Anda di halaman 1dari 273

UNIVERSITAS INDONESIA

PEMBUATAN AKTA BADAN HUKUM NON-PT DAN AP NON BADAN


HUKUM
YAYASAN

Oleh :
KELOMPOK 1

Ananda Muhammad Risqullah 2006496785


Ananda Priyanka Nabilah 2006496791
Andi Muhammad Fatih 2006496803
Annisa Azria Putri 2006496835
Sarah Sakinah 2006497491
Stela Firman 2006497554
Vioni Fadhila Aryani 2006497636
Ananta Trifani 2006549425
Syifa Aisyah 2006550433

Dosen Pengampu:
Mohammad Fajri Mekka Putra, S.H., M.Kn.

FAKULTAS HUKUM MAGISTER KENOTARIATAN


DEPOK
JUNI 2021
YAYASAN
A. Dasar Hukum Yayasan
Di Indonesia, dasar hukum yang mengatur mengenai Yayasan adalah sebagai
berikut:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan
yang telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan (selanjutnya disebut Undang-Undang
Yayasan);
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2008 Tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001
Tentang Yayasan;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun
2008 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2001 Tentang Yayasan;
4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 2 Tahun 2016
tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan
Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan
Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Yayasan;
5. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 18 Tahun 2017
tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Penggabungan dan Pemberitahuan
Berakhirnya Status Badan Hukum Yayasan;
6. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 13 Tahun 2019
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor 2 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan
Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian
Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Yayasan.
Latar belakang pembentukan Undang-Undang Yayasan dan peraturan
perundang-undangan lainnya yang mengatur mengenai yayasan tersebut di atas ialah
karena yayasan telah berkembang pesat di Indonesia, dengan berbagai kegiatan,
maksud dan tujuan, sehingga diperlukan adanya peraturan perundang-undangan yang
dapat menjamin kepastian dan ketertiban hukum agar yayasan berfungsi sesuai
dengan maksud dan tujuannya berdasarkan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas
kepada masyarakat.
Sebelum dibentuknya Undang-Undang Yasayan tersebut di atas, istilah
yayasan dimuat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut
KUH Perdata). Di dalam KUH Perdata, istilah yayasan dimuat di dalam beberapa
pasal-pasal, yaitu Pasal 365, Pasal 899, Pasal 900, dan Pasal 1680. Namun, di dalam
pasal-pasal tersebut tidak ada sama sekali aturan yang menyebutkan pengertian
dan/atau pengaturan lebih jauh mengenai yayasan ini, baik mengenai syarat maupun
tata cara pendiriannya. Keberadaan dan pendirian yayasan sebagai sebuah lembaga
amal pada saat sebelum pembentukan Undang-Undang Yayasan, hanya berdasarkan
kepada kebiasaan masyarakat dan yurisprudensi Mahkamah Agung.
B. Pengertian dan Dasar Hukum Yayasan
Istilah yayasan, dalam bahasa Belanda dikenal sebagai stitching yang berarti
membangun atau mendirikan, dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan
foundation yang berarti yayasan.1 Sebelum membahas pengertian yayasan yang
termuat di dalam Undang-Undang Yayasan, ada beberapa pengertian yayasan yang
termuat dalam berbagai sumber lainnya, yaitu sebagai berikut:
Pengertian foundation menurut Blacks Law Dictionary:2
“Permanent fund established and maintained by contrinution for charitable,
educational, religious, research or other benevolent purposes. In institution or
association given to rendering financial aid to colleges, school, hospital, and
charities and generally supported by gifts for such purposes. The founding or
building of a college or hospital.
The incorporation or endowment of a college or hospital is the foundation;
and he who endows it with land or othe property is the founder.”
Dari pengertian di atas dapat diketahui adanya dana yang berkesinambungan
dan tetap melalui sumbangan yang digunakan untuk sumbangan, Pendidikan,
keagamaan, riset dan kegunaan lainnya.
Sedangkan dalam Nieuw Burgelijk Wetboek (NBW) Buku III title 5 Pasal 285
ayat (1) yang mendefinisikan yayasan sebagai badan hukum yang lahir karena suatu

1
Chatamarassjid, Tujuan Sosial Yayasan dan Kegiatan Usaha Bertujuan Laba (Bandung: PT Citra
Aditya Bhakti, 2000), hlm. 5.
2
Hendry Combell Black, Black’s Law Dictionary, Cet. 2 (ST Paul Minestotta USA, West Publishing
Co,t.th), hlm. 45.
perbuatan hukum, yang tidak mempunyai anggota dan bertujuan untuk melaksanakan
tujuan yang tertera dalam statistic yayasan dengan dana yang dibutuhkan untuk itu.3
Di dalam Undang-Undang Yayasan, pengertian yayasan termuat dalam Pasal 1
angka 1 yang menyebutkan bahwa, “Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas
kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di
bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.”4
Berdasarkan pengertian di atas, dapat diidentifikasikan beberapa unsur penting
dari yayasan, yaitu:5
1. Yayasan adalah sebuah badan hukum;
2. Yayasan didirikan atau dibentuk dari kekayaan yang dipisahkan dari
kekayaan pendirinya;
3. Tujuan yayasan bersifat idiil yang mencakup bidang sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan;
4. Kegiatan yayasan bersifat non komersial (nirlaba); dan
5. Yayasan tidak mempunyai anggota.

C. Kedudukan Yayasan Sebagai Badan Hukum Nirlaba dan Kegiatan Usaha


Yayasan
Dari pengertian-pengertian yayasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa, yayasan didirikan bukan untuk tujuan komersil atau mencari
keuntungan akan tetapi, bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat atau
hidup orang lain. Karena yayasan merupakan badan hukum yang bertujuan untuk
sosial, keagamaan dan kemanusiaan, maka yayasan tidak boleh menjadi wadah
kegiatan usaha yang bertujuan profit. Artinya, yayasan harus bersifat sosial dan
kemanusiaan serta idealistis dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan, ketertiban umum, dan atau kesusilaan. Sebelum dibuatnya Undang-Undang
Yayasan, Kedudukan yayasan sebagai badan hukum tidak diatur salam peraturan
perundang-undangan, sehingga pada saat itu di Indonesia dapat didirikan badan
hukum yayasan dengan tidak adanya campur tangan penguasa dan bahwa kebiasaan

3
Chatama Rasjid, Tujuan Sosial Yayasan dan Kegiatan Usaha Bertujuan Laba, Cet. I. (Bandung: PT
Citra Ditya Bakti, 2001), hlm. 6.
4
Indonesia, Undang-Undang tentang Yayasan, UU No. 16 Tahun 2001, LN No. 112 Tahun 2001, TLN
No. 4132, ps. 1 angka 1.
5
Mulhadi, Hukum Perusahaan: Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia, Cet 1 (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2017), hlm. 297.
dan yurisprudensilah bersama-sama yang menetapkan aturan itu. Ditinjau dari cara
pendiriannya tersebut, maka jenis yayasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu yayasan
yang didirikan oleh penguasa atau pemerintah termasuk Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan yayasan yang didirikan oleh
orang perorangan atau swasta. Yayasan yang didirikan oleh pemerintah sebelum
keluarnya Undang-Undang Yayasa, ada yang didirikan hanya dengan Surat
Keputusan dari pejabat yang berwenang untuk itu dan ada yang didirikan dengan akta
notaris.
Setelah terbitnya Undang-Undang Yayasan, status yayasan sebagai badan
hukum menjadi terang, dimana dalam undang-undang tersebut secara langsung
disebutkan bahwa yayasan merupakan badan hukum. Hal tersebut terdapat di dalam
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Yayasan yang bunyinya telah diuraikan di atas.
Undang-Undang Yayasan dengan tegas menyebutkan bahwa yayasan memiliki tujuan
tertentu, yaitu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan.
Meskipun merupakan suatu badan hukum nirlaba, tetapi yayasan boleh atau
dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya
dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu badan usaha. 6
Kegiatan Usaha yang dimaksud dapat dilakukan sesuai ketentuan yang terurai dalam
Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Yayasan yang menyatakan bahwa yayasan dapat
melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya
dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam badan usaha. 7 Lebih
jelasnya, di dalam penjelasan Pasal 3 ayat (1) ini tercantum penegasan bahwa yayasan
tidak dibenarkan sebagai wadah usaha secara langsung, tetapi harus melalui badan
usaha yang didirikannya atau melalui badan usaha lain dimana yayasan menyertakan
kekayaannya.8
Yayasan boleh atau dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang
pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut
serta dalam suatu badan usaha.9 Kegiatan Usaha yang dimaksud dapat dilakukan
sesuai ketentuan yang terurai dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Yayasan yang
menyatakan bahwa yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang
pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut
6
Ibid., hlm. 297.
7
Indonesia, Undang-Undang tentang Yayasan,... Ps. 3 ayat (1).
8
Ibid., Penjelasan Ps. 3 ayat (1).
9
Mulhadi, Hukum Perusahaan: Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia,… hlm. 297.
serta dalam badan usaha.10 Lebih jelasnya, di dalam penjelasan Pasal 3 ayat (1) ini
tercantum penegasan bahwa yayasan tidak dibenarkan sebagai wadah usaha secara
langsung, tetapi harus melalui badan usaha yang didirikannya atau melalui badan
usaha lain dimana yayasan menyertakan kekayaannya.11

Bagi yayasan dimungkinkan untuk menjalankan badan usaha agar


mendapatkan keuntungan dengan cara:12
1. Yayasan dapat mendirikan dan/atau turut serta dalam badan usaha yang
kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan, yakni yang
bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan;
2. Yayasan dapat melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha
dengan menanamkan modalnya pada badan usaha lain baik dalam
bentuk Perseroat Terbatas, dengan ketentuan usaha tersebut tidak
bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan/atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Penyertaan modal yayasan yang
bersifat prospektif dalam suatu badan usaha jumlahnya tidak boleh
melebihi 25% dari seluruh nilai kekayaan yayasan.
Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha itu kepada pembina,
pengurus dan pengawas.13 Hal ini untuk menghindari anggota yang ada di dalam
organ yayasan untuk memanfaatkan kesempatan dalam mencari keuntungan pribadi
dari hasil keuntungan yayasan. Namun, terkait ketentuan ini Undang-Undang
Yayasan juga memberikan pengecualian, yaitu pada Pasal 5 ayat (2) yang menentukan
bahwa, pengurus yayasan dapat menerima upah, gaji atau honorarium apabila
pengurus itu adalah:14
1. Bukan pendiri yayasan dan tidak terafiliasi dengan pendiri, pembina
dan pengawas;
2. Melaksanakan kepengurusan yayasan secara langsung dan penuh.
Saat yayasan mendirikan badan usaha, akan terdapat dua lembaga di dalamnya,
yaitu lembaga yayasan dan lembaga badan usaha yang didirikan oleh yayasan
tersebut. Kedua lembaga ini jika dilihat dari segi yuridis, kedudukannya adalah
10
Indonesia, Undang-Undang tentang Yayasan,… Ps. 3 ayat (1).
11
Ibid., Penjelasan Ps. 3 ayat (1).
12
Fendi Supriono, “Implementasi Undang-Undang Yayasan dalam Mencapai Maksud dan Tujuan
Yayasan”, Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion, Edisi 1 Vol. 3 (2015), hlm. 3.

13
Indonesia, Undang-Undang tentang Yayasan,... Ps. 3 ayat (2).
14
Ibid., Ps. 5 ayat (2).
terpisah. Yayasan selaku pendiri badan usaha pasti akan selalu memperhatikan kondisi
badan usahanya, karena keuntungan yang diperoleh dari badan usaha sebagiannya
akan menjadi kekayaan yayasan yang akan dipergunakan untuk membiayai kegiatan
yayasan. Meskipun merupakan lembaga yang terpisah, Pasal 7 ayat (2) Undang-
Undang Yayasan melarang dengan tegas kepada anggota pembina, pengurus dan
pengawas yayasan untuk merengkap menjadi anggota direksi, pengurus, atau anggota
dewan komisaris dari badan usaha yang didirikan yayasan.15 Larangan ini bertujuan
untuk menghindari benturan waktu dalam menjalankan tugas antara yayasan dan
badan usaha karena adanya kecenderungan orang untuk lebih mengurusi badan usaha.
Kedudukan yayasan sebagai badan hukum yang tidak mencari keuntungan
didukung oleh ketentuan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib. Daftar
Perusahaan. Undang-undang tersebut mengatur bahwa setiap perusahaan wajib untuk
melakukan pendaftaran perusahan di Departemen Perdagangan, dan jika tidak
dilakukan pendaftaran maka akan ada akibat hukum terhadap perusahaan yang
bersangkutan. Sedangkan bagi yayasan, karena bukan merupakan badan usaha atau
perusahaan, maka apabila tidak dilakukan pendaftaran maka tidak akan berakibat
hukum apa-apa. Yayasan hanya cukup melakukan pengumuman dalam Tambahan
Berita Negara setelah anggaran dasarnya mendapat pengesahan dari Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia (HAM).
Menurut Budi Untung ciri-ciri yayasan sebagai suatu entitas hukum sebagai
berikut:16
a. Eksistensi yayasan sebagai entitas hukum di Indonesia belum berdasarkan pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Pengakuan yayasan sebagai badan hukum belum ada dasar yuridis yang tegas
berbeda halnya dengan PT, Koperasi dan badan hukum yang lain;
c. Yayasan dibentuk dengan memisahkan kekayaan pribadi pendiri untuk tujuan
nirlaba, untuk tujuan religius, sosial keagamaan, kemanusiaan dan tujuan-tujuan
idiil yang lain;
d. Yayasan didirikan dengan akta notans atau dengan surat keputusan pejabat yang
bersangkutan dengan pendirian yayasan;
e. Yayasan tidak menuhi anggota dan tidak dimiliki oleh siapapun, namun
mempunyai pengurus atau organ untuk merealisasikan tujuan yayasan;
15
Ibid., Ps. 7 ayat (2).
16
Budi Untung, Reformasi Yayasan dalam Perpekpektif Manajemen, (Yogyakarta: Andi Offset, 2002),
hal. 4.
f. Yayasan mempunyai kedudukan yang mandiri, sebagai akibat adanya kekayaan
terpisah dan kekayaan pribadi pendiri atau pengurusnya dan mempunyai tujuan
sendiri beda atau lepas dan tujuan pribadi pendiri atau pengurus;
g. Yayasan diakui sebagai badan hukum seperti haInya orang yang berarti diakui.
sebagai subjek hukum mandiri yang dapat menyandang hak dan kewajiban
mandiri, didirikan dengan akta dan didaftarkan di Kantor Kepaniteraan Pengadilan
Negeri setempat;
h. Yayasan dapat dibubarkan oleh Pengadilan apabila tujuan yayasan bertentangan
dengan hukurn dapat dilikuidasi dan dapat dinyatakan pailit.

D. Organ Yayasan
Sebagai sebuah badan hukum, yayasan mempunyai suatu badan yang
membentuk kehendaknya dengan perantara alat-alat atau organ-organ badan
tersebut.17 Segala tindakan dari yayasan diwakilkan oleh organ-organ pengurusnya,
sehingga apa yang diputuskan oleh organ tersebut adalah keputusan yayasan itu.
Pasal 2 Undang-Undang Yayasan menyebutkan:
“Yayasan mempunyai organ yang terdiri dari pembina, pengurus dan pengawas.”18
Berikut uraian mengenai organ-organ tersebut:
1. Pembina
Pada umumnya pembina adalah pendiri yayasan tersebut,
namun ada kemungkinan pembina dapat diangkat oleh rapat pembina
jika calon pembina tersebut dinilai dapat mempunyai dedikasi yang
tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan.
Pembina adalah organ yayasan yang mempunyai kewenangan
yang tidak diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh Undang-
Undang Yayasan atau anggaran dasar yayasan.19
Kewenangan yang dimaksud di atas meliputi:
a. Mengenai perubahan anggaran dasar;
b. Pengangkatan dan pemberhentian anggota pengurus dan
anggota pengawas;

17
Chaidir Ali, Badan Hukum (Bandung: Alumni, 1997), hlm. 32.
18
Indonesia, Undang-Undang tentang Yayasan,… Ps. 2.
19
Ibid., Ps. 2 ayat (1).
c. Penetapan kebijakan umum yayasan berdasarkan anggaran
dasar yayasan;
d. Penyelesaian program kerja dan rancangan anggaran tahunan
yayasan;
e. Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau
pembubaran yayasan.
Meskipun pembina mengangkat pengurus dan pengawas,
pembina tidak boleh mencampuri urusan pengurus dan pengawas. Hal
ini sesuai dengan ketentuan Pasal 29 Undang-Undang Yayasan, yang
berbunyi:
“Anggota pembina tidak boleh merangkap sebagai anggota
pengurus dan/atau anggota pengawas. Demikian juga ketentuan Pasal
31 ayat 3 juncto Pasal 40 ayat (4).”20
2. Pengurus
Pengurus adalah organ dalam yayasan yang melaksanakan
kegiatan atau pengurusan yayasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
31 ayat (1) Undang-Undang Yayasan. Guna menjalankan kegiatan
pengurus, maka organ pengurus terbagi atas:
a. Ketua;
b. Sekretaris; dan
c. Bendahara.
Karena pengurus diberikan wewenang untuk menjalankan
kegiatan yayasan, maka pengurus bertanggung jawab untuk
kepentingan dan tujuan yayasan.
Ada 2 (dua) kelompok perbuatan hukum yang dilakukan oleh
pengurus yayasan, yaitu perbuatan hukum sebelum yayasan disahkan
sebagai badan hukum, dan perbuatan hukum yang dilakukan pengurus
setelah yayasan memperoleh status badan hukum. Kedua perbuatan
hukum yang dilakukan oleh pengurus yayasan tersebut memiliki
konsekuensi atau tanggung jawab hukum yang berbeda. Bila selama
masa sebelum yayasan disahkan sebagai badan hukum terdapat
perbuatan-perbuatan hukum yang sudah terlanjur dilakukan oleh

20
Ibid., Ps. 29.
pengurus atas nama yayasan, maka perbuatan-perbuatan hukum itu
menjadi tanggung jawab pengurus secara tanggung renteng.21
3. Pengawas
Pengawas adalah organ dalam yayasan yang diberikan tugas
untuk melaksanakan pengawasan serta memberi nasehat kepada
pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan. Pengawas dalam
melaksanakan tugasnya wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung
jawab menjalankan tugas untuk kepentingan yayasan.

E. Kegiatan Usaha
Kegiatan usaha yayasan adalah untuk menunjang pencapaian maksud dan
tujuannya, yaitu suatu tujuan yang bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan.
Menurut Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001
Tentang Yayasan menyebutkan bahwa :
“(1)Yayasan dapat melahrkan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian
maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta
dalam suatu badan usaha.
(2) Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada pembina,
pengurus dan Pengawas.”22

Berdasarkan Pasal di atas dapat disimpulkan bahwa ditegaskan Yayasan tidak


digunakan sebagai wadah usaha dan Yayasan tidak dapat melakukan kegiatan usaha
secara langsung tetapi harus melalui badan usaha yang didirikannya atau melalui
badan usaha lain dimana Yayasan menyertakan kekayaannya.

Adapun kegiatan yayasan dalam berbagai bidang yaitu sebagai berikut :


a. Sosial, terdiri atas :
(1) Pendidikan Formal dan Non Formal;
(2) Panti Asuhan, Panti Jompo, Panti Weda;
(3) Rumah Sakit, Poliklinik dan Laboratorium;
(4) Pembianaan Olahraga;

21
Ibid., Ps. 13A.
22
Ibid., ps. 3.
(5) Penelitian Dibidang Ilmu Pengetahuan;
(6) Studi Banding, dll.
b. Keagamaan
(1) Mendirikan Sarana Ibadah;
(2) Mendirikan Pondok Pesantren;
(3) Menerima dan Menyalurkan Zakat, Infaq, dan Sadaqah;
(4) Meningkatkan Pemahaman Keagamaan;
(5) Melaksanakan Syiar Agama, dll.
c. Kemanusiaan
(1) Memberikan Bantuan Kepada Korban Bencana Alam;
(2) Memberikan Bantuan Kepada Pengungsi Akibat Perang;
(3) Memberikan Bantuan Kepada Tuna Wisma, Fakir Miskin dan Gelandangan;
(4) Mendirikan dan Menyelenggarakan Rumah Singgah dan Rumah Duka;
(5) Memberikan Perlindungan Konsumen;
(6) Melestarikan Lingkungan hidup, dll.

F. Kekayaan Yayasan
Menurut Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2001 Tentang Yayasan menyebutkan bahwa, “Yayasan didirikan oleh satu
orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya sebagai
kekayaan awal.”23 Berdasarkan ketentuan ini maka disimpulkan bahwa kekayaan
yayasan merupakan kekayaan yang dipisahkan dari kekayaan pribadi atau para
pendirinya.
Kekayaan tersebut di atas dapat berupa benda dan/atau uang. Yang dimaksud
dengan benda adalah benda berwujud dan benda tidak berwujud yang dapat dinilai
dengan uang. Uang dan/atau benda yang menjadi kekayaan awal Yayasan tersebut
tidak lagi mempunyai kaitan dengan pendiri, karena dalam undang-undang telah
ditentukan harus dipisahkan dari kekayaan pribadi atau para pendiri, selanjutnya harta
kekayaan atau asset tersebut sepenuhnya beralih atau menjadi milik Yayasan.

 Pemisahan Harta Kekayaan Yayasan


1) Jika Yayasan didirikan oleh Subyek Hukum Orang/manusia, untuk pemisahan
harta kekayaan dari para pendiri yang berasal dari harta bersama (harta
23
Ibid., Ps. 9 ayat (2).
bergerak atau tidak bergerak) harus ada Persetujuan secara tertulis dari
pasangan kawan- kawinnya, jika berasal dari warisan harus ada Persetujuan
secara tertulis dari para ahli warisnya.
2) Jika Yayasan didirikan oleh Subyek Hukum Badan Hukum Perdata, untuk
pemisahan harta kekayaan dari para pendiri (Badan Hukum Perdata) yang
berasal dari harta bersama (harta bergerak atau tidak bergerak) harus ada
Persetujuan secara tertulis dari institusi yang tersebut dalam anggaran dasar
badan hukum perdata tersebut
3) Jika Yayasan didirikan oleh Subyek Hukum Badan Hukum Publik, untuk
pemisahan harta kekayaan dari para pendiri (Badan Hukum Perdata) yang
berasal dari harta kekayaan Pemerintah (Pusat/Propinsi/ Kota/Kabupaten)
harus ada Persetujuan secara tertulis dari DPR/DPRD Propinsi/DPRD Kota/
Kabupaten) dalam bentuk Peraturan Pemerintah atau Peraturan Daerah, hal ini
berkaitan dengan penyisihan harta kekayaan pemerintah sebagaimana diatur
dalam Pasal 1 angka UNDANG- UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA
bahwa yang dimaksud dengan :
“Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan
kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD.”

Berkaitan dengan pemisahan harta kekayaan yayasan, pendiri harus membuat


surat pernyataan tentang keabsahan harta kekayaan yang dipisahkan tersebut dan bukti
yang merupakan bagian dari dokumen keuangan yayasan.
Selain kekayaan yang dipisahkan dari harta kekayaan pendirinya tersebut di
atas, kekayaan yayasan juga dapat diperoleh dari:24

1. Sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat;


2. Wakaf;
3. Hibah;
4. Hibah wasiat; dan
5. Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar
yayasan dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

24
Ibid., Ps. 26 ayat (2).
Kekayaan yayasan yang berasal dari sumber-sumber sebagaimana disebutkan
di atas dipergunakan untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan. Khusus terhadap
kekayaan yayasan bersumber dari wakaf, maka berlaku ketentuan hukum
perwakafan.25
Selain sumber-sumber kekayaan yang telah disebutkan di atas, dalam hal-hal
tertentu negara dapat memberikan bantuan kepada yayasan. Bantuan negara untuk
yayasan dilakukan sesuai dengan jiwa ketentuan Pasal 34 Undang-Undang Dasar
1945, yang berbunyi:
“Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.”26
Dalam konteks pasal ini terlihat bahwa yayasan memiliki ruang gerak hanya pada
bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang objeknya kemungkinan besar terkait
dengan fakir miskin dan anak-anak terlantar. Bila berhungan dengan fakir miskin,
maka negara memiliki tanggung jawab secara moril dan materiil untuk
menyelesaikannya, salah satunya dengan menyisihkan sebagian kekayaan negara
(bantuan) untuk diserahkan pengelolaannya kepada pengurus yayasan yang
diperuntukkan bagi kemaslahatan masyarakat fakir miskin dan anak-anak terlantar.
Bantuan negara menurut Pasal 20 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 63
tentang Pelaksanaan Undang-Undang tentang Yayasan adalah bantuan dari negara
kepada Yayasan yang didirikan oleh Orang Indonesia yang pelaksanaannya dilakukan
oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.27 Bantuan negara dilaksanakan oleh
Pemerintah Pusat dan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dan bantuan negara yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Bantuan negara hanya dapat
diberikan kepada yayasan jika yayasan memilki program kerja dan melaksanakan
kegiatan yang menunjang program Pemerintah Pusan dan/atau Pemerintah Daerah,
serta diberikan sesuai dengan alokasi dana dalam APBN atau APBD dan dapat dalam
bentuk uang dan/atau jasa dan/atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang yang
dilakukan dengan cara hibah atau dengan cara lain.28 Bantuan negara dapat diberikan
atas dasar atau tanpa permohonan dari yayasan. Bantuan negara kepada yayasan yang

25
Mulhadi, Hukum Perusahaan: Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia,… hlm. 304.
26
Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, Ps. 34.
27
Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Undang-Undang tentang Yayasan, PP No.
63 Tahun 2008, LN No. 134 Tahun 2008, Ps. 20 ayat (1).
28
Mulhadi, Hukum Perusahaan: Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia,… hlm. 306.
diberikan tanpa adanya permohonan dari yayasan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.29
Bantuan negara yang diberikan kepada yayasan atas dasar permohonan,
diajukan secara tertulis oleh pengurus yayasan kepada:
1. Menteri atau pimpinan lembaga pemerintah non departemen yang
ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya berkaitan dengan kegiatan
yayasan; atau
2. Gubernur, bupati, atau walikota di tempat kedudukan yayasan dan/atau
di tempat yayasan melakukan kegiatannya.
Dalam hal pemberian bantuan negara ini, terdapat batasan-batasan, dimana
menteri terkait atau pimpinan lembaga pemerintah non departemen, gubernur, bupati,
atau walikota dilarang memberikan bantuan negara kepada yayasan jika bantuan
tersebut akan memberikan keuntungan kepada:[5]
1. Perusahaan yang secara langsung atau tidak langsung dimiliki atau
dikendalikan oleh pembina, pengurus, pengawas, atau pelaksana harian
yayasan; atau
2. Orang atau badan usaha mitra kerja yayasan atau pihak lain yang
menerima penyertaan dari yayasan.
Setelah mendapatkan bantuan negara, maka terdapat tugas baru bagi pengurus
yayasan, yaitu kewajiban membuat dan menyampaikan laporan tahunan yayasan
setiap 1 (satu) tahun sekali kepada menteri terkait atau pimpinan lembaga pemerintah
non departemen, gubernur, bupati, atau wali kota yang memberikan bantuan tersebut.
Laporan tahunan tersebut meliputi kegiatan dan laporan keuangan.30
Bantuan negara kepada yayasan hanya dapat digunakan oleh yayasan sesuai
dengan maksud dan tujuan serta kegiatan yayasan berdasarkan anggaran dasar dan
sesuai dengan program kerja yayasan.31 Penggunaan bantuan negara yang tidak
memenuhi ketentuan tersebut akan menjadi tanggung jawab anggota pengurus
yayasan secara tanggung renteng.

G. Prinsip Hukum dari Yayasan


1) Yayasan sebagai lembaga yang nirlaba

29
Ibid., Ps. 23.
30
Ibid., Ps. 24.
31
Ibid., Ps. 25.
2) Pendirian yayasan secara deklaratif
3) Didirikan dengan akta notaris
4) Yayasan sebagai Badan Hukum, setelah memperoleh pengesahan dari Menteri
5) Perbuatan hukum yang dilakukan Pengurus atas nama Yayasan sebelum
Yayasan memperoleh status Badan Hukum menjadi tanggungjawab Pengurus
secara tanggung renteng.
6) Yayasan dapat mendirikan atau turut serta melakukan kegiatan usaha guna
mencapai maksud dan tujuannya serta tidak bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku,
penyertaan tersebut paling banyak 25 % dari seluruh nilai kekayaan Yayasan.
7) Kekayaan Yayasan dilarang dialihkan atau dibagikan kepada Organ Yayasan,
karyawan atau pihak lain yang mempunyai kepen¬tingan terhadap Yayasan
baik langsung maupun tidak langsung atau bentuk lain yang dapat dinilai
dengan uang
8) Pengurus Yayasan menerima gaji, upah atau honorarium yang ditetapkan
oleh Pembina sesuai dengan kemampuan kekayaan Yayasan
9) Maksud dan tujuan Yayasan tidak dapat diubah
10) Anggaran dasar Yayasan dapat diubah berdasarkan keputusan Rapat Pembina
apabila dihadiri oleh 2/3 dari jumlah anggota Pembina
11) Tidak diperkenankan adanya rangkap jabatan dalam organ Yayasan
12) Jabatan dalam Yayasan (sebagai Pembina, Pengawas, Pengurus) secara
pribadi/perorangan) atau tidak dalam kapasitas jabatan tertentu (ex officio).
13) Bila terjadi ultra vires atau perbuatan melawan hukum, maka anggota
pengurus Yayasan bertanggungjawab secara pribadi atas kerugian tersebut,
baik terhadap Yayasan maupun pihak ketiga.
14) Jika Yayasan dilikuidasi, maka sisa hasil likuidasi diserahkan kepada
Yayasan lain yang mempunyai maksud dan tujuan sama dengan Yayasan
yang bubar apabila hal tersebut diatur dalam undang-undang mengenai badan
hukum tersebut jika tidak dilakukan seperti itu, maka sisa kekayaan tersebut
diserahkan kepada negara dan penggunaannya dilakukan sesuai dengan
maksud dan tujuan Yayasan tersebut.
15) Setiap organ Yayasan yang melakukan pengalihan atau mem¬ba¬gikan
secara langsung atau tidak langsung kekayaan Yayasan kepada organ
Yayasan, karyawan atau pihak lain yang mem¬pu¬nyai kepentingan Yayasan
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana
tambahan berupa kewa¬jiban mengembalikan uang, barang atau kekayaan
Yayasan yang dialihkan atau dibagikan tersebut.
16) Yayasan tidak dapat dialihkan (diwariskan/jual beli/hibah).32

H. Pendirian, Perubahan Anggaran Dasar dan Pengumuman Yayasan


1. Pendirian Yayasan
Mengenai pendirian yayasan diatur dalam Pasal 9 sampai dengan Pasal
16 Undang-Undang Yayasan. Yayasan dapat didirikan oleh satu orang atau
lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya sebagai
kekayaan awal.33 Dasar pendirian yayasan ini dapat berupa kesepakatan para
pendiri yayasan untuk melakukan kegiatan sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan ataupun dapat berdasar kepada suatu surat wasiat.34 Pendirian
tersebut dilakukan dengan akta notaris yang dibuat dalam Bahasa Indonesia.35
Akta Pendirian Yayasan Tersebut berisi:
a. Nama dan tempat kedudukan;
b. Maksud dan tujuan serta kegiatan untuk mencapai maksud dan tujuan
tersebut;
c. Jangka waktu pendirian;
d. Jumlah kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi pendiri
dalam bentuk uang atau benda;
e. Perolehan lain kekayaan Yayasan;
f. Organ Yayasan serta tata cara pengangkatan, pemberhentian, dan
penggantian Organ Yayasan;
g. Tugas dan Wewenang Organ Yayasan;
h. Tata cara penyelenggaraan rapat Organ Yayasan.
Akta pendirian tersebut harus memperoleh pengesahan dari Menteri
agar memperoleh status badan hukum. Untuk memperoleh pengesahan
tersebut, pendiri yayasan atau kuasanya mengajukan permohonan kepada
Menteri melalui notaris yang membuat akta pendirian tersebut, dimana notaris
wajib menyampaikan permohonan pengesahan secara tertulis berdasarkan
32
Mohammad Fajri Mekka Putra Bahan Ajar Pembuatan Akta Badan Hukum non Perseroan Terbatas
dan Non Badan Hukum, Yayasan, 2021.
33
Indonesia, Undang-Undang tentang Yayasan,… Ps. 9 ayat (1).
34
Ibid., Ps. 9 ayat (1) jo. Ps. 9 ayat (3) dan Ps. 1 angka 1.
35
Ibid., Ps. 9 ayat (2).
surat kuasa yang diterimanya kepada Menteri dalam jangka waktu paling
lambat 10 (sepuluh) hari terhitung sejak tanggal akta pendirian yayasan
ditandatangani.36 Ketentuan bahwa permohonan pengesahan badan hukum
yayasan melalui notaris dimaksudkan untuk mempermudah pelayanan kepada
masyarakat dalam pengajuan permohonan pengesahan akta pendirian yayasan
di daerah.37 Permohonan pengesahan tersebut diajukan kepada Menteri secara
tertulis. Menteri akan memberikan atau menolak pengesahan paling lambat
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal permohonan
diterima secara lengkap.
Dalam memberikan pengesahan akta pendirian yayasan, Menteri dapat
meminta pertimbangan dari instansi yang terkait dalam jangka waktu paling
lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal permohonan diterima secara
lengkap. Instansi terkait wajib menyampaikan jawaban dalam jangka waktu
paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal permintaan
pertimbangan diterima. Dalam hal diperlukannya pertimbangan tersebut,
pengesahan diberikan atau ditolak oleh Menteri paling lambat 14 (empat
belas) hari terhitung sejak tanggal jawaban atas permintaan pertimbangan dari
instansi terkait diterima. Jika jawaban atas permintaan pertimbangan tidak
diterima, pengesahan diberikan atau ditolak dalam jangka waktu paling lambat
30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal permintaan pertimbangan
disampaikan kepada instansi terkait.38
Bila satu atau beberapa syarat formal yang ditentukan dalam Undang-
Undang Yayasan dan/atau peraturan pelaksananya tidak dipenuhi, maka
kemungkinan menteri akan menolak permohonan tersebut. 39 Menteri wajib
memberitahukan penolakan pengesahan akta pendirian secara tertulis disertai
dengan alasannya kepada pemohon. Alasan penolakan tersebut ialah bahwa
permohonan yang diajukan tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
Yayasan dan/atau peraturan pelaksanaannya.40

2. Perubahan Anggaran Dasar Yayasan

36
Ibid., Ps. 11 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3).
37
Ibid., Penjelasan Ps. 11 ayat (2).
38
Ibid., Ps. 11 ayat (4) jo. Ps. 11 ayat (5) dan Ps. 12 ayat (3) dan ayat (4).
39
Mulhadi, Hukum Perusahaan: Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia,… hlm. 300.
40
Indonesia, Undang-Undang tentang Yayasan,… Ps. 13.
Anggaran Dasar merupakan bagian dari Akta Pendirian Yayasan yang
memuat aturan main dalam yayasan, serta ketentuan-ketentuan penting lain
berkenaan dengan yayasan seperti maksud dan tujuan yayasan, jumlah
kekayaan yayasan, hak dan kewajiban anggota pembina, pengurus, dan
pengawas yayasan, dan lain sebagainya. Akta Pendirian Yayasan terdiri dari
Anggaran Dasar dan keterangan lain yang dianggap perlu.41
Anggaran dasar sekurang-kurangnya memuat:42
a. Nama dan tempat kedudukan;
b. Maksud dan tujuan serta kegiatan untuk mencapai maksud dan tujuan
tersebut;
c. Jangka waktu pendirian;
d. Jumlah kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi pendiri
dalam bentuk uang atau benda;
e. Cara memperoleh dan penggunaan kekayaan;
f. Tata cara pengangkatan, pemberhentian, dan penggantian anggota
pembina, pengurus, dan pengawas;
g. Hak dan kewajiban anggota pembina, pengurus, dan pengawas;
h. Tata cara penyelenggaraan rapat organ yayasan;
i. Ketentuan mengenai perubahan anggaran dasar;
j. Penggabungan dan pembubaran yayasan; dan
k. Penggunaan kekayaan sisa likuidasi atau penyaluran kekayaan yayasan
setelah pembubaran.
Sedangkan keterangan lain sebagaimana dimaksud di atas memuat
sekurang-kurangnya nama, alamat, pekerjaan, tempat dan tanggal lahir, serta
kewarganegaraan pendiri, pembina, pengurus, dan pengawas.43
Pendirian yayasan selalu ditandai dengan pemberian nama sebagai
identitas yang mencerminkan maksud dan tujuan serta kegiatan yayasan yang
bersangkutan. Ketentuan pencantuman nama ini merupakan hal yang pertama
diminta disebutkan dalam anggaran dasar yayasan. Namun demikian, ada
pembatasan dalam pemberian nama yayasan yang baru didirikan yakni:44

41
Mulhadi, Hukum Perusahaan: Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia… hlm. 301
42
Ibid., hlm. 301-302.
43
Ibid., hlm. 302.
44
ibid.
a. Tidak boleh memakai nama yang telah dipakai secara sah oleh yayasan
lain atau bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan;
b. Nama yayasan harus didahului dengan kata “yayasan”;
c. Dalam hal kekayaan yayasan berasal dari wakaf, kata “wakaf” dapat
ditambahkan setelah kata “yayasan”.
Anggaran dasar dapat diubah, kecuali mengenai maksud dan tujuan
yayasan. Perubahan anggaran dasar hanya dapat dilaksanakan berdasarkan
keputusan rapat pembina. Rapat pembina ini hanya dapat dilakukan apabila
dihadiri oleh paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota pembina.
Perubahan anggaran dasar ini dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam
bahasa Indonesia.45 Keputusan rapat pembina ditetapkan berdasarkan
persetujuan paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari seluruh jumlah anggota
pembina yang hadir. Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud dalam Pasal
19 ayat (2) Undang-Undang Yayasan tidak tercapai, rapat pembina yang
kedua dapat diselenggarakan paling cepat 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal
rapat pembina yang pertama diselenggarakan. Rapat pembina yang kedua sah,
apabila dihadiri oleh lebih dari ½ (satu per dua) dari seluruh anggota pembina.
Keputusan rapat pembina yag kedua sah, apabila diambil berdasarkan
persetujuan suara terbanyak dari jumlah anggota pembina yang hadir.46
Perubahan anggaran dasar yang meliputi nama dan kegiatan yayasan
harus mendapat persetujuan menteri. Persetujuan dari menteri diperlukan
karena perubahan yang dilakukan adalah terkait dengan hal-hal yang
substansial (urgen). Tetapi apabia perubahan yang dilakukan itu hanya
berkaitan dengan hal-hal yang tidak dianggap substansial dari anggaran dasar,
maka prosedurnya cukup diberitahukan kepada menteri. Ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 12 Undang-Undang Yayasan
secara mutatis mutandis berlaku juga bagi permohonan perubahan anggaran
dasar, pemberian persetujuan, dan penolakan atas perubahan anggaran dasar.
Namun demikian, ada hal yang perlu diperhatikan bahwa perubahan anggaran
dasar tidak dapat dilakukan pada saat yayasan dinyatakan dalam keadaan
pailit, kecuali atas dasar persetujuan kurator.47

45
Indonesia, Undang-Undang tentang Yayasan,… Ps. 17 dan 18.
46
Ibid., Ps. 20.
47
Mulhadi, Hukum Perusahaan: Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia,… hlm. 304.
3. Pengumuman
Sebagai bentuk perwujudan asas publisitas, sebuah badan seperti
yayasan yang sudah resmi memperoleh status badan hukum wajib melakukan
pengumuman terhadap akta pendiriannya. Menurut Pasal 24 atar (1) Undang-
Undang Yayasan, Akta Pendirian Yayasan yang telah disahkan sebagai badan
hukum atau perubahan anggaran dasar yang telah disetujui atau telah
diberitahukan wajib diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia.48
Pengumuman dilakukan oleh menteri dalam jangka waktu paling
lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal akta pendirian yayasan
disahkan atau perubahan anggaran dasar disetujui atau diterima menteri. Tata
cara mengenai pengumuman dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pengumuman sebagaimana dimaksud di atas akan
dikenakan biaya yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

4. Jangka Waktu Berdiri

Pada Pasal 16 Undang –Undang No 16 Tahun 2001 Yayasan dapat


didirikan untuk jangka waktu tertentu atau tidak tertentu yang diatur dalam
Anggaran Dasar. Dalam hal Yayasan didirikan untuk jangka waktu tertentu,
Pengurus dapat mengajukan perpanjangan jangka waktu pendirian kepada
Menteri paling lambat 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya jangka waktu
pendirian Yayasan. 49

5. Isi Akta Pendirian


Bedasarkan Pasal 14 Undang –Undang Nomor 16 Tahun 2001 Anggaran
Dasar Yayasan sekurang-kurangnya memuat:
a) nama dan tempat kedudukan;
b) maksud dan tujuan serta kegiatan untuk mencapai maksud dan tujuan
tersebut;
c) jangka waktu pendirian;

48
Ibid.

49
Ibid, Ps. 16
d) jumlah kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi pendiri dalam
bentuk uang atau benda ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
e) cara memperoleh dan penggunaan kekayaan;
f) tata cara pengangkatan, pemberhentian, dan penggantian anggota Pembina,
Pengurus, dan Pengawas;
g) hak dan kewajiban anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas;
h) tata cara penyelenggaraan rapat organ Yayasan;
i) ketentuan mengenai perubahan Anggaran Dasar;
j) penggabungan dan pembubaran Yayasan; dan
k) Penggunaan kekayaan sisa likuidasi atau penyaluran kekayaan Yayasan
50
setelah pembubaran.

6. Syarat Pendirian Yayasan


 Pendiri : Orang Perorang/Badan Hukum yang memisahkan sebagian harta
kekayaan; sebuah yayasan harus didirikan baik oleh perseoragan maupun
sebuah lembaga yang berjumlah minimal satu orang dan boleh lebih. Pendiri
yayasan merupakan WNI ataupun WNA namun dengan beberapa syarat
tertentu.
 Kekayaan atau Aset yayasan: kekayaan atau aset dari yayasan merupakan aset
yang sudah dipisahkan dari kekayaan pendiri.  Untuk megesahkan yayasan,
maka kekayaan maupun modal awal yang dimiliki yayasan tanpa harta pendiri
harus memiliki nilai paling sedikit Rp. 10.000.000 jika pendiri adalah warga
negara Indonesia. Sedangkan pendiri yang merupakan WNA maka kekayaan
haruslah berjumlah minimal Rp.100.000.000. Banyaknya kekayaan ini bisa
dibuktikan melalui bukti modal atau surat pernyataan dari pengurus atau
pendiri. Aset atau kekayaan yang dimaksud bisa berbentuk uang, tanah atau
aset yayasan lain yang sudah terpisah dari aset pendiri.
 Akta Notaris Pendirian yang Disahkan Menteri, dalam Akta Pendirian tersebut
tercantum beberapa dokumen yang berada dalam akta pendirian seperti
keterangan semua nama struktur kepengurusan, nama yayasan yang sah,
tujuan dibuatnya yayasan, lokasi yayasan, bukti jumlah kekayaan dan
keterangan domisili. Setelah dokumen tersebut lengkap, maka semua pendiri

50
Ibid, Ps. 14
yayasan menandatangani akta pendiri yayasan tersebut. Kemudian notaris
akan mengirim permohonan legalitas akta kepada Kementerian paling lama 10
hari setelah akta ditandatangani.
 Nomor Seri Pajak atau NPWP, NPWP merupakan syarat pendirian yayasan,
karen NPWP merupakan tanda wajib pajak baik pajak pribadi maupun pajak
suatu lembaga.
 Perumusan Nama Yayasan, Ketentuan dalam perumusan nama,yaitu:
1) Nama tersebut belum digunakan oleh yayasan lain.
2) Nama yayasan harus diawali dengan akta Yayasan
3) Terdiri dari 3 (tiga) kata

Nama  yang sudah disiapkan akan diajukan oleh Notaris dan dikaji serta
disahkan oleh Kementerian Hukum dan HAM. Jika nama yang diajukan
mendapat persetujuan maka anda dapat melanjutkan tahapan selanjutnya.

 Dokumen lain, Selain syarat-syarat diatas ada beberapa persyaratan lain yang
perlu disiapkan, yaitu:
1) Rencana proker tahunan Yayasan
2) Fotokopi KTP seluruh kepengurusan
3) Gambar gedung dan ruang Yayasan
4) Foto kepala Lembaga
5) Keterangan mengenai domisili yang bisa didapat dari kelurahan
6) Fotokopi keterangan ijin mendirikan bangunan
7) Fotokopi surat keterangan kepemilikan lokasi yayasan.

7. Prosedur Pendirian Yayasan


1) Perumusan Nama Yayasan, nama yayasan harus memenuhi syarat, yaitu:
a. Peraturan Perundang-Undangan
b. Menggunakan huruf latin
c. Minimal terdiri dari 3 (tiga) kata yang terdiri dari rangkaian huruf yang
membentuk kata
d. Tidak menggunakan angka dan tanda baca
e. Tidak hanya menggunakan maksud dan tujuan serta kergiatan sebagai
nama Yayasan
f. Tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan
g. Tidak mempunyai arti sebagai Yayasan atau memiliki arti yang sama
dengan Yayasan, Badan Hukum, Persekutuan Perdata, atau entitas lain
yang bukan merupakan kewenangan Menteri untuk mengesahkan.
2) Menyiapkan Bukti Aset Modal Awal
kekayaan milik yayasan yang sudah terpisah dari aset pendiri haruslah
bernilai minimal Rp 10 juta untuk warga negara Indonesia dan minimal
Rp 100 juta untuk pendiri yang merupakan warga negara asing. 
3) Menetapkan Struktur Kepengurusan
Struktur kepengurusan Yayasan terdiri dari Badan Pengawas, Pembina
dan Pengurus. Ketiga posisi tersebut memiliki tugas yang berbeda-beda
maka tidak dibolehkan ada rangkap jabatan dari ketiga posisi tersebut.
Lama jabatan dari kepengurusan yaitu 5 (lima) tahun. 
4) Melengkapi Dokumen
Sebelum melakukan pendaftaran terlebih dahulu mengumpulkan berbagai
dokumen seperti :
• Keterangan nama Yayasan yang telah disahkan
• Keterangan mengenai domisili yang dibuat oleh Kelurahan
• Keterangan nama dari seluruh kepengurusan Yayasan
• Nomor seri pajak pribadi dari piminan Yayasan
• Fotokopi Kartu Tanda Penduduk pembina , pengawas dan pengurus
• Surat pernyataan persetujuan dari struktur pengurus terpilih

Dalam pendiriannya juga dibutuhkan peran dari notaris untuk mengawasi


jalannya pendirian yayasan hingga peresmian Yayasan, yaitu:
5) Membuat Akta Pendirian Yayasan
Akta pendirian ini haruslah dibuat dalam bentuk akta notaril dengan
berbahasa Indonesia. Jika akta notaris telah jadi maka tahap selanjutnya
yaitu penandatanganan akta oleh pendiri bersama dengan notaris. Tahap
selanjutnya notaris akan mengajukan permohonan agar akta disahkan oleh
Kementerian Hukum dan HAM.

6) Mengurus Nomor Seri dari KPP


Tahapan selanjutnya yaitu memperoleh NPWP yang dapat diperoleh jika
akta notaris dari pendirian yayasan sudah disahkan oleh Kementerian
Hukum dan HAM. NPWP ini bisa diperoleh di Kantor Perpajakan dengan
mengajukan beberapa dokumen.
7) Memperoleh Tanda Daftar dari Dinas Sosial
Yayasan yang sah juga wajib memiliki bukti daftar yang dibuat oleh Dinas
Sosial. Cara memperoleh tanda daftar yayasan yaitu dengan cara membuat
permohonan kepada Dinas Sosial atau Kepala Dinas Binta Mental
Spiritual dan Kesejahtraan Sosial. Surat permohonan diajukan bersama
dengan dokumen seperti fotokopi akta notaris pendirian, keterangan
susunan kepengurusan yang lengkap, keterangan domisili yayasan dan
rencana proker tahunan.
8. Pengumuman Melalui Berita NKRI
Setelah berbagai syarat terpenuhi serta disahkan oleh Menteri maka
peresmian yayasan harus diumumkan di berita NKRI. Pengumuman ini
dibuat oleh Menteri sesudah aktanya diresmikan.

Itulah prosedur atau tahap tahap yang perlu dilalui agar yayasan bisa mulai
berjalan.Setelah itu yayasan sudah resmi menjadi bagian hukum dan semua aktivitas
memiliki tanggung jawab hukum. Selain itu,perlu diketahui bahwa yayasan bukanlah
organisasi profit sehingga harus memiliki tujuan kemanusiaan, agama atau sosial. 
AKTA PENDIRIAN

YAYASAN CAHAYA INDONESIA MANDIRI

Nomor : 12

- Pada hari ini, Rabu, tanggal 02-06-2021 (dua Juni dua

ribu dua puluh satu).------------------------------

- Pukul 14.00 WIB ( empat belas nol- nol Waktu

Indonesia Barat);----------------------------------

- Hadir di hadapan saya, ANANDA MUHAMMAD, Sarjana

Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris di Kota

Jakarta, dengan dihadiri oleh saksi-saksi yang nama-

namanya akan disebutkan pada bagian akhir akta ini

dan yang telah dikenal oleh saya,

Notaris :-------------------------

I. Tuan ANANDA, lahir di Jakarta, pada tanggal 12-


01-1980 (dua belas Januari seribu sembilan ratus
delapan puluh), Warga Negara Indonesia, Swasta,
bertempat tinggal Jakarta Pusat, jalan Sudirman nomor
102, Rukun Tetangga 002, Rukun Warga 010, Kelurahan
Cideng, Kecamatan Gambir, Pemegang Kartu Tanda
Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan
3176561201800001.-----------

II. Tuan OKA, lahir di Jakarta, pada tanggal 10-12-

1977 (sepuluh Desember seribu Sembilan ratus tujuh

puluh tujuh), Warga Negara Indonesia,Pegawai Swasta,

bertempat tinggal di Jakarta Barat, Jalan Melati,

Rukun Tetangga 002, Rukun Warga 005, Kelurahan Kebun

Jeruk, Kecamatan Kebun Jeruk, Pemegang Kartu Tanda


Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan

3173091012770003;----

III. Tuan AKBAR, lahir di Jakarta, pada tanggal 02-

02-1967 (dua Februari seribu sembilan ratus enam

puluh tujuh), Warga Negara Indonesia, Pekerjaan

Karyawan Swasta, bertempat tinggal di Jakarta Pusat,

Jalan Medan Merdeka Selatan, Nomor 8, Rukun Tetangga

001, Rukun Warga 002, Kelurahan Gambir, Kecamatan

Gambir, pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor

Induk Kependudukan

3271042108780001.------------------------------------

-Para penghadap dikenal oleh saya, Notaris.

--------------------

-Para penghadap yang bertindak dalam kedudukannya tersebut

diatas menerangkan lebih dahulu

--------------------------------------

-bahwa dengan ini para pendiri memisahkan dari harta kekayaan

berupa uang tunai ; ------------------------------------------

-bahwa dengan tidak mengurangi ketentuan peraturan perundang

undangan yang berlaku serta dengan ijin dari pihak yang

berwenang, para pendiri sepakat dan setuju untuk mendirikan

suatu Yayasan dengan Anggaran Dasar sebagai berikut :---------

------------------- “NAMA DAN TEMPAT

KEDUDUKAN”-----------------

---------------------------- Pasal 1. --------------------------

1. Yayasan ini bernama : Yayasan CAHAYA INDONEISA MANDIRI

------
(selanjutnya dalam anggaran dasar ini cukup disingkat dengan

“Yayasan”), untuk pertamakali berkedudukan dan berkantor

pusat di Jalan Sudirman Nomor 23 Kota Jakarta

--------------------

2. Yayasan dapat membuka kantor cabang atau perwakilan ditempat

lain, baik di dalam maupun di luar wilayah Republik

Indonesia berdasarkan keputusan Pengurus dengan persetujuan

Pembina.---

------------------------ MAKSUD DAN TUJUAN ---------------------

---------------------------- Pasal 2. --------------------------

Maksud dan tujuan Yayasan adalah dibidang : --------------------

1. Keagamaan. --------------------------------------------------

2. Sosial. -----------------------------------------------------

3. Kemanusiaan. ------------------------------------------------

------------------------- K E G I A T A N ----------------------

---------------------------- Pasal 3. --------------------------

Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, Yayasan -------------

menyelenggarakan kegiatan : ------------------------------------

1. Keagamaan antara lain : -------------------------------------

a. Mendirikan sarana ibadah. --------------------------------

b. Meningkatkan pemahaman keagamaan. ------------------------

c. Mendirikan dan/atau menyelenggarakan pondok pesantren ----

dan tempat pengajian. ------------------------------------

d. Mengadakan penelitian, seminar, ceramah-ceramah dan ------

karya-karya keagamaan. -----------------------------------

e. Menerima dan menyalurkan infaq dan sodakoh. --------------

f. Studi banding peningkatan kegiatan dalam bidang ----------

keagamaan. -----------------------------------------------

g. Melaksanakan syiar keagamaan. ----------------------------

2. Sosial antara lain : ----------------------------------------


a. Menyelenggarakan lembaga pendidikan formal. --------------

- Sekolah-sekolah umum dan kejuruan dari tingkat ---------

kelompok bermain (play group), TK, SD, SMP, SMU, -------

Perguruan Tinggi dan Taman Pendidikan Al-Qur’an. -------

b. Menyelenggarakan lembaga pendidikan non-formal. ----------

- Kursus-kursus, pendidikan kejuruan, program ------------

ketrampilan dan pelatihan. -----------------------------

c. Menyelenggarakan sekolah luar biasa dan lemah mental. –---

d. Menyelenggarakan panti asuhan, panti jompo dan panti -----

wreda. –--------------------------------------------------

e. Menyelenggarakan rumah sakit, poliklinik dan -------------

laboratorium. –-------------------------------------------

f. Menyelenggarakan pendidikan dan apresiasi dibidang seni --

dan budaya. ----------------------------------------------

g. Menyelenggarakan pembinaan untuk kemajuan dibidang olah --

raga. ----------------------------------------------------

h. Menyelenggarakan pusat pendidikan dan latihan ------------

(Diklat). ------------------------------------------------

i. Melakukan penelitian dan observasi untuk kemajuan ilmu ---

pengetahuan. ---------------------------------------------

j. Studi banding peningkatan kegiatan dalam bidang ----------

pengetahuan dan kebudayaan. ------------------------------

k. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan dibidang ---------

pertanahan dan tata ruang. -------------------------------

l. Pemberian pelayanan/informasi dibidang pertanahan dan ----

tata ruang. ----------------------------------------------

3. Kemanusiaan antara lain : -----------------------------------

a. Memberikan bantuan kepada korban bencana alam. -----------

- banjir, tanah longsor, kebakaran, gunung meletus. ------

b. Memberikan bantuan kepada pengungsi akibat perang. -------


c. Memberikan perlindungan dan bantuan kepada tuna wisma, ---

fakir miskin dan gelandangan. ----------------------------

d. Mendirikan dan menyelenggarakan rumah singgah. -----------

e. Mendirikan dan menyelenggarakan rumah pelayanan ----------

jenasah. -------------------------------------------------

f. Memberikan perlindungan konsumen. ------------------------

g. Menyelenggarakan pelestarian lingkungan hidup. -----------

------------------------- JANGKA WAKTU -------------------------

---------------------------- Pasal 4. --------------------------

Yayasan ini didirikan untuk jangka waktu yang tidak ------------

ditentukan lamanya. --------------------------------------------

------------------------- K E K A Y A A N ----------------------

---------------------------- Pasal 5. --------------------------

1. Yayasan mempunyai kekayaan yang berasal dari kekayaan Pendiri

yang dipisahkan sebesar Rp.10.000.000,- (sepuluh juta

rupiah).

2. Selain kekayaan sebagaimana dimaksud diatas kekayaan --------

Yayasan juga diperoleh dari : -------------------------------

a. sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat atau sukarela

yang diterima Yayasan baik dari Negara Republik

Indonesia, masyarakat maupun dari pihak lain yang tidak

bertentangan dengan peraturan perundang - undangan yang

berlaku ;------

b. wakaf dari orang atau badan hukum ; ----------------------

c. hibah dari orang atau badan hukum ; ----------------------

d. hibah wasiat yang diserahkan kepada Yayasan yang tidak

bertentangan dengan hukum waris ; ------------------------

e. perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran

Dasar Yayasan dan atau perundang-undangan yang berlaku.

--------
3. Semua kekayaan Yayasan harus dipergunakan untuk mencapai

maksud dan tujuan

Yayasan.-------------------------------------------

-------------------------- ORGAN YAYASAN -----------------------

----------------------------- Pasal 6. -------------------------

Yayasan mempunyai organ yang terdiri dari : --------------------

a. Pembina. ----------------------------------------------------

b. Pengurus. ---------------------------------------------------

c. Pengawas. ---------------------------------------------------

-------------------------- P E M B I N A -----------------------

---------------------------- Pasal 7. --------------------------

1. Pembina adalah organ Yayasan yang mempunyai kewenangan yang

tidak diserahkan kepada Pengurus atau Pengawas.

-------------

2. Pembina terdiri dari seorang atau lebih anggota Pembina. ----

3. Dalam hal terdapat lebih dari seorang anggota Pembina maka

seorang diantaranya diangkat sebagai Ketua Pembina.

---------

4. Yang dapat diangkat sebagai anggota Pembina adalah orang

perseorangan sebagai pendiri Yayasan dan atau mereka yang

berdasarkan keputusan Rapat anggota Pembina dinilai

mempunyai dedikasi yang tinggi untuk mencapai maksud dan

tujuan Yayasan.

5. Anggota Pembina tidak diberi gaji dan atau tunjangan oleh

Yayasan. ---------------------------------------------------

6. Dalam hal Yayasan oleh karena sebab apapun tidak mempunyai

anggota Pembina, maka dalam waktu 30 (tigapuluh) hari sejak

terjadinya kekosongan tersebut wajib diangkat anggota

Pembina berdasarkan keputusan rapat gabungan anggota


Pengawas dan anggota Pengurus.

-------------------------------------------

7. Seorang anggota Pembina berhak mengundurkan diri dari

jabatannya dengan memberitahukan secara tertulis mengenai

maksud tersebut kepada Yayasan paling lambat 30 (tigapuluh)

hari sebelum tanggal pengunduran

dirinya.--------------------

---------------------------- Pasal 8. --------------------------

1. Masa jabatan Pembina tidak ditentukan lamanya. --------------

2. Jabatan anggota Pembina akan berakhir dengan sendirinya -----

apabila anggota Pembina tersebut ; --------------------------

a. meninggal Dunia ; ----------------------------------------

b. mengundurkan diri dengan pemberitahuan secara tertulis ---

sebagaimana diatur dalam pasal 7 ayat (7) ; --------------

c. tidak lagi memenuhi persyaratan peraturan perundang- -----

undangan yang berlaku ; ----------------------------------

d. diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Pembina ; ------

e. dinyatakan pailit atau ditaruh didalam pengampuan --------

berdasarkan suatu penetapan pengadilan ; -----------------

f. dilarang untuk menjadi anggota Pembina karena peratura

perundang-undangan yang berlaku ; ------------------------

3. Anggota Pembina tidak boleh merangkap sebagai anggota -------

Pengurus dan atau anggota Pengawas. -------------------------

------------------- TUGAS DAN WEWENANG PEMBINA -----------------

----------------------------- Pasal 9. -------------------------

1. Pembina berwenang bertindak untuk dan atas nama Pembina. ----

2. Kewenangan Pembina meliputi : -------------------------------

a. Keputusan mengenai Perubahan Anggaran Dasar ; ------------

b. Pengangkatan dan pemberhentian anggota Pengurus dan ------

anggota Pengawas ; ---------------------------------------


c. Penetapan kebijakan umum Yayasan berdasarkan Angggaran ---

Dasar Yayasan ; ------------------------------------------

d. Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan --

Yayasan ; dan --------------------------------------------

e. Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau -----------

pembubaran Yayasan ; -------------------------------------

f. Pengesahan Laporan Tahunan ; -----------------------------

g. Penunjukan likuidator dalam hal Yayasan dibubarkan. ------

3. Dalam hal hanya ada seorang anggota Pembina, maka segala ----

tugas dan wewenang yang diberikan kepada Ketua Pembina ------

atau anggota Pembina berlaku pula baginya. ------------------

-------------------------- RAPAT PEMBINA -----------------------

---------------------------- Pasal 10. -------------------------

1. Rapat Pembina diadakan paling sedikit sekali dalam 1 (satu)

tahun, paling lambat dalam waktu 5 (lima) bulan setelah

akhir tahun buku sebagai Rapat Tahunan sebagaimana dimaksud

dalam pasal 12. Pembina dapat juga mengadakan rapat setiap

waktu bila dianggap perlu atas permintaan tertulis dari

seorang atau lebih anggota Pembina, anggota Pengurus, atau

anggota Pengawas.

--------------------------------------------------

2. Panggilan Rapat Pembina dilakukan oleh Pembina secara

langsung, atau melalui surat dengan mendapat tanda terima,

paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diadakan dengan

tidak mempertimbangkan tanggal panggilan dan tanggal

rapat.-

3. Panggilan rapat itu harus mencatumkan hari, tanggal, waktu,

tempat, dan acara rapat.

------------------------------------
4. Rapat Pembina diadakan di tempat kedudukan Yayasan, atau

ditempat kegiatan Yayasan, atau ditempat lain dalam wilayah

hukum Republik Indonesia.

-----------------------------------

5. Dalam hal semua anggota Pembina hadir atau diwakili,

panggilan tersebut tidak disyaratan dan Rapat Pembina dapat

diadakan dimanapun juga dan berhak mengambil keputusan yang

sah dan

mengikat.---------------------------------------------------

6. Rapat Pembina dipimpin oleh Ketua Pembina, dan jika Ketua

Pembina tidak hadir atau berhalangan, maka rapat Pembina

akan dipimpin oleh seorang yang dipilih oleh dan dari

anggota Pembina yang

hadir.------------------------------------------

7. Seorang anggota Pembina hanya dapat diwakili oleh anggota

Pembina lainnya dalam Rapat Pembina berdasarkan surat

kuasa.-

---------------------------- Pasal 11. -------------------------

1. Rapat Pembina adalah sah dan berhak mengambil keputusan -----

yang mengikat apabila : -------------------------------------

a. dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah ---

anggota Pembina. -----------------------------------------

b. dalam hal korum sebagimana dimaksud dalam ayat (1) -------

huruf a tidak tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan --

Rapat Pembina kedua ; ------------------------------------

c. pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) huruf

b, harus dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum

rapat diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan

tanggal panggilan dan tanggal

rapat ;-----------------------------
d. Rapat Pembina kedua diselenggarakan paling cepat 10

(sepuluh) hari dan paling lambat 21 (duapuluh satu)hari

terhitung sejak Rapat Pembina pertama ;

------------------

e. Rapat Pembina kedua adalah sah dan berhak mengambil

keputusan yang mengikat, apabila dihadiri lebih dari 1/2

(satu per dua) jumlah anggota

Pembina.--------------------

2. Keputusan Rapat Pembina diambil berdasarkan musyawarah ------

untuk mufakat. ----------------------------------------------

3. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat

tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan suara

setuju lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah suara yang

sah.---------

4. Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, -----

maka usul ditolak. ------------------------------------------

5. Tata cara pemungutan suara dilakukan sebagai berikut : ------

a. setiap anggota Pembina yang hadir berhak mengeluarkan 1 --

(satu) suara dan tambahan 1 (satu) suara untuk setiap ----

anggota Pembina lain yang diwakilinya ; ------------------

b. pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan ----

surat suara tertutup tanpa tanda tangan, sedangkan -------

pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara --

terbuka dan ditandatangani, kecuali Ketua Rapat ----------

menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang --------

hadir ; --------------------------------------------------

c. suara yang abstain dan suara yang tidak dihitung dalam ---

menentukan jumlah suara yang dikeluarkan. ----------------

6. Setiap Rapat Pembina dibuat berita acara rapat yang ---------

ditanda tangani oleh ketua rapat dan sekretaris rapat. ------


7. Penandatanganan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) tidak ---

disyaratkan apabila berita acara rapat dibuat dengan akta ---

notaris. ----------------------------------------------------

8. Pembina dapat mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan

Rapat Pembina, dengan ketentuan semua anggota Pembina telah

diberitahu secara tertulis dan semua anggota Pembina

memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara

tertulis serta menandatangani persetujuan

tersebut.----------

9. Keputusan yang diambil sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), -

mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil --

dengan sah dalam Rapat Pembina. -----------------------------

10. Dalam hal hanya ada 1 (satu) orang Pembina, maka dia -------

dapat mengambil keputusan yang sah dan mengikat. -----------

-------------------------- RAPAT TAHUNAN -----------------------

---------------------------- Pasal 12. -------------------------

1. Pembina wajib menyelenggarakan rapat tahunan setiap tahun, --

paling lambat 5 (lima) bulan setelah tahun buku Yayasan -----

ditutup. ----------------------------------------------------

2. Dalam rapat tahunan, Pembina melakukan : --------------------

a. evaluasi tentang harta kekayaan, hak dan kewajiban -------

Yayasan tahun yang lampau sebagai dasar pertimbangan -----

bagi perkiraan mengenai perkembangan Yayasan untuk -------

tahun yang akan datang ; ---------------------------------

b. pengesahan Laporan Tahunan yang diajukan Pengurus ; ------

c. penetapan kebijakan umum Yayasan ; -----------------------

d. pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan --

Yayasan. -------------------------------------------------

3. Pengesahan Laporan tahunan oleh Pembina dalam Rapat ---------

Tahunan, berarti memberikan pelunasan dan pembebasan --------


tanggung jawab sepenuhnya kepada para anggota Pengurus ------

dan Pengawas atas pengurusan dan pengawasan yang telah ------

dijalankan selama tahun buku yang lalu, sejauh tindakan -----

tersebut tercermin dalam Laporan Tahunan. -------------------

----------------------- P E N G U R U S ------------------------

--------------------------- Pasal 13. --------------------------

1. Pengurus adalah organ Yayasan yang melaksanakan -------------

kepengurusan Yayasan yang sekurang-kurangnya terdiri --------

dari : ------------------------------------------------------

a. seorang Ketua ; ------------------------------------------

b. seorang Sekretaris ; dan ---------------------------------

c. seorang Bendahara. ---------------------------------------

2. Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang Ketua, maka 1 --

(satu) orang diantaranya diangkat sebagai Ketua Umum. -------

3. Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang Sekretaris, ----

maka 1 (satu) orang diantaranya diangkat sebagai ------------

Sekretaris Umum. --------------------------------------------

4. Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang Bendahara, -----

maka 1 (satu) orang diantaranya diangkat Bendahara Umum. ----

---------------------------- Pasal 14. -------------------------

1. Yang dapat diangkat sebagai anggota Pengurus adalah orang ---

perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum dan -------

tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan pengurusan --------

Yayasan yang menyebabkan kerugian bagi Yayasan, masyarakat --

atau negara berdasarkan putusan pengadilan, dalam jangka ----

waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan --------

tersebut berkekuatan hukum tetap. ---------------------------

2. Pengurusan diangkat oleh Pembina melalui Rapat Pembina ------

untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diangkat --------

kembali. ----------------------------------------------------
3. Pengurus dapat menerima gaji, upah atau honorarium apabila --

Pengurus Yayasan : ------------------------------------------

a. bukan pendiri Yayasan dan tidak terafiliasi dengan -------

Pendiri, Pembina dan Pengawas ; dan ----------------------

b. melaksanakan kepengurusan Yayasan secara langsung dan ----

penuh. ---------------------------------------------------

4. Dalam hal jabatan Pengurus kosong, maka dalam jangka waktu --

paling lama 30 (tigapuluh) hari sejak terjadinya ------------

kekosongan, Pembina harus menyelenggarakan rapat, untuk -----

mengisi kekosongan itu. -------------------------------------

5. Dalam hal semua jabatan Pengurus kosong, maka dalam jangka --

waktu paling lama 30 (tigapuluh) hari sejak terjadinya ------

kekosongan tersebut, Pembina harus menyelenggarakan rapat ---

untuk mengangkat Pengurus baru, dan untuk sementara ---------

Yayasan diurus oleh Pengawas. -------------------------------

6. Pengurus berhak mengundurkan diri dari jabatannya, dengan ---

memberitahukan secara tertulis mengenai maksudnya tersebut --

kepada Pembina paling lambat 30 (tigapuluh) hari sebelum ----

tanggal pengunduran dirinya. --------------------------------

7. Dalam hal terdapat penggantian Pengurus Yayasan, maka -------

dalam jangka waktu paling lambat 30 (tigapuluh) hari --------

terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian Pengurus ------

Yayasan, Pengurus Yayasan wajib menyampaikan pemberitahuan --

secara tertulis kepada Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia --

Republik Indonesia dan instansi terkait. --------------------

8. Pengurus tidak dapat merangkap sebagai Pembina, Pengawas ----

atau Pelaksana Kegiatan. ------------------------------------

--------------------------- Pasal 15. --------------------------

Jabatan anggota Pengurus berakhir apabila : --------------------

1. meninggal dunia ; -------------------------------------------


2. mengundurkan diri ; -----------------------------------------

3. bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan --------

pengadilan yang diancam dengan hukuman penjara paling -------

sedikit 5 (lima) tahun ; ------------------------------------

4. diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Pembina ; ---------

5. masa jabatan berakhir. --------------------------------------

------------------- TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS ----------------

--------------------------- Pasal 16. --------------------------

1. Pengurus bertanggung jawab penuh atas kepengurusan Yayasan --

untuk kepentingan Yayasan. ----------------------------------

2. Pengurus wajib menyusun program kerja dan rancangan ---------

anggaran tahunan Yayasan untuk disahkan Pembina. ------------

3. Pengurus wajib memberikan penjelasan tentang segala hal -----

yang ditanyakan oleh Pengawas. ------------------------------

4. Setiap anggota Pengurus wajib dengan itikad baik dan penuh --

tanggung jawab menjalankan tugasnya dengan mengindahkan -----

peraturan perundang-undangan yang berlaku. ------------------

5. Pengurus berhak mewakili Yayasan didalam dan diluar ---------

pengadilan tentang segala hal dan dalam segala kejadian, ----

dengan pembatasan terhadap hal-hal sebagai berikut : --------

a. meminjam atau meminjamkan uang atas nama Yayasan (tidak --

termasuk mengambil uang Yayasan di Bank) ; ---------------

b. mendirikan suatu usaha baru atau melakukan penyertaan ----

dalam berbagai bentuk usaha baik di dalam maupun di ------

luar negeri ; --------------------------------------------

c. memberi atau menerima pengalihan atas harta tetap ; ------

d. membeli atau dengan cara lain mendapatkan/memperoleh -----

harta tetap atas nama Yayasan ; --------------------------

e. menjual atau dengan cara lain melepaskan kekayaan --------

Yayasan serta mengagunkan/membebani kekayaan Yayasan ; ---


f. mengadakan perjanjian dengan organisasi yang -------------

terafiliasi dengan Yayasan, Pembina, Pengurus dan atau ---

Pengawas Yayasan atau seorang yang bekerja pada ----------

Yayasan, yang perjanjian tersebut bermanfaat bagi --------

tercapainya maksud dan tujuan Yayasan. -------------------

6. Perbuatan Pengurus sebagaimana diatur dalam ayat (5) --------

huruf a, b, c, d, e dan f harus mendapat persetujuan dari ---

Pembina. ----------------------------------------------------

---------------------------- Pasal 17. -------------------------

Pengurus tidak berwenang mewakili Yayasan dalam hal : ----------

1. mengikat Yayasan sebagai penjamin utang ; -------------------

2. membebani kekayaan Yayasan untuk kepentingan pihak lain ; ---

3. mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi ----

dengan Yayasan, Pembina, Pengurus dan atau Pengawas ---------

Yayasan atau seseorang yang bekerja pada Yayasan, yang ------

perjanjian tersebut tidak ada hubungannya bagi tercapainya --

maksud dan tujuan Yayasan. ----------------------------------

---------------------------- Pasal 18. -------------------------

1. Ketua Umum bersama-sama dengan salah seorang anggota --------

Pengurus lainnya berwenang bertindak untuk dan atas nama ----

Pengurus serta mewakili Yayasan. ----------------------------

2. Dalam hal Ketua Umum tidak hadir atau berhalangan karena ----

sebab apapun juga, hal tersebut tidak perlu dibuktikan ------

kepada pihak ketiga, seorang Ketua lainnya bersama-sama -----

dengan seorang Sekretaris lainnya berwenang bertindak -------

untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili Yayasan. --------

3. Dalam hal hanya ada seorang Ketua, maka segala tugas dan ----

wewenang yang diberikan kepada Ketua Umum berlaku juga ------

baginya. ----------------------------------------------------

4. Sekretaris Umum bertugas mengelola administrasi Yayasan, ----


dalam hal hanya ada seorang Sekretaris, maka segala tugas ---

dan wewenang yang diberikan kepada Sekretaris Umum berlaku --

juga baginya. -----------------------------------------------

5. Bendahara Umum bertugas mengelola keuangan Yayasan, dalam ---

hal hanya ada seorang Bendahara, maka segala tugas dan ------

wewenang yang diberikan kepada Bendahara Umum berlaku juga --

baginya. ----------------------------------------------------

6. Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Pengurus --------

ditetapkan oleh Pembina melalui Rapat Pembina. --------------

7. Pengurus untuk perbuatan tertentu berhak mengangkat ---------

seorang atau lebih wakil atau kuasanya berdasarkan surat ----

kuasa. ------------------------------------------------------

------------------------ PELAKSANA KEGIATAN --------------------

---------------------------- Pasal 19. -------------------------

1. Pengurus berwenang mengangkat dan memberhentikan Pelaksana --

Kegiatan Yayasan berdasarkan Rapat Pengurus. ----------------

2. Yang dapat diangkat sebagai Pelaksana Kegiatan Yayasan ------

adalah orang perseroan yang mampu melakukan perbuatan -------

hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau dipidana ------

karena melakukan tindakan yang merugikan Yayasan, -----------

masyarakat, atau negara berdasarkan keputusan pengadilan, ---

dalam jangka waktu 5 (lima) terhitung sejak tanggal ---------

putusan tersebut berkekuatan hukum tetap. -------------------

3. Pelaksana kegiatan Yayasan diangkat oleh Pengurus -----------

berdasarkan keputusan Rapat Pengurus untuk jangka waktu -----

dan dapat diangkat kembali dengan tidak mengurangi ----------

Keputusan Rapat Pengurus untuk menghentikan sewaktu-waktu. –-

4. Pelaksana kegiatan Yayasan bertanggung jawab kepada ---------

Pengurus. ---------------------------------------------------

5. Pelaksana kegiatan Yayasan menerima gaji, upah, atau --------


honorarium yang jumlahnya ditentukan berdasarkan keputusan –-

Rapat Pengurus. ---------------------------------------------

----------------------------- Pasal 20. ------------------------

1. Dalam hal terjadi perkara di pengadilan antara Yayasan ------

dengan anggota Pengurus atau apabila kepentingan pribadi ----

seorang anggota Pengurus bertentangan dengan Yayasan, maka --

anggota Pengurus yang bersangkutan tidak berwenang ----------

bertindak untuk dan atas nama Pengurus mewakili Yayasan, ----

maka anggota Pengurus lainnya bertindak untuk dan atas ------

nama Pengurus serta mewakili Yayasan. -----------------------

2. Dalam hal Yayasan mempunyai kepentingan yang bertentangan ---

dengan kepentingan seluruh Pengurus, maka Yayasan diwakili --

oleh Pengawas. ----------------------------------------------

-------------------------- RAPAT PENGURUS ----------------------

---------------------------- Pasal 21. -------------------------

1. Rapat Pengurus dapat diadakan setiap waktu bila dipandang ---

perlu atas permintaan tertulis dari satu orang atau lebih ---

Pengurus, Pengawas atau Pembina. ----------------------------

2. Panggilan Rapat Pengurus dilakukan oleh Pengurus yang -------

berhak mewakili Pengurus. -----------------------------------

3. Panggilan Rapat Pengurus disampaikan kepada setiap anggota --

Pengurus secara langsung, atau melalui surat mendapat -------

tanda terima, paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat ----

diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan ----

dan tanggal Rapat. ------------------------------------------

4. Panggilan Rapat Pengurus itu harus mencantumkan tanggal, ----

waktu, tempat dan acara Rapat. ------------------------------

5. Rapat Pengurus diadakan di tempat kedudukan Yayasan atau ----

ditempat kegiatan Yayasan. ----------------------------------

6. Rapat Pengurus dapat diadakan di tempat lain dalam wilayah --


Republik Indonesia dengan persetujuan Pembina. --------------

-------------------------- Pasal 22. ---------------------------

1. Rapat Pengurus dipimpin oleh Ketua Umum. --------------------

2. Dalam hal Ketua Umum tidak dapat hadir atau berhalangan, ----

maka Rapat Pengurus akan dipimpin oleh seorang anggota ------

Pengurus yang dipilih oleh dan dari Pengurus yang hadir. ----

3. Satu orang Pengurus hanya dapat diwakili oleh Pengurus ------

lainnya dalam Rapat Pengurus berdasarkan Surat Kuasa. -------

4. Rapat Pengurus sah dan berhak mengambil keputusan yang ------

mengikat apabila : ------------------------------------------

a. Dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) jumlah --------

Pengurus. ------------------------------------------------

b. Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) ------

huruf a tidak tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan --

Rapat Pengurus kedua. ------------------------------------

c. Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (4) -----

huruf b, harus dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari ----

sebelum rapat diselenggarakan, dengan tidak --------------

memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat. -----

d. Rapat Pengurus kedua diselenggarakan paling cepat 10 -----

(sepuluh) hari dan paling lambat 21 (duapuluh satu) ------

hari terhitung sejak Rapat Pengurus pertama. -------------

e. Rapat Pengurus kedua sah dan berhak mengambil keputusan --

yang mengikat, apabila dihadiri lebih dari 1/2 (satu -----

per dua) jumlah Pengurus. --------------------------------

---------------------------- Pasal 23. -------------------------

1. Keputusan Rapat Pengurus harus diambil berdasarkan ----------

musyawarah untuk mufakat. -----------------------------------

2. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat ----

tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan suara ----


setuju lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah suara yang ------

sah. --------------------------------------------------------

3. Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, -----

maka usul ditolak. ------------------------------------------

4. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan -------

surat suara tertutup tanpa tanda tangan, sedangkan ----------

pemungutan suara mengenai hal-hal dilakukan secara ----------

terbuka, kecuali Ketua Rapat menentukan lain dan tidak ------

ada keberatan dari yang hadir. ------------------------------

5. Suara abstain dan suara yang tidak sah tidak dihitung -------

dalam menentukan jumlah suara yang dikeluarkan. -------------

6. Setiap Rapat Pengurus dibuat berita acara yang ditanda ------

tangani oleh Ketua Rapat dan 1 (satu) orang Pengurus --------

lainnya yang ditunjuk oleh rapat sebagai Sekretaris rapat. --

7. Penandatanganan yang dimaksud dalam ayat 6 (enam) yang ------

tidak disyaratkan apabila Berita Acara dibuat dengan Akta ---

Notaris. –---------------------------------------------------

8. Pengurus dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa ------

mengadakan Rapat Pengurus, dengan ketentuan semua anggota ---

Pengurus telah diberitahu secara tertulis dan semua ---------

anggota Pengurus memberikan persetujuan mengenai usul yang

--

diajukan secara tertulis serta menandatangani persetujuan ---

tersebut. ---------------------------------------------------

9. Keputusan yang diambil sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), -

mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil --

dengan sah dalam Rapat Pengurus. ----------------------------

------------------------ P E N G A W A S

-------------------------------------------------- Pasal 24.

--------------------------
1. Pengawas adalah organ Yayasan yang bertugas melakukan -------

pengawasan dan memberi nasihat kepada Pengurus dalam --------

menjalankan kegiatan Yayasan. -------------------------------

2. Pengawas terdiri dari 1 (satu) orang atau lebih anggota -----

Pengawas. ---------------------------------------------------

3. Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang Pengawas, ------

maka 1 (satu) orang diantaranya dapat sebagai Ketua ---------

Pengawas. ---------------------------------------------------

--------------------------- Pasal 25. --------------------------

1. Yang dapat diangkat sebagai anggota Pengawas adalah orang ---

perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum dan -------

tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan pengawasan --------

Yayasan yang menyebabkan kerugian bagi Yayasan, masyarakat --

atau negara berdasarkan putusan pengadilan, dalam jangka ----

waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan --------

tersebut berkekuatan hukum tetap. ---------------------------

2. Pengawas diangkat oleh Pembina melalui Rapat Pembina untuk --

jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali. -----

3. Dalam hal jabatan Pengawas kosong, maka dalam jangka waktu --

paling lama 30 (tigapuluh) hari sejak terjadinya ------------

kekosongan, Pembina harus menyelenggarakan rapat, untuk -----

mengisi kekosongan itu. -------------------------------------

4. Dalam hal semua jabatan Pengawas kosong, maka dalam jangka --

waktu paling lama 30 (tigapuluh) hari sejak terjadinya ------

kekosongan tersebut, Pembina harus menyelenggarakan rapat ---

untuk mengangkat Pengawas baru, dan untuk sementara ---------

Yayasan diurus oleh Pengurus. -------------------------------

5. Pengawas berhak mengudurkan diri dari jabatannya, dengan ----

memberitahukan secara tertulis mengenai maksudnya tersebut --

kepada Pembina paling lambat 30 (tigapuluh) hari sebelum ----


tanggal pengunduran dirinya. --------------------------------

6. Dalam hal terhadap penggantian Pengawas Yayasan, maka -------

dalam jangka waktu paling lambat 30 (tigapuluh) hari --------

terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian Pengawas ------

Yayasan, Pengurus wajib menyampaikan pemberitahuan secara ---

tertulis kepada Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia ---------

Republik Indonesia dan instansi terkait. --------------------

7. Pengawas tidak dapat merangkap sebagai Pembina, Pengurus ----

atau Pelaksana Kegiatan. ------------------------------------

-------------------------- Pasal 26. ---------------------------

Jabatan Pengawas berakhir apabila : ----------------------------

1. meninggal dunia ; -------------------------------------------

2. mengundurkan diri ; -----------------------------------------

3. bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan --------

pengadilan yang diancam dengan hukuman penjara paling -------

sedikit 5 (lima) tahun ; ------------------------------------

4. diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Pembina ; ---------

5. masa jabatan berakhir. --------------------------------------

------------------ TUGAS DAN WEWENANG PENGAWAS -----------------

-------------------------- Pasal 27. ---------------------------

1. Pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab --

menjalankan tugas pengawasan untuk kepentingan Yayasan. -----

2. Ketua Pengawas dan satu anggota Pengawas berwenang ----------

bertindak untuk dan atas nama Pengawas. ---------------------

3. Pengawas berwenang : ----------------------------------------

a. memasuki bangunan, halaman, atau tempat lain yang --------

dipergunakan Yayasan ; -----------------------------------

b. memeriksa dokumen ; --------------------------------------

c. memeriksa pembukuan dan mencocokkannya dengan uang -------

kas ; atau -----------------------------------------------


d. mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan oleh ----

Pengurus ; -----------------------------------------------

e. memberi peringatan kepada Pengurus. ----------------------

4. Pengawas dapat memberhentikan untuk sementara 1 (satu) ------

orang atau lebih Pengurus, apabila Pengurus tersebut --------

bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan atau -------

peraturan perundang-undangan yang berlaku. ------------------

5. Pemberhentian sementara itu harus diberitahukan secara ------

tertulis kepada yang bersangkutan disertai alasannya. -------

6. Dalam jangka 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal ---------

pemberhentian sementara itu, Pengawas diwajibkan untuk ------

melaporkan secara tertulis kepada Pembina. ------------------

7. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal ---

laporan diterima oleh Pembina sebagaimana dimaksud dalam ----

ayat (6), maka Pembina wajib memanggil anggota Pengurus -----

yang bersangkutan untuk diberi kesempatan membela diri. -----

8. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal ---

pembelaan diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (7), ---------

Pembina dengan keputusan Rapat Pembina wajib : --------------

a. mencabut keputusan pemberhentian sementara ; atau --------

b. memberhentikan anggota Pengurus yang bersangkutan. -------

9. Dalam hal Pembina tidak melaksanakan ketentuan sebagai ------

dimaksud dalam ayat (7) dan ayat (8), maka pemberhentian ----

sementara batal demi hukum, dan yang bersangkutan menjabat --

kembali jabatannya semula. ----------------------------------

10. Dalam hal seluruh Pengawas diberhentikan sementara, maka ---

untuk sementara pengawas diwajibkan mengurus Yayasan. ------

----------------------- RAPAT PENGAWAS -------------------------

-------------------------- Pasal 28. ---------------------------

1. Rapat Pengawas dapat diadakan setiap waktu bila dianggap ----


perlu atas permintaan tertulis dari seorang atau lebih ------

Pengawas atau Pembina. --------------------------------------

2. Panggilan Rapat Pengawas dilakukan oleh Pengawas yang -------

berhak mewakili Pengawas. -----------------------------------

3. Panggilan Rapat Pengawas disampaikan kepada setiap ----------

Pengawas secara langsung, atau melalui surat dengan ---------

mendapatkan tanda terima, paling lambat 7 (tujuh) hari ------

sebelum Rapat diadakan, dengan tidak memperhitungkan --------

tanggal panggilan dan tanggal rapat. ------------------------

4. Panggilan Rapat itu harus mencantumkan tanggal, waktu, ------

tempat dan acara rapat. -------------------------------------

5. Rapat Pengawas diadakan di tempat kedudukan Yayasan atau ----

ditempat kegiatan Yayasan. ----------------------------------

6. Rapat Pengawas dapat diadakan ditempat lain dalam Wilayah ---

Hukum Republik Indonesia dengan persetujuan Pembina. --------

-------------------------- Pasal 29. ---------------------------

1. Rapat Pengawas dipimpin oleh Ketua Pengawas. ----------------

2. Dalam hal Ketua Pengawas tidak dapat hadir atau -------------

berhalangan, maka Rapat Pengawas akan dipimpin oleh dan -----

dari Pengawas yang hadir. -----------------------------------

3. Satu orang anggota Pengawas hanya diwakili oleh Pengawas ----

lainnya dalam Rapat Pengawas berdasarkan surat kuasa. -------

4. Rapat Pengawas sah dan berhak mengambil keputusan yang ------

mengikat apabila : ------------------------------------------

a. Dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah ---

Pengawas. ------------------------------------------------

b. Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) ------

huruf a tidak tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan --

Rapat Pengawas kedua. ------------------------------------

c. Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (4) -----


huruf b, harus dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari ----

sebelum rapat diselenggarakan, dengan tidak --------------

memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat. -----

d. Rapat Pengawas kedua diselenggarakan paling cepat 10 -----

(sepuluh) hari dan paling lambat 21 (duapuluh satu) ------

hari dari terhitung sejak Rapat Pengawas pertama. --------

e. Rapat Pengawas kedua adalah sah dan berhak mengambil -----

keputusan yang mengikat, apabila dihadiri oleh paling ----

sedikit 1/2 (satu per dua) jumlah Pengawas. --------------

---------------------------- Pasal 30. -------------------------

1. Keputusan Rapat Pengawas harus diambil berdasarkan ----------

musyawarah untuk mufakat. -----------------------------------

2. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat ----

tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan suara ----

setuju lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah suara yang ------

sah. --------------------------------------------------------

3. Dalam hal suara setuju dan tidak sama banyaknya, maka usul --

ditolak. ----------------------------------------------------

4. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan -------

surat suara tertutup tanpa tandatangan, sedangkan -----------

pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara -----

terbuka, kecuali Ketua Rapat menentukan lain dan tidak ada --

keberatan dari yang hadir. ----------------------------------

5. Suara abstain dan suara yang tidak sah tidak dihitung -------

dalam menentukan jumlah suara yang dikeluarkan. -------------

6. Setiap Rapat Pengawas dibuat berita acara rapat yang

ditandatangani oleh ketua rapat dan 1 (satu) orang anggota

Pengurus lainnya yang ditunjuk oleh rapat sebagai sekretaris

rapat. -----------------------------------------------------

7. Penandatanganan yang dimaksud dalam ayat (6) tidak ----------


disyaratkan apabila Berita Acara Rapat dibuat dengan akta ---

Notaris. ----------------------------------------------------

8. Pengawas dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa

mengadakan Rapat Pengawas, dengan ketentuan semua Pengawas

telah diberitahu secara tertulis dan semua Pengawas

memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secar

tertulis dengan menandatangani usul

tersebut.--------------------------------

9. Keputusan yang diambil sebagaimana dimaksud dalam ayat (8),

mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil

dengan sah dalam Rapat Pengawas.

----------------------------

------------------------- RAPAT GABUNGAN. ----------------------

------------------------- Pasal 31. ----------------------------

1. Rapat Gabungan adalah rapat yang diadakan oleh Pengurus -----

untuk mengangkat Pembina, apabila Yayasan tidak lagi --------

mempunyai Pembina. ------------------------------------------

2. Rapat Gabungan diadakan paling lambat 30 (tigapuluh) hari ---

terhitung sejak Yayasan tidak lagi mempunyai Pembina. -------

3. Panggilan Rapat Gabungan dilakukan oleh Pengurus. -----------

4. Panggilan Rapat Gabungan disampaikan kepada setiap ----------

Pengurus dan Pengawas secara langsung, atau melalui surat ---

dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7 (tujuh) hari --

sebelum rapat diadakan, dengan tidak memperhitungkan --------

tanggal panggilan dan tanggal rapat. ------------------------

5. Panggilan Rapat Gabungan harus mencantumkan tanggal, waktu, -

tempat, dan acara rapat. ------------------------------------

6. Rapat Gabungan diadakan ditempat kedudukan Yayasan atau -----

ditempat kegiatan Yayasan. ----------------------------------

7. Rapat Gabungan dipimpin oleh Ketua Pengurus. ----------------


8. Dalam hal Ketua Pengurus tidak ada atau berhalangan hadir, --

maka Rapat Gabungan dipimpin oleh Ketua Pengawas. -----------

9. Dalam hal Ketua Pengurus dan Ketua Pengawas tidak ada atau --

berhalangan hadir, maka Rapat Gabungan dipimpin oleh --------

Pengurus atau Pengawas yang dipilih oleh dan dari Pengurus --

dan Pengawas yang hadir. ------------------------------------

---------------------------- Pasal 32. -------------------------

1. Satu orang Pengurus hanya dapat diwakili oleh Pengurus

lainnya dalam Rapat Gabungan berdasarkan surat kuasa.

---------------

2. Satu orang Pengawas hanya dapat diwakili oleh Pengawas ------

lainnya dalam Rapat Gabungan berdasarkan surat kuasa. -------

3. Setiap Pengurus atau Pengawas yang hadir berhak mengeluarkan

1 (satu) suara dan tambahan 1 (satu) untuk setiap Pengurus

atau Pengawas lain yang

diwakilinya.-------------------------

4. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan suara

tertutup tanpa tandatangan, sedangkan pemungutan suara

mengenai hal-hal lain dilakukan secara terbuka, kecuali

Ketua Rapat menentukan lain dan tidak ada keberatan dari

yang hadir.

5. Suara abstain dan suara yang tidak sah dianggap tidak -------

dikeluarkan, dan dianggap tidak ada. ------------------------

-------------- KORUM DAN PUTUSAN RAPAT GABUNGAN. ---------------

--------------------------- Pasal 33. --------------------------

1.a. Rapat Gabungan adalah sah dan berhak mengambil keputusan --

yang mengikat apabila dihadiri paling sedikit 2/3 (dua ----

per tiga) dari jumlah anggota Pengurus dan 2/3 (dua per ---

tiga) dari jumlah anggota Pengawas. -----------------------

b. Dalam hal korum sebagaimana dumaksud dalam ayat (1) -------


huruf a tidak tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan ---

Rapat Gabungan kedua. -------------------------------------

c. Pemanggilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, --

harus dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum ------

rapat diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan -------

tanggal panggilan dan tanggal rapat. ----------------------

d. Rapat Gabungan kedua diselenggarakan paling cepat 10 ------

(sepuluh) hari, paling lambat 21 (duapuluh satu) hari -----

terhitung sejak Rapat Gabungan Pertama. -------------------

e. Rapat Gabungan kedua adalah sah dan berhak mengambil ------

keputusan yang mengikat apabila dihadiri paling sedikit ---

1/2 (satu per dua) dari jumlah anggota Pengurus dan 1/2 ---

(satu per dua) dari jumlah anggota Pengawas. --------------

2. Keputusan Rapat Gabungan sebagaimana tersebut diatas --------

ditetapkan berdasarkan musyawarah untuk mufakat. ------------

3. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat ----

tidak tercapai, maka keputusan diambil dengan pemungutan ----

suara berdasarkan suara setuju paling sedikit 2/3 (dua per --

tiga) bagian dari jumlah suara yang sah yang dikeluarkan ----

dalam Rapat. ------------------------------------------------

4. Setiap Rapat Gabungan dibuat Berita Acara Rapat, yang -------

untuk pengesahannya ditandatangani oleh Ketua Rapat dan 1 ---

(satu) orang anggota Pengurus atau anggota Pengawas yang ----

ditunjuk oleh rapat. ----------------------------------------

5. Berita Acara Rapat sebagimana dimaksud dalam ayat (4)

menjadi bukti yang sah terhadap Yayasan dan pihak ketiga

tentang keputusan dan segala sesuatu yang terjadi dalam

rapat.-------
6. Penandatanganan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) tidak

disyaratkan apabila Berita Acara Rapat dibuat dengan akta

notaris. ---------------------------------------------------

7. Anggota Pengurus dan anggota Pengawas dapat juga mengambil

keputusan yang sah tanpa mengadakan Rapat Gabungan, dengan

ketentuan semua Pengurus dan semua Pengawas telah diberitahu

secara tertulis dan semua Pengurus dan semua Pengawas telah

memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara

tertulis, dengan menandatangani usul

tersebut.---------------

8. Keputusan yang diambil dengan cara sebagaimana dimaksud dalam

ayat (7) mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang

diambil dengan sah dalam Rapat

Gabungan.----------------------

--------------------------- TAHUN BUKU. ------------------------

---------------------------- Pasal 34. -------------------------

1. Tahun buku Yayasan dimulai dari tanggal 1 (satu) Januari ----

sampai dengan tanggal 31 (tigapuluh satu) Desember. ---------

2. Pada akhir Desember tiap tahun, buku Yayasan ditutup. -------

3. Untuk pertama kalinya tahun buku Yayasan dimulai pada tanggal

dari Akta Pendirian Yayasan ini dan ditutup pada tanggal 31

(tigapuluh satu) Desember tahun 2021 (Dua ribu dua puluh

satu)

----------------------- LAPORAN TAHUNAN. -----------------------

--------------------------- Pasal 35. --------------------------

1. Pengurus wajib menyusun secara tertulis Laporan Tahunan -----

paling lambat 5 (lima) bulan setelah berakhirnya tahun ------

buku Yayasan. -----------------------------------------------

2. Laporan Tahunan memuat sekurang-kurangnya : -----------------

a. Laporan keadaan dan kegiatan Yayasan selama tahun buku ---


yang lalu serta hasil yang telah dicapai ; ---------------

b. Laporan keuangan yang terdiri atas Laporan posisi --------

keuangan pada akhir periode, laporan aktivitas, laporan --

arus kas dan catatan laporan keuangan. -------------------

3. Laporan tahunan wajib ditandatangani oleh Pengurus dan ------

Pengawas. ---------------------------------------------------

4. Dalam hal terdapat anggota Pengurus atau Pengawas yang ------

tidak menandatangani laporan tersebut, maka yang ------------

bersangkutan harus menyebutkan alasan tertulis. -------------

5. Laporan tahunan disahkan oleh Pembina dalam rapat tahunan. --

6. Ikhtisar laporan tahunan Yayasan disusun sesuai dengan ------

standar akuntansi keuangan yang berlaku dan diumumkan pada --

papan pengumuman di kantor Yayasan. -------------------------

------------------- PERUBAHAN ANGGARAN DASAR. ------------------

-------------------------- Pasal 36. ---------------------------

1. Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilaksanakan

berdasarkan keputusan Rapat Pembina, yang dihadiri paling

sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah

Pembina.-------------------------------

2. Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.

----

3. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat

tidak tercapai, maka keputusan ditetapkan berdasarkan

persetujuan paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari seluruh

jumlah Pembina yang hadir atau yang

diwakili.-------------------------------

4. Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak

tercapai, maka diadakan pemanggilan Rapat Pembina yang kedua

paling cepat 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal Rapat


Pembina yang pertama.

---------------------------------------

5. Rapat Pembina kedua tersebut sah, apabila dihadiri oleh

lebih dari 1/2 (satu per dua) dari seluruh Pembina.

---------------

6. Keputusan Rapat Pembina kedua sah, apabila diambil

berdasarkan persetujuan suara terbanyak dari jumlah Pembina

yang hadir atau yang diwakili.

-----------------------------------------

----------------------------- Pasal 37. ------------------------

1. Perubahan Anggaran Dasar dilakukan dengan akta notaris dan --

dibuat dalam bahasa Indonesia. ------------------------------

2. Perubahan Anggaran Dasar tidak dapat dilakukan terhadap -----

maksud dan tujuan Yayasan. ----------------------------------

3. Perubahan Anggaran Dasar yang menyangkut perubahan nama -----

dan kegiatan Yayasan, harus mendapat persetujuan dari -------

Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. -----

4. Perubahan Anggaran Dasar selain yang menyangkut hal-hal -----

sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) cukup diberitahukan -----

kepada Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik ---------

Indonesia. --------------------------------------------------

5. Perubahan Anggaran Dasar tidak dapat dilakukan pada saat

Yayasan dinyatakan pailit, kecuali atas persetujuan kurator.

------------------------- PENGGABUNGAN. ------------------------

--------------------------- Pasal 38. --------------------------

1. Penggabungan Yayasan dapat dilakukan dengan menggabungkan 1

(satu) atau lebih Yayasan dengan Yayasan yang menggabungkan

diri menjadi bubar.

-----------------------------------------

2. Penggabungan Yayasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ----


dapat dilakukan dengan memperhatikan : ----------------------

a. Ketidak mampuan Yayasan melaksanakan kegiatan usaha ------

tanpa dukungan Yayasan lain ; ----------------------------

b. Yayasan yang menerima penggabungan dan yang bergabung ----

kegiatannya sejenis ; atau -------------------------------

c. Yayasan yang menggabungkan diri tidak pernah melakukan ---

perbuatan yang bertentangan dengan Anggaran Dasarnya, ----

ketertiban umum dan kesusilaan. --------------------------

3. Usul penggabungan Yayasan dapat disampaikan oleh Pengurus ---

kepada Pembina. ---------------------------------------------

-------------------------- Pasal 39. ---------------------------

1. Penggabungan Yayasan hanya dapat dilakukan berdasarkan

keputusan Rapat Pembina yang dihadiri paling sedikit 3/4

(tiga per empat) dari jumlah anggota Pembina dan disetujui

paling sedikit 3/4 (tiga per empat) dari seluruh jumlah

anggota Pembina yang

hadir.------------------------------------------

2. Pengurus dari masing-masing Yayasan yang akan ---------------

menggabungkan diri dan yang akan menerima penggabungan ------

menyusun usul rencana penggabungan. -------------------------

3. Usul rencana penggabungan sebagaimana dimaksud dalam ayat(2)

dituangkan dalam rancangan akta penggabungan oleh pengurus

dari Yayasan yang akan menggabungkan diri dan yang akan

menerima penggabungan.--------------------------------------

4. Rancangan akta penggabungan harus mendapat persetujuan dari

Pembina masing-masing Yayasan.

------------------------------

5. Pengurus Yayasan hasil penggabungan wajib mengumumkan hasil

penggabungan dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia

paling lambat 30 (tigapuluh) hari terhitung sejak


penggabungan selesai

dilakukan.------------------------------------------

6. Dalam hal penggabungan Yayasan diikuti dengan perubahan

-----

Anggaran Dasar yang memerlukan persetujuan Menteri Hukum ----

Dan Hak Asasi Manusia, maka akta perubahan Anggaran Dasar ---

Yayasan wajib disampaikan kepada Menteri Hukum Dan Hak ------

Asasi Manusia untuk memperoleh persetujuan dengan -----------

dilampiri akta penggabungan. --------------------------------

--------------------------- PEMBUBARAN. ------------------------

---------------------------- Pasal 40. -------------------------

1. Yayasan bubar karena : --------------------------------------

a. alasan sebagaimana dimaksud dalam jangka waktu yang ------

ditetapkan dalam Anggaran Dasar berakhir ; ---------------

b. Tujuan Yayasan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar ------

telah tercapai atau tidak tercapai ; ---------------------

c. Putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap ----

berdasarkan alasan : -------------------------------------

1. Yayasan melanggar ketertiban umum dan kesusilaan ; ----

2. Tidak mampu membayar utangnya setelah dinyatakan ------

pailit ; atau -----------------------------------------

3. Harta kekayaan Yayasan tidak cukup untuk melunasi -----

utangnya setelah pernyataan pailit dicabut. -----------

2. Dalam hal Yayasan bubar sebagimana diatur dalam ayat (1)

huruf a, dan huruf b, Pembina menunjuk likuidator untuk

membereskan kekayaan Yayasan.

-------------------------------------------

3. Dalam hal tidak ditunjuk likuidator, maka Pengurus bertindak

sebagai likuidator.

-----------------------------------------
4. Pembubaran Yayasan hanya dapat dilakukan berdasarkan

keputusan Rapat Pembina yang dihadiri paling sedikit 3/4

(tiga per empat) dari jumlah anggota Pembina dan disetujui

paling sedikit 3/4 (tiga per empat) dari seluruh jumlah

anggota Pembina yang

hadir.------------------------------------------

----------------------------- Pasal 41. ------------------------

1. Dalam hal Yayasan bubar, Yayasan tidak dapat melakukan

perbuatan hukum, kecuali untuk membereskan kekayaannya dalam

proses likuidasi.-------------------------------------------

2. Dalam hal Yayasan sedang dalam proses likuidasi, untuk semua

surat keluar dicantumkan frasa "dalam likuidasi" dibelakang

nama Yayasan.-----------------------------------------------

3. Dalam hal Yayasan bubar karena putusan pengadilan juga

menunjuk

likuidator.-------------------------------------------------

4. Dalam hal pembubaran Yayasan karena pailit, berlaku peraturan

perundang-undangan dibidang

kepailitan.----------------------

5. Ketentuan mengenai penunjukkan, pengangkatan, pemberhentian

sementara, pemberhentian, wewenang, kewajiban, tugas dan

tanggung jawab, serta Pengawasan terhadap Pengurus, berlaku

juga bagi likuidator.

---------------------------------------

6. Likuidator atau Kurator yang ditunjuk untuk melakukan

pemberesan kekayaan Yayasan yang bubar atau dibubarkan,

paling lambat 5 (lima) hari terhitung sejak tanggal

penunjukan wajib mengumumkan pembubaran Yayasan dan proses

likuidasinya dalam surat kabar harian berbahasa

Indonesia.----------------------
7. Likuidator atau kurator dalam jangka waktu paling lambat 30

(tigapuluh) hari terhitung sejak tanggal proses likuidasi

berakhir, wajib mengumumkan hasil likuidasi dalam surat

kabar harian berbahasa

Indonesia.----------------------------------

8. Likuidator atau kurator dalam waktu paling lambat 7 (tujuh)

hari terhitung sejak tanggal proses likuidasi berakhir,

-----

wajib melaporkan pembubaran Yayasan kepada Pembina. ---------

9. Dalam hal laporan mengenai pembubaran Yayasan sebagaimana

dimaksud ayat (8) dan mengumumkan hasil likuidasi

sebagaimana dimaksud ayat (7) tidak dilakukan, maka bubarnya

Yayasan tidak berlaku bagi pihak

ketiga.-----------------------------------

----------- CARA PENGGUNAAN KEKAYAAN SISA LIKUIDASI. -----------

-------------------------- Pasal 42. ---------------------------

1. Kekayaan sisa hasil likuidasi diserahkan kepada Yayasan lain

yang mempunyai maksud dan tujuan yang sama dengan Yayasan

yang bubar.

-----------------------------------------------------

2. Kekayaan sisa hasil likuidasi sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) dapat diserahkan kepada badan hukum lain yang melakukan

kegiatan yang sama dengan Yayasan yang bubar, apabila hal

tersebut diatur dalam undang-undang yang berlaku bagi Badan

Hukum tersebut.---------------------------------------------

3. Dalam hal kekayaan sisa hasil likuidasi tidak diserahkan

kepada yayasan lain atau kepada badan hukum lain sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), kekayaan tersebut

diserahkan kepada Negara dan penggunaannya dilakukan sesuai


dengan maksud dan tujuan Yayasan yang bubar.

-----------------------------------

---------------------- PERATURAN PENUTUP. ----------------------

-------------------------- Pasal 43.

---------------------------

1. Hal-hal yang tidak diatur atau belum cukup diatur dalam

Anggaran Dasar ini akan diputuskan oleh Rapat Pembina.

------

2. Menyimpang dari ketentuan dalam pasal 7 ayat (4), pasal 14 --

ayat (1), dan pasal 25 ayat (1) Anggaran Dasar ini ----------

mengenai tata cara pengangkatan Pembina, Pengurus dan -------

Pengawas, maka untuk pertamakalinya susunan Pembina, --------

Pengurus dan Pengawas Yayasan adalah sebagai berikut : ------

a. PEMBINA ----------- :

------------------------------------

- Ketua ----------- : Tuan Ananda tersebut ---------------

- Anggota --------- : Tuan Sopandi, Sarjana Teknik, lahir

di Jakarta, pada tanggal 10-07-1992

(sepuluh Juli seribu Sembilan ratus

Sembilan puluh dua), Swasta,

bertempat tinggal di Jakarta Pusat,

Jalan Sudirman nomor 102, Rukun

Tetangga 002, Rukun Warga 010,

Kelurahan Cideng, Kecamatan Gambir,

Pemegang Kartu Tanda Penduduk

dengan Nomor Induk Kependudukan

3173091012770003 ;-----------------

b. PENGURUS ---------- :

------------------------------------
- Ketua ----------- : Tuan Oka tersebut ------------------

- Sekretaris ------ : Tuan Asep, Sarjana Teknik, lahir di

Jakarta, pada tanggal 11-07-1993

(sebelas Juli seribu Sembilan ratus

Sembilan puluh tiga), Swasta,

bertempat tinggal di Jakarta Pusat,

Jalan Sudirman nomor 92, Rukun

Tetangga 002, Rukun Warga 010,

Kelurahan Cideng, Kecamatan Gambir,

Pemegang Kartu Tanda Penduduk

dengan Nomor Induk Kependudukan

3173091012770883;------------------

- Bendahara ------- : Tuan Russle, Sarjana Teknik, lahir

di Jakarta, pada tanggal 15-08-1993

(lima belas Agustus seribu Sembilan

ratus Sembilan puluh tiga), Swasta,

bertempat tinggal di Jakarta Pusat,

Jalan Sudirman nomor 186, Rukun

Tetangga 002, Rukun Warga 010,

Kelurahan Cideng, Kecamatan Gambir,

Pemegang Kartu Tanda Penduduk

dengan Nomor Induk Kependudukan

3173091012771532;------------------

c. PENGAWAS ---------- : Tuan Akbar

Tersebut-----------------

- Menurut keterangan para penghadap , pengangkatan tersebut

--diatas ini telah diterima oleh masing-masing yang

----------bersangkutan .------------------------------------

----------

-Para penghadap telah dikenal oleh saya , Notaris .----------


-Para penghadap dengan ini menyatakan kebenaran akan

identitasnya sesuai dengan tanda pengenal yang disampaikan

kepada saya, Notaris. Selanjutnya, para penghadap juga

menyatakan telah mengerti dan memahami isi akta

ini;----------

------------- Dari apa yang tersebut di atas , dibuatlah--------

-------------------------- AKTA INI ---------------------------


Dibuat sebagai minuta, dibacakan dan ditandatangani
di Kota Jakarta pada hari, tanggal, bulan dan tahun
seperti yang tersebut pada kepala akta ini dengan
dihadiri oleh:---------------------------------------

1. Nyonya Marsella, Sarjana Hukum, Magister

Kenotariatan, lahir di Jakarta, pada tanggal 02-02-

1989 (dua Maret seribu sembilan ratus delapanpuluh

sembilan), Warga Negara Indonesia, Pegawai Kantor

Notaris, bertempat tinggal di Tangerang, Griya

Sangiang Mas Jalan Plamboyan II Blok B2 nomor 12,

Rukun Tetangga 009, Rukun Warga 007, Kelurahan

Gebang Raya, Kecamatan Periuk, Kota Tangerang,

pemegang Nomor Induk Kependudukan 

3671080203890003; --------------

2.  Nona  FIDYA SAFITRI, lahir di Tangerang, pada

tanggal (07-03-1995)  tujuh Maret seribu Sembilan

ratus Sembilan puluh lima Warga Negara Indonesia,

Pegawai Kantor Notaris, bertempat tinggal di Jakarta

Selatan, Jalan Akasia D-745, Rukun Tetanga 001,

Rukun Warga 006, Kelurahan Pinang, Kecamatan Pinang,

pemegang Nomor Induk Kependudukan  3671114703950001;


- Segera setelah saya, Notaris Membacakan akta ini

kepada para penghadap dan saksi-saksi, maka para

penghadap membubuhkan cap ibu jari pada lembar

tersendiri, dihadapan saya, Notaris dan saksi-saksi,

yang dilekatkan pada minuta akta ini dan selanjutnya

akta ini ditandatangani oleh para penghadap, saksi-

saksi dan saya notaris;-----------------------------

-Dilangsungkan dengan tanpa perubahan.---------------

Notaris di Kota Jakarta

Ananda Muhammad , S.H , M.kn,


UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KELOMPOK:
PEMBUATAN AKTA BADAN HUKUM NON-PT DAN AP NON-
BADAN HUKUM PERKUMPULAN

Disusun oleh:
Kelompok 2

Nurizkha Arlina (2006497384)


Ripandi (2006497472)
Shinta Oktaviani (2006497535)
Alicia Junisa Esterina (2006549381)
Diah Triayu Laraswati (2006549596)
Lisha Trie Caesarani (2006549923)
Nayla Husnul Hayati (2006550124)
Siti Adlia Catur Putri (2006550396)
Stella Defany Muslim (2006550420)

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN
DEPOK
2021
A. RINGKASAN MATERI PERKUMPULAN
1. Pengertian Perkumpulan
Perkumpulan adalah badan hukum yang merupakan kumpulan orang
yang didirikan untuk mewujudkan kesamaan maksud dan tujuan tertentu di
bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan dan tidak membagikan
keuntungan kepada anggotanya.51 Dalam praktiknya, perkumpulan terdiri atas
perkumpulan yang berbadan hukum dan perkumpulan biasa atau non-badan
hukum.
Perkumpulan yang berbadan hukum telah diakui sebagai subjek hukum
dan dapat melakukan perbuatan perdata atas nama perkumpulan. Akta
pendiriannya telah disahkan oleh Kementerian Hukum & HAM RI. Adapun
ketentuan yang dipenuhi dan ditulis dalam Anggaran Dasarnya, yaitu jangka
waktu, modal yang dipisahkan, maksud dan tujuan dari perkumpulan dibuat,
serta organ dari perkumpulan (pendiri, pembina, pengurus dan pengawas).
Sedangkan perkumpulan biasa atau tidak berbadan hukum tidak dapat
melakukan perbuatan perdata dalam kedudukannya sebagai perkumpulan.
Selain itu berbentuk organisasi massa (ormas) yang tidak berbadan hukum dan
dalam proses pendiriannya lebih mudah serta dapat dibentuk hanya dengan
minimal 2 orang.
Jika dilihat dalam aspek sejarah, Ormas ini telah ada dan berkembang
mengikuti perkembangan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Dalam masa penjajahan sebelum Indonesia merdeka pun telah
dikenal beberapa wadah perkumpulan orang yang bertujuan untuk
mewujudkan kemerdekaan Indonesia, diantaranya, yakni Boedi Oetomo dan
Jong Java (dahulu bernama Tri Koro Dharmo) yang merupakan perkumpulan
pemuda daerah yang kemudian dibentuk perkumpulan organisasi pemuda lain
seperti Jong Ambon, Jong Celebes, serta Jong Minahasa sesuai dengan asal
daerahnya. Selain itu juga dikenal Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia,
Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, serta organisasi masyarakat lainnya.
Pada saat ini, dinamika perkembangan Ormas semakin luas dan
kompleks dengan maksud dan tujuan yang berbeda-beda. Salah satu faktor
yang menyebabkan perkembangan ini dikarenakan terjadi perubahan sistem

51
Pasal 1 Permenkumham Nomor 3 Tahun 2016
pemerintahan itu sendiri dalam hal tata kelola dan pengakuan organisasi
masyarakat yang sangat diperlukan dalam menjalankan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Peningkatan kuantitas, kompleksitas
jenis kegiatan, dan penyebaran organisasi masyarakat di negara Indonesia
yang merupakan negara demokrasi memberikan kewajiban bagi organisasi
masyarakat terkait kedudukan, fungsi, serta tanggung jawab agar dapat
berdampak langsung maupun tidak langsung dalam mewujudkan cita-cita
nasional bangsa Indonesia, serta menjaga dan memelihara keutuhan dan
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengembangan kualitas,
peran serta, dan fungsi Ormas ini dalam aspek pembangunan, memberikan
konsekuensi tersendiri dalam rangka membangun sistem pengelolaan yang
berdasar pada prinsip organisasi masyarakat yang sehat sebagai organisasi
nirlaba yang berdasarkan demokrasi, profesional, mandiri, transparan dan
akuntabel.
Tujuan Ormas telah ditegaskan dalam Pasal 5 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi
Kemasyarakatan.52 Mengacu pada peraturan perundang-undangan di
Indonesia, maka tujuan dibentuknya Ormas ini adalah untuk:
a. Meningkatkan partisipasi dan keberdayaan masyarakat
b. Memberikan pelayanan kepada masyarakat
c. Menjaga nilai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
d. Melestarikan dan memelihara norma, nilai, moral, etika, dan budaya yang
hidup dalam masyarakat
e. Melestarikan sumber daya alam dan lingkungan hidup
f. Mengembangkan kesetiakawanan sosial, gotong royong, dan toleransi
dalam kehidupan bermasyarakat
g. Menjaga, memelihara, dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa;
dan
h. Mewujudkan tujuan negara.
Selanjutnya, fungsi Ormas telah dimuat dalam ketentuan Pasal 6
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang

52
Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan
Organisasi Kemasyarakatan yang menyatakan bahwa Ormas berfungsi sebagai
sarana:53
a. Penyalur kegiatan sesuai dengan kepentingan anggota dan/atau tujuan
organisasi
b. Pembinaan dan pengembangan anggota untuk mewujudkan tujuan
organisasi
c. Penyalur aspirasi masyarakat
d. Pemberdayaan masyarakat
e. Pemenuhan pelayanan sosial
f. Partisipasi masyarakat untuk memelihara, menjaga, dan memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa; dan/atau
g. Pemelihara dan pelestari norma, nilai, dan etika dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Menurut ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan, Ormas
memiliki bidang kegiatan yang disesuaikan dan dituangkan dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) masing-masing.54
Selanjutnya, dalam Pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan telah ditentukan bahwa
“Ormas memiliki lingkup nasional, provinsi, atau kabupaten/kota.” 55 Pendirian
Ormas telah diatur dalam ketentuan Pasal 9 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan, yang
menyebutkan bahwa “Ormas didirikan oleh 3 (tiga) orang warga negara
Indonesia atau lebih, kecuali Ormas yang berbadan hukum Yayasan.”56
Perkumpulan yang dibentuk (didirikan) menggunakan Akta Notaris,
maka untuk pembubaran perkumpulan terutama perkumpulan berbadan
hukum wajib dibuat akta pembubaran berdasarkan Akta Notaris. Setelah
dibuat akta pembubaran, maka disampaikan kepada Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Selain itu, perkumpulan memiliki
perbedaan dengan Yayasan, antara lain:

53
Pasal 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan
54
Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi
Kemasyarakatan
55
Pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan
56
Pasal 9 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan
a. Dalam perkumpulan berbasis keanggotaan, sedangkan yayasan tidak
berbasis keanggotaan. 
b. Dalam perkumpulan tidak ada larangan untuk membagi keuntungan,
sedangkan keuntungan atau harta yayasan tidak dapat dibagikan.
c. Forum tertinggi perkumpulan adalah Rapat Umum Anggota atau bisa
dengan nama lain seperti Musyawarah Besar atau Musyawarah Nasional,
sedangkan forum tertinggi yayasan adalah Pembina Yayasan.

2. Dasar Hukum Perkumpulan


Mengenai dasar hukum perkumpulan di Indonesia telah diatur lebih
lanjut dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013
Tentang Organisasi Kemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5430). Dalam ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang ini
disebutkan bahwa “Organisasi Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut
Ormas adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara
sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan,
kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi
tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila57. Beberapa regulasi yang mengatur mengenai Perkumpulan, antara
lain:58
a. Staatsblad 1870 Nomor 64 tentang Perkumpulan-Perkumpulan Berbadan
Hukum
b. Staatsblad 1937 Nomor 573
c. Pasal 1653-1665 KUH Perdata
d. Staatsblad 1938 Nomor 276
e. Permenkumham Nomor 3 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengajuan
Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan
Anggaran Dasar Perkumpulan (Permenkumham 3/2016)

57
Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi
Kemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5430).
58
Perkuliahan dan Bahan Ajar Mata Kuliah Pembuatan Akta Badan Hukum non Perseroan Terbatas dan
Non Badan Hukum, Perkumpulan, oleh M. Fajri Mekka Putra, S.H., M.kn
f. Permenkumham Nomor 10 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas
Permenkumham Nomor 3 Tahun 2016 (Permenkumham 10/2019)
g. UU Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan
h. Permenkumham Nomor 3 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengajuan
Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan
Anggaran Dasar Perkumpulan

3. Syarat Pendirian Perkumpulan


Dalam mendirikan perkumpulan tentunya harus memenuhi syarat-
syarat yang berlaku dan mengumpulkan dokumen/surat yang diperlukan,
yaitu:59
a. KTP – Pendiri, Pengurus, Pengawas, Anggota (tidak boleh diganti dengan
SIM)
b. NPWP – Pendiri, Pengurus, Pengawas, Anggota
c. Paspor / Kartu Izin Tinggal Terbatas, apabila terdapat orang Asing
d. Jika sebelumnya telah diadakan Rapat Anggota Perkumpulan mengenai
pendirian Perkumpulan, maka dibuatkan Risalah Rapat Anggota
Perkumpulan, minimal mencantumkan:
1) Tempat dan tanggal diadakannya rapat anggota
2) Waktu diadakannya rapat anggota
3) Agenda rapat anggota tentang pendirian perkumpulan
4) Peserta yang hadir dalam rapat anggota
5) Pembukaan (visi misi) pendirian perkumpulan
6) Anggaran dasar perkumpulan, minimal memuat: (sesuaikan dengan
para pihak)
7) Nama perkumpulan
8) Tempat kedudukan Perkumpulan
9) Asas dan landasan Perkumpulan
10) Maksud, tujuan dan fungsi Perkumpulan
11) Kegiatan Perkumpulan
12) Jangka waktu Perkumpulan
13) Harta kekayaan yang dipisahkan
14) Hak dan kewajiban anggota Perkumpulan
59
Kumpulan Materi Kuliah Magister Kenotariatan Universitas Indonesia, linktr.ee/IMMKUI2020
15) Organ Perkumpulan beserta tugas dan kewenangannya
16) Ketentuan Perubahan Anggaran Dasar Perkumpulan
17) Ketentuan mengenai Penggabungan Perkumpulan
18) Ketentuan mengenai Pembubaran Organisasi
19) Ketentuan mengenai pengelolaan keuangan
20) Ketentuan Logo dan Lambang Perkumpulan
21) Ketentuan Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Khusus.
22) Nama jabatan dan jumlah Pengurus dan Pengawas Perkumpulan.
23) Susunan Pengurus dan Pengawas Perkumpulan
24) Persetujuan mengenai pendirian Perkumpulan.
25) Tanda tangan peserta Rapat Anggota.
26) Daftar Hadir peserta Rapat Anggota.
e. Nama Perkumpulan (Minimal 1 Suku Kata – Tiap Kata Minimal 3 Huruf)
f. Pembukaan (visi misi) pendirian Perkumpulan (jika dikehendaki oleh para
pendiri)
g. Tempat kedudukan Perkumpulan (domisili)
h. Harta kekayaan yang dipisahkan
i. Susunan pengurus dan pengawas
j. Jangka waktu pendirian
k. Nama jabatan dan jumlah anggota pengurus dan pengawas
l. Nama Rapat Anggota, Periode Pelaksanaan, Jenis Rapat Anggota
m. Logo/ Lambang
n. Anggaran rumah tangga dan peraturan khusus
o. Visi Dan Misi
p. Pengelola keuangan
q. Cara penyelesaian sengketa
r. Pembubaran organisasi
s. Hak dan kewajiban anggota
t. Asas tujuan fungsi
u. Hal yang memerlukan persetujuan organ perkumpulan
v. Pernyataan setor harta kekayaan yang dipisahkan
w. Surat kuasa pendirian bila dikuasakan (bawah tangan/notaril)
x. Surat keterangan domisili perkumpulan
y. NPWP Badan Hukum
4. Permohonan Pengajuan Nama Perkumpulan
Permohonan pengesahan badan hukum Perkumpulan harus didahului
dengan pengajuan pemakaian nama Perkumpulan, melalui Sistem
Administrasi Badan Hukum (“SABH”). Permohonan tersebut diajukan dengan
mengisi format pengajuan nama Perkumpulan, yang memuat:60
a. Nomor pembayaran persetujuan pemakaian nama Perkumpulan dari bank
persepsi, dan
b. Nama Perkumpulan yang dipesan. Besarnya biaya persetujuan pemakaian
nama sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementrian Hukum dan Hak
Asasi Manusia (“Kementerian”). Biaya yang telah dibayarkan tersebut
hanya berlaku untuk jangka waktu paling nama 60 (enam puluh) hari sejak
tanggal pembayaran.
Nama Perkumpulan yang dipesan harus memenuhi persyaratan yang
diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Sehubungan dengan
hal tersebut, Pemohon wajib mengisi formulir pernyataan yang menyatakan
bahwa nama Perkumpulan yang dipesan telah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan bertanggung jawab penuh terhadap nama
Perkumpulan yang dipesan.
Kementerian Hukum dan HAM memberikan persetujuan secara
elektronik terhadap permohonan nama Perkumpulan, yang memuat
a. Nomor pemesanan
b. Nama Perkumpulan yang dapat dipakai
c. Tanggal pemesanan
d. Tanggal daluarsa, dan
e. Kode pembayaran.
Namun, Kemenkumham dapat menolak permohonan nama
Perkumpulan tersebut secara elektronik apabila nama yang diajukan tidak
memenuhi persyaratan pengajuan dan pemakaian nama. Nama Perkumpulan
yang telah disetujui hanya berlaku untuk jangka waktu paling lama 60 (enam
puluh) hari.

60
Bahan Ajar Mata Kuliah Pembuatan Akta Badan Hukum non Perseroan Terbatas dan Non Badan Hukum,
Perkumpulan, oleh Fully Handayani Ridwan, Magister Kenotariatan Universitas Indonesia
5. Permohonan Pengesahan Badan Hukum61
Permohonan pengesahan badan hukum Perkumpulan diajukan secara
elektronik kepada Menkumham, dengan cara mengisi format pendirian
pengesahan badan hukum Perkumpulan (“Format Pendirian”). Untuk itu,
Pemohon wajib terlebih dahulu membayar biaya permohonan pengesahan
badan hukum Perkumpulan melalui bank persepsi sebelum mengisi Format
Pendirian. Besarnya biaya pengesahan badan hukum Perkumpulan diatur
sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai Penerimaan Negara
Bukan Pajak yang berlaku pada Kementrian.
Pengisian Format Pendirian dilengkapi dengan dokumen pendukung
yang disampaikan secara elektronik, berupa surat pernyataan secara elektronik
dari Pemohon yang menyatakan bahwa dokumen untuk pendirian telah
lengkap. Adapun, dokumen pendirian disimpan oleh Notaris, yang meliputi:
a. Akta Pendirian yang dikeluarkan oleh Notaris, yang memuat Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
b. Program kerja
c. Sumber pendanaan
d. Surat keterangan domisili
e. Nomor Pokok Wajib Pajak atas nama Perkumpulan; dan
f. Surat Pernyataan yang menyatakan tidak sedang dalam sengketa
kepengurusan atau dalam perkara di Pengadilan.
Selain itu, Pemohon juga wajib untuk mengisi surat pernyataan secara
elektronik, yang menyatakan bahwa Format Pendirian dan keterangan
mengenai dokumen pendukung telah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Menkumham akan langsung menyatakan tidak
berkeberatan atas permohonan pengesahan badan hukum apabila Format
Pendirian dan keterangan dokumen pendukung telah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Menkumham menerbitkan keputusan pengesahan badan
hukum Perkumpulan paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak
tanggal Pernyataan Tidak Berkeberatan. Keputusan Pengesahan disampaikan
kepada Pemohon secara elektronik, dan Notaris secara sendiri dapat langsung
melakukan pencetakan Keputusan Pengesahan. 

61
Bahan Ajar Mata Kuliah Pembuatan Akta Badan Hukum non Perseroan Terbatas dan Non Badan Hukum,
Perkumpulan, oleh Fully Handayani Ridwan
6. Langkah-langkah dalam membuat Perkumpulan secara Online62
Untuk melalukan pendaftaran secara Online, terdapat langkah-langkah
yang harus dilalui oleh Pemohon, yaitu:
1. Pesan nama perkumpulan terlebih dahulu melalui website
https://ahu.go.id/sabh/perkumpulan. Dalam pemilihan nama perkumpulan
wajib memenuhi persyaratan yang diatur dalam ketentuan Pasal 4
Permenkumham 10/2019. Setelah pesan nama, lalu menunggu proses
verifikasi nama perkumpulan dengan hasil akhir nama diterima dengan
tanda terima bukti pesan nama atau ditolak, apabila pemesanan nama
ditolak maka dapat melakukan pemesanan nama ulang kembali.63
2. Setelah nama Perkumpulan diterima, maka dapat membuat Akta Pendirian
Perkumpulan, dengan mencantumkan:
a. Nama pendiri sesuai KTP, apabila terdapat Warga Negara Asing dapat
mencantumkan nama sesuai KITAS atau Passport
b. Visi dan misi pendirian Perkumpulan
c. Jika sebelumnya telah diadakan Rapat Anggota Perkumpulan mengenai
pendirian Perkumpulan, maka dibuatkan Risalah Rapat Anggota
Perkumpulan 
d. Nama Perkumpulan dan tempat kedudukan Perkumpulan
e. Asas dan landasan dari perkumpulan yang tidak bertentangan dengan
Pancasila dan UUD 1945
f. Sifat dari Perkumpulan, dalam hal ini Perkumpulan bersifat nirlaba
g. Maksud dan tujuan Perkumpulan (bidang sosial, keagamaan, dan/atau
kemanusiaan)
h. Kegiatan dalam mencapai maksud dan tujuan Perkumpulan
i. Jangka waktu perkumpulan (tertentu atau tidak tertentu)
j. Harta kekayaan perkumpulan
k. Hak dan kewajiban anggota perkumpulan
3. Penandatanganan Akta Pendirian Perkumpulan
a. Siapkan akta pendirian perkumpulan yang telah dibuat

62
Perkuliahan dan Bahan Ajar Mata Kuliah Pembuatan Akta Badan Hukum non Perseroan Terbatas dan
Non Badan Hukum, Perkumpulan, oleh M. Fajri Mekka Putra, S.H., M.kn
63
Pasal 4 Permenkumham 10/2019
b. Siapkan daftar hadir bagi pihak yang hadir dalam pembuatan akta
pendirian perkumpulan
c. Siapkan pernyataan setor harta kekayaan Perkumpulan yang dipisahkan
d. Siapkan Pernyataan tidak dalam sengketa kepengurusan dan tidak
sedang berperkara di pengadilan
e. Siapkan surat pernyataan keterangan domisili Perkumpulan
4. Setelah penandatanganan Akta Pendirian Perkumpulan
a. Membuat salinan akta pendirian perkumpulan
b. Scan salinan akta dalam bentuk file pdf untuk kepentingan pengaksesan
pengisian data perkumpulan
c. Berdasarkan salinan yang telah diserahkan kepada perkumpulan,
kemudian perkumpulan membuat keterangan domisili dari lurah
diketahui camat
d. Setelah keterangan domisili telah diperoleh, berdasarkan salinan akta
pendirian perkumpulan dan surat keterangan domisili, kemudian
Perkumpulan membuat Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama
Perkumpulan
5. Pengisian data perkumpulan di AHU Online, dengan melakukan pemesanan
dan pembayaran voucher “Pengesahan Akta Pendirian Perkumpulan”,
kemudian tuliskan nomor voucher pengesahan di kolom “Nomor Voucher
Pengesahan Akta Pendirian Perkumpulan” dan nomor pesan nama di kolom
“Nomor Pemesanan Nama”.
6. Pratinjau dan upload dokumen di website AHU Online
a. Lakukan pratinjau dengan meng-klik kolom “Pratinjau”
b. Pemeriksaan kecocokan data dalam Akta Pendirian Perkumpulan.
Apabila ada kesalahan antara data yang diisi dengan Akta Pendirian,
maka dapat melakukan perubahan dengan kolom “Perubahan Data”
c. Setelah data sesuai, lakukan upload salinan akta dalam bentuk file
PDF, pada kolom “upload akta”
d. Setelah akta diupload, maka kolom penerbitan Surat Keputusan
Menteri dapat dipilih, lalu mencetak penerbitan surat keputusan
menteri dengan memilih kolom “Cetak SK”
e. Proses pendirian Perkumpulan secara online telah selesai dilakukan
B. CONTOH AKTA PENDIRIAN PERKUMPULAN

PERKUMPULAN PECINTA ALAM NUSANTARA


Nomor: 35
 
 Pada hari ini, Selasa, tanggal 08-06-2021 (delapan Juni dua ribu dua puluh
satu)--------
 Pukul 10.00 WIB (sepuluh Waktu Indonesia Barat)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------
 Berhadapan dengan saya, Dewi Komalasari, Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan,
Notaris di Jakarta Selatan, dengan dihadiri oleh saksi-saksi yang saya, Notaris kenal
dan akan disebutkan dalam bagian akhir akta ini:
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------
1. Tuan Hardi, lahir di Jakarta, pada tanggal 01-02-1990 (satu Februari seribu
sembilan ratus sembilan puluh), Warga Negara Indonesia, Lawyer, bertempat
tinggal di Jakarta Selatan, Jalan veteran nomor 20, Rukun tetangga 002, Rukun
Warga 002, Kelurahan Ciganjur, Kecamatan Jagakarsa, Pemegang kartu tanda
penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan
3172001102900005;-------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------
2. Tuan Adit, lahir di Jakarta, pada tanggal 02-03-1991 (dua maret seribu sembilan
ratus sembilan puluh satu), Warga Negara Indonesia, Lawyer, bertempat tinggal
di Jakarta Selatan, Jalan veteran nomor 21, Rukun tetangga 002, Rukun Warga
002, Kelurahan Ciganjur, Kecamatan Jagakarsa, Pemegang kartu tanda penduduk
dengan Nomor Induk Kependudukan
3176010203910006;-------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------
3. Tuan Charlie, lahir di Jakarta, pada tanggal 10-03-1992 (sepuluh maret seribu
sembilan ratus sembilan puluh dua), Warga Negara Indonesia, Lawyer, bertempat
tinggal di Jakarta Selatan, Jalan veteran nomor 22, Rukun tetangga 002, Rukun
Warga 002, Kelurahan Ciganjur, Kecamatan Jagakarsa, Pemegang kartu tanda
penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan
3178011003920005;-------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------
4. Tuan Dave, lahir di Jakarta, pada tanggal 04-01-1991 (empat Januari seribu
sembilan ratus sembilan puluh satu), Warga Negara Indonesia, Lawyer, bertempat
tinggal di Jakarta Selatan, Jalan veteran nomor 19, Rukun tetangga 002, Rukun
Warga 002, Kelurahan Ciganjur, Kecamatan Jagakarsa, Pemegang kartu tanda
penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan
3178100401910007;-------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------
- Menurut keterangannya dalam hal ini penghadap bertindak selaku Ketua,
Sekretaris, Bendahara dan Pengawas  berdasarkan kuasa dari Rapat Pendirian
Perkumpulan Pencinta Alam Nusantara tanggal 08-06-2021 (delapan Juni dua
ribu dua puluh satu), yang notulen/berita acara rapatnya dibuat dibawah tangan,
bermaterai cukup, yang aslinya dilekatkan pada minuta akta ini, dari dan oleh
karena itu untuk dan atas nama rapat pendirian perkumpulan Pencinta Alam
Nusantara tanggal 08-06-2021 (delapan Juni duaribu dua puluh satu), beralamat
di Jalan Senopati No.90 dan berkedudukan di Kota Jakarta
Selatan.-----------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------
- Para penghadap saya, Notaris kenal berdasarkan identitas yang diperlihatkan kepada
saya, Notaris.---------------------------------------------------------------------------------------
- Penghadap bertindak sebagaimana tersebut diatas telah mengadakan Rapat Pendirian
suatu PERKUMPULAN Pencinta Alam Nusantara yang dilaksanakan di Kota
Administrasi Jakarta Selatan, Pada hari Selasa tanggal 08-06-2021 (delapan Juni dua
ribu dua satu), dengan ini menerangkan bahwa dengan tidak mengurangi izin dari
pihak berwenang, telah sepakat dan setuju untuk Bersama-sama mendirikan suatu
PERKUMPULAN beserta segala kegiatannya dapat ditingkatkan dengan
menghimpun dari dalam dengan Anggaran Dasar sebagaimana termuat dalam akta
pendirian ini sebagai berikut:
------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------NAMA, WAKTU DAN
KEDUDUKAN--------------------------
----------------------------------------------- PASAL
1--------------------------------------------
1. Perkumpulan ini bernama: PERKUMPULAN Pencinta Alam Nusantara untuk
selanjutnya dalam Anggaran Dasar ini disebut “PERKUMPULAN”,
berkedudukan di Kota Administrasi Jakarta Selatan.
---------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------
2. Perkumpulan dapat membuka kantor cabang atau kantor perwakilan di tempat lain
di Wilayah Republik Indonesia berdasarkan keputusan pengurus dengan
persetujuan Rapat Pengurus dan persetujuan Pengawas
---------------------------------

---------------------------------------- AZAS DAN LANDASAN


------------------------------
----------------------------------------------- PASAL
2--------------------------------------------
PERKUMPULAN berazaskan Pancasila dan UUD 1945 (seribu Sembilan ratus empat
puluh lima).-----------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------MAKSUD DAN TUJUAN------------------------------
----------------------------------------------- PASAL
3--------------------------------------------
PERKUMPULAN mempunyai maksud dan tujuan di bidang: -----------------------------
1. Sosial; -----------------------------------------------------------------------------------------
2. Kemanusiaan. --------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------
KEGIATAN----------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL
4--------------------------------------------
Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas, Perkumpulan melaksanakan
kegiatan antara lain:
-------------------------------------------------------------------------------
1. Di bidang Sosial:
------------------------------------------------------------------------------
- Bakti Sosial setiap sebulan sekali -------------------------------------------------------------
- Gotong Royong Bersama warga setempat setiap hari minggu ----------------------------
2. Di bidang Kemanusiaan: --------------------------------------------------------------------
- Memberi santunan kepada kaum Dhuafa atau Yatim
Piatu --------------------------------
-------------------------------------------- JANGKA
WAKTU----------------------------------
----------------------------------------------- PASAL
5--------------------------------------------
PERKUMPULAN didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan
lamanya.-------
-------------------------------------------------KEKAYAAN-------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL
6--------------------------------------------
1. PERKUMPULAN mempunyai kekayaan awal yang berasal dari kekayaan Pendiri
yang dipisahkan, terdiri dari uang yang berjumlah Rp.10.000.000 (sepuluh juta
rupiah). -----------------------------------------------------------------------------------------
2. Selain Kekayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) kekayaan
PERKUMPULAN dapat juga diperoleh dari: --------------------------------------------
a. Sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat; ---------------------------------
b. Iuran anggota; ------------------------------------------------------------------------
c. Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar
PERKUMPULAN dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Semua kekayaan PERKUMPULAN dipergunakan untuk mencapai maksud
dan tujuan. -------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------PENGESAHAN KEANGGOTAAN ----------------------------
----------------------------------------------- PASAL
7--------------------------------------------
Persyaratan untuk diterima menjadi anggota PERKUMPULAN adalah sebagai
berikut:
1. Sanggup aktif mengikuti kegiatan yang diterapkan oleh PERKUMPULAN
minimal 3 kali serta menyelesaikan biaya pendaftaran dan iuran anggota.
----------------------
2. Menerima Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta program umum
dan peraturan-peraturan PERKUMPULAN.
------------------------------------------------
3. Menyatakan diri untuk menjadi Anggota dengan mengisi formulir keanggotaan.
4. Ditetapkan dan disahkan oleh Pengurus dengan keputusan yang berlaku melalui
5. Ketentuan mengenai pesyaratan menjadi Anggota diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga PERKUMPULAN.--------------------------------------------
----------------------------- HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA
------------------------
----------------------------------------------- PASAL
8--------------------------------------------
1. Setiap Anggota berhak untuk memperoleh perlakuan yang sama.
---------------------
2. Anggota berhak mengikuti setiap Musyawarah Anggota sebagaimana diatur dalam
Anggaran Dasar PERKUMPULAN. -------------------------------------------------------
3. Setiap Anggota berhak untuk mengikuti setiap acara, kegiatan serta aktifitas yang
diadakan oleh Pengurus. ---------------------------------------------------------------------
4. Setiap Anggota berhak untuk memperoleh dan mengenakan atribut-atribut. --------
5. Setiap Anggota PERKUMPULAN berkewajiban untuk: -------------------------------
a. Setiap Anggota diwajibkan menjunjung tinggi, memelihara dan mentaati
ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan-
keputusan Musyawarah Anggota yang diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga;
b. Setiap Anggota wajib menjaga nama baik dan menjaga martabat
PERKUMPULAN serta memelihara hubungan baik dengan masyarakat
maupun sesama Anggota; -------------------------------------------------------------
c. Setiap Anggota wajib turut memperjuangkan tercapainya visi dan
PERKUMPULAN; ---------------------------------------------------------------------
d. Anggota Biasa wajib membayar iuran tetap yang jumlah dan periodenya
ditentukan; -------------------------------------------------------------------------------

-----------------------BERAKHIRNYA KEANGGOTAAN-----------------------------
----------------------------------------------- PASAL 9----------------------------------------
Keanggotaan PERKUMPULAN dapat berakhir atau diakhiri dalam hal sebagai
berikut: ------------------------------------------------------------------------------------------
1. Anggota menyatakan berhenti dan mengundurkan diri dari keanggotaan
PERKUMPULAN; -----------------------------------------------------------------------
2. Anggota merugikan atau mencemarkan nama baik PERKUMPULAN atau
tidak memenuhi kewajiban lainnya sebagai Anggota dan/atau tidak lagi
memenuhi persyaratan keanggotaan;
----------------------------------------------------------------
3. Ketentuan-ketentuan lain akan diatur kemudian di dalam Anggaran Rumah
Tangga danperaturan pelaksana lainnya;
----------------------------------------------
4. Meninggal dunia. -------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------ORGAN----------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 10---------------------------------------
PERKUMPULAN mempunyai organ terdiri dari: ----------------------------------------
1. Musyawarah Anggota;
-------------------------------------------------------------------
2. Pengurus; ----------------------------------------------------------------------------------
3. Pengawas; ---------------------------------------------------------------------------------
Untuk organ Pengurus secara terperinci diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah
Tangga.
------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------MUSYAWARAH ANGGOTA-----------------------
----------------------------------------------- PASAL 11---------------------------------------
1. Musyawarah Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
PERKUMPULAN -------------------------------------------------------------------------
2. Musyawarah Anggota PERKUMPULAN dilaksanakan untuk menetapkan: ------
a. Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan perubahan Anggaran
Dasar/Anggaran Rumah Tangga. ------------------------------------------------
b. Kebijakan umum di bidang organisasi PERKUMPULAN. ---------------------
c. Pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian Pengurus dan Pengawas.-------
----------------------------------------------- PASAL 12---------------------------------------
1. Musyawarah Anggota sah jika dihadiri oleh lebih dari 1/2 (satu per dua) dari
jumlah Anggota PERKUMPULAN dan disetujui oleh lebih dari 1/2 (satu per
dua) bagian dari jumlah Anggota yang hadir, kecuali apabila ditentukan lain
dalam Anggaran Dasar ini.
------------------------------------------------------------------------
2. Apabila Kuorum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di atas tidak tercapai,
maka Musyawarah Anggota tersebut ditunda untuk waktu 14(empatbelas) hari,
dan selambat-lambatnya 30 (tigapuluh) hari untuk rapat kedua dan diadakan
pemanggilan kembali kedua kalinya.
----------------------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 13---------------------------------------
1. Pengambilan keputusan Musyawarah Anggota berdasarkan musyawarah untuk
mencapai mufakat. -------------------------------------------------------------------------
2. Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka pengambilan keputusan oleh
Musyawarah Anggota didasarkan pada suara terbanyak dari jumlah Anggota
yang hadir.
-----------------------------------------------------------------------------------------
3. Dalam hal dilakukan pemungutan suara, setiap Anggota mempunyai hak 1
(satu) suara dengan memperhatikan hak suara dari masing-masing Anggota
dimaksud, yang akan diatur secara rinci dalam Anggaran Rumah Tangga.
---------------------
4. Anggota yang tidak hadir dapat mewakili suaranya kepada Anggota lain, yang
hadir pada Musyawarah 9 Anggota tersebut dengan menyertakan surat kuasa
secara tertulis.
-------------------------------------------------------------------------------
5. Pemungutan suara dapat dilakukan secara terbuka dan / atau secara tertutup,
kecuali mengenai diri orang, dapat dilakukan secara tertutup.
-----------------------
----------------------------------------------- PASAL 14---------------------------------------
Tempat, acara, tata tertib dan bahan materi Musyawarah Anggota harus sudah
disampaikan terlebih dahulu kepada Anggota sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari
sebelum pelaksanaan Musyawarah Anggota. ----------------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 15---------------------------------------
1. Musyawarah Anggota diselenggarakan oleh pengurus PERKUMPULAN,
kecuali ditentukan lain dalam Anggaran Dasar ini.
----------------------------------
2. Musyawarah Anggota dapat dipimpin langsung oleh Pengurus
PERKUMPULAN dan / atau oleh Pimpinan dan Sekertaris Rapat dipilih
dalam Musyawarah Anggota tersebut.
---------------------------------------------------------
3. Pemilihan Pimpinan dan Sekertaris Rapat dapat dipimpin oleh Pengurus
PERKUMPULAN dari anggota yang hadir, yang tidak menyangkut jabatan
Pengurus, Pengawas, dan Pengelola atau Karyawan PERKUMPULAN. --------
4. Setiap hasil dan / atau keputusan Musyawarah Anggota harus dituangkan
dalam Berita Acara Rapat yang ditandatangani oleh Pimpinan dan Sekertaris
Rapat dan disetujui oleh Anggota Rapat.
----------------------------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 16---------------------------------------
1. Musyawarah Anggota Tahunan diadakan dalam waktu paling lambat 6 (enam)
bulan sesudah tutup tahun buku, kecuali diatur lain sesuai Anggaran Dasar ini.
2. Musyawarah Anggota Tahunan membahas dan mengesahkan:
--------------------
a. Rencana Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja. ------------
b. Laporan pertanggungjawaban Pengurus atas pelaksanaan tugasnya. -------
c. Neraca perhitungan laba rugi tahun buku yang berakhir 31 (tigapuluh
satu) Desember.
----------------------------------------------------------------------------
d. Penggunaan Harta Kekayaan. -----------------------------------------------------
e. Pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Pengawas dalam 1 (satu) tahun
buku. ----------------------------------------------------------------------------------
3. Musyawarah Anggota mengenai Rencana Kerja dan Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja membahas dan mengesahakan Rencana Kerja dan
Rencana Anggaran Belanja Pendapatan dan Belanja PERKUMPULAN yang
harus dilaksanakan tiap tahun buku, selambat-lambatnya 1(satu)bulan
terhitung sebelum tahun buku untuk anggaran selanjutnya dilaksanakan, yang
telah dianjurkan oleh Pengurus dan Pengawas.
---------------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 17---------------------------------------
Musyawarah Anggota Luar Biasa dapat diselenggarakan dalam hal:
-----------------
1. Mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PERKUMPULAN
dengan ketentuan:
-----------------------------------------------------------------------
a. Harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 (tiga per empat) dari jumlah
b. Keputusan sah apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per
tiga) dari jumlah Anggota yang hadir.
------------------------------------------
2. Melakukan Pembubaran, penggabungan, peleburan dan pemecahan
PERKUMPULAN dengan ketentuan: -----------------------------------------------
a. Harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 (tiga per empat) dari jumlah
anggota. -----------------------------------------------------------------------------
b. Keputusan sah apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya 3/4 (tiga per
empat) dari jumlah Anggota yang hadir. ---------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 18---------------------------------------
1. Musyawarah Anggota khusus dapat diselenggarakan apabila berdasarkan
pertimbangan dari Pengurus dan Pengawas sangat diperlukan adanya
keputusan yang kewenangannya ada pada Musyawarah Anggota dan
pelaksanaannya tidak dapat ditunda sampai dengan 13 Musyawarah Anggota
Tahunan sebagaimana diatur dalam pasal 18 Anggaran Dasar ini. --------------
2. Musyawarah Anggota Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas
dapat diselenggarakan apabila: -------------------------------------------------------
a. Terdapat permintaan sekurang-kurangnya 1/5 (satu per lima) dari jumlah
Anggota; dan/atau -----------------------------------------------------------------
b. Atas keputusan Rapat Pengurus atau keputusan Rapat Pengawas atau
Rapat Pengurus dan Pengawas; ------------------------------------------------
c. Dalam hal keadaan yang sangat mendesak berdasarkan pertimbangan
Pengurus dan Pengawas untuk segera memperoleh keputusan
berdasarkan Musyawarah Anggota;
------------------------------------------------------------
d. Negara dalam keadaan bahaya atau perang, tidak memungkinan
diadakan Musyawarah Anggota.
------------------------------------------------------------
---------------------------------------- PENGURUS
-----------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 19---------------------------------------
Pengurus adalah organ PERKUMPULAN yang melaksanakan kepengurusan
PERKUMPULAN yang sekurang-kurangnya terdiri dari: -----------------------------
1. Seorang Sekretaris Umum; ------------------------------------------------------------
2. Seorang Bendahara Umum. -----------------------------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 20---------------------------------------
1. Yang dapat diangkat sebagai Anggota Pengurus adalah orang perseorangan
yang mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah
dalam melakukan pengurusan PERKUMPULAN yang dapat menyebabkan
kerugian pada PERKUMPULAN, masyarakat atau negara berdasarkan
putusan pengadilan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal
putusan tersebut berkekuatan hukum tetap. -----------------------------------------
2. Pengurus diangkat melalui Musyawarah Anggota untuk jangka waktu 2 (dua)
tahun dan dapat diangkat kembali. Pengesahan Pengurus dilakukan melalui
Surat Keputusan Pengurus Pusat dengan memperhatikan aspirasi. --------------
3. Dalam hal Jabatan Anggota Pengurus kosong, maka dalam jangka waktu
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak terjadi kekosongan tersebut
Ketua Umum harus segera memilih Pengurus tersebut. ---------------------------
4. Dalam hal semua jabatan Anggota kosong, maka dalam jangka waktu
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak terjadi kekosongan tersebut,
maka Pengawas harus memilih Pengurus baru, dan untuk sementara
PERKUMPULAN diurus oleh Pengawas. ------------------------------------------
5. Pengurus berhak mengundurkan diri dari jabatannya, dengan
memberitahukan secara tertulis mengenai maksudnya tersebut kepada
Pengawas selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung sebelum tanggal
pengunduran dirinya.
----------------------------------------------- PASAL 21---------------------------------------
Jabatan anggota Pengurus berakhir apabila:
----------------------------------------------
1. Meninggal dunia; -----------------------------------------------------------------------
2. Mengurus diri;
---------------------------------------------------------------------------
3. Bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang
bersifat tetap; ----------------------------------------------------------------------------
4. Diberhentikan berdasarkan keputusan Musyawarah Anggota; -------------------
5. Masa jabatan berakhir. -----------------------------------------------------------------
------------------------ TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS
-------------------
----------------------------------------------- PASAL 22---------------------------------------
1. Pengurus bertanggung jawab penuh atas kepengurusan PERKUMPULAN
untuk kepentingan PERKUMPULAN. ----------------------------------------------
2. Pengurus wajib menyusun program kerja dan rancangan anggaran tahun
PERKUMPULAN untuk disahkan Musyawarah Anggota. -----------------------
3. Pengurus wajib memberikan penjelasan tentan segala 16 hal yang ditanyakan
oleh pengawas. --------------------------------------------------------------------------
4. Setiap anggota Pengurus wajib dalam itikad baik dan penuh tanggung jawab
menjalakan tugasnya dan mengindahkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
-----------------------------------------------------------------------------------
5. Pengurus berhak mewakili PERKUMPULAN didalam dan diluar pengadilan
tentang segala hal dan dalam segala kejadian, dengan pembatasan terhadap
hal-hal sebagai berikut: ----------------------------------------------------------------
a. Meminjam atau meminjamkan uang atas nama PERKUMPULAN (tidak
termasuk mengambil uang PERKUMPULAN di Bank). --------------------
b. Mendirikan suatu PERKUMPULAN baru atau melakukan penyertaan
dalam berbagai bentuk usaha baik di dalam maupun luar negeri. ----------
c. Memberi atau menerima pengalihan atas harta tetap. ------------------------
d. Membeli atau dengan cara lain mendapatkan/memperoleh harta tetap
atas nama PERKUMPULAN.
---------------------------------------------------------
e. Menjual atau dengan cara lain melepaskan kekayaan PERKUMPULAN
serta mengagunkan / membebani kekayaan PERKUMPULAN. -----------
----------------------------------------------- PASAL 23---------------------------------------
Pengurus tidak berwenang mewakili PERKUMPULAN dalam hal: -----------------
1. Mengikat PERKUMPULAN sebagai penjamin hutang; --------------------------
2. Membebani kekayaan PERKUMPULAN untuk kepentingan pihak lain; ------
3. Mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan
PERKUMPULAN, Pengurus dan / atau Pengawas atau seseorang yang
bekerja pada PERKUMPULAN, yang perjanjian tersebut tidak ada
hubungannya bagi tercapainya maksud dan tujuan PERKUMPULAN.
-------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 24---------------------------------------
1. Ketua umum bersama-sama dengan salah seorang Anggota Pengurus lainnya
berwenang bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili
PERKUMPULAN. ---------------------------------------------------------------------
2. Dalam hal Ketua Umum tidak hadir atau berhalangan karena sebab apapun
juga, hal tersebut tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, Pengawas
berwenang bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili
PERKUMPULAN. ---------------------------------------------------------------------
3. Dalam hal hanya ada seorang Ketua, maka segala tugas dan wewenang yang
diberikan kepada Ketua Umum berlaku juga baginya. ----------------------------
4. Sekertaris Umum bertugas mengelola administrasi PERKUMPULAN dalam
hal hanya ada seorang Sekertaris, maka segala tugas dan wewenang yang
diberikan kepada Sekertaris Umum berlaku juga baginya. -----------------------
5. Bendahara Umum bertugas mengelola administrasi PERKUMPULAN dalam
hal hanya ada seorang Bendahara, maka segala tugas dan wewenang yang
diberikan kepada Bendahara Umum berlaku juga baginya.
-----------------------
----------------------------------------------- PASAL 25---------------------------------------
1. Dalam hal terjadi perkara di pengadilan antara PERKUMPULAN dengan
Anggota Pengurus atau apabila kepentingan pribadi seorang Anggota
Pengurus yang bertentangan dengan PERKUMPULAN, maka Anggota
Pengurus yang bersangkutan tidak berwenang bertindak untuk dan atas nama
Pengurus serta mewakili PERKUMPULAN, maka Anggota Pengurus lainnya
bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili PERKUMPULAN.--
2. Dalam hal PERKUMPULAN mempunyai kepentingan yang bertentangan
dengan kepentingan seluruh Pengurus, maka PERKUMPULAN diwakili oleh
Pengawas.
--------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 26---------------------------------------
1. Rapat Pengurus dapat diadakan setiap waktu bila dipandang perlu atas
permintaan tertulis dari 1 (satu) orang atau lebih Pengurus atau Pengawas. ---
2. Panggilan Rapat Pengurus dilakukan oleh Pengurus yang berhak mewakili
Pengurus. --------------------------------------------------------------------------------
3. Panggilan Rapat Pengurus disampaikan kepada setiap Anggota Pengurus
secara langsung atau melalui surat atau tanda terima paling lambat 7 (tujuh)
hari sebelum rapat diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal
panggilan dan tanggal rapat. ----------------------------------------------------------
4. Panggilan rapat tersebut harus mencantumkan tanggal. Waktu, tempat dan
acara rapat.
-------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 27---------------------------------------
1. Rapat Pengurus dipimpin oleh Ketua Umum. --------------------------------------
2. Dalam hal Ketua Umum tidak dapat hadir atau berhalangan, maka Rapat
Pengurus akan dipimpin oleh seorang Anggota Pengurus yang dipilih oleh
dan dari Pengurus yang hadir.
--------------------------------------------------------------
3. Seorang Pengurus hanya dapat diwakili oleh Pengurus lainnya dalam Rapat
Pengurus berdasarkan surat kuasa. ------------------------------------------------
4. Rapat Pengurus adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat,
apabila: -----------------------------------------------------------------------------------
a. Dihadiri paling sedikit lebih dari 2/3 (dua per tiga) dari jumlah pengurus.
b. Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf a tidak
tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Pengurus kedua. ------
c. Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (4) huruf b, harus
dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan,
dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal Rapat.
----
d. Rapat Pengurus kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari
dan paling lambat 21 (duapuluh 20 satu) hari terhitung sejak Rapat
Pengurus Pertama.
----------------------------------------------------------------------------
e. Rapat Pengurus kedua sah dan berhak mengambil keputusan yang
mengikat, apabila dihadiri lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah Pengurus.
----------------------------------------------- PASAL 28---------------------------------------
1. Keputusan Rapat Pengurus harus diambil berdasarkan musyawarah yang
mufakat. ----------------------------------------------------------------------------------
2. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai,
maka keputusan diambil berdasarkan suara setuju lebih dari 1/2 (satu per
dua) jumlah suara yang sah.
-----------------------------------------------------------------
3. Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak. -
4. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup
tanpa tanda tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain
dilakukan secara terbuka, kecuali Ketua Umum Rapat menentukan lain dan
tidak ada keberatan dari yang hadir. -------------------------------------------------
5. Suara abstain dan suara yang tidak sah tidak dihitung dalam menentukan
jumlah suara yang dikeluarkan.
-------------------------------------------------------
6. Setiap Rapat Pengurus dibuat Berita Acara Rapat yang ditandatangani oleh
Ketua Umum Rapat dan 1 (satu) orang Anggota Pengurus lainnya yang
ditunjuk oleh rapat sebagai Sekertaris Rapat.
---------------------------------------
7. Penandatangan yang dimaksud dalam ayat (6) tidak disyaratkan apabila
Berita Acara Rapat dibuat dengan akta Notaris.
--------------------------------------------
------------------------------------------ PENGAWAS
--------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 29---------------------------------------
1. Pengawas adalah organ PERKUMPULAN yang bertugas memberi nasihat
kepada Pengurus dalam menjalankan kegiatan PERKUMPULAN. -------------
2. Anggota Pengawas adalah orang perseorangan yang merupakan perwakilan
dari kelompok industri PERKUMPULAN. -----------------------------------------
3. Ketentuan selanjutnya yang mengatur mengenai tata cara pengangkatan dan
penggantian Pengawas, diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
----------------------------------------------- PASAL 30---------------------------------------
1. Yang dapat diangkat sebagai Anggota Pengawas hanyalah orang
perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak
dinyatakan bersalah dalam melakukan pengawasan yang menyebabkan
kerugian bagi PERKUMPULAN, masyarakat atau negara berdasarkan
putusan pengadilan, dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak
tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.
-------------------------------------------------------------
2. Pengawas diangkat oleh Musyawarah Anggota untuk 22 jangka waktu 2
(dua) tahun dan dapat diangkat kembali.
------------------------------------------------
3. Dalam hal jabatan Pengawas kosong, maka dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tigapuluh) hari sejak tanggal kekosongan, harus
menyelenggarakan Musyawarah Anggota untuk mengangkat Pengawas baru
dan untuk sementara PERKUMPULAN diurus oleh Pengurus.
-------------------------------------------
4. Pengawas berhak mengundurkan diri dari jabatannya, dengan
memberitahukan secara tertulis mengenai maksud tersebut, kepada
Musyawarah Anggota paling lambat 30 (tigapuluh) hari sebelum tanggal
pengunduran dirinya.
-------------------------------------------------------------------
5. Pengawas tidak dapat merangkap sebagai Pengurus atau Pelaksana Kegiatan.
----------------------------------------------- PASAL 31---------------------------------------
Jabatan Pengawas berakhir apabila: -------------------------------------------------------
1. Meninggal dunia; -----------------------------------------------------------------------
2. Mengundurkan diri; --------------------------------------------------------------------
3. Bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang
diacam dengan hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun; -----------------
4. Diberhentikan berdasarkan keputusan Musyawarah Anggota; -------------------
5. Masa jabatan berakhir. -----------------------------------------------------------------
-------------------------- TUGAS DAN WEWENANG PENGAWAS
----------------
----------------------------------------------- PASAL 32---------------------------------------
1. Pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan
tugas pengawasan untuk kepentingan PERKUMPULAN.
------------------------
2. Ketua pengawas dan 1 (satu) Anggota Pengawas berwenang bertindak untuk
dan atas nama Pengawas. --------------------------------------------------------------
3. Pengawas berwenang:
------------------------------------------------------------------
a. Memasuki bangunan, halaman, atau tempat lain yang dipergunakan
PERKUMPULAN;
----------------------------------------------------------------
b. Memeriksa bangunan; ------------------------------------------------------------
c. Memeriksa pembukuan dan mencocokkannya dengan uang kas; ----------
d. Memberi peringatan kepada Pengurus.
-----------------------------------------
4. Pengawas dapat memberhentikan untuk sementara 1 (satu) orang atau lebih
pengurus, apabila Pengurus tersebut bertindak bertentangan dengan
Anggaran Dasar dan / atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
------------------
------------------------------------- RAPAT PENGAWAS
--------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 33---------------------------------------
1. Rapat Pengawas dapat diadakan setiap waktu bila dianggap perlu atas
permintaan tertulis dari seorang atau lebih Pengawas atau Musyawarah
Anggota. --------------------------------------------------------------------------------
2. Panggilan Rapat Pengawas dilakukan oleh Pengawas yang berhak mewakili
Pengawas.
--------------------------------------------------------------------------------
3. Panggilan Rapat Pengawas disampaikan kepada setiap Pengawas secara
langsung, atau melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7
(tujuh) hari 24 sebelum rapat, dengan tidak memperhitungkan tanggal
panggilan dan tanggal rapat. ----------------------------------------------------------
4. Panggilan rapat harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.
5. Rapat Pengawas diadakan di tempat kedudukan PERKUMPULAN atau di
tempat kegiatan PERKUMPULAN. ------------------------------------------------
6. Rapat Pengawas dapat diadakan di tempat lain dalam wilayah hukum
Republik Indonesia dengan persetujuan Musyawarah Anggota.
-----------------------------
----------------------------------------------- PASAL 34---------------------------------------
1. Rapat Pengawas dipimpin oleh Ketua Umum. -------------------------------------
2. Dalam hal Ketua Umum tidak dapat hadir atau berhalangan, maka Rapat
Pengawas akan dipimpin oleh seorang Pengawas yang dipilih oleh dan dari
Pengawas yang hadir. ------------------------------------------------------------------
3. Seorang Anggota Pengawas hanya diwakili oleh Pengawas lainnya dalam
Rapat Pengawas berdasarkan surat kuasa.
-------------------------------------------
4. Rapat Pengawas adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat
apabila: -----------------------------------------------------------------------------------
a. Dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah Pengawas;
-----------
b. Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) ayat a tidak
tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Pengawas kedua. -----
c. Pemanggilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf b, harus
dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan
dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
-----
d. Rapat Pengawas kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari
dan paling lambat 21 (duapuluh satu) hari terhitung sejak Rapat
Pengawas Pertama.
----------------------------------------------------------------------------
e. Rapat Pengawas kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan
yang mengikat, apabila dihadiri oleh paling sedikit 1/2 (satu per dua)
jumlah Pengawas.
--------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 35---------------------------------------
1. Keputusan Rapat Pengawas harus diambil berdasarkan musyawarah mufakat.
2. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai,
maka keputusan diambil berdasarkan suara setuju lebih dari 1/2 (satu per
dua) jumlah suara yang sah.
-----------------------------------------------------------------
3. Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak.
4. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup
tanpa tanda tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain
dilakukan secara terbuka, kecuali Ketua Rapat menentukan lain dan tidak ada
keberatan dari yang hadir. -------------------------------------------------------------
5. Suara abstain dan suara yang tidak sah tidak dihitung dalam menentukan
jumlah suara yang dikeluarkan.
-------------------------------------------------------
6. Setiap Rapat Pengawas dibuat Berita Acara Rapat yang ditandatangani oleh
Ketua Umum Rapat dan seorang Anggota Pengawas lainnya yang ditunjuk
oleh rapat sebagai Sekertaris Rapat. ------------------------------------------------
---------------------------------------- TAHUN BUKU
-------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 36---------------------------------------
1. Tahun buku PERKUMPULAN dimulai dari tanggal 1(satu) Januari sampai
dengan tanggal 31(tiga puluh satu) Desember. -------------------------------------
2. Pada akhir tahun, buku PERKUMPULAN ditutup.
--------------------------------
3. Untuk pertama kalinya buku PERKUMPULAN dimulai pada tanggal dari
akta pendirian ini dan ditutup pada tanggal 31(tiga puluh satu) Desember
2020 (dua ribu duapuluh).
--------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------- LAPORAN TAHUNAN ---------------------------
----------------------------------------------- PASAL 37---------------------------------------
1. Pengurus wajib menyusun laporan tahunan secara tertulis paling lambat 5
(lima) bulan setelah berakhirnya tahun buku PERKUMPULAN. ---------------
2. Laporan tahunan memuat sekurang-kurangnya:
------------------------------------
a. Laporan keadaan dan kegiatan PERKUMPULAN selama satu tahun
yang lalu serta hasil yang dicapai.
-----------------------------------------------------
b. Laporan keuangan yang terdiri atas laporan posisi keuangan pada akhir
periode, laporan aktivitas, laporan arus kas dan catatan laporan
keuangan.
3. Laporan tahunan wajib ditandatangani oleh Pengurus.
----------------------------
4. Dalam hal terdapat Anggota Pengurus dan Pengawas yang tidak
mendatangani laporan, maka yang bersangkutan harus menyebutkan alasan
tertulis. ----------
5. Laporan tahunan disahkan oleh Musyawarah Anggota.
---------------------------
---------------------------- PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
---------------------
----------------------------------------------- PASAL 38---------------------------------------
1. Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilaksanakan beradasarkan
keputusan Musyawarah Anggota yang hadir paling sedikit 3/4 (tiga per
empat) dari jumlah Anggota dan disetujui paling sedikit 2/3 (dua per tiga)
dari jumlah Anggota yang hadir.
--------------------------------------------------------------------
2. Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
--------------------
3. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai,
maka keputusan ditetapkan berdasarkan persetujuan paling sedikit 2/3 (dua
per tiga) dari seluruh jumlah Anggota yang hadir dan/atau yang diwakili.
---------
4. Dalam hal korum Musyawarah Anggota sebagaimana dimaksud dalam
Anggaran Dasar ini tidak tercapai, maka diadakan pemanggilan Musyawarah
Anggota yang kedua paling cepat 3 (tiga) hari terhitung sejak 28 tanggal
Musyawarah Anggota yang pertama. ------------------------------------------------
5. Musyawarah Anggota kedua tersebut sah, apabila dihadiri oleh lebih dari 1/2
(satu per dua) dari seluruh Anggota. ------------------------------------------------
6. Keputusan Musyawarah Anggota sah, apabila diambil berdasarkan
persetujuan suara terbanyak dari jumlah Anggota yang hadir atau yang
diwakili.
----------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 39---------------------------------------
1. Perubahan Anggaran Dasar dilakukan dengan akta Notaris dan dibuat dalam
bahasa Indonesia. -----------------------------------------------------------------------
2. Perubahan Anggaran Dasar tidak dapat dilakukan terhadap maksud dan
tujuan PERKUMPULAN.
---------------------------------------------------------------------
3. Perubahan Anggaran Dasar yang menyangkut perubahan nama dan kegiatan
PERKUMPULAN, harus mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
------------------------------------------------
4. Perubahan Anggaran Dasar ini selain yang menyangkut hal-hal sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) cukup diberitahukan kepada Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
------------------------------------------------
5. Perubahan Anggaran Dasar tidak dapat dilakukan pada saat
PERKUMPULAN dinyatakan pailit, kecuali atas persetujuan kurator.
--------------------------------
---------------------------------- PENGGABUNGAN -------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 40---------------------------------------
1. Penggabungan PERKUMPULAN dapat dilakukan dengan menggabungkan 1
(satu) atau lebih PERKUMPULAN dengan organisasi sejenis lainnya yang
mengakibatkan PERKUMPULAN dan organisasi yang dimaksud yang
melakukan penggabungan tersebut menjadi bubar. --------------------------------
2. Penggabungan PERKUMPULAN sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dapat dilakukan dengan memperhatikan:
--------------------------------------------
a. Ketidakmampuan PERKUMPULAN melakukan kegiatan usaha tanpa
dukungan organisasi sejenis, sebagaimana dimaksud dalam ayat(1)
diatas.
b. Organisasi yang menerima penggabungan dan yang bergabung tersebut
memiliki kegiatan sejenis; atau ------------------------------------------------
c. Organisasi lain yang menerima penggabungan tersebut tidak pernah
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Anggaran Dasarnya,
ketertiban umum dan kesusilaan.
------------------------------------------------
3. Usul penggabungan PERKUMPULAN dapat disampaikan oleh Pengurus
kepada Musyawarah Anggota; -------------------------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 41---------------------------------------
1. Penggabungan PERKUMPULAN hanya dapat dilakukan berdasarkan
keputusan Musyawarah Anggota yang dihadiri paling sedikit 3/4 (tiga per
empat) dari jumlah Anggota dan disetujui paling sedikit 3/4 (tiga per empat)
dari seluruh jumlah Anggota yang hadir.
--------------------------------------------
2. Pengurus dari masing-masing PERKUMPULAN yang akan menggabungkan
diri dan yang akan menerima penggabungan menyusun usul rancana
penggabungan. --------------------------------------------------------------------------
3. Usul rencana penggabungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dituangkan dalam rancangan akta penggabungan oleh Pengurus dari
PERKUMPULAN yang akan menggabungkan diri dan yang akan menerima
penggabungan. ----
4. Rancangan akta penggabungan harus mendapat persetujuan dari Musyawarah
Anggota PERKUMPULAN dan 30 organisasi dimaksud dalam pasal ini. -----
5. Rancangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) pasal ini dituangkan dalam
akta penggabungan yang dibuat dihadapan Notaris dalam bahasa Indonesia.
6. Pengurus PERKUMPULAN hasil penggabungan wajib mengumumkan hasil
penggabungan dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia, paling lambat
30 (tigapuluh) hari terhitung sejak penggabungan selesai dilakukan.
---------------
7. Dalam hal penggabungan PERKUMPULAN diikuti dengan perubahan
Anggaran Dasar yang memerlukan persetujuan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia, maka akta perubahan Anggaran Dasar PERKUMPULAN
wajib disampaikan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk
memperoleh persetujuan dengan dilampiri akta penggabungan. -----------------
------------------------------------ PENGGABUNGAN -----------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 42---------------------------------------
1. PERKUMPULAN bubar dalam hal: -------------------------------------------------
a. Tujuan PERKUMPULAN yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah
tercapai atau tidak tercapai; ------------------------------------------------------
b. Putusan pengandilan yang telah berkekuatan hukum tetap berdasarkan
alasan:
-------------------------------------------------------------------------------
1) Melanggar ketertiban umum dan kesusilaan; ----------------------------
2) Tidak mampu membayar utangnya setelah dinyatakan pailit; ---------
3) harta kekayaan PERKUMPULAN tidak cukup untuk melunasi
utangnya setelah pernyataan pailit dicabut.
-------------------------------
2. Dengan mengindahkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, maka pembubaran PERKUMPULAN selain sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf c pasal ini hanya dapat dilakukan berdasarkan
keputusan Musyawarah Anggota yang dihadiri oleh Anggota yang mewakili
paling sedikit 3/4 (tiga per empat) dari seluruh jumlah anggota dengan hak
suara yang sah dan keputusan disetujui oleh paling sedikit 3/4 (tiga per
empat) dari seluruh jumlah suara yang sah dalam rapat.
------------------------------------------------
3. Dalam hal PERKUMPULAN bubar sebagaimana diatur dalam ayat (1) huruf
a dan huruf b, Musyawarah Anggota menunjuk Likuidator untuk
membereskan kekayaan PERKUMPULAN.
----------------------------------------
4. Dalam hal tidak ditunjuk likuidator, maka Pengurus bertindak sebagai
Likuidator. -------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 43---------------------------------------
1. Dalam hal PERKUMPULAN bubar, PERKUMPULAN tidak dapat
melakukan perbuatan hukum apapun lagi, kecuali untuk membereskan
kekayaannya dalam proses likuidasi. ------------------------------------------------
2. Dalam hal PERKUMPULAN sedang dalam proses likuidasi, untuk semua
surat keluar dicantumkan frasa “dalam likuidasi” dibelakang nama
PERKUMPULAN. ---------------------------------------------------------------------
3. Dalam hal PERKUMPULAN bubar karena putusan pengadilan, maka
pengadilan akan menunjuk likuidator. -----------------------------------------------
4. Dalam hal pembubaran PERKUMPULAN karena pailit, berlaku peraturan
perundang-undangan di bidang kepailitan.
------------------------------------------
5. Ketentuan mengenai penunjukkan, pengangkatan, pemberhentian sementara,
pemberhentian, wewenang, kewajiban, tugas dan tanggung jawab, serta
pengawasan terhadap Pengurus, berlaku juga bagi Likuidator. ------------------
6. Likuidator atau Kurator yang ditunjuk untuk melakukan pemberesan
kekayaan PERKUMPULAN yang bubar atau dibubarkan paling lambat 5
(lima) hari terhitung sejak tanggal penunjukkan wajib mengumumkan
pembubaran PERKUMPULAN dan proses likuidasinya dalam surat kabar
harian berbahasa Indonesia.
--------------------------------------------------------------------------------
----------- CARA PENGGUNAAN KEKAYAAN SISA LIKUIDASI
-------------
----------------------------------------------- PASAL 44---------------------------------------
1. Kekayaan sisa hasil likuidasi diserahkan kepada Anggota yang dibagikan
berdasarkan kesepakatan didalam Musyawarah Anggota. ------------------------
2. Kekayaan sisa hasil likuidasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
diserahkan kepada badan hukum lain yang melakukan kegiatan yang sama
dengan PERKUMPULAN, apabila hal tersebut diatur dalam undang-undang
yang berlaku bagi badan hukum tersebut. -------------------------------------------
3. Dalam hal kekayaan sisa hasil likuidasi tidak diserahkan kepada organisasi
lain atau kepada badan hukum lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan ayat (2) pasal ini, kekayaan tersebut diserahkan kepada Negara dan
penggunaanya dilakukan sesuai dengan maksud dan tujuan
PERKUMPULAN yang bubar.
------------------------- ANGGARAN RUMAH TANGGA DAN
---------------------
----------------------------------- PERATURAN KHUSUS ------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 45---------------------------------------
Musyawarah Anggota dapat menetapkan Anggaran Rumah Tangga dan/atau
Peraturan Khusus, yang memuat peraturan pelaksanaan berdasarkan ketentuan
sebagaimana tersebut dalam Anggaran Dasar ini. ---------------------------------------
------------------------------------ PERATURAN PENUTUP ---------------------------
----------------------------------------------- PASAL 46---------------------------------------
1. Hal-hal yang tidak diatur atau belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar ini,
akan diputuskan oleh Musyawarah Anggota, tetapi tidak terbatas mensahkan
Anggaran Rumah Tangga PERKUMPULAN sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Anggaran Dasar ini. ------------------------------------------------
2. Menyimpang dari ketentuan Pengurus berdasarkan Anggaran Dasar ini
khususnya mengenai tata cara pengangkatan Pengurus dan Pengawas untuk
pertama kalinya diangkat susunan Pengurus dan Pengawas
PERKUMPULAN dengan susunan sebagai berikut:
------------------------------------------------------
PENGURUS:
----------------------------------------------------------------------------
- Ketua Umum: Tuan Hardi. ----------------------------------------------------------
- Sekretaris Umum: Tuan Adit. -------------------------------------------------------
- Bendahara Umum: Tuan Charlie.
---------------------------------------------------
PENGAWAS: ---------------------------------------------------------------------------
Tuan Dave. ------------------------------------------------------------------------------
Pengangkatan Anggota Pengurus PERKUMPULAN dan Anggota Pengawas
PERKUMPULAN tersebut telah diterima oleh masing-masing yang
bersangkutan dan harus disahkan dalam Musyawarah Anggota yang pertama
kali diadakan, setelah akta pendirian ini mendapat pengesahan atau
didaftarkan pada instansi berwenang. Ketua umum PERKUMPULAN dan
baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri dengan hak untuk memindahkan
kekuasaan ini kepada orang lain dikuasakan untuk memohon pengesahan
dan/atau pendaftaran atas Anggaran Dasar ini kepada instansi yang
berwenang dan untuk membuat perubahan dan/atau tambahan dalam bentuk
yang bagaimana pun juga yang diperlukan untuk memperoleh pengesahan
tersebut dan untuk mengajukan serta menandatangani semua permohonan
dan dokumen lainnya, untuk memilih tempat kedudukan dan untuk
melaksanakan tindakan lain yang mungkin diperlukan.
-------------------------------------------------------------------
- Penghadap menyatakan dengan ini menjamin akan kebenaran identitas
Penghadap sesuai tanda pengenal, yang disampaikan kepada saya, Notaris
dan penghadap, bertanggung jawab sepenuhnya atas hal tersebut dan
selanjutnya penghadap juga menyatakan telah mengerti dan memahami isi
akta ini. -------
-Para penghadap dikenal oleh saya, Notaris.
----------------------------------------
--------------------------- D E M I K I A N A K T A I N I. ------------------------
-Dibuat sebagai minuta dan dibacakan serta ditandatangani di Kota Jakarta
Selatan, pada hari dan tanggal tersebut pada awal akta ini, dengan dihadiri
oleh: -------------------------------------------------------------------------------------
1. Tuan Ramadhan, Sarjana Hukum, lahir di Jakarta, pada tanggal 05-05-
1990 (lima Mei seribu sembilan ratus sembilan puluh), Warga Negara
Indonesia, pegawai saya, Notaris, bertempat tinggal di Kota Administrasi
Jakarta Timur, Jalan Mawar Nomor 17, Rukun Tetangga 001, Rukun
Warga 007, Kelurahan Jagakarsa, Kecamatan Jagakarsa, pemegang Kartu
Tanda Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan
3171010505900005;----------------------------------------------------------------
2. Nyonya Alyssa, Sarjana Hukum, lahir di Jakarta, pada tanggal 04-04-
1990 (empat April seribu Sembilan ratus sembilan puluh), Warga Negara
Indonesia, pegawai saya, Notaris, bertempat tinggal di Kota Administrasi
Jakarta Selatan, Jalan Petogoan Nomor 11, Rukun Tetangga 004, Rukun
Warga 005 Kelurahan Pondok Labu, Kecamatan Cilandak, pemegang
Kartu Tanda Penduduk Nomor Kependudukan 3187010404900006; -------
Segera setelah akta ini saya, Notaris, bacakan kepada penghadap dan saksi-saksi,
maka akta ini ditandatangani oleh penghadap, saksi-saksi dan saya, Notaris. ------
- Dilangsungkan dengan tanpa perubahan.---------------------------------------------
Penghadap
Hardi Adit

Charlie Dave

Saksi

Ramadhan Alyssa

Notaris

Dewi Komalasari, S.H., M.Kn


UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS PEMBUATAN AKTA BADAN HUKUM NON PT DAN NON BADAN HUKUM
Kelas A

KOPERASI

Disusun oleh:

KELOMPOK 3

Lulu Fitriani (1906327506)


Aisyah Rukmi Widowati (2006496734)
Aimee Thaliasya (2006496721)
Adinda Indah Rahayu (2006496665)
Theo Anugrah Pakarti (2006497586)
Arsyilla Destriana (2006549482)
Nilna Muna Yuliandari (2006550143)
Nisrina Anrika Nirmalapurie (2006550181)
Octavianna Evangelista (2006550206)

MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2021
A. SEJARAH KOPERASI

Di Indonesia, koperasi dimulai pada saat zaman Belanda yang mana


diperkenalkan oleh seorang Pamong Praja Patih R. Aria Wiria Atmaja pada tahun 1896.
Awal mula muncul pandangan mengenai koperasi, ketika Patih R. Aria Wiria Atmaja
melihat banyak pegawai negeri tersiksa, akibat banyak dari mereka yang terjerat oleh
para rentenir yang memberikan pinjaman dengan bunga tinggi. Melihat kejadian
tersebut, Patih R. Aria Wiria Atmaja memutuskan untuk mendirikan sebuah bank bagi
para pegawai negeri di Purwokerto. Pamong Praja Patih R. Aria Wiria Atmaja
mengadopsi sistem serupa dengan yang ada di jerman yakni mendirikan koperasi kredit.
Asisten residen Belanda bernama De Wolffvan Westerrode, merespon tindakan Patih
R.Aria Wiria. Pada saat Patih R.Aria Wiria mengunjungi Jerman De Wolffvan
Westerrode menganjurkan akan mengubah Bank Pertolongan Tabungan yang sudah ada
menjadi Bank Pertolongan, Tabungan dan Pertanian.64

Pada tahun 1908 Dr. Sutomo yang merupakan pendiri dari Budi Utomo
memberikan perannya bagi gerakan koperasi untuk memperbaiki kondisi kehidupan
rakyat. Setelah itu koperasi mulai cepat berkembang di Indonesia, hal ini juga didorong
oleh sifat orang-orang Indonesia yang cenderung bergotong royong dan kekeluargaan
sesuai dengan prinsip koperasi. Bahkan untuk mengantisipasi perkembangan ekonomi
yang berkembang pesat pemerintahan Hindia-Belanda pada saat itu mengeluarkan
peraturan perundangan tentang perkoperasian.65 Pertama, diterbitkan Peraturan
Perkumpulan Koperasi No. 43, Tahun 1915, lalu pada tahun 1927 dikeluarkan pula
Peraturan No. 91, Tahun 1927, yang mengatur Perkumpulan-Perkumpulan Koperasi bagi
golongan Bumiputera. Pada tahun 1927 didirikan Serikat Dagang Islam (SDI), dibentuk
untuk tujuan memperjuangkan kedudukan ekonomi pengusaha-pengusaha pribumi.
Kemudian pada tahun 1929, berdiri Partai Nasional Indonesia yang memperjuangkan
penyebarluasan semangat koperasi. Pada tahun 1933, Pemerintah Hindia-Belanda
menetapkan Peraturan Umum Perkumpulan-Perkumpulan Koperasi No. 21 Tahun 1933
yang hanya diberlakukan bagi golongan yang tunduk kepada hukum Barat.
64
Achmad Solihin dan Etty Puji Lestari, Ekonomi Koperasi, Penerbit Buku Deepublish, Yogyakarta, hlm.
10-20.
65
Ibid., hlm. 30.
Pada saat Jepang berhasil menguasai sebagian besar daerah asia termasuk
Indonesia, sistem pemerintahan pun berpindah tangan dari pemerintahan Hindia-Belanda
ke pemerintahan Jepang. Pada saat pemerintahan Jepang di Indonesia didirikan koperasi
kumiyai, namun hal ini hanya dimanfaatkan Jepang untuk mengeruk keuntungan, dan
menyengsarakan rakyat Indonesia.66 Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 12 juli
1947, diadakan Kongres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya. Tanggal tersebut
kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia. Pada tanggal tersebut dibentuk
juga Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI) yang berkedudukan di
Tasikmalaya. Mohammad Hatta mendorong Gerakan ekonomi kerakyatan melalui
koperasi. Menurut Mohammad Hatta tujuan negara, yaitu memakmurkan rakyat dengan
berlandaskan atas asas kekeluargaan dan bentuk perekonomian yang paling cocok bagi
Indonesia adalah usaha bersama secara kekeluargaan.67

Pada Juli 1951, Mohammad Hatta menyampaikan gagasannya mengenai koperasi


pada saat pidato radio dalam memperingati Hari Koperasi di Indonesia. Gagasannya
mengenai koperasi terdapat dalam bukunya “ Membangun Koperasi dan Koperasi
Membangun (1971)”. Kontribusi Mohammad Hatta terhadap perekonomian Indonesia,
Mohammad Hatta diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia pada tahun 1953 saat
kongres II di Bandung. Dalam bukunya “ Membangun Koperasi dan Koperasi
Membangun (1971)”, Mohammad Hatta mengkategorikan social capital kedalam nilai
semangat koperasi, yaitu:68
a. Kebenaran untuk menggerakan kepercayaan;
b. Keadilan dalam usaha bersama;
c. Kebaikan dan kejujuran mencapai perbaikan;
d. Tanggung jawab dalam individualitas dan solidaritas;
e. Paham yang sehat, cerdas, dan tegas;
f. Kemauan menolong diri sendiri dan menggerakan keswasembadaan serta otoaktiva;
g. Kesetiaan dalam kekeluargaan;

66
Ibid., hlm 29.
67
Hudiyanto, Koperasi: Ideologi dan Pengelolaannya, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Nasional, Jakarta, 2002, hlm. 24.
68
Mohammad Hatta, Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun: Gagasan Dan Pemikiran Dr.
Mohammad Hatta, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2015. Hlm. 70-85
B. CIRI-CIRI KOPERASI
Koperasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:69
a. Koperasi merupakan salah satu jenis badan usaha yang tujuannya memperoleh
keuntungan ekonomis dimana koperasi diberikan peluang untuk masuk ke segala
sektor perekonomian, dengan mempertimbangkan kelayakan usaha;
b. Tujuan koperasi tersebut harus berkenaan langsung dengan kepentingan anggotanya,
dan meningkatkan usaha dan kesejahteraan. Pengelolaan koperasi harus dilaksanakan
secara produktif, efektif dan efisien, agar dapat memberikan nilai tambah dan
manfaat kepada para anggotanya;
c. Sifat keanggotaannya bersifat sukarela yang artinya tidak boleh ada paksaan dari
siapa pun dan dalam bentuk apapun;
d. Sifat keanggotaannya juga bersifat terbuka, yang artinya tidak ada pembatasan
ataupun diskriminasi dari pihak manapun dan dalam bentuk apapun;
e. Pengelolaan koperasi dipegang oleh para anggota sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi;
f. Pembagian pendapatan atau sisa hasil usaha didasarkan pada perimbangan jasa
anggota dan balas jasa terhadap modal yang diberikan. Namun hal tersebut memiliki
batasannya, yaitu tidak melebihi suku bunga yang berlaku di pasar;
g. Koperasi bersifat mandiri, yang artinya dapat berdiri sendiri, tidak bergantung pada
pihak manapun juga, bertanggung jawab perbuatannya sendiri, mengelola dirinya
sendiri, dan memiliki otonomi, swadaya sendiri.

C. FUNGSI KOPERASI
Dalam Pasal (4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian,
diuraikan mengenai fungsi dan peran koperasi di Indonesia yaitu sebagai berikut:70

69
Budi Untung, Hukum Koperasi dan Peran Notaris Indonesia, Penerbit Andi Publisher, Yogyakarta,
2005. hlm 3.
70
Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian,
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 1992, Pasal 4.
a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosial.
b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat.
c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.
d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi.

D. TUJUAN KOPERASI
Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perekoperasian,
dijelaskan mengenai tujuan koperasi Indonesia, sebagai berikut:71
“Memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta
ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat
yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”

E. PRINSIP KOPERASI
Dalam menjalankan usahanya, koperasi memiliki prinsip sebagaimana dalam
Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian (untuk selanjutnya disebut UU Koperasi), bahwa koperasi melaksanakan
prinsip koperasi sebagai berikut :
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;
Sukarela mengandung arti bahwa, untuk menjadi anggota koperasi tidak boleh
dipaksakan oleh siapapun dan anggota koperasi dapat mengundurkan diri dari
koperasi sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam Anggaran Dasar Koperasi.
Sedangkan sifat terbuka mengandung arti bahwa, dalam keanggotaan tidak
dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apa pun.
b. Pengelolaan dilaksanakan secara demokratis.

71
Ibid.,Pasal 5.
Artinya, pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para
anggota. Para anggota itulah yang memegang dan melaksanakan kekuasaan
tertinggi dalam koperasi.
c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa
usaha masing-masing anggota.
Artinya, pembagian sisa hasil usaha kepada anggota dilakukan tidak semata-mata
berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam koperasi, namun juga
berdasarkan pertimbangan jasa usaha anggota terhadap koperasi.
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
Artinya, modal dalam koperasi pada dasarnya dipergunakan untuk kemanfaatan
anggota dan bukan untuk sekedar mencari keuntungan. Oleh karena itu balas jasa
terhadap modal yang diberikan kepada para anggota juga terbatas, dan tidak
didasarkan semata-mata atas besarnya modal yang diberikan. Yang dimaksud
dengan “terbatas” adalah wajar dalam arti tidak melebihi suku bunga yang
berlaku di pasar.
e. Kemandirian.
Artinya, koperasi dapat berdiri sendiri, tanpa tergantung pada pihak lain yang
dilandasi oleh kepercayaan kepada pertimbangan, keputusan dan usaha sendiri.
Dalam kemandirian terkandung pula pengertian kebebasan yang
bertanggungjawab, otonomi, swadaya, berani mempertanggungjawabkan,
perbuatan sendiri dan kehendak untuk mengelola diri sendiri.

Dalam mengembangkan koperasi, maka koperasi melaksanakan pula prinsip


Koperasi sebagai berikut72:
a. pendidikan perkoperasian.
b. kerja sama antar Koperasi.
Penyelenggaraan kedua hal diatas merupakan prinsip koperasi yang penting
dalam meningkatkan kemampuan, memperluas wawasan anggota dan memperkuat
solidaritas dalam mewujudkan tujuan koperasi. Kerja sama dimaksud dapat dilakukan
antar koperasi di tingkat lokal, regional, nasional dan internasional.

72
Ibid.,Pasal 5 ayat (2).
F. MODAL KOPERASI
Modal koperasi sebagaimana terdapat dalam ketentuan Pasal 41 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (untuk selanjutnya disebut
Undang-Undang Koperasi) berasal dari dua sumber, yaitu modal sendiri dan modal
pinjaman. Koperasi dapat memanfaatkan modal sendiri dan modal pinjaman dalam upaya
memenuhi kebutuhan modalnya. Modal sendiri adalah modal koperasi yang dihimpun
dari Simpanan Pokok, Simpanan Wajib dan jenis simpanan lain yang ditetapkan koperasi,
dana cadangan serta hibah. Adapun modal sendiri dalam Pasal 41 ayat 2 Undang-Undang
Koperasi juncto Pasal 106 ayat (3) Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan dan
Pembinaan Perkoperasian (untuk selanjutnya disebut dengan Permenkop Nomor 9 Tahun
2018), dapat berasal dari:
1. Simpanan pokok, yaitu sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayar
oleh anggota koperasi kepada koperasi pada saat menjadi anggota koperasi.
Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih
berstatus sebagai anggota. Nilai atau besaran simpanan pokok diatur dan
ditetapkan dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Koperasi yang
bersangkutan dengan mempertimbangkan kemampuan ekonomi anggota dan
kegiatan usaha yang akan dilaksanakan.73
2. Simpanan wajib, yaitu sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada
koperasi, dalam waktu atau kesempatan tertentu dengan nilai dan mekanisme
pembayarannya, diatur dalam Anggaran Dasar Koperasi.74
3. Dana Cadangan, yaitu sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil
usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutupi
kerugian koperasi yang mungkin terjadi atau bila diperlukan. Dana cadangan juga
dimaksudkan bagi jaminan koperasi di masa yang akan datang dan
diperuntungkan bagi perluasan usaha, pemupukan dana cadangan ditetapkan
dalam Rapat Anggota.75
73
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan dan Pembinaan
Perkoperasian, Pasal 108 ayat (3).
74
Ibid., Pasal 108 ayat (4).
75
Ibid., Pasal 108 ayat (7).
4. Hibah atau sumbangan, yaitu sejumlah uang dan/atau barang modal, yang dapat
dinilai dengan uang yang diterima dari pemerintah, pemerintah provinsi,
kabupaten/kota, lembaga internasional, perseorangan dan pihak-pihak lain, yang
bersifat hibah dan tidak mengikat. Hibah atau sumbangan yang tidak mengikat
diakui sebagai ekuitas sehingga dapat digunakan untuk menanggung berbagai
resiko kerugian koperasi. Modal yang berasal dari hibah atau sumbangan tidak
dapat dibagikan kepada anggota selama koperasi belum dibubarkan. Selain itu
Koperasi dapat menerima hibah, baik dari dalam negeri maupun asing sepanjang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang
dibukukan sebagai komponen modal sendiri dan tidak dapat dibagikan secara
langsung atau tidak langsung kepada Anggota, Pengurus, dan Pengawas.76
Selanjutnya modal pinjaman adalah sejumlah uang yang dihimpun dari
perseorangan anggota koperasi, lembaga keuangan Bank, lembaga keuangan Non Bank,
koperasi, badan/atau lembaga yang menyediakan pinjaman kepada koperasi, yang
diperoleh sesuai dengan perjanjian dan ketentuan pinjaman yang disepakati para pihak.
Sebagaimana dalam pasal 41 ayat (3) Undang-Undang Koperasi Juncto Pasal 106 ayat 3
Permenkop Nomor 9 Tahun 2018, dapat berasal dari:
1. Pinjaman dari anggota merupakan sejumlah uang yang diterima koperasi,
bersumber dari anggota sebagai pinjaman, dengan ketentuan dan syarat-syarat
yang disepakati antara koperasi dengan anggota pemberi pinjaman.
2. Pinjaman dari koperasi lain merupakan sejumlah uang yang diterima koperasi,
bersumber dari koperasi lain sebagai pinjaman, dengan ketentuan dan syarat-
syarat yang disepakati antara koperasi dengan koperasi pemberi pinjaman.
3. Kredit dan/atau pembiayaan dari Bank merupakan sejumlah uang yang diterima
koperasi, bersumber dari Bank, sebagai pinjaman kredit, dan/atau pembiayaan
dari Bank, sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat yang disepakati antara
Koperasi dengan Bank pemberi pinjaman.
4. Pinjaman dan/atau pembiayaan dari lembaga keuangan non Bank meliputi
perusahaan modal ventura, lembaga leasing, lembaga factoring atau anjak piutang
merupakan sejumlah uang yang diterima koperasi, bersumber dari lembaga

76
Ibid., Pasal 111 ayat (2).
keuangan non Bank, sebagai pinjaman, sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat
yang disepakati antara koperasi dengan lembaga keuangan non Bank pemberi
pinjaman/pembiayaan.
5. Penerbitan Surat Utang Koperasi yang selanjutnya disebut SUK merupakan
sejumlah uang yang diterima koperasi dari penerbitan sertifikat SUK, yang dibeli
pemodal/investor untuk membiayai usaha-usaha koperasi, sebagai pinjaman dari
lembaga reksa dana, manajemen investasi, yang pelaksanaannya sesuai dengan
ketentuan dan syarat-syarat yang disepakati antara koperasi dengan perusahaan
pemilik modal/investor.
6. Penerbitan obligasi koperasi merupakan sejumlah uang yang diterima koperasi
dari penerbitan obligasi koperasi, yang dibeli pemodal/investor perseorangan
dan/atau lembaga, untuk membiayai usaha-usaha koperasi, yang pelaksanaannya
sesuai dengan ketentuan dan syarat- syarat yang disepakati antara koperasi dengan
perusahaan pemilik modal/investor.
7. Koperasi dapat menetapkan jenis simpanan-simpanan lain, diluar Simpanan
Pokok dan Simpanan Wajib, dengan nilai dan mekanisme pembayaran simpanan-
simpanan yang diatur dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga atau
peraturan internal koperasi.
Selain modal tersebut di atas, koperasi dapat pula melakukan pemupukan modal
yang berasal dari Modal Penyertaan sebagaimana berdasarkan ketentuan Pasal 42 ayat (1)
Undang-Undang Koperasi Juncto Pasal 107 Permenkop Nomor 9 Tahun 2018, yang
bertujuan untuk memperkuat struktur permodalan koperasi. Penyelenggaraan Modal
Penyertaan dilakukan berdasarkan perjanjian tertulis antara Koperasi dengan Pemodal.
Untuk memupuk Modal Penyertaan, Koperasi paling sedikit harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:77
a. telah memiliki badan hukum dan perijinan usaha yang akan dibiayai oleh Modal
Penyertaan;
b. telah melaksanakan Rapat Anggota 2 (dua) kali berturut-turut;
c. telah diaudit akuntan publik dengan opini wajar tanpa pengecualian; dan
d. mendapat persetujuan Rapat Anggota.

77
Ibid., Pasal 135.
Penempatan dan pengadministrasian Modal Penyertaan pada Koperasi
dilaksanakan dalam satu pembukuan sebagai investasi yang menanggung resiko pada
koperasi. Penempatan dan pengadministrasian Modal Penyertaan sebagaimana dimaksud
dibukukan secara khusus dan terpisah. Dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran
Pengurus atau Pengelola dapat mengikutsertakan Pemodal. Dalam Rapat Anggota,
Pengurus dapat mengundang Pemilik Modal Penyertaan untuk memberikan saran dan
pendapat mengenai usaha yang dibiayai oleh Modal Penyertaan. Pemodal tidak
mempunyai hak suara dalam Rapat Anggota, dan tidak turut menentukan kebijaksanaan
koperasi secara keseluruhan.78

G. JENIS-JENIS KOPERASI
Berdasarkan undang-undang nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian
disebutkan bahwa koperasi dapat berbentuk Primer maupun sekunder. Koperasi Primer
merupakan koperasi yang didirikan dan beranggotakan perseorangan dengan sekurang-
kurangnya 20 orang pendiri/anggota sedangkan koperasi sekunder merupakan koperasi
yang terbentuk dari gabungan sekurang-kurangnya 3 koperasi.79 Pendirian koperasi
sekunder ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari koperasi primer
dalam menjalankan fungsinya.80
Koperasi sekunder dapat terdiri dari beberapa koperasi sejenis maupun tidak
sejenis selama memiliki kebutuhan ekonomi yang sama.Dasar untuk menentukan jenis
Koperasi dapat diketahui berdasarkan kesamaan aktivitas, kepentingan dan kebutuhan
ekonomi anggotanya, seperti antara lain Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Konsumen,
Koperasi Produsen, Koperasi Pemasaran, dan Koperasi Jasa. Khusus Koperasi yang
dibentuk oleh golongan fungsional seperti pegawai negeri, anggota ABRI, karyawan dan
sebagainya, bukan merupakan jenis Koperasi tersendiri. (Penjelasan Pasal 16 Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian).81

78
Ibid., Pasal 142 ayat (2).
79
Ibid.,Pasal 10.
80
"Bentuk dan Jenis Koperasi", www.cucoindo.org. Diakses pada hari Selasa tanggal 20 April 2020.
81
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Koperasi Dan Usaha Kecil Dan
Menengah Republik Indonesia Tahun 2010, https://dinkopukm.slemankab.go.id/wp-content/uploads/2018/07/Jenis-
Koperasi.pdf diakses pada Hari Senin tanggal 31 Mei 2021, pukul 13.00
1. Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi ini sering kali juga disejajarkan dengan nama koperasi kredit,
koperasi ini menyelenggarakan layanan tabungan dan sekaligus memberikan
kredit bagi anggotanya. Layanan-layanan ini menempatkan koperasi sebagai
pelayan anggota memenuhi kebutuhan pelayanan keuangan bagi anggota
menjadi lebih baik dan lebih maju. Dalam koperasi ini anggotanya memiliki
kedudukan identitas ganda sebagai pemilik (owner) dan nasabah (customers).
Dalam kedudukan sebagai nasabah anggota melaksanakan kegiatan menabung
dan meminjam dalam bentuk kredit kepada koperasi. Pelayanan koperasi kepada
anggota yang menabung dalam bentuk simpanan wajib, simpanan sukarela dan
deposito, merupakan sumber modal bagi koperasi. Penghimpunan dana dari
anggota itu menjadi modal yang selanjutnya oleh koperasi disalurkan dalam
bentuk pinjaman atau kredit kepada anggota dan calon anggota. Dengan cara
pinjam (KSP) dan atau Unit Usaha Simpan Pinjam (USP) Koperasi. Dengan cara
itulah koperasi melaksanakan fungsi intermediasi dana milik anggota untuk
disalurkan dalam bentuk kredit kepada anggota yang membutuhkan.
Penyelenggaraan kegiatan simpan pinjam oleh koperasi dilaksanakan dalam
bentuk/wadah koperasi simpan pinjam.

2. Koperasi Konsumen
Koperasi konsumen adalah koperasi yang melaksanakan kegiatan bagi
anggota dalam rangka penyediaan barang atau jasa yang dibutuhkan anggota.
Koperasi konsumen berperan dalam mempertinggi daya beli sehingga
pendapatan riil anggota meningkat. Pada koperasi ini, anggota memiliki identitas
sebagai pemilik (owner) dan sebagai pelanggan (customer). Dalam kedudukan
anggota sebagai konsumen, kegiatan mengkonsumsi (termasuk konsumsi oleh
produsen) adalah penggunaan mengkonsumsi barang/jasa yang disediakan oleh
pasar. Adapun fungsi pokok koperasi konsumen adalah menyelenggarakan:
a. Pembelian atau pengadaan barang/jasa kebutuhan anggota yang dilakukan
secara efisien, seperti membeli dalam jumlah yang lebih besar.
b. Inovasi pengadaan, seperti sumber dana kredit dengan bunga yang lebih
rendah, diantaranya pemanfaatan dana bergulir, pembelian dengan diskon,
pembelian dengan kredit.

3. Koperasi Produsen
Koperasi produsen adalah koperasi yang anggotanya-anggotanya adalah para
produsen. Anggota koperasi ini adalah pemilik (owner) dan pengguna pelayanan
(user), dimana dalam kedudukannya sebagai produsen, anggota koperasi
produsen mengolah bahan baku/input menjadi barang jadi/output, sehingga
menghasilkan barang yang dapat diperjualbelikan, memperoleh sejumlah
keuntungan dengan transaksi dan memanfaatkan kesempatan pasar yang dapat
diperjualbelikan, memperoleh sejumlah keuntungan dengan transaksi dan
memanfaatkan kesempatan pasar yang ada. Koperasi produsen berperan dalam
pengadaan bahan baku, input, atau sarana produksi yang menunjang ekonomi
anggota, sehingga anggota merasakan manfaat keberadaan koperasi karena
mampu meningkatkan produktivitas usaha anggota dan pendapatannya. Koperasi
ini menjalankan beberapa fungsi, diantaranya:
a. Pembelian ataupun pengadaan input yang diperlukan anggota
b. Pemasaran hasil produksi (output) yang dihasilkan dari usaha anggota
c. Proses produksi bersama atau pemanfaatan sarana produksi secara
bersama
d. Menanggung resiko bersama atau menyediakan kantor pemasaran bersama

4. Koperasi Pemasaran
Koperasi pemasaran seringkali disebut koperasi penjualan. Identitas anggota
sebagai pemilik (owner) dan penjual (seller) atau pemasar. Koperasi pemasaran
mempunyai fungsi menampung produk barang maupun jasa yang dihasilkan
anggota untuk selanjutnya memasarkannya kepada konsumen. Anggota
berkedudukan sebagai pemasok barang atau jasa kepada koperasinya. Dengan
demikian bagi anggota, koperasi merupakan bagian terdepan dalam pemasaran
barang ataupun jasa anggota produsen. Sukses fungsi pemasaran ini mendukung
tingkat kepastian usaha bagi anggota untuk tetap dapat berproduksi.

5. Koperasi Jasa
Adalah koperasi dimana identitas anggota sebagai pemilik dan nasabah
konsumen jasa dan atau produsen jasa. Dalam status anggota sebagai konsumen
jasa, maka koperasi yang didirikan adalah koperasi pengadaan jasa. Sedangkan
dalam status anggota sebagai produsen jasa, maka koperasi yang didirikan
adalah koperasi produsen jasa atau koperasi pemasaran jasa. Sebagai koperasi
pemasaran, bilamana koperasi melaksanakan fungsi memasarkan jasa hasil
produksi anggota. Dalam praktek dikenal pula penjenisan koperasi atas dasar
cakupan pengelolaan bisnis (usaha), yaitu jenis koperasi Single Purpose (satu
usaha) dan Multi Purpose (banyak usaha). Koperasi dengan satu kegiatan usaha,
misalnya Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Koperasi Produsen Susu, Koperasi
tahu tempe (Primkopti), Koperasi Bank Perkreditan Rakyat dan sebagainya.
Koperasi dengan lebih dari satu kegiatan usaha, sering disebut sebagai koperasi
serba usaha. Jenis koperasi ini misalnya Koperasi Pemasaran, dimana koperasi
melaksanakan pemasaran produk barang dan jasa.
Di dalam praktek koperasi dikenal sebutan penjenisan koperasi, seperti
Koperasi Pegawai Negeri (KPN), Koperasi Unit Desa (KUD), Koperasi
Karyawan (Kopkar), Koperasi Mahasiswa (Kopma), Koperasi Pedagang Pasar,
Primer Koperasi Kepolisian (Primkopol), Primer Koperasi Angkatan Darat
(Primkopad), Primer Koperasi Angkatan Udara (Primkopau), Primer Koperasi
Angkatan Laut (Primkopal), dan seterusnya. Pada sisi lain koperasi itu masih
diberi nama seperti KUD Makmur, Koperasi Simpan Pinjam. (KSP) Sejahtera,
Primkopol Melati, Kopma Unpad dan sebagainya. Terdapat pula sebutan
penjenisan Koperasi Jasa Keuangan, Koperasi Jasa Transportasi, Koperasi Taksi,
Koperasi Angkutan, dan berbagai Koperasi lainnya. Demikian pula dalam
koperasi sekundernya dikenal sebutan GKPN, PKPN, PKPRI, Gabungan
Koperasi Batik Indonesia (GKBI), Induk Koperasi Unit Desa, Pusat Koperasi
Unit Desa, Puskopad, Puskopau, Puskud, dan lain-lainnya.
H. ORGAN KOPERASI
Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian organisasi
Koperasi terdiri atas:
1. Rapat Anggota
Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi.
Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, rapat anggota memiliki berhak untuk
menetapkan hal-hal sebagai berikut:
(1) Anggaran Dasar;
(2) Kebijaksanaan Umum dibidang organisasi, manajemen, dan usaha Koperasi;
(3) Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja Koperasi, serta
pengesahan laporan keuangan;
(4) Pengesahan pertanggungjawaban Pengurus dalam pelaksanaan tugasnya;
(5) Pembagian sisa hasil usaha;
(6) Penggabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran Koperasi.
2. Pengawas Koperasi
Pengawas koperasi merupakan salah satu struktur organisasi Koperasi yang
dipilih dan diangkat oleh Anggota pada Rapat Anggota. Pengawas Koperasi
bertugas untuk:
(1) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan
Koperasi
(2) Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya

Selain itu, Pengawas Koperasi memiliki kewenangan sebagai berikut:

(1) Meneliti catatan yang ada pada Koperasi;


(2) Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan.
3. Pengurus Koperasi
Pengurus Koperasi dipilih dari orang perseorangan, baik Anggota maupun
non-Anggota Koperasi. Pengurus dipilih dan diangkat pada Rapat Anggota atas
usul Pengawas Koperasi. Dalam pelaksanaan jabatannya, Pengurus bertugas untuk
sebagai berikut:
(1) Mengelola Koperasi berdasarkan Anggaran Dasar;
(2) Mengajukan rancangan rencana kerja serta rencana anggaran pendapatan dan
belanja Koperasi;
(3) Menyelenggarakan Rapat Anggota
(4) Mengajukan laporan keuangan dan pertanggunjawaban pelaksanaa tuggas;
(5) Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib;
(6) Memelihara Buku Daftar Anggota, dan Pengurus

Dalam melaksanakan tugasnya, pengurus diberikan kewenangan sebagai


berikut:

(1) Mewakili Koperasi baik di dalam maupun di luar pengadilan.


(2) Memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian
anggota sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar;
(3) Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan Koperasi
seusai dengan tanggung jawabnya dan keputusan Rapat Anggota.
I. TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI
Pasal 12 Permen Koperasi dan UKM No. 9/2018 tentang Penyelenggaraan dan
Pembinaan Perkoperasian telah mengatur mengenai persyaratan pendirian Koperasi di
Indonesia. Pendirian koperasi dilakukan dengan mengadakan rapat pendirian koperasi
yang harus dihadiri oleh para pendiri, dan juga dihadiri oleh pejabat yang berguna untuk
melakukan penyuluhan terkait koperasi. Terdapat beberapa tahapan dalam pendirian
koperasi yaitu:

I. Tahapan Pertama
Sebelum mendirikan koperasi maka harus diadakan penyuluhan koperasi
mengenai:
1. Pengertian, manfaat dan usaha koperasi,
2. Hak dan kewajiban pengurus, pengawas dan anggota,
3. Tugas dan kewajiban pendiri, anggota dan pengurus sebelum dan sesudah koperasi
berbadan hukum,
4. Tata cara persiapan Rapat Pembentukan Koperasi,
5. Inventarisasi calon anggota Koperasi yang memiliki tujuan dan kepentingan ekonomi
yang sama.

II. Tahap Kedua


Setelah penyuluhan maka tahap selanjutnya yaitu melakukan rapat pembentukan
koperasi, rapat tersebut memiliki persyaratan sebagai berikut:
1. Dihadiri oleh sekurang-kurangnya 20 orang untuk Koperasi Primer dan 3 orang
untuk Koperasi Sekunder.
2. Dipimpin oleh pendiri atau kuasa pendiri.
3. Pendiri wajib mengundang Pejabat dari Dinas Koperasi dan UMKM untuk
memberikan petunjuk seperlunya.
4. Yang akan dibahas dalam rapat mengenai : Nama koperasi; nama para pendiri;
alamat tetap atau tempat kedudukan koperasi; jenis koperasi; jangka waktu berdiri;
maksud dan tujuan; keanggotaan koperasi; perangkat organisasi koperasi; pengawas
; modal koperasi; besarnya jumlah setoran simpanan pokok dan simpanan wajib;
bidang dan kegiatan usaha koperasi; pengelolaan; pembagian sisa hasil usaha;
perubahan anggaran dasar; ketentuan mengenai pembubaran dan penyelesaiannya,
serta hapusnya status badan hukum; sanksi; dan peraturan khusus.
5. Membuat berita acara rapat Pembentukan dari hasil rapat tersebut kedalam
rancangan anggaran dasar.
6. Akta Pendirian/Anggaran Dasar dibuat oleh Notaris yang ditunjuk.

III. Tahap Ketiga


Tahap ketiga yaitu tahap Permohonan Nama Koperasi dan verifikasi nama
koperasi. Mengajukan permohonan pengecekan nama Koperasi melalui alamat utama
situs SISMINBHKOP yaitu http://sisminbhkop.id dengan mengisi tempat kedudukan
Koperasi, nama Koperasi, jenis Koperasi, wilayah keanggotaan Koperasi dan bentuk
Koperasi. Selanjutnya, nama koperasi yang telah disepakati oleh para pendiri harus
diajukan kepada Menteri Hukum dan HAM melalui Direktur Jenderal Administrasi
Hukum Umum. Format pengajuan nama koperasi yaitu:
1. Paling sedikit memuat nama koperasi yang dipesan dan jenis koperasi.
2. Jenis koperasi terdiri atas produsen, konsumen, pemasaran, jasa, dan simpan
pinjam.
3. Terdiri dari paling sedikit 3 kata setelah frasa koperasi dan jenis koperasi;
4. ditulis dengan huruf latin;
5. belum dipakai secara sah oleh koperasi lain;
6. tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan;
7. tidak sama atau tidak mirip dengan nama lembaga negara, lembaga pemerintah,
atau lembaga internasional, kecuali mendapat izin dari lembaga yang
bersangkutan; dan
8. tidak terdiri atas angka atau rangkaian angka, huruf atau rangkaian huruf yang
tidak membentuk kata.
Persetujuan dan penolakan atas nama tersebut akan diberikan oleh Menteri
Hukum dan HAM secara elektronik. Apabila disetujui, pemakaian nama tersebut
berlaku paling lama 30 hari sejak persetujuan pemakaian nama diberikan oleh menteri.
(Pasal 3 ayat (2) huruf e Peraturan Menteri Koperasi dan UKM RI nomor
10/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang Kelembagaan Koperasi).

IV. Tahap Keempat


Setelah rapat pembentukan selesai dan Notaris Pembuat Akta Koperasi (NPAK)
telah membuat akta pendirian koperasi. Tahap selanjutnya adalah pendaftaran koperasi
untuk pengajuan permohonan badan hukum yang kemudian dimohonkan
pengesahannya kepada Menteri Hukum dan HAM melalui Direktur Jendral
Administrasi Hukum Umum. Permenkumham 14/2019 mensyaratkan agar
permohonan pengesahan akta ini dimuat atau dinyatakan dalam akta notaris dalam
bahasa Indonesia.
Menurut Pasal 7 (1) Praturan Menteri Koperasi dan UKM RI No.
10/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang Kelembagaan Koperasi, Pengisian format
pengesahan akta pendirian koperasi juga harus dilengkapi dengan dokumen
pendukung yang disampaikan secara elektronik, yaitu pernyataan secara elektronik
dari pemohon tentang dokumen untuk pendirian koperasi yang telah lengkap dan yang
disimpan oleh notaris, meliputi:
1. Surat Keterangan persetujuan penggunaan nama koperasi dari pejabat;
2. 2 (dua) rangkap akta pendirian koperasi, beserta berkas pendukung akta, 1 (satu)
diantaranya bermaterai cukup;
3. Berita acara rapat pendirian koperasi, termasuk pemberian kuasa untuk
mengajukan permohonan pengesahan;
4. surat bukti penyetoran modal, paling sedikit sebesar simpanan pokok serta dapat
ditambah simpanan wajib dan hibah;
5. Akta pendirian notaris yang telah ditandatangani notaris;
6. Surat bukti jumlah setoran simpanan pokok dan simpanan wajib sebagai modal
awal;
7. Surat keterangan domisili;
8. Rencana kerja koperasi minimal 3 (tiga) tahun kedepan dan Rencana Anggaran
Belanja dan Pendapatan Koperasi; dan
9. Surat permohonan Izin Usaha Simpan Pinjam/Unit Usaha Simpan Pinjam, bagi
Koperasi Siman Pinjam atau Koperasi jenis lain yang memiliki unit simpan
pinjam.Permohonan pengesahan harus dilakukan paling lambat 60 hari sejak
ditandatanganinya akta pendirian dan apabila batas waktu ini terlampaui,
permohonan tidak dapat diajukan.
- Setelah dimohonkan, Menteri Hukum dan HAM akan menerbitkan keputusan
menteri secara elektronik mengenai pengesahan akta pendirian koperasi pada saat
permohonan diterima dan Menteri Koperasi dan UKM yang akan
menyelenggarakan pengesahan koperasi dalam Berita Negara Republik Indonesia.
- Notaris dapat langsung melakukan pencetakan sendiri atas keputusan menteri
mengenai pengesahan akta pendirian koperasi dengan menggunakan kertas
berwarna putih ukuran F4/Folio dengan berat 80 gram.
- Pengajuan permohonan pendirian koperasi dapat diajukan melalui laman
Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum.

V. Tahap Kelima
VERIFIKASI/PENINJAUAN
Peninjauan kelokasi Koperasi yang mengajukan permohonan Badan Hukum
bertujuan untuk mengetahui :
1. Kelayakan Usaha Koperasi.
2. Keberadaan tempat usaha dan status kepemilikanya.
3. Pelaksanaan tugas pengurus dan pengawas.
4. Kelengkapan Administrasi Keuangan dan Permodalan.
5. Perkembangan keanggotaan dan usaha.
6. Kelengkapan Administrasi organisasi Koperasi.
7. Potensi pengembangan usaha Koperasi.

VII. Tahap Keenam


a. PENYERAHAN AKTA PENDIRIAN/BADAN HUKUM KOPERASI
1. Pengesahan akta pendirian/badan hukum Koperasi oleh Gubernur/Bupati/Pejabat
yang ditunjuk paling lama 3 bulan terhitung sejak diterima permohonan secara
lengkap dan benar.
2. Penyerahan akta pendirian/badan hukum dilaksanakan oleh Pejabat/Petugas
dihadapan pengurus, pengawas dan anggota Koperasi agar bisa diberikan penjelasan
seperlunya.

b. KELENGKAPAN PERMOHONAN PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN/BADAN


HUKUM KOPERASI.
➢ KELENGKAPAN POKOK
a. Surat Permohonan pendiri ( asli bermaterai Rp. 6.000,- )
b. Akta Pendirian dan anggaran dasar rangkap 3 ( tiga ) ( asli bermaterai Rp. 6.000,- )
yang dibuat Notaris.
c. Berita acara rapat pembentukan.
d. Suratbukti penyetoran modal sekurang-kurangnya sebesar simpanan pokok :
● Untuk USP. Koperasi Primer minimal Rp. 15.000.000,-
● Untuk KSP. Primer minimal Rp. 15.000.000,-
● Untuk KSP. Sekunder minimal Rp. 50.000.000,-
● Untuk USP, Sekunder minimal Rp. 50.000.000,-
e. Rencana awal kegiatan usaha Koperasi ( bagi USP/KSP rencana 3 tahun dan
RAPBK )
f. Surat kuasa mengurus badan hukum ( asli bermaterai Rp. 6.000,- )
➢ KELENGKAPAN TAMBAHAN
1. Daftar hadir rapat pembentukan Koperasi.
2. Neraca awal dan Neraca terakhir.
3. Susunan Pengurus dan Pengawas.
4. Daftar riwayat hidup khusus pengelola KSP dan USP.
5. Daftar sarana kerja.
6. Daftar Buku administrasi oraganisasi dan usaha.
7. Suratperjanjian surat kerja antara pengurus Koperasi dengan
Pengelola/Menager/Direksi ( USP )
8. Daftar riwayat hidup pengurus serta dibubuhi pas foto yang bersangkutan.
9. foto kopy KTP. Pengurus dan anggota.
10. Daftar nama pendiri Koperasi.
11. Hasil peninjauan langsung oleh pejabat Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
dan Menengah ( setelah pemohonan masuk ).82

J. PENGGABUNGAN, PELEBURAN DAN PEMBAGIAN KOPERASI


Seperti yang telah disebutkan sebelumnya dapat diketahui bahwa koperasi dapat
terdiri dari beberapa koperasi ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisensi dari
suatu koperasi primer, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi dari koperasi primer berdasarkan peraturan menteri koperasi dan
usaha kecil dan menengah nomor 9 tahun 2018 tentang penyelenggaraan dan pembinaan
perkoperasian yaitu sebagai berikut:83
1. Penggabungan, berdasarkan pasal 30 peraturan menteri ini disebutkan bahwa
penggabungan, peleburan, dan pembagian jenis koperasi dilakukan dengan
menentukan jenis koperasi sesuai kepentingan ekonomi anggota. Penggabungan dari
beberapa koperasi dapat dilakukan oleh koperasi sejenis dengan menggunakan badan
hukum dan nama koperasi yang menerima penggabungan tanpa diadakan
pembubaran koperasi terlebih dahulu. Koperasi yang menerima penggabungan
bertanggungjawab terhadap perubahan anggaran dasar, konsolidasi organisasi dan
konsolidasi laporan keuangan akibat penggabungan koperasi.
2. Peleburan, dilakukan dengan mendirikan badan hukum dan nama koperasi baru serta
menetapkan jenis koperasi setelah mengadakan pembubaran terlebih dahulu terhadap
koperasi yang akan dilebur. Koperasi hasil peleburan bertanggungjawab terhadap
permohonan pengesahan akta pendirian koperasi, konsolidasi organisasi dan
konsolidasi laporan keuangan akibat penggabungan koperasi.
3. Pembagian, koperasi dapat melakukan pembagian dengan mendirikan satu atau
beberapa koperasi baru apabila ingin melakukan spesialisasi usaha dari beberapa unit
usaha yang dimiliki, segala hak dan kewajiban akibat pembagian koperasi menjadi
82
Website Pemerintah Kabupaten Bangli, https://diskopumkmtkt.banglikab.go.id/index.php/baca-
berita/200/Tata-Cara-Pendirian-Koperasi.html diakses pada Hari Senin tanggal 7 Juni 2021 pada pukul 12.00
83
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Peraturan Menteri tentang
Penyelenggaraan dan Pembinaan Perkoperasian, PMKUKM No. 09 tahun 2018, Pasal.29-36
tanggung jawab masing-masing koperasi setelah dilakukan pembagian hak dan
kewajiban berdasarkan rapat anggota. Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi
agar dapat dilakukan pembagian koperasi yaitu:
a. Koperasi yang akan melakukan pembagian telah berbadan hukum;
b. Tidak sedang berperkara di pengadilan;
c. Memiliki unit usaha yang dikelola secara terpisah dan laporan keuangan
tersendiri yang akan dipisahkan dari koperasi yang akan melakukan pembagian;
d. Paling sedikit ada 20 orang anggota untuk koperasi primer dan 3 badan hukum
untuk koperasi sekunder;
e. Memiliki keinginan untuk melakukan pembagian yang dinyatakan melalui
keputusan rapat anggota;
f. Memiliki laporan pertanggungjawaban keuangan yang telah diperiksa baik oleh
internal maupun eksternal;
g. Mendapat persetujuan dari pemilik modal penyertaan koperasi;
h. Bebas dari persoalan utang piutang , dinyatakan dalam suatu pernyataan dari
para pihak; dan
i. Pembiayaan ditanggung oleh koperasi yang melaksanakan pembagian.

Koperasi yang akan melakukan pembagian wajib untuk menyelenggarakan rapat


anggota untuk mendapatkan kesepakatan mengenai pembagian koperasi dari para
anggota, merubah atau menyusun anggaran dasar dan mengajukan permohonan
pengesahan akta perubahan anggaran dasar, menetapkan keanggotaan, pengurus dan
pengawas, melakukan pembagian asset dari koperasi yang dibagi kepada koperasi baru
hasil pembagian, penyesuaian rencana kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja
Koperasi jangka pendek dan jangka panjang, serta melakukan penataan administrasi
keanggotaan koperasi serta membuat notulen tentang pembagian koperasi yang dibuat
secara otentik, sedangkan koperasi baru hasil pembagian wajib menerima dan
mengadministrasikan asset hasil pembagian koperasi, menetapkan dan
mengadministrasikan keanggotaan, memilih dan menetapkan pengurus/pengawas,
menetapkan neraca awal koperasi, menetapkan rencana kerja koperasi selama 3 tahun,
mengajukan permohonan pengesahan akta pendirian koperasi hasil pembagian dan
memenuhi peraturan perundang-undangan tentang unit usaha simpan pinjam bagi
kegiatan usaha simpan pinjam.

K. JANGKA WAKTU KOPERASI


Jangka waktu pendirian koperasi tidak ditentukan maksimal berapa lama
pendirian koperasi tersebut dicantumkan dalam Anggaran Dasar. Di dalam akta pendirian
koperasi pendiri bebas untuk menentukan ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya
koperasi. Namun Koperasi yang jangka waktu berdiri telah berakhir, sebagaimana diatur
dalam Anggaran Dasar, dapat melakukan perubahan jangka waktu berdirinya atau
menyelenggarakan Rapat Anggota Pembubaran Koperasi.
Dalam hal koperasi melakukan perubahan jangka waktu berdirinya, koperasi yang
bersangkutan harus menyelenggarakan Rapat Anggota Perubahan Anggaran Dasar paling
lambat 3 (tiga) bulan sebelum jangka waktu berakhirnya koperasi, dan melaporkan
kepada Pejabat yang Berwenang paling lambat 1 (satu) bulan, sejak tanggal keputusan
Rapat Anggota. Pejabat yang Berwenang, melakukan pencatatan perpanjangan jangka
waktu berdirinya koperasi dalam Buku Daftar Umum Koperasi. Koperasi yang jangka
waktunya telah berakhir dan tidak melakukan perpanjangan sesuai dengan Anggaran
Dasar koperasi, dinyatakan bubar dengan sendirinya dan harus melaporkan posisinya
kepada Pejabat yang Berwenang. Pejabat yang Berwenang menerbitkan keputusan
pembubaran dan mengumumkannya dalam Berita Negara.84

L. PEMBUBARAN KOPERASI
Koperasi tidak memenuhi ketentuan dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun
1992 tentang Perkoperasian, dan atau tidak melaksanakan ketentuan dalam Anggaran
Dasar Koperasi yang bersangkutan. Kegiatan Koperasi bertentangan dengan ketertiban
umum dan atau kesusilaan yang dinyatakan berdasarkan keputusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap atau Koperasi dinyatakan pailit berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; atau Koperasi tidak melakukan
kegiatan usahanya secara nyata selama 2 (dua) tahun berturut-turut terhitung sejak
tanggal pengesahan Akta Pendirian.
84
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan dan Pembinaan
Perkoperasian, Pasal 41.
Pembubaran koperasi diatur dalam Pasal 102 sampai Pasal 105 UU Perkoperasian.
Pembubaran koperasi dapat dilakukan berdasarkan:85
1. Keputusan rapat anggota;
2. Jangka waktu telah berakhir, dan/atau;
3. Keputusan Menteri.
Rapat anggota dapat membubarkan koperasi berdasarkan usulan yang diajukan ke
rapat anggota oleh pengawas atau anggota yang mewakili paling sedikit 1/5 (satu
perlima) jumlah anggota. Apabila koperasi diputuskan bubar oleh rapat anggota, maka
pengurus bertindak sebagai kuasa rapat anggota apabila rapat anggota tidak menunjuk
pihak lain. Koperasi tersebut dinyatakan bubar pada saat ditetapkan dalam keputusan
rapat anggota. Keputusan pembubaran oleh rapat anggota tersebut diberitahukan secara
tertulis oleh kuasa rapat anggota kepada Menteri dan semua kreditor.
Koperasi dapat juga bubar karena berakhirnya jangka waktu berdirinya
sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar telah berakhir. Sehubungan dengan
pembubaran karena berakhirnya jangka waktu tersebut atas dasar permohonan pengurus.
Permohonan perpanjangan tersebut diajukan dalam jangka waktu paling lambat sembilan
puluh hari sebelum koperasi berakhir. Keputusan Menteri berkaitan dengan permohonan
perpanjangan diatas diberikan dalam jangka paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah
permohonan diterima. Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak terpenuhi, keputusan
rapat anggota dianggap sah.
Pada Pasal 46 UU No. 25 Tahun 1992 mengatur bahwa terdapat 2 (dua) cara
pembubaran koperasi dengan cara yang sah, yaitu :
Keputusan Rapat Anggota
Apabila koperasi bubar karena adanya keputusan rapat anggota hal ini
dikarenakan jangka waktu koperasi telah berakhir. Dalam hal ini, dalam rangka
pembubaran koperasi, pengurus koperasi mengirim undangan rapat anggota paling
lambat 14 (empat belas) hari sebelum rapat anggota diselenggarakan. Pelaksanaan rapat
anggota terkait pembubaran koperasi dapat dikatakan sah apabila mencapai kuorum yang
dihadiri paling sedikit 3/4 anggota koperasi. Keputusan rapat anggota terkait pembubaran
koperasi dapat dikatakan sah apabila disetujui oleh 2/3 dari jumlah suara sah. Apabila
85
Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 1992, Pasal 102 - Pasal 105.
telah didapat keputusan rapat pembubaran koperasi, maka keputusan rapat tersebut
diberitahukan secara tertulis oleh kuasa rapat anggota kepada Menteri dan semua
kreditur. Keputusan Rapat Anggota tentang Pembubaran koperasi wajib membentuk Tim
Penyelesai, Tim Penyelesai melakukan pekerjaan penyelesaian dalam jangka waktu 2
(dua) tahun sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar Koperasi.86
Keputusan Pemerintah
Alasan yang menyebabkan terjadinya pembubaran koperasi yang dilakukan oleh
pemerintah terdapat pada Pasal 47 UU No. 25 Tahun 1992 yaitu:87
(1) Koperasi yang bersangkutan tidak memenuhi ketentuan UU No. 25 Tahun 1992
(2) Koperasi melakukan kegiatan yang bertentangan dengan ketertiban umum dan
kesusilaan;
(3) Kelangsungan koperasi sudah tidak diharapkan.
Pasal 43 Permen Koperasi dan UKM No. 9 tahun 2018 juga telah mengatur hal-
hal yang menyebabkan pembubaran koperasi oleh pemerintah, yaitu:88
(1) Koperasi tidak melaksanakan ketentuan anggaran dasar;
(2) Koperasi dinyatakan pailit;
(3) Tidak diadakan rapat anggota selama 3 (tiga) tahun berturut-turut;
(4) Tidak adanya kegiatan usaha yang dilakukan secara nyata selama 2 (dua) tahun
berturut-turut.

86
Ibid., Pasal 46.
87
Ibid.,Pasal 47.
88
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan dan Pembinaan
Perkoperasian, Pasal 43.
AKTA PENDIRIAN
“KOPERASI JASA SWADHARMA SEJAHTERA BERSAMA”
Nomor : 01
- Pada hari ini, Jumat, tanggal 05-02-2021
(lima Pebruari dua ribu dua puluh satu).
----------
- Pukul 14.00 W.I.B (empat belas Waktu
Indonesia Barat).
------------------------------------
- Berhadapan dengan saya, ENDANG
SURATMININGSIH, Sarjana Hukum, Notaris di
Jakarta, dengan dihadiri saksi-saksi yang
saya, Notaris kenal dan nama-namanya yang
akan disebutkan pada bagian akhir akta ini :
-----
- Tuan AMDRY, lahir di Pekanbaru , pada
tanggal 29-10-1964 (dua puluh Sembilan
Oktober seribu Sembilan ratus enam puluh
empat) , Warga Negara Indonesia, Karyaan
Swasta, bertempat tinggal di Tangerang,
Jalan Barata Raya/38, Rukun Tetangga 006,
Rukun Warga 007, Kelurahan Karang Tengah,
Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang,
Provinsi Banten, Pemegang Kartu Tanda
Penduduk dengan Nomor Induk kependudukan
(NIK) : 3671122910640001.-----------------
- Penghadap saya, Notaris kenal. -----------
- Menurut keterangan penghadap, dalam hal
ini bertindak :
------------------------------
a. Untuk diri sendiri;
--------------------
b. Berdasarkan surat kuasa, sebagaimana
Berita Acara Rapat Pendirian Koperasi
Jasa Swadharma Sejahtera Bersama,
tertanggal 28-01-2021 (dua puluh
delapan Januari dua ribu dua puluh
satu), dibuat dibawah tangan,
bermaterai cukup dari dan oleh karena
itu untuk dan atas nama para pendiri
Koperasi, yaitu : ----
1. Nyonya ARITA, lahir di Padang, pada
tanggal 16-01-1978 (enam belas
Januari seribu sembilan ratus tujuh
puluh delapan), Warga Negara
Indonesia, Swasta, bertempat tinggal
di Jalan DN. Tempe D.II/72, Rukun
Tetangga 001, Rukun Warga 002,
Kelurahan Gambir, Kecamatan Gambir,
Kota Administrasi Jakarta Pusat,
pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan
Nomor Induk Kependudukan (NIK):
3100918273627281;
2. Nyonya AGUSTINA CHAROLINA, lahir di
Jakarta, pada tanggal 10-02-1980
(sepuluh Februari seribu sembilan
ratus delapan puluh), Warga Negara
Indonesia, Swasta, bertempat tinggal
di Jalan Ahmad Yani Nomor 72, Rukun
Tetangga 003, Rukun Warga 001,
Kelurahan Gambir, Kecamatan Gambir,
Kota Administrasi Jakarta Pusat,
pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan
Nomor Induk Kependudukan (NIK):
3156188273627281;--------------------
3. Tuan ARIF GUSTAMAN, lahir di Depok,
pada tanggal 19-03-1981 (sembilan
belas Maret seribu sembilan ratus
delapan puluh satu), Warga Negara
Indonesia, Swasta, bertempat tinggal
di Jalan Buah Naga Nomor 67, Rukun
Tetangga 009, Rukun Warga 004,
Kelurahan Gambir, Kecamatan Gambir,
Kota Administrasi Jakarta Pusat,
pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan
Nomor Induk Kependudukan (NIK):
3100978290000123;--------------------
4. Tuan BAMBANG TRIONO, lahir di Banten,
pada tanggal 10-10-1978 (Sepuluh
Oktober seribu Sembilan ratus tujuh
puluh delapan), Warga Negara
Indonesia, Swasta, bertempat tinggal
di Jalan Romansa Raya Nomor 40, Rukun
Tetangga 001, Rukun Warga 005,
Kelurahan Gambir, Kecamatan Gambir,
Kota Administrasi Jakarta Pusat,
pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan
Nomor Induk Kependudukan (NIK):
3100009283718172;--------------------
- Penghadap bertindak sebagaimana tersebut
diatas menerangkan terlebih dahulu :
--------
- Bahwa pada hari Kamis, tanggal 28-01-2021
(dua puluh delapan Januari dua ribu dua
puluh satu) Pukul 09.10 W.I.B (Sembilan
lebih sepuluh Waktu Indonesia Barat) sampai
dengan selesai yang dilakukan melalui
Aplikasi Zoom, telah diadakan Rapat
Pendirian Koperasi berkedudukan di Jalan
Margasatwa Nomor 99, Kelurahan, Kecamatan,
Kota Administrasi, Propinsi yang dihadiri
oleh 22 (dua puluh dua) pendiri kemudian
keputusannya dituangkan dalam Berita Acara
tersebut. ----------------
- Selanjutnya penghadap bertindak berdasarkan
kuasa tersebut menyatakan bahwa Rapat
Anggota Pendirian Koperasi telah memutuskan
antara lain sebagai berikut :
----------------------
1. Pembahasan Nama Koperasi; ----------------
2. Pembahasan kedudukan dan alamat Koperasi;
3. Pembahasan jenis usaha; ------------------
4. Pembahasan simpanan usaha anggota (Pokok
dan Wajib) serta modal Koperasi; ---------
5. Pembahasan susunan pengawas dan pengurus;
6. Pembahasan masa kerja pengawas dan
pengurus;---------------------------------
7. Pembahasan anggaran dasar Koperasi; ------
8. Dan lain-lain, ---------------------------
- Sehingga para pendiri menyetujui isi
Anggaran Dasar, yang berbunyi sebagai
berikut: -------

-------------------BAB I-----------------------
-----------------PENDIRIAN --------------------
--------------- Bagian Kesatu -----------------
------------ NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN --------
-------------------Pasal 1 --------------------
1. Koperasi ini bernama :
----------------------
----“KOPERASI JASA SWADHARMA SEJAHTERA
--------------------------- BERSAMA”
--------------
dan untuk selanjutnya dalam Anggaran Dasar
ini disebut Koperasi.
---------------------------
2. Koperasi ini berkedudukan di Jalan
Margasatwa Nomor 99, Kelurahan, Kecamatan,
Kota,
Propinsi.-----------------------------------
3. Daerah Kerja Koperasi meliputi seluruh
wilayah negara Republik Indonesia dan dapat
mendirian serta membuka cabang, kantor
cabang pembantu dan kantor kas baik di dalam
maupun di luar negeri sesuai kebutuhan dan
kemampuan atas keputusan Rapat Anggota.
---------------

-----------------Bagian Kedua
----------------------------- LANDASAN, ASAS, DAN
PRINSIP ---------
------------------- Pasal 2 -------------------
Koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-
undang Dasar 1945. -----------------------
------------------- Pasal 3 -------------------
Koperasi berdasarkan atas asas kekeluargaan. --
------------------- Pasal 4 -------------------
1. Koperasi melakukan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi yaitu :
--------------------
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis;--
c. Pembagian sisa hasil usaha (SHU) dilakukan
secara adil sebanding dengan besarnya jasa
usaha masing-masing anggota; -------------
d. Pemberian balas jasa yang terbatas
terhadap
modal;------------------------------------
e. Kemandirian; -----------------------------
2. Dalam mengembangkan koperasi,
---------------
koperasi melaksanakan pula prinsip koperasi
sebagai berikut:
----------------------------
a. Pendirian perkoperasian; -----------------
b. Kerjasama antar koperasi; ----------------
3. Koperasi sebagai badan usaha dalam
melaksanakan kegiatannya yang mengorganisir
pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya
ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-
prinsip tersebut pada ayat (1) dan ayat (2)
diatas dan kaidah-kaidah usaha ekonomi.
-----
----------------- Bagian Ketiga
-------------

------------ VISI, MISI DAN TUJUAN


----------
-------------------- Pasal 5
----------------
Visi KOPERASI JASA SWADHARMA SEJAHTERA
BERSAMA adalah :
----------------------------
Menjadi Koperasi terbaik milik bangsa dengan
mengembangkan potensi ekonomi rakyat menuju
sejahtera bersama.
--------------------------
-------------------- Pasal 6
----------------
Misi KOPERASI JASA SWADHARMA SEJAHTERA
BERSAMA adalah :
----------------------------
1. Mengelola usaha Koperasi secara
professional berbasis teknologi terkini; -
2. Melakukan inovasi terus menerus untuk
memperkuat eksistensi dan kopetensi
koperasi; --------------------------------
3. Memberikan pelayanan prima untuk kepuasan
masyarakat sebagai anggota/calon anggota
Koperasi. --------------------------------
------------------- Pasal 7
-----------------
Koperasi didirikan dengan maksud bekerjasama
untuk kepentingan ekonomi anggota dan turut
membantu masyarakat dalam memenuhi sebagian
dari kebutuhan ekonominya.
------------------
-------------- Bagian Keempat
---------------
----- JANGKA WAKTU BERDIRINYA KOPERASI
------
------------------ Pasal 8
------------------
Koperasi didirikan dalam jangka waktu tidak
terbatas;-----------------------------------
----------------Bagian Kelima
---------------
--------------- Jenis Koperasi
--------------
------------------- Pasal 9
-----------------
Koperasi ini termasuk dalam jenis Koperasi
Jasa. --------------------------------------
------------------- BAB II
------------------
---------------- KEANGGOTAAN
----------------
--------------- Bagian Kesatu
---------------
-------------------- Umum
-------------------
------------------ Pasal 10
-----------------
1. Anggota Koperasi merupakan pemilik
sekaligus pengguna jasa koperasi. --------
2. Kenaggotan koperasi tidak dapat
dipindahtangankan. -----------------------
3. Pengertian kenaggotaan sebagaimana dalam
ayat (1) diatas termasuk para pendiri. ---

-------------------- Bagian Kedua


----------------
---------------- Syarat Keanggotaan
--------------
---------------------- Pasal 11
------------------
Persyaratan untuk diterima menjadi anggota
sebagai berikut :
----------------------------------------
1. Warga Negara Indonesia;
---------------------
2. Mempunyai kemampuan penuh untuk melakukan
tindakan hukum (dewasa dan tidak dalam
perwalian dan sebagainya);
------------------
3. Bertempat tinggal di lintas propinsi di
wilayah Negara Republik Indonesia;
----------
4. Telah menyatakan kesanggupan tertulis untuk
melunasi simpanan pokok dan simpanan wajib
yang besarnya berdasarkan hasil Keputusan
Rapat Anggota;
------------------------------
5. Telah menyetujui isi Anggaran Dasar dan
ketentuan yang berlaku.
---------------------

-------------------- Pasal 12 -----------------


1. Keanggotaan Koperasi diperoleh jika seluruh
persyaratan telah dipenuhi, simpanan pokok
telah dilunasi dan yang bersangkutan
didaftar dan telah menandatangani Buku
Daftar Anggota Koperasi;
----------------------------------
2. Koperasi secara terbuka dapat menerima
anggota lain sebagai anggota luar biasa;
----
3. Tata cara penerimaan anggota sebagaimana
dimaksud ayat (4) diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.
------------------------------------

------------------ Bagian Ketiga --------------


------------ Berakhirnya Keanggotaan ----------
-------------------- Pasal 13 -----------------
1. Keanggotaan berakhir apabila :
--------------
a. Anggota bersangkutan meninggal dunia; ----
b. Koperasi membubarkan diri atau dibubarkan
oleh Pemerintah; -------------------------
c. Berhenti atas permintaan sendiri; atau ---
d. Diberhentikan oleh pengurus karena tidak
memenuhi lagi persyaratan keanggotaan dan
aau melanggar ketentuan Anggaran Dasar
atau Angaran Rumah Tangga dan ketentuan
lain yang berlaku dalam Koperasi.
-------------
2. Dalam hal anggota diberhentikan oleh
pengurus sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf
d maka kepada yang bersangkutan diberi hak
untuk membela diri dalam Rapat Anggota.
-----------
3. Rapat Anggota sebagaimana dimaksud ayat (2)
dapat menerima atau menolak keputusan
Pengurus tentang pemberhentian anggota.
-----
4. Simpanan pokok, simpanan wajib dan bagian
Sisa Hasil Usaha anggota yang diberhentikan
oleh Pengurus, dikembalikan sesuai dengan
ketentuan Anggaran Rumah Tangga atau
peraturan khusus lainnya.
-------------------
5. Berakhirnya keanggotaan dinyatakan sah
setelah nama anggota yang bersangkutan
dihapus atau dicoret dari buku daftar
anggota.
6. Ketentuan lebih lanjut tentang berakhirnya
keanggotaan sebagaimana dimaksud ayat (1)
diatur dalam Anggota Rumah Tangga.
----------

----------------- Bagian Keempat --------------


------- Kedudukan Anggota sebagai pemilik -----
-------------------- Pasal 14 -----------------
Kedudukan anggota sebagai pemilik mempunyai
tanggung jawab untuk mengembangkan organisasi,
kelembagaan dan usaha yang diwujudkan dalam
bentuk:----------------------------------------
1. Memperkuat ekuitas atau modal sendiri dengan
membayar simpanan wajib secara rutin.
-------
2. Bersedia secara sukarela menempatkan
kelebihan dana untuk ditempatkan pada
koperasi dalam bentuk modal penyertaan
maupun simpanan lainnya.
---------------------------
3. Berpartisipasi aktif setiap ada kegiatan
rapat-rapat yang diselenggarakan oleh
koperasi. ----------------------------------

----------------- Bagian Kelima ---------------


--- Kedudukan Anggota sebagai pengguna jasa ---
-------------------- Pasal 15 -----------------
1. Kedudukan anggota sebagai pengguna jasa
diwujudkan dengan partisipasi aktif untuk
memanfaatkan kegiatan usaha melalui
transaksi jasa simpanan dan transaksi jasa
pinjaman oleh anggota terhadap Koperasi.
------------------
2. Setiap anggota memiliki kedudukan yang sama
untuk memperoleh pelayanan dari Koperasi.
---

---------------- Bagian Keenam ----------------


---------- Hak dan Kewajiban Anggota ----------
------------------- Pasal 16 ------------------
Setiap anggota mempunyai kewajiban : ----------
1. Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah
Tangga, peraturan lainnya dan Keputusan
Rapat Anggota;
-----------------------------------
2. Menghadiri Rapat Anggota;
-------------------
3. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan usaha
koperasi; ----------------------------------
4. Turut mengawasi pengelolaan organisasi dan
usaha koperasi;
-----------------------------
5. Melunasi Simpanan Pokok dan membayar
Simpanan Wajib secara rutin yang besaran dan
tata caranya ditetapkan dalam Anggaran Rumah
Tangga; dan
---------------------------------
6. Mengembangkan dan memelihara prinsip
Koperasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 4.
---------

------------------- Pasal 17 ------------------


Setiap anggota berhak: ------------------------
1. Menghadiri, menyatakan pendapat, dan
memberikan suara dalam Rapat Anggota;
-------
2. Mengemukakan pendapat atau saran kepada
pengawas dan pengurus diluar Rapat Anggota
baik diminta atau tidak;
--------------------
3. Memilih dan/atau dipilih menjadi pengawas
atau pengurus sesuai persyaratan yang
ditetapkan dalam Anggaran Dasar;
------------
4. Meminta diadakan Rapat Anggota menurut
ketentuan dalam Anggaran Dasar;
-------------
5. Mendapat pelayanan kegiatan usaha yang telah
disediakan oleh Koperasi;
-------------------
6. Mendapat keterangan mengenai perkembangan
Koperasi sesuai dengan ketentuan dalam
Anggaran Dasar; dan
-------------------------
7. Membela diri dalam Rapat Anggota apabila
diberhentikan sementara oleh pengurus;
------
8. Medapatkan bagian dari Sisa Hasil Usaha
Koperasi sebanding dengan jumlah simpanan
pokok dan simpanan wajib di Koperasi dan
transaksi usaha yang dilakukan oleh masing-
masing Anggota dengan Koperasi;
-------------
9. Mendapatkan pengembalian simpanan-simpanan
yang menjadi miliknya apabila keluar dari
keanggotaan, dan atau sisa hasil
penyelesaian Koperasi apabila Koperasi
membubarkan diri atau dibubarkan oleh
pemeritah.-------------–

----------------- Bagian Ketujuh --------------


----------------- Calon Anggota ---------------
-------------------- Pasal 18 -----------------
1. Bagi orang yang belum membayar seuruh
simpanan pokok termasuk simpanan wajib dan
lain-lain sebagaimana diatur dalam Anggaran
Rumah tangga; atau
--------------------------------
2. Bagi mereka yang telah melunasi pembayaran
simpanan pokok, akan tetapi secara formal
belum sepenuhnya melengkapi persyaratan
administrasinya, belum menandatangani Buku
Daftar Anggota.
-----------------------------

------------------- Pasal 19 ------------------


1. Calon anggota memiliki hak-hak :
------------
a. Memperoleh pelayanan Koperasi; -----------
b. Menghadiri dan berbicara dalam Rapat
Anggota; ---------------------------------
c. Mengajukan pendapat, saran dan usul untuk
kebaikan dan kemajuan Koperasi; ----------
d. Tidak berhak dipilih menjadi Pengurus dan
Pengawas. --------------------------------
2. Setiap calon anggota mempunyai kewajiban :
--
a. Segera melunasi simpanan pokok untuk
menjadi anggota dan membayar simpanan
wajib secara rutin sesuai ketentuan yang
diputuskan Rapat Anggota; ----------------
b. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha
Koperasi; --------------------------------
c. Mentaati ketentuan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, keputusan Rapat
Anggota dan ketentuan lainnya yang berlaku
dalam Koperasi;
--------------------------------
d. Memelihara dan menjaga nama baik dan
kebersamaan dalam Koperasi. --------------
3. Dalam jangka waktu tiga bulan calon anggota
harus menjadi anggota.
----------------------
4. Apabila dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) yang bersangkutan
belum memenuhi ketentuan sebagai anggota,
dilarang memperoleh fasilitas pelayanan
usaha koperasi.
----------------------------------

---------------- Bagian Kedelapan -------------


--------------- Anggota Luar Biasa ------------
--------------------- Pasal 20 ----------------
1. Koperasi secara terbuka dapat menerima
anggota lain sebagai anggota luar biasa.
----
2. Anggota luar biasa adalah orang yang
bermaksud menjadi anggota, akan tetapi tidak
memenuhi seluruh syarat sebagai anggota.
-------------
3. Ketentuan ini memberi peluang bagi penduduk
Indonesia bukan warga negara dapat menjadi
anggota luar biasa sepanjang memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku; -----------------------------------
4. Ketentuan mengenai peerimaan anggota luar
biasa sebagaimana dimaksud ayat (2) diatur
lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
---
-------------------- Pasal 21 -----------------
1. Setiap anggota luar biasa mempunyai hak :
---
a. Memperoleh pelayanan Koperasi; -----------
b. Menghadiri dan berbicara didalam Rapat
Anggota; ---------------------------------
c. Mengajukan pendapat, saran dan usul untuk
kebaikan dan kemajuan koperasi; ----------
d. Tidak berhak dipilih menjadi Pengurus dan
Pengawas. --------------------------------
2. Setiap anggota luar biasa mempunyai
kewajiban: ---------------------------------
a. Membayar simpnana pokok dan simpanan wajib
sesuai dengan ketentuan Rapat Anggota; ---
b. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha
Koperasi; --------------------------------
c. Mentaati ketentuan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, keputusan Rapat
Anggota dan ketentuan lainnya yang berlaku
dalam Koperasi;
--------------------------------
d. Memelihara dan menjaga nama baik dan
kebersamaan dalam Koperasi. --------------

------------------- BAB III -------------------


--------------- MODAL KOPERASI ----------------
---------------- Bagian Kesatu ----------------
--------------------- Umum --------------------
------------------- Pasal 22 ------------------
1. Modal koperasi terdiri dari modal sendiri
dan modal pinjaman;
-----------------------------
2. Modal sendiri dapat berasal dari :
----------
a. Simpanan Pokok; --------------------------
b. Simpanan Wajib; --------------------------
c. Dana Cadangan; ---------------------------
d. Hibah. -----------------------------------
3. Modal pinjaman dapat berasal dari :
---------
a. Anggota; ---------------------------------
b. Koperasi lain dan atau anggotanya; -------
c. Bank dan lembaga keuangan lainnya; -------
d. Penerbitan obligasi dan surat utang
lainnya; ---------------------------------
e. Sumber lain yang sah. --------------------
4. Selain modal sebagaimana dimaksud pada ayat
91), koperasi dapat melakukan pemupukan
modal yang berasal dari modal penyertaan
yang lebih lanjut diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga. --
5. Modal awal yang disetor pada saat pendirian
koperasi ditetapkan sebesar Rp.
334.400.000,- (tiga ratus tiga puluh empat
juta empat ratus ribu rupiah) yang berasal
dari : ------------
a. Simpanan pokok sebesar Rp. 330.000.000,-
(tiga ratus tiga puluh juta rupiah); -----
b. Simpnanan wajib sebesar Rp. 4.400.000,-
(empat juta empat ratus ribu rupiah). ----

----------------- Bagian Kedua ----------------


---------------- Simpanan Pokok ---------------
------------------- Pasal 23 ------------------
1. Setiap anggota harus menyetor simpanan pokok
atas namanya ada koperasi, simpanan pokok
sebesar Rp 15.000.000,- (lima belas juta
rupiah) yang pada waktu kenaggotaan diakhiri
merupakan suatu tagihan atas koperasi, jika
perlu dikurangi dengan bagian tanggungan
kerugian. ----------------------------------
2. Uang simpanan pokok pada prinsipnya harus
dibayar sekaligus pada saat menjadi Anggota.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai Simpanan
Pokok pada koperasi, diatur lebih lanjut
dalam Anggaran Rumah Tangga.
----------------------

------------------ Bagian Ketiga --------------


----------------- Simpanan Wajib --------------
--------------------- Pasal 24 ----------------
1. Setiap anggota harus menyimpan atas namanya
pada Koperasi, simpanan wajib sebesar Rp.
200.000,- (dua ratus ribu rupiah) yang pada
waktu keanggotaan diakhiri merupakansuatu
tagihan atas Koperasi, jika perlu dikurangi
dengan bagian tanggungan kerugian.
–---------
2. Setiap anggota diwajibkan untuk menyetor
secara berkala;
-----------------------------
3. Koperasi dapat menghimpun simpanan wajib
khusus untuk keperluan pengembangan usaha
dalam jumlah dan waktu tertentu melalui
mekanisme khusus berdasarkan keputusan Rapat
Anggota. -----------------------------------
4. Simpanan Wajib dapat diterbitkan dalam
bentuk warkat.
------------------------------------
5. Simpanan Wajib tidak dapat diambil kembali
selama yang bersangkutan masih menjadi
anggota. -----------------------------------
6. Pengambilan Simpanan Wajib bagi anggota yang
berakhir keanggotaannya, tidak dapat diambil
serta merta tanpa memperhatikan ekuitas
koperasi. ----------------------------------
7. Setiap anggota yang tidak memenuhi kewajiban
membayar simpanan wajib dikenakan sanksi.
---
8. Besarnya simpanan wajib setiap anggota,
waktu pembayaran simpanan wajib,
pengembalian simpanan wajib dan sanksi,
diatur lebih lanjut dalam Anggaran Dasar
Rumah Tangga. ----------

---------------- Bagian Keempat ---------------


-------------------- Hibah --------------------
------------------- Pasal 25 ------------------
1. Pengurus atas nama Koperasi dapat menerima
atau menolak pemberian hibah atas
persetujuan pengawas.
----------------------------------
2. Hibah yang diberikan oleh pihak ketiga yang
berasal dari sumber modal asing, baik
langsung maupun tidak langsung, dapat
diterima oleh suatu Koperasi dan dilaporkan
kepada Menteri.
3. Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak dapat dibagikan secara langsung atau
tidak langsung kepada Anggota Pengurus, dan
Pengawas; ----------------------------------
4. Ketentuan mengenai hibah dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan;
--------

------------------- Cadangan ------------------


------------------- Pasal 26 ------------------
1. Dana cadangan dikumpulkan dari penyisihan
sebagian Sisa Hasil Usaha;
------------------
2. Koperasi menyisihkan Sisa Hasil Usaha untuk
Dana Cadangan sehingga menjadi paling
sedikit 75% (tujuh puluh lima persen) dari
total sisa hasil usaha tahun berjalan;
-----------------
3. Dana Cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) yang belum mencapai jumlah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) hanya dapat
dipergunakan untuk menutup kerugian
koperasi;
4. Dalam hal Dana Cadangan yang ada tidak cukup
untuk menutup kerugian Hasil usaha, kerugian
tersebut diakumulasikan dan dibebankan pada
anggaran pendapatan dan belanja koperasi
pada tahun berikutnya;
---------------------------
5. Rapat anggota dapat memutuskan untuk
menggunakan paling tinggi 75% (tujuh puluh
lima persen) dari jumlah cadangan untuk
perluasan usaha koperasi;
-------------------

----------------- Modal Pinjaman --------------


-------------------- Pasal 27 -----------------
1. Modal pinjaman merupakan utang koperasi baik
jangka pendek atau jangka Panjang yang wajib
dibayar Kembali pada saat jatuh tempo sesuai
yang diperjanjikan;
-------------------------
2. Modal pinjaman sebagaimana ayat (1) dapat
berasal dari :
------------------------------
a. Anggota; ---------------------------------
b. Koperasi lain dan/atau anggotanya; -------
c. Bank dan lembaga keuangan lainnya; -------
d. Penerbitan obligasi dan surat utang
lainnya; ---------------------------------
e. Sumber lain yang sah. --------------------
3. Modal pinjaman sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dihimpun koperasi dengan
memperhatikan rasio pinjmaan terhadap modal
sendiri; ------
4. Dalam jumlah tertentu modal pinjaman wajib
dituangkan dalam perjanjian yang dikukuhkan
oleh notaris;
-------------------------------
5. Ketentuan lebih lanjut tentang modal
pinjaman diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga.
------------------------------------

----------------- Modal Penyertaan ------------


--------------------- Pasal 28 ----------------
1. Koperasi dapat menerima Modal Penyertaan
dari: --------------------------------------
a. Pemerintah sesuai dengan ketentuan
peraturan peraturan perundang-undangan;
dan/atau; --------------------------------
b. Masyarakat berdasarkan perjanjian
penempatan Modal Penyertaan. -------------
2. Pemerintah dan/atau masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib turut
menanggung risiko dan bertanggungjawab
terhadap kerugian usaha yang dibiayai dengan
Modal Penyertaan sebatas nilai Modal
Penyertaan yang ditanamkan dalam Koperasi;
------------------
3. Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berlaku juga dalam hal pemerintah dan/atau
masyarakat turut serta dalam pengelolaan
usaha yang dibiayai dengan Modal Penyertaan
dan/atau turut menyebabkan terjadinya
kerugian usaha yang dibiayai dengan Modal
Penyertaan; --------------------------------
4. Pemerintah dan/atau masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berhak mendapat
bagian keuntungan yang diperoleh dari usaha
yang dibiayai Modal Penyertaan;
------------------
5. Modal penyertaan adalah unsur kewajiban
dalam koperasi.
----------------------------------

-------------------- Pasal 29 -----------------


1. Modal Penyertaan sebagai dimaksud pada pasal
28 ayat (1) huruf b dapat bersumber dari Non
Anggota setelah anggota diberi kesempatan
terlebih dahulu;
----------------------------
2. Jumlah modal penyertaan harus berimbang
dengan modal sendiri.
-----------------------

-------------------- Pasal 30 -----------------


1. Modal penyertaan wajib dituangkan dalam
perjanjian yang dikukuhkan oleh notaris;
----
2. Perjanjian penempatan Modal Penyertaan dari
Pemerintah dan/atau masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya
memuat: ------------------------------------
a. Nama Koperasi dan Pemodal; ---------------
b. Besarnya Modal Penyertaan; ---------------
c. Usaha yang akan dibiayai modal penyertaan;
d. Pengelolaan dan pengawasan; --------------
e. Hak dan Kewajiban Pemodal dan Koperasi; --
f. Pembagian keuntungan; --------------------
g. Tata cara pengalihan modal penyertaan yang
dimiliki pemodal dalam koperasi; ---------
h. Penyelesaian perselisihan. ---------------
-------------------- Pasal 31 -----------------
1. Dana yang dihimpun dari modal penyertaan
digunakan untuk pengembangan usaha yang
dilaksanakan langsung oleh koperasi.
--------
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai modal
koperasi diatur dalam anggaran rumah tangga
dan/atau peraturan lainnya.
-----------------

-------------------- BAB IV -------------------


---------- ALAT KELEMBAGAAN ORGANISASI --------
----------------- Bagian Kesatu ---------------
----------------- Rapat Anggota ---------------
------------------- Paragraf 1 ----------------
--------------------- Umum --------------------
-------------------- Pasal 32 -----------------
1. Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan
tertinggi dalam Koperasi;
-------------------
2. Rapat Anggota Koperasi terdiri dari Rapat
Anggota dan Rapat Anggota Luar Biasa;
-------
3. Rapat Anggota dilakukan sekurang-kurangnya
sekali dalam 1 (satu) tahun;
----------------
4. Rapat Anggota dapat dilakukan melalui sistim
delegasi apabila anggotanya lebih dari 500
(lima ratus) orang yang pengaturannya
ditentukan dalam Anggaran Rumah Tangga;
-----
5. Rapat Anggota dapat dilakukan secara
langsung atau media elektronik yang
pengaturannya ditentukan dalam Anggaran
Rumah Tangga. -----
------------------ Paragraf 2 -----------------
----------- Wewenang Rapat Anggota ------------
------------------- Pasal 33 ------------------
-------- Penyelenggaraan Rapat Anggota --------
Rapat Anggota Koperasi berwenang: -------------
1. Menetapkan dan mengubah Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, dan Peraturan
lainnya;
2. Menetapkan kebijakan umum di bidang
organisasi, manajemen, usaha, dan permodalan
koperasi; ----------------------------------
3. Memilih, mengangkat dan memberhentikan
pengurus dan pengawas;
----------------------
4. Menetapkan rencana kerja, rencana anggaran
pendapatan dan belanja koperasi, serta
pengesahan laporan keuangan;
----------------
5. Pengesahan pertanggungjawaban pengurus dan
pengawas atas pelaksanaan tugasnya;
---------
6. Menetapkan pembagian Sisa Hasil Usaha;
------
7. Memutuskan penggabungan, peleburan,
kepailitan, dan pembubaran koperasi.
--------

------------------- Paragraf 3 ----------------


-------- Penyelenggaraan Rapat Anggota --------
-------------------- Pasal 34 -----------------
1. Rapat Anggota diselenggarakan oleh pengurus
koperasi; ----------------------------------
2. Rapat Anggota diselenggarakan sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali dalam 1(satu) tahun;
3. Rapat Anggota dihadiri oleh Anggota,
Pengurus dan Pengawas;
-------------------------------
4. Rapat Anggota dapat dipimpin oleh Ketua
Sidang yang berasal dari Anggota yang hadir
dan ditunjuk atau ditetapkan oleh Rapat
Anggota dengan dipandu oleh Pengurus
Koperasi; ------
5. Undangan dilakukan sekurang-kurangnya
mencatukan hari, tanggal, waktu, tempat,
acara, tata tertib dan bahan materi Rapat
Anggota harus sudah disampaikan terlebih
dahulu kepada anggota paling lambat 14
(empat belas) hari sebelum pelaksanaan Rapat
Anggota; -----------------------------------
6. Dalam hal koperasi tidak menyelenggarakan
Rapat Anggota dalam waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), maka Anggota dapat
memerintahkan Pengurus koperasi untuk
menyelenggarakan Rapat Anggota.
-------------

-------------------- Pasal 35 -----------------


1. Rapat anggota sah jika dihadiri lebih dari ½
(satu per dua) dari jumlah anggota koperasi
yang terdaftar dalam buku Daftar Anggota
Koperasi dan disetujui oleh lebih dari ½
(satu per dua) bagian dari jumlah anggota
yang hadir;
-------------------------------------
2. Apabila kuorum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak tercapai, maka undangan
pemanggilan rapat kedua dilakukan paling
lambat 14 (empat belas) hari sebelum rapat
anggota dilaksanakan;
------------------------------
3. Apabila pada rapat kedua sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) kuorum masih tetap
belum tercapai, maka Rapat Anggota tersebut
dapat dilangsungkan dan keputusannya sah
serta mengikat bagi semua anggota, bila
dihadiri sekurang-kurangnya 1/5 (satu per
lima) dari jumlah anggota;
-----------------------------
4. Setiap Rapat Anggota wajib dibuat Berita
Acara Rapat Anggota yang ditandatangani oleh
Pimpinan dan Sekretaris sidang sebagai bukti
yang sah untuk semua Anggota koperasi dan
pihak ketiga;
-------------------------------
5. Untuk memperkuat legalitas Berita Acara
Rapat Anggota sebagaimana dimaksud ayat (3)
maka Berita Acara tersebut dapat dibuat
sebagai akta otentik oleh Notaris;
------------------
6. Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara
penyelenggaraan Rapat Anggota diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.
----------------------

------------------- Pasal 36 ------------------


1. Rapat Anggota yang diselenggarakan untuk
menyampaikan laporan pertanggungjawaban
Pengawas dan Pengurus serta agenda lainnya
diselenggarakan sekali dalam 1 (satu) tahun
yang disebut sebagai Rapat Anggota Tahunan.
-
2. Rapat Anggota Tahunan wajib diadakan dalam
waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sesudah
tutup tahun buku.
---------------------------
3. Rapat Anggota Tahunan membahas dan
mengesahkan: -------------------------------
a. Laporan mengenai keadaan dan jalannya
koperasi serta hasil yang telah dicapai; -
b. Laporan keuangan yang sekurang-kurangnya
terdiri dari neraca akhir dan perhitungan
hasil usaha tahun buku yang bersangkutan
serta penjelasan atas laporan tersebut; --
c. Laporan pertanggungjawaban Pengurus dan
Pegawas atas pelaksanaan tugasnya dalam
satu tahun buku; dan; --------------------
d. Penggunaan dan pembagian Sisa hasil Usaha.

------------------- Pasal 37 ------------------


1. Rapat Anggota Rencana Kerja dan Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja membahas dan
mengesahkan Rencana Kerja dan Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi
wajib dilaksanakan tiap tahun buku, paling
lambat 3 (tiga) bulan sebelum tutup buku
taun anggaran yang bersangkutan
dilaksanakan, yang diajukan oleh Pengurus
dan pengawas; --------
2. Dalam hal Rapat Anggota Rencana Kerja dan
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum
dapat dilaksanakan oleh koperasi, karena
alasan yang objektif dan rasional maka:
------------
a. Rapat Anggota Rencana Kerja dan Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja dapat
dilaksanakan dalam waktu bersamaan dengan
Rapat Anggota Tahunan secara terpisah,
dengan ketentuan Rapat Anggota Tahunan
dilaksanakan paling lambat 2 (dua) bulan
setelah tutup tahun buku; ----------------
b. Selama Rencana Kerja dan Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja belum disahkan oleh
Rapat Anggota maka pelaksanaan tugas
Pengawas dan Pengurus berpedoman pada
Rencana Kerja dan Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja tahun sebelumnya
yang telah mendapat persetujuan. ---------

-------------------- Pasal 38 -----------------


Pengaturan lebih lanjut tentang penyelenggaraan
Rapat Anggota Tahunan Rapat Rencana Kerja dan
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga dan/atau
peraturan lainnya. ----------------------------
------------------ Paragraf 4 -----------------
----------- Rapat Anggota Luar Biasa ----------
------------------- Pasal 39 ------------------
1. Rapat Anggota Luar Biasa (RALB) dilakukan
apabila :
-----------------------------------
a. Keadaan mengharuskan adanya keputusan
segera yang wewenang pengambilannya ada
pada Rapat Anggota Koperasi; -------------
b. Keperluan yang berkaitan dengan
peningkatan usaha koperasi;
--------------------------
c. Penyelesaian masalah yang berhubungan
dengan terjadinya kasus hukum yang harus
segera diselesaikan; ---------------------
d. Penetapan peraturan pelaksanaan yang harus
dilakukan segera dan belum diputus oleh
Rapat Anggota sebelumnya; ----------------
e. Menjual, menjaminkan atau mengalihkan aset
koperasi dalam jumlah yang melebihi jumlah
25% dari total aset; ---------------------
f. Menerima atau menolak hibah atau pemberian
dari pihak ketiga yang nilainya melebihi
25% dari aset; dan; ----------------------
g. Menetapkan wakil dari koperasi untuk duduk
dalam kepengurusan koperasi sekunder atau
Badan Hukum yang dibentuk oleh koperasi; -
2. Rapat Anggota Luar Biasa dapat
diselenggarakan untuk memutuskan pembubaran,
penggabungan, peleburan dan pemisahan
Koperasi dengan
ketentuan:-------------------
a. Harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya ¾
(tiga per empat) dari jumlah anggota; ----
b. Keputusannya harus disetujui oleh 2/3 dari
jumlah anggota yang hadir; ---------------
c. Ketentuan dan pengaturan lebih lanjut
mengenai Rapat Anggota Luar Biasa
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan
(2) diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan
atau peraturan lainnya.
-----------------------

------------------- Paragraf 5 ----------------


------------ Keputusan Rapat Anggota ----------
-------------------- Pasal 40 -----------------
1. Pengambilan keputusan Rapat Anggota
berdasarkan musyawarah untuk mencapai
mufakat; -----------------------------------
2. Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka
pengambilan keputusan oleh Rapat Anggota
berdasarkan suara terbanyak dari jumlah
anggota yang hadir;
-------------------------
3. Dalam hal pegambilan keputusan oleh Rapat
Anggota berdasarkan suara terbanyak, maka
setiap anggota hanya mempunyai hak satu
suara;
4. Anggota yang tidak hadir tidak dapat
mewakilkan suaranya kepada anggota yang
lain;
5. Pemungutan suara dapat dilakukan secara
terbuka dan atau tertutup;
------------------
6. Keputusan rapat anggota dicatat dalam Berita
Acara Rapat dan dapat dibuat akta otentik
oleh Notaris;
-----------------------------------
7. Ketentuan lebih lanjut tentang keputusan
Rapat Anggota diatur didalam Anggaran Rumah
tangga. ------------------------------------

----------------- Bagian Kedua ----------------


------------------- Pengurus ------------------
------------------ Paragraf 1 -----------------
------------- Persyaratan Pengurus ------------
------------------- Pasal 41 ------------------
1. Pengurus dipilih dari dan oleh anggota dalam
Rapat Anggota;
------------------------------
2. Persyaratan untuk dipilih menjadi pengurus
adalah: ------------------------------------
a. Mampu melaksanakan perbuatan hukum; ------
b. Jujur dan berdedikasi terhadap koperasi; -
c. Memiliki kemampuan mengelola usaha jasa
yang dilaksanakan oleh koperasi; ---------
d. Tidak pernah menjadi pengawas atau
pengurus suatu koperasi atau komisaris
atau direksi suatu perusahaan yang
dinyatakan bersalah karena menyebabkan
koperasi atau perusahaan itu dinyatakan
pailit dan; ---------------
e. Tidak pernah dihukum karena melakukan
tindak pidana yang merugikan koperasi,
keuangan negara, dan/atau yang berkaitan
dengan sektor keuangan, dalam waktu 5
(lima) tahun sebelum pengangkatan; -------
f. Antara Pengurus tidak mempunyai hubungan
keluarga sedara dan semenda sampai derajat
ketiga. ----------------------------------
3. Anggota Pengurus tidak boleh merangkap jadi
anggota pengurus koperasi lain kecuali
mendapat persetujuan dari rapat anggota.
----

------------------- Paragraf 2 ----------------


Tugas, Kewajiban, Hak, dan Wewenang Pengurus
-------------------- Pasal 42 -----------------
Tugas pengurus adalah : -----------------------
1. Mengelola koperasi berdasarkan Anggaran
Dasar; -------------------------------------
2. Mengajukan rancangan rencana kerja dan
rancangan rencana anggaran pendapatan dan
belanja koperasi;
---------------------------
3. Menyelenggarakan rapat anggota;
-------------
4. Mengajukan laporan keuangan dan
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;
-------
5. Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan
inventaris secara tertib;
-------------------
6. Memelihara daftar buku anggota, pegurus, dan
pengawas; ----------------------------------
7. Mendorong dan memajukan usaha koperasi;
-----
8. Menyelenggarakan dan mengendalikan usaha
koperasi; ----------------------------------
9. Membantu pelaksanaan tugas pengawasan dengan
memberikan keterangan dan memperlihatkan
bukti-bukti yang diperlukan;
----------------
10. Memberikan penjelasan dan keterangan kepada
anggota mengenai jalannya organisasi dan
usaha koperasi;
-----------------------------
11. Memelihara kerukunan diantara anggota dan
mencegah segala hal yang menyebabkan
perselisihan;-------------------------------
12. Menanggung kerugian koperasi sebagai akibat
karena kelalaiannya, dengan ketentuan :
-----
a. Jika kerugian yang timbul sebagai akibat
kelalaian seorang atau beberapa anggota
pengurus, maka kerugian ditanggung oleh
anggota pengurus yang bersangkutan; ------
b. Jika kerugian, timbul sebagai akibat
kebijaksanaan yang telah diputuskan dalam
Rapat Pengurus, maka semua anggota
Pengurus tanpa kecuali menanggung kerugian
yang diderita koperasi;
-----------------------
13. Menyusun ketentuan mengenai tugas, wewenang
dan tanggungjawab anggota Pengurus serta
ketentuan mengenai pelayanan terhadap
anggota; -----------------------------------
14. Meminta jasa audit kepada Akuntan Publik
yang biayanya ditanggung oleh koperasi dan
biayanya dimasukkan dalam anggaran biaya
koperasi; ----------------------------------
15. Membuat laporan perkembangan usaha kepada
Menteri atau pejabat yang membidangi
koperasi tiap triwulan sekali;
-----------------------
16. Pengurus atau salah seorang yang ditunjuknya
berdasarkan ketentuan yang berlaku dapat
melakukan tindakkan hukum yang bersifat
pengurusan dan pemilikan dalam batas-batas
tertentu berdasarkan persetujuan tertulis
dari Keputusan Rapat Pengurus dan Pengawas
Koperasi dalam hal-hal sebagai berikut:
-----
a. Meminjam atau meminjamkan uang atas nama
Koperasi dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga dan
peraturan khusus Koperasi; ---------------
b. Membeli, menjual atau dengan cara lain
memperoleh atau melepaskan hak atas barang
bergerak dan tidak bergerak milik Koperasi
dengan jumlah tertentu, yang ditetapkan
dalam Anggaran Rumah Tangga dan peraturan
khusus koperasi. -------------------------

------------------- Pasal 43 ------------------


Pengurus berkewajiban : -----------------------
1. Menjalankan tugas dengan iktikad baik dan
penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan
usaha koperasi;
-----------------------------
2. Bertanggungjawab atas kepengurusan koperasi
untuk kepentingan dan pencapaian tujuan
koperasi kepada rapat anggota;
--------------
3. Bertanggungjawab penuh secara pribadi
apabila yang bersangkutan bersalah
menjalankan tugasnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1);
4. Pengurus yang karena kesalahannya
menimbulkan kerugian pada koperasi dapat
digugat ke pengadilan oleh sejumlah anggota
yang mewakili paling sedikit 1/5 (satu per
lima) anggota atas nama koperasi;
----------------
5. Ketentuan mengenai tanggungjawab pengurus
atas kesalahan dan kelalaiannya yang diatur
dalam Anggaran Dasar ini tidak mengurangi
ketentuan dalam kitab undang-undang hukum
pidana; ------------------------------------

------------------- Pasal 44 ------------------


Pengurus mempunyai hak : ----------------------
1. Menerima gaji dan tunjangan sesuai keputusan
Rapat Anggota;
------------------------------
2. Mengangkat dan memberhentikan manajer dan
karyawan koperasi;
--------------------------
3. Membuka kantor cabang, kantor cabang
pembantu dan kantor kas baik didalam maupun
diluar wilayah kota Bekasi sesuai dengan
Keputusan Rapat Anggota;
------------------------------
4. Melakukan upaya-upaya dalam rangka
mengembangkan usaha koperasi;
---------------
5. Meminta laporan dari manajer atau pengelola
secara berkala dan sewaktu-waktu apabila
diperlukan. --------------------------------

-------------------- Pasal 45 -----------------


Pengurus berwenang : --------------------------
1. Mewakili koperasi didalam maupun diluar
pengadilan; --------------------------------
2. Memutuskan penerimaan anggota baru,
penolakan anggota serta pemberhentian
anggota sesuai ketentuan dalam Anggaran
Dasar; -------------
3. Melakukan tindakan dan upaya bagi
kepentingan dan kemanfaatan koperasi sesuai
dengan tanggung jawabnya;
--------------------------
4. Melakukan tindakan hukum atau upaya lain
untuk kepentingan anggota dan kemanfaatan
koperasi sesuai tanggungjawab dan keputusan
Rapat Anggota;
-----------------------------------
5. Memberikan penjelasan, saran atau masukan
kepada anggota pada rapat anggota dalam
rangka kelancaran pelaksanaan tugas;
---------------

---------------- Paragraf 3 -------------------


- Pengangkatan, pergantian dan Pemberhentian --
----------------- Pasal 46 --------------------
1. Jumlah Pengurus sekurang-kurangnya 3 (tiga)
orang dan/atau dalam jumlah ganjil sesuai
dengan keputusan Rapat Anggota.
-------------
2. Pengurus terdiri dari sekurang-kurangnya :
--
a. Seorang atau beberapa orang ketua; -------
b. Seorang atau beberapa orang sekretaris; --
c. Seorang atau beberapa orang bendahara; ---
3. Susunan pengurus koperasi diatur lebih
lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga sesuai
dengan kebutuhan organisasi dan usaha
koperasi; ----
4. Anggota pengurus yang telah diangkat dicatat
dalam Buku Daftar Pengurus;
-----------------
5. Pengurus dipilih untuk masa jabatan 3 (tiga)
tahun; -------------------------------------
6. Anggota pengurus yang masa jabatannya telah
berakhir dapat dipilih kembali untuk masa
jabatan berikutnya sebanyak-banyaknya 2
(dua) periode masa bhakti;
------------------------
7. Sebelum melaksanakan tugas dan kewajibannya
sebagai pengurus, harus terlebih dahulu
mengucapkan sumpah atau janji didepan Rapat
Anggota; -----------------------------------
8. Tata cara pemilihan pengangkatan,
pemberhentian dan sumpah pengurus diatur dan
ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga dan
peraturan lainnya.
--------------------------

------------------ Pasal 47 -------------------


1. Pengurus dapat diberhentikan oleh Rapat
Anggota sebelum masa jabatannya berakhir
apabila terbukti :
--------------------------
a. Melakukan kecurangan dan keuangan serta
nama baik koperasi; ----------------------
b. Tidak mentaati Undang-undang Perkoperasian
beserta peraturan dan ketentuan
pelaksanaannya, Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga, dan Keputusan Rapat Anggota;
c. Sikap maupun tindakannya menimbulkan
akibat yang merugikan bagi koperasi
khususnya dan gerakan koperasi pada
umumnya; -----------
d. Melakukan dan terlibat dalam tindak pidana
terutama bidang ekonomi dan keuangan, dan
tindak pidana lain yang telah diputuskan
oleh pengadilan; -------------------------
2. Dalam hal salah seorang anggota Pengurus
berhenti sebelum masa jabatan berakhir,
Rapat Pengurus dengan dihadiri wakil
Pnengawas dapat mengangkat penggantinya
dengan cara : -
a. Menunjuk salah seorang Pengurus untuk
merangkap jabatan tersebut; --------------
b. Mengangkat dari kalangan anggota untuk
menduduki jabatan pengurus tersebut; -----
3. Pengangkatan pengganti pengurus yang
berhenti sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus dipertanggung jawabkan oleh Pengurus
dan disahkan dalam Rapat Anggota berikutnya.
----

------------------ Bagian Ketiga --------------


--------------------- PENGAWAS ----------------
-------------------- Paragraf 1 ---------------
-------------- Persyaratan Pengawas -----------
--------------------- Pasal 48 ----------------
1. Pengawas dipilih dari dan oleh anggota pada
Rapat Anggota.
------------------------------
2. Yang dapat dipilih menjadi Pengawas adalah
anggota yang memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. Mempunyai pengetahuan tentang
perkoperasian, pengawasan dan akuntansi; -
b. Memiliki keterampilan kerja dan wawasan di
bidang usaha jasa; -----------------------
c. Jujur dan berdedikasi terhadap koperasi; -
d. Sudah menjadi anggota sekurang-kurangnya 2
(dua) tahun; -----------------------------
e. Tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah
dan semenda sampai derajat kedua dengan
Pengurus, Pengawas dan Pengelola; --------
f. Tidak pernah menjadi pengawas atau
pengurus suatu koperasi atau komisaris
atau direksi suatu perusahaan yang
dinyatakan bersalah karena menyebabkan
koperasi atau perusahaan itu dinyatakan
pailit; dan; --------------
g. Tidak pernah dihukum karena melakukan
tindak pidana yang merugikan koperasi,
keuangan negara, dan/atau yang berkaitan
dengan sektor keuangan, dalam waktu 5
(lima) tahun sebelum pengangkatan. -------
3. Persyaratan untuk dapat dipilih menjadi
pengawas diatur lebih lanjut dalam anggaran
rumah tangga dan/atau peraturan lainnya.
----

------------------ Paragraf 2 -----------------


Tugas, Kewajiban, Hak, dan Wewenang Pengurus
------------------- Pasal 49 ------------------
Tugas pengawas : ------------------------------
1. Memberi nasihat dan pengawasan kepada
Pengurus; ----------------------------------
2. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijakan dan pengelolaan koperasi yang
dilakukan oleh Pengurus; dan;
---------------
3. Melaporkan hasil pengawasan kepada rapat
anggota. -----------------------------------

------------------- Pasal 50 ------------------


Kewajiban pengawas : --------------------------
1. Merahasiakan hasil pengawasannya terhadap
pihak ketiga;
-------------------------------
2. Membuat laporan tertulis tentang hasil
pelaksanaan tugas pengawasan kepada Rapat
Anggota; dan;
-------------------------------
3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijaksanaan dan pengelolaan Koperasi;
-----
4. Mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan
pengawasan kepada Rapat Anggota.
------------

------------------- Pasal 51 ------------------


Hak Pengawas : --------------------------------
1. Meneliti catatan dan pembukuan yang ada pada
koperasi; ----------------------------------
2. Mendapatkan segala keterangan yang
diperlukan; --------------------------------
3. Memberikan koreksi, saran teguran dan
peringatan kepada Pengurus;
-----------------
4. Menerima imbalan jasa sesuai keputusan Rapat
Anggota. -----------------------------------

-------------------- Pasal 52 -----------------


Wewenang pengawas : ---------------------------
1. Meminta dan mendapatkan segala keterangan
yang diperlukan dari pengurus dan pihak lain
yang terkait;
-------------------------------
2. Mendapatkan laporan berkala tentang
perkembangan usaha dan kinerja koperasi dari
Pengurus; ----------------------------------
3. Memberikan persetujuan atau bantuan kepada
Pengurus dalam melakukan perbuatan hukum
tertentu yang ditetapkan dalam Anggaran
Dasar; dan
–---------------------------------
4. Meminta bantuan kepada akuntan publik atau
tenaga ahli dibidangnya untuk melakukan
audit keuangan dan audit non-keuangan
terhadap koperasi, yang penetapannya
diputuskan oleh Rapat Anggota.
------------------------------

----------------- Paragraf 3 ------------------


- Pengangkatan, penggantian dan Pemberhentian -
------------------ Pasal 53 -------------------
1. Jumlah pengawas sekurang-kurangnya 3 (tiga)
orang dan/atau dalam jumlah ganjil sesuai
dengan keputusan Rapat Anggota.
-------------
2. Jumlah Pengawas minimal 3 (tiga) orang, yang
terdiri dari :
------------------------------
a. Seorang Koordinator/Ketua; ---------------
b. 2 (dua) orang lebih Anggota; -------------
3. Pengawas dipilih untuk masa jabatan 3 (tiga)
tahun. –------------------------------------
4. Anggota Pengawas yang masa jabatannya telah
berakhir dapat dipilih kembali untuk masa
jabatan berikutnya sebanyak-banyaknya 2
(dua) periode masa bhakti;
------------------------
5. Pengawas dicatat dalam Buku Daftar pengawas;
6. Sebelum melaksanakan tugas dan kewajibannya,
pengawas wajib mengucapkan sumpah atau janji
dihadapan Rapat Anggota.
--------------------
7. Tata cara pemilihan, pengangkatan dan
pemberhentian serta sumpah atau janji
Pengawas ditetapkan dalam Anggaran Rumah
Tangga. ------------------------------------

------------------- Pasal 54 ------------------


1. Dalam hal salah seorang anggota Pengawas
berhenti atau berhalangan tetap sebelum masa
jabatan berakhir, Rapat Pengawas dengan
dihadiri oleh wakil Pengurus dapat
mengangkat pengganti dengan ketentuan :
----------------
a. Jabatan dan tugas tersebut dirangkap oleh
anggota pengawas yang lain; --------------
b. Mengangkat penggantinya dari kalangan
anggota untuk menduduki jabatan Pengawas
tersebut; --------------------------------
2. Pengangkatan pengganti anggota Pengawas
sebagaimana tersebut pada ayat (1) diatas,
dilaporkan oleh Pengawas pada Rapat Anggota
setelah penggantian yang bersangkutan untuk
mendapat persetujuan dalam rapat anggota.
---

--------------------- Pasal 55 ----------------


1. Pengawas dapat diberhentikan oleh Rapat
Anggota sebelum masa jabatan berakhir
apabila terbukti :
----------------------------------
a. Melakukan tindakan, perbuatan yang
merugikan keuangan dan nama baik koperasi;
b. Tidak mentaati ketentuan Undang-undang
perkoperasian berserta pengaturan,
ketentuan pelaksanaannya, Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga dengan keputusan
Rapat Anggota; ---------------------------
c. Sikap maupun tindakannya menimbulkan
pertentangan didalam koperasi yang
akibatnya merugikan koperasi khususnya dan
gerakan koperasi umumnya; ----------------
d. Melakukan dan atau terlibat dalam tindak
pidana yang telah memiliki berkekuatan
hukum tetap dari pengadilan. -------------
2. Dalam hal salah seorang pengawas
diberhentikan atau berhalangan tetap dengan
pertimbangan waktu dan tidak memungkinkan
menunggu sampai pelaksanaan Rapat Anggota
Tahunan, maka untuk mengisi kekosongan
jabatan Pengawas tersebut, koperasi
menyelenggarakan rapat anggota luar biasa
untuk menetapkan pengganti pengawas
tersebut.

------------------- Pasal 56 ------------------


Ketentuan lainnya tentang Pengawas diatur lebih
lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga dan/atau
peraturan lainnya.
-------------------------------
--------------------- BAB V -------------------
---------- PENGENDALIAN ATAU PENGAWASAN -------
----------------- Bagian Kesatu ---------------
------ Pengendalian atau Pengawasan Intern ----
------------------- Paragraf 1 ----------------
----------- Sistem Pengendalian Intern --------
-------------------- Pasal 57 -----------------
1. Sistem pengendalian intern bertujuan untuk
melindungi harta kekayaan koperasi,
pencegahan terjadinya penyimpangan,
memelihara kecermatan dan ketelitian data
akuntansi meningkatkan efisiensi, serta
mendorong dipatuhinya peraturan dan
kebijakan manajemen yang telah ditetapkan.
------------
2. Untuk memenuhi tujuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Angota, Pengurus, Pengawas
dan Pengelola, wajib mematuhi hal-hal
sebagai berikut :
-----------------------------------
a. Aspek Organisasi, meliputi : -------------
1) Ketaatan terhadap ketentuan
perundangan;
2) Ketaatan terhadap Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan
lainnya; ------------------------------
3) Ketaatan terhadap penyelenggaraan dan
keputusan Rapat Anggota.
---------------
b. Aspek Ketatalaksanaan, meliputi : --------
1) Memiliki sistem dan prosedur kerja;
----
2) Adanya struktur dan tata kerja
organisasi; ---------------------------
3) Pengendalian administrasi melalui
program kerja dan anggaran;
------------
4) Meningkatkan kemampuan pengelolaan;
----
5) Kesesuaian kebutuhan karyawan dan
uraian tugas.
--------------------------------
c. Aspek Usaha, meliputi : ------------------
1) Keterkaitan dan keterikatan usaha
dengan anggota;
------------------------------
2) Perlakuan khusus terhadap anggota;
-----
3) Keterkaitan usaha dalam jaringan
koperasi; -----------------------------
4) Kesehatan terhadap usaha yang
dijalankan. ---------------------------
d. Aspek Akuntansi Keuangan, meliputi : -----
1) Tepat prosedur;
------------------------
2) Tepat jumlah atau nilai;
---------------
3) Tepat waktu;
---------------------------
4) Tepat pencatatannya;
-------------------
5) Tepat otoritasnya.
---------------------

----------------- Paragraf 2 ------------------


- Pengawasan oleh Pengurus terhadap Karyawan --
------------------ Pasal 58 -------------------
1. Pengawasan oleh pengurus terhadap karyawan
menitikberatkan pada peningkatan daya guna
dan ketaatan terhadap kebijakan yang telah
ditetapkan manajemen;
-----------------------
2. Manajer atau karyawan bertanggungjawab
kepada Pengurus;
----------------------------------
3. Ketentuan tentang pengawasan oleh pengurus
terhadap karyawan diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga.
----------------------

------------------ Paragraf 3 -----------------


- Pengawasan oleh Pengurus terhadap Pengurus --
------------------ Pasal 59 -------------------
1. Pengawas melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan
Koperasi; ----------------------------------
2. Pengawasan Pengawas terhadap Pengurus
dilakukan melalui tahapan sebagai berikut;
--
a. Menghimpun dan mempelajari perundang-
undangan dan semua kebijakan, aturan,
ketentuan sebagai dasar pelaksanaan tugas
sebagai pengawas; ------------------------
b. Membandingkan apakah perundang-undangan
yang berlaku dan semua kebijakan, aturan
ketentuan telah dilaksanakan oleh Pengurus
dengan tepat dan benar; ------------------
c. Melakukan evaluasi kesesuaian semua
kebijakan, peraturan, ketentuan yang ada;
d. Memberikan rekomendasi kemungkinan adanya
perubahan atau perbaikan terhadap
kebijakan, aturan, ketentuan. ------------

----------------- Bagian Kedua ----------------


---- Pengendalian atau Pengawasan Ekstern -----
------------------- Paragraf 1 ----------------
----- Pengendalian atau Pengawasan oleh Akuntan
--------------------- Publik ------------------
-------------------- Pasal 60 -----------------
1. Pengawasan oleh akuntan publik melalui
kegiatan pemeriksaan akuntan atas kehendak
pengawas, pengurus ataupun anggota yang
mendapatkan pengesahan rapat anggota;
-------
2. Pemeriksaan oleh akuntan publik meliputi
audit finansial dan/atau audit manajemen.
---

------------------- Paragraf 2 ----------------


---------- Pengawasan oleh Pemerintah ---------
-------------------- Pasal 61 -----------------
1. Peran pemerintah dalam hal pengawasan lebih
bersifat pembinaan untuk mengendalikan agar
Koperasi dijalankan sesuai Jati Diri, taat
terhadap perundang-undangan dan ketentuan
yang berlaku.
-------------------------------
2. Pemerintah dapat memberikan sanksi
administratif, sedangkan pelanggaran hukum
diserahkan sepenuhnya pada penegak hukum.
---

-------------------- Paragraf 3 ---------------


------- Pengendalian atau Pengawasan Pajak ----
--------------------- Pasal 62 ----------------
1. Pengendalian atau pengawasan pajak
dimaksudkan untuk meneliti kepatuhan
terhadap perpajakan yang berlaku.
--------------------
2. Koperasi wajib memungut pajak final atas
jasa simpanan anggota sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
-----------------------------------

--------------------- BAB VI ------------------


----------------- KEGIATAN USAHA --------------
----------------- Bagian Kesatu ---------------
---------------------- UMUM -------------------
-------------------- Pasal 63 -----------------
1. Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 7, koperasi menyelenggarakan
kegiatan usaha utama berupa aktivitas
konsultasi manajemen lainnya.
---------------
2. Dalam melaksanakan kegiatan saha, koperasi
wajib memiliki surat izin usaha dan surat
izin lainnya dari instansi yang berwenang,
sesuai ketentuan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
-------------------------------
3. Dalam melaksanakan kegiatan usaha, koperasi
dapat melakukan kerjasama dengan koperasi
sekundernya dan pihak-pihak lain baik yang
berada di dalam wilayah Negara Repbulik
Indonesia maupun diluar negeri.
-------------

----------------- Bagian Kedua ----------------


---------------- Usaha Pendukung --------------
------------------- Pasal 64 ------------------
Untuk meningkatkan efektivitas dan daya saing
usaha utama tersebut, koperasi melaksanakan
kegiatan-kegiatan usaha pendukung dibidang jasa
khususnya:
a. Penyediaan sumber daya manusia dan manajemen
fungsi sumber daya manusia;
-----------------
b. Perdagangan eceran makanan lainnya;
---------
c. Perdagangan eceran alat tulis menulis dan
gambar; ------------------------------------
d. Perdagangan eceran komputer dan
perlengkapannya; ---------------------------
e. Perdagangan eceran berbagai macam barang di
minimarket dan di kaki lima.
----------------

------------------- Pasal 65 ------------------


Dalam melaksanakan kegiatan usaha Jasa
sebagaimana dimaksud pasal 63 ayat (1) dan
pasal 64, koperasi wajib memperhatikan skala
ekonomi dan kelayakan usahanya serta kebutuhan
anggota dan masyarakat pengguna jasa.
-----------------
------------------- Pasal 66 ------------------
Hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan usaha
diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga
(ART). ----------------------------------------
------------------ Bagian Ketiga --------------
----------------- Usaha Tambahan --------------
--------------------- Pasal 67 ----------------
1. Selain melaksanakan kegiatan usaha
sebagaimana dimaksud dalam pasal 63 ayat (1)
dan pasal 64, koperasi melaksanakan usaha
tambahan berupa Koperasi simpan pinjam/unit
simpan pinjam konvensional.
-----------------
2. Koperasi menyediakan sebagian modalnya untuk
modal usaha simpan pijam, sebesar Rp.
15.000.000, (lima belas juta rupiah);
-------
3. Modal unit usaha simpan pinjam sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) berupa modal tetap
dan modal tetap tambahan;
-----------------------
4. Unit usaha simpan pinjam dikelola secara
terpisah dari unit usaha sektor riil
lainnya;
5. Jumlah modal tetap dan modal tetap tambahan
unit usaha simpan pinjam sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) tidak boleh
berkurang jumlahnya dari jumlah yang semula;
--------------------
6. Pengelolaan unit usaha simpan pinjam
dilakukan dengan mengangkat seorang karyawan
sebagai manajer unit usaha simpan pinjam
yang bertanggung jawab kepada pengurus;
----------
7. Pengaturan lebih lanjut kegiatan usaha
simpan pinjam sebagaimana dimaksud ayat (1)
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga atau
Peraturan Khusus;
------------------------------------

-------------------- BAB VII ------------------


--------------- SISA HASIL USAHA --------------
---------------- Bagian Pertama ---------------
---------------- Cara Pembagian ---------------
-------------------- Pasal 68 -----------------
1. Mengacu pada Keputusan Rapat Anggota, Sisa
Hasil Usaha disisihkan terlebih dahulu untuk
Dana Cadangan dan sisanya digunakan untuk :
-
a. Anggota sebanding dengan transaksi usaha
yang dilakukan oleh masing-masing Anggota
dengan Koperasi; -------------------------
b. Anggota sebanding dengan jumlah
kepemilikan simpanan wajibnya;
-----------------------
c. Dana pendidikan perkoperasian kepada
anggota; ---------------------------------
d. Pengurus, pengawas dan karyawan; ---------
e. Penggunaan lain yang ditetapkan dalam
Rapat Anggota.
---------------------------------
2. Besarnya presentasenya Pembagian Sisa Hasil
Usaha sebagaimana dimaksud ayat (1), diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga.
----------------

----------------- Bagian Kedua ----------------


------------- Defisit Hasil Usaha -------------
------------------- Pasal 69 ------------------
1. Dalam hal terdapat kerugian Usaha, Koperasi
dapat menggunakan Dana Cadangan;
------------
2. Penggunaan Dana Cadangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
berdasarkan Rapat Anggota;
-----------------------------------
3. Dalam hal Dana Cadangan yang ada tidak cukup
untuk menutup Kerugian Usaha, Defisit hasil
usaha dibebankan pada periode tahun buku
berikutnya; --------------------------------

------------------- BAB VIII ------------------


-------- PENGELOLAAN ORGANISASI DAN USAHA -----
------------------ Pasal 70 -------------------
1. Pengelolaan organisasi dan usaha koperasi
secara keseluruhan merupakan tanggung jawab
pengurus; ----------------------------------
2. Untuk memenuhi permintaan anggota akan
penyediaan produk-produk layanan usaha
simpan pinjam wajib disusun database
kebutuhan layanan simpan pinjam bagi anggota
dan masyarakat.
--------------------------------
3. Dalam pengelolaan usaha koperasi, pengurus
dapat mengangkat Manajer dan Karyawan;
------
4. Sebagai konsekuensi dari pengangkatan
manajer dan karyawan lainnya oleh Pengurus,
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pengurus
berkewajiban melaksanakan fungsi pengawasan
dan pengendalian;
---------------------------
5. Kerugian usaha koperasi sebagai akibat
kelalaian pengurus atau manajer merupakan
tanggungjawab pengurus atau manajer yang
bersangkutan; ------------------------------
6. Pengurus wajib menetapkan batas kewenangan
yang dilimpahkan kepada manajer dan/atau
pengelola; ---------------------------------
7. Persyaratan, tugas, kewajiban, hak,
wewenang, pengangkatan, dan pemberhentian
manajer dan/atau pengelola, diatur lebih
lanjut dalam Anggaran Rumah tangga dan/atau
Peraturan lainnya.
-----------------------------------

------------------- BAB IX --------------------


------------ PEMBUKUAN KOPERASI ---------------
------------------ Pasal 71 -------------------
1. Tahun Buku Koperasi dimulai tanggal 1 (satu)
Januari dan berakhir sampai dengan tanggal
31 (tiga puluh satu) Desember, dan pada
akhir bulan Desember tiap-tiap akhir tahun
pembukuan koperasi ditutup.
-----------------
2. Koperasi wajib menyelenggarakan pencatatan,
pembukuan dan penyajian laporan keuangan
sesuai standar akuntansi keuangan dan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia. ---
3. Pengawas dapat meminta bantuan kepada kantor
Akuntan Publik untuk melakukan jasa audit
terhadap Koperasi.
--------------------------
4. Apabila diperlukan, laporan keuangan tahunan
dapat diaudit oleh Akuntan Publik atas
permintaan Rapat Anggota.
-------------------
5. Apabila ketentuan sebagaimana yang dimaksud
pada ayat (2) tidak dipenuhi, laporan
pertanggungjawaban tahunan oleh rapat
anggota dinyatakan tidak sah.
-----------------------
6. Dalam hal asset koperasi unit usaha simpan
pinjam melebihi nilai 1 (satu) milyar rupiah
wajib diaudit oleh kantor Akuntansi Publik.
-
7. Ketentuan, pengaturan lebih lanjut mengenai
isi, bentuk, susunan laporan keuangan
pertanggungjawaban pengurus dan pelaksanaan
audit diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga dan/atau peraturan lainnya.
----------

-------------------- BAB X --------------------


---------- PENGGABUNGAN, DAN PELEBURAN --------
------------------- Pasal 72 ------------------
1. Untuk keperluan pengembangan dan/atau
efisiensi :
---------------------------------
a. Satu koperasi atau lebih dapat
menggabungkan diri dengan koperasi lain;
atau -------------------------------------
b. Beberapa Koperasi dapat meleburkan diri
untuk membentuk suatu koperasi baru; -----
2. Penggabungan atau peleburan dilakukan dengan
persetujuan Rapat Anggota masing-masing
Koperasi; ----------------------------------
3. Sebelum dilakukan penggabungan atau
peleburan, pengawas dan pengurus masing-
masing koperasi wajib memperhatikan :
-------
a. Kepentingan Anggota; ---------------------
b. Kepentingan karyawan; --------------------
c. Kepentingan Kreditor; dan ----------------
d. Pihak ketiga lainnya; --------------------
4. Akibat hukum yang ditimbulkan oleh
penggabungan atau peleburan meliputi :
------
a. Hak dan kewajiban Koperasi yang
digabungkan atau dilebur beralih kepada
Koperasi hasil penggabungan atau
peleburan; dan ---------
b. Anggota koperasi yang digabung atau
dilebur menjadi anggota Koperasi hasil
penggabungan atau peleburan;
--------------------------
5. Koperasi yang menggabungkan diri pada
koperasi lain atau yang melebur diri, secara
hukum bubar;
--------------------------------
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai penggabungan
atau peleburan Koperasi diatur lebih lanjut
dalam Anggaran Rumah Tangga dan/atau
Peraturan lainnya;
--------------------------

-------------------- BAB XI -------------------


----------- PEMBUBARAN, PENYELESAIAN, ---------
----------- DAN HAPUSNYA STATUS HUKUM ---------
----------------- Bagian Kesatu ---------------
------------------ Pembubaran -----------------
-------------------- Pasal 73 -----------------
Pembubaran Koperasi dapat dilakukan
berdasarkan:
1. Keputusan Rapat Anggota;
--------------------
2. Jangka waktu berdirinya telah berakhir;
dan/atau -----------------------------------
3. Keputusan Menteri;
--------------------------

------------------ Pasal 74 -------------------


1. Usul pembubaran koperasi diajukan kepada
Rapat Anggota oleh Pengawas atau Anggota
yang mewakili paling sedikit 1/5 (satu per
lima) jumlah Anggota;
-----------------------------
2. Keputusan pembubaran Koperasi ditetapkan
oleh Rapat Anggota;
------------------------------
3. Keputusan pembubaran koperasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) sah apabila diambil
berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 73 huruf (b);
-------------------
4. Pengurus bertindak sebagaimana kuasa Rapat
Anggota pembubaran Koperasi apabila Rapat
Anggota tidak menunjuk pihak yang lain;
-----
5. Koperasi dinyatakan bubar pada saat
ditetapkan dalam keputusan Rapat Anggota;
---
6. Keputusan pembubaran koperasi oleh rapat
Anggota diberitahukan secara tertulis oleh
Kuasa Rapat Anggota kepada Menteri dan semua
Kreditor; ----------------------------------
7. Pembubaran Koperasi dicatat dalam Daftar
Umum Koperasi.
----------------------------------

------------------ Pasal 75 -------------------


Menteri dapat membubarkan koperasi apabila : --
1. Dinyatakan pailit berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap; dan/atau
-----------------------------
2. Tidak dapat menjalankan kegiatan organisasi
dan usahanya selama 2 (dua) tahun berturut-
turut. -------------------------------------

---------------- Bagian Kedua -----------------


---------------- Penyelesaian -----------------
------------------- Pasal 76 ------------------
Untuk penyelesaian terhadap pembubaran koperasi
harus dibentuk Tim Penyelesai; ----------------
1. Tim penyelesai untuk penyelesaian terhadap
pembubaran koperasi berdasarkan keputusan
Rapat Anggota ditunjuk oleh Rapat Anggota.
--
2. Tim penyelesai untuk penyelesaian terhadap
pembubaran koperasi berdasarkan berakhir
jangka waktu berdirinya koperasi ditunjuk
oleh Rapat Anggota;
-------------------------
3. Tim penyelesai untuk penyesuaian terhadap
pembubaran berdasarkan keputusan pemerintah
ditunjuk oleh Menteri.
----------------------
4. Tim penyelesai untuk penyesuaian terhadap
pembubaran berdasarkan keputusan pengadilan
Niaga ditunjuk sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. -----------------------------------
5. Selama dalam proses penyelesaian terhadap
pembubaran, koperasi tersebut tetap ada
dengan status “koperasi dalam penyelesaian”;
6. Selama dalam proses penyelesaian terhadap
pembubaran, koperasi tidak diperbolehkan
melakukan perbuatan hukum, kecuali untuk
memperlancar proses penyelesaian;
-----------
------------------- Pasal 77 ------------------
Dalam hal terjadi pembubaran koperasi tetapi
koperasi tidak mampu melaksanakan kewajiban
yang harus dibayar, Anggota hanya menanggung
sebatas Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib di
Koperasi, dan/atau Modal Penyertaan yang
dimiliki; ------
------------------- Pasal 78 ------------------
Tugas dan fungsi Tim Penyelesai : -------------
1. Melakukan pencatatan dan penyusunan
informasi tentang kekayaan, kewajiban dan
ekuitas koperasi;
----------------------------------
2. Memanggil pengawas, pengurus, karyawan,
anggota, dan pihak lain yang diperlukan,
baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama;
--------
3. Menyelesaikan hak dan kewajiban keuangan
terhadap pihak ketiga;
----------------------
4. Membagikan sisa hasil penyelesaian kepada
Anggota; -----------------------------------
5. Melaksanakan tindakan lain yang perlu
dilakukan dalam penyelesaian kekayaan;
------
6. Membuat berita acara penyelesaian dan
laporan kepada Menteri; dan/atau
--------------------
7. Mengajukan permohonan untuk diumumkan dalam
berita Negara Republik Indonesia;
-----------

------------------- Pasal 79 ------------------


Tim penyelesai sebagaimana dimaksud dalam pasal
77 pada ayat (1) dan ayat (2) dapat diganti
apabila tidak melaksanakan tugas dan fungsi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 78. ----------
----------------- Bagian Ketiga ---------------
--------------- Tanggungan Anggota ------------
-------------------- Pasal 80 -----------------
1. Bilamana koperasi dibubarkan dan pada saat
penyelesaian pembubaran ternyata bahwa
kekayaan koperasi tidak mencukupi untuk
melunasi segala perjanjian dan kewajiban
maka anggota dan mereka yang telah berhenti
sebagai anggota dalam waktu satu tahun
sebelum pembubaran koperasi diwajibkan
menanggung kerugian itu masing-masing
sebatas Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib di
Koperasi. -------
2. Bila menurut kenyataan ada anggota dan
mereka yang berhenti sebagai anggota dalam
waktu 1 (satu) tahun yang sebelum pembubaran
koperasi, tidak mampu memenuhi kewajibannya
sebagaimana ditentukan dalam pasal ini.,
maka kekurangan itu dibebankan kepada
anggota lain, sehingga jumlah kerugian yang
menurut perhitungan harus dibayar oleh para
anggoa dan mereka yang berhenti sebagai
anggota dapat dipenuhi.
----------------------------------
3. Segala persoalan mengenai penentuan tindakan
atau kejadian yang menyebabkan kerugian,
diselesaikan menurut hukum yang berlaku.
----

-------------------- Pasal 81 -----------------


1. Kerugian yang diderita oleh koperasi pada
akhir tahun buku, dapat ditutup dengan dana
cadangan atas persetujuan Rapat Anggota.
----
2. Jika kerugian yang diderita oleh koperasi
pada akhir suatu tahun buku tidak dapat
ditutup dengan dana cadangan sebagaimana
dimaksud ayat (1), maka rapat anggoa dapat
memutuskan untuk membebankan bagian kerugian
tersebut kepada anggota sebatas Simpanan
Pokok dan Simpanan Wajib di Koperasi.
-----------------

--------------------- Pasal 82 ----------------


Anggota yang telah berhenti dari koperasi tidak
menanggung kerugian dari usaha yang tidak turut
diputuskan oleh mereka sesudah keluar dari
koperasi. -------------------------------------
----------------- Bagian Keempat --------------
----------- Hapusnya Status Badan Hukum -------
-------------------- Pasal 83 -----------------
Status badan hukum koperasi hapus sejak tanggal
pengumuman pembubaran Koperasi dalam Berita
Negara Republik Indonesia; --------------------
------------------- BAB XII -------------------
------------------- SANKSI --------------------
------------------ Pasal 84 -------------------
1. Apabila anggota, pengawas, dan pengurus
melanggar ketentuan Anggaran Dasar atau
Anggaran Rumah Tangga dan peraturan lainnya
yang berlaku di Koperasi dikenakan sanksi
oleh Rapat Anggota berupa:
-----------------------
a. Peringatan lisan; ------------------------
b. Peringatan tertulis; ---------------------
c. Dipecat dari keanggotaan atau jabatannya;
d. Diberhentikan bukan atas kemauan sendiri;
e. Diajukan ke pengadilan. ------------------
2. Tata cara pengenaan sanksi bagi anggota :
---
a. Pengurus menyampaikan teguran lisan; -----
b. Pengurus menyampaikan surat teguran
tertulis pertama; ------------------------
c. Pengurus menyampaikan surat teguran
tertulis kedua; --------------------------
d. Pengurus memanggil anggota yang
bersangkutan untuk dibuat berita acara; --
e. Dalam hal pemanggilan tidak diindahkan dan
anggota yang bersangkutan terbukti tidak
melaksanakan kewajiban, maka pengurus
menerbitkan surat keputusan pencabutan
status keanggotaan sementara, untuk
diputuskan dalam Rapat Anggota; ----------
f. Anggota yang terkena sanksi sebagaimana
dimaksud huruf d diberi kesempatan untuk
membela diri sebelum diputuskan dalam
Rapat Anggota.
---------------------------------
3. Tata cara pengenaan sanksi bagi pengurus :
--
a. Pengawas mengundang pengurus untuk
melakukan klarifikasi; -------------------
b. Pengawas menyampaikan surat teguran
tertulis pertama;-------------------------
c. Pengawas menyampaikan surat teguran
tertulis kedua;---------------------------
d. Pengawas memanggil pengurus yang
bersangkutan untuk dibuat berita acara; --
e. Dalam hal surat teguran tertulis tidak
diindahkan oleh pengurus dan terbukti
pengurus melanggar ketentuan Anggaran
Dasar atau Anggaran Rumah Tangga dan/atau
Peraturan lainnya maka pegawas menerbitkan
surat keputusan pemberhentian sementara
pengurus untuk diputuskan dalam Rapat
Anggota; ---------------------------------
f. Pengurus yang diberhentikan sementara
sebagaimana dimaksud huruf e diberi
kesempatan untuk membela diri sebelum
diputuskan dalam Rapat Anggota. ----------
4. Tata cara pengenaan sanksi bagi Pengawas :
--
a. Perwakilan anggoa menyampaikan teguran
lisan kepada Pengawas yang melanggar
ketentuan Anggaran Dasar atau Anggaran
Rumah Tangga dan/atau Peraturan lainnya; -
b. Perwakilan anggota menyampaikan surat
teguran tertulis pertama dan kedua kepada
pengawas, --------------------------------
c. Dalam hal surat teguran tertulis tidak
diindahkan oleh pengawas dan terbukti
melanggar ketentuan Anggaran Dasar atau
Anggaran Rumah Tangga dan /atau Peraturan
lainnya, perwakilan anggota meminta
pengurus untuk menyelenggarakan Rapat
Anggota Luar Biasa untuk memutuskan sanksi
kepada pengawas yang bersangkutan. -------
d. Pengawas yang terkena sanksi sebagaimana
dimaksud huruf c diberi kesempatan untuk
membela diri sebelum diputuskan dalam
Rapat Anggota Luar Biasa.
----------------------
5. Ketentuan mengenai sanksi diatur lebih
lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
----------------

-------------------- BAB XIII -----------------


--------------- KETENTUAN PENUTUP -------------
----------------- Bagian Kesatu ---------------
---------------------- Umum -------------------
-------------------- Pasal 85 -----------------
1. Koperasi wajib menyelesaikan penyusunan
Anggaran Rumah Tangga selambat-lambatnya 1
(satu) tahun setelah koperasi berdiri.
------
2. Koperasi wajib melengkapi peraturan-
peraturan internal sebagai bagian dari
sistem pengendalian intern.
------------------------

---------------- Bagian Kedua -----------------


- Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Khusus --
------------------ Pasal 86 -------------------
Rapat anggota menetapkan Anggaran Rumah Tangga
dan/atau peraturan lainnya, yang memuat
peraturan pelaksanaan berdasarkan ketentuan
Angaran Dasar koperasi dan tidak bertentangan
dengan Anggaran Dasar ini. --------------------
Selanjutnya, para penghadap bertindak dalam
kedudukannya sebagaimana tersebut diatas
menerangkan bahwa : ---------------------------
I. Menyimpang dari ketentuan dalam pasal 46
Anggaran Dasar ini mengenai tata cara
pengangkatan Pengawas dan Pengurus untuk
pertama kalinya telah diangkat sebagai : -
- PENGAWAS :
----------------------------
- Ketua :Tuan JEFRY MARLON, tersebut;
- Anggota :Tuan ARIF GUSTAMAN,
tersebut;
- Anggota : Tuan HIDAYATULLOH,
tersebut;
- PENGURUS : --------------------------
- Ketua : Tuan AMDRY, tersebut;
------
- Sekretaris: Tuan ZENIANTO WIBOWO,
tersebut; -----------------------------
- Bendahara : Tuan BENFITRIADI, tersebut;
- Pengangkatan anggota pengurus tersebut telah
diterima oleh masing-masing yang
bersangkutan dan disahkan dalam Rapat
Anggota yang pertamakali diadakan dan
setelah Akta Pendirian ini mendapat
pengesahan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia.
---------------------------------
II. Tuan AMDRY, tersebut dengan ini diberi
kuasa dengan hak untuk memindahkan
kekuasaan ini kepada orang lain dikuasakan
untuk memohon pengesahan atas Anggaran
Dasar ini dari instansi yang berwenang dan
untuk membuat perubahan dan atau tambahan
dalam bentuk yang bagaimanapun juga yang
diperlukan untuk memperoleh pengesahan
tersebut dan untuk mengajukan dan
menandatangani semua permohonan dan
dokumen lainnya, untuk memilih tempat
kedudukan dan untuk melaksanakan tindakan
lain yang mungkin diperlukan.
----------------------
- Peghadap menjamin hal-hal sebagai berikut :
-
Bahwa identitas dan keterangan yang
diberikan kepada saya, Notaris adalah benar
dan sesuai dengan identitas dan keterangan-
keterangan yang sah/sesungguhnya dari
masing-masing penghadap;
---------------------------------
- Sehubungan dengan hal tersebut penghadap
dengan ini penghadap menyatakan dengan tegas
membebaskan saya, notaris dan saksi-saksi
dari segala tuntutan dan gugatan berupa
apapun juga mengenai hal-hal tersebut;
-------------
- Dan selanjutnya para pihak juga menyatakan
telah mengerti dan memahami isi akta ini.
---
- Diselesaikan pada pukul 14.25 WIB (empat
belas lebih dua puluh lima menit Waktu
Indonesia Barat).
------------------------------------
- Pengangkatan anggota Pengurus dan Pengawas
tersebut telah diterima oleh masing-masing
yang bersangkutan dan harus diserahkan dalam
Rapat Anggota yang pertamakali diadakan,
setelah akta pendirian ini mendapat
pengesahan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia.
-------------------------
-------------- DEMIKIANLAH AKTA INI -----------
- Dibuat sebagai minuta dan ditandatangani di
Jakarta, pada hari dan tanggal seperti
tersebut pada awal akta ini dengan dihadiri
oleh:---------------------------------------
1. Tuan DAVID DWINANDA, lahir di Depok, pada
tanggal 16-01-1978 (enam belas Januari
seribu Sembilan ratus tujuh puluh delapan),
Warga Negara Indonesia, Swasta, bertempat
tinggal di Jalan Sartika Dewi Nomor 45,
Rukun Tetangga 009, Rukun Warga 001,
Kelurahan Pasar Minggu, Kecamatan Pasar
Minggu, Kota Administrasi Jakarta Timur,
pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor
Induk Kependudukan (NIK):
3100228273629081;---------------------------
- Tuan ARIS PRAMONO, lahir di Depok, pada
tanggal 01-01-1980 (satu Januari seribu
sembilan ratus delapan puluh), Warga Negara
Indonesia, Swasta, bertempat tinggal di
Jalan Serangga Putih Nomor 09, Rukun
Tetangga 001, Rukun Warga 001, Kelurahan
Pasar Minggu, Kecamatan Pasar Minggu, Kota
Administrasi Jakarta Timur, pemegang Kartu
Tanda Penduduk dengan Nomor Induk
Kependudukan (NIK):
3100671163728198;---------------------------
Keduanya sebagai saksi-saksi yang telah
saya, Notaris
kenal.------------------------------
- Setelah ini akta ini dibacakan oleh saya,
Notaris, kepada penghadap dan saksi-saksi,
maka segera penghadap, saksi-saksi dan saya,
Notaris menandatangani akta ini, sedangkan
penghadap selain menandatangani akta juga
membubuhkan cap jempol kanan pada lembaran
kertas yang dijahitkan di minuta akta ini.
--
-dilangsungkan dengan tanpa perubahan
apapun.

PEMBUATAN AKTA BADAN HUKUM NON PT

& AP NON BADAN HUKUM- KELAS A


TENTANG FIRMA & CONTOH AKTA FIRMA

KELOMPOK 4

Desela Sahra Annisa Rangkuti 2006496942


Dindira Biliyanda 2006496974
Andika Prayoga 2006496816
Hizkia Immanuel Toban 2006497106
Rahmawati Herdian 2006497421
Reva Vergano 2006497453
Rizky Adi Nugraha 2006497485
Amalia Damayanti Sudding 2006549406
Billquis Kamil Arasy 2006549526

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
DEPOK

Pengertian Firma

Firma (fa) sebagai salah satu bentuk badan usaha secara Yuridis
diatur dalam Pasal 16 sampai dengan Pasal 35 KUHD. Pengertian Firma
secara sederhana dijelaskan dalam Pasal 16 KUHD, yaitu:

“Firma adalah tiap-tiap persekutuan perdata yang didirikan untuk


menjalankan perusahaan dengan nama bersama”

Keberadaan Firma berdasarkan Pasal 16 KUHD sebagai badan


usaha yang pada dasarnya adalah persekutuan perdata. Hanya dalam
Firma secara eksplisit firma menjalankan perusahaan. Perusahaan
dijalankan tersebut atas nama bersama. Akibat nama bersama dalam suatu
Perusahaan maka harus terlebih dahulu dipahami pengertian firma secara
lengkap. Artinya, untuk mengerti secara utuh apa yang dimaksud dengan
firma, maka ketentuan Pasal 16 harus dikaitkan dengan Pasl 17 dan 18
KUHD.89

Pasal 17 menyebutkan:

“Tiap-tiap persero yang tidak dikecualikan dari satu sama lain,


berhak untuk bertindak, untuk mengeluarkan dan menerima uang atas
nama perseroan, pula untuk mengikat perseroan itu dengan pihak
ketiga dan pihak ketiga dengannya. Segala tindakan yang tidak
bersangkut-paut dengan perseroan itu atau yang para pesero tidak
berhak melakukannya, tidak termasuk dalam ketentuan di atas.”

Selanjutnya, Pasal 18 KUHD disebutkan:

“Dalam perseroan, firma adalah tiap-tiap pesero secara tanggung


menanggung bertanggungjawab untuk seluruhnya atas segala
perserikatan dari perseroan.”

Berdasarkan Pasal 16, Pasal 17 dan Pasal 18 KUHD, pengertian firma


dapat dirumuskan sebagai berikut:

Firma adalah suatu persekutuan perdata yang menyelenggarakan


atas nama bersama, di mana tiap-tiap anggiota firma yang tidak
dikecualikan satu dengan yang lain dapat mengikatkan firma dengan
pihak ketiga dan mereka masing-masing bertanggungjawab atas seluruh
utang firma secara renteng.90

Dari pengertian tersebut, karakteristik firma adalah:

1. Menyelenggarakan perusahaan;
2. Mempunyai nama bersama;
3. Adanyatanggungjawabrenteng(tanggung-menanggung);dan
4. Pada asasnya tiap-tiap anggota firma dapat mengikatkan firma dengan
pihak ketiga.

89
Dr.Sentosa Sembiring, Hukum Dagang, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2008, h.40
90
Ibid, h. 41
Bahwa karakteristik firma salah satunya ialah menjalankan perusahaan,
hal ini berarti menjalankan perusahaan merupakan unsur mutlak, sehingga
berdasarkan hal tersebut persekutuan firma harus melaksankan ketentuan-
ketentuan yang diharuskan bagi tiap-tiap perusahaan, Misalnya ketentuan dalam
Pasal 6 KUHD, yang mengharuskan tiap orang yang menjalankan perusahaan
melakukan pembukuan.

Firma yang berarti nama bersama, yaitu nama orang yang dipergunakan
menjadi nama perusahaan. Mengenai hal tersebut telah ada putusan R.v.J Jakarta
tanggal 02 September 1921, yang menentukan nama bersama atau firma itu
dapat diambil dari:91

a. Nama dari salah seorang sekutu


b. Nama dari salah seorang sekutu dengan tambahan, misalnya Ibrahim
Bersaudara, Jacson Dinata & Patners dan lain-lain.
c. Kumpulan nama dari semua atau sebagian dari nama para sekutu,
Misalnya : Purisar, yang terjadi dari : Purwo, Ismail dan Sarwono.
d. Nama lain yang bukan nama keluarga (familienaam), misalnya
mengenai Tujuan Perusahaan : Firma Perniagaan dan Perstektilan

Pendirian Firma

Pendirian Firma diatur di dalam Pasal 22 KUHD yang berbunyi:

“tiap-tiap perseroan firma harus didirikan dengan akta otentik; akan


tetapi ketiadaan akta yang demikian tidak dapat dikemukakkan untuk
merugikan pihak ketiga”

Pendirian Firma apabila melihat dari kalimat pertama ketentuan


Pasal tersebut adalah harus adanya Akta Otentik, akan tetapi apabila
melihat kalimat selanjutnya bahwa akta otentik secara yuridis formal tidak
harus dengan akta Otentik. Dengan kata lain pendirian firma bentuknya
bebas, dalam arti dapat didirikan dengan akta baik akta otentik ataupun
dibawah tangan ataupun cukup secara lisan.

91
H.M.N Purwosutjipto, SH, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia,
Djambatan, Jakarta,
1999, h. 45-46
Namun, dalam praktek pada umumnya akta didirikan dengan Akta
Notaris. Menurut M. Manullang, dalam persekutuan firma, beberapa
sekutu mendirikan firma. Mereka secara bersama-sama membuat suatu
akta resmi atau akta dibawah tangan. Akta tersebut di Amerika Serikat
disebut dengan artichles of co partnership atau artichles of partnership.
Fungsi akta ini adalah sebagai alat bukti jika ada perselisihan antara para
pihak, baik intern maupun ekstern firma.92

Bahwa dengan didirikannya firma mempunyai konsekuensi hukum


yaitu modal atau asset yang telah dimasukkan para pendiri kedalam firma
jika firma bubar, tidak secara otomatis modal yang telah dimasukan
kembali menjadi milik pribadi para pendiri firma. Sebagaimana Putusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 718K/Sip/1974 tanggal 21
Desember 1976, harta kekayaan firma yang telah bubar tidak dapat
berubah menjadi harta pribadi selama belum diadakan verefening.

Adapun kelebihan dari Badan usaha berbentuk Firma ini adalah:

 muncul resiko dalam dunia usaha dapat dibagi-bagi;


 pertimbangan akumulasi modal;
 perusahaan yang didirikan itu bergantung kepada kebijakan,
perundingan dan tenaga pemiliknya.

Pendaftaran Firma diatur dalam Pasal 23 KUHD yaitu:

“Para Pesero Firma diharuskan untuk mendaftarkan akta pendirian di


kepanitraan pengadilan negeri yang dalam daerah hukumnya firma
bertempat kedudukan.”

Dalam Pasal 29 Ayat (2) KUHD ditetapkan bila terjadi perbedaan antara
yang didaftarkan dan yang diumumkan, maka pihak ketiga cukup memegang apa
yang diumumkan saja, sebab apa yang diumumkan inilah yang mengikat pihak
ketiga.

Dalam ketentuan Pasal 23 KUHD mewajibkan para sekutu untuk


mendaftarkan akta pendirian persekutuan firma itu kepada Kepanitraan
Pengadilan Negeri yang mewilayahi persekutuan firma itu. Adapun yang
92
Dr Sentosa Sembiring, SH, MH, OpCit, h. 42
didaftarkan ialah Akta Pendirian Persekutuan atau Iktisan Resminya yaitu
sebagai berikut:93

a. Nama lengkap, pekerjaan dan tempat tinggal para sekutu;


b. Penetepan Nama bersama atau Firma;
c. Keterangan apakah Persekutuan Firma itu bersifat umum atau terbatas
pada menjalankan sebuah cabang perusahaan khusus;
d. Nama-nama sekutu yang tidak diberi kuasa untuk menandatangani
perjanjian bagi persekutuan firma;
e. Saat mulai dan berakhirnya persekutuan;
f. Hal-hal lain klausula-klausula mengenai hak pihak ketiga terhadap para
sekutu;

Pendaftaran itu harus diberi tanggal pada hari iktisar resmi akta pendirian
persekutuan itu dibawa ke Kepanitraan Pengadilan Negeri.

Dalam pasal 29 KUHD ditegaskan, selama pendaftaran dan pengumuman belum


dilaksanakan, perseroan firma dianggap sebagai:

 Perseroan umum;
 Didirikan untuk waktu tidak terbatas;
 Seolah-olah tidak ada seorang pesero pun yang dikecualikan dari hak
bertindak perbuatan hukum dan hak untuk menandatangani firma.

Dari adanya sanksi dalam Pasal 29 KUHD tersebut, dapat diambil


kesimpulan bahwa akta pendirian persekutuan firma tersebut harus
tertulis, sebab jika tidak tertulis tentunya tidak dapat didaftarkan dan
diumumkan sebagaimana ketentuan Pasal 29 KUHD.

Dalam Pasal 29 Ayat (2) KUHD ditetapkan bila terjadi perbedaan


antara yang didaftarkan dan yang diumumkan, maka pihak ketiga cukup
memegang apa yang diumumkan saja, sebab apa yang diumumkan inilah
yang mengikat pihak ketiga. Ketentuan ini adalah tepat karena pihak
ketiga tidak boleh dirugikan karena adanya perbedaan-perbedaan itu
menurut Prof. Soekardono bahwa pihak ketiga itu harus jujur. Bila pihak

93
H.M.N Purwosutjipto, SH, OpCit, h. 51
ketiga tahu tentang isi sebenarnya dari akta yang didaftarkan itu maka dia
tidak layak mendapat keuntungan dari adanya perbedaan itu.94

Berakhirnya Persekutuan Firma

Persekutuan Firma sama halnya dengan Persekutuan Perdata, maka


mengenai bubarnya Persekutuan Perdata sama halnya dengan Persekutuan
Firma yakni Bagian Kedelapan, Bab VIII, Buku III KUH Perdata, mulai
Pasal 1646 s/d 1652 ditambah dengan Pasal 31 s/d 35 KUHD. 95 Pada
Pasal 31 KUHD menjelaskan secara khusus untuk kepentingan pihak
ketiga, yang berbunyi :

“ membubarkan persekutuan firma sebelum waktu yang ditentukan


dalam perjanjian pendirian atau sebagai akibat atau pemberhentian,
begitu juga memperpanjang waktu sehabis waktu yang telah
ditentukan, dan mengadakan perubahan-perubahan dalam perjanjian
semula yang penting bagi pihak ketiga, semua itu harus dilakukan
dengan akta otentik didaftarkan seperti tersebut di atas dan
diumumkan dalam Tambahan Berita Negara R.I.”

Setelah persekutuan firma dinyatakan bubar perlu diadakan yang


namanya pemberesan walaupun dalam Pasal 31 KUHD tidak
menyebutkan adanya persekutuan firma yang bubar karena lampaunya
waktu sebagai yang ditetapkan dalam perjanjian pendirian persekutuan.
Pasal 32 KUHD menjelaskan tentang siapa yang menjalankan
pemberesan pada persekutuan firma yang telah bubar, yakni dimana harus
melihat pada ketentuan-ketentuan dalam perjanjian pendirian persekutuan,
jika dalam perjanjian pendirian persekutuan tidak ada ketentuan apa-apa,
maka:

1. Sekutu-sekutu penguruslah yang berkewajiban melakukan


pemberesan
2. Dalam perjanjian pendirian persekutuan dapat ditentukan satu atau
beberapa orang yang bukansekutu untuk bertindak sebagai
pemberes
94
Ibid, h. 53
95
Ibid, h. 66
3. Para sekutu bersama, dengan suara terbanyak, dapat menunjuk
sekutu yang bukan sekutu pengurus untuk mengadakan
pemberesan
4. Kalau suara terbanyak tidak berhasil, maka sekutu-sekutu dapat
minta bantuan kepada Hakim untuk menetapkan siapa-siapa
pemberes itu.

Tugas pemberes ialah menyelesaikan semua hutang persekutuan firma


dengan menggunakan kas, jika masih ada saldo maka saldo dibagi
diantara para sekutu, jika ada kekurangan maka kekurangan itu harus
ditanggung dari kekayaan pribadi para sekutu.96Mengenai tugas dari para
pemberes itu sendiri tidak diatur dalam KUHD, sehingga diserahkan
sepenuhnya kepada para sekutu. Dalam pertanggungjawabannya menurut
Pasal 1802 KUH Perdata menyatakan bahwa pemberes sebagai pemegang
kuasa, bertanggung jawab atas segala perbuatannya kepada para sekutu
dan berkewajiban untuk membayar ganti kerugian bila persekutuan
menderita rugi karena kelalaian atau kesalahannya.

96
Abdul kadir Muhammad SH, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia,
Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, h. 62
AKTA PENDIRIAN
“FIRMA PUTRA PERDANA“
Nomor: 01.-
- Pada hari ini, Senin, tanggal 03-03-2008 (tiga Maret
duaribu delapan), pukul 15.00 WIB (limabelas Waktu
Indonesia bagian Barat). -------------------------------
- Menghadap kepada saya, ARI SANTOSO, Sarjana Hukum,
Notaris di Kota Bekasi, dengan dihadiri oleh saksi-saksi
yang saya, Notaris kenal dan akan disebut pada bagian
akhir akta ini: ------------------------------------------------------
1. Tuan ARDIANSYAH, Sarjana Hukum, Magister
Kenotariatan, lahir di Jakarta, pada tanggal 04-04-
1977 (empat April seribu sembilanratus tujuh puluh
tujuh), Warga Negara Indonesia, Swasta, bertempat
tinggal di Bekasi, Permata Kemang Blok A2 Nomor 2,
Rukun Tetangga 007, Rukun Warga 001, Kelurahan
Bojong Rawalumbu, Kecamatan Rawalumbu, pemegang
Kartu Tanda Penduduk Nomor 10.5509.040477.1001.
----------------------------------
2. Tuan HERMAWAN PRAJITNO, lahir di Jakarta, pada
tanggal 06-05-1972 (enam Mei seribu sembilanratus
tujuhpuluh dua), Warga Negara Indonesia, Swasta,
bertempat tinggal di Bekasi, Jalan Bojong Molek I Blok
D23 Nomor 5, Rukun Tetangga 001, Rukun Warga 014,
Kelurahan Bojong Rawalumbu, Kecamatan
Rawalumbu, pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor
10.5509.060572.1001.
-----------------------------------------------------------------
- Para Penghadap saya, Notaris, kenal.
---------------------------------------------------
- Para Penghadap tersebut diatas menerangkan dalam akta
ini, bahwa mereka telah sepakat untuk bersama-sama
mendirikan suatu Perseroan dengan Firma dengan
memakai syarat-syarat dan peraturan-peraturan sebagai
berikut: -------
-------------------------------NAMA DAN TEMPAT
KEDUDUKAN----------------------------
----------------------------------------------Pasal
1------------------------------------------------
Perseroan ini bernama Perseroan Firma “FIRMA PUTRA
PERDANA“ berkedudukan di Kota Bekasi dengan cabang-
cabang ditempat lain yang dipandang perlu oleh pesero.
-----------------------------------------------------------------------------
---------------
----------------------------------------JANGKA
WAKTU-----------------------------------------
----------------------------------------------Pasal
2------------------------------------------------
1. Perseroan ini didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan
lamanya dan dianggap dimulai sejak tanggal akta ini
ditandatangani. -----------------------------
2. Masing-masing pesero sewaktu-waktu berhak untuk
mengundurkan diri dari perseroan, dengan terlebih dahulu
memberitahukan kehendaknya tersebut kepada pesero
lainnya 2 (dua) bulan sebelumnya dengan surat tercatat
kepada pesero lainnya, dengan ketentuan yang
bersangkutan wajib terlebih dahulu menyelesaikan
pekerjaan yang menjadi kewajibannya dalam jabatannya.
-------
3. Dalam hal demikian, maka bagian dari pesero yang
mengundurkan diri itu akan dikeluarkan dari modal
perseroan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan terhitung
sejak pengunduran diri itu, sedang para pendiri perseroan
yang tidak keluar berhak untuk melanjutkan perseroan
ini. ----------------------------------------------

-------------------------------------MAKSUD DAN
TUJUAN------------------------------------
----------------------------------------------Pasal
3------------------------------------------------
Maksud dan tujuan perseroan ini adalah:
--------------------------------------------------
1. Ikut serta membantu suksesnya pembangunan di bidang
pendidikan dan perekonomian Nasional dengan
mengadakan pendidikan dan pelatikan di berbagai disiplin
ilmu, baik dibidang ilmu esakta maupun non esakta,
dibidang ilmu tekhnik maupun ilmu sosial.
-------------------------------------------------------
2. Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada
perusahaan, lembaga atau Badan Hukum Swasta maupun
Pemerintah baik secara Nasional atau Internasional,
perorangan atau badan hukum serta semua pihak lain
yang memerlukan. ------
3. Menjalankan segala kegiatan atau usaha yang dijalankan
dibidang perdagangan umum antara lain kontrak bisnis,
transportasi, distribusi, telekomunikasi, investasi, sewa
beli, instalasi-instalasi, percetakan dan penerbitan, jual-
beli peralatan elektronika dan komputer serta jasa
konsultasi IT (Teknologi Informasi), dan bidang-bidang
lainnya. -------------------------------------------------
4. Menyelenggarakan/melaksanakan seminar, ceramah,
diskusi di berbagai bidang keilmuan khususnya yang
berkaitan dengan teknologi informasi dan komputer pada
umumnya.
----------------------------------------------------------------
Demikian kesemuanya dalam arti kata yang seluas-
luasnya, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
yang berlaku di Indonesia. ------------------------

--------------------------------------------
MODAL-------------------------------------------------
---------------------------------------------Pasal
4-------------------------------------------------
1. Modal pendirian ini tidak ditentukan besarnya dan selalu
dapat dilihat dalam buku-buku perseroan, dengan
persetujuan para pesero, pemasukan seorang pesero atau
lebih selalu dapat ditambah dengan sejumlah uang atau
barang. --
2. Untuk tiap pemasukan maka pesero yang berkenaan diberi
tanda penerimaan yang sah sebagai tanda bukti dan
ditandatangani oleh para pesero lainnya. ----
3. Selain uang dan barang, para pesero dapat pula
memasukkan tenaga, kecakapan dan kerajinan mereka
atau fasilitas prasarana lainnya. ---------------

-----------------------------PENGURUS DAN TANGGUNG


JAWAB---------------------------
---------------------------------------------Pasal
5-------------------------------------------------
Perseroan diurus oleh para pesero yang tugas dan
kewajibannya masing-masing diatur atas permufakatan
bersama, yaitu: --------------------------------------------------
1. Untuk tindakan-tindakan kepengurusan yang satu kepada
lainnya telah saling memberikan kekuasaan.
-------------------------------------------------------------------
2. Untuk tindakan pemilikan, yaitu antara lain:
------------------------------------------
a. Memperoleh atau memindahtangankan barang-barang
tidak bergerak bagi atau milik perseroan.
-------------------------------------------------------------------
b. Menjaminkan atau membebani kekayaan perseroan.
----------------------------
c. Meminjam atau meminjamkan uang atas nama
perseroan. ---------------------
d. Mengikat perseroan sebagai penjamin.
----------------------------------------------

Para pesero harus bertindak secara bersama-sama atau


salah satu pesero harus mendapat persetujuan tertulis
dari semua pesero. -----------------------------------
---------------------------------------------Pasal
6-------------------------------------------------
Para pesero tidak diperkenankan untuk mengasingkan
atau membebani begiannya dalam perseroan baik sebagian
maupun seluruhnya, kecuali dengan persetujuan para
pesero, demikian pula dalam penerimaan anggota baru
dalam perseroan ini harus mendapat persetujuan tertulis
terlebih dahulu dari semua pesero.
-------------------------------------------------------------------------
---------------
----------------------------------------------Pasal
7------------------------------------------------
1. Apabila salah seorang pesero meninggal dunia, maka
pesero tersebut dianggap telah mengundurkan dari
perseroan terhitung sejak tanggal meninggalnya. -----
2. Dalam hal demikian para pesero lainnya wajib
membayarkan kepada (para) ahli waris dari pesero yang
meninggal dunia itu bagiannya.------------------------------
3. Apabila disetujui oleh semua pesero, para ahli waris dari
pendiri yang meninggal dunia dalam waktu 3 (tiga) bulan
terhitung sejak meninggalnya dapat menunjuk satu orang
dari antara mereka untuk menjadi anggota baru perseroan
ini.-------

----------------------PENUTUPAN BUKU DAN PEMBUATAN


NERACA---------------------
---------------------------------------------Pasal
8-------------------------------------------------
1. Buku-buku perseroan ditutup pada akhir bulan Desember
tiap-tiap tahun, untuk pertama kalinya pada akhir bulan
Desember tahun dua ribu delapan (31-12-2008).
-------------------------------------------------------------------------
------------
2. Selambat-lambatnya pada akhir Maret tahun berikutnya,
untuk pertama kalinya pada akhir Maret dua ribu delapan
(31-03-2008) harus sudah dibuat neraca dan perhitungan
laba rugi perseroan untuk tahun yang berkenaan. -----
3. Neraca dan perhitungan laba rugi tersebut, harus disetujui
dan ditandatangani oleh semua pesero sebagai tanda
pengesahannya penandatanganan mana berarti para
pesero saling memberikan pengesahan dan pembebasan
tanggung jawab atas segala pekerjaan dan tindakan
masing-masing dalam tugasnya untuk tahun buku yang
berkenaan. -----------------------------------------------------

---------------------KEUNTUNGAN-KERUGIAN/DANA
CADANGAN-----------------------
-------------------------------------------Pasal
9---------------------------------------------------
1. Keuntungan bersih adalah keuntungan yang didapat
setelah dikurangi pajak-pajak, biaya-biaya operasional dan
biaya-biaya lainnya dan akan dibagikan kepada semua
pendiri untuk bagian yang seimbang dengan
pemasukannya masing-masing.
-------------------------------------------------------------------------
----
2. Pembagian keuntungan akan dilakukan dalam waktu 1
(satu) bulan setelah neraca dan perhitungan laba rugi
disahkan sesuai dengan ketentuan pasal 8 ayat (2).
-------------------------------------------------------------------------
--------------
3. Jika pesero menderita kerugian, maka kerugian itu dapat
ditutup dengan jalan menambah/mengurangkan modal
masing-masing. -----------------------------------
4. Bilamana dianggap perlu, maka sebelum atau pada saat
keuntungan tersebut dibagikan, sebagian dari keuntungan
tersebut dapat dipisahkan untuk dana cadangan, yang
besarnya akan ditetapkan oleh dan atas persetujuan
semua persero.
-------------------------------------------------------------------------
--------------
5. Dana cadangan dimaksud adalah keuntungan yang belum
dibagikan kepada semua pesero dan dapat dibagikan
sewaktu-waktu apabila dianggap perlu oleh dan atas
persetujuan semua pesero.
----------------------------------------------------
6. Selain dimaksudkan untuk menutupi kerugian, dana
cadangan tersebut dapat pula dipergunakan sebagai modal
pembantu menurut kebutuhan modal kerja perseroan,
dengan ketentuan bahwa segala keuntungan/kerugian
yang didapat harus dimasukkan ke dalam perhitungan
laba-rugi perseroan. --------------------

------------------------------------------LAIN-
LAIN-----------------------------------------------
-------------------------------------------Pasal
10-------------------------------------------------
Hal-hal yang belum atau tidak cukup diatur di dalam akta ini
akan diatur dan ditetapkan atas dasar persetujuan bersama
secara tertulis oleh semua pesero. -----
------------------------------------------
DOMISILI------------------------------------------------
-------------------------------------------Pasal
11-------------------------------------------------
Mengenai akta ini dan segala akibatnya serta pelaksanaannya
para pesero memilih tempat kedudukan yang umum dan tetap
di kantor panitera Pengadilan Negeri Bekasi di Bekasi.
----------------------------------DEMIKIANLAH AKTA
INI-------------------------------------
Dibuat sebagai minuta dan dilangsungkan di Bekasi, pada
hari dan tanggal tersebut pada bagian awal akta dengan
dihadiri oleh: -----------------------------------------------
1. Tuan MUHAMIDIN, lahir di Surakarta, pada tanggal 01-
01-1956 (satu Januari seribu sembilanratus limapuluh
enam), Warga Negara Indonesia, bertempat tinggal di
Bekasi, Bojong Permai A2 Nomor 2, Rukun Tetangga 007,
Rukum Warga 001, Kelurahan Bojong Rawalumbu,
Kecamatan Rawalumbu, Pemegang Kartu Tanda Penduduk
Nomor 10.5509.010151.1006.
-------------------------------------------------------------
2. Tuan SOLEHAN, lahir di Jakarta, pada tanggal 16-08-1958
(enambelas Agustus seribu sembilanratus limapuluh
delapan), Warga Negara Indonesia, bertempat tinggal di
Bekasi, Kampung Jati Nomor 99, Rukun Tetangga 001,
Rukun Warga 006, Kelurahan Jatimulya, Kecamatan
Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Pemegang Kartu
Tanda Penduduk Nomor 10.1203.160858.1004.
-----------------
- Kedua karyawan Notaris sebagai saksi-saksi.
------------------------------------------
- Segera setelah akta ini saya, Notaris, bacakan kepada para
penghadap dan saksi-saksi, maka akta ini ditandatangani
oleh para pengahadap, saksi-saksi dan saya, Notaris.
-------------------------------------------------------------------------
--
- Dilangsungkan dengan tanpa perubahan.
----------------------------------------------
UNIVERSITAS INDONESIA

KELOMPOK 5
Agita Chici 2006496715
Ghazahra Vesti 2006549734
Andrian Aditya 2006549450
Subeto 1906411800
Mutiara Azura Mulyawan 2006550074
Aditya Minang Prima 2006496671
Fanny Nurpadaniah 2006497005
Mohamad Bagja Azhari 2006497264
Meka Azzahra Larasati 2006549974

FAKULTAS HUKUM
MAGISTER KENOTARIATAN
2021
PERSEKUTUAN KOMANDITER

1. Pengertian Persekutuan Komanditer


Pengertian Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennootschap atau CV)
adalah “persekutuan yang didirikan oleh satu atau lebih sekutu komanditer dengan
satu atau lebih sekutu komplementer, untuk menjalankan usaha secara terus menerus.”
Pengetian Persekutuan Komanditer juga dijelaskan dalam Pasal 19 KUHD yaitu
“Persekutuan secara melepas uang yang juga dinamakan persekutuan komanditer,
didirikan antara satu orang beberapa orang sekutu yang secara tanggung jawab untuk
seluruhnya pada pihak satu, dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang pada
pihak lain.” Persekutuan Komanditer merupakan salah satu alternatif badan usaha
yang dapat dipilih oleh para pengusaha yang ingin melakukan kegiatan usaha dengan
modal yang terbatas.
Dari Pengertian diatas dalam Persekutuan Komanditer sekutu dibedakan
menjadi 2, yaitu:
a. Sekutu Aktif atau Sekutu Komplementer (Pasal 1 ayat 4 Permenkumham No 17/2018)
Sekutu yang berhak bertindak untuk dan atas nama CV dan bertanggung jawab
terhadap pihak ketiga secara tanggung renteng sampai harta kekayaan pribadi. dalam
hal ini sekutu komplementer merupakan sekutu yang aktif dalam melakukan
kepengurusan.
b. Sekutu Pasif atau Sekutu Komanditer
Sekutu yang hanya menyertakan modal saja dalam persekutuan, tidak ikut campur
dalam kepengurusan dan tanggung jawabnya hanya sebatas modal yang sekutu
masukan saja ke dalam persekutuan. dalam hal ini juga sekutu Komanditer tidak
berwenang untuk mewakili atau bertindak atas nama CV, jika tindakan tersebut
dilakukan maka tidak mengikat dalam persekutuan komanditer dan apabila sekutu
komanditer melakukan kegiatan-kegiatan diluar yang telah ada seperti melakukan
kegiatan kepengurusan maka tanggung jawabnya berubah menjadi tidak terbatas
dalam persekutuan komanditer.

2. Ciri-Ciri
Ciri-ciri yang terdapat dalam suatu badan usaha sehingga dapat disebut dengan
Persekutuan Komanditer (CV) adalah sebagai berikut:
1. Dua jenis keanggotaan yaitu sekutu aktif dan sekutu pasif.
2. Sekutu aktif merupakan anggota yang memiliki peran menjalankan aktivitas
perusahaan sedangkan sekutu pasif adalah anggota yang memberikan modal
3. usaha tanpa ikut serta di dalam menjalankan aktivitas perusahaan.Sekutu aktif
memiliki tanggung jawab yang tidak terbatas sedangkan sekutu pasif memiliki
tanggung jawab hanya sebesar modal yang ditanamkan pada perusahaan.

3. Unsur
- CV sebagai Perkumpulan
Unsur CV sebagai suatu perkumpulan terbagi menjadi empat, yaitu sebagai
kepentingan bersama, sebagai kehendak bersama, mempunyai tujuan bersama
dan mempunyai kerja sama.
- CV sebagai Persekutuan Perdata
Unsur CV sebagai persekutuan perdata terbagi menjadi 3 yaitu sebagai
perjanjian timbal balik, sebagai inbreng, dan sebagai pembagian keuntungan
- CV sebagai Firma
Unsur CV sebagai firma terbagi menjadi 3 yaitu untuk menjalankan
perusahaan (pasal 16 KUHD), dengan nama bersama atau nama firma (pasal
16 k KUHD), dan sebagai tanggung jawab sekutu (kerja) yang sifatnya pribadi
untuk keseluruhan (pasal 18 KUHD)
- Kekhususan Persekutuan Komanditer
Unsur kekhususan komanditer adalah suatu persekutuan firma yang dibangun
dengan suatu bentuk khusus. bentuk khusus didalamnya tidak lain adalah
sekutu komanditer.

4. Sifat
Adapun beberapa sifat dari CV, yaitu:
- modal yang sudah disetorkan sulit untuk ditarik kembali;
- modal yang dibutuhkan tergolong besar dikarenakan banyaknya pihak;
- perusahaan yang dibentuk dengan dasar CV atau perusahaan komanditer akan
lebih mudah untuk memperoleh suatu kredit pinjaman;
- setiap anggota aktif yang ada pada persekutuan komanditer memiliki tanggung
jawab yang tidak terbatas dan sedangkan anggota pasif hanya menunggu
keuntungan dari laba persekutuan komanditer dan tanggungjawabnya terbatas
pada modal yang disetorkan olehnya;
- perusahaan yang dibentuk dengan dasar CV juga relatif lebih mudah didirikan;
- tingkat kelangsungan hidup pada persekutuan komanditer tidak menentu dan
tidak dapat diprediksi.

5. Persamaan dan Perbedaan Persekutuan Komanditer dengan Perseroan


Terbatas
a. Persamaan
1. modalnya sama-sama tediri dari saham-saham, meskipun bagi
persekutuan komanditer dengan saham berbentuk saham atas nama
sedangkan pada perseroan terbatas dapat berbentuk atas nama atau atas
pembawa.
2. pengawasan, pada persekutuan komanditer dengan saham dapat
ditetapkan salah seorang dari sekutu komanditer sebagai komisaris
yang bertugas untuk mengawasi pekerjaan sekutu kerja atau sekutu
komplementer. Namun, meskipun sebagai pengawas sebagai sekutu
komanditer mereka tidak dapat mencampuri urusan pengurusan
meskipun dalam perjanjian pendirian persekutuannya dapat ditetapkan
bahwa mengenai perbuatan-perbuatan tertentu, sekutu kerja harus
minta persetujuan lebih dahulu kepada sekutu komanditer/pengawas
tersebut.
b. Perbedaan
1. PT dapat didirikan oleh Warga Negara Asing atau Warga Negara
Indonesia, dimana badan hukum yang berupa persekutuan modal dan
didirikan berdasarkan perjanjian. Kegiatan usaha dilakukan dengan modal
dasar yang terbagi dalam saham. Para pendiri harus mengambil saham
bagian sahamnya saat PT tersebut didirikan, Pengurusan badan hukum
dilakukan oleh Direksi dan bawahannya. Semua keputusan dilakukan
berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pemegang saham
yang tidak berwenang dilarang melakukan pengurusan. CV hanya
didirikan oleh Warga Negara Indonesia, karena CV tidak berbentuk badan
hukum, maka tidak ada peraturan tertentu yang menjadi dasar hukum.
Karena itulah CV sering dipilih dalam Usaha Kecil Menengah (UKM),
dimana para anggota pendiri secara kemitraan atau kekeluargaan yang
memiliki tanggung jawab yang bersama, masing-masing anggota memiliki
kewenangan untuk mewakili perusahaan yang didirikan dalam
melaksanakan kegiatan usaha. dalam hal ini mereka termasuk
menanggung segala permasalahan resiko bersama akan tetapi dengan harta
pribadi.
2. Dalam perseroan terbatas tidak ada seukutu kerja, yang bertanggung
jawab penuh secara pribadi untuk keseluruhan.
3. Direksi pada perseroan terbatas tidak boleh diangkat untuk selamanya,
yakni selama PT berjalan, sedangkan sekutu kerja.pengurus pada
persekutuan komanditer dengan saham dapat diangkat untuk selamanya.

6. Proses Pendirian Persekutuan Komanditer:


Mengenai persekutuan komanditer dalam KUHD tidak ada aturan tentang pendirian,
pendaftaran dan pengumumannya. Jadi persekutuan komanditer, sebagai juga
persekutuan firma, dapat didirikan atas perjanjian dengan lisan (konsensuil-Pasal 22
KUHD), namun pada praktiknya menunjukan suatu kebiasaan bahwa orang
mendirikan persekutuan komanditer berdasar akta notaris dan didaftarkan, sehingga
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Modal
Tidak memiliki modal dasar, modal ditempatkan atau modal disetor yang disebutkan
dalam akta pendirian dan perubahannya. Sumber modal 100% bersumber dari dalam
negeri, dan pemilik modal mestilah Warga Negara Indonesia.
b. Jenis Usaha
Bentuk Persekutuan Komanditer ini merupakan badan usaha bukan berbadan hukum,
dan jenis perusahaannya berbentuk Swasta Nasional.
c. Kepengurusan
Pengurus Persekutuan Komanditer minimal 2 orang yang terdiri dari Sekutu Aktif dan
Sekutu Pasif.
1. Sekutu Aktif (Komplementer): orang yang bertanggung jawab penuh
melaksanakan kegiatan perusahaan, termasuk kerugian yang harus
ditanggung oleh harta pribadinya.
2. Sekutu Pasif (Komanditer): orang yang bertanggung jawab sebatas
pada besarnya modal yang diberikan kepada perusahaan.
d. Perubahan Anggaran Dasar
Setiap perubahan tidak perlu ada RUPS. Untuk perubahan dasar dan perubahan
lainnya pun tidak perlu mendapatkan persetujuan dari Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia.

7. Kelebihan dan Kekurangan Persekutuan Komanditer


Kelebihan
❖ Tidak memiliki modal dasar sehingga anggota dapat bebas menentukan
besaran modal. Artinya tidak ada kepemilikan saham dalam perusahaan.
Besarnya penyetoran modal ditentukan dan dicatat sendiri secara terpisah oleh
para pendiri.
❖ Cenderung lebih mudah menerima suntikan dana dikarenakan badan usaha
persekutuan komanditer sudah cukup populer di Indonesia
❖ Pendiriannya relatif lebih mudah jika dibandingkan dengan Perseroan
Terbatas.
Jadi Persekutuan Komanditer ini kebutuhan akan modal lebih mudah dipenuhi
disamping pendiriannya yang mudah juga. Jika dilihat dari usaha memperoleh
kredit pun Persekutuan Komanditer relatif lebih mudah memperoleh kredit,
demikian pula dari segi pimpinan yang mana kemampuan pimpinan Persekutuan
Komanditer relatif lebih baik. Dan kelebihan lainnya, bahwa orang-orang senang
menginvestasikan uangnya kepada Persekutuan Komanditer, sebab untuk
mencairkan kembali modal dapat lebih mudah terlebih bagi sekutu pasif.
Kekurangan
❖ Sebagian sekutu pada Persekutuan Komanditer mempunyai tanggung jawab
yang tidak terbatas.
❖ Kelangsungan hidupnya tidak menentu.
❖ Sulit untuk menarik kembali modal yang telah ditanam, khususnya bagi
pimpinan.
Jadi inti dari kekurangan persekutuan komanditer ini keberlangsungan hidupnya
yang tidak menentu karena banyak tergantung pada sekutu aktif yang bertindak
sebagai pemimpin persekutuan.
8. Bubarnya CV
Pengaturan mengenai Firma pada dasarnya berlaku juga pada Persekutuan
Komanditer, sehingga sesuai Pasal 31 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD) pembubaran CV dapat terjadi karena:
- berakhirnya jangka waktu CV yang ditetapkan dalam anggaran dasar;
- akibat pengunduran diri atau pemberhentian sekutu;
- akibat perubahan anggaran dasar.
Pembubaran CV perlu didaftarkan kepada Menteri, yang permohonannya dapat
diajukan melalui Sistem Administrasi Badan Usaha (SABU) disertai dengan
kelengkapan dokumen, seperti akta pembubaran atau putusan pengadilan yang
menyatakan pembubaran. Terhadap akta pembubarannya itu harus dilakukan oleh
akta otentik dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.

Setiap pembubaran CV harus diikuti dengan pemberesan, baik keuntungan maupun


kerugian yang prosesnya merujuk pada ketentuan anggaran dasar CV tersebut.
Namun, apabila tidak ditentukan dalam anggaran dasar maka berlaku Pasal 1633 -
Pasal 1635 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer). Ketika pemberesan
pembubaran CV sudah selesai, apabila masih terdapat sisa uang keuntungan dapat
dibagikan kepada semua sekutu menurut perbandingan inbreng masing-masing
sekutu, begitu pula penyelesaiannya atas kerugian.

Dampak apabila prosedur pembubaran CV itu dilalaikan oleh para sekutu CV


tersebut, maka pembubarannya itu dianggap tidak pernah terjadi dan CV masih berdiri
dan terikat hubungan dengan pihak ketiga.
9. Akta Persekutuan Komanditer

AKTA PENDIRIAN PERSEROAN KOMANDITER


ANEKA JAYA ABADI
Nomor :14,-
-Pada hari ini,Rabu, tanggal 01-07-2020 (satu Juli dua ribu---
dua puluh).---------------------------------------------------
-Pukul 14.00 WIB (empat belas tepat Waktu Indonesia Barat).---
-Berhadapan dengan Saya, SUPERMAN, Sarjana Hukum, Magister----
Kenotariatan, Notaris di Kabupaten Serang, dengan dihadiri----
saksi-saksi yang saya, Notaris kenal, yang nama-namanya akan--
disebut pada bagian akhir akta ini:---------------------------
1. NONA CINTAKU, lahir di Jakarta, pada tanggal 18-06-1980--
(delapan belas Juni seribu sembilan ratus delapan puluh),
Warga Negara Indonesia, Dosen, bertempat tinggal di Kota-
Administrasi Jakarta Utara, Jalan Pluit Utara VI Nomor---
20, Rukun Tetangga 004, Rukun Warga 005, Kelurahan Pluit,
Kecamatan Penjaringan, Provinsi DKI Jakarta, pemegang----
Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan-----
(NIK): 3172015806800016;---------------------------------
-Untuk sementara berada di Kabupaten Serang;-------------
2. TUAN SAYANGKU, lahir di Bogor ,pada tanggal 20-10-1976---
(dua puluh Oktober seribu sembilan ratus tujuh puluh-----
enam), Warga Negara Indonesia, Karyawan Swasta, bertempat
tinggal di Kota Bogor, Jalan Pahlawan Nomor 74, Rukun----
Tetangga 001, Rukun Warga 018, Kelurahan Empang,---------
Kecamatan Bogor Selatan, Provinsi Jawa Barat, pemegang---
Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan-----
(NIK) : 3271012010760013;--------------------------------
-Untuk sementara berada di Kabupaten Serang;-------------
-Para penghadap saya, Notaris kenal.--------------------------
-Para penghadap dengan ini menerangkan, bahwa dengan----------
-tidak mengurangi izin dari pihak yang berwenang telah--------
sepakat dan setuju untuk bersama-sama mendirikan suatu--------
-perseroan komanditer berdasarkan akta pendirian ini yang
memuat anggaran dasar dan keterangan lain yang berkaitan-
dengan pendirian perseroan, sebagai
berikut:-------------------------
------------------NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN----------------
---------------------------PASAL 1-------------------------
1. Perseroan komanditer ini bernama:------------------------
------------------"CV.ANEKA JAYA ABADI"------------------
(selanjutnya disebut "Perseroan"), berkedudukan di Kota--
Tangerang.-----------------------------------------------
2. Perseroan dapat membuka kantor cabang atau kantor--------
perwakilan, baik di dalam maupun di luar wilayah---------
Republik Indonesia sebagaimana ditetapkan oleh para------
pesero.--------------------------------------------------
-------------------JANGKA WAKTU BERDIRINYA-----------------
---------------DAN KEDUDUKAN HUKUM PARA PESERO-------------
--------------------------PASAL 2--------------------------
1. Perseroan didirikan untuk jangka waktu tidak terbatas----
dan dimulai pada tanggal ditandatanganinya akta ini.-----
2. Masing-masing pesero setiap waktu berhak-----------------
menjual/mengalihkan modal/sahamnya dan mengundurkan diri-
atau keluar dari perseroan ini dan para pesero yang ada-
diprioritaskan untuk membeli modal/saham tersebut dalam
waktu 30 (tiga puluh) hari dan setelah itu pihak lain----
yang bukan pesero dapat membelinya jika pesero yang---
ada menolak untuk membeli.-------------------------------
------------MAKSUD DAN TUJUAN SERTA KEGIATAN USAHA---------
--------------------------PASAL 3--------------------------
1. Maksud dan tujuan Perseroan ialah:-----------------------
- Berusaha dalam bidang Perdagangan.---------------------
- Berusaha dalam bidang Akomodasi, dan Penyediaan Rumah--
Minum.---------------------------------------------------
2. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas--------
Perseroan dapat melaksanakan kegiatan usaha sebagai------
berikut:-------------------------------------------------
a. PERDAGANGAN:----------------------------------------
- PERDAGANGAN BESAR PADI DAN PALAWIJA, Kelompok ini--
mencakup usaha perdagangan besar hasil pertanian---
tanaman padi dan palawija sebagai bahan baku atau--
bahan dasar dari suatu kegiatan berikutnya, seperti
padi, jagung, gabah, gandum dan serealia lainnya.--
Termasuk perdagangan besar benih dan bibit padi,---
palawija, dan serealia lainnya. (kode KBLI 46201);-
- PERDAGANGAN BESAR SUSU DAN PRODUK SUSU; kelompok---
ini mencakup usaha perdagangan besar susu dan------
produk susu. (kode KBLI 46326);--------------------
b. AKOMODASI, DAN PENYEDIAAN RUMAH MINUM:--------------
- RESTORAN, Kelompok ini mencakup jenis usaha jasa---
pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh-----
bangunan permanen yang menjual dan menyajikan------
makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya,-
baik dilengkapi dengan peralatan/perlengkapan untuk
proses pembuatan dan penyimpanan maupun tidak dan--
telah mendapatkan surat keputusan sebagai----------
restoran/rumah makan dari instansi yang membinanya.
(kode KBLI 56101);---------------------------------
- WARUNG MAKAN, Kelompok ini mencakup jenis usaha----
jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh
bangunan tetap (tidak berpindah-pindah), yang------
menyajikan dan menjual makanan dan minuman di------
tempat usahanya baik dilengkapi maupun tidak dengan
peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan--
maupun penyimpanan dan belum mendapatkan ijin dan--
surat keputusan dari instansi yang membinanya.-----
(kode KBLI 56102);---------------------------------
-------------------------M O D A L-------------------------
--------------------------PASAL 4--------------------------
1. Modal perseroan ini berjumlah Rp. 100.000.000 (seratus----
juta Rupiah), dimana setiap waktu harus ternyata dari----
buku-buku perseroan.-------------------------------------
2. Bagian masing-masing pesero dalam modal perseroan setiap-
waktu harus ternyata dalam buku-buku perseroan. Adapun----
mengenai bagian dari masing-masing pesero terhadap modal--
perseroan ini untuk pertama kalinya dengan susunan------
sebagai berikut:-----------------------------------------
a. NONA CINTAKU sebesar 50% (lima puluh puluh Persen)---
atau sejumlah Rp.50.000.000(lima puluh puluh juta----
Rupiah).---------------------------------------------
b. TUAN SAYANGKU sebesar 50% (lima puluh Persen) atau---
sejumlah Rp.50.000.000 (lima puluh juta
Rupiah).-------
3. Para pesero masing-masing dicatat dalam buku perseroan---
pada rekening modal mereka untuk penyetoran-penyetoran---
uang atau nilai pemasukan pemasukan benda dalam perseroan
yang telah dilakukan oleh mereka, dan sebagai bukti, maka-
untuk tiap-tiap penyetoran dan pemasukan tersebut akan---
diberikan suatu tanda penerimaan yang sah yang-----------
ditandatangani oleh semua
pesero.--------------------------
4. Penambahan modal ke dalam perseroan dan pengambilan bagian
masing-masing pesero dari modal perseroan haruslah-------
mendapat persetujuan dari semua
pesero.--------------------
5. Selama perseroan berdiri dan pada waktu perseroan---------
dibubarkan, masing-masing pesero mempunyai hak dan--------
menanggung beban-beban/hutang-hutang perseroan secara-----
tanggung renteng menurut perbandingan jumlah jumlah yang--
telah dimasukkan oleh masing-masing ke dalam perseroan,---
demikian dengan tidak mengurangi ketentuan yang ditetapkan
dalam Pasal 9 ayat 2.-------------------------------------
-------------PERSERO PENGURUS DAN PERSERO KOMANDITER-------
------------------------Pasal 5----------------------------
Pesero TUAN SAYANGKU bertindak dalam perseroan ini-------
sebagai pesero pengurus yang diwajibkan menanggung------
segala kewajiban-kewajiban, hutang-hutang, dan---------
beban-beban perseroan dengan segala harta kekayaannya,---
sedangkan pesero lainnya, yaitu NONA CINTAKU tersebut---
sebagai pesero komanditer yang hanya turut bertanggung--
jawab hingga jumlah sero yang dimasukkannya dalam--------
perseroan. Masuknya pesero baru dalam perseroan haruslah
mendapat persetujuan dari semua pesero.-----------------
-----------------------PENGURUSAN PERSEROAN----------------
---------------SERTA HAK DAN WEWENANG PESERO PENGURUS------
-----------------------------Pasal 6---------------------
1. Perseroan ini diurus dan dipimpin oleh TUAN SAYANGKU,----
pesero pengurus dengan jabatan DIREKTUR.-----------------
2. DIREKTUR, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri
bertanggung jawab, berhak dan berkuasa mewakili---------
perseroan dimanapun juga, baik di dalam maupun di luar--
Pengadilan, mengikat orang lain dengan perseroan atau----
sebaliknya, dan dalam menjalankan pekerjaan itu berhak---
melakukan untuk dan atas nama perseroan atas segala------
tindakan pengurusan dan segala tindakan pemilikan,------
tetapi dengan ketentuan bahwa
untuk:----------------------
a. meminjamkan uang atau meminjam uang untuk dan atas--
nama perseroan;-------------------------------------
b. memperoleh, melepaskan atau memberatkan harta-------
kekayaan untuk/kepunyaan perseroan;-----------------
c. mengikat perseroan sebagai penjamin;----------------
d. menggadaikan atau dengan cara lain menjaminkan harta
kekayaan perseroan. Harus mendapat persetujuan-----
tertulis dari atau akta yang berkenaan turut--------
ditandatangani oleh pesero lainnya.-----------------
1. DIREKTUR tanpa mengurangi tanggung jawabnya, berhak pula
mengangkat seseorang atau beberapa orang kuasa dengan---
memberikan kepadanya kekuasaan atau kekuasaan-kekuasaan--
yang dianggap perlu dengan surat kuasa.------------------
2. Pesero pengurus dapat diberi gaji bulanan yang besarnya--
akan ditetapkan oleh para pesero bersama dan dapat------
diubah oleh mereka menurut keadaan. Dalam buku-buku------
perseroan gaji-gaji dan pengeluaran-pengeluaran lainnya-
untuk kepentingan perseroan akan dicatat sebagai ongkos-
perseroan.-----------------------------------------------
-----------------WEWENANG PESERO KOMANDITER---------------
---------------------------Pasal 7-------------------------
Pesero komanditer setiap waktu berhak asal saja pada-----
waktu jam dan hari kerja, melihat semua buku-buku dan----
surat-surat perseroan, memeriksa kas dan barang milik----
perseroan, serta memasuki halaman-halaman, gedung-gedung
dan kantor-kantor yang dipergunakan perseroan, dan para--
pesero pengurus wajib memberi segala keterangan tentang--
perseroan yang dikehendaki oleh pesero komanditer.-------
---------TAHUN BUKU, NERACA, DAN PERHITUNGAN LABA RUGI-----
---------------------------Pasal 8-------------------------
1. Tahun buku perseroan berjalan dari tanggal 1 (satu)------
Januari sampai dengan tanggal 31 (tiga puluh satu)-------
Desember. Pada akhir bulan Desember tiap-tiap tahun,----
buku-buku perseroan ditutup. Untuk pertama kalinya,------
buku-buku perseroan akan ditutup pada tanggal 31-12-2020-
(tiga puluh satu Desember dua ribu dua puluh).-----------
2. Selambat-lambatnya dalam 3 (tiga) bulan setelah buku-buku
perseroan ditutup, oleh pesero -pengurus harus dibuat--
neraca dan perhitungan laba rugi, dan setelah disetujui-
oleh segenap para pesero, neraca tersebut,---------------
ditandatangani oleh segenap pesero sebagai tanda---------
pengesahan.----------------------------------------------
3. Pengesahan neraca dan perhitungan laba rugi itu----------
membebaskan pesero pengurus dari tanggung jawab mereka--
atas nama segala tindakan yang telah mereka lakukan------
dalam tahun buku yang lampau, sepanjang tindakan--------
tindakan mereka itu ternyata dalam buku-buku perseroan.--
4. Bilamana tentang pengesahan neraca dan perhitungan laba--
rugi terdapat perselisihan antara para pesero yang tidak
dapat diselesaikan oleh mereka secara musyawarah, maka:-
a. Masing-masing pihak berhak memohon kepada hakim yang
berwajib di tempat kedudukan perseroan untuk--------
mengangkat 3 (tiga) orang arbiter yang akan---------
memutuskan perselisihan itu setelah memberi---------
kesempatan kepada para pesero mengajukan pendapat---
mereka masing-masing.-------------------------------
b. Para arbiter itu berhak melihat semua buku-buku dan-
surat-surat perseroan dan memberi keputusan sebagai
orang yang jujur, dan keputusan mereka adalah-------
keputusan terakhir.---------------------------------
c. Para pesero harus tunduk kepada keputusan para------
arbiter tersebut.-----------------------------------
------------KEUNTUNGAN, DANA CADANGAN, DAN KERUGIAN--------
--------------------------Pasal 9--------------------------
1. Keuntungan bersih perseroan tiap-tiap tahun sebagaimana--
ternyata dalam perhitungan laba rugi (neraca) yang telah
disetujui dan disahkan tersebut di atas akan dibagi-----
antara para pesero masing-masing menurut perbandingan---
pemasukan mereka dalam modal perseroan, kecuali---------
ditentukan lain oleh para pesero. Sebelum keuntungan-----
tersebut dibagi sebagaimana tersebut di atas, jika-------
dianggap perlu, maka dengan persetujuan segenap para-----
pesero, dari keuntungan tersebut dapat dipisahkan--------
terlebih dahulu sebagian untuk mengadakan atau menambah--
dana cadangan. Dana cadangan, jika diadakan, terutama---
disediakan untuk menutup kerugian yang mungkin diderita,-
tetapi para pesero bersama dapat memutuskan untuk--------
mempergunakan dana cadangan itu semuanya atau sebagian--
untuk modal kerja atau untuk tujuan-tujuan lainnya yang-
berguna bagi perseroan, dan uang cadangan itu dianggap---
laba yang belum dibagikan.-------------------------------
2. Kerugian perseroan dipikul oleh masing-masing pesero-----
menurut perbandingan pemasukan mereka dalam modal--------
perseroan, demikian dengan ketentuan bahwa para pesero---
komanditer tidak akan memikul rugi yang melebihi---------
pemasukannya dalam modal perseroan. ---------------------
--------------MENINGGAL DUNIA, PAILIT, PENGAMPUAN----------
-----------------ATAU PENGUNDURAN DIRI PESERO--------------
--------------------------Pasal 10-------------------------
1. Bilamana salah seorang pesero meninggal dunia, perseroan-
tidak berakhir, akan tetapi diteruskan oleh para pesero-
lainnya bersama-sama dengan ahli waris pesero yang------
meninggal dunia:-----------------------------------------
a. Jika ada lebih dari seorang ahli waris, maka mereka-
dalam perseroan ini harus diwakili oleh seorang----
dari mereka atau oleh seorang kuasa.----------------
b. Bilamana (para) ahli warisnya tidak menghendaki
meneruskan sebagai pesero, maka para pesero lainnya
yang meneruskan perseroan berkewajiban untuk dalam--
waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sesudahnya,-
membayar secara tunai kepada (para) ahli waris------
pesero yang meninggal dunia tersebut, bagian para---
pesero yang bersangkutan dalam perseroan, baik------
karena pemasukannya dalam modal perseroan maupun----
karena laba yang belum dibagikan atau karena apapun-
juga.-----------------------------------------------
2. Bilamana salah seorang pesero mengundurkan diri dan-----
keluar dari perseroan menurut ketentuan yang ditetapkan--
dalam Pasal 2 ayat 2, perseroan tidak berakhir, akan-----
tetapi diteruskan oleh para pesero yang meneruskan untuk
dalam waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan------------
sesudahnya, membayar secara tunai kepada pesero yang-----
keluar, bagian pesero yang bersangkutan dalam perseroan,
baik karena pemasukannya dalam modal perseroan maupun---
karena laba yang belum dibagikan atau karena apapun juga.
3. Bilamana salah seorang pesero dinyatakan pailit atau----
ditaruh dibawah pengampuan atau karena apapun juga tidak
berhak lagi mengurus dan menguasai kekayaan, maka pesero-
itu dianggap telah keluar dari perseroan 1 (satu) hari-
sebelum keputusan pailisement atau pengampuan itu--------
dijatuhkan oleh Hakim, dan dalam hal demikian perseroan--
diteruskan oleh para pesero lainnya, akan tetapi dengan--
kewajiban untuk, dalam waktu selambat-lambatnya 3 (tiga)
bulan sesudahnya, membayar kepada wakil menurut hukum----
dari pesero yang bersangkutan bagian pesero itu dalam---
perseroan, baik karena pemasukan dalam modal perseroan--
maupun karena laba yang belum dibagi atau karena apapun-
juga.----------------------------------------------------
4. Perhitungan bagian sebagai dimaksud dalam ayat 1, 2, dan
3 pasal ini, harus berdasarkan atas angka-angka dan------
daftar perhitungan terakhir.-----------------------------
-------------------MELEPASKAN ATAU MEMBEBANI---------------
--------------------BAGIAN DALAM PERSEROAN-----------------
---------------------------Pasal 11------------------------
1. Masing-masing pesero tidak diperbolehkan melepaskan,-----
menggadaikan atau membebani bagiannya dalam perseroan----
tanpa persetujuan para pesero lainnya.-------------------
2. Perjanjian-perjanjian yang bertentangan dengan ketentuan-
yang ditetapkan dalam ayat pertama pasal ini tidak-------
berlaku terhadap perseroan.------------------------------
------------------PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI-----------------
--------------------------Pasal 12-------------------------
Jika perseroan ini dibubarkan, maka likuidasinya akan------
dilakukan oleh pesero pengurus, kecuali jika para pesero---
mengambil keputusan lain.----------------------------------
----------------------PERATURAN PENUTUP--------------------
--------------------------Pasal 13-------------------------
Hal-hal yang tidak diatur atau belum sempurna diatur-------
dalam akta ini akan diputuskan oleh para pesero secara----
musyawarah dan mufakat.----------------------------------
------------------------DOMISILI HUKUM---------------------
---------------------------Pasal 14------------------------
Mengenai akta ini dengan segala akibat dan pelaksanaannya---
para pesero memilih domisili hukum yang umum dan tetap di---
Kantor Panitera Pengadilan Negeri Serang--------------------
---------------------DEMIKIANLAH AKTA INI------------------
Dibuat sebagai minuta dan dilangsungkan di Kabupaten Serang,
pada hari, tanggal dan jam tersebut pada bagian awal akta---
ini, dengan dihadiri oleh saksi- saksi:---------------------
1. Nona MERDEKA BELAJAR, lahir di Majalengka pada tanggal---
07-05-1997 (tujuh Mei seribu sembilan ratus sembilan-----
puluh tujuh), Warga Negara Indonesia, Karyawan kantor----
notaris, bertempat tinggal di Kota Tangerang, Jalan----
Gama XII Nomor 179, Rukun Tetangga 004, Rukun Warga 008,-
Kelurahan Cimone, Kecamatan Karawaci, Banten, pemegang---
Kartu Tanda Penduduk nomor: 367107470597001;-------------
-untuk sementara berada di Kabupaten Serang;-------------
2. Nona ULTRAGIRL, lahir di Serang ,pada tanggal 29-01-1995
(dua puluh sembilan Januari seribu sembilan ratus--------
sembilan puluh lima), Warga Negara Indonesia, Karyawan---
kantor notaris, bertempat tinggal di Kabupaten Serang,---
Kramatwatu, Rukun Tetangga 004, Rukun Warga 001,---------
Kelurahan Kramatwatu, Kecamatan Kramatwatu, Banten, Nomor
Induk Kependudukan: 3604056901950001;--------------------
-Keduanya pegawai pada Kantor saya, Notaris.---------------
-Setelah akta ini dibacakan oleh saya, Notaris kepada para--
penghadap, para saksi, maka segera akta ini ditandatangani--
oleh para penghadap, para saksi dan saya, Notaris, selain---
menandatangani akta ini para penghadap juga membubuhkan cap-
ibu jari tangan kanan dan kirinya masing-masing pada lembar-
kertas yang ikut dilekatkan pada minuta akta ini.-----------
-Dibuat dengan tanpa perubahan.-----------------------------

PENGHADAP

materai

NONA CINTAKU TUAN SAYANGKU

SAKSI-SAKSI

Nona MERDEKA BELAJAR Nona ULTRAGIRL

Notaris Kabupaten Serang

SUPERMAN.,SH.,MKN
UNIVERSITAS INDONESIA

PA Badan Hukum Non PT & AP Non Badan Hukum


Tugas Resume Dan Pembuatan Akta Persekutuan Perdata

Disusun Oleh :
Kelompok 6

Ali Hadi Shahab 2006496766


Ali Said Hilabi 2006496772
Aulia Gita Novelyani 2006496841
Bedita Putri Saidah 2006496854
Mohammad Isfan 2006497270
Novia Dwi Cahyani Fauzal 2006497371
Regina Ayu Sepriani 2006497440
Harum Bunga Salni 2006549785
Nadya Farras 2006550105

Pengajar:
Mohamad Fajri Mekka Putra, M.Kn.

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN
DEPOK
JUNI 2021
Persekutuan Perdata merupakan padanan dan terjemahan dari (burgerjilk maatschap
private partnership) di dalam system common law dikenal dengan istilah partnership. Yang
kemudian di dalam hukum islam dikenal dengan istilah sharikah atau shirkah.97 Persekutuan
perdata merupakan suatu bentuk dari dasar bisnis atau organisasi bisnis. 98 Ketentuan Pasal
1618 KUHPerdata menyebutkan bahwa persekutuan perdata merupakan suatu perjanjian dua
orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukan sesuatu kedalam persekutuan dengan
maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya” terdapat beberapa unsur yang
terdapat dalam persekutuan perdata yaitu :99
1. Adanya suatu perjanjian kerjasama antara dua orang atau lebih;
2. Masing-masing pihak harus memasukkan sesuatu( yaitu modal) kedalam persekutuan
(inbreng).
3. Bermaksud membagi keuntungan Bersama.
Dalam Pasal 1628 sampai dengan Pasal 1631 KUHPerdata, terdapat asas yang mengatur
persekutuan perdata yang intinya adalah sebagai berikut :100
● Kewajiban pemberian ganti rugi untuk kesalahan yang dilakukan sekutu.
● Aturan untuk sekutu yang memasukkan sesuatu dalam bentuk barang.
Persekutuan perdata dapat dibilang tunduk dalam hukum perjanjian. Kemudian, orang
yang melakukan kerjasama di dalam hukum persekutuan tersebut dapat berupa perorangan
(makhluk pribadi) atau badan hukum perseroan dan koperasi. Persekutuan perdata dapat
menjadi suatu wadah untuk menjalankan kegiatan yang bersifat komersial dan profesi seperti
pengacara (advokat) dan akuntan. Jumlah persekutuan perdata minimal ada dua orang,
KUHPerdata tidak menyebutkan berapa jumlah maksimal sekutu dalam persekutuan.101
Hubungan persekutuan perdata berasal dari bentuk kerjasama dalam bentuk persekutuan.
Dimana pengelompokan perjanjian persekutuan perdata ini ialah firma dan persekutuan
komanditer yang diatur dalam buku III KUHPerdata tentang perjanjian, sedangkan bentuk
khususnya sendiri diatur dalam KUHD. Hubungan sesama para pihak dalam persekutuan
perdata ini berdasarkan perjanjian dan tidak ada pemisahan kekayaan antara persekutuan dan

97
Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas disertai dengan Ulasan Menurut Undang -
Undang Nomor 1 tahun 1995, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2001), hlm.42.
98
Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, (Yogyakarta : FH UII Press, 2013),
hlm.26.
99
Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Ps. 1618.
100
Ibid, Ps, 1628 - 1631.
101
Ibid, hlm. 28.
sekutu. Akibatnya tanggungjawab para sekutu bersifat tidak terbatas dan berkonsekuensi,
persekutuan bukan merupakan badan hukum,102
Sifat dari dibuatnya persekutuan perdata ini adalah :
a. Gunanya untuk mencari keuntungan;
b. Cara pendirian sederhana;
c. Cara pembubarannya tidak memerlukan persyaratan formal; dan
d. Cara pendirian persekutuan perdata dimulai saat ditandatanganinya akta pendirian di
notaris dan selanjutnya didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan negeri.
Biasanya modal dari persekutuan perdata tidak selalu uang. Namun, dapat berupa barang
kerajinan dan atau keterampilan. Dimana syarat pendiriannya sama dengan pendirian CV atau
Firma, yaitu harus didirikan paling sedikit oleh dua orang berdasarkan perjanjian dengan akta
notaris yang dibuat dalam Bahasa Indonesia. Persekutuan perdata dapat didirikan secara lisan
namun juga dapat dilakukan dengan akta pendirian yang dibuat secara autentik dengan akta
notaris.
Persekutuan Perdata dijalankan dan dapat bertindak dibawah nama para anggota atau
para mitranya. Pada saat pertama kali dilakukan pendirian persekutuan perdata biasanya para
sekutu wajib menyetorkan modal yaitu sebagai Pemasukan modal yang biasa disebut dengan
Inbreng. Pembebanan pengurusan Persekutuan Perdata dibagi dua yaitu:
a. Diatur sekaligus bersama-sama akta pendirian persekutuan perdata. Sekutu pengurus
persekutuan perdata semacam ini disebut sebagai sekutu statuter.
b. Diatur dengan akta tersendiri sesudah persekutuan-persekutuan perdata berdiri.
Sekutu ini disebut sekutu komanditer. (sekutu komanditer kuasanya dapat dibagi
sewaktu-waktu dan dapat minta diberhentikan).
Pengurus pada persekutuan perdata biasanya sekutu sendiri namun para sekutu juga
dapat menetapkan orang luar yang dianggap cakap diangkat sebagai pengurus persekutuan
perdata. Hal ini dapat ditetapkan dalam akta pendirian atau dalam perjanjian khusus.
Pembagian Keuntungan dan Kerugian: diatur dalam Pasal 1633 KUHPerdata. Keuntungan
tidak dapat diberikan seluruhnya kepada salah seorang sekutu saja namun para sekutu dapat
memperjanjikan untuk membebankan seluruh kerugian hanya ditanggung oleh salah seorang
sekutu saja.
Bentuk-bentuk Persekutuan Perdata diantaranya:
● Persekutuan perdata dapat terjadi antara pribadi-pribadi yang melakukan suatu
pekerjaan bebas (profesi). Misalnya: Asosiasi Akuntan, dokter, pengacara, dll. Dalam
102
Ibid, hlm. 29.
bentuk ini, asosiasinya tidak menjalankan perusahaan tetapi mengutamakan
anggotanya dan tidak menjadikan elemen modal organisatorisnya sebagai unsur
utama.
● Persekutuan bertindak keluar kepada pihak ketiga secara terang-terangan dan terus
menerus untuk mencari laba maka persekutuan perdata tersebut dikatakan
menjalankan perusahaan. Misalnya: pengusaha A dan B membentuk persekutuan
untuk melakukan usaha di bidang lain.
● Perjanjian kerja sama dari suatu transaksi sekali segera setempat. contoh: kerja sama
membeli barang bersama-sama kemudian dijual dengan mendapatkan laba.
Ada dua jenis Persekutuan Perdata, yaitu :
● Persekutuan Perdata Umum103
Dalam jenis ini diperjanjikan suatu pemasukan yang terdiri dari seluruh harta
kekayaan masing-masing sekutu atau bagian tertentu dari harta kekayaan secara
umum (onder algemene title), yang artinya tanpa perincian. Persekutuan Perdata
macam ini dilarang oleh Pasal 1621 KUHPerdata. Rasio dari larangan itu ialah bahwa
dengan adanya pemasukan seluruh atau sebagian harta kekayaan tanpa perincian itu,
orang tidak akan dapat membagi keuntungan secara adil seperti ditetapkan dalam
Pasal 1633 KUHPerdata. Dalam Pasal 1633 KUHPerdata ditentukan, bila bagian
keuntungan dari masing-masing sekutu tidak ditentukan dalam perjanjian pendirian
persekutuan masing-masing sekutu tidak ditentukan dalam perjanjian pendirian
persekutuan perdata, maka pembagian keuntungan harus didasarkan atas
keseimbangan pemasukan dari masing-masing sekutu. Persekutuan perdata jenis ini
diperkenalkan juga asal diperjanjikan bahwa masing-masing sekutu akan
mencurahkan seluruh kekuatan kerjanya untuk mendapatkan laba yang dapat dibagi-
bagi antara para sekutu. Persekutuan perdata jenis ini oleh Pasal 1622 KUHPerdata
dinamakan persekutuan perdata keuntungan (algehele maatschap van winst).
● Persekutuan Perdata Khusus104
Dalam persekutuan perdata jenis khusus ini para sekutu masing-masing menjanjikan
pemasukan benda-benda tertentu atau sebagian dari pada tenaga kerjanya (Pasal 1623
KUHPerdata). Adapun bentuk-bentuk Persekutuan Perdata, yaitu:

103
H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta : Djambatan, 1999), hlm.
23
104
Gunawan Widjaja, Segi Aspek Hukum dalam Pasar Modal Penitipan Kolektif, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2005), hlm 80.
a) Persekutuan dengan harta bersama yang terdiri dari benda-benda tertentu, yang
akan dipergunakan untuk memperoleh keuntungan melaluinya;
b) Persekutuan mengenai pemanfaatan bersama dari suatu benda-benda tertentu,
untuk memperoleh keuntungan yang akan dibagikan untuk kepentingan bersama;
c) Persekutuan mengenai pemanfaatan bersama dan hasil-hasil yang diperoleh dari
benda-benda tertentu;
d) Persekutuan sebagai suatu perusahaan (dengan pengertian bahwa jenis
persekutuan ini adalah persekutuan yang dilaksanakan secara terus menerus,
tanpa suatu jangka waktu tertentu);
e) Persekutuan yang menjalankan suatu kegiatan usaha tertentu (yang akan berakhir
dengan sendirinya setelah usaha tersebut selesai);
f) Persekutuan dari beberapa orang, untuk melaksanakan suatu pekerjaan tetap
tertentu (yang didasarkan pada keahlian yang dimiliki oleh para pihak yang
menjadi sekutu dalam persekutuan tersebut).
Berakhirnya Persekutuan Perdata diatur dalam Pasal 1646 – 1652 KUHPerdata. Dalam Pasal
1646 KUHPerdata disebutkan berakhirnya Persekutuan apabila:
- Lewat waktu yang ditentukan dalam perjanjian persekutuan perdata
- Musnahnya barang atau diselesaikannya perbuatan yang menjadi pokok pemitraan.
- Atas kehendak beberapa atau seseorang sekutu
- Jika seorang sekutu ditempatkan di bawah pengampuan atau dinyatakan pailit.
Apabila Persekutuan Perdata bubar maka harta kekayaan persekutuan perdata akan dibagi
kepada anggota persekutuan perdata setelah dikurangi hutang-hutang terhadap pihak ketiga.
Kalau harta kekayaan tidak mencukup membayar hutang-hutang terhadap pihak ketiga, maka
utang tersebut akan ditanggung secara bersama2 (tanggung renteng) oleh para sekutu
berdasarkan perjanjian yang telah ditentukan sebelumnya.
Perikatan antar para sekutu diatur dalam Buku III, Ban VIII, Bagian KUHPerdata, yaitu
dalam Pasal 1624 – 1641. Adapun jenis Perikatan Antara Para Sekutu ini adalah:
a. Kewajiban memberikan Pemasukan;
b. Asas Kepentingan Bersama;
c. Pemeliharaan atau pengurusan
d. Perbedaan kedudukan hukum antara sekutu statute dan sekutu mandater;
e. Pengurus bukan sekutu;
f. Kekuasaan berbuat sekutu statuter;
g. Arti pengurusan dan penguasaan;
h. Pembagian tugas antar pengurus;
i. Peraturan pemeliharaan;
j. Cara membagi keuntungan dan kerugian;
k. Mutasi sekutu dari persekutuan perdata.
Dalam hal mendirikan suatu persekutuan perdata juga dapat dilakukan oleh notaris,
sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 20 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
(selanjutnya disebut UUJN). Pasal tersebut menentukan bahwa: “Notaris dapat menjalankan
jabatannya dalam bentuk persekutuan perdata dengan tetap memerhatikan kemandirian dan
ketidakberpihakan dalam menjalankan jabatannya”.
Persekutuan perdata yang memiliki tujuan utama untuk mencari keuntungan tidak sesuai
dengan kewajiban notaris. Seorang notaris memiliki kewajiban untuk mengutamakan
pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan negara. Hal tersebut sesuai dengan yang
ditentukan berdasarkan Pasal 3 Angka 6 Kode Etik Notaris. Dapat diartikan bahwa notaris
diangkat bukan untuk kepentingan individu notaris, jabatan notaris adalah jabatan
pengabdian, oleh karena itu notaris harus selalu mengutamakan kepentingan masyarakat dan
negara.105
Beralihnya perserikatan perdata notaris ke persekutuan perdata notaris menimbulkan
beberapa penafsiran karena dalam UUJN tidak diatur lebih lanjut mengenai persekutuan
perdata notaris, bahkan di dalam penjelasan Pasal 20 UUJN juga tidak ada penjelasan tentang
persekutuan perdata notaris. Hal ini menimbulkan kekaburan peraturan dalam pasal 20 UUJN
dan ketidakpastian hukum. Bentuk persekutuan perdata notaris yang sesuai dengan
karaterstik dan profesi notaris yang ada pada pasal 20 UUJN harus mengacu kepada pasal
1618 KUHPerdata karena pada dasarnya karakteristik persekutuan perdata notaris sama
dengan yang dimaksudkan dalam persekutuan perdata pada pasal 1618 KUHPerdata, yaitu
berdasarkan dengan suatu perjanjian, harus dengan dua orang atau lebih dan memasukkan
sesuatu atau modal dalam persekutuan perdata dengan maksud mencari keuntungan. Karena
profesi notaris adalah juga pejabat umum negara yang salah satu tugasnya adalah membuat
alat bukti yang sah maka hal ini juga akan berkaitan dengan persekutuan perdata notaris yang
pada awal pendiriannya menggunakan perjanjian dengan akta otentik.
Perjanjian persekutuan perdata harus memuat kepastian dan kemanfaatan dan keadilan.
Isi dari perjanjian persekutuan perdata notaris semestinya berisi dan memuat:

105
Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia, (Yogyakarta : UII Press, 2009), hlm. 172.
1. Notaris yang diangkat menjadi teman sekutu haruslah yang sudah disumpah untuk
menjalankan jabatannya;
2. Klausula mengenai hak dan kewajiban masing-masing sekutu;
3. Tanggung jawab teman sekutu kepada pihak ketiga;
4. Klausula mengenai pemasukan dan modal.
Dengan adanya aturan mengenai bagaimana perjanjian persekutuan perdata notaris
seharusnya dibuat maka akan tercipta kepastian hukum. Kepastian hukum itu diwujudkan
oleh hukum dengan sifatnya yang hanya membuat suatu aturan hukum yang bersifat umum.
Sifat umum dari aturan-aturan hukum membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan untuk
mewujudkan keadilan atau kemanfaatan, melainkan semata-mata untuk kepastian.106 Sebagai
gambaran bila persekutuan notaris di Indonesia bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Persekutuan antara para notaris dalam satu wilayah kerja/ jabatan
2. Notaris yang baru diangkat bisa langsung menjadi sekutu dari notaris yang sudah ada;
3. Notaris yang pindah dari satu daerah kedaerah yang lain, bisa menjadi teman sekutu
dari notaris yang sudah ada di daerah tersebut;
4. Untuk kota-kota besar yang pada saat ini hanya bisa diangkat notaris pindahan dari
kota lain yang sudah menjalani jabatannya misalnya tiga tahun, sebaiknya
dimungkinkan untuk mengangkat notaris yang baru di kota tersebut apabila telah
bekerja secara terus menerus di kantor persekutuan untuk jangka waktu tertentu, dan
mereka mendapatkan rekomendasi dari kantor notaris tempat mereka bekerja bahwa
ia akan diterima sebagai sekutu segera setelah diangkat sebagai notaris;
Persekutuan perdata notaris yang dulu dilarang dalam peraturan jabatan notaris, dalam
perkembangannya sekarang dibenarkan dalam UUJN.
Menurut Lumbang Tobing, dalam hal menjalankan perserikatan perdata notaris perlu
adanya pertimbangan terlebih dahulu sebelum menjalankannya, adapun pertimbangan untuk
tidak memperkenankan para notaris mengadakan perserikatan perdata antara lain perserikatan
yang seperti ini tidak menguntungkan bagi masyarakat umum, oleh karena hal itu berarti
mengurangi persaingan dan pilihan masyarakat tentang notaris yang dikehendakinya, lebih
lebih di tempat dimana hanya ada beberapa notaris. walaupun hal tersebut merupakan alasan

106
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), (Jakarta : Penerbit Toko
Gunung Agung, 2002), hlm. 82-83.
yang kuat namun di dalam mempertimbangkannya harus diutamakan kepentingan umum,
sebagaimana tujuan notaris diangkat.107
Diperbolehkannya notaris membentuk persekutuan perdata dalam menjalankan
jabatannya sebagaimana ditentukan dalam Pasal 20 Ayat (1) UUJN tidak sejalan dengan
pelaksanaan jabatan notaris karena pada hakikatnya pembentukan persekutuan perdata yang
telah diatur sebelumnya dalam KUHPerdata adalah bertujuan untuk mencari keuntungan. Hal
tersebut bertentangan dengan pelaksanaan jabatan notaris yang memiliki kewajiban untuk
mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan negara sesuai yang
ditentukan dalam Pasal 3 Angka 6 Kode Etik Notaris. Pengaturan prinsip- prinsip
pembentukan persekutuan perdata dalam KUHPerdata berbeda dengan persekutuan perdata
yang beranggotakan profesi notaris. Bentuk persekutuan perdata (KUHPerdata) menerapkan
pembagian keuntungan sedangkan dalam persekutuan perdata notaris tidak ada pembagian
keuntungan, melainkan masing-masing notaris menerima honorarium sebagai imbalan
jasanya.

107
GHS. Lumbang Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Cetakan Ke-4, (Jakarta : Erlangga, 1996), hlm.
102.
AKTA PENDIRIAN PERSEKUTUAN PERDATA
Nomor: 25

-Pada hari ini, Senin, 31-05-2021 (tiga puluh satu


Mei dua ribu dua puluh satu);-----------------------
-Pukul 10.00 WIB (sepuluh Waktu Indonesia Barat);--
-Menghadap kepada saya, Solihin, Sarjana Hukum,
Magister Kenotariatan, Notaris di Kota Administrasi
Jakarta Pusat, dengan dihadiri oleh saksi-saksi yang
saya, Notaris, kenal dan akan disebutkan pada bagian
akhir akta ini: ------------------------------------
I. Nona Maria Bunga, lahir di Surabaya, pada
tanggal 15-02-1990 (lima belas Februari seribu
sembilan ratus sembilan puluh), Warga Negara
Indonesia, Swasta, bertempat tinggal di Kota
Jakarta Pusat, Jalan Bojong Nomor 10, Rukun
Tetangga 015, Rukun Warga 018, Kelurahan Duri
Pulo, Kecamatan Gambir, pemegang Kartu Tanda
Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan
3127000012679865;-------------------------------
II. Nyonya Melati Kusuma, lahir di Malang, pada
tanggal 05-03-1974 (lima Maret seribu sembilan
ratus tujuh puluh empat), Warga Negara
Indonesia, ibu rumah tangga, bertempat tinggal
di Kota Jakarta Pusat, Jalan Biji Salak Nomor
108, Rukun Tetangga 25, Rukun Warga 30,
Kelurahan Duri Pulo, Kecamatan Gambir, pemegang
Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor Induk
Kependudukan 3156541898760001;------------------
III. Tuan Burhan Sutejo, lahir di Surabaya, pada
tanggal 01-01-1970 (satu Januari seribu sembilan
ratus tujuh puluh), Warga Negara Indonesia,
Swasta, bertempat tinggal di Kota Jakarta Pusat,
Jalan Kebun Raya Nomor 25, Rukun Warga 15, Rukun
Tetangga 25, Kelurahan Klender, Kecamatan Duren
Sawit, pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan
Nomor Induk Kependudukan
3166254497250000;-------------
-Para Penghadap menerangkan terlebih dahulu:--------
-Bahwa para Penghadap masing-masing akan disebut
sebagai “sekutu” atau bersama-sama akan disebut
“para sekutu”, dengan ini sepakat untuk mendirikan
suatu Persekutuan Perdata (Burgelijk Maatschap)
dengan ketentuan-ketentuan atau anggaran dasar
sebagai
berikut;--------------------------------------------
---------------------- Pasal 1 ---------------------
Persekutuan ini bernama: “MARIA BUNGA AND PARTNERS”,
berkedudukan di Jakarta Pusat dan dapat membuka
cabang atau perwakilan di tempat lain, baik di dalam
maupun di luar wilayah Republik Indonesia,
sebagaimana ditetapkan bersama oleh para
sekutu;-----------------
---------------------- Pasal 2 ---------------------
Persekutuan Perdata ini didirikan pada tanggal 31-
05-2021 (tiga puluh satu Mei dua ribu dua puluh
satu) dan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan
lamanya;----
---------------------- Pasal 3 ---------------------
Maksud dan tujuan perusahaan ini adalah untuk
memberikan jasa-jasa berupa nasihat dan konsultasi
di bidang hukum dan lain-lain jasa yang serupa dalam
bidang satu dan lain dalam arti yang seluas-luasnya-
---------------------- Pasal 4 ---------------------
1. Persekutuan ini didirikan dengan modal uang
sebesar Rp3.000.000.000 (tiga Milyar
rupiah);------------
2. Untuk berjalannya Persekutuan, para sekutu telah
memasukkan ke dalam Persekutuan ini keahlian,
kerajinan tenaga kerja (nijverheid) dan lain-lain
kemampuan mereka;--------------------------------
3. Penambahan pemasukan modal uang selanjutnya oleh
setiap sekutu hanya dapat dilakukan atas
persetujuan sekutu lainnya;----------------------
4. Kecuali mengenai pemasukan berupa keahlian,
kerajinan dan tenaga kerja, tiap-tiap pemasukan
modal uang oleh masing-masing sekutu dicatat oleh
Persekutuan;------------------------------------
5. Selama Persekutuan ini berdiri atau pada waktu
pembubarannya, maka masing-masing sekutu
mempunyai hak dan kewajiban atas segala harta
benda Persekutuan, utang-utang maupun beban-beban
lain dari Persekutuan, masing-masing menurut
prosentase yang akan disepakati
tersendiri;-----------------
---------------------- Pasal 5 ---------------------
1. Persekutuan diurus oleh para teman atas
permufakatan bersama (tugas dan kewajiban masing-
masing diatur atas permufakatan bersama) mereka
dianggap masing-masing yang satu kepada yang lain
telah saling memberi kekuasaan untuk melakukan
tindakan-tindakan pengurusan;-–------------------
2. Untuk tindakan-tindakan pemilikan yaitu antara
lain:--------------------------------------------
a) untuk memperoleh atau memindahtangankan barang
tidak bergerak bagi atau kepunyaan persekutuan
b) untuk menjaminkan/ atau membebani kekayaan
persekutuan;----------------------------------
c) untuk meminjam atau meminjamkan atas nama
persekutuan;-----------------------------------
d) untuk mengikat persekutuan sebagai penjamin;
teman persekutuan harus selalu bertindak
bersama-sama atau persekutuan yang satu harus
mendapat persetujuan tertulis dari pada teman
persekutuan lainnya;---------------------------
---------------------- Pasal 6 ---------------------
Para teman persekutuan tidak diperkenankan untuk
mengasingkan atau membebani bagiannya dalam
persekutuan, demikian pun dalam penerimaan teman
persekutuan baru dalam persekutuan ini dan untuk itu
harus disetujui terlebih dahulu oleh semua teman
persekutuan. ---------------------------------------
---------------------- Pasal 7 ---------------------
1. Masing-masing teman persekutuan sewaktu-waktu
berhak mengundurkan diri dari persekutuan, asal
saja kehendaknya itu 2 (dua) bulan sebelumnya
diberitahukan dengan surat tersebut kepada para
teman persekutuan lainnya, dengan ketentuan bahwa
teman persekutuan yang bersangkutan harus
terlebih dahulu menyelesaikan pekerjaannya dan
kewajiban dalam jabatannya dan memberi laporan
terutama mengenai usaha-usaha
persekutuan;----------------
2. Dalam hal demikian, maka bagian dari teman
persekutuan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan
terhitung dari pengunduran diri itu sedang para
teman persekutuan yang tidak keluar berhak
sepenuhnya untuk melanjutkan semua usaha
persekutuan;-------------------------------------
3. Dalam hal tersebut ayat 2 maka teman sekutu yang
tinggal berhak mengambil alih bagian dalam
Persekutuan dari teman sekutu yang keluar, dengan
mengambil alih semua aktiva milik Persekutuan
dengan kewajiban bagi teman sekutu yang tinggal
untuk juga mengambil alih segala pasiva
Persekutuan dan selanjutnya membayarkan kepada
teman sekutu yang keluar semua hak-hak yang
diatur dalam ayat 4 di bawah
ini;------------------------------------
4. Kepada teman sekutu yang keluar dari Persekutuan
dikembalikan hak-hak yang terdapat dalam
Persekutuan;-------------------------------------
5. Sebaliknya dengan menerima hak-hak tersebut di
atas dalam ayat ini teman sekutu yang keluar
dengan ini sekarang untuk nantinya (nu voor als
dan) melepaskan segala haknya atas segala barang
tidak bergerak maupun bergerak milik Persekutuan
yang terdaftar atas nama pribadi, dengan
membebaskan Persekutuan dari segala tuntutan atas
pembayaran ganti kerugian dalam bentuk
apapun;--------------
---------------------- Pasal 8 ---------------------
1. Apabila salah satu teman persekutuan meninggal
dunia, maka teman persekutuan tersebut dianggap
telah mengundurkan diri terhitung mulai tanggal
meninggalnya;------------------------------------
2. Dalam hal demikian para teman persekutuan lainnya
wajib membayar kepada (para) ahli waris dari
teman persekutuan yang meninggal dunia itu
bagiannya dalam persekutuan menurut peraturan
yang ditetapkan dalam Pasal 2 ayat 3
diatas;----------
3. Bilamana disetujui oleh para teman persekutuan
lainnya para ahli waris dari teman persekutuan
yang meninggal dunia di dalam waktu 3 (tiga)
bulan terhitung dari hari meninggalnya teman
persekutuan yang bersangkutan, dapat menunjuk
satu orang dari antara mereka untuk melanjutkan
persekutuan ini;-
---------------------- Pasal 9 ---------------------
1. Tiap-tiap pada akhir bulan Desember, untuk
pertama kalinya pada akhir bulan Desember tahun
2021 (dua ribu dua puluh satu), buku-buku
persekutuan harus ditutup, dan selambat-lambatnya
5 (lima) bulan setelah tutup buku harus sudah
dibuat neraca dan perhitungan laba-rugi
persekutuan;---------------
2. Neraca dan perhitungan laba-rugi tersebut,
setelah disetujui oleh para teman persekutuan,
harus ditandatangani oleh para teman persekutuan
sebagai tanda pengesahannya, penandatanganan mana
berarti para teman persekutuan saling memberikan
pengesahan dan pembebasan tanggung jawab
sesamanya atas segala pekerjaan dan tindakan
masing-masing dalam jabatannya untuk tahun buku
bersangkutan;--
---------------------- Pasal 10 --------------------
1. Keuntungan bersih yaitu keuntungan setelah
dikurangi pajak-pajak, biaya-biaya, akan
dibagikan masing-masing untuk bagian yang sama
besarnya;---
2. Pembagian keuntungan akan dilakukan dalam waktu 1
(satu) bulan setelah neraca dan perhitungan laba-
rugi yang dimaksudkan dalam pasal 6 disahkan,
jika persekutuan menderita kerugian, maka
kerugian itu dapat ditutup dengan jalan menambah
atau mengurangi modal masing-masing dengan cara
seperti tersebut
diatas;------------------------------------------
---------------------- Pasal 11 --------------------
1. Apabila dianggap perlu dan atas persetujuan para
teman persekutuan, sebelum keuntungan itu
dibagikan kepada/antara teman persekutuan,
sebagian dari keuntungan itu dapat dipisahkan
untuk dana cadangan, yang besarnya akan
ditetapkan oleh dan atas persetujuan para teman
persekutuan, yang disediakan untuk menutup
kerugian apabila suatu tahun buku menunjukan
bahwa persekutuan menderita kerugian, sehingga
dengan demikian para teman persekutuan tidak
perlu menambah atau mengurangi modalnya masing-
masing untuk menggantikan kerugian itu, kecuali
jika dana cadangan tersebut tidak
cukup;-------------------------------------------
2. Dana cadangan termaksud adalah keuntungan yang
belum dibagikan kepada/antara para teman
persekutuan dan dapat dibagi bagikan sewaktu
waktu dianggap perlu oleh dan atas persetujuan
para teman
persekutuan;-------------------------------------
3. Selain termaksud untuk menutup kerugian, dana
cadangan tersebut dapat pula dipergunakan sebagai
modal pembantu menurut kebutuhan modal kerja
persekutuan, tetapi dengan ketentuan bahwa segala
keuntungan/kerugian yang diperoleh/ diderita
karenanya, harus dimasukkan dalam perhitungan
laba-rugi persekutuan;---------------------------
---------------------- Pasal 12 --------------------
Hal-hal yang belum atau tidak cukup diatur dalam
akta ini, akan diatur dan ditetapkan oleh para teman
persekutuan atas dasar persetujuan bersama;---------
---------------------- Pasal 13 --------------------
Untuk segala urusan mengenai akta ini dengan segala
akibatnya serta pelaksanaannya, maka para teman
persekutuan memilih tempat tinggal umum dan tetap
pada Kantor Panitera Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat;-----
-Para Penghadap saya, Notaris, kenal;----------------
----------------- DEMIKIAN AKTA INI -----------------
-Dibuat sebagai minuta dan diselesaikan di Jakarta
Pusat pada hari dan tanggal tersebut pada bahagian
awal akta ini dengan dihadiri oleh:------------------
1. Nona SASA, lahir di Jakarta, pada tanggal 10-01-
1995 (sepuluh Januari seribu sembilan ratus
sembilan puluh lima), Warga Negara Indonesia,
Swasta, bertempat tinggal di Kota Administrasi
Jakarta Pusat, Jalan Bila Nomor 05, Rukun Tetangga
004, Rukun Warga 003, Kelurahan Cideng, Kecamatan
Gambir, pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor
Induk Kependudukan:
3176123400006985;--------------------
2. Tuan BADRUN, lahir di Jakarta, pada tanggal 20-04-
1994 (dua puluh April seribu sembilan ratus
sembilan puluh empat), Warga Negara Indonesia,
Swasta, bertempat tinggal di Kota Administrasi
Jakarta Pusat, Jalan Kuantan Nomor 10, Rukun
Tetangga 003, Rukun Warga 001, Kelurahan Cideng,
Kecamatan Gambir, Pemegang Kartu Tanda Penduduk
dengan Nomor Induk Kependudukan 3111734419880000;-
-Keduanya pegawai kantor Notaris, yang saya, Notaris,
kenal, sebagai saksi-saksi;--------------------------
-Setelah Saya, Notaris, membacakan akta ini kepada
para Penghadap dan para saksi, maka segera para
Penghadap para Saksi dan saya, Notaris menandatangani
akta ini;-
-Dilangsungkan dengan tanpa
perubahan;----------------

Penghadap I Penghadap II Penghadap III


MARIA BUNGA MELATI KUSUMA BURHAN SUTEJO

Saksi Saksi

SASA BADRUN

Notaris di Jakarta Pusat

SOLIHIN, S.H., M.Kn


UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS
RINGKASAN MATERI PERSEROAN TERBATAS PERORANGAN

PA BHNPT
Kelas A
Kelompok 7

1. Aldian Kukuh Trisetyadi (2006496753)


2. Faiza Dianti (2006496993)
3. I Gede Yudi Arsawan (2006497131)
4. Indah Nur Avianty (2006497150)
5. Savitri Ramadhita (2006497503)
6. Diah Arini (2006549583)
7. Reizky Samara Putra (2006550250)
8. Rizky Ramadhany Wihardjo (2006550295)
9. Siti Athirah Zahra (2006550401)

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN
DEPOK
2021

A. Tujuan Pembentukan Perseroan Terbatas Perorangan

Perseroan Terbatas Perorangan merupakan bentuk Perseroan Terbatas yang dapat


didirikan oleh 1 (satu) orang, syarat jumlah pendiri tersebut berbeda dengan syarat pendirian
Perseroan Terbatas biasa sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Ayat (1) UUPT yang harus didirikan
oleh minimal 2 (dua) orang atau lebih. Perseroan Terbatas Perorangan hanya dapat didirikan oleh
orang, bukan badan hukum, apabila didirikan oleh badan hukum atau lebih dari 1 (satu) orang
maka syarat pendiriannya harus sesuai dengan UUPT.108

Pengertian mengenai Perseroan Terbatas Perorangan dapat ditemukan dalam Pasal 109
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja (selanjutnya disebut UU Cipta
Kerja) butir 5 yang menambah Pasal 153A Ayat (1) dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas (UUPT) yang berbunyi :

“Perseroan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro dan Kecil dapat didirikan oleh 1 (satu) orang”

Adapun dari pengertian tersebut maka pada dasarnya pembentukan Perseroan Terbatas
Perorangan ditujukan pada usaha Mikro Kecil dan Menengah sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2021 Tentang Modal Dasar Perseroan Serta Pendaftaran Pendirian,
Perubahan Dan Pembubaran Perseroan Yang Memenuhi Kriteria Untuk Usaha Mikro Dan Kecil
(selanjutnya disebut PP Nomor 8 Tahun 2021). Dari data kementerian Koperasi dan UMKM dari
tahun 2017/2018 ada sekitar 64 (enam puluh empat) juta jumlah Usaha Mikro Kecil dan
Menengah di Indonesia (UMKM) dan UMKM tersebut menguasai 99,99% pangsa pasar serta
juga menyumbang sekitar 60.3% dari total Produk Domestik Bruto di Indonesia dan menyerap
sekitar 97% tenaga kerja di Indonesia.109

Pembentukan Perseroan Terbatas Perorangan secara umum ditujukan untuk memudahkan


para pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya dan guna mendapatkan kepastian
hukum tanpa minimum modal yang harus disetorkan dalam perusahaan karena dalam Pasal 3
Ayat (2) PP Nomor 8 Tahun 2021 hanya ditentukan bahwa besaran modal dasar perseroan
ditentukan berdasarkan keputusan pendiri Perseroan, dengan kata lain sesuai kemampuan
pendirinya. Hal tersebut tentunya akan memberikan kesempatan lebih luas bagi masyarakat
untuk dapat memulai kegiatan usaha tanpa perlu khawatir harus memiliki modal yang cukup

108
“Pahami Ini Poin-Poin Penting Pendirian PT Perorangan.”
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt604c87bb647da/pahami--ini-poin-poin-penting-pendirian-pt-
perorangan?page=all. 13 Maret 2021.
109
“Potret UMKM Indonesia: Si Kecil yang Berperan Besar.” https://www.ukmindonesia.id/baca-artikel/62.
24 Juli 2018.
besar seperti pada pengaturan perseroan sebelumnya dalam Pasal 32 Ayat (1) UUPT yang
menentukan bahwa modal minimum perseroan terbatas adalah sebesar Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah).

Selain modal usaha, dalam pendirian Perseroan Terbatas Perorangan tidak diperlukan
akta Notaris yang terbilang cukup mahal, pendiri usaha yang merupakan Warga Negara
Indonesia hanya perlu membuat surat pernyataan pendirian yang dibuat dalam bahasa Indonesia
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6 Ayat (1) PP Nomor 8 Tahun 2021 dan selanjutnya
melakukan pendaftaran secara online pada laman website Kementerian Hukum Dan Hak Asasi
Manusia, dengan demikian maka pendiri dapat lebih menghemat biaya pembuatan akta pendirian
dan dapat mengalihkan dana untuk keperluan tersebut guna pengembangan kegiatan usaha
perseroan kedepannya.

Sebuah survey yang dibuat Bank Dunia untuk mengurutkan peringkat negara-negara
berdasarkan tingkat kemudahan berusahanya, beberapa indikator diantaranya, awal mulainya
bisnis (starting a business), urusan dengan izin konstruksi (dealing with construction permits),
perolehan listrik (getting electricity), pendaftaran properti (registering property), perolehan
kredit (getting credit), ada perlindungan investor minoritas (protecting minority investors).110
Salah satu indikator yang disoroti adalah kemudahan berusaha, ketika seseorang mau berusaha,
melihat apakah sulit untuk memulainya, mendapat izin usahanya, apakah harus mengeluarkan
biaya besar. Dari poin-poin yang memberatkan seseorang untuk memulai usaha ini pemerintah
memberikan solusi yaitu Perseroan Terbatas Perorangan.

Akses yang mudah tersebut diharapkan dapat membangun ekonomi sosial serta dapat
membuka lebih banyak lapangan pekerjaan guna mengurangi tingkat pengangguran dan
memberikan kesempatan bagi Pelaku Usaha Mikro untuk lebih mengembangkan usahanya
dengan tujuan akhir yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera.

Legalitas Perusahaan sangat penting bagi UMKM dalam menjalankan usahanya.


Perseroan Terbatas merupakan bentuk badan hukum yang cocok untuk memulai sebuah usaha
dikarenakan Perseroan Terbatas dilindungi oleh negara; memiliki tanggung jawab terbatas atas

110
“World Bank Rilis Peringkat Kemudahan Berusaha 2020, Ini Hasilnya.” https://news.ddtc.co.id/world-
bank-rilis-peringkat-kemudahan-berusaha-2020-ini-hasilnya-17558?page_y=2400. 24 Oktober 2019.
modal yang disetorkan; organ perusahaan memiliki peran yang terpisah; bidang usaha sangat
luas.111

B. Pendirian Perseroan Terbatas Perorangan

Mengacu pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas


(selanjutnya disebut UUPT), istilah perseroan didefinisikan sebagai badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas serta peraturan pelaksanaannya.

Adapun dengan adanya UU Cipta Kerja, definisi Perseroan Terbatas diubah melalui Pasal
109 butir 1 UU Cipta Kerja, dengan menambahkan definisi perseroan juga dapat berbentuk
badan hukum perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro dan Kecil (UMK), sehingga
setelah penambahan tersebut, definisi perseroan adalah badan hukum yang merupakan
persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham atau badan hukum perorangan yang memenuhi
kriteria Usaha Mikro dan Kecil sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
mengenai Usaha Mikro dan Kecil. Selanjutnya, perseroan yang masuk kategori badan hukum
perorangan yang memenuhi kriteria untuk UMK ini memiliki keunikan bahwa dapat didirikan
oleh hanya 1 (satu) orang pendiri (Pasal 109 UU Cipta Kerja butir 5 penambahan Pasal 153A
UUPT), dimana perseroan dengan satu orang pendiri tersebut lebih dikenal dengan istilah
Perseroan Terbatas Perorangan. Aturan lebih rinci dari Perseroan Terbatas Perorangan mengacu
pada PP Nomor 8 Tahun 2021.

Dengan begitu, masyarakat dapat mendirikan Perseroan Terbatas seorang diri dan
dijalankan sesuai dengan kriteria Usaha Mikro dan Kecil. Adapun perbedaan dengan Perseroan
Terbatas pada umumnya (yang mengacu pada UUPT), proses pendirian Perseroan Terbatas
Perorangan tidak membutuhkan akta pendirian, tetapi cukup menggunakan surat pernyataan
pendirian yang menggunakan bahasa Indonesia. Sedangkan tata cara memperoleh Status Badan
Hukum Perseroan Terbatas dimulai melalui pembuatan akta pendirian yang isinya memuat
anggaran dasar dan keterangan lain yang berkaitan dengan pendirian Perseroan Terbatas.
111
https://www.easybiz.id/9-keuntungan-mendirikan-pt-untuk-bisnis-anda/, diakses tanggal 12 Juni 2021.
Sedangkan terkait perolehan badan hukum dari Perseroan Terbatas Perorangan, didapat setelah
pendirian tersebut didaftarkan kepada Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia dan
mendapat sertifikat pendaftaran secara elektronik, hal tersebut berbeda dengan perolehan status
badan hukum untuk Perseroan Terbatas pada umumnya yang mendapatkan status badan hukum
pada tanggal terbitnya Keputusan Menteri Hukum dan HAM (Menkumham).

Perseroan Terbatas atau badan hukum perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
dan Kecil sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai Usaha Mikro dan
Kecil. Pada dasarnya, Pasal 109 angka 2 UU Cipta Kerja yang mengubah Pasal 7 Ayat (1) UU
Perseroan Terbatas memang menegaskan bahwa Perseroan Terbatas didirikan oleh 2 orang atau
lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia.

Terdapat pengecualian jumlah pendiri 2 orang atau lebih tersebut, tidak berlaku apabila :

a. Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara;


b. Badan Usaha Milik Daerah;
c. Badan Usaha Milik Desa;
d. Perseroan Terbatas yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan,
lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sesuai dengan Undang-
Undang tentang Pasar Modal; atau
e. Perseroan Terbatas yang memenuhi kriteria Usaha Mikro dan Kecil.

Adapun ketentuan Perseroan Terbatas yang memenuhi kriteria Usaha Mikro dan Kecil dapat
didirikan oleh 1 (satu) orang ditegaskan di dalam Pasal 109 angka 5 UU Cipta Kerja yang
mengubah Pasal 153A Ayat (1) UU Perseroan Terbatas.

Perseroan Terbatas yang memenuhi kriteria Usaha Mikro dan Kecil dan didirikan oleh 1
(satu) orang tersebut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2021 Tentang Modal Dasar
Perseroan Serta Pendaftaran Pendirian, Perubahan, dan Pembubaran Perseroan yang Memenuhi
Kriteria untuk Usaha Mikro dan Kecil (“PP 8/2021”) dikenal dengan istilah perseroan
perorangan112.

112
“Kemudahan Pendirian PT untuk Usaha Mikro dan Kecil”
.” https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt59253a2a37dfb/kemudahan-pendirian-pt-untuk-usaha-mikro-
dan-kecil. 25 Februari 2021.
Perseroan perorangan didirikan oleh Warga Negara Indonesia yang berusia paling rendah
17 tahun dan cakap hukum dengan mengisi Pernyataan Pendirian dalam bahasa Indonesia.
Adapun perseroan perorangan harus mengubah status badan hukumnya menjadi Perseroan
Terbatas apabila:

a. Pemegang saham menjadi lebih dari 1 orang; dan/atau


b. Tidak memenuhi kriteria Usaha Mikro dan Kecil sebagaimana diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai Usaha Mikro dan Kecil.

a. Modal

Pada Pasal 32 UUPT disebutkan bahwa minimal dari modal dasar sebesar Rp.
50.000.000,00 dalam UU Cipta Kerja disebutkan bahwa besaran dari modal dasar perseroan
ditentukan berdasarkan keputusan pendiri perseroan. Seperti yang tertuang dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 2016 Tentang Perubahan Modal Dasar Perseroan Terbatas, dalam
penjelasan umum disebutkan selain untuk mendorong pertumbuhan Usaha Mikro dan Kecil,
kebijakan pemerintah dalam memberikan kebebasan kepada para pendiri Perseroan Terbatas
untuk menentukan besaran modal dasar dimaksudkan sebagai upaya pemerintah untuk
menghormati asas kebebasan berkontrak yang memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada
masyarakat untuk mengadakan perjanjian dalam mendirikan Perseroan Terbatas berdasarkan
ketentuan dalam hukum perdata.

Dengan adanya ketentuan yang membebaskan para pendiri Perseroan Terbatas


Perorangan untuk menentukan modal dasarnya sendiri, sangat memudahkan Usaha Mikro dan
Kecil dalam hal mendapatkan status badan hukum sehingga dapat mendorong pertumbuhan
Usaha Mikro dan Kecil itu sendiri. Kemudahan berusaha yang digencarkan oleh pemerintah
untuk mendorong pertumbuhan Usaha Mikro dan Kecil juga dituangkan dalam ketentuan Pasal
109 UU Cipta Kerja butir 5 yang menambahkan Pasal 153A hingga Pasal 153J atas UUPT,
yaitu :

a. Perseroan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro dan Kecil dapat didirikan oleh 1
(satu) orang;
b. Pendirian Perseroan Usaha Mikro dan Kecil dilakukan berdasarkan Surat Pernyataan
Pendirian yang dibuat dalam bahasa Indonesia;
c. Kepemilikan saham Perseroan Usaha Mikro dan Kecil yang didirikan oleh 1 (satu)
orang dapat dialihkan kepada pihak lain;
d. Pemegang Saham Perseroan Usaha Mikro dan Kecil merupakan orang perseorangan;
e. Pendiri Perseroan hanya dapat mendirikan PT Usaha Mikro dan Kecil sejumlah 1
(satu) Perseroan Usaha Mikro dan Kecil dalam 1 (satu) tahun;
f. Direktur atau Direksi Perseroan Usaha Mikro dan Kecil wajib membuat laporan
keuangan;
g. Apabila modal Perseroan Usaha Mikro dan Kecil melebihi ketentuan kriteria UMK
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah, maka Perseroan Usaha Mikro dan Kecil harus mengubah statusnya
menjadi Perseroan;
h. Perseroan UMK dibebaskan segala biaya terkait pendirian badan hukum.

Perseroan Terbatas, semulanya hanya Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara atau
Perseorangan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga
penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Pasar Modal kini pengecualian tersebut ditambah juga dengan Perseroan yang memenuhi kriteria
untuk usaha mikro dan kecil. Pengecualian ini ditujukan untuk memberikan kemudahan berusaha
bagi para pengusaha dalam rangka memulai usahanya juga untuk meningkatkan investasi yang
akan mendorong pertumbuhan usaha mikro, kecil (UMK).

b. Akta Pendirian

Pendirian Perseroan Terbatas Perorangan hanya boleh dilakukan oleh Warga Negara
Indonesia (WNI). WNI tersebut harus berumur minimal 17 tahun dan telah cakap hukum (Pasal
6 PP Nomor 8 Tahun 2021). Oleh karena Perseroan Terbatas Perorangan untuk Usaha Mikro dan
Kecil dapat didirikan oleh 1 (satu) orang, maka pendiriannya tidak didasarkan perjanjian namun
berdasarkan Surat Pernyataan Pendirian yang dibuat dalam bahasa Indonesia, yang mana dibuat
tidak wajib dengan akta Notaris, hanya surat dibawah tangan saja. Berdasarkan Pasal 109 UU
Cipta Kerja butir 5 atas penambahan Pasal 153C dari UUPT, jika dikemudian hari terdapat
perubahan atas Surat Pernyataan Pendirian tersebut, maka perubahan ditetapkan oleh RUPS dan
diberitahukan secara elektronik kepada Menteri. Yang dimaksud dengan RUPS dalam UU Cipta
Kerja untuk perubahan surat pernyataan pendirian Perusahaan Terbatas Perorangan yaitu
keputusan pemegang saham Perseroan Terbatas Perorangan yang mempunyai kekuatan hukum
yang sama dengan RUPS (Pasal 8 Ayat 5 PP Nomor 8 Tahun 2021). Setelah mendapat keputusan
pemegang saham Perseroan Terbatas Perorangan kemudian diajukan kepada menteri secara
elektronik untuk mendapatkan Surat Pernyataan Perubahan.

Surat Pernyataan Pendirian Perseroan Terbatas Perorangan sebagaimana telah dijelaskan


di atas didaftarkan secara elektronik kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
(Menkumham) dengan mengisi format isian yang memuat :

a. Nama dan tempat kedudukan Perseroan Terbatas perseorangan;


b. Jangka waktu berdirinya;
c. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha;
d. Jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;
e. Nilai nominal dan jumlah saham;
f. Alamat Perseroaan Terbatas Perorangan; dan
g. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, nomor induk
kependudukan, dan nomor pokok wajib pajak dari pendiri sekaligus direktur dan
pemegang saham Perseroaan Terbatas perorangan.

Setelahnya, Perseroan Perorangan akan mendapatkan status badan hukum dengan mendapatkan
sertifikat pendaftaran secara elektronik (Pasal 6 PP Nomor 8 Tahun 2021).

C. Kepengurusan dan Pertanggungjawaban Perseroan Terbatas Perorangan

Prosedur pendirian PT bahwa berdasarkan Pasal 7 sampai dengan Pasal 14 UUPT


sebagaimana telah diubah dan diatur dalam UU Cipta Kerja.
PT didirikan oleh 2 orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam Bahasa
Indonesia dan dengan modal dasar Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta). PT dijalankan oleh organ
PT yang terdiri oleh direksi, dewan komisaris, dan RUPS. Prosedur pendirian PT sebagai
berikut:
a. Mempersiapkan Data PT yang berupa :

1) Mempersiapkan nama PT. Nama PT harus diajukan terlebih dahulu kepada


Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (Dirjen AHU) sebelum PT
berdiri. (Berdasarkan Pasal 5 PP Nomor 43 Tahun 2011 Tentang Tata Cara
Pengajuan dan Pemakaian Nama Perseroan Terbatas);
2) Tempat dan Kedudukan PT;
3) Maksud dan Tujuan PT. Maksud dan tujuan ini harus selaras dengan Klasifikasi
Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) terbaru;
4) Pengurus PT. Pengurus PT adalah Direksi dan Dewan Komisaris.

b. Membuat Akta Pendirian PT di Notaris

Data PT yang sudah disiapkan dapat diajukan untuk pembuatan akta pendirian PT di
notaris. Notaris akan memasukan data pendirian PT melalui Sistem AHU secara online
(Dirjen AHU). Sistem AHU ini sudah terintegrasi dengan sistem Online Single
Submission (OSS).

c. Pengesahan Status Badan Hukum PT

Bahwa dalam Pasal 7 Ayat (4) UUPT, “Perseroan memperoleh status badan hukum
pada tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum
perseroan”. Sedangkan berdasarkan Pasal 109 UU Cipta Kerja, “Perseroan memperoleh
status badan hukum setelah didaftarkan kepada Menteri dan mendapatkan bukti
pendaftaran”.

Berikut perbedaan Pasal 7 dan Pasal 32 dalam UUPT dengan UU Cipta Kerja :
UUPT UU Cipta Kerja (Pasal 109)

Pasal 7 Pasal 7
(1) Perseroan didirikan oleh 2 orang (1) Perseroan didirikan oleh 2 orang
atau lebih dengan akta notaris atau lebih dengan akta notaris yang
yang dibuat dalam Bahasa dibuat dalam Bahasa Indonesia.
Indonesia. (2) Setiap pendiri Perseroan wajib
(2) Setiap pendiri Perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat
mengambil bagian saham pada Perseroan didirikan.
saat Perseroan didirikan. (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud
(3) Ketentuan sebagaimana pada Ayat (2) tidak berlaku dalam
dimaksud pada Ayat (2) tidak rangka peleburan.
berlaku dalam rangka (4) Perseroan memperoleh status badan
peleburan. hukum setelah didaftarkan kepada
(4) Perseroan memperoleh status Menteri dan mendapatkan bukti
badan hukum pada tanggal pendaftaran.
diterbitkannya Keputusan (5) Setelah perseroan memperoleh
Menteri mengenai pengesahan status badan hukum dan pemegang
badan hukum Perseroan. saham menjadi kurang dari 2 orang
(5) Setelah Perseroan memperoleh dalam jangka waktu paling lama 6
status badan hukum dan bulan terhitung sejak keadaan
pemegang saham menjadi tersebut, pemegang saham yang
kurang dari 2 orang dalam bersangkutan wajib :
jangka waktu paling lama 6 a. Mengalihkan sebagian
bulan terhitung sejak keadaan sahamnya kepada orang lain;
tersebut pemegang saham yang atau
bersangkutan wajib b. Perseroan mengeluarkan
mengalihkan sebagian saham baru kepada orang lain.
sahamnya kepada orang lain (6) Dalam hal jangka waktu
atau perseroan mengeluarkan sebagaimana dimaksud pada Ayat
saham baru kepada orang lain. (5) telah dilampaui, pemegang
(6) Dalam hal jangka waktu saham tetap kurang dari 2 orang :
sebagaimana dimaksud pada a. Pemegang saham bertanggung
Ayat (5) telah dilampaui, jawab secara pribadi atas
pemegang saham tetap kurang segala perikatan dan kerugian
dari 2 orang, pemegang saham Perseroan; dan
bertanggung jawab secara b. Atas permohonan pihak yang
pribadi atas segala perikatan berkepentingan, pengadilan
dan kerugian Perseroan, dan negeri dapat membubarkan
atas permohonan pihak yang Perseroan tersebut.
berkepentingan, pengadilan (7) Ketentuan yang mewajibkan
negeri dapat membubarkan Perseroan didirikan oleh 2 orang
Perseroan tersebut. atau lebih sebagaimana dimaksud
(7) Ketentuan yang mewajibkan pada Ayat (1), Ayat (5), serta Ayat
Perseroan didirikan oleh 2 (6) tidak berlaku bagi :
orang atau lebih sebagaimana a. Persero yang seluruh
dimaksud pada Ayat (1), dan sahamnyadimiliki oleh Negara;
ketentuan pada Ayat (5), serta b. Badan Usaha Milik Daerah;
Ayat (6) tidak berlaku bagi : c. Badan Usaha Milik Desa;
a. Persero yang seluruh d. Perseroan yang mengelola
sahamnya dimiliki oleh bursa efek, lembaga kliring
Negara; atau dan penjamin, lembaga
b. Perseroan yang mengelola penyimpanan dan
bursa efek, lembaga kliring penyelesaian, dan lembaga lain
dan penjaminan, lembaga sesuai dengan UU Pasar
penyimpanan dan Modal; atau
penyelesaian, dan lembaga e. Perseroan yang memenuhi
lain sebagaimana diatur kriteria untuk Usaha Mikro dan
dalam UU Pasar Modal. Kecil.
(8) Usaha Mikro dan Kecil
sebagaimana dimaksud pada Ayat
(7) Huruf e merupakan Usaha
Mikro dan Kecil sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-
undangan mengenai Usaha Mikro
dan Kecil.

Pasal 32 Pasal 32
(1) Modal dasar Perseroan paling (1) Perseroan wajib memiliki modal
sedikit Rp.50.000.000,- (lima dasar Perseroan.
puluh juta rupiah). (2) Besaran modal dasar Perseroan
(2) Undang-Undang yang sebagaimana dimaksud Ayat (1)
mengatur kegiatan usaha ditentukan berdasarkan keputusan
tertentu dapat menentukan pendiri Perseroan.
jumlah minimum modal (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
Perseroan yang lebih besar modal dasar perseroan diatur dalam
daripada ketentuan modal dasar Peraturan Pemerintah.
sebagamana dimaksud pada
ayat (1).
(3) Perubahan besarnya modal
dasar sebagaimana dimaksud
pada Ayat (1), ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.

Pertanggungjawaban Perseroan Terbatas Perorangan

Pasal 109 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja)
mendefinisikan Perseroan Terbatas sebagai badan hukum yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham atau Badan Hukum perorangan yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro dan Kecil. Organ perseroan sendiri mengacu kepada pasal yang sama dijabarkan terdiri
dari 3 organ, yaitu RUPS, Direksi, dan Dewan Komisaris. Dalam tulisan kali ini kami akan
berfokus terhadap salah satu organ Perseroan yaitu direksi.

Pasal 109 UU Cipta Kerja sendiri memberikan pengertian direksi sebagai Organ
Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk
kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan,
baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Dalam
kewenangannya mengurus perusahaan tentu ada tanggung jawab yang harus diembannya.
Walaupun Perseroan pada esensi merupakan Badan Hukum yang memiliki pertanggungjawaban
terpisah dengan organnya, namun terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan direksi dalam
kedudukannya tetap bertanggung jawab atas tindakan dan akibat hukum dari perseroan yang
dipimpinnya. Kondisi tersebut antara lain113 :

a. Dalam hal pembelian kembali saham oleh perseroan maka Direksi secara tanggung
renteng bertanggung jawab atas kerugian yang diderita pemegang saham yang
beritikad baik, yang timbul akibat pembelian kembali yang batal karena hukum.
Pertanggungjawaban tersebut tertera jelas dalam Pasal 37 Ayat (3) Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UUPT);
b. Dalam hal laporan keuangan yang disediakan tidak benar atau menyesatkan maka
anggota direksi juga bertanggung jawab terhadap pihak yang dirugikan (Pasal 69
Ayat (3) UUPT). Peraturan tersebut kini juga berlaku terhadap direktur perusahaan
perorangan untuk usaha mikro dan kecil sesuai dengan bunyi Pasal 109 UU Cipta
Kerja;
c. Dalam hal telah dilakukan pembagian keuntungan (dividen) terlebih dahulu dengan
persetujuan Dewan Komisaris sebelum berakhirnya tahun buku Perseroan, namun
pada akhir tahun buku diketahui dan terbukti Perseroan mengalami kerugian,
sehingga direksi wajib menarik seluruh keuntungan yang telah dibagikan sebelumnya
dan dalam hal pemegang saham tidak mengembalikan keuntungannya maka direktur
harus bertanggung jawab menutupi kerugian tersebut secara tanggung renteng (Pasal
72 Ayat (6) UUPT).

113
www.elson.co.id “Pertanggungjawaban Direksi Dalam Perseroan Terbatas dan Perseroan Perorangan:
Bagaimana Pengaturannya dalam UU Cipta Kerja dan UU Perseroan Terbatas? Diakses pada tanggal 8-06-2021
Pukul 11.26 WIB.
d. Dalam hal anggota direksi atau direktur lalai atau dinyatakan bersalah dalam
menjalankan tugasnya mengurus perseroan dengan memperhatikan prinsip
pertanggungjawaban dan kemampuan pengurus (fiduciary duties) dan itikad baik dari
yang bersangkutan maka ia harus bertanggung jawab secara pribadi dan
menghilangkan sifat tanggung jawab terbatas Perusahaan (Pasal 95 Ayat (5) UUPT).
e. Dalam hal anggota direksi tidak menjalankan kewajibannya untuk melakukan
pelaporan terhadap saham yang dimiliki anggota direksi yang bersangkutan dan/atau
keluarganya dalam perseroan dan perseroan lain untuk dicatat dalam daftar khusus,
dan hal tersebut menimbulkan kerugian bagi perseroan. Maka ia harus bertanggung
jawab atas kerugian perseroan (Pasal 101 Ayat (2) UUPT).
f. Dalam hal kepailitan yang diakibatkan karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan
harta di budel pailit tidak mencukupi membayar seluruh kewajiban Perseroan, maka
Direksi wajib untuk bertanggung jawab atas kekurangan tersebut secara pribadi, perlu
menjadi catatan bahwa tanggung jawab tersebut juga berlaku juga untuk yang pernah
menjabat sebagai anggota direksi dalam jangka waktu 5 tahun sebelum, putusan pailit
(Pasal 104 Ayat (2) UUPT).

Beberapa waktu lalu pemerintah pun resmi mengesahkan UU Cipta Kerja yang
didalamnya mengatur mengenai bentuk badan hukum baru yaitu Perseroan Perorangan bagi
pelaku usaha mikro dan kecil untuk mengubah ketentuan dalam UUPT. Oleh karena itu perlu
diperhatikan bahwa ketentuan-ketentuan dalam UUPT juga berlaku terhadap direktur dari
Perseroan Perorangan dengan pengecualian dan teknis pelaksanaan yang akan dijabarkan lebih
lanjut dalam Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Modal Dasar dan PT UMK yang hingga
saat ini masih dalam proses perumusan. Namun, pada pokoknya direksi harus memperhatikan
tiga kepentingan dalam pengelolaan perseroan yaitu Kepentingan Perseroan Kepentingan Pihak
Ketiga beritikad baik yang berhubungan hukum dengan perseroan contohnya adalah para
kreditur, dan kepentingan pemegang saham perseroan itu sendiri.
UNIVERSITAS INDONESIA

PERSEKUTUAN PERDATA NOTARIS


TUGAS MATA KULIAH BADAN HUKUM NON PERSEROAN TERBATAS

KELAS A

KELOMPOK 8

Christin Novalia Simanjuntak - 2006496904

Chrisya Nadine Immanuela - 2006496910

Fidela Faustina - 2006497024

Maghfira Humaira - 2006497232

Rahma Madania - 2006497415

Sheila Erika Suredja - 2006497522

Muhammad Akbar Syawal - 2006550036

Nicholas Ardyanto -2006550130

FAKULTAS HUKUM PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN

DEPOK 

JUNI 2021
1. Karakteristik dan Bentuk Persekutuan Perdata Notaris

Pasal 1618 KUHPerdata menyatakan bahwa definisi persekutuan berdasar kepada


perjanjian yang dibuat oleh dua orang atau lebih yang saling mengikatkan diri yaitu
memasukkan sesuatu (inbreng) ke dalam persekutuan dengan tujuan mencari keuntungan.
Berdasarkan definisi tersebut maka persekutuan perdata memiliki unsur-unsur
antara lain sebagai berikut:114
a. Pembentukan persekutuan didasar atas perjanjian timbal balik
b. Adanya inbreng yang artinya masing-masing sekutu diwajibkan memasukkan uang,
barang/kerajinannya ke dalam perseroan yang mana inbreng dapat berupa uang,
barang maupun tenaga.
c. Memiliki tujuan untuk membagi keuntungan dengan orang-orang yang terlibat.
Selain unsur-unsur tersebut diatas terdapat unsur (essentialia) tambahan, yaitu
dapat berupa aktivitas, hak menentukan dan kedudukan yang sama.
Notaris menjalankan jabatannya dalam bentuk persekutuan perdata ditemui dalam
Pasal 20 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN), bahwa notaris dapat
menjalankan jabatannya dalam bentuk persekutuan perdata dengan tetap memperhatikan
kemandirian dan ketidakberpihakan dalam menjalankan jabatannya, UUJN tidak
memberikan definisi mengenai persekutuan perdata notaris yang dimaksud. 115
Persekutuan perdata notaris kemudian disebut perjanjian kerja sama antara para notaris
dalam menjalankan jabatannya masing-masing sebagai notaris dengan memasukkan
semua keperluan baik berupa tenaga kerja ataupun modal untuk mendirikan dan
mengurus serta dengan bergabung dalam satu kantor bersama notaris.
Persekutuan perdata notaris yang diatur dalam UUJN adalah persekutuan perdata
yang bertujuan tidak menjalankan perusahaan dalam artian komersil, para notaris yang
tergabung dalam persekutuan perdata notaris sebagai pejabat umum yang menjalankan
profesi yang demban sebagai tanggung jawab pekerjaan, keuntungan bukan menjadi
bagian atau orientasi dalam menjalankan profesinya. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa
dalam kata lain, kantor bersama persekutuan perdata notaris yang terjadi hanya antara
pribadi-pribadi yang melakukan jabatannya saja. Dimana, dalam bentuk ini notaris tidak

114
Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, buku kedua, (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2010), hlm. 21.

Indonesia, Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang
115

Jabatan Notaris, UU No. 2 Tahun 2014, LN No. 3 Tahun 2014, TLN No. 5491, Ps. 20.

1
mengutamakan modal dan keuntungan namun masing-masing notaris yang tergabung
tersebut tetap bertindak untuk diri sendiri dan persekutuan perdata hanya bertujuan untuk
bersama-sama berada dalam kantor yang sama.

Didalam praktek persekutuan perdata notaris dikonsepkan sebagai bentuk


kerjasama dimana dua atau lebih notaris menyewa satu gedung dan menempatinya
bersama-sama, dengan pembagian ruangan-ruangan dalam gedung tersebut sebagai
kantor dari masing-masing notaris dalam persekutuan perdata tersebut. 116
Dengan ini, klien diharapkan secara bebas memilih notaris mana dalam gedung
tersebut yang akan digunakan jasanya sehingga hubungan antara notaris dengan pihak
lain merupakan hubungan secara pribadi demikian juga pertanggungjawabannya.
Persekutuan perdata notaris hanya diatur dalam Pasal 20 UUJN saja, dan
bentuknya pun juga hanya berdasarkan perjanjian, baik perjanjian dengan akta otentik
maupun di bawah tangan, hal ini akan menyebabkan adanya ketidakpastian hukum.
Sedangkan menurut Utrecht, kepastian hukum mengandung dua pengertian, yaitu
pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa
yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa keamanan hukum bagi individu
dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu
individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara
terhadap individu.
Perjanjian persekutuan perdata harus memuat kepastian dan kemanfaatan dan
keadilan. Isi dari perjanjian persekutuan perdata notaris semestinya berisi dan memuat:
a. Notaris yang diangkat menjadi teman sekutu haruslah yang sudah di sumpah untuk
menjalankan jabatannya;
b. Klausula mengenai hak dan kewajiban masing-masing sekutu;
c. Tanggung jawab teman sekutu kepada pihak ketiga;
d. Klausula mengenai pemasukan dan modal.
Dengan adanya aturan mengenai bagaimana perjanjian persekutuan perdata notaris
seharusnya dibuat maka akan tercipta kepastian hukum.

2. Bentuk Persekutuan Perdata Notaris

116
Tan Thong Ke, Serba-Serbi Praktek Notaris, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2000), hlm. 149.

2
Persekutuan perdata umumnya didasarkan atas perjanjian yang dibuat oleh
sekutunya, para sekutu memasukan inbreng untuk kepentingan modal persekutuan dan
pembagian keuntungan berdasarkan inbreng yang dimasukan dalam persekutuan tersebut.
Sebagaimana persekutuan perdata pada umumnya, persekutuan perdata memiliki sekutu
aktif yaitu sekutu yang bertanggung jawab atas persekutuan dan sekutu pasif yaitu sekutu
yang hanya sebatas inbreng dalam persekutuan. Dalam prakteknya, persekutuan perdata
notaris dianggap sebagai bentuk kerjasama dimana dua atau lebih notaris menyewa satu
gedung dan menempatinya bersama-sama, dengan pembagian ruangan-ruangan dalam
gedung tersebut sebagai kantor dari masing-masing notaris dalam persekutuan perdata
tersebut. Para Notaris dapat saling berbagi ilmu dan pengalaman. Pengalamannya tersebut
kiranya dapat saling membangun antar notaris dan dapat memberikan pelayanan terbaik
kepada publik. Klien dapat memilih secara bebas memilih Notaris mana dalam gedung
tersebut yang akan digunakan jasanya. Para notaris yang tergabung dalam persekutuan
tersebut dapat mempunyai komputer sendiri-sendiri dan dapat juga mempunyai satu
fasilitas baik komputer atau alat-alat kantor secara bersama-sama. Hubungan dengan
pihak lain merupakan hubungan secara pribadi para notaris demikian juga pertanggung
jawaban mereka secara pribadi juga. Persekutuan Perdata Notaris merupakan hak atau
kesempatan bagi para notaris, namun para notaris harus mengikuti ketentuan yang diatur
dalam KUHPerdata dan KUHD ataupun yang nantinya akan digariskan atau diatur oleh
Ikatan Notaris Indonesia (INI).
Bentuk persekutuan perdata notaris harus mengacu kepada pasal 1618
KUHPerdata karena pada dasarnya karakteristik persekutuan perdata notaris sama dengan
ketentuan mengenai persekutuan perdata dalam pasal tersebut. 117 Adapun persekutuan
perdata terbentuk dengan suatu perjanjian yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan perdata dengan
maksud mencari keuntungan. Notaris adalah pejabat umum negara yang memiliki tugas
untuk membuat alat bukti yang sah maka hal ini juga akan berkaitan dengan persekutuan
perdata notaris yang pada awal pendiriannya menggunakan perjanjian dengan akta
otentik. Perjanjian persekutuan perdata harus memuat kepastian dan kemanfaatan dan
keadilan. Isi dari perjanjian persekutuan perdata notaris semestinya berisi dan memuat:
a. Notaris yang diangkat menjadi teman sekutu haruslah yang sudah di sumpah untuk
menjalankan jabatannya;
b. Klausula mengenai hak dan kewajiban masing-masing sekutu;
c. Tanggung jawab teman sekutu kepada pihak ketiga;
117
Ina Zakhina. “Karakteristik dan Bentuk Persekutuan Perdata Notaris,” (Makalah Program Studi
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang, 2016), hlm. 17.

3
d. Klausula mengenai pemasukan dan modal.118
Kepastian hukum dapat tercipta ketika aturan mengenai perjanjian persekutuan
perdata notaris dibuat sebagaimana seharusnya. Menurut Utrecht, kepastian hukum
mengandung dua pengertian, yaitu pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat
individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua,
berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan
adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh
dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu.
Berbeda dengan persekutuan perdata yang menjalankan suatu perusahaan, para
notaris yang bergabung dalam persekutuan perdata notaris memasukkan ke dalam
persekutuan berupa benda-benda. Benda-benda tersebut dapat berupa mesin fotokopi
untuk bersama, computer, dan biaya-biaya yang menjadi tanggungan bersama. Modal
yang dimasukkan ke dalam persekutuan perdata notaris adalah benda-benda atau biaya-
biaya yang dipergunakan untuk kepentingan kantor bersama. Pasal 1618 KUHPerdata
menyebutkan bahwa dalam persekutuan salah satu tujuannya adalah membagi
keuntungan yang diperoleh karenanya, hal ini tidak berarti bahwa tidak sepenuhnya
persekutuan perdata notaris mengambil keuntungan dari persekutuan tersebut. Pasal 36
UUJN telah mengatur mengenai honorarium seorang notaris dimana notaris memperoleh
honorarium atas pekerjaan jasa hukum yang diberikan sesuai dengan kewenangannya dan
besarnya honorarium juga sudah ditentukan oleh UUJN. Keuntungan yang diperoleh pada
persekutuan perdata notaris adalah hanya sebatas penggunaan gedung dan fasilitas secara
bersama-sama, sehingga hal ini dapat menghemat biaya. Perjanjian persekutuan perdata
notaris juga harus memenuhi asas- asas perjanjian.

3. Penerapan Prinsip-Prinsip Pengaturan Persekutuan Perdata Dalam KUHPerdata


Terhadap Persekutuan Perdata Notaris

Adapun penerapan unsur-unsur persekutuan perdata dalam KUHPerdata terhadap


persekutuan perdata yang dapat dibentuk oleh notaris antara lain sebagai berikut:
a. Adanya pemasukan (inbreng)

Berdasarkan Pasal 1619 Ayat (2) KUHPerdata, ditentukan bahwa masing-


masing sekutu diwajibkan memasukkan uang, barang-barang lain atau pun
kerajinannya ke dalam perseroan.119 Dalam KUHPerdata ditegaskan bahwa
kesanggupan setiap sekutu memberi inbreng kepada persekutuan, apabila belum

Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), (Jakarta: Penerbit
118

Toko Gunung Agung, 2002), hlm. 82-83.

4
diserahkan pada saat pendirian, menjadi utang dari sekutu yang bersangkutan yang
wajib diserahkan sesuai dengan waktu yang disepakati. Inbreng tesebut dalam
persekutuan perdata notaris adalah untuk kepentingan dan manfaat bersama para
sekutu dalam operasional kantor bersama persekutuan tersebut.
b. Ada tujuan untuk mencari keuntungan

Berdasarkan Pasal 1618 KUHPerdata, maatschap merupakan suatu


perjanjian antara dua orang atau lebih yang mengikatkan diri untuk memeroleh
keuntungan.120 Akan tetapi, tujuan untuk mencari keuntungan dari persekutuan
perdata yang diatur dalam KHPerdata tidak dapat diterapkan dalam persekutuan
perdata yang beranggotakan profesi notaris. Hal ini karena profesi notaris
didasarkan pada semangat kesediaan untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat, serta lebih mendahulukan pelayanan daripada imbalan (pendapatan).
Ini artinya Notaris mendahulukan apa yang harus dikerjakan dan kepuasan klien,
bukan berapa bayaran yang diterima. Pelayanan itu diperlukan karena Notaris
memerlukan keahlian profesional, bukan amatiran. Seorang profesional selalu
bekerja dengan baik, benar, dan adil. Baik artinya teliti, tidak asal kerja, tidak
sembrono. Benar artinya diakui oleh profesi yang bersangkutan, dan adil artinya
tidak melanggar hak orang lain. Sedangkan mengenai imbalan, dengan sendirinya
akan dipenuhi secara wajar apabila klien merasa puas dengan pelayanan yang
diperolehnya.121
c. Ada pembagian keuntungan

Persekutuan perdata bertujuan untuk mencari keuntungan atau laba,


kemudian dibagi di antara mereka, dan sama sekali tidak diperbolehkan
memperjanjikan bahwa keuntungan hanya dinikmati oleh salah seorang sekutu
(Pasal 1635 Ayat (1) KUHPerdata). Jadi pembagian keuntungan pada persekutuan
mutlak dilakukan menurut asas keseimbangan, yaitu sebanding dengan inbreng
masing-masing anggota.122 Keuntungan yang diperoleh pada persekutuan perdata

119
Winner Sitorus dan Hasbir Paserangi, "Persekutuan Perdata Notaris Berdasarkan Undang-
Undang Jabatan Notaris," Riau Law Journal Vol. 2 No.1 (Mei 2018), hlm. 45.

120
Ari Wahyudi Hertanto, Kantor Hukum, Pendirian Dan Manajemennya (Teori dan Praktik),
(Jakarta: Sinar Grafika, 2016), hlm.5.

121
Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia, (Yogyakarta: UII PRESS, 2009),
hlm.28
Winner Sitorus dan Hasbir Paserangi, "Persekutuan Perdata Notaris Berdasarkan Undang-
122

Undang Jabatan Notaris", hlm. 48.

5
notaris adalah hanya sebatas penggunaan gedung dan fasilitas secara bersama-
sama, sehingga menghemat biaya. Namun hal tersebut tergantung pada
kesepakatan notaris-notaris yang bersangkutan, selama tidak melanggar peraturan
perundang-undangan, kode etik dan sumpah jabatan notaris. 123

4. Praktek Persekutuan Perdata Notaris

Dalam prakteknya persekutuan perdata notaris dapat dilihat sebagai suatu bentuk
kerja sama yang terjadi dimana dua ataupun lebih notaris yang akan menyewakan sebuah
kantor atau gedung yang sama dan termasuk menempati bangunan tersebut bersama-sama
dengan membagi ruangan pada masing-masing notaris dalam persekutuan perdata. Hal
tersebut menunjukan bahwa notaris-notaris tersebut berada pada satu wilayah kerja/
jabatan yang sama sehingga klien dapat memilih secara bebas dengan siapa dia mau
menggunakan jasa notaris.124 Persekutuan perdata juga dapat terbentuk dari
penggabungan notaris yang pindah dari satu daerah kedaerah yang lain dengan notaris
yang sudah ada di daerah tersebut dan menjadi sekutu sehingga tidak terdapat notaris
baru dan notaris senior. Akan tetapi, notaris pindahan tersebut juga harus memperhatikan
ketentuan-ketentuan dari wilayah atau daerah yang menjadi tujuannya karena terdapat
beberapa persyaratan yang mungkin diperlukan seperti telah menjalani jabatannya selama
tiga tahun dan lainnya.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam praktek persekutuan perdata notaris adalah
kerahasiaan yang harus dijaga sebagai notaris sebagaimana diatur dalam Pasal 16
Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN). 125 Kerahasiaan terhadap segala sesuatu yang
berkaitan dengan akta yang dibuatnya maupun keterangan yang diperoleh untuk membuat
akta tersebut sangat diperlukan walaupun ada persekutuan perdata notaris. 126 Oleh karena
itu, notaris-notaris tersebut harus tetap menjaga protokolnya masing-masing. Hal ini perlu
dilakukan walaupun notaris-notaris tersebut berada pada kantor yang sama. Berdasarkan
Pasal 20 ayat (1) UUJN untuk para Notaris yang telah menjalankan suatu jabatan dalam
suatu bentuk persekutuan perdata dengan memperhatikan suatu kemandirian dan tidak
adanya keberpihakkan dalam menjalani jabatannya. 127
123
ibid.
124
Debora Natalia Christie dan Steviedacosta&partners, “Kepastian Hukum Mekanisme Kerja
Persekutuan Perdata Notaris Berkaitan Dengan Pembuatan Akta,” Acta Comitas Volume 4 Nomor 2 (2
Oktober 2018), hlm. 307.
125
Ibid., hlm. 308.
126
Indonesia, Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
tentang Jabatan Notaris, UU No. 2 Tahun 2014, LN No. 3 Tahun 2014, TLN No. 5491, Ps. 16.
127
Ibid., Ps. 20 ayat (1).

6
Pada hakikatnya persekutuan perdata bertujuan untuk membagi keuntungan. 128
Akan tetapi, dalam prakteknya persekutuan perdata notaris tidak terdapat pembagian
keuntungan dari para notaris tetapi keuntungan tetap sendiri-sendiri. Oleh karena itu,
berlaku ketentuan Pasal 36 UUJN yang menyatakan bahwa notaris berhak menerima
honorarium atas jasa hukum yang diberikan sesuai dengan kewenangannya. 129 Selain hal
tersebut, notaris juga berkewajiban membantu secara cuma-cuma untuk mereka yang
tidak mampu memberikan honorarium kepada notaris. Batasan mampu atau tidak mampu
ini notaris sendiri yang menilainya.

128
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgelijk Wetboek], diterjemahkan oleh R. Subekti dan
R. Tjtrosudibio (Jakarta: Balai Pustaka, 1992), Ps. 1618.
129
Indonesia, Undang-Undang Jabatan Notaris, UU No. 2 Tahun 2014, Ps. 36.

7
PENDIRIAN PERSEKUTUAN PERDATA NOTARIS

NOMOR : 22

-Pada hari ini, Senin, tanggal 02-01-2021---------------

(dua Januari dua ribu dua puluh satu), pukul------------

11.00 WIB (sebelas Waktu Indonesia Bagian Barat);-------

-Berhadapan dengan saya, MAGHFIRA HUMAIRA,--------------

Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris-----------

berkedudukan di Jakarta Selatan, dengan dihadiri--------

oleh saksi-saksi yang akan disebut pada bagian----------

akhir akta ini dan telah dikenal oleh saya,-------------

Notaris :-----------------------------------------------

I. Nona RAHMA MADANIA, lahir di Jakarta, pada---------

tanggal 10-12-1990 (sepuluh Desember seribu--------

sembilan ratus sembilan puluh), Swasta, Warga------

Negara Indonesia, bertempat tinggal di Kota--------

Jakarta Selatan, Jalan Pancoran Timur IX-----------

Nomor 18, Rukun Tetangga 004, Rukun Warga 011,-----

Kelurahan Pengadegan, Kecamatan Pancoran,----------

pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan---------------

Nomor Induk Kependudukan 32.73.02.101290.0001;-----

-menurut keterangannya menjabat sebagai------------

Notaris di Kota Jakarta Selatan berdasarkan--------

Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi--------

Manusia tanggal 04-01-2017 (empat Januari dua------

ribu tujuh belas) Nomor: C-370.HT.04.01-Th.2017;--------

II. Tuan MUHAMMAD AKBAR SYAWAL, lahir di Makassar,-

pada tanggal 06-02-1990 (enam Februari seribu------

sembilan ratus sembilan puluh), Swasta,------------

Warga Negara Indonesia, bertempat tinggal----------

di Kota Jakarta Selatan, Jalan Tebet Barat---------


Nomor 22, Rukun Tetangga 012, Rukun Warga----------

019, Kelurahan Tebet Barat, Kecamatan Tebet,-------

pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan---------------

Nomor Induk Kependudukan 32.73.02.060290.0001;

-menurut keterangannya menjabat sebagai------------

Notaris di Kota Jakarta Selatan berdasarkan--------

Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi--------

Manusia tanggal 05-01-2017 (lima Januari dua-------

ribu tujuh belas) Nomor: C-371.HT.05.01-Th.2017;--------

III. Tuan NICHOLAS ARDYANTO, lahir di Jakarta,----------

pada tanggal 26-10-1990 (dua puluh enam------------

Oktober seribu sembilan ratus sembilan-------------

puluh), Swasta, Warga Negara Indonesia,------------

bertempat tinggal di Kota Jakarta Selatan,---------

Jalan Wijaya I Nomor 33, Rukun Tetangga 011,-------

Rukun Warga 012, Kelurahan Petogogan,--------------

Kecamatan Kebayoran Baru, pemegang Kartu-----------

Tanda Penduduk dengan Nomor Induk------------------

Kependudukan 32.73.02.261090.0001;----------------

-menurut keterangannya menjabat sebagai------------

Notaris di Kota Jakarta Selatan berdasarkan--------

Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi--------

Manusia tanggal 06-01-2017 (enam Januari dua-------

ribu tujuh belas) Nomor: C-372.HT.06.01-Th.2017;--------

-Para penghadap telah dikenal oleh saya, Notaris.-------

-Para penghadap dalam kedudukan tersebut di-------------

atas, bersama ini menerangkan terlebih dahulu-----------

bahwa:--------------------------------------------------

- bahwa bersama para penghadap tersebut di--------------

atas (selanjutnya masing-masing disebut pula---------------------------------------


“Teman Serikat”) dalam menjalankan jabatan------------------------------------

Mereka selaku notaris di Kota Bandung-------------------------------------------

bermaksud untuk bergabung dalam satu kantor-----------------------------------

bersama dalam bentuk Persekutuan Perdata---------------------------------------

sebagaimana dimaksud dalam dalam Peraturan-----------------------------------

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik-------------------------------

Indonesia tentang Persyaratan Menjalankan---------------------------------------

Jabatan Notaris dalam Bentuk Persekutuan----------------------------------------

Perdata Nomor M.HH.1.AH.02.12 Tahun 2010-----------------------------------

(selanjutnya disebut pula “Permen”).-----------------------------------------------

- bahwa para Teman Serikat tersebut bermaksud-----------------------------------------

untuk mengatur lebih lanjut kewenangan hak-------------------------------------------

dan kewajiban mereka masing-masing di------------------------------------------------

dalam Persekutuan Perdata tersebut.-----------------------------------------------------

Berhubung dengan apa yang tersebut diatas, maka-------------------------------------------

para penghadap dalam kedudukan mereka tersebut------------------------------------------

diatas dengan ini mendirikan Persekutuan Perdata-------------------------------------------

(selanjutnya disebut pula “Persekutuan) dengan----------------------------------------------

memakai ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat----------------------------------------------

sebagai berikut:-----------------------------------------------------------------------------------

------------- NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN --------------------------------------

---------------------- PASAL 1 -------------------------------------------------------------------

Persekutuan ini bernama “Persekutuan Perdata Notaris

RAKNI dan Rekan” berkedudukan dan berkantor bersama---------------------------------

di Jalan Metro Alam II Nomor 23 Kota Jakarta----------------------------------------------

Selatan.---------------------------------------------------------------------------------------------

-------- TANGGAL PENDIRIAN DAN JANGKA WAKTU ---------------------------

---------------------- PASAL 2 -------------------------------------------------------------------

Persekutuan ini didirikan pada hari ini dan akan---------------------------------------------

berlangsung untuk jangka waktu 2 (dua) tahun.----------------------------------------------


----------------- TUJUAN PERSEKUTUAN -----------------------------------------------

----------------------- PASAL 3 ----------------------------------------------------------------

Persekutuan ini bertujuan untuk:--------------------------------------------------------------

1. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di---------------------------------------

bidang kenotariatan;-----------------------------------------------------------------------

2. Meningkatkan pengetahuan dan keahlian Teman--------------------------------------

Serikat; dan---------------------------------------------------------------------------------

3. Efisiensi biaya pengurusan kantor.--------------------------------------------------------

----------- PEMASUKAN DALAM BENTUK KERJA ---------------------------------

--------------------- PASAL 4 ------------------------------------------------------------------

1. Para Teman Serikat akan memasukan seluruh daya

(kemampuan) kerja mereka.-------------------------------------------------------------

2. Tagihan yang muncul atau pembayaran yang------------------------------------------

diperoleh dari fungsi-fumgsi ikutan/turutan--------------------------------------------

tidak akan diambil atau dimasukkan ke dalam-----------------------------------------

Perserikatan dan akan tetap menjadi-----------------------------------------------------

hak/tanggungan pribadi teman serikat---------------------------------------------------

tersebut.-------------------------------------------------------------------------------------

3. Teman serikat wajib memberitahukan kepada teman---------------------------------

serikat lainnya fungsi-fungsi ikutan/turutan apa---------------------------------------

yang diembannya sebelum perserikatan ini---------------------------------------------

didirikan maupun yang setelah pendirian.----------------------------------------------

4. Fungsi-fungsi ikutan/turutan dibawah ini-----------------------------------------------

dilarang untuk diterima seorang Teman Serikat---------------------------------------

tanpa mendapatkan persetujuan terlebih dahulu---------------------------------------

dari Teman Serikat lainnya:--------------------------------------------------------------

I. Fungsi-fungsi ikutan/turutan yang tidak------------------------------------------

mungkin diemban tanpa resiko bahwa:-------------------------------------------

a. Waktu yang tersita sedemikian besar----------------------------------------

sehingga tugas sehari-hari yang dapat---------------------------------------


diharapkan dari seorang notaris tidak----------------------------------------

mungkin dapat terpenuhi, sedangkan fungsi--------------------------------

ikutan/turutan tersebut tidak memberikan-----------------------------------

pemasukan memadai bagi perserikatan;-------------------------------------

Kepentingan Perserikatan dengan itu akan----------------------------------

dirugikan.-----------------------------------------------------------------------

II. Fungsi-fungsi yang bersifat politis.-------------------------------------------

5. Para teman serikat akan mengatur sendiri waktu--------------------------------------

libur diantara mereka.---------------------------------------------------------------------

----------------- PEMASUKAN MODAL ---------------------------------------------------

--------------------- PASAL 5 ------------------------------------------------------------------

Didalam pembukan Perserikatan akan dibuatkan-------------------------------------------

rekening modal terpisah di dalam mana akan-----------------------------------------------

dicatatkan sebgai pemasukan apa yang oleh Teman---------------------------------------

Serikat dibawa masuk sebagai modal--------------------------------------------------------

Perserikatan;-------------------------------------------------------------------------------------

1. Rekening modal dari setiap teman serikat harus---------------------------------------

memiliki saldo yang sama, terkecuali ditentukan lain oleh teman serikat.---------

2. Saldo awal dari rekening modal untuk--------------------------------------------------

masing-masing Teman Serikat berjumlah----------------------------------------------

Rp. 300.000.000 (tigaratus juta rupiah).------------------------------------------------

3. Perubahan atas pemasukan modal dilakukan oleh-------------------------------------

Teman Serikat melalui kesepakatan bersama-------------------------------------------

dengan memperhatikan penyelenggaraan kebijakan-----------------------------------

keuangan yang baik.-----------------------------------------------------------------------

---------- TAHUN BUKU DAN REKENING TAHUN ---------------------------------

--------------------- PASAL 6 ------------------------------------------------------------------

1. Tahun buku akan sama dengan kalender. Tahun---------------------------------------

buku pertama akan berakhir pada tanggal----------------------------------------------

02-01-2022 (dua Januari dua ribu dua puluh dua).


2. Tiap tahunnya akan dibuatkan rekening------------------------------------------------

tahunan.-------------------------------------------------------------------------------------

3. Tagihan pribadi masing-masing Teman Serikat----------------------------------------

seperti iuran keanggotaan profesi berkenaan-------------------------------------------

dengan kewajiban yang terutang dari Teman-------------------------------------------

Serikat. --------------------------------------------------------------------------------------

4. Rekening tahunan akan dibuat dan ditetapkan-----------------------------------------

bersama-sama dengan para teman serikat,----------------------------------------------

dalam jangka waktu enam bulan setelah------------------------------------------------

berlalunya tahun buku yang bersangkutan----------------------------------------------

ditandatangani oleh semua teman--------------------------------------------------------

serikat.---------------------------------------------------------------------------------------

5. Para teman serikat apabila menganggap perlu-----------------------------------------

akan menunjuk akuntan terdaftar yang akan-------------------------------------------

memeriksa (mengaudit) rekening tahunan dan-----------------------------------------

memberikan laporan berkenaan dengan hasil------------------------------------------

pemeriksaannya tersebut.-----------------------------------------------------------------

Jika penetapan tersebut tidak terjadi dalam jangka-----------------------------------------

waktu sembilan bulan setelah berlalunya tahun buku--------------------------------------

yang bersangkutan, maka dianggap ada perselisihan---------------------------------------

diantara para Teman Serikat, sedemikian sehingga----------------------------------------

ketentuan Pasal 16 akan berlaku.-------------------------------------------------------------

----------------- SISA HASIL USAHA ------------------------------------------------------

--------------------- PASAL 7 ------------------------------------------------------------------

1. Apabila Perserikatan meminjam uang dari Bank,--------------------------------------

maka dari sisa hasil usaha tercatat dalam-----------------------------------------------

rekening tahunan, pertama-tama akan dibayarkan-------------------------------------

bunga atas nilai terutang dari rekening modal------------------------------------------

tahun buku yang bersangkutan dari tiap Teman----------------------------------------

Serikat.--------------------------------------------------------------------------------------
2. Sisa hasil usaha yang kemudian tersisa, sama-------------------------------------------

juga dengan kerugian akan dibagi pro rata-----------------------------------------------

diantara teman serikat.----------------------------------------------------------------------

3. Selama teman serikat tidak mampu bekerja, ia------------------------------------------

akan tetap wajib menanggung biaya kantor---------------------------------------------

bersama sesuai/sebanding dengan modal yang------------------------------------------

dimasukannya.-------------------------------------------------------------------------------

4. Setelah penetapan tahun buku, maka ke dalam-----------------------------------------

rekening pribadi para Teman Serikat akan-----------------------------------------------

disetorkan bagian mereka atas pembagian sisa -----------------------------------------

hasil usaha.-----------------------------------------------------------------------------------

5. Mendahului penetapan sisa hasil usaha dari tahun

buku yang lalu dan berkenaan dengan sisa hasil----------------------------------------

usaha yang diharapkan dari tahun buku yang-------------------------------------------

sedang berjalan.-----------------------------------------------------------------------------

------------ KEWENANGAN TEMAN SERIKAT ---------------------------------------

--------------------- PASAL 8 ------------------------------------------------------------------

Masing-masing teman serikat bertindak untuk dan-----------------------------------------

atas nama Perserikatan, dengan tidak mengurangi-----------------------------------------

hak Teman Serikat untuk menolak tindakan------------------------------------------------

pengurusan yang dilakukan oleh Teman Serikat--------------------------------------------

lainnya, namun dengan pembatasan bahwa persetujuan-----------------------------------

terlebih dahulu dari para teman serikat akan------------------------------------------------

dipersyaratkan sebagai berikut:---------------------------------------------------------------

a. Menerima tenaga kerja untuk kantor bersama;----------

b. Melakukan investasi atas nama persekutuan;-----------

c. Memperoleh atau memindahtangankan barang-barang------

bergerak atau tidak bergerak milik-------------------

Persekutuan;-----------------------------------------

d. Membuat perjanjian kerja sama;-----------------------


e. Menggunakan cara lain atau mengakihiri---------------

penggunaan benda-benda tidak bergerak;---------------

f. Meminjam atau meminjamkan uang atas nama-------------

Persekutuan;-----------------------------------------

g. Menjadi borg;----------------------------------------

h. Membebani kekayaan Persekutuan;----------------------------------------------------

i. Menerima teman serikat baru;-----------------------------------------------------------

---------- HAK DAN KEWAJIBAN TEMAN SERIKAT ------------------------------

--------------------- PASAL 9-------------------------------------------------------------------

1. Para teman serikat dapat atas kesepakatan----------------------------------------------

bersama mengasuransikan diri terhadap risiko:----------------------------------------

a. Tanggung jawab profesi;-------------------------------------------------------------

b. Tanggung gugat menurut perundang-undangan-----------------------------------

pada umumnya;------------------------------------------------------------------------

c. Biaya pengobatan;--------------------------------------------------------------------

d. Ketidakmampuan kerja.--------------------------------------------------------------

2. Premi dari asuransi sebagaimana dimaksud dalam------------------------------------

ayat (1) sub a adalah atas tanggungan---------------------------------------------------

persekutuan.--------------------------------------------------------------------------------

3. Para teman serikat berhak:----------------------------------------------------------------

a. Menggunakan barang milik Persekutuan sesuai-----------------------------------

dengan peruntukkannya;-------------------------------------------------------------

b. Melihat catatan pembukuan dan laporan-------------------------------------------

keuangan atas pengurusan kantor bersama.----------------------------------------

4. Setiap teman serikat wajib menjalankan jabatan---------------------------------------

notaris sesuai Undang-Undang Jabatan Notaris,---------------------------------------

Sumpah/Janji Jabatan Notaris, peraturan-----------------------------------------------

perundang-undangan lainnya dan Kode Etik-------------------------------------------

Notaris.--------------------------------------------------------------------------------------

----------- TANGGUNG JAWAB TEMAN SERIKAT ---------------------------------


--------------------- PASAL 10------------------------------------------------------------------

Para teman serikat bertanggungjawab atas:--------------------------------------------------

a. Semua akta yang dibuat oleh atau dihadapan-------------------------------------------

teman serikat termasuk semua dokumen------------------------------------------------

dan/atau protokol berada dalam penyimpanan-----------------------------------------

teman serikat;-------------------------------------------------------------------------------

b. Semua akta yang dibuat oleh atau dihadapan-------------------------------------------

teman serikat termasuk pula dokumen dan/atau---------------------------------------

protokol yang berada dalam penyimpanannya-----------------------------------------

sebelum teman serikat mengikat dirinya dalam----------------------------------------

persekutuan ini;----------------------------------------------------------------------------

c. Laporan keuangan persekutuan.----------------------------------------------------------

-------- BERAKHIRNYA SEBAGAI TEMAN SERIKAT ----------------------------

-------------------- PASAL 11-------------------------------------------------------------------

Notaris akan berakhir sebagai teman serikat dalam - persekutuan karena:--------------

a. Berhenti atau diberhentikan dengan hormat--------------------------------------------

sebagai notaris;---------------------------------

b. Diberhentikan sementara sebagai notaris;---------

c. Pindah kedudukan notaris, atau ------------------

d. Atas permintaan sendiri.------------------------------------------------------------------

------------ PERUBAHAN AKTA PENDIRIAN -----------------------------------------

-------------------- PASAL 12-------------------------------------------------------------------

Perubahan akta pendirian persekutuan terjadi------- karena:------------------------------

a. Perubahan jangka waktu berdirinya Persekutuan;---

b. Perubahan nama Persekutuan;----------------------

c. Perubahan teman serikat;-------------------------

d. Perubahan isi akta pendirian perserikatan.-------

------------- PEMBUBARAN PERSEKUTUAN ------------------------------------------

-------------------- PASAL 13-------------------------------------------------------------------


1. Persekutuan bubar karena:----------------------------------------------------------------

a. Lampaunya waktu yang diperjanjikan;-----------

b. Pengakhiran oleh salah satu sekutu;-----------

c. Pengakhiran berdasarkan alasan yang sah;------

d. Selesainya perbuatan;-------------------------

e. Hancurnya benda yang menjadi objek------------

persekutuan; dan------------------------------

f. Kematian salah satu sekutu. ------------------

2. Penghentian harus disampaikan secara tertulis----------------------------


kepada Teman serikat dengan memerhatikan-------------------------------
jangka waktu untuk menyampaikan------------------------------------------
laporan/pemberitahuan.-------------------------------------------------------

-------- HAK UNTUK MELAKUKAN PENGAMBILALIHAN ---------------------

-------------------- PASAL 14-------------------------------------------------------------------

Hak yang disebutkan dalam ketentuan Pasal 13 untuk-------------------------------------

melakukan pengambilalihan terdiri dari hak untuk-----------------------------------------

membagikan semua aset Perserikatan tidak-------------------------------------------------

tercakup dalam akta, protokol, dokumen termasuk-----------------------------------------

arsip-arsip dan pekerjaan yang sedang berjakan--------------------------------------------

lainnya dari teman serikat lainnya dengan---------------------------------------------------

kewajiban menanggung atas rekening sendiri semua--------------------------------------

kewajiban dan utang perserikatan dan menyerahkan---------------------------------------

dengan alas hak umum kepada teman serikat-----------------------------------------------

lainnya atau yang mendapatkan hak darinya------------------------------------------------

terdiri atas:---------------------------------------------------------------------------------------

1. Saldo dari rekening modalnya;-----------------------------------------------------------

2. Saldo aktiva dari rekening pribadinya;--------------------------------------------------

3. Ganti rugi untuk pekerjaan-pekerjaan berjalan----------------------------------------

yang ditangani teman serikat yang mengambil-----------------------------------------

alih pada waktu pembuatan perserikatan.-----------------------------------------------


--------------------- LIKUIDASI --------------------------------------------------------------

--------------------- PASAL 15------------------------------------------------------------------

1. Dalam hal perserikatan dibubarkan, maka teman ---

serikat yang masih ada wajib melakukan ---------- penyelesaian dan pemberesan

perserikatan---------------------------------------------------------------------------------

sesuai dengan peraturan perundang-undangan-----------------------------------------

yang berlaku.-------------------------------------------------------------------------------

2. Dalam hal Perserikatan dibubarkan dan terhadap-------------------------


hasil usaha maupun kerugian perserikatan----------------------------------
tidak dilakukan pengambilalihan oleh salah--------------------------------
seorang teman serikat notaris atas ketentuan--------------------------------
Pasal 14, maka perserikatan akan dilikudiasi-------------------------------
oleh teman serikat yang memiliki hak untuk--------------------------------
melakukan pengambilalihan dan jika hak ini-------------------------------
tidak pada para teman serikat, maka likuidasi------------------------------
akan dilakukan oleh teman serikat-------------------------------------------
bersama-sama. ------------------------------------------------------------------

------------------- PERSELISIHAN ----------------------------------------------------------

--------------------- PASAL 16------------------------------------------------------------------

Semua perselisihan yang mungkin muncul diantara----------------------------------------

para teman serikat atau penerima hak mereka atas-----------------------------------------

dasar alas hak umum berkenaan dengan perjanjian-----------------------------------------

perserikatan ini ataupun kesepakatan lainnya yang-----------------------------------------

muncul darinya, akan diselesaikan secara---------------------------------------------------

musyawarah untuk mufakat. -------------------------

----------------- DEMIKIAN AKTA INI --------------------

-Dibuat sebagai minuta dan dilangsungkan di-------------

Jakarta Selatan, Jalan Panglima Polim Raya Nomor--------

3D, pada hari, tanggal, bulan, tahun dan----------------

waktu sebagaimana tersebut pada awal akta ini,----------


dengan dihadiri oleh :----------------------------------

1. Tuan ARDYANTO, Sarjana Hukum, lahir di Jakarta,-- - - - -

pada tanggal 20-07-1990 (dua puluh Juli seribu-------

sembilan ratus sembilan puluh), Warga Negara---------

Indonesia, Karyawan Swasta, bertempat tinggal--------

di Jakarta Selatan, Jalan Pelita Nomor 3,------------

Rukun Tetangga 005, Rukun Warga 007, Kelurahan-------

Cipete Selatan, Kecamatan Cilandak, pemegang---------

Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor Induk--------------

Kependudukan 31.73.02.200790.6001;-------------------

2. Nona CELINE, Sarjana Hukum, lahir di Jakarta,--------

pada tanggal 02-01-1992 (dua Januari seribu----------

sembilan ratus sembilan puluh dua), Warga Negara- - - - -

Indonesia, Karyawan Swasta, bertempat tinggal--------

di Jakarta Selatan, Jalan Harapan Nomor 10,----------

Rukun Tetangga 005, Rukun Warga 007, Kelurahan-------

Cipete Selatan, Kecamatan Cilandak, pemegang---------

Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor Induk--------------

Kependudukan 31.73.02.020192.6003;-------------------

-Ke-2 (dua) nya pegawai Kantor saya, Notaris, yang------

saya, Notaris kenal sebagai saksi-saksi;----------------

-Segera setelah akta ini saya, Notaris bacakan----------

kepada para penghadap dan saksi-saksi, maka akta--------

ini ditandatangani oleh para penghadap,-----------------

saksi-saksi dan saya, Notaris serta untuk---------------

memenuhi ketentuan Pasal Ayat 1 huruf c-----------------

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun---------

2004 tentang Jabatan Notaris yang telah diubah----------

dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor-----------

2 Tahun 2014, maka para penghadap membubuhkan-----------


sidik jari pada lembaran tersendiri untuk---------------

dilekatkan pada minuta akta ini. -----------------------

-Dilangsungkan dengan tanpa perubahan.------------------

PARA PENGHADAP

Rahma Akbar
RAHMA MADANIA MUHAMMAD

AKBAR SYAWAL

Nichola
NICHOLAS ARDYANTO

SAKSI-SAKSI

Ardyanto Celine
ARDYANTO, S.H CELINE, S.H.

NOTARIS DI JAKARTA SELATAN

Maghfira
Humaira
MAGHFIRA HUMAIRA, S.H., M.Kn.

Anda mungkin juga menyukai