Anda di halaman 1dari 10

NAMA: JOANDRY.A.

LUNMISAY
KELAS: Va
TUGAS: HUKUM PERIKATAN

1. PERIKATAN YANG BERSUMBER DARI UNDANG-UNDANG

Pasal 1352 BW
Perikatan yang lahir dari UU timbul dari :
1. UU sendiri
2. UU karena perbuatan manusia.
2.1. Menurut Hukum.
2.2. Melawan Hukum.
UU sendiri
} Tegas diatur dalam UU.
} Contoh :
1. Kewajiban alimentasi diantara keluarga.
2. Kewajiban yang timbul dalam hubungan antar tetangga.
3. Perikatan yang timbul dan ditetapkan dalam hukum waris.
UU karena perbuatan manusia
Perbuatan manusia yang diperbolehkan hukum :
1. Mengurus Kepentingan Orang Lain dengan sukarela (Zaakwarneming).
2. Pembayaran Tak Terutang (Onverschuldigde Betaling)
3. Perikatan Alam/Wajar (Natuurlijke Verbintenis)
Zaakwarneming/Perwakilan sukarela
} Diatur dalam Ps.1354-1358 KUHPerdata
} Adalah suatu perbuatan dimana seseorang dengan sukarela tanpa adanya
perintah, menyediakan diri dengan maksud mengurus kepentingan orang lain
dengan perhitungan dan resiko ada pada orang yang mengurus tadi.
Syarat mewakili urusan orang lain dengan sukarela :
} Yang diurus kepentingan orang lain.
} Wakil sukarela harus mengetahui & menghendaki dalam pengurusan
kepentingan orang lain.

} Mewakili urusan orang lain dengan sukarela.


} Adanya keadaan yang dapat dibenarkan dalam bertindak sebagai wakil
sukarela.
} Dalam mengurus tanpa sepengetahuan yang diurus kepentingannya.
} Pengurusan harus sampai selesai.
} Ada objek/kepentingan yang diurusnya.
Perbedaan Pemberian Kuasa dengan Wakil Sukarela
Pemberian Kuasa
1. Adanya janji yang timbul dari perjanjian.
2. Akan terhenti bila pemberi kuasa meninggal dunia.
3. Ada upah.
Wakil Sukarela
1. Timbul dari UU sebagai akibat dari perbuatan manusia yang menurut
hukum.
2. Bila yang diwakili kepentingannya meninggal, tetap berjalan sampai selesai
dan diserahkan pada ahli warisnya.
3. Tidak ada upah, hanya penggantian biaya yang telah dikeluarkan.
Pembayaran Tak Terutang (onverschuldigde betaling)
Ps 1359 KUH Perdata
} Adalah suatu perbuatan dimana seseorang melakukan pembayaran tanpa
adanya utang berhak menuntut kembali apa yang telah dibayarkan.
} Yang menerima tanpa hak berkewajiban mengembalikannya.
Syarat menuntut kembali pembayaran yang tidak diwajibkan
Ps 1360 KUH Perdata
} Bahwa terdapat ketentuan yang mengharuskan adanya faktor kekhilafan
didalam perbuatan itu
} Jika seseorang yg scr khilaf mengira ia berutang dan membayar suatu utang,
maka ia berhak menuntut kembali dari pihak kepada siapa debitur
menganggap dirinya berutang, mengenai apa yg dibayarkannya.
Ps.1362 KUHPerdata
Yang menerima ada itikad buruk ,telah menerima sesuatu yg tidak harus
dibayarkan diwajibkan mengembalikannya dengan bunga dan hasil-hasilnya
terhitung dari hari pembayaran.
Perikatan Wajar/Alami (Natuurlijke Verbintenis)
} Pasal 1359 ayat 2 KUH Perdat

} Terhadap perikatan-perikatan bebas yang secara sukarela telah dipenuhi tidak


dapat dilakukan penuntutan kembali
Ajaran Terhadap Perikatan Wajar
Perikatan alami dalam arti sempit.
Adanya perikatan didasarkan pada hukum positif, baik yang sejak
semula memang tidak mempunyai tuntutan hukum, maupun oleh karena
keadaan yang timbul kemudian tuntutan hukumnya menjadi hapus.
Contoh:
} Pasal 1766 KUH Perdata
Pembayaran bunga yang tidak diperjanjikan jika telah dengan sukarela
dibayarkan tidak dapat diminta kembali.
} Pasal 1788 KUHPerdata
Hutang piutang yang timbul dari perjudian
} Pasal 1967 KUH Perdata
Perikatan yang sudah daluwarsa, lewat 30 tahun kehilangan hak
tuntutannya.
Perikatan alami dalam arti luas.
} Dapat terjadi disamping adanya ketentuan yang ada dalam UU, juga
dimungkinkan dapat timbul atas dasar kesusilaan dan kepatutan yang
berlaku dalam masyarakat (moralitas)
} Contoh :
Memberikan pertolongan terhadap orang yang kecelakaan di jalan. Ia
tidak dapat menggugat imbalan jasa.
Pedoman Perikatan Alam
} Perikatan yang berdasarkan UU atau kehendak para pihak yang sejak semula
tidak mengandung hak penuntutan.
} Kewajiban yang timbul dari moral dan kepatutan yang bersifat mendesak.
Perbuatan Melawan Hukum (onrechtmatige daad)
Pasal 1365 KUHPerdata
Perbuatan melawan hukum, yg menimbulkan kerugian pada orang lain,
mewajibkan orang yg krn kesalahnnya menyebabkan kerugian itu mengganti
kerugian.
Ps 1366 KUH Perdata
Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang
disebabkan karena perbuatannya tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan
karena kelalaian atau kekurang hati-hatiannya.

Syarat-syarat /unsur-unsur perbuatan melawan hukum :


1. Perbuatan yg melawan hukum,
2. Harus ada kesalahan,
3. Harus ada kerugian yg ditimbulkan,
4. Ada hubungan kausal antara perbuatan dan kerugian.
Contoh:
Seorang pengemudi mengendarai mobilnya dgn kecepatan tinggi dn kurang
waspada thd keadaan lalu lintas yg ramai, sehingga menabrak kendaraan lain.
Sehingga ia berkewajiban mengganti semua kerugian sesuai dgn kerugiaccn yg
ditimbulkan (biaya pengobatan maupun kerugian yg lain).
-Undang-undang memberikan hak kepada korban untuk memperoleh
penggantian biaya pengobatan dan ganti kerugian yg lain.
2.

PEMBAYARAN DAN UTANG


A.
PEMBAYARAN
Menurut hukum perikatan, pembayaran adalah setiap tindakan
pemenuhan prestasi. Jadi, pembayaran dalam hal ini bukan hanya berupa
penyerahan ataupun pembayaran sejumlah uang saja, tetapi juga
penyerahan barang oleh penjual.
Pada prinsipnya, debitur lah yang melakukan pembayaran kepada
kreditur. Secara umum, pembayaran tersebut dilakukan di tempat tinggal
(rumah) kreditur atau langsung di tempat dimana pembelian menurut
perjanjian. Dengan dilakukan pembayaran tersebut maka pada saat itu
pula berakhirlah perikatan.

Pembayaran Adalah setiap pemenuhan hak dan kewajiban para pihak


dalam perjanjian secara sukarela. Berdasarkan pasal 1382 KUH Perdata
dimungkinkan menggantikan hak-hak seorang kreditur/berpiutang.

Menggantikan

hak-hak

seorang

kreditur/berpiutang

dinamakan

subrogatie. Mengenai subrogatie diatur dalam pasal 1400 sampai dengan


1403 KUH Perdata. Subrogatie dapat terjadi karena pasal 1401 KUH
Perdata dan karena Undang-undang (Pasal 1402 KUH Perdata).

PENAWARAN

Penawaran dan penerimaan dalam Hukum perjanjian di Indonesia


sangatlah penting. Hal ini dikarenakan penawaran dan penerimaan
sangat berhubungan dengan salah satu syarat sahnya perjanjian yang
terdapat di dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu syarat sepakat (the
consent of those who bind themselves). Syarat sepakat ini dalam
hukum

kontrak

dikenal

dengan

asas

konsensualisme.

Asas

konsensualisme merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian


pada umumnya tidak diadakan secara formal, tetapi cukup dengan
adanya kesepakatan kedua belah pihak.[1]

Dengan adanya kata sepakat untuk mengadakan perjanjian diantara


para pihak, maka pada saat itu juga telah terjadi persetujuan atas
pernyataan kehendak dari masing-masing pihak (overeenstemende
wilsverklaring) yaitu berupa pernyataan para pihak yang menerima
tawaran

dinamakan

ekseptasi.[2] Kesepakatan

atau

persetujuan

kehendak itu merupakan hal yang paling penting dalam pembuatan

perjanjian, sebab secara umum tidak terlalu diperlukan bentuk formal


agar perjanjian itu mengikat secara hukum, kecuali hukum
menentukan secara khusus yang juga memerlukan ketentuan lainnya
seperti pendirian sebuah perseroan terbatas yang harus dengan akta
notaris.[3]
KONSIGNASI

Konsignasi terjadi apabila seorang kreditur menolak pembayaran yang


dilakukan oleh debitur, debitur dapat melakukan penawaran pembayaran
tunai atas utangnya, dan jika kreditur masih menolak, debitur dapat
menitipkan uang atau barangnya di pengadilan.

B. NOVASI
Pembaharuan utang atau disebut juga dengan novasi adalah suatu
perjanjian yang menyebabkan hapusnya suatu perikatan lama. Akan tetapi,
pada saat itu juga menimbulkan suatu perikatan yang baru. Sebagai contoh,
seorang penjual barang membebaskan pembeli dari pembayaran harga
barang itu, akan tetapi pembeli itu disuruh menandatangani suatu perjanjian
pinjam uang yang nilai atau jumlahnya sama dengan harga barang tersebut.
Jadi, dengan dibebaskannya pembeli dari pembayaran harga barang tersebut,
berarti berakhirlah perikatan yang lama, dan dengan ditandatanganinya
perjanjian pinjam uang, berarti menimbulkan perikatan yang baru.
Pembaharuan utang atau novasi ini ada dua macam, yaitu :

a.

Novasi obyektif, di mana perikatan yang telah ada diganti dengan

perikatan lain. Misalnya, kewajiban untuk membayar sejumlah uang diganti


dengan kewajiban untuk menyerahkan seseuatu barang tertentu.
b.
Novasi subyektif, subyek perikatan yang diganti, misalnya, :
- penggantian debitur.
- penggantian kreditur.
C. PERJUMPAAN UTANG
Perjumpaan utang atau kompensasi merupakan salah satu sebab berakhirnya
suatu perikatan. Kompensasi adalah salah satu cara hapusnya perikatan,
yang disebabkan oleh keadaan, di mana dua orang masing-masing
merupakan debitur satu dengan yang lainnya. Menurut ketentuan pasal 1426
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata), yang menyatakan.
bahwa :
Perjumpaan terjadi demi hukum, bahkan dengan tidak setahunya orangorang yang berutang, dan kedua utang itu yang satu menghapuskan yang lain
dan sebaliknya, pada saat utang-utang itu bersama-sama ada, bertimbal balik
untuk suatu jumlah yang sama.
Yang menimbulkan pertanyaan adalah perkataan "demi hukum" dalam pasal
tersebut, karena menimbulkan dugaan seolah-olah perjumpaan utang atau
kompensasi tersebut terjadi secara otomatis, tanpa suatu usaha dari pihak
yang berkepentingan. Agar dua utang dapat diperjumpakan, perlulah dua
utang itu seketika dapat ditetapkan besarnya atau jumlahnya dan seketika
dapat ditagih. Kalau yang satu dapat ditagih sekarang dan yang satunya baru
bisa ditagih bulan depan, maka jelaslah bahwa dua utang tersebut tidak dapat
diperjumpakan.

D. PEMBEBASAN UTANG

Pembebasan utang adalah perbuatan hukum di mana dengan itu


kreditur melepaskan haknya untuk menagih piutangnya dari debitur.
Teranglah, bahwa apabila kreditur dengan tegas menyatakan tidak
menghendaki lagi prestasi dari debitur dan melepaskan haknya atas
pembayaran atau pemenuhan perjanjian, naka perikatan yaitu hubungan
utang piutang adalah hapus. Perikatan di sini hapus karena pembebasan.
Ada dua teori mengenai pembebasan utang, yaitu :
1. Pembebasan utang dapat terjadi dengan perbuatan hukum sepihak,
yaitu bahwa kreditur menyatakan kepada debitur bahwa ia dibebaskan
dari utangnya.
Pembenbasan utang terjadi dengan perbuatan hukum timbal balik atau
persetujuan, yaitu pernyataan kreditur bahwa ia membebaskan debitur
dari utangnya dan penerimaan pembebasan tersebut oleh debitur.
Pitlo menyatakan bahwa kreditur hanya berhak membebaskan debitur
secara sepihak, jika ini tidak merugikan debitur. Jika debitur menurut
hukum mempunyai kepentingan terhadap adanya perikatan tersebut,
maka pembebasan sepihak tidak mungkin.
Undang-undang sendiri tidak mengatur bagaimana terjadinya
pembebasan utang, jadi pembebasan utang dapat diadakan secara
lesan. Untuk terjadianya pembebasan utang adalah mutlak, bahwa

pernyataan kreditur tentang pembebasan tersebut ditujukan kepada


debitur.
Dengan pembebasan utang, perikatan menjadi hapus. Jika
pembebasan utang dilakukan oleh seorang yang tidak cakap untuk
membuat perikatan, atau karena ada paksaan, kekeliruan atau
penipuan, maka dapat dituntut pembatalan. Pasal 1440 KUH Perdata
menentukan, bahwa pembebasan utang untuk kepentingan salah
seorang kawan berutang tanggung renteng, membebaskan debiturdebitur lainnya, kecuali jika debitur dengan tegas mempertahankan
haknya terhadap debitur-debitur lainnya tersebut. Dalam hal tersebut,
ia tidak dapat menagih utangnya selain setelah dipotong dengan
bagian orang yang telah dibebaskan olehnya.

Pasal 1442 KUH Perdata menentukan :


1. Pembebasan utang yang diberikan kepada debitur utama,
membebaskan para penanggung utang.
2. Pembebasan utang yang diberikan kepada penanggung utang, tidak
membebaskan debitur utama.
Pembebasan yang diberikan kepada salah seorang penanggung utang,
tidak membebaskan penanggung lainnya.
Pembebasan utang ini sebenarnya juga dapat dianggap sebagai suatu
perjanjian baru, di mana kreditur dengan suka rela membebaskan
debiturnya dari segala kewajibannya. Pembebasan ini perlu diterima baik

dahulu oleh debitur, barulah dapat dikatakan bahwa perikatan utang


piutang telah hapus karena pembebasan, sebab ada juga kemungkinan
seorang debitur tidak suka dibebaskan dari utangnya.
Perbedaan pembebasan utang dengan pemberian :
Pembebasan utang : tidak menerbitkan suatu perikatan, justru
menghapuskan perikatan, dan dengan suatu pembebasan tidak dapat
dipindahkan suatu hak milik.
Pemberian : meletakkan suatu perikatan antara pihak penghibah dan
pihak yang menerima hibah, dan perikatan itu bertujuan memindahkan
hak milik atas suatu barang dari pihak yang satu kepada pihak yang lain.

Anda mungkin juga menyukai