa yang pada waktu itu banyak bersekolah di sekolah-sekolah Tionghoa kepada
Pastor Joseph Wang, CDD.
Langkah pertama yang ditempuh Pastor Joseph Wang, CDD almarhum adalah
membeli sebuah gedung rusak bekas "Neutrale School", yang berdiri di atas sebidang
tanah seluas 5.000 m2 di Jalan dr. Soetomo 35 Malang. 16 Juli 1951 merupakan hari
bersejarah, karena pada hari itu sekolah secara darurat dibuka dengan nama Hua-Ind
Chung Hsueh (Sekolah
Menengah Roma Katolik
Tionghoa Indonesia). Restorasi
gedung sekolah belum selesai
dan di sana-disini masih penuh
dengan perbaikan.
Dua hari kemudian
pelajaran dimulai dengan murid
baru sebanyak 4 kelas. Secara
resmi sekolah diberkati oleh
59
Mgr. AEJ. Albers, O.Carm pada 19 Maret 1952 dan selanjutnya tanggal itu diperingati
sebagai Hari Pesta Pelindung Sekolah.
Setelah itu, Pastor Joseph Wang, CDD juga merealisasikan amanat Uskup
Malang untuk membuka Sekolah Menengah Atas dengan membuka 1 kelas SMA
bagian B yang terdiri dari 27 siswa, pada 4 Januari 1954.
1 Januari 1958 Pengurus Sekolah TK-SD Nan Chiang yang terletak di Jalan
Kota Lama 28-30 Malang, menyerahkan kepada Pastor Joseph Wang, CDD
penyelenggaraan sekolah yang terdiri dari 6 kelas SD dan 2 kelas TK. Lalu bersamaan
dengan Tahun Ajaran Baru 1963, sekolah Nan Chiang diserahkan kepada Yayasan
Karmel dari Keuskupan Malang yang kemudian pada tahun 2000 diserahkan kembali
kepada Yayasan Kolese Santo Yusup.
Pada 1 Desember 1959 nama sekolah ‘Hua Ind’ diubah menjadi Kolese Santo
Yusup (Kosayu) sampai sekarang. Kompleks SMA sekarang ini, di Jalan Simpang
Borobudur, Blimbing yang dibangun di atas tanah seluas 2 hektar mulai ditempati pada
1 September 1974 dengan 9 kelas yang sekarang telah menjadi 30 kelas.
Pada 19 Maret 1976, Walikota Malang saat itu, Bapak Sugiyono berkenan
meresmikan kompleks Blimbing dan diberkati oleh Bapak Uskup Malang, Mgr. FX.
Hadisumarta O.Carm
Mengingat bahwa sebagian siswa SMP dan SMA Katolik Kolese Santo Yusup
Malang berasal dari luar kota dan bahkan dari luar Pulau Jawa. Maka sekolah membuka
juga asrama pada 1958 khusus bagi siswa putra dan pada 1979 juga membuka bagi
siswa putri. Oleh karena keterbatasan pembina putri, pada 2002 asrama putri ditutup dan
sampai sekarang hanya asrama putra yang di kelola oleh CDD.
Sekolah-sekolah Kolese Santo Yusup, awalnya bernaung di bawah Badan
Hukum Misi Katolik Keuskupan Malang. Atas kepercayaan Uskup Malang mulai 23
Maret 1976, baik pengelolaan dan bahan hukumnya diserahkan kepada Kongregasi
Murid-murid Tuhan (CDD), dengan mendirikan Yayasan bernama Yayasan Kolese
Santo Yusup.
Kemudian, di Blimbing dibuka Poliklinik ‘Panti Rahayu’ dan Lembaga
Pendidikan Komputer ‘Kosayu’

5.5.1 Rumah Retret Sawiran


Sesuai dengan misinya untuk pendidikan
dan pembinaan kaum muda, Yayasan Kolese Santo
Yusup juga membuka Rumah Retret di Sawiran,
Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan. Kompleks ini
mulai difungsikan pada April 1989 dan bisa
menampung 150 orang. Lokasinya di perbukitan
yang berudara sejuk, jauh dari kebisingan hidup
sehari-hari. Di kawasan Rumah Retret tersebut
terdapat kebun konservasi, laboratorium Agro dan
kebun sayur, bunga dan herbal yang menjadi unit
kerja mandiri dengan nama Condido Agro.

5.5.2 Asrama Putra SMP dan SMA Kolese Santo Yusup


Salah satu keunikan dari asrama SMP dan SMA Santo Yusup yang berada di
Simpang Borobudur I, Malang adalah keanekaragaman penghuninya. Pada 2007,
penghuni asrama SMP berjumlah 48 orang dan SMA 113 orang, dipimpin oleh Pastor
Marianus Berdikari, CDD.Dari jumlah tersebut, kita dapat menemukan keheterogenan
penghuni asrama yang berasal dari berbagai pulau di Indonesia. Kalau kita berkunjung
60
ke asrama ini, maka kita akan menemukan anak-anak yang berasal dari Jawa : Kediri,
Cepu, Blitar, Muntilan, Jakarta, Madiun, Surabaya, Banyuwangi, dan lain-lain.
Kalimantan Barat : Singkawang, Pontianak, Sei Duri, Kalimantan Timur :
Samarinda, Kalimantan Selatan : Banjarmasin, Kalimantan Tengah : Sampit. Irian
Jaya, Sumatera, Sulawesi, Makasar, Flores, Bali, Atambua, Sorong, Wamena, Maluku,
Kupang, Maumere, Ambon, Menado, Palu, Bengkulu, Lampung, Batam, Fak-Fak,
Merauke, dan lain-lain. Maka tidaklah berlebihan jika kita mengatakan Asrama Putra
Kolese santo Yusup adalah asrama INDONESIA MINI.
Secara ringkas kita dapat menelusuri berdirinya asrama Santo Yusup dengan
menelusuri proses berdirinya Kolese Santo Yusup yang dirintis oleh Pater Joseph Wang,
CDD. Bersamaan dengan pembukaan Tahun Ajaran Baru pada 1 Agustus 1958
dibukalah Asrama Putra SMP dan SMA Santo Yusup dengan jumlah penghuni 36
orang. Dari tahun 1958-1960 asrama SMP/SMA dipimpin oleh Rm. Joseph Wang, CDD
dan diteruskan Romo Willy Malim Batuah, CDD menjadi Kepala Asrama sejak tahun
1960-1985.
1 September 1974 gedung SMA di Blimbing dengan kapasitas 9 kelas mulai
ditempati di atas tanah seluas 2 ha. Bersamaan dengan pembukaan Tahun Ajaran Baru
(1 Januari 1975) di Blimbing, dengan 9 kelas SMA dan 3 kelas dipakai untuk
memindahkan sebagian dari murid asrama Putra SMA dari kompleks Sutomo. Pada
Tahun Ajaran berikutnya, 1 Januari 1976, asrama putra SMA mulai menempati
gedungnya sendiri di Blimbing. Pada 15 Agustus 1976 kompleks persekolahan
Blimbing boleh dikatakan sudah selesai pembangunannya termasuk gedung asrama
putra SMA dengan kapasitas 148 orang. Pada 1978 dibukalah asrama putra SMP
dengan kapasitas 140 orang dan pada 1979 dibukalah asrama Putri SMP-SMA dengan
kapasitas 48 orang dengan kepala asrama Rm. Joseph Wang, CDD sampai
meninggalnya pada 1985 dan asrama guru/mahasiswa juga ikut berdiri pada 1 Juli
1989. Seiring dengan perjalanan waktu, asrama Santo Yusup sampai saat ini hanya
menangani asrama putra SMP dan SMA. Sejak 2002 baik asrama Putri maupun asrama
guru/mahasiswa tidak lagi menerima penghuni . Hal ini disebabkan oleh kurangnya
tenaga Pembina asrama yang mumpuni dan memadai.
Hidup bersama di asrama merupakan suatu seni yang amat menarik dan tentu
saja menuntut suatu keahlian dalam menghidupinya. Asrama Putra SMP / SMA Santo
Yusup adalah salah satu asrama yang berada di bawah asuhan imam-imam CDD dan
berada di bawah payung Yayasan Kolese Santo Yusup yang saat ini dipimpin oleh Rm.
Willy Malim Batuah, CDD.
Secara ringkas kita dapat mengatakan bahwa pengaturan jadwal hidup bersama
di asrama Santo Yusup mengedepankan sisi kognitif dan afektif secara beriringan.
Hidup di asrama pertama-tama bukanlah suatu pengalihan tanggung jawab orang tua
kepada pihak asrama. Bagaimanapun, orang tua adalah pengemban tanggung jawab
serta hak pertama dan utama atas pendidikan anak-anaknya, maka pada dasarnya
keluargalah wadah pendidikan yang paling ideal.
Oleh sebab itu, secara sederhana kita dapat mengatakan bahwa Tujuan asrama
yang dicita-citakan dan diusahakan adalah pembentukan manusia seutuhnya dengan
memperhatikan aspek Humaniora dan Kristiani, sesuai dengan tahap perkembangan
masing-masing anak.Dengan tujuan yang demikian, maka pihak asrama mengharapkan
akan dicapai hal-hal berikut (1) Proses personalisasi pembentukan kepribadian anak
(karakter building); (2) Proses sosialisasi agar anak mampu bergaul dan hidup bersama
orang lain; (3) Proses internalisasi nilai iman, moral, budaya, kesopanan dan kepedulian
sosial; (4) Proses pertumbuhan iman dan perkembangan moral. Tujuan yang

61
mengedepankan proses pertumbuhan diri dan terutama dalam komunikasi dengan
teman-teman dari berbagai suku merupakan salah satu karakter dari spiritualitas CDD.
Maka secara tidak langsung, penanganan asrama oleh anggota CDD merupakan
salah satu usaha pengejawantahan spiritualitas CDD yang menjunjung tinggi nilai-nilai
budaya setempat. Anak-anak asrama dilatih untuk menghargai dan mencintai budayanya
sendiri dan sekaligus mencintai dan menghargai budaya teman-teman asrama yang
beraneka ragam. Kehadiran anggota CDD di lingkungan asrama secara pelan memberi
warna tersendiri bagi kehidupan di asrama. Selain meneguhkan komunikasi
antarbudaya, kehadiran para anggota CDD diharapkan mampu menumbuhkan iman-
iman Kristiani yang mengakar kuat dalam diri setiap orang Kristiani di lingkungan
asrama dan sekaligus memekarkan nilai-nilai manusiawi yang berdasar pada Injil bagi
mereka yang beriman selain Kristen. Disamping itu, tentu saja kehadiran anggota CDD
diharapkan mampu menumbuhkembangkan hidup panggilan khusus di kalangan anak-
anak asrama.

5.6 Sejarah CDD di Keuskupan Bali


Berawal dari keinginan Alm Mgr. Vitalis Jebarus, SVD dan didukung oleh
Provincial SVD P. Mariatma, SVD kemudian disambut oleh Romo Willy Malim
Batuah, CDD maka terbentuklah benih Yayasan Kolese Santo Yusup Cabang Denpasar.
Benih tersebut tumbuh melalui cukup banyak pertemuan pada awal tahun 1986, yang
kemudian dituangkan dalam surat resmi tertanggal 13 Agustus 1986 dari Keuskupan
Denpasar yang ditandatangani oleh Mgr. Vitalis Jebarus, SVD selaku Uskup Denpasar
dan P. Mariatma, SVD selaku Provincial SVD dan Ketua Yayasan Swastiastu (sekarang
Yayasan Insan Mandiri) kepada Romo Willy Malim Batuah, CDD selaku Ketua
Yayasan Kolese Santo Yusup Malang dengan tembusan kepada Romo Hilarius Setiono,
CDD selaku Provincial CDD. Surat tersebut berisi permohonan kesediaan Yayasan
Kolese Santo Yusup bekerja di Keuskupan Denpasar dalam bidang pendidikan formal /
nonformal, kerasulan kategorial, karya medis dan atau sosial ekonomi rakyat.
Permohonan tertulis tersebut mendapat balasan melalui surat tertanggal 27 September
1986 dari Yayasan Kolese Santo Yusup Malang, dengan isi menerima tawaran tersebut
setelah mengadakan pembicaraan dengan Romo Provincial CDD dan Romo Superior
General CDD yang pada saat itu berkunjung ke Indonesia.
Pada Juli 1987, tahun pelajaran 1987–1988 TKK Santo Yusup Bangli dibuka
dan setelah bangunan induk selesai pada September 1987 pemberkatan TKK Santo
Yusup Bangli dilaksanakan oleh Romo Willy Malim Batuah, CDD. TKK ini awalnya
bernama TKK Swastiastu Bangli berlokasi di Jalan Brigjen Ngurah Rai No. 90 Bangli,
di atas tanah seluas 1.004 m2 dan bangunan seluas 292,6 m2 dengan sarana prasarana
yang sederhana, ruangan menggunakan garasi. Kegiatan operasional dari tahun
pelajaran 1987 – 1988 sampai dengan tahun pelajaran 1993 – 1984, tepatnya 11 April
1994 di bawah naungan Yayasan Swastiastu (sekarang Yayasan Insan Mandiri), setelah
itu seluruh kegiatan operasional dilimpahkan kepada Yayasan Kolese Santo Yusup.
Pada Juli 1988 TKK Santo Yusup Klungkung dibuka. TK ini awalnya bernama
TKK Swastiastu Klungkung, lokasinya di Jalan Dewi Sartika No. 47 Semarapura
Tengah, Klungkung, telepon (0366) 21814 diatas tanah seluas 2.400 m2 dan bangunan
seluas 351,50 m2 dibangun pada Januari 1987 dan setelah September 1987. Kegiatan
operasional pada awal tahun pelajaran 1988-1989 sampai dengan tahun pelajaran 1993-
1994 tepatnya 11 April 1984 di bawah naungan Yayasan Swastiastu (sekarang Yayasan
Insan Mandiri), setelah itu seluruh kegiatan operasional dilimpahkan kepada Yayasan
Kolese Santo Yusup hingga sekarang.

62
Rumah Khalwat Tegaljaya mulai dibangun pada awal 1988, di atas tanah seluas
6.300 m2, pembangunan dilaksanakan secara perlahan dan bertahap, dan ”dianggap”
selesai untuk tahap pertama pada April 1991, saat ditandai dengan penerimaan peserta :
retret, seminar, dan lokakarya. Peresmian Rumah Khalwat Tegaljaya baru dilaksanakan
pada 07 Juli 1993, dengan misa pemberkatan yang dipimpin oleh Mgr. Vitalis Jebarus,
SVD, Romo Superior General CDD, Provincial CDD Indonesia, Komunitas
CDD.Tujuan utama pembangunan Rumah Khalwat Tegaljaya ini adalah pembinaan di
bidang Rohani, secara khusus generasi muda.
Bermula dari pemikiran pendidikan bagi anak-anak karyawan Rumah Khalwat
Tegaljaya, dan anak-anak warga Tegaljaya maka dibangunlah Gedung untuk TKK
Tegaljaya diatas tanah seluas 2.800 m2 pada April 1995 dan selesai pada bulan Juli,
tepat saat TKK Tegaljaya memulai tahun pelajaran 1995-1996. TKK Tegaljaya dari
awal hingga kini dipimpin oleh Stefana Tri Raharsi, saat pertama dibuka jumlah peserta
didik 50 siswa. Saat ini 2008-2009 dibantu 11 orang guru dan 7 orang karyawan, TKK
Tegaljaya memiliki 268 peserta didik.
Pada 27 Oktober 1993 dibentuklah Yayasan Kolese Santo Yusup Cabang
Denpasar dihadapan notaries Piet Puriatma, SH; akte notaris no 153, dengan susunan
kepengurusan sebagai berikut: (1) Ketua : Emanuel Frans Supriyanto, (2) Sekretaris :
Drs Piet I Wayan Lamun, (3) Bendahara : I Made Lokananta. Konsekuensi dari
pembentukan Yayasan Kolese Santo Yusup Cabang Denpasar adalah membentuk
kantor Yayasan dengan mengangkat kepala kantor sebagai koordinator unit-unit
kerjanya.
Awal Pembukaan, Kepala Kantor Yayasan Kosayu Cabang Denpasar dirangkap
oleh Ketua Yayasan Kolese Santo Yusup Cabang Denpasar sampai dengan tanggal 30
Juni 2001, kemudian digantikan oleh Vinsensius Riada Mone pada tanggal 1 Juli 2001
dengan didampingi 4 staf.
Setelah mendirikan TKK Tegaljaya maka timbul pemikiran menampung lulusan
mereka di bangku SD, tetapi untuk membangun gedung SD belum memungkinkan
karena kendala dana, maka timbul langkah praktis yaitu menggunakan 1 ruang TKK
Tegaljaya. Langkah ini yang menjadi awal pendirian SD Tegaljaya, tepatnya Juli 1996.
Bersamaan dengan dimulainya operasional SD Tegaljaya, saat itu pula gedung dibangun
2 lantai dengan 14 lokal. Tahun kedua, SD Tegaljaya sudah menempati gedung sendiri.
Tahun pelajaran 2002-2003 SD Tegaljaya memiliki 28 lokal.
Pada Juli 1997 dibuka taman bermain dan penitipan anak Tegaljaya. Pendirian
Taman Bermain dan Penitipan anak bertujuan melayani karyawan. Fasilitas ini tentu
saja dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas yang juga memiliki bayi/anak kecil. Pada
awal berdirinya unit ini masih satu atap dengan TK Tegaljaya tetapi Mulai Juli 1998
Taman bermain dan Penitipan Anak menjadi Unit yang berdiri sendiri.
Balai Pengobatan Kosayu dibuka pada 1997, dengan tujuan melayani karyawan
yang sakit. Dalam perjalanan ternyata masyarakat sekitar juga turut memanfaatkan
Balai Pengobatan Kosayu. Pelayanan Pengobatan mulai jam 08.00-20.00 wita.
SMP Tegaljaya merupakan unit pendidikan termuda di antara unit lainnya di
Yayasan Kolese Santo Yusup Cabang Denpasar. Berdirinya SMP Tegaljaya didasari
pemikiran bahwa SD Tegaljaya sudah memiliki Lulusan pertama, yang akan
melanjukan ke jenjang pendidikan SMP. Bertempat lokasi yang sama dengan SD
Tegaljaya di Jalan Kubu Gunung Tegaljaya, Kuta Utara, Badung; SMP memiliki 2
ruang kelas dengan lingkungan belajar yang sangat mendukung. Dari lantai 3 (tiga)
terlihat pemandangan sawah penduduk di sekitar kompleks sekolah yang menyejukan
mata, didukung oleh suasana tenang dan nyaman jauh dari keributan dan hiruk-pikuk
lalu lintas jalan raya, sangat memperlancar proses belajar mengajar di SMP Tegaljaya.
63
5.6.1 Rumah Retret Tegaljaya
Rumah Khalwat Tegaljaya adalah salah satu wisma samadi / rumah retret yang
berada di Keuskupan Denpasar, dibangun di atas tanah seluas
6.300 m2. Tempat ini dikelola oleh Yayasan Kolese Santo
Yusup Cabang Denpasar yang menjadi bagian dari karya
pelayanan Romo-Romo Kongregasi Murid-Murid Tuhan /
CDD (Congregatio Dispulorum Domine). Dan diberkati oleh
Mgr. Vitalis Djebarus, SVD, Uskup Denpasar pada 7 Juli
1993.
Berada di tengah-tengah masyarakat Bali yang
mayoritas Hindu Bali, rumah retret ini ikut mewarnai
keberagaman dan keindahan Pulau Dewata ini. Arsitektur
bangunan dengan gaya Bali dipenuhi ornamen-ornamen yang
kaya makna artistikal dan filsafat masyarakat setempat.
Pembangunan Rumah Khalwat / Retret tetap memperhatikan khasanah budaya
lokal sebagai bentuk karya kerasulan Serikat Murid-murid Tuhan yang membumi,
dengan demikian komunitas rumah retret ikut memaknai Bali yang “AJEG”. Ke-
“AJEG”-an Bali diwujudkan komunitas rumah retret ini dengan ikut melestarikan
budaya dan alam bali termasuk menghormati adat-istiadatnya.
Semangat Tri Hita Karana mendasari penataan wisma / gedung-gedung Rumah Khalwat
Tegaljaya secara bijak.
Dalam membangun semua sarana yang menopang kehidupannya, masyarakat
Bali senantiasa didasarkan pada Falsafah Tri Hita Karana yaitu hubungan manusia
dengan Tuhan (Dewata), hubungan manusia dengan sesama, dan hubungan manusia
dengan lingkungannya. Penataan ruang Orang Bali selalu berkiblat pada hal ini.

5.6.1.1 Rumah Khalwat Tegaljaya Bagian dari Keuskupan Denpasar


Rumah Khalwat Tegaljaya mengambil peranan penting dalam ikut membantu
peningkatan kualitas keimanan umat Katolik di Keuskupan Denpasar.
Dengan posisinya yang berada tidak jauh dengan Gereja Katedral Denpasar yang
berjarak kurang lebih 16 kilometer, serta paroki-paroki sekitarnya seperti Paroki Tuka,
Paroki Babakan, Paroki Tangeb, juga paroki-paroki lain di Kota Denpasar menjadi
tempat pilihan yang ideal dalam pembinaan iman umat.
Kapela Rumah Khalwat Tegaljaya sebagai kapela semi publik setiap misa Hari
Minggu dipadati umat sekitar dengan jumlah sekitar 500 jemaat hadir yang dipimpin
oleh Romo-Romo CDD atau Romo Paroki (Tuka).
Sebagai bagian dari Paroki Tuka tentu keberadaan Kapela Rumah Khalwat
sangat membantu pelayanan umat yang tidak tertampung dalam Misa Kudus di paroki
tiap minggunya.

5.6.1.2 Sarana dan Tempat Pembinaan


Kongregasi Murid-Murid Tuhan mendirikan tempat ini bertujuan untuk
dijadikan tempat pembinaan rohani khususnya bagi kaum muda kita. Walau demikian
karena tempatnya yang strategis kerap pula tempat ini dijadikan tempat konferensi,
seminar atau pertemuan baik tingkat internasional, regional, nasional, maupun
pertemuan lokal Bali atau Nusa Tenggara Barat.
Sarana prasarana disiapkan untuk mendukung kegiatan pembinaan sesuai
dengan keperluannya. Untuk kegiatan anak-anak disiapkan lapangan bermain yang
cukup lapang dengan aneka alat bermain yang cukup aman, sehingga orang tua yang
64
mengadakan kegiatan dan terpaksa harus mengajak anak ada ruang dan tempat yang
mendukung.
Selain aula besar, aula kecil, dan ruang serba guna untuk kegiatan indoor,
lapangan yang cukup luas yang bisa dimanfaatkan kegiatan outdoor, termasuk kalau
hendak mengadakan acara malam api unggun bersama.
Sarana lain adalah wartel untuk keperluan komunikasi pengguna rumah retret,
bila ada yang membutuhkan jaringan internet disediakan pula warnet yang dapat
dipergunakan secara bertanggungjawab.

5.6.1.3 Tempat Transit Romo-Romo atau Para Suster


Para Suster dan Romo yang hendak ke wilayah Indonesia Timur atau Indonesia
Barat (Jawa, Sumatera) seringkali mampir ke tempat ini untuk transit sebelum
melanjutkan perjalanannya, demikian juga, karena Bandara Ngurah Rai merupakan
bandara internasional tidak jarang Rumah Khalwat menjadi tempat transit yang ideal
bagi pelayan-pelayan dan para pekerja kebun anggur Allah.

5.6.1.4 Fasilitas lain


Selain sarana untuk pembinaan iman disediakan juga Toko benda-benda
kerohanian yang dapat dijadikan cendera mata yang berkesan.
Dalam hal kesehatan masyarakat Poliklinik Kosayu melayani para tamu dan
masyarakat sekitar rumah retret yang membutuhkan bantuan dokter dan perawat serta
obat-obatan yang diperlukan.
Setelah menyantap makanan rohani melalui kegiatan kerohanian, kebutuhan
makanan jasmani juga menjadi perhatian. Ruang makan yang luas dan nyaman dengan
menu yang sederhana namun bergizi siap melayani kebutuhan jasmani kita. Bila tidak
berkenan dengan menu sederhana yang kami siapkan para tamu dapat menentukan
menu sendiri sewajarnya.

5.6.2 Rekreasi dan Wisata Rohani


Sebagai
wisma samadi yang
hadir di Bali sebagai
pulau tujuan wisata
pengelola wisma siap
pula melayani bila
pengguna wisma
hendak mengadakan
wisata rohani (Goa
Maria Air Sanih
Singaraja, Gereja
Palasari, Paroki dan
Seminari Tuka).
Jika selesai
kegiatan para tamu
hendak berekreasi ke
tempat-tempat wisata
di Pulau Bali dengan senang hati pengelola wisma akan membantu sepenuhnya.
Bila diperlukan kedaraan (pesawat, kapal, bis atau kedaraan lainnya), pemandu
wisata, atau sopir silakan saja menghubungi front office untuk mendapatkan pelayanan
yang diperlukan.
65
Sebagai bagian dari CDD yang sangat memperhatikan seni dan kebudayaan
sebagian karyawan Rumah Khalwat Tegaljaya bergabung dalam wadah Sanggar Seni
dan Budaya Kosayu bersama dengan seniman-seniwati di lingkungan Yayasan Kolese
Santo Yusup Cabang Denpasar. Dengan demikian para tamu bila menghendaki hiburan
(Tari, Musik dan lagu, Theater, Seni Rupa: patung, koleksi lukisan atau ingin dilukis)
dan pelayanan seni. Sanggar Seni dan Budaya Kosayu akan selalu siap untuk berbagi
kegembiraan.

5.7 Sejarah CDD di Keuskupan Agung Jakarta


Pada 1985 P. Augustinus Phan Pr. yang melayani umat berbahasa Mandarin di
Paroki Mangga Besar dan Toasebio meninggal. Keuskupan merasa perlu
memperhatikan cura animarum (pemeliharaan jiwa-jiwa) bagi umat yang membutuhkan
pelayanan dengan bahasa Mandarin ini. Untuk itu Keuskupan meminta kepada CDD
melayani umat ini. Pada 31 Desember 1985 dibuat kesepakatan antara Keuskupan
Agung Jakarta dengan CDD yang ditandatangani oleh Uskup Agung Jakarta Mgr. Leo
Soekoto SJ dan P. Andreas Ly, CDD sebagai provinsial. CDD mengutus P. Djohan
Lianto sebagai pastor penanggung jawab karya pastoral ini dengan berkedudukan di
Paroki Mangga Besar, sekaligus menjadi pastor pembantu.
Pada 1993 terjadi pemekaran beberapa paroki, di antaranya Paroki St. Philipus
Rasul Teluk Gong yang berdiri pada 2 Februari 1993. CDD diminta untuk melayani
umat di paroki yang baru berdiri ini. Untuk itu P. Djohan Lianto,CDD ditugaskan ke
Paroki Santo Philipus Rasul, sementara reksa pastoral umat Mandarin dipercayakan
kepada Rm. Joanes Buntoro Gunawan,CDD (Yandhie CDD) yang menggantikan tempat
P. Djohan Lianto,CDD. Di paroki yang baru P. Djohan bersama P. Paulus Tjie,CDD
yang baru pulang dari studi di Taiwan melayani umat, disusul oleh P. Yandhie,CDD dan
dilanjutkan oleh P. Agustinus Lie,CDD. Pada 2 Maret 1997 CDD melepaskan karya
pastoral di Paroki Santo Philipus Rasul.
Pada Oktober 1997 P. Paulus Tjie, CDD mendapat tugas dari Keuskupan Agung
Jakarta untuk melayani umat berbahasa Mandarin membantu P. Agung Wijayanto, SJ
yang menjadi penanggung jawab pastoral umat berbahasa Mandarin. Kemudian pada
2003 secara resmi reksa pastoral kepada umat berbahasa Mandarin diserahkan kepada
CDD. Karena kondisi kesehatan dan faktor usia P. Paulus Tjie yang semakin lanjut,
CDD mengutus P. Agustinus Lie meneruskan tugas ini dengan masih bertempat tinggal
di Paroki Toasebio pada tahun yang sama.
Sesuai dengan harapan dari semua pihak, baik dari KAJ maupun dari umat
Mandarin sendiri, pada Oktober 2004 diresmikan pusat pelayanan umat berbahasa
Mandarin di Jalan Dwi Warna I No. 20. Di sini pula para imam CDD yang melayani
umat kategorial ini bertempat tinggal.
Meskipun CDD sekarang ini berkarya bagi umat berbahasa Mandarin di Jakarta,
tidak berarti CDD hanya berpastoral secara eksklusif. Semua karya pastoral, apa pun
bentuknya, baik kategorial maupun teritorial merupakan bagian dari karya pastoral
Gereja. Dalam Perayaan 200 Tahun Gereja di Jakarta, CDD sebagai bagian dari Gereja
ikut bergembira karena boleh berperan serta mengambil bagian dalam pewartaan Injil di
Keuskupan Agung Jakarta.

66
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab

Bernard Kieser SJ, Paguyuban Manusia dengan Dasar Firman, Kanisius, Yogyakarta
1991.

Dokumen Konsili Vatikan II

Franz Bockle, Fundamental Moral Theology, Gill and McMillan, Dublin 1980, p. 127-
179.

ID, Moral Dasar: Kaitan Iman dan Perbuatan, Kanisius, Yogyakarta 1987, p. 165-190.

J. Kiswara SJ, Dasa Firman Allah: Makna dan Penerapannya, Kanisius, Yogyakarta
1988.

Karl H. Peschke, Chistian Ethics: Moral Theology in the Light of Vatican II, Vol. 1,
Logos Publication, Manila 1985, p. 13-28.

Katekismus Gereja Katolik, Percetakan Arnoldus, Ende 1995, art. 2052-2557. (Lihat
Edisi 1997, editio typica)

Laurentius Tarpin, OSC, L Th., Pengantar ke dalam Moral Hukum Allah, diktat

Referensi lain:
 Alkitab
 Pedoman Iman Katolik
 Pendidikan Nilai Costantinian
 Diutus sebagai Murid Yesus
 Tafsir Kitab Suci Perjanjian Lama
 Tafsir Kitab Suci Perjanjian Baru

67
68

Anda mungkin juga menyukai