Oleh :
KELOMPOK 1
Dosen Pengampu:
Mohammad Fajri Mekka Putra, S.H., M.Kn.
1
Chatamarassjid, Tujuan Sosial Yayasan dan Kegiatan Usaha Bertujuan Laba (Bandung: PT Citra
Aditya Bhakti, 2000), hlm. 5.
2
Hendry Combell Black, Black’s Law Dictionary, Cet. 2 (ST Paul Minestotta USA, West Publishing
Co,t.th), hlm. 45.
perbuatan hukum, yang tidak mempunyai anggota dan bertujuan untuk melaksanakan
tujuan yang tertera dalam statistic yayasan dengan dana yang dibutuhkan untuk itu.3
Di dalam Undang-Undang Yayasan, pengertian yayasan termuat dalam Pasal 1
angka 1 yang menyebutkan bahwa, “Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas
kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di
bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.”4
Berdasarkan pengertian di atas, dapat diidentifikasikan beberapa unsur penting
dari yayasan, yaitu:5
1. Yayasan adalah sebuah badan hukum;
2. Yayasan didirikan atau dibentuk dari kekayaan yang dipisahkan dari
kekayaan pendirinya;
3. Tujuan yayasan bersifat idiil yang mencakup bidang sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan;
4. Kegiatan yayasan bersifat non komersial (nirlaba); dan
5. Yayasan tidak mempunyai anggota.
3
Chatama Rasjid, Tujuan Sosial Yayasan dan Kegiatan Usaha Bertujuan Laba, Cet. I. (Bandung: PT
Citra Ditya Bakti, 2001), hlm. 6.
4
Indonesia, Undang-Undang tentang Yayasan, UU No. 16 Tahun 2001, LN No. 112 Tahun 2001, TLN
No. 4132, ps. 1 angka 1.
5
Mulhadi, Hukum Perusahaan: Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia, Cet 1 (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2017), hlm. 297.
dan yurisprudensilah bersama-sama yang menetapkan aturan itu. Ditinjau dari cara
pendiriannya tersebut, maka jenis yayasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu yayasan
yang didirikan oleh penguasa atau pemerintah termasuk Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan yayasan yang didirikan oleh
orang perorangan atau swasta. Yayasan yang didirikan oleh pemerintah sebelum
keluarnya Undang-Undang Yayasa, ada yang didirikan hanya dengan Surat
Keputusan dari pejabat yang berwenang untuk itu dan ada yang didirikan dengan akta
notaris.
Setelah terbitnya Undang-Undang Yayasan, status yayasan sebagai badan
hukum menjadi terang, dimana dalam undang-undang tersebut secara langsung
disebutkan bahwa yayasan merupakan badan hukum. Hal tersebut terdapat di dalam
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Yayasan yang bunyinya telah diuraikan di atas.
Undang-Undang Yayasan dengan tegas menyebutkan bahwa yayasan memiliki tujuan
tertentu, yaitu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan.
Meskipun merupakan suatu badan hukum nirlaba, tetapi yayasan boleh atau
dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya
dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu badan usaha. 6
Kegiatan Usaha yang dimaksud dapat dilakukan sesuai ketentuan yang terurai dalam
Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Yayasan yang menyatakan bahwa yayasan dapat
melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya
dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam badan usaha. 7 Lebih
jelasnya, di dalam penjelasan Pasal 3 ayat (1) ini tercantum penegasan bahwa yayasan
tidak dibenarkan sebagai wadah usaha secara langsung, tetapi harus melalui badan
usaha yang didirikannya atau melalui badan usaha lain dimana yayasan menyertakan
kekayaannya.8
Yayasan boleh atau dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang
pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut
serta dalam suatu badan usaha.9 Kegiatan Usaha yang dimaksud dapat dilakukan
sesuai ketentuan yang terurai dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Yayasan yang
menyatakan bahwa yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang
pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut
6
Ibid., hlm. 297.
7
Indonesia, Undang-Undang tentang Yayasan,... Ps. 3 ayat (1).
8
Ibid., Penjelasan Ps. 3 ayat (1).
9
Mulhadi, Hukum Perusahaan: Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia,… hlm. 297.
serta dalam badan usaha.10 Lebih jelasnya, di dalam penjelasan Pasal 3 ayat (1) ini
tercantum penegasan bahwa yayasan tidak dibenarkan sebagai wadah usaha secara
langsung, tetapi harus melalui badan usaha yang didirikannya atau melalui badan
usaha lain dimana yayasan menyertakan kekayaannya.11
13
Indonesia, Undang-Undang tentang Yayasan,... Ps. 3 ayat (2).
14
Ibid., Ps. 5 ayat (2).
terpisah. Yayasan selaku pendiri badan usaha pasti akan selalu memperhatikan kondisi
badan usahanya, karena keuntungan yang diperoleh dari badan usaha sebagiannya
akan menjadi kekayaan yayasan yang akan dipergunakan untuk membiayai kegiatan
yayasan. Meskipun merupakan lembaga yang terpisah, Pasal 7 ayat (2) Undang-
Undang Yayasan melarang dengan tegas kepada anggota pembina, pengurus dan
pengawas yayasan untuk merengkap menjadi anggota direksi, pengurus, atau anggota
dewan komisaris dari badan usaha yang didirikan yayasan.15 Larangan ini bertujuan
untuk menghindari benturan waktu dalam menjalankan tugas antara yayasan dan
badan usaha karena adanya kecenderungan orang untuk lebih mengurusi badan usaha.
Kedudukan yayasan sebagai badan hukum yang tidak mencari keuntungan
didukung oleh ketentuan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib. Daftar
Perusahaan. Undang-undang tersebut mengatur bahwa setiap perusahaan wajib untuk
melakukan pendaftaran perusahan di Departemen Perdagangan, dan jika tidak
dilakukan pendaftaran maka akan ada akibat hukum terhadap perusahaan yang
bersangkutan. Sedangkan bagi yayasan, karena bukan merupakan badan usaha atau
perusahaan, maka apabila tidak dilakukan pendaftaran maka tidak akan berakibat
hukum apa-apa. Yayasan hanya cukup melakukan pengumuman dalam Tambahan
Berita Negara setelah anggaran dasarnya mendapat pengesahan dari Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia (HAM).
Menurut Budi Untung ciri-ciri yayasan sebagai suatu entitas hukum sebagai
berikut:16
a. Eksistensi yayasan sebagai entitas hukum di Indonesia belum berdasarkan pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Pengakuan yayasan sebagai badan hukum belum ada dasar yuridis yang tegas
berbeda halnya dengan PT, Koperasi dan badan hukum yang lain;
c. Yayasan dibentuk dengan memisahkan kekayaan pribadi pendiri untuk tujuan
nirlaba, untuk tujuan religius, sosial keagamaan, kemanusiaan dan tujuan-tujuan
idiil yang lain;
d. Yayasan didirikan dengan akta notans atau dengan surat keputusan pejabat yang
bersangkutan dengan pendirian yayasan;
e. Yayasan tidak menuhi anggota dan tidak dimiliki oleh siapapun, namun
mempunyai pengurus atau organ untuk merealisasikan tujuan yayasan;
15
Ibid., Ps. 7 ayat (2).
16
Budi Untung, Reformasi Yayasan dalam Perpekpektif Manajemen, (Yogyakarta: Andi Offset, 2002),
hal. 4.
f. Yayasan mempunyai kedudukan yang mandiri, sebagai akibat adanya kekayaan
terpisah dan kekayaan pribadi pendiri atau pengurusnya dan mempunyai tujuan
sendiri beda atau lepas dan tujuan pribadi pendiri atau pengurus;
g. Yayasan diakui sebagai badan hukum seperti haInya orang yang berarti diakui.
sebagai subjek hukum mandiri yang dapat menyandang hak dan kewajiban
mandiri, didirikan dengan akta dan didaftarkan di Kantor Kepaniteraan Pengadilan
Negeri setempat;
h. Yayasan dapat dibubarkan oleh Pengadilan apabila tujuan yayasan bertentangan
dengan hukurn dapat dilikuidasi dan dapat dinyatakan pailit.
D. Organ Yayasan
Sebagai sebuah badan hukum, yayasan mempunyai suatu badan yang
membentuk kehendaknya dengan perantara alat-alat atau organ-organ badan
tersebut.17 Segala tindakan dari yayasan diwakilkan oleh organ-organ pengurusnya,
sehingga apa yang diputuskan oleh organ tersebut adalah keputusan yayasan itu.
Pasal 2 Undang-Undang Yayasan menyebutkan:
“Yayasan mempunyai organ yang terdiri dari pembina, pengurus dan pengawas.”18
Berikut uraian mengenai organ-organ tersebut:
1. Pembina
Pada umumnya pembina adalah pendiri yayasan tersebut,
namun ada kemungkinan pembina dapat diangkat oleh rapat pembina
jika calon pembina tersebut dinilai dapat mempunyai dedikasi yang
tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan.
Pembina adalah organ yayasan yang mempunyai kewenangan
yang tidak diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh Undang-
Undang Yayasan atau anggaran dasar yayasan.19
Kewenangan yang dimaksud di atas meliputi:
a. Mengenai perubahan anggaran dasar;
b. Pengangkatan dan pemberhentian anggota pengurus dan
anggota pengawas;
17
Chaidir Ali, Badan Hukum (Bandung: Alumni, 1997), hlm. 32.
18
Indonesia, Undang-Undang tentang Yayasan,… Ps. 2.
19
Ibid., Ps. 2 ayat (1).
c. Penetapan kebijakan umum yayasan berdasarkan anggaran
dasar yayasan;
d. Penyelesaian program kerja dan rancangan anggaran tahunan
yayasan;
e. Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau
pembubaran yayasan.
Meskipun pembina mengangkat pengurus dan pengawas,
pembina tidak boleh mencampuri urusan pengurus dan pengawas. Hal
ini sesuai dengan ketentuan Pasal 29 Undang-Undang Yayasan, yang
berbunyi:
“Anggota pembina tidak boleh merangkap sebagai anggota
pengurus dan/atau anggota pengawas. Demikian juga ketentuan Pasal
31 ayat 3 juncto Pasal 40 ayat (4).”20
2. Pengurus
Pengurus adalah organ dalam yayasan yang melaksanakan
kegiatan atau pengurusan yayasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
31 ayat (1) Undang-Undang Yayasan. Guna menjalankan kegiatan
pengurus, maka organ pengurus terbagi atas:
a. Ketua;
b. Sekretaris; dan
c. Bendahara.
Karena pengurus diberikan wewenang untuk menjalankan
kegiatan yayasan, maka pengurus bertanggung jawab untuk
kepentingan dan tujuan yayasan.
Ada 2 (dua) kelompok perbuatan hukum yang dilakukan oleh
pengurus yayasan, yaitu perbuatan hukum sebelum yayasan disahkan
sebagai badan hukum, dan perbuatan hukum yang dilakukan pengurus
setelah yayasan memperoleh status badan hukum. Kedua perbuatan
hukum yang dilakukan oleh pengurus yayasan tersebut memiliki
konsekuensi atau tanggung jawab hukum yang berbeda. Bila selama
masa sebelum yayasan disahkan sebagai badan hukum terdapat
perbuatan-perbuatan hukum yang sudah terlanjur dilakukan oleh
20
Ibid., Ps. 29.
pengurus atas nama yayasan, maka perbuatan-perbuatan hukum itu
menjadi tanggung jawab pengurus secara tanggung renteng.21
3. Pengawas
Pengawas adalah organ dalam yayasan yang diberikan tugas
untuk melaksanakan pengawasan serta memberi nasehat kepada
pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan. Pengawas dalam
melaksanakan tugasnya wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung
jawab menjalankan tugas untuk kepentingan yayasan.
E. Kegiatan Usaha
Kegiatan usaha yayasan adalah untuk menunjang pencapaian maksud dan
tujuannya, yaitu suatu tujuan yang bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan.
Menurut Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001
Tentang Yayasan menyebutkan bahwa :
“(1)Yayasan dapat melahrkan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian
maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta
dalam suatu badan usaha.
(2) Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada pembina,
pengurus dan Pengawas.”22
21
Ibid., Ps. 13A.
22
Ibid., ps. 3.
(5) Penelitian Dibidang Ilmu Pengetahuan;
(6) Studi Banding, dll.
b. Keagamaan
(1) Mendirikan Sarana Ibadah;
(2) Mendirikan Pondok Pesantren;
(3) Menerima dan Menyalurkan Zakat, Infaq, dan Sadaqah;
(4) Meningkatkan Pemahaman Keagamaan;
(5) Melaksanakan Syiar Agama, dll.
c. Kemanusiaan
(1) Memberikan Bantuan Kepada Korban Bencana Alam;
(2) Memberikan Bantuan Kepada Pengungsi Akibat Perang;
(3) Memberikan Bantuan Kepada Tuna Wisma, Fakir Miskin dan Gelandangan;
(4) Mendirikan dan Menyelenggarakan Rumah Singgah dan Rumah Duka;
(5) Memberikan Perlindungan Konsumen;
(6) Melestarikan Lingkungan hidup, dll.
F. Kekayaan Yayasan
Menurut Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2001 Tentang Yayasan menyebutkan bahwa, “Yayasan didirikan oleh satu
orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya sebagai
kekayaan awal.”23 Berdasarkan ketentuan ini maka disimpulkan bahwa kekayaan
yayasan merupakan kekayaan yang dipisahkan dari kekayaan pribadi atau para
pendirinya.
Kekayaan tersebut di atas dapat berupa benda dan/atau uang. Yang dimaksud
dengan benda adalah benda berwujud dan benda tidak berwujud yang dapat dinilai
dengan uang. Uang dan/atau benda yang menjadi kekayaan awal Yayasan tersebut
tidak lagi mempunyai kaitan dengan pendiri, karena dalam undang-undang telah
ditentukan harus dipisahkan dari kekayaan pribadi atau para pendiri, selanjutnya harta
kekayaan atau asset tersebut sepenuhnya beralih atau menjadi milik Yayasan.
24
Ibid., Ps. 26 ayat (2).
Kekayaan yayasan yang berasal dari sumber-sumber sebagaimana disebutkan
di atas dipergunakan untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan. Khusus terhadap
kekayaan yayasan bersumber dari wakaf, maka berlaku ketentuan hukum
perwakafan.25
Selain sumber-sumber kekayaan yang telah disebutkan di atas, dalam hal-hal
tertentu negara dapat memberikan bantuan kepada yayasan. Bantuan negara untuk
yayasan dilakukan sesuai dengan jiwa ketentuan Pasal 34 Undang-Undang Dasar
1945, yang berbunyi:
“Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.”26
Dalam konteks pasal ini terlihat bahwa yayasan memiliki ruang gerak hanya pada
bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang objeknya kemungkinan besar terkait
dengan fakir miskin dan anak-anak terlantar. Bila berhungan dengan fakir miskin,
maka negara memiliki tanggung jawab secara moril dan materiil untuk
menyelesaikannya, salah satunya dengan menyisihkan sebagian kekayaan negara
(bantuan) untuk diserahkan pengelolaannya kepada pengurus yayasan yang
diperuntukkan bagi kemaslahatan masyarakat fakir miskin dan anak-anak terlantar.
Bantuan negara menurut Pasal 20 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 63
tentang Pelaksanaan Undang-Undang tentang Yayasan adalah bantuan dari negara
kepada Yayasan yang didirikan oleh Orang Indonesia yang pelaksanaannya dilakukan
oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.27 Bantuan negara dilaksanakan oleh
Pemerintah Pusat dan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dan bantuan negara yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Bantuan negara hanya dapat
diberikan kepada yayasan jika yayasan memilki program kerja dan melaksanakan
kegiatan yang menunjang program Pemerintah Pusan dan/atau Pemerintah Daerah,
serta diberikan sesuai dengan alokasi dana dalam APBN atau APBD dan dapat dalam
bentuk uang dan/atau jasa dan/atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang yang
dilakukan dengan cara hibah atau dengan cara lain.28 Bantuan negara dapat diberikan
atas dasar atau tanpa permohonan dari yayasan. Bantuan negara kepada yayasan yang
25
Mulhadi, Hukum Perusahaan: Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia,… hlm. 304.
26
Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, Ps. 34.
27
Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Undang-Undang tentang Yayasan, PP No.
63 Tahun 2008, LN No. 134 Tahun 2008, Ps. 20 ayat (1).
28
Mulhadi, Hukum Perusahaan: Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia,… hlm. 306.
diberikan tanpa adanya permohonan dari yayasan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.29
Bantuan negara yang diberikan kepada yayasan atas dasar permohonan,
diajukan secara tertulis oleh pengurus yayasan kepada:
1. Menteri atau pimpinan lembaga pemerintah non departemen yang
ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya berkaitan dengan kegiatan
yayasan; atau
2. Gubernur, bupati, atau walikota di tempat kedudukan yayasan dan/atau
di tempat yayasan melakukan kegiatannya.
Dalam hal pemberian bantuan negara ini, terdapat batasan-batasan, dimana
menteri terkait atau pimpinan lembaga pemerintah non departemen, gubernur, bupati,
atau walikota dilarang memberikan bantuan negara kepada yayasan jika bantuan
tersebut akan memberikan keuntungan kepada:[5]
1. Perusahaan yang secara langsung atau tidak langsung dimiliki atau
dikendalikan oleh pembina, pengurus, pengawas, atau pelaksana harian
yayasan; atau
2. Orang atau badan usaha mitra kerja yayasan atau pihak lain yang
menerima penyertaan dari yayasan.
Setelah mendapatkan bantuan negara, maka terdapat tugas baru bagi pengurus
yayasan, yaitu kewajiban membuat dan menyampaikan laporan tahunan yayasan
setiap 1 (satu) tahun sekali kepada menteri terkait atau pimpinan lembaga pemerintah
non departemen, gubernur, bupati, atau wali kota yang memberikan bantuan tersebut.
Laporan tahunan tersebut meliputi kegiatan dan laporan keuangan.30
Bantuan negara kepada yayasan hanya dapat digunakan oleh yayasan sesuai
dengan maksud dan tujuan serta kegiatan yayasan berdasarkan anggaran dasar dan
sesuai dengan program kerja yayasan.31 Penggunaan bantuan negara yang tidak
memenuhi ketentuan tersebut akan menjadi tanggung jawab anggota pengurus
yayasan secara tanggung renteng.
29
Ibid., Ps. 23.
30
Ibid., Ps. 24.
31
Ibid., Ps. 25.
2) Pendirian yayasan secara deklaratif
3) Didirikan dengan akta notaris
4) Yayasan sebagai Badan Hukum, setelah memperoleh pengesahan dari Menteri
5) Perbuatan hukum yang dilakukan Pengurus atas nama Yayasan sebelum
Yayasan memperoleh status Badan Hukum menjadi tanggungjawab Pengurus
secara tanggung renteng.
6) Yayasan dapat mendirikan atau turut serta melakukan kegiatan usaha guna
mencapai maksud dan tujuannya serta tidak bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku,
penyertaan tersebut paling banyak 25 % dari seluruh nilai kekayaan Yayasan.
7) Kekayaan Yayasan dilarang dialihkan atau dibagikan kepada Organ Yayasan,
karyawan atau pihak lain yang mempunyai kepen¬tingan terhadap Yayasan
baik langsung maupun tidak langsung atau bentuk lain yang dapat dinilai
dengan uang
8) Pengurus Yayasan menerima gaji, upah atau honorarium yang ditetapkan
oleh Pembina sesuai dengan kemampuan kekayaan Yayasan
9) Maksud dan tujuan Yayasan tidak dapat diubah
10) Anggaran dasar Yayasan dapat diubah berdasarkan keputusan Rapat Pembina
apabila dihadiri oleh 2/3 dari jumlah anggota Pembina
11) Tidak diperkenankan adanya rangkap jabatan dalam organ Yayasan
12) Jabatan dalam Yayasan (sebagai Pembina, Pengawas, Pengurus) secara
pribadi/perorangan) atau tidak dalam kapasitas jabatan tertentu (ex officio).
13) Bila terjadi ultra vires atau perbuatan melawan hukum, maka anggota
pengurus Yayasan bertanggungjawab secara pribadi atas kerugian tersebut,
baik terhadap Yayasan maupun pihak ketiga.
14) Jika Yayasan dilikuidasi, maka sisa hasil likuidasi diserahkan kepada
Yayasan lain yang mempunyai maksud dan tujuan sama dengan Yayasan
yang bubar apabila hal tersebut diatur dalam undang-undang mengenai badan
hukum tersebut jika tidak dilakukan seperti itu, maka sisa kekayaan tersebut
diserahkan kepada negara dan penggunaannya dilakukan sesuai dengan
maksud dan tujuan Yayasan tersebut.
15) Setiap organ Yayasan yang melakukan pengalihan atau mem¬ba¬gikan
secara langsung atau tidak langsung kekayaan Yayasan kepada organ
Yayasan, karyawan atau pihak lain yang mem¬pu¬nyai kepentingan Yayasan
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana
tambahan berupa kewa¬jiban mengembalikan uang, barang atau kekayaan
Yayasan yang dialihkan atau dibagikan tersebut.
16) Yayasan tidak dapat dialihkan (diwariskan/jual beli/hibah).32
36
Ibid., Ps. 11 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3).
37
Ibid., Penjelasan Ps. 11 ayat (2).
38
Ibid., Ps. 11 ayat (4) jo. Ps. 11 ayat (5) dan Ps. 12 ayat (3) dan ayat (4).
39
Mulhadi, Hukum Perusahaan: Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia,… hlm. 300.
40
Indonesia, Undang-Undang tentang Yayasan,… Ps. 13.
Anggaran Dasar merupakan bagian dari Akta Pendirian Yayasan yang
memuat aturan main dalam yayasan, serta ketentuan-ketentuan penting lain
berkenaan dengan yayasan seperti maksud dan tujuan yayasan, jumlah
kekayaan yayasan, hak dan kewajiban anggota pembina, pengurus, dan
pengawas yayasan, dan lain sebagainya. Akta Pendirian Yayasan terdiri dari
Anggaran Dasar dan keterangan lain yang dianggap perlu.41
Anggaran dasar sekurang-kurangnya memuat:42
a. Nama dan tempat kedudukan;
b. Maksud dan tujuan serta kegiatan untuk mencapai maksud dan tujuan
tersebut;
c. Jangka waktu pendirian;
d. Jumlah kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi pendiri
dalam bentuk uang atau benda;
e. Cara memperoleh dan penggunaan kekayaan;
f. Tata cara pengangkatan, pemberhentian, dan penggantian anggota
pembina, pengurus, dan pengawas;
g. Hak dan kewajiban anggota pembina, pengurus, dan pengawas;
h. Tata cara penyelenggaraan rapat organ yayasan;
i. Ketentuan mengenai perubahan anggaran dasar;
j. Penggabungan dan pembubaran yayasan; dan
k. Penggunaan kekayaan sisa likuidasi atau penyaluran kekayaan yayasan
setelah pembubaran.
Sedangkan keterangan lain sebagaimana dimaksud di atas memuat
sekurang-kurangnya nama, alamat, pekerjaan, tempat dan tanggal lahir, serta
kewarganegaraan pendiri, pembina, pengurus, dan pengawas.43
Pendirian yayasan selalu ditandai dengan pemberian nama sebagai
identitas yang mencerminkan maksud dan tujuan serta kegiatan yayasan yang
bersangkutan. Ketentuan pencantuman nama ini merupakan hal yang pertama
diminta disebutkan dalam anggaran dasar yayasan. Namun demikian, ada
pembatasan dalam pemberian nama yayasan yang baru didirikan yakni:44
41
Mulhadi, Hukum Perusahaan: Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia… hlm. 301
42
Ibid., hlm. 301-302.
43
Ibid., hlm. 302.
44
ibid.
a. Tidak boleh memakai nama yang telah dipakai secara sah oleh yayasan
lain atau bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan;
b. Nama yayasan harus didahului dengan kata “yayasan”;
c. Dalam hal kekayaan yayasan berasal dari wakaf, kata “wakaf” dapat
ditambahkan setelah kata “yayasan”.
Anggaran dasar dapat diubah, kecuali mengenai maksud dan tujuan
yayasan. Perubahan anggaran dasar hanya dapat dilaksanakan berdasarkan
keputusan rapat pembina. Rapat pembina ini hanya dapat dilakukan apabila
dihadiri oleh paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota pembina.
Perubahan anggaran dasar ini dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam
bahasa Indonesia.45 Keputusan rapat pembina ditetapkan berdasarkan
persetujuan paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari seluruh jumlah anggota
pembina yang hadir. Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud dalam Pasal
19 ayat (2) Undang-Undang Yayasan tidak tercapai, rapat pembina yang
kedua dapat diselenggarakan paling cepat 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal
rapat pembina yang pertama diselenggarakan. Rapat pembina yang kedua sah,
apabila dihadiri oleh lebih dari ½ (satu per dua) dari seluruh anggota pembina.
Keputusan rapat pembina yag kedua sah, apabila diambil berdasarkan
persetujuan suara terbanyak dari jumlah anggota pembina yang hadir.46
Perubahan anggaran dasar yang meliputi nama dan kegiatan yayasan
harus mendapat persetujuan menteri. Persetujuan dari menteri diperlukan
karena perubahan yang dilakukan adalah terkait dengan hal-hal yang
substansial (urgen). Tetapi apabia perubahan yang dilakukan itu hanya
berkaitan dengan hal-hal yang tidak dianggap substansial dari anggaran dasar,
maka prosedurnya cukup diberitahukan kepada menteri. Ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 12 Undang-Undang Yayasan
secara mutatis mutandis berlaku juga bagi permohonan perubahan anggaran
dasar, pemberian persetujuan, dan penolakan atas perubahan anggaran dasar.
Namun demikian, ada hal yang perlu diperhatikan bahwa perubahan anggaran
dasar tidak dapat dilakukan pada saat yayasan dinyatakan dalam keadaan
pailit, kecuali atas dasar persetujuan kurator.47
45
Indonesia, Undang-Undang tentang Yayasan,… Ps. 17 dan 18.
46
Ibid., Ps. 20.
47
Mulhadi, Hukum Perusahaan: Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia,… hlm. 304.
3. Pengumuman
Sebagai bentuk perwujudan asas publisitas, sebuah badan seperti
yayasan yang sudah resmi memperoleh status badan hukum wajib melakukan
pengumuman terhadap akta pendiriannya. Menurut Pasal 24 atar (1) Undang-
Undang Yayasan, Akta Pendirian Yayasan yang telah disahkan sebagai badan
hukum atau perubahan anggaran dasar yang telah disetujui atau telah
diberitahukan wajib diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia.48
Pengumuman dilakukan oleh menteri dalam jangka waktu paling
lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal akta pendirian yayasan
disahkan atau perubahan anggaran dasar disetujui atau diterima menteri. Tata
cara mengenai pengumuman dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pengumuman sebagaimana dimaksud di atas akan
dikenakan biaya yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
48
Ibid.
49
Ibid, Ps. 16
d) jumlah kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi pendiri dalam
bentuk uang atau benda ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
e) cara memperoleh dan penggunaan kekayaan;
f) tata cara pengangkatan, pemberhentian, dan penggantian anggota Pembina,
Pengurus, dan Pengawas;
g) hak dan kewajiban anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas;
h) tata cara penyelenggaraan rapat organ Yayasan;
i) ketentuan mengenai perubahan Anggaran Dasar;
j) penggabungan dan pembubaran Yayasan; dan
k) Penggunaan kekayaan sisa likuidasi atau penyaluran kekayaan Yayasan
50
setelah pembubaran.
50
Ibid, Ps. 14
yayasan menandatangani akta pendiri yayasan tersebut. Kemudian notaris
akan mengirim permohonan legalitas akta kepada Kementerian paling lama 10
hari setelah akta ditandatangani.
Nomor Seri Pajak atau NPWP, NPWP merupakan syarat pendirian yayasan,
karen NPWP merupakan tanda wajib pajak baik pajak pribadi maupun pajak
suatu lembaga.
Perumusan Nama Yayasan, Ketentuan dalam perumusan nama,yaitu:
1) Nama tersebut belum digunakan oleh yayasan lain.
2) Nama yayasan harus diawali dengan akta Yayasan
3) Terdiri dari 3 (tiga) kata
Nama yang sudah disiapkan akan diajukan oleh Notaris dan dikaji serta
disahkan oleh Kementerian Hukum dan HAM. Jika nama yang diajukan
mendapat persetujuan maka anda dapat melanjutkan tahapan selanjutnya.
Dokumen lain, Selain syarat-syarat diatas ada beberapa persyaratan lain yang
perlu disiapkan, yaitu:
1) Rencana proker tahunan Yayasan
2) Fotokopi KTP seluruh kepengurusan
3) Gambar gedung dan ruang Yayasan
4) Foto kepala Lembaga
5) Keterangan mengenai domisili yang bisa didapat dari kelurahan
6) Fotokopi keterangan ijin mendirikan bangunan
7) Fotokopi surat keterangan kepemilikan lokasi yayasan.
Itulah prosedur atau tahap tahap yang perlu dilalui agar yayasan bisa mulai
berjalan.Setelah itu yayasan sudah resmi menjadi bagian hukum dan semua aktivitas
memiliki tanggung jawab hukum. Selain itu,perlu diketahui bahwa yayasan bukanlah
organisasi profit sehingga harus memiliki tujuan kemanusiaan, agama atau sosial.
AKTA PENDIRIAN
Nomor : 12
Indonesia Barat);----------------------------------
Notaris :-------------------------
3173091012770003;----
Induk Kependudukan
3271042108780001.------------------------------------
--------------------
--------------------------------------
KEDUDUKAN”-----------------
------
(selanjutnya dalam anggaran dasar ini cukup disingkat dengan
--------------------
Pembina.---
1. Keagamaan. --------------------------------------------------
2. Sosial. -----------------------------------------------------
3. Kemanusiaan. ------------------------------------------------
------------------------- K E G I A T A N ----------------------
keagamaan. -----------------------------------------------
wreda. –--------------------------------------------------
laboratorium. –-------------------------------------------
raga. ----------------------------------------------------
(Diklat). ------------------------------------------------
pengetahuan. ---------------------------------------------
jenasah. -------------------------------------------------
------------------------- K E K A Y A A N ----------------------
rupiah).
berlaku ;------
--------
3. Semua kekayaan Yayasan harus dipergunakan untuk mencapai
Yayasan.-------------------------------------------
a. Pembina. ----------------------------------------------------
b. Pengurus. ---------------------------------------------------
c. Pengawas. ---------------------------------------------------
-------------------------- P E M B I N A -----------------------
-------------
---------
tujuan Yayasan.
Yayasan. ---------------------------------------------------
-------------------------------------------
dirinya.--------------------
3. Dalam hal hanya ada seorang anggota Pembina, maka segala ----
anggota Pengawas.
--------------------------------------------------
rapat.-
------------------------------------
4. Rapat Pembina diadakan di tempat kedudukan Yayasan, atau
-----------------------------------
sah dan
mengikat.---------------------------------------------------
hadir.------------------------------------------
kuasa.-
a. dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah ---
rapat ;-----------------------------
d. Rapat Pembina kedua diselenggarakan paling cepat 10
------------------
Pembina.--------------------
setuju lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah suara yang
sah.---------
4. Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, -----
hadir ; --------------------------------------------------
c. suara yang abstain dan suara yang tidak dihitung dalam ---
notaris. ----------------------------------------------------
tersebut.----------
10. Dalam hal hanya ada 1 (satu) orang Pembina, maka dia -------
ditutup. ----------------------------------------------------
Yayasan. -------------------------------------------------
----------------------- P E N G U R U S ------------------------
dari : ------------------------------------------------------
kembali. ----------------------------------------------------
3. Pengurus dapat menerima gaji, upah atau honorarium apabila --
penuh. ---------------------------------------------------
Pembina. ----------------------------------------------------
2. Dalam hal Ketua Umum tidak hadir atau berhalangan karena ----
3. Dalam hal hanya ada seorang Ketua, maka segala tugas dan ----
baginya. ----------------------------------------------------
hal hanya ada seorang Bendahara, maka segala tugas dan ------
baginya. ----------------------------------------------------
kuasa. ------------------------------------------------------
Pengurus. ---------------------------------------------------
perlu atas permintaan tertulis dari satu orang atau lebih ---
2. Dalam hal Ketua Umum tidak dapat hadir atau berhalangan, ----
Pengurus yang dipilih oleh dan dari Pengurus yang hadir. ----
Pengurus. ------------------------------------------------
sah. --------------------------------------------------------
3. Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, -----
5. Suara abstain dan suara yang tidak sah tidak dihitung -------
Notaris. –---------------------------------------------------
--
tersebut. ---------------------------------------------------
------------------------ P E N G A W A S
--------------------------
1. Pengawas adalah organ Yayasan yang bertugas melakukan -------
Pengawas. ---------------------------------------------------
Pengawas. ---------------------------------------------------
Pengurus ; -----------------------------------------------
dimaksud dalam ayat (7) dan ayat (8), maka pemberhentian ----
a. Dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah ---
Pengawas. ------------------------------------------------
setuju lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah suara yang ------
sah. --------------------------------------------------------
3. Dalam hal suara setuju dan tidak sama banyaknya, maka usul --
ditolak. ----------------------------------------------------
5. Suara abstain dan suara yang tidak sah tidak dihitung -------
rapat. -----------------------------------------------------
Notaris. ----------------------------------------------------
tersebut.--------------------------------
----------------------------
9. Dalam hal Ketua Pengurus dan Ketua Pengawas tidak ada atau --
---------------
diwakilinya.-------------------------
yang hadir.
5. Suara abstain dan suara yang tidak sah dianggap tidak -------
per tiga) dari jumlah anggota Pengurus dan 2/3 (dua per ---
1/2 (satu per dua) dari jumlah anggota Pengurus dan 1/2 ---
tiga) bagian dari jumlah suara yang sah yang dikeluarkan ----
rapat.-------
6. Penandatanganan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) tidak
notaris. ---------------------------------------------------
tersebut.---------------
Gabungan.----------------------
satu)
Pengawas. ---------------------------------------------------
Pembina.-------------------------------
----
diwakili.-------------------------------
---------------------------------------
---------------
-----------------------------------------
Indonesia. --------------------------------------------------
-----------------------------------------
hadir.------------------------------------------
menerima penggabungan.--------------------------------------
------------------------------
dilakukan.------------------------------------------
6. Dalam hal penggabungan Yayasan diikuti dengan perubahan
-----
Dan Hak Asasi Manusia, maka akta perubahan Anggaran Dasar ---
-------------------------------------------
sebagai likuidator.
-----------------------------------------
4. Pembubaran Yayasan hanya dapat dilakukan berdasarkan
hadir.------------------------------------------
proses likuidasi.-------------------------------------------
nama Yayasan.-----------------------------------------------
menunjuk
likuidator.-------------------------------------------------
perundang-undangan dibidang
kepailitan.----------------------
---------------------------------------
Indonesia.----------------------
7. Likuidator atau kurator dalam jangka waktu paling lambat 30
Indonesia.----------------------------------
-----
ketiga.-----------------------------------
yang bubar.
-----------------------------------------------------
Hukum tersebut.---------------------------------------------
-----------------------------------
---------------------------
------
ayat (1), dan pasal 25 ayat (1) Anggaran Dasar ini ----------
a. PEMBINA ----------- :
------------------------------------
3173091012770003 ;-----------------
b. PENGURUS ---------- :
------------------------------------
- Ketua ----------- : Tuan Oka tersebut ------------------
3173091012770883;------------------
3173091012771532;------------------
Tersebut-----------------
----------bersangkutan .------------------------------------
----------
ini;----------
3671080203890003; --------------
TUGAS KELOMPOK:
PEMBUATAN AKTA BADAN HUKUM NON-PT DAN AP NON-
BADAN HUKUM PERKUMPULAN
Disusun oleh:
Kelompok 2
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN
DEPOK
2021
A. RINGKASAN MATERI PERKUMPULAN
1. Pengertian Perkumpulan
Perkumpulan adalah badan hukum yang merupakan kumpulan orang
yang didirikan untuk mewujudkan kesamaan maksud dan tujuan tertentu di
bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan dan tidak membagikan
keuntungan kepada anggotanya.51 Dalam praktiknya, perkumpulan terdiri atas
perkumpulan yang berbadan hukum dan perkumpulan biasa atau non-badan
hukum.
Perkumpulan yang berbadan hukum telah diakui sebagai subjek hukum
dan dapat melakukan perbuatan perdata atas nama perkumpulan. Akta
pendiriannya telah disahkan oleh Kementerian Hukum & HAM RI. Adapun
ketentuan yang dipenuhi dan ditulis dalam Anggaran Dasarnya, yaitu jangka
waktu, modal yang dipisahkan, maksud dan tujuan dari perkumpulan dibuat,
serta organ dari perkumpulan (pendiri, pembina, pengurus dan pengawas).
Sedangkan perkumpulan biasa atau tidak berbadan hukum tidak dapat
melakukan perbuatan perdata dalam kedudukannya sebagai perkumpulan.
Selain itu berbentuk organisasi massa (ormas) yang tidak berbadan hukum dan
dalam proses pendiriannya lebih mudah serta dapat dibentuk hanya dengan
minimal 2 orang.
Jika dilihat dalam aspek sejarah, Ormas ini telah ada dan berkembang
mengikuti perkembangan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Dalam masa penjajahan sebelum Indonesia merdeka pun telah
dikenal beberapa wadah perkumpulan orang yang bertujuan untuk
mewujudkan kemerdekaan Indonesia, diantaranya, yakni Boedi Oetomo dan
Jong Java (dahulu bernama Tri Koro Dharmo) yang merupakan perkumpulan
pemuda daerah yang kemudian dibentuk perkumpulan organisasi pemuda lain
seperti Jong Ambon, Jong Celebes, serta Jong Minahasa sesuai dengan asal
daerahnya. Selain itu juga dikenal Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia,
Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, serta organisasi masyarakat lainnya.
Pada saat ini, dinamika perkembangan Ormas semakin luas dan
kompleks dengan maksud dan tujuan yang berbeda-beda. Salah satu faktor
yang menyebabkan perkembangan ini dikarenakan terjadi perubahan sistem
51
Pasal 1 Permenkumham Nomor 3 Tahun 2016
pemerintahan itu sendiri dalam hal tata kelola dan pengakuan organisasi
masyarakat yang sangat diperlukan dalam menjalankan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Peningkatan kuantitas, kompleksitas
jenis kegiatan, dan penyebaran organisasi masyarakat di negara Indonesia
yang merupakan negara demokrasi memberikan kewajiban bagi organisasi
masyarakat terkait kedudukan, fungsi, serta tanggung jawab agar dapat
berdampak langsung maupun tidak langsung dalam mewujudkan cita-cita
nasional bangsa Indonesia, serta menjaga dan memelihara keutuhan dan
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengembangan kualitas,
peran serta, dan fungsi Ormas ini dalam aspek pembangunan, memberikan
konsekuensi tersendiri dalam rangka membangun sistem pengelolaan yang
berdasar pada prinsip organisasi masyarakat yang sehat sebagai organisasi
nirlaba yang berdasarkan demokrasi, profesional, mandiri, transparan dan
akuntabel.
Tujuan Ormas telah ditegaskan dalam Pasal 5 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi
Kemasyarakatan.52 Mengacu pada peraturan perundang-undangan di
Indonesia, maka tujuan dibentuknya Ormas ini adalah untuk:
a. Meningkatkan partisipasi dan keberdayaan masyarakat
b. Memberikan pelayanan kepada masyarakat
c. Menjaga nilai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
d. Melestarikan dan memelihara norma, nilai, moral, etika, dan budaya yang
hidup dalam masyarakat
e. Melestarikan sumber daya alam dan lingkungan hidup
f. Mengembangkan kesetiakawanan sosial, gotong royong, dan toleransi
dalam kehidupan bermasyarakat
g. Menjaga, memelihara, dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa;
dan
h. Mewujudkan tujuan negara.
Selanjutnya, fungsi Ormas telah dimuat dalam ketentuan Pasal 6
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang
52
Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan
Organisasi Kemasyarakatan yang menyatakan bahwa Ormas berfungsi sebagai
sarana:53
a. Penyalur kegiatan sesuai dengan kepentingan anggota dan/atau tujuan
organisasi
b. Pembinaan dan pengembangan anggota untuk mewujudkan tujuan
organisasi
c. Penyalur aspirasi masyarakat
d. Pemberdayaan masyarakat
e. Pemenuhan pelayanan sosial
f. Partisipasi masyarakat untuk memelihara, menjaga, dan memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa; dan/atau
g. Pemelihara dan pelestari norma, nilai, dan etika dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Menurut ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan, Ormas
memiliki bidang kegiatan yang disesuaikan dan dituangkan dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) masing-masing.54
Selanjutnya, dalam Pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan telah ditentukan bahwa
“Ormas memiliki lingkup nasional, provinsi, atau kabupaten/kota.” 55 Pendirian
Ormas telah diatur dalam ketentuan Pasal 9 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan, yang
menyebutkan bahwa “Ormas didirikan oleh 3 (tiga) orang warga negara
Indonesia atau lebih, kecuali Ormas yang berbadan hukum Yayasan.”56
Perkumpulan yang dibentuk (didirikan) menggunakan Akta Notaris,
maka untuk pembubaran perkumpulan terutama perkumpulan berbadan
hukum wajib dibuat akta pembubaran berdasarkan Akta Notaris. Setelah
dibuat akta pembubaran, maka disampaikan kepada Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Selain itu, perkumpulan memiliki
perbedaan dengan Yayasan, antara lain:
53
Pasal 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan
54
Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi
Kemasyarakatan
55
Pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan
56
Pasal 9 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan
a. Dalam perkumpulan berbasis keanggotaan, sedangkan yayasan tidak
berbasis keanggotaan.
b. Dalam perkumpulan tidak ada larangan untuk membagi keuntungan,
sedangkan keuntungan atau harta yayasan tidak dapat dibagikan.
c. Forum tertinggi perkumpulan adalah Rapat Umum Anggota atau bisa
dengan nama lain seperti Musyawarah Besar atau Musyawarah Nasional,
sedangkan forum tertinggi yayasan adalah Pembina Yayasan.
57
Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi
Kemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5430).
58
Perkuliahan dan Bahan Ajar Mata Kuliah Pembuatan Akta Badan Hukum non Perseroan Terbatas dan
Non Badan Hukum, Perkumpulan, oleh M. Fajri Mekka Putra, S.H., M.kn
f. Permenkumham Nomor 10 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas
Permenkumham Nomor 3 Tahun 2016 (Permenkumham 10/2019)
g. UU Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan
h. Permenkumham Nomor 3 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengajuan
Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan
Anggaran Dasar Perkumpulan
60
Bahan Ajar Mata Kuliah Pembuatan Akta Badan Hukum non Perseroan Terbatas dan Non Badan Hukum,
Perkumpulan, oleh Fully Handayani Ridwan, Magister Kenotariatan Universitas Indonesia
5. Permohonan Pengesahan Badan Hukum61
Permohonan pengesahan badan hukum Perkumpulan diajukan secara
elektronik kepada Menkumham, dengan cara mengisi format pendirian
pengesahan badan hukum Perkumpulan (“Format Pendirian”). Untuk itu,
Pemohon wajib terlebih dahulu membayar biaya permohonan pengesahan
badan hukum Perkumpulan melalui bank persepsi sebelum mengisi Format
Pendirian. Besarnya biaya pengesahan badan hukum Perkumpulan diatur
sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai Penerimaan Negara
Bukan Pajak yang berlaku pada Kementrian.
Pengisian Format Pendirian dilengkapi dengan dokumen pendukung
yang disampaikan secara elektronik, berupa surat pernyataan secara elektronik
dari Pemohon yang menyatakan bahwa dokumen untuk pendirian telah
lengkap. Adapun, dokumen pendirian disimpan oleh Notaris, yang meliputi:
a. Akta Pendirian yang dikeluarkan oleh Notaris, yang memuat Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
b. Program kerja
c. Sumber pendanaan
d. Surat keterangan domisili
e. Nomor Pokok Wajib Pajak atas nama Perkumpulan; dan
f. Surat Pernyataan yang menyatakan tidak sedang dalam sengketa
kepengurusan atau dalam perkara di Pengadilan.
Selain itu, Pemohon juga wajib untuk mengisi surat pernyataan secara
elektronik, yang menyatakan bahwa Format Pendirian dan keterangan
mengenai dokumen pendukung telah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Menkumham akan langsung menyatakan tidak
berkeberatan atas permohonan pengesahan badan hukum apabila Format
Pendirian dan keterangan dokumen pendukung telah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Menkumham menerbitkan keputusan pengesahan badan
hukum Perkumpulan paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak
tanggal Pernyataan Tidak Berkeberatan. Keputusan Pengesahan disampaikan
kepada Pemohon secara elektronik, dan Notaris secara sendiri dapat langsung
melakukan pencetakan Keputusan Pengesahan.
61
Bahan Ajar Mata Kuliah Pembuatan Akta Badan Hukum non Perseroan Terbatas dan Non Badan Hukum,
Perkumpulan, oleh Fully Handayani Ridwan
6. Langkah-langkah dalam membuat Perkumpulan secara Online62
Untuk melalukan pendaftaran secara Online, terdapat langkah-langkah
yang harus dilalui oleh Pemohon, yaitu:
1. Pesan nama perkumpulan terlebih dahulu melalui website
https://ahu.go.id/sabh/perkumpulan. Dalam pemilihan nama perkumpulan
wajib memenuhi persyaratan yang diatur dalam ketentuan Pasal 4
Permenkumham 10/2019. Setelah pesan nama, lalu menunggu proses
verifikasi nama perkumpulan dengan hasil akhir nama diterima dengan
tanda terima bukti pesan nama atau ditolak, apabila pemesanan nama
ditolak maka dapat melakukan pemesanan nama ulang kembali.63
2. Setelah nama Perkumpulan diterima, maka dapat membuat Akta Pendirian
Perkumpulan, dengan mencantumkan:
a. Nama pendiri sesuai KTP, apabila terdapat Warga Negara Asing dapat
mencantumkan nama sesuai KITAS atau Passport
b. Visi dan misi pendirian Perkumpulan
c. Jika sebelumnya telah diadakan Rapat Anggota Perkumpulan mengenai
pendirian Perkumpulan, maka dibuatkan Risalah Rapat Anggota
Perkumpulan
d. Nama Perkumpulan dan tempat kedudukan Perkumpulan
e. Asas dan landasan dari perkumpulan yang tidak bertentangan dengan
Pancasila dan UUD 1945
f. Sifat dari Perkumpulan, dalam hal ini Perkumpulan bersifat nirlaba
g. Maksud dan tujuan Perkumpulan (bidang sosial, keagamaan, dan/atau
kemanusiaan)
h. Kegiatan dalam mencapai maksud dan tujuan Perkumpulan
i. Jangka waktu perkumpulan (tertentu atau tidak tertentu)
j. Harta kekayaan perkumpulan
k. Hak dan kewajiban anggota perkumpulan
3. Penandatanganan Akta Pendirian Perkumpulan
a. Siapkan akta pendirian perkumpulan yang telah dibuat
62
Perkuliahan dan Bahan Ajar Mata Kuliah Pembuatan Akta Badan Hukum non Perseroan Terbatas dan
Non Badan Hukum, Perkumpulan, oleh M. Fajri Mekka Putra, S.H., M.kn
63
Pasal 4 Permenkumham 10/2019
b. Siapkan daftar hadir bagi pihak yang hadir dalam pembuatan akta
pendirian perkumpulan
c. Siapkan pernyataan setor harta kekayaan Perkumpulan yang dipisahkan
d. Siapkan Pernyataan tidak dalam sengketa kepengurusan dan tidak
sedang berperkara di pengadilan
e. Siapkan surat pernyataan keterangan domisili Perkumpulan
4. Setelah penandatanganan Akta Pendirian Perkumpulan
a. Membuat salinan akta pendirian perkumpulan
b. Scan salinan akta dalam bentuk file pdf untuk kepentingan pengaksesan
pengisian data perkumpulan
c. Berdasarkan salinan yang telah diserahkan kepada perkumpulan,
kemudian perkumpulan membuat keterangan domisili dari lurah
diketahui camat
d. Setelah keterangan domisili telah diperoleh, berdasarkan salinan akta
pendirian perkumpulan dan surat keterangan domisili, kemudian
Perkumpulan membuat Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama
Perkumpulan
5. Pengisian data perkumpulan di AHU Online, dengan melakukan pemesanan
dan pembayaran voucher “Pengesahan Akta Pendirian Perkumpulan”,
kemudian tuliskan nomor voucher pengesahan di kolom “Nomor Voucher
Pengesahan Akta Pendirian Perkumpulan” dan nomor pesan nama di kolom
“Nomor Pemesanan Nama”.
6. Pratinjau dan upload dokumen di website AHU Online
a. Lakukan pratinjau dengan meng-klik kolom “Pratinjau”
b. Pemeriksaan kecocokan data dalam Akta Pendirian Perkumpulan.
Apabila ada kesalahan antara data yang diisi dengan Akta Pendirian,
maka dapat melakukan perubahan dengan kolom “Perubahan Data”
c. Setelah data sesuai, lakukan upload salinan akta dalam bentuk file
PDF, pada kolom “upload akta”
d. Setelah akta diupload, maka kolom penerbitan Surat Keputusan
Menteri dapat dipilih, lalu mencetak penerbitan surat keputusan
menteri dengan memilih kolom “Cetak SK”
e. Proses pendirian Perkumpulan secara online telah selesai dilakukan
B. CONTOH AKTA PENDIRIAN PERKUMPULAN
-----------------------BERAKHIRNYA KEANGGOTAAN-----------------------------
----------------------------------------------- PASAL 9----------------------------------------
Keanggotaan PERKUMPULAN dapat berakhir atau diakhiri dalam hal sebagai
berikut: ------------------------------------------------------------------------------------------
1. Anggota menyatakan berhenti dan mengundurkan diri dari keanggotaan
PERKUMPULAN; -----------------------------------------------------------------------
2. Anggota merugikan atau mencemarkan nama baik PERKUMPULAN atau
tidak memenuhi kewajiban lainnya sebagai Anggota dan/atau tidak lagi
memenuhi persyaratan keanggotaan;
----------------------------------------------------------------
3. Ketentuan-ketentuan lain akan diatur kemudian di dalam Anggaran Rumah
Tangga danperaturan pelaksana lainnya;
----------------------------------------------
4. Meninggal dunia. -------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------ORGAN----------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 10---------------------------------------
PERKUMPULAN mempunyai organ terdiri dari: ----------------------------------------
1. Musyawarah Anggota;
-------------------------------------------------------------------
2. Pengurus; ----------------------------------------------------------------------------------
3. Pengawas; ---------------------------------------------------------------------------------
Untuk organ Pengurus secara terperinci diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah
Tangga.
------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------MUSYAWARAH ANGGOTA-----------------------
----------------------------------------------- PASAL 11---------------------------------------
1. Musyawarah Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
PERKUMPULAN -------------------------------------------------------------------------
2. Musyawarah Anggota PERKUMPULAN dilaksanakan untuk menetapkan: ------
a. Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan perubahan Anggaran
Dasar/Anggaran Rumah Tangga. ------------------------------------------------
b. Kebijakan umum di bidang organisasi PERKUMPULAN. ---------------------
c. Pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian Pengurus dan Pengawas.-------
----------------------------------------------- PASAL 12---------------------------------------
1. Musyawarah Anggota sah jika dihadiri oleh lebih dari 1/2 (satu per dua) dari
jumlah Anggota PERKUMPULAN dan disetujui oleh lebih dari 1/2 (satu per
dua) bagian dari jumlah Anggota yang hadir, kecuali apabila ditentukan lain
dalam Anggaran Dasar ini.
------------------------------------------------------------------------
2. Apabila Kuorum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di atas tidak tercapai,
maka Musyawarah Anggota tersebut ditunda untuk waktu 14(empatbelas) hari,
dan selambat-lambatnya 30 (tigapuluh) hari untuk rapat kedua dan diadakan
pemanggilan kembali kedua kalinya.
----------------------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 13---------------------------------------
1. Pengambilan keputusan Musyawarah Anggota berdasarkan musyawarah untuk
mencapai mufakat. -------------------------------------------------------------------------
2. Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka pengambilan keputusan oleh
Musyawarah Anggota didasarkan pada suara terbanyak dari jumlah Anggota
yang hadir.
-----------------------------------------------------------------------------------------
3. Dalam hal dilakukan pemungutan suara, setiap Anggota mempunyai hak 1
(satu) suara dengan memperhatikan hak suara dari masing-masing Anggota
dimaksud, yang akan diatur secara rinci dalam Anggaran Rumah Tangga.
---------------------
4. Anggota yang tidak hadir dapat mewakili suaranya kepada Anggota lain, yang
hadir pada Musyawarah 9 Anggota tersebut dengan menyertakan surat kuasa
secara tertulis.
-------------------------------------------------------------------------------
5. Pemungutan suara dapat dilakukan secara terbuka dan / atau secara tertutup,
kecuali mengenai diri orang, dapat dilakukan secara tertutup.
-----------------------
----------------------------------------------- PASAL 14---------------------------------------
Tempat, acara, tata tertib dan bahan materi Musyawarah Anggota harus sudah
disampaikan terlebih dahulu kepada Anggota sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari
sebelum pelaksanaan Musyawarah Anggota. ----------------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 15---------------------------------------
1. Musyawarah Anggota diselenggarakan oleh pengurus PERKUMPULAN,
kecuali ditentukan lain dalam Anggaran Dasar ini.
----------------------------------
2. Musyawarah Anggota dapat dipimpin langsung oleh Pengurus
PERKUMPULAN dan / atau oleh Pimpinan dan Sekertaris Rapat dipilih
dalam Musyawarah Anggota tersebut.
---------------------------------------------------------
3. Pemilihan Pimpinan dan Sekertaris Rapat dapat dipimpin oleh Pengurus
PERKUMPULAN dari anggota yang hadir, yang tidak menyangkut jabatan
Pengurus, Pengawas, dan Pengelola atau Karyawan PERKUMPULAN. --------
4. Setiap hasil dan / atau keputusan Musyawarah Anggota harus dituangkan
dalam Berita Acara Rapat yang ditandatangani oleh Pimpinan dan Sekertaris
Rapat dan disetujui oleh Anggota Rapat.
----------------------------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 16---------------------------------------
1. Musyawarah Anggota Tahunan diadakan dalam waktu paling lambat 6 (enam)
bulan sesudah tutup tahun buku, kecuali diatur lain sesuai Anggaran Dasar ini.
2. Musyawarah Anggota Tahunan membahas dan mengesahkan:
--------------------
a. Rencana Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja. ------------
b. Laporan pertanggungjawaban Pengurus atas pelaksanaan tugasnya. -------
c. Neraca perhitungan laba rugi tahun buku yang berakhir 31 (tigapuluh
satu) Desember.
----------------------------------------------------------------------------
d. Penggunaan Harta Kekayaan. -----------------------------------------------------
e. Pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Pengawas dalam 1 (satu) tahun
buku. ----------------------------------------------------------------------------------
3. Musyawarah Anggota mengenai Rencana Kerja dan Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja membahas dan mengesahakan Rencana Kerja dan
Rencana Anggaran Belanja Pendapatan dan Belanja PERKUMPULAN yang
harus dilaksanakan tiap tahun buku, selambat-lambatnya 1(satu)bulan
terhitung sebelum tahun buku untuk anggaran selanjutnya dilaksanakan, yang
telah dianjurkan oleh Pengurus dan Pengawas.
---------------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 17---------------------------------------
Musyawarah Anggota Luar Biasa dapat diselenggarakan dalam hal:
-----------------
1. Mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PERKUMPULAN
dengan ketentuan:
-----------------------------------------------------------------------
a. Harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 (tiga per empat) dari jumlah
b. Keputusan sah apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per
tiga) dari jumlah Anggota yang hadir.
------------------------------------------
2. Melakukan Pembubaran, penggabungan, peleburan dan pemecahan
PERKUMPULAN dengan ketentuan: -----------------------------------------------
a. Harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 (tiga per empat) dari jumlah
anggota. -----------------------------------------------------------------------------
b. Keputusan sah apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya 3/4 (tiga per
empat) dari jumlah Anggota yang hadir. ---------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 18---------------------------------------
1. Musyawarah Anggota khusus dapat diselenggarakan apabila berdasarkan
pertimbangan dari Pengurus dan Pengawas sangat diperlukan adanya
keputusan yang kewenangannya ada pada Musyawarah Anggota dan
pelaksanaannya tidak dapat ditunda sampai dengan 13 Musyawarah Anggota
Tahunan sebagaimana diatur dalam pasal 18 Anggaran Dasar ini. --------------
2. Musyawarah Anggota Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas
dapat diselenggarakan apabila: -------------------------------------------------------
a. Terdapat permintaan sekurang-kurangnya 1/5 (satu per lima) dari jumlah
Anggota; dan/atau -----------------------------------------------------------------
b. Atas keputusan Rapat Pengurus atau keputusan Rapat Pengawas atau
Rapat Pengurus dan Pengawas; ------------------------------------------------
c. Dalam hal keadaan yang sangat mendesak berdasarkan pertimbangan
Pengurus dan Pengawas untuk segera memperoleh keputusan
berdasarkan Musyawarah Anggota;
------------------------------------------------------------
d. Negara dalam keadaan bahaya atau perang, tidak memungkinan
diadakan Musyawarah Anggota.
------------------------------------------------------------
---------------------------------------- PENGURUS
-----------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 19---------------------------------------
Pengurus adalah organ PERKUMPULAN yang melaksanakan kepengurusan
PERKUMPULAN yang sekurang-kurangnya terdiri dari: -----------------------------
1. Seorang Sekretaris Umum; ------------------------------------------------------------
2. Seorang Bendahara Umum. -----------------------------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 20---------------------------------------
1. Yang dapat diangkat sebagai Anggota Pengurus adalah orang perseorangan
yang mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah
dalam melakukan pengurusan PERKUMPULAN yang dapat menyebabkan
kerugian pada PERKUMPULAN, masyarakat atau negara berdasarkan
putusan pengadilan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal
putusan tersebut berkekuatan hukum tetap. -----------------------------------------
2. Pengurus diangkat melalui Musyawarah Anggota untuk jangka waktu 2 (dua)
tahun dan dapat diangkat kembali. Pengesahan Pengurus dilakukan melalui
Surat Keputusan Pengurus Pusat dengan memperhatikan aspirasi. --------------
3. Dalam hal Jabatan Anggota Pengurus kosong, maka dalam jangka waktu
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak terjadi kekosongan tersebut
Ketua Umum harus segera memilih Pengurus tersebut. ---------------------------
4. Dalam hal semua jabatan Anggota kosong, maka dalam jangka waktu
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak terjadi kekosongan tersebut,
maka Pengawas harus memilih Pengurus baru, dan untuk sementara
PERKUMPULAN diurus oleh Pengawas. ------------------------------------------
5. Pengurus berhak mengundurkan diri dari jabatannya, dengan
memberitahukan secara tertulis mengenai maksudnya tersebut kepada
Pengawas selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung sebelum tanggal
pengunduran dirinya.
----------------------------------------------- PASAL 21---------------------------------------
Jabatan anggota Pengurus berakhir apabila:
----------------------------------------------
1. Meninggal dunia; -----------------------------------------------------------------------
2. Mengurus diri;
---------------------------------------------------------------------------
3. Bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang
bersifat tetap; ----------------------------------------------------------------------------
4. Diberhentikan berdasarkan keputusan Musyawarah Anggota; -------------------
5. Masa jabatan berakhir. -----------------------------------------------------------------
------------------------ TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS
-------------------
----------------------------------------------- PASAL 22---------------------------------------
1. Pengurus bertanggung jawab penuh atas kepengurusan PERKUMPULAN
untuk kepentingan PERKUMPULAN. ----------------------------------------------
2. Pengurus wajib menyusun program kerja dan rancangan anggaran tahun
PERKUMPULAN untuk disahkan Musyawarah Anggota. -----------------------
3. Pengurus wajib memberikan penjelasan tentan segala 16 hal yang ditanyakan
oleh pengawas. --------------------------------------------------------------------------
4. Setiap anggota Pengurus wajib dalam itikad baik dan penuh tanggung jawab
menjalakan tugasnya dan mengindahkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
-----------------------------------------------------------------------------------
5. Pengurus berhak mewakili PERKUMPULAN didalam dan diluar pengadilan
tentang segala hal dan dalam segala kejadian, dengan pembatasan terhadap
hal-hal sebagai berikut: ----------------------------------------------------------------
a. Meminjam atau meminjamkan uang atas nama PERKUMPULAN (tidak
termasuk mengambil uang PERKUMPULAN di Bank). --------------------
b. Mendirikan suatu PERKUMPULAN baru atau melakukan penyertaan
dalam berbagai bentuk usaha baik di dalam maupun luar negeri. ----------
c. Memberi atau menerima pengalihan atas harta tetap. ------------------------
d. Membeli atau dengan cara lain mendapatkan/memperoleh harta tetap
atas nama PERKUMPULAN.
---------------------------------------------------------
e. Menjual atau dengan cara lain melepaskan kekayaan PERKUMPULAN
serta mengagunkan / membebani kekayaan PERKUMPULAN. -----------
----------------------------------------------- PASAL 23---------------------------------------
Pengurus tidak berwenang mewakili PERKUMPULAN dalam hal: -----------------
1. Mengikat PERKUMPULAN sebagai penjamin hutang; --------------------------
2. Membebani kekayaan PERKUMPULAN untuk kepentingan pihak lain; ------
3. Mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan
PERKUMPULAN, Pengurus dan / atau Pengawas atau seseorang yang
bekerja pada PERKUMPULAN, yang perjanjian tersebut tidak ada
hubungannya bagi tercapainya maksud dan tujuan PERKUMPULAN.
-------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 24---------------------------------------
1. Ketua umum bersama-sama dengan salah seorang Anggota Pengurus lainnya
berwenang bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili
PERKUMPULAN. ---------------------------------------------------------------------
2. Dalam hal Ketua Umum tidak hadir atau berhalangan karena sebab apapun
juga, hal tersebut tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, Pengawas
berwenang bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili
PERKUMPULAN. ---------------------------------------------------------------------
3. Dalam hal hanya ada seorang Ketua, maka segala tugas dan wewenang yang
diberikan kepada Ketua Umum berlaku juga baginya. ----------------------------
4. Sekertaris Umum bertugas mengelola administrasi PERKUMPULAN dalam
hal hanya ada seorang Sekertaris, maka segala tugas dan wewenang yang
diberikan kepada Sekertaris Umum berlaku juga baginya. -----------------------
5. Bendahara Umum bertugas mengelola administrasi PERKUMPULAN dalam
hal hanya ada seorang Bendahara, maka segala tugas dan wewenang yang
diberikan kepada Bendahara Umum berlaku juga baginya.
-----------------------
----------------------------------------------- PASAL 25---------------------------------------
1. Dalam hal terjadi perkara di pengadilan antara PERKUMPULAN dengan
Anggota Pengurus atau apabila kepentingan pribadi seorang Anggota
Pengurus yang bertentangan dengan PERKUMPULAN, maka Anggota
Pengurus yang bersangkutan tidak berwenang bertindak untuk dan atas nama
Pengurus serta mewakili PERKUMPULAN, maka Anggota Pengurus lainnya
bertindak untuk dan atas nama Pengurus serta mewakili PERKUMPULAN.--
2. Dalam hal PERKUMPULAN mempunyai kepentingan yang bertentangan
dengan kepentingan seluruh Pengurus, maka PERKUMPULAN diwakili oleh
Pengawas.
--------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 26---------------------------------------
1. Rapat Pengurus dapat diadakan setiap waktu bila dipandang perlu atas
permintaan tertulis dari 1 (satu) orang atau lebih Pengurus atau Pengawas. ---
2. Panggilan Rapat Pengurus dilakukan oleh Pengurus yang berhak mewakili
Pengurus. --------------------------------------------------------------------------------
3. Panggilan Rapat Pengurus disampaikan kepada setiap Anggota Pengurus
secara langsung atau melalui surat atau tanda terima paling lambat 7 (tujuh)
hari sebelum rapat diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal
panggilan dan tanggal rapat. ----------------------------------------------------------
4. Panggilan rapat tersebut harus mencantumkan tanggal. Waktu, tempat dan
acara rapat.
-------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 27---------------------------------------
1. Rapat Pengurus dipimpin oleh Ketua Umum. --------------------------------------
2. Dalam hal Ketua Umum tidak dapat hadir atau berhalangan, maka Rapat
Pengurus akan dipimpin oleh seorang Anggota Pengurus yang dipilih oleh
dan dari Pengurus yang hadir.
--------------------------------------------------------------
3. Seorang Pengurus hanya dapat diwakili oleh Pengurus lainnya dalam Rapat
Pengurus berdasarkan surat kuasa. ------------------------------------------------
4. Rapat Pengurus adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat,
apabila: -----------------------------------------------------------------------------------
a. Dihadiri paling sedikit lebih dari 2/3 (dua per tiga) dari jumlah pengurus.
b. Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf a tidak
tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Pengurus kedua. ------
c. Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (4) huruf b, harus
dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan,
dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal Rapat.
----
d. Rapat Pengurus kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari
dan paling lambat 21 (duapuluh 20 satu) hari terhitung sejak Rapat
Pengurus Pertama.
----------------------------------------------------------------------------
e. Rapat Pengurus kedua sah dan berhak mengambil keputusan yang
mengikat, apabila dihadiri lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah Pengurus.
----------------------------------------------- PASAL 28---------------------------------------
1. Keputusan Rapat Pengurus harus diambil berdasarkan musyawarah yang
mufakat. ----------------------------------------------------------------------------------
2. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai,
maka keputusan diambil berdasarkan suara setuju lebih dari 1/2 (satu per
dua) jumlah suara yang sah.
-----------------------------------------------------------------
3. Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak. -
4. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup
tanpa tanda tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain
dilakukan secara terbuka, kecuali Ketua Umum Rapat menentukan lain dan
tidak ada keberatan dari yang hadir. -------------------------------------------------
5. Suara abstain dan suara yang tidak sah tidak dihitung dalam menentukan
jumlah suara yang dikeluarkan.
-------------------------------------------------------
6. Setiap Rapat Pengurus dibuat Berita Acara Rapat yang ditandatangani oleh
Ketua Umum Rapat dan 1 (satu) orang Anggota Pengurus lainnya yang
ditunjuk oleh rapat sebagai Sekertaris Rapat.
---------------------------------------
7. Penandatangan yang dimaksud dalam ayat (6) tidak disyaratkan apabila
Berita Acara Rapat dibuat dengan akta Notaris.
--------------------------------------------
------------------------------------------ PENGAWAS
--------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 29---------------------------------------
1. Pengawas adalah organ PERKUMPULAN yang bertugas memberi nasihat
kepada Pengurus dalam menjalankan kegiatan PERKUMPULAN. -------------
2. Anggota Pengawas adalah orang perseorangan yang merupakan perwakilan
dari kelompok industri PERKUMPULAN. -----------------------------------------
3. Ketentuan selanjutnya yang mengatur mengenai tata cara pengangkatan dan
penggantian Pengawas, diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
----------------------------------------------- PASAL 30---------------------------------------
1. Yang dapat diangkat sebagai Anggota Pengawas hanyalah orang
perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak
dinyatakan bersalah dalam melakukan pengawasan yang menyebabkan
kerugian bagi PERKUMPULAN, masyarakat atau negara berdasarkan
putusan pengadilan, dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak
tanggal putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.
-------------------------------------------------------------
2. Pengawas diangkat oleh Musyawarah Anggota untuk 22 jangka waktu 2
(dua) tahun dan dapat diangkat kembali.
------------------------------------------------
3. Dalam hal jabatan Pengawas kosong, maka dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tigapuluh) hari sejak tanggal kekosongan, harus
menyelenggarakan Musyawarah Anggota untuk mengangkat Pengawas baru
dan untuk sementara PERKUMPULAN diurus oleh Pengurus.
-------------------------------------------
4. Pengawas berhak mengundurkan diri dari jabatannya, dengan
memberitahukan secara tertulis mengenai maksud tersebut, kepada
Musyawarah Anggota paling lambat 30 (tigapuluh) hari sebelum tanggal
pengunduran dirinya.
-------------------------------------------------------------------
5. Pengawas tidak dapat merangkap sebagai Pengurus atau Pelaksana Kegiatan.
----------------------------------------------- PASAL 31---------------------------------------
Jabatan Pengawas berakhir apabila: -------------------------------------------------------
1. Meninggal dunia; -----------------------------------------------------------------------
2. Mengundurkan diri; --------------------------------------------------------------------
3. Bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang
diacam dengan hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun; -----------------
4. Diberhentikan berdasarkan keputusan Musyawarah Anggota; -------------------
5. Masa jabatan berakhir. -----------------------------------------------------------------
-------------------------- TUGAS DAN WEWENANG PENGAWAS
----------------
----------------------------------------------- PASAL 32---------------------------------------
1. Pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan
tugas pengawasan untuk kepentingan PERKUMPULAN.
------------------------
2. Ketua pengawas dan 1 (satu) Anggota Pengawas berwenang bertindak untuk
dan atas nama Pengawas. --------------------------------------------------------------
3. Pengawas berwenang:
------------------------------------------------------------------
a. Memasuki bangunan, halaman, atau tempat lain yang dipergunakan
PERKUMPULAN;
----------------------------------------------------------------
b. Memeriksa bangunan; ------------------------------------------------------------
c. Memeriksa pembukuan dan mencocokkannya dengan uang kas; ----------
d. Memberi peringatan kepada Pengurus.
-----------------------------------------
4. Pengawas dapat memberhentikan untuk sementara 1 (satu) orang atau lebih
pengurus, apabila Pengurus tersebut bertindak bertentangan dengan
Anggaran Dasar dan / atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
------------------
------------------------------------- RAPAT PENGAWAS
--------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 33---------------------------------------
1. Rapat Pengawas dapat diadakan setiap waktu bila dianggap perlu atas
permintaan tertulis dari seorang atau lebih Pengawas atau Musyawarah
Anggota. --------------------------------------------------------------------------------
2. Panggilan Rapat Pengawas dilakukan oleh Pengawas yang berhak mewakili
Pengawas.
--------------------------------------------------------------------------------
3. Panggilan Rapat Pengawas disampaikan kepada setiap Pengawas secara
langsung, atau melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7
(tujuh) hari 24 sebelum rapat, dengan tidak memperhitungkan tanggal
panggilan dan tanggal rapat. ----------------------------------------------------------
4. Panggilan rapat harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.
5. Rapat Pengawas diadakan di tempat kedudukan PERKUMPULAN atau di
tempat kegiatan PERKUMPULAN. ------------------------------------------------
6. Rapat Pengawas dapat diadakan di tempat lain dalam wilayah hukum
Republik Indonesia dengan persetujuan Musyawarah Anggota.
-----------------------------
----------------------------------------------- PASAL 34---------------------------------------
1. Rapat Pengawas dipimpin oleh Ketua Umum. -------------------------------------
2. Dalam hal Ketua Umum tidak dapat hadir atau berhalangan, maka Rapat
Pengawas akan dipimpin oleh seorang Pengawas yang dipilih oleh dan dari
Pengawas yang hadir. ------------------------------------------------------------------
3. Seorang Anggota Pengawas hanya diwakili oleh Pengawas lainnya dalam
Rapat Pengawas berdasarkan surat kuasa.
-------------------------------------------
4. Rapat Pengawas adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat
apabila: -----------------------------------------------------------------------------------
a. Dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah Pengawas;
-----------
b. Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) ayat a tidak
tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Pengawas kedua. -----
c. Pemanggilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf b, harus
dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan
dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
-----
d. Rapat Pengawas kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari
dan paling lambat 21 (duapuluh satu) hari terhitung sejak Rapat
Pengawas Pertama.
----------------------------------------------------------------------------
e. Rapat Pengawas kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan
yang mengikat, apabila dihadiri oleh paling sedikit 1/2 (satu per dua)
jumlah Pengawas.
--------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 35---------------------------------------
1. Keputusan Rapat Pengawas harus diambil berdasarkan musyawarah mufakat.
2. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai,
maka keputusan diambil berdasarkan suara setuju lebih dari 1/2 (satu per
dua) jumlah suara yang sah.
-----------------------------------------------------------------
3. Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak.
4. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup
tanpa tanda tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain
dilakukan secara terbuka, kecuali Ketua Rapat menentukan lain dan tidak ada
keberatan dari yang hadir. -------------------------------------------------------------
5. Suara abstain dan suara yang tidak sah tidak dihitung dalam menentukan
jumlah suara yang dikeluarkan.
-------------------------------------------------------
6. Setiap Rapat Pengawas dibuat Berita Acara Rapat yang ditandatangani oleh
Ketua Umum Rapat dan seorang Anggota Pengawas lainnya yang ditunjuk
oleh rapat sebagai Sekertaris Rapat. ------------------------------------------------
---------------------------------------- TAHUN BUKU
-------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 36---------------------------------------
1. Tahun buku PERKUMPULAN dimulai dari tanggal 1(satu) Januari sampai
dengan tanggal 31(tiga puluh satu) Desember. -------------------------------------
2. Pada akhir tahun, buku PERKUMPULAN ditutup.
--------------------------------
3. Untuk pertama kalinya buku PERKUMPULAN dimulai pada tanggal dari
akta pendirian ini dan ditutup pada tanggal 31(tiga puluh satu) Desember
2020 (dua ribu duapuluh).
--------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------- LAPORAN TAHUNAN ---------------------------
----------------------------------------------- PASAL 37---------------------------------------
1. Pengurus wajib menyusun laporan tahunan secara tertulis paling lambat 5
(lima) bulan setelah berakhirnya tahun buku PERKUMPULAN. ---------------
2. Laporan tahunan memuat sekurang-kurangnya:
------------------------------------
a. Laporan keadaan dan kegiatan PERKUMPULAN selama satu tahun
yang lalu serta hasil yang dicapai.
-----------------------------------------------------
b. Laporan keuangan yang terdiri atas laporan posisi keuangan pada akhir
periode, laporan aktivitas, laporan arus kas dan catatan laporan
keuangan.
3. Laporan tahunan wajib ditandatangani oleh Pengurus.
----------------------------
4. Dalam hal terdapat Anggota Pengurus dan Pengawas yang tidak
mendatangani laporan, maka yang bersangkutan harus menyebutkan alasan
tertulis. ----------
5. Laporan tahunan disahkan oleh Musyawarah Anggota.
---------------------------
---------------------------- PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
---------------------
----------------------------------------------- PASAL 38---------------------------------------
1. Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilaksanakan beradasarkan
keputusan Musyawarah Anggota yang hadir paling sedikit 3/4 (tiga per
empat) dari jumlah Anggota dan disetujui paling sedikit 2/3 (dua per tiga)
dari jumlah Anggota yang hadir.
--------------------------------------------------------------------
2. Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
--------------------
3. Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai,
maka keputusan ditetapkan berdasarkan persetujuan paling sedikit 2/3 (dua
per tiga) dari seluruh jumlah Anggota yang hadir dan/atau yang diwakili.
---------
4. Dalam hal korum Musyawarah Anggota sebagaimana dimaksud dalam
Anggaran Dasar ini tidak tercapai, maka diadakan pemanggilan Musyawarah
Anggota yang kedua paling cepat 3 (tiga) hari terhitung sejak 28 tanggal
Musyawarah Anggota yang pertama. ------------------------------------------------
5. Musyawarah Anggota kedua tersebut sah, apabila dihadiri oleh lebih dari 1/2
(satu per dua) dari seluruh Anggota. ------------------------------------------------
6. Keputusan Musyawarah Anggota sah, apabila diambil berdasarkan
persetujuan suara terbanyak dari jumlah Anggota yang hadir atau yang
diwakili.
----------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 39---------------------------------------
1. Perubahan Anggaran Dasar dilakukan dengan akta Notaris dan dibuat dalam
bahasa Indonesia. -----------------------------------------------------------------------
2. Perubahan Anggaran Dasar tidak dapat dilakukan terhadap maksud dan
tujuan PERKUMPULAN.
---------------------------------------------------------------------
3. Perubahan Anggaran Dasar yang menyangkut perubahan nama dan kegiatan
PERKUMPULAN, harus mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
------------------------------------------------
4. Perubahan Anggaran Dasar ini selain yang menyangkut hal-hal sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) cukup diberitahukan kepada Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
------------------------------------------------
5. Perubahan Anggaran Dasar tidak dapat dilakukan pada saat
PERKUMPULAN dinyatakan pailit, kecuali atas persetujuan kurator.
--------------------------------
---------------------------------- PENGGABUNGAN -------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 40---------------------------------------
1. Penggabungan PERKUMPULAN dapat dilakukan dengan menggabungkan 1
(satu) atau lebih PERKUMPULAN dengan organisasi sejenis lainnya yang
mengakibatkan PERKUMPULAN dan organisasi yang dimaksud yang
melakukan penggabungan tersebut menjadi bubar. --------------------------------
2. Penggabungan PERKUMPULAN sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dapat dilakukan dengan memperhatikan:
--------------------------------------------
a. Ketidakmampuan PERKUMPULAN melakukan kegiatan usaha tanpa
dukungan organisasi sejenis, sebagaimana dimaksud dalam ayat(1)
diatas.
b. Organisasi yang menerima penggabungan dan yang bergabung tersebut
memiliki kegiatan sejenis; atau ------------------------------------------------
c. Organisasi lain yang menerima penggabungan tersebut tidak pernah
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Anggaran Dasarnya,
ketertiban umum dan kesusilaan.
------------------------------------------------
3. Usul penggabungan PERKUMPULAN dapat disampaikan oleh Pengurus
kepada Musyawarah Anggota; -------------------------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 41---------------------------------------
1. Penggabungan PERKUMPULAN hanya dapat dilakukan berdasarkan
keputusan Musyawarah Anggota yang dihadiri paling sedikit 3/4 (tiga per
empat) dari jumlah Anggota dan disetujui paling sedikit 3/4 (tiga per empat)
dari seluruh jumlah Anggota yang hadir.
--------------------------------------------
2. Pengurus dari masing-masing PERKUMPULAN yang akan menggabungkan
diri dan yang akan menerima penggabungan menyusun usul rancana
penggabungan. --------------------------------------------------------------------------
3. Usul rencana penggabungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dituangkan dalam rancangan akta penggabungan oleh Pengurus dari
PERKUMPULAN yang akan menggabungkan diri dan yang akan menerima
penggabungan. ----
4. Rancangan akta penggabungan harus mendapat persetujuan dari Musyawarah
Anggota PERKUMPULAN dan 30 organisasi dimaksud dalam pasal ini. -----
5. Rancangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) pasal ini dituangkan dalam
akta penggabungan yang dibuat dihadapan Notaris dalam bahasa Indonesia.
6. Pengurus PERKUMPULAN hasil penggabungan wajib mengumumkan hasil
penggabungan dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia, paling lambat
30 (tigapuluh) hari terhitung sejak penggabungan selesai dilakukan.
---------------
7. Dalam hal penggabungan PERKUMPULAN diikuti dengan perubahan
Anggaran Dasar yang memerlukan persetujuan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia, maka akta perubahan Anggaran Dasar PERKUMPULAN
wajib disampaikan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk
memperoleh persetujuan dengan dilampiri akta penggabungan. -----------------
------------------------------------ PENGGABUNGAN -----------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 42---------------------------------------
1. PERKUMPULAN bubar dalam hal: -------------------------------------------------
a. Tujuan PERKUMPULAN yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah
tercapai atau tidak tercapai; ------------------------------------------------------
b. Putusan pengandilan yang telah berkekuatan hukum tetap berdasarkan
alasan:
-------------------------------------------------------------------------------
1) Melanggar ketertiban umum dan kesusilaan; ----------------------------
2) Tidak mampu membayar utangnya setelah dinyatakan pailit; ---------
3) harta kekayaan PERKUMPULAN tidak cukup untuk melunasi
utangnya setelah pernyataan pailit dicabut.
-------------------------------
2. Dengan mengindahkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, maka pembubaran PERKUMPULAN selain sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf c pasal ini hanya dapat dilakukan berdasarkan
keputusan Musyawarah Anggota yang dihadiri oleh Anggota yang mewakili
paling sedikit 3/4 (tiga per empat) dari seluruh jumlah anggota dengan hak
suara yang sah dan keputusan disetujui oleh paling sedikit 3/4 (tiga per
empat) dari seluruh jumlah suara yang sah dalam rapat.
------------------------------------------------
3. Dalam hal PERKUMPULAN bubar sebagaimana diatur dalam ayat (1) huruf
a dan huruf b, Musyawarah Anggota menunjuk Likuidator untuk
membereskan kekayaan PERKUMPULAN.
----------------------------------------
4. Dalam hal tidak ditunjuk likuidator, maka Pengurus bertindak sebagai
Likuidator. -------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 43---------------------------------------
1. Dalam hal PERKUMPULAN bubar, PERKUMPULAN tidak dapat
melakukan perbuatan hukum apapun lagi, kecuali untuk membereskan
kekayaannya dalam proses likuidasi. ------------------------------------------------
2. Dalam hal PERKUMPULAN sedang dalam proses likuidasi, untuk semua
surat keluar dicantumkan frasa “dalam likuidasi” dibelakang nama
PERKUMPULAN. ---------------------------------------------------------------------
3. Dalam hal PERKUMPULAN bubar karena putusan pengadilan, maka
pengadilan akan menunjuk likuidator. -----------------------------------------------
4. Dalam hal pembubaran PERKUMPULAN karena pailit, berlaku peraturan
perundang-undangan di bidang kepailitan.
------------------------------------------
5. Ketentuan mengenai penunjukkan, pengangkatan, pemberhentian sementara,
pemberhentian, wewenang, kewajiban, tugas dan tanggung jawab, serta
pengawasan terhadap Pengurus, berlaku juga bagi Likuidator. ------------------
6. Likuidator atau Kurator yang ditunjuk untuk melakukan pemberesan
kekayaan PERKUMPULAN yang bubar atau dibubarkan paling lambat 5
(lima) hari terhitung sejak tanggal penunjukkan wajib mengumumkan
pembubaran PERKUMPULAN dan proses likuidasinya dalam surat kabar
harian berbahasa Indonesia.
--------------------------------------------------------------------------------
----------- CARA PENGGUNAAN KEKAYAAN SISA LIKUIDASI
-------------
----------------------------------------------- PASAL 44---------------------------------------
1. Kekayaan sisa hasil likuidasi diserahkan kepada Anggota yang dibagikan
berdasarkan kesepakatan didalam Musyawarah Anggota. ------------------------
2. Kekayaan sisa hasil likuidasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
diserahkan kepada badan hukum lain yang melakukan kegiatan yang sama
dengan PERKUMPULAN, apabila hal tersebut diatur dalam undang-undang
yang berlaku bagi badan hukum tersebut. -------------------------------------------
3. Dalam hal kekayaan sisa hasil likuidasi tidak diserahkan kepada organisasi
lain atau kepada badan hukum lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan ayat (2) pasal ini, kekayaan tersebut diserahkan kepada Negara dan
penggunaanya dilakukan sesuai dengan maksud dan tujuan
PERKUMPULAN yang bubar.
------------------------- ANGGARAN RUMAH TANGGA DAN
---------------------
----------------------------------- PERATURAN KHUSUS ------------------------------
----------------------------------------------- PASAL 45---------------------------------------
Musyawarah Anggota dapat menetapkan Anggaran Rumah Tangga dan/atau
Peraturan Khusus, yang memuat peraturan pelaksanaan berdasarkan ketentuan
sebagaimana tersebut dalam Anggaran Dasar ini. ---------------------------------------
------------------------------------ PERATURAN PENUTUP ---------------------------
----------------------------------------------- PASAL 46---------------------------------------
1. Hal-hal yang tidak diatur atau belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar ini,
akan diputuskan oleh Musyawarah Anggota, tetapi tidak terbatas mensahkan
Anggaran Rumah Tangga PERKUMPULAN sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Anggaran Dasar ini. ------------------------------------------------
2. Menyimpang dari ketentuan Pengurus berdasarkan Anggaran Dasar ini
khususnya mengenai tata cara pengangkatan Pengurus dan Pengawas untuk
pertama kalinya diangkat susunan Pengurus dan Pengawas
PERKUMPULAN dengan susunan sebagai berikut:
------------------------------------------------------
PENGURUS:
----------------------------------------------------------------------------
- Ketua Umum: Tuan Hardi. ----------------------------------------------------------
- Sekretaris Umum: Tuan Adit. -------------------------------------------------------
- Bendahara Umum: Tuan Charlie.
---------------------------------------------------
PENGAWAS: ---------------------------------------------------------------------------
Tuan Dave. ------------------------------------------------------------------------------
Pengangkatan Anggota Pengurus PERKUMPULAN dan Anggota Pengawas
PERKUMPULAN tersebut telah diterima oleh masing-masing yang
bersangkutan dan harus disahkan dalam Musyawarah Anggota yang pertama
kali diadakan, setelah akta pendirian ini mendapat pengesahan atau
didaftarkan pada instansi berwenang. Ketua umum PERKUMPULAN dan
baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri dengan hak untuk memindahkan
kekuasaan ini kepada orang lain dikuasakan untuk memohon pengesahan
dan/atau pendaftaran atas Anggaran Dasar ini kepada instansi yang
berwenang dan untuk membuat perubahan dan/atau tambahan dalam bentuk
yang bagaimana pun juga yang diperlukan untuk memperoleh pengesahan
tersebut dan untuk mengajukan serta menandatangani semua permohonan
dan dokumen lainnya, untuk memilih tempat kedudukan dan untuk
melaksanakan tindakan lain yang mungkin diperlukan.
-------------------------------------------------------------------
- Penghadap menyatakan dengan ini menjamin akan kebenaran identitas
Penghadap sesuai tanda pengenal, yang disampaikan kepada saya, Notaris
dan penghadap, bertanggung jawab sepenuhnya atas hal tersebut dan
selanjutnya penghadap juga menyatakan telah mengerti dan memahami isi
akta ini. -------
-Para penghadap dikenal oleh saya, Notaris.
----------------------------------------
--------------------------- D E M I K I A N A K T A I N I. ------------------------
-Dibuat sebagai minuta dan dibacakan serta ditandatangani di Kota Jakarta
Selatan, pada hari dan tanggal tersebut pada awal akta ini, dengan dihadiri
oleh: -------------------------------------------------------------------------------------
1. Tuan Ramadhan, Sarjana Hukum, lahir di Jakarta, pada tanggal 05-05-
1990 (lima Mei seribu sembilan ratus sembilan puluh), Warga Negara
Indonesia, pegawai saya, Notaris, bertempat tinggal di Kota Administrasi
Jakarta Timur, Jalan Mawar Nomor 17, Rukun Tetangga 001, Rukun
Warga 007, Kelurahan Jagakarsa, Kecamatan Jagakarsa, pemegang Kartu
Tanda Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan
3171010505900005;----------------------------------------------------------------
2. Nyonya Alyssa, Sarjana Hukum, lahir di Jakarta, pada tanggal 04-04-
1990 (empat April seribu Sembilan ratus sembilan puluh), Warga Negara
Indonesia, pegawai saya, Notaris, bertempat tinggal di Kota Administrasi
Jakarta Selatan, Jalan Petogoan Nomor 11, Rukun Tetangga 004, Rukun
Warga 005 Kelurahan Pondok Labu, Kecamatan Cilandak, pemegang
Kartu Tanda Penduduk Nomor Kependudukan 3187010404900006; -------
Segera setelah akta ini saya, Notaris, bacakan kepada penghadap dan saksi-saksi,
maka akta ini ditandatangani oleh penghadap, saksi-saksi dan saya, Notaris. ------
- Dilangsungkan dengan tanpa perubahan.---------------------------------------------
Penghadap
Hardi Adit
Charlie Dave
Saksi
Ramadhan Alyssa
Notaris
TUGAS PEMBUATAN AKTA BADAN HUKUM NON PT DAN NON BADAN HUKUM
Kelas A
KOPERASI
Disusun oleh:
KELOMPOK 3
MAGISTER KENOTARIATAN
DEPOK
2021
A. SEJARAH KOPERASI
Pada tahun 1908 Dr. Sutomo yang merupakan pendiri dari Budi Utomo
memberikan perannya bagi gerakan koperasi untuk memperbaiki kondisi kehidupan
rakyat. Setelah itu koperasi mulai cepat berkembang di Indonesia, hal ini juga didorong
oleh sifat orang-orang Indonesia yang cenderung bergotong royong dan kekeluargaan
sesuai dengan prinsip koperasi. Bahkan untuk mengantisipasi perkembangan ekonomi
yang berkembang pesat pemerintahan Hindia-Belanda pada saat itu mengeluarkan
peraturan perundangan tentang perkoperasian.65 Pertama, diterbitkan Peraturan
Perkumpulan Koperasi No. 43, Tahun 1915, lalu pada tahun 1927 dikeluarkan pula
Peraturan No. 91, Tahun 1927, yang mengatur Perkumpulan-Perkumpulan Koperasi bagi
golongan Bumiputera. Pada tahun 1927 didirikan Serikat Dagang Islam (SDI), dibentuk
untuk tujuan memperjuangkan kedudukan ekonomi pengusaha-pengusaha pribumi.
Kemudian pada tahun 1929, berdiri Partai Nasional Indonesia yang memperjuangkan
penyebarluasan semangat koperasi. Pada tahun 1933, Pemerintah Hindia-Belanda
menetapkan Peraturan Umum Perkumpulan-Perkumpulan Koperasi No. 21 Tahun 1933
yang hanya diberlakukan bagi golongan yang tunduk kepada hukum Barat.
64
Achmad Solihin dan Etty Puji Lestari, Ekonomi Koperasi, Penerbit Buku Deepublish, Yogyakarta, hlm.
10-20.
65
Ibid., hlm. 30.
Pada saat Jepang berhasil menguasai sebagian besar daerah asia termasuk
Indonesia, sistem pemerintahan pun berpindah tangan dari pemerintahan Hindia-Belanda
ke pemerintahan Jepang. Pada saat pemerintahan Jepang di Indonesia didirikan koperasi
kumiyai, namun hal ini hanya dimanfaatkan Jepang untuk mengeruk keuntungan, dan
menyengsarakan rakyat Indonesia.66 Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 12 juli
1947, diadakan Kongres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya. Tanggal tersebut
kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia. Pada tanggal tersebut dibentuk
juga Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI) yang berkedudukan di
Tasikmalaya. Mohammad Hatta mendorong Gerakan ekonomi kerakyatan melalui
koperasi. Menurut Mohammad Hatta tujuan negara, yaitu memakmurkan rakyat dengan
berlandaskan atas asas kekeluargaan dan bentuk perekonomian yang paling cocok bagi
Indonesia adalah usaha bersama secara kekeluargaan.67
66
Ibid., hlm 29.
67
Hudiyanto, Koperasi: Ideologi dan Pengelolaannya, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Nasional, Jakarta, 2002, hlm. 24.
68
Mohammad Hatta, Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun: Gagasan Dan Pemikiran Dr.
Mohammad Hatta, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2015. Hlm. 70-85
B. CIRI-CIRI KOPERASI
Koperasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:69
a. Koperasi merupakan salah satu jenis badan usaha yang tujuannya memperoleh
keuntungan ekonomis dimana koperasi diberikan peluang untuk masuk ke segala
sektor perekonomian, dengan mempertimbangkan kelayakan usaha;
b. Tujuan koperasi tersebut harus berkenaan langsung dengan kepentingan anggotanya,
dan meningkatkan usaha dan kesejahteraan. Pengelolaan koperasi harus dilaksanakan
secara produktif, efektif dan efisien, agar dapat memberikan nilai tambah dan
manfaat kepada para anggotanya;
c. Sifat keanggotaannya bersifat sukarela yang artinya tidak boleh ada paksaan dari
siapa pun dan dalam bentuk apapun;
d. Sifat keanggotaannya juga bersifat terbuka, yang artinya tidak ada pembatasan
ataupun diskriminasi dari pihak manapun dan dalam bentuk apapun;
e. Pengelolaan koperasi dipegang oleh para anggota sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi;
f. Pembagian pendapatan atau sisa hasil usaha didasarkan pada perimbangan jasa
anggota dan balas jasa terhadap modal yang diberikan. Namun hal tersebut memiliki
batasannya, yaitu tidak melebihi suku bunga yang berlaku di pasar;
g. Koperasi bersifat mandiri, yang artinya dapat berdiri sendiri, tidak bergantung pada
pihak manapun juga, bertanggung jawab perbuatannya sendiri, mengelola dirinya
sendiri, dan memiliki otonomi, swadaya sendiri.
C. FUNGSI KOPERASI
Dalam Pasal (4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian,
diuraikan mengenai fungsi dan peran koperasi di Indonesia yaitu sebagai berikut:70
69
Budi Untung, Hukum Koperasi dan Peran Notaris Indonesia, Penerbit Andi Publisher, Yogyakarta,
2005. hlm 3.
70
Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian,
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 1992, Pasal 4.
a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosial.
b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat.
c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.
d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi.
D. TUJUAN KOPERASI
Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perekoperasian,
dijelaskan mengenai tujuan koperasi Indonesia, sebagai berikut:71
“Memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta
ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat
yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”
E. PRINSIP KOPERASI
Dalam menjalankan usahanya, koperasi memiliki prinsip sebagaimana dalam
Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian (untuk selanjutnya disebut UU Koperasi), bahwa koperasi melaksanakan
prinsip koperasi sebagai berikut :
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;
Sukarela mengandung arti bahwa, untuk menjadi anggota koperasi tidak boleh
dipaksakan oleh siapapun dan anggota koperasi dapat mengundurkan diri dari
koperasi sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam Anggaran Dasar Koperasi.
Sedangkan sifat terbuka mengandung arti bahwa, dalam keanggotaan tidak
dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apa pun.
b. Pengelolaan dilaksanakan secara demokratis.
71
Ibid.,Pasal 5.
Artinya, pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para
anggota. Para anggota itulah yang memegang dan melaksanakan kekuasaan
tertinggi dalam koperasi.
c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa
usaha masing-masing anggota.
Artinya, pembagian sisa hasil usaha kepada anggota dilakukan tidak semata-mata
berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam koperasi, namun juga
berdasarkan pertimbangan jasa usaha anggota terhadap koperasi.
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
Artinya, modal dalam koperasi pada dasarnya dipergunakan untuk kemanfaatan
anggota dan bukan untuk sekedar mencari keuntungan. Oleh karena itu balas jasa
terhadap modal yang diberikan kepada para anggota juga terbatas, dan tidak
didasarkan semata-mata atas besarnya modal yang diberikan. Yang dimaksud
dengan “terbatas” adalah wajar dalam arti tidak melebihi suku bunga yang
berlaku di pasar.
e. Kemandirian.
Artinya, koperasi dapat berdiri sendiri, tanpa tergantung pada pihak lain yang
dilandasi oleh kepercayaan kepada pertimbangan, keputusan dan usaha sendiri.
Dalam kemandirian terkandung pula pengertian kebebasan yang
bertanggungjawab, otonomi, swadaya, berani mempertanggungjawabkan,
perbuatan sendiri dan kehendak untuk mengelola diri sendiri.
72
Ibid.,Pasal 5 ayat (2).
F. MODAL KOPERASI
Modal koperasi sebagaimana terdapat dalam ketentuan Pasal 41 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (untuk selanjutnya disebut
Undang-Undang Koperasi) berasal dari dua sumber, yaitu modal sendiri dan modal
pinjaman. Koperasi dapat memanfaatkan modal sendiri dan modal pinjaman dalam upaya
memenuhi kebutuhan modalnya. Modal sendiri adalah modal koperasi yang dihimpun
dari Simpanan Pokok, Simpanan Wajib dan jenis simpanan lain yang ditetapkan koperasi,
dana cadangan serta hibah. Adapun modal sendiri dalam Pasal 41 ayat 2 Undang-Undang
Koperasi juncto Pasal 106 ayat (3) Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan dan
Pembinaan Perkoperasian (untuk selanjutnya disebut dengan Permenkop Nomor 9 Tahun
2018), dapat berasal dari:
1. Simpanan pokok, yaitu sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayar
oleh anggota koperasi kepada koperasi pada saat menjadi anggota koperasi.
Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih
berstatus sebagai anggota. Nilai atau besaran simpanan pokok diatur dan
ditetapkan dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Koperasi yang
bersangkutan dengan mempertimbangkan kemampuan ekonomi anggota dan
kegiatan usaha yang akan dilaksanakan.73
2. Simpanan wajib, yaitu sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada
koperasi, dalam waktu atau kesempatan tertentu dengan nilai dan mekanisme
pembayarannya, diatur dalam Anggaran Dasar Koperasi.74
3. Dana Cadangan, yaitu sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil
usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutupi
kerugian koperasi yang mungkin terjadi atau bila diperlukan. Dana cadangan juga
dimaksudkan bagi jaminan koperasi di masa yang akan datang dan
diperuntungkan bagi perluasan usaha, pemupukan dana cadangan ditetapkan
dalam Rapat Anggota.75
73
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan dan Pembinaan
Perkoperasian, Pasal 108 ayat (3).
74
Ibid., Pasal 108 ayat (4).
75
Ibid., Pasal 108 ayat (7).
4. Hibah atau sumbangan, yaitu sejumlah uang dan/atau barang modal, yang dapat
dinilai dengan uang yang diterima dari pemerintah, pemerintah provinsi,
kabupaten/kota, lembaga internasional, perseorangan dan pihak-pihak lain, yang
bersifat hibah dan tidak mengikat. Hibah atau sumbangan yang tidak mengikat
diakui sebagai ekuitas sehingga dapat digunakan untuk menanggung berbagai
resiko kerugian koperasi. Modal yang berasal dari hibah atau sumbangan tidak
dapat dibagikan kepada anggota selama koperasi belum dibubarkan. Selain itu
Koperasi dapat menerima hibah, baik dari dalam negeri maupun asing sepanjang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang
dibukukan sebagai komponen modal sendiri dan tidak dapat dibagikan secara
langsung atau tidak langsung kepada Anggota, Pengurus, dan Pengawas.76
Selanjutnya modal pinjaman adalah sejumlah uang yang dihimpun dari
perseorangan anggota koperasi, lembaga keuangan Bank, lembaga keuangan Non Bank,
koperasi, badan/atau lembaga yang menyediakan pinjaman kepada koperasi, yang
diperoleh sesuai dengan perjanjian dan ketentuan pinjaman yang disepakati para pihak.
Sebagaimana dalam pasal 41 ayat (3) Undang-Undang Koperasi Juncto Pasal 106 ayat 3
Permenkop Nomor 9 Tahun 2018, dapat berasal dari:
1. Pinjaman dari anggota merupakan sejumlah uang yang diterima koperasi,
bersumber dari anggota sebagai pinjaman, dengan ketentuan dan syarat-syarat
yang disepakati antara koperasi dengan anggota pemberi pinjaman.
2. Pinjaman dari koperasi lain merupakan sejumlah uang yang diterima koperasi,
bersumber dari koperasi lain sebagai pinjaman, dengan ketentuan dan syarat-
syarat yang disepakati antara koperasi dengan koperasi pemberi pinjaman.
3. Kredit dan/atau pembiayaan dari Bank merupakan sejumlah uang yang diterima
koperasi, bersumber dari Bank, sebagai pinjaman kredit, dan/atau pembiayaan
dari Bank, sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat yang disepakati antara
Koperasi dengan Bank pemberi pinjaman.
4. Pinjaman dan/atau pembiayaan dari lembaga keuangan non Bank meliputi
perusahaan modal ventura, lembaga leasing, lembaga factoring atau anjak piutang
merupakan sejumlah uang yang diterima koperasi, bersumber dari lembaga
76
Ibid., Pasal 111 ayat (2).
keuangan non Bank, sebagai pinjaman, sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat
yang disepakati antara koperasi dengan lembaga keuangan non Bank pemberi
pinjaman/pembiayaan.
5. Penerbitan Surat Utang Koperasi yang selanjutnya disebut SUK merupakan
sejumlah uang yang diterima koperasi dari penerbitan sertifikat SUK, yang dibeli
pemodal/investor untuk membiayai usaha-usaha koperasi, sebagai pinjaman dari
lembaga reksa dana, manajemen investasi, yang pelaksanaannya sesuai dengan
ketentuan dan syarat-syarat yang disepakati antara koperasi dengan perusahaan
pemilik modal/investor.
6. Penerbitan obligasi koperasi merupakan sejumlah uang yang diterima koperasi
dari penerbitan obligasi koperasi, yang dibeli pemodal/investor perseorangan
dan/atau lembaga, untuk membiayai usaha-usaha koperasi, yang pelaksanaannya
sesuai dengan ketentuan dan syarat- syarat yang disepakati antara koperasi dengan
perusahaan pemilik modal/investor.
7. Koperasi dapat menetapkan jenis simpanan-simpanan lain, diluar Simpanan
Pokok dan Simpanan Wajib, dengan nilai dan mekanisme pembayaran simpanan-
simpanan yang diatur dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga atau
peraturan internal koperasi.
Selain modal tersebut di atas, koperasi dapat pula melakukan pemupukan modal
yang berasal dari Modal Penyertaan sebagaimana berdasarkan ketentuan Pasal 42 ayat (1)
Undang-Undang Koperasi Juncto Pasal 107 Permenkop Nomor 9 Tahun 2018, yang
bertujuan untuk memperkuat struktur permodalan koperasi. Penyelenggaraan Modal
Penyertaan dilakukan berdasarkan perjanjian tertulis antara Koperasi dengan Pemodal.
Untuk memupuk Modal Penyertaan, Koperasi paling sedikit harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:77
a. telah memiliki badan hukum dan perijinan usaha yang akan dibiayai oleh Modal
Penyertaan;
b. telah melaksanakan Rapat Anggota 2 (dua) kali berturut-turut;
c. telah diaudit akuntan publik dengan opini wajar tanpa pengecualian; dan
d. mendapat persetujuan Rapat Anggota.
77
Ibid., Pasal 135.
Penempatan dan pengadministrasian Modal Penyertaan pada Koperasi
dilaksanakan dalam satu pembukuan sebagai investasi yang menanggung resiko pada
koperasi. Penempatan dan pengadministrasian Modal Penyertaan sebagaimana dimaksud
dibukukan secara khusus dan terpisah. Dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran
Pengurus atau Pengelola dapat mengikutsertakan Pemodal. Dalam Rapat Anggota,
Pengurus dapat mengundang Pemilik Modal Penyertaan untuk memberikan saran dan
pendapat mengenai usaha yang dibiayai oleh Modal Penyertaan. Pemodal tidak
mempunyai hak suara dalam Rapat Anggota, dan tidak turut menentukan kebijaksanaan
koperasi secara keseluruhan.78
G. JENIS-JENIS KOPERASI
Berdasarkan undang-undang nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian
disebutkan bahwa koperasi dapat berbentuk Primer maupun sekunder. Koperasi Primer
merupakan koperasi yang didirikan dan beranggotakan perseorangan dengan sekurang-
kurangnya 20 orang pendiri/anggota sedangkan koperasi sekunder merupakan koperasi
yang terbentuk dari gabungan sekurang-kurangnya 3 koperasi.79 Pendirian koperasi
sekunder ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari koperasi primer
dalam menjalankan fungsinya.80
Koperasi sekunder dapat terdiri dari beberapa koperasi sejenis maupun tidak
sejenis selama memiliki kebutuhan ekonomi yang sama.Dasar untuk menentukan jenis
Koperasi dapat diketahui berdasarkan kesamaan aktivitas, kepentingan dan kebutuhan
ekonomi anggotanya, seperti antara lain Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Konsumen,
Koperasi Produsen, Koperasi Pemasaran, dan Koperasi Jasa. Khusus Koperasi yang
dibentuk oleh golongan fungsional seperti pegawai negeri, anggota ABRI, karyawan dan
sebagainya, bukan merupakan jenis Koperasi tersendiri. (Penjelasan Pasal 16 Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian).81
78
Ibid., Pasal 142 ayat (2).
79
Ibid.,Pasal 10.
80
"Bentuk dan Jenis Koperasi", www.cucoindo.org. Diakses pada hari Selasa tanggal 20 April 2020.
81
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Koperasi Dan Usaha Kecil Dan
Menengah Republik Indonesia Tahun 2010, https://dinkopukm.slemankab.go.id/wp-content/uploads/2018/07/Jenis-
Koperasi.pdf diakses pada Hari Senin tanggal 31 Mei 2021, pukul 13.00
1. Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi ini sering kali juga disejajarkan dengan nama koperasi kredit,
koperasi ini menyelenggarakan layanan tabungan dan sekaligus memberikan
kredit bagi anggotanya. Layanan-layanan ini menempatkan koperasi sebagai
pelayan anggota memenuhi kebutuhan pelayanan keuangan bagi anggota
menjadi lebih baik dan lebih maju. Dalam koperasi ini anggotanya memiliki
kedudukan identitas ganda sebagai pemilik (owner) dan nasabah (customers).
Dalam kedudukan sebagai nasabah anggota melaksanakan kegiatan menabung
dan meminjam dalam bentuk kredit kepada koperasi. Pelayanan koperasi kepada
anggota yang menabung dalam bentuk simpanan wajib, simpanan sukarela dan
deposito, merupakan sumber modal bagi koperasi. Penghimpunan dana dari
anggota itu menjadi modal yang selanjutnya oleh koperasi disalurkan dalam
bentuk pinjaman atau kredit kepada anggota dan calon anggota. Dengan cara
pinjam (KSP) dan atau Unit Usaha Simpan Pinjam (USP) Koperasi. Dengan cara
itulah koperasi melaksanakan fungsi intermediasi dana milik anggota untuk
disalurkan dalam bentuk kredit kepada anggota yang membutuhkan.
Penyelenggaraan kegiatan simpan pinjam oleh koperasi dilaksanakan dalam
bentuk/wadah koperasi simpan pinjam.
2. Koperasi Konsumen
Koperasi konsumen adalah koperasi yang melaksanakan kegiatan bagi
anggota dalam rangka penyediaan barang atau jasa yang dibutuhkan anggota.
Koperasi konsumen berperan dalam mempertinggi daya beli sehingga
pendapatan riil anggota meningkat. Pada koperasi ini, anggota memiliki identitas
sebagai pemilik (owner) dan sebagai pelanggan (customer). Dalam kedudukan
anggota sebagai konsumen, kegiatan mengkonsumsi (termasuk konsumsi oleh
produsen) adalah penggunaan mengkonsumsi barang/jasa yang disediakan oleh
pasar. Adapun fungsi pokok koperasi konsumen adalah menyelenggarakan:
a. Pembelian atau pengadaan barang/jasa kebutuhan anggota yang dilakukan
secara efisien, seperti membeli dalam jumlah yang lebih besar.
b. Inovasi pengadaan, seperti sumber dana kredit dengan bunga yang lebih
rendah, diantaranya pemanfaatan dana bergulir, pembelian dengan diskon,
pembelian dengan kredit.
3. Koperasi Produsen
Koperasi produsen adalah koperasi yang anggotanya-anggotanya adalah para
produsen. Anggota koperasi ini adalah pemilik (owner) dan pengguna pelayanan
(user), dimana dalam kedudukannya sebagai produsen, anggota koperasi
produsen mengolah bahan baku/input menjadi barang jadi/output, sehingga
menghasilkan barang yang dapat diperjualbelikan, memperoleh sejumlah
keuntungan dengan transaksi dan memanfaatkan kesempatan pasar yang dapat
diperjualbelikan, memperoleh sejumlah keuntungan dengan transaksi dan
memanfaatkan kesempatan pasar yang ada. Koperasi produsen berperan dalam
pengadaan bahan baku, input, atau sarana produksi yang menunjang ekonomi
anggota, sehingga anggota merasakan manfaat keberadaan koperasi karena
mampu meningkatkan produktivitas usaha anggota dan pendapatannya. Koperasi
ini menjalankan beberapa fungsi, diantaranya:
a. Pembelian ataupun pengadaan input yang diperlukan anggota
b. Pemasaran hasil produksi (output) yang dihasilkan dari usaha anggota
c. Proses produksi bersama atau pemanfaatan sarana produksi secara
bersama
d. Menanggung resiko bersama atau menyediakan kantor pemasaran bersama
4. Koperasi Pemasaran
Koperasi pemasaran seringkali disebut koperasi penjualan. Identitas anggota
sebagai pemilik (owner) dan penjual (seller) atau pemasar. Koperasi pemasaran
mempunyai fungsi menampung produk barang maupun jasa yang dihasilkan
anggota untuk selanjutnya memasarkannya kepada konsumen. Anggota
berkedudukan sebagai pemasok barang atau jasa kepada koperasinya. Dengan
demikian bagi anggota, koperasi merupakan bagian terdepan dalam pemasaran
barang ataupun jasa anggota produsen. Sukses fungsi pemasaran ini mendukung
tingkat kepastian usaha bagi anggota untuk tetap dapat berproduksi.
5. Koperasi Jasa
Adalah koperasi dimana identitas anggota sebagai pemilik dan nasabah
konsumen jasa dan atau produsen jasa. Dalam status anggota sebagai konsumen
jasa, maka koperasi yang didirikan adalah koperasi pengadaan jasa. Sedangkan
dalam status anggota sebagai produsen jasa, maka koperasi yang didirikan
adalah koperasi produsen jasa atau koperasi pemasaran jasa. Sebagai koperasi
pemasaran, bilamana koperasi melaksanakan fungsi memasarkan jasa hasil
produksi anggota. Dalam praktek dikenal pula penjenisan koperasi atas dasar
cakupan pengelolaan bisnis (usaha), yaitu jenis koperasi Single Purpose (satu
usaha) dan Multi Purpose (banyak usaha). Koperasi dengan satu kegiatan usaha,
misalnya Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Koperasi Produsen Susu, Koperasi
tahu tempe (Primkopti), Koperasi Bank Perkreditan Rakyat dan sebagainya.
Koperasi dengan lebih dari satu kegiatan usaha, sering disebut sebagai koperasi
serba usaha. Jenis koperasi ini misalnya Koperasi Pemasaran, dimana koperasi
melaksanakan pemasaran produk barang dan jasa.
Di dalam praktek koperasi dikenal sebutan penjenisan koperasi, seperti
Koperasi Pegawai Negeri (KPN), Koperasi Unit Desa (KUD), Koperasi
Karyawan (Kopkar), Koperasi Mahasiswa (Kopma), Koperasi Pedagang Pasar,
Primer Koperasi Kepolisian (Primkopol), Primer Koperasi Angkatan Darat
(Primkopad), Primer Koperasi Angkatan Udara (Primkopau), Primer Koperasi
Angkatan Laut (Primkopal), dan seterusnya. Pada sisi lain koperasi itu masih
diberi nama seperti KUD Makmur, Koperasi Simpan Pinjam. (KSP) Sejahtera,
Primkopol Melati, Kopma Unpad dan sebagainya. Terdapat pula sebutan
penjenisan Koperasi Jasa Keuangan, Koperasi Jasa Transportasi, Koperasi Taksi,
Koperasi Angkutan, dan berbagai Koperasi lainnya. Demikian pula dalam
koperasi sekundernya dikenal sebutan GKPN, PKPN, PKPRI, Gabungan
Koperasi Batik Indonesia (GKBI), Induk Koperasi Unit Desa, Pusat Koperasi
Unit Desa, Puskopad, Puskopau, Puskud, dan lain-lainnya.
H. ORGAN KOPERASI
Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian organisasi
Koperasi terdiri atas:
1. Rapat Anggota
Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi.
Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, rapat anggota memiliki berhak untuk
menetapkan hal-hal sebagai berikut:
(1) Anggaran Dasar;
(2) Kebijaksanaan Umum dibidang organisasi, manajemen, dan usaha Koperasi;
(3) Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja Koperasi, serta
pengesahan laporan keuangan;
(4) Pengesahan pertanggungjawaban Pengurus dalam pelaksanaan tugasnya;
(5) Pembagian sisa hasil usaha;
(6) Penggabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran Koperasi.
2. Pengawas Koperasi
Pengawas koperasi merupakan salah satu struktur organisasi Koperasi yang
dipilih dan diangkat oleh Anggota pada Rapat Anggota. Pengawas Koperasi
bertugas untuk:
(1) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan
Koperasi
(2) Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya
I. Tahapan Pertama
Sebelum mendirikan koperasi maka harus diadakan penyuluhan koperasi
mengenai:
1. Pengertian, manfaat dan usaha koperasi,
2. Hak dan kewajiban pengurus, pengawas dan anggota,
3. Tugas dan kewajiban pendiri, anggota dan pengurus sebelum dan sesudah koperasi
berbadan hukum,
4. Tata cara persiapan Rapat Pembentukan Koperasi,
5. Inventarisasi calon anggota Koperasi yang memiliki tujuan dan kepentingan ekonomi
yang sama.
V. Tahap Kelima
VERIFIKASI/PENINJAUAN
Peninjauan kelokasi Koperasi yang mengajukan permohonan Badan Hukum
bertujuan untuk mengetahui :
1. Kelayakan Usaha Koperasi.
2. Keberadaan tempat usaha dan status kepemilikanya.
3. Pelaksanaan tugas pengurus dan pengawas.
4. Kelengkapan Administrasi Keuangan dan Permodalan.
5. Perkembangan keanggotaan dan usaha.
6. Kelengkapan Administrasi organisasi Koperasi.
7. Potensi pengembangan usaha Koperasi.
L. PEMBUBARAN KOPERASI
Koperasi tidak memenuhi ketentuan dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun
1992 tentang Perkoperasian, dan atau tidak melaksanakan ketentuan dalam Anggaran
Dasar Koperasi yang bersangkutan. Kegiatan Koperasi bertentangan dengan ketertiban
umum dan atau kesusilaan yang dinyatakan berdasarkan keputusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap atau Koperasi dinyatakan pailit berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; atau Koperasi tidak melakukan
kegiatan usahanya secara nyata selama 2 (dua) tahun berturut-turut terhitung sejak
tanggal pengesahan Akta Pendirian.
84
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan dan Pembinaan
Perkoperasian, Pasal 41.
Pembubaran koperasi diatur dalam Pasal 102 sampai Pasal 105 UU Perkoperasian.
Pembubaran koperasi dapat dilakukan berdasarkan:85
1. Keputusan rapat anggota;
2. Jangka waktu telah berakhir, dan/atau;
3. Keputusan Menteri.
Rapat anggota dapat membubarkan koperasi berdasarkan usulan yang diajukan ke
rapat anggota oleh pengawas atau anggota yang mewakili paling sedikit 1/5 (satu
perlima) jumlah anggota. Apabila koperasi diputuskan bubar oleh rapat anggota, maka
pengurus bertindak sebagai kuasa rapat anggota apabila rapat anggota tidak menunjuk
pihak lain. Koperasi tersebut dinyatakan bubar pada saat ditetapkan dalam keputusan
rapat anggota. Keputusan pembubaran oleh rapat anggota tersebut diberitahukan secara
tertulis oleh kuasa rapat anggota kepada Menteri dan semua kreditor.
Koperasi dapat juga bubar karena berakhirnya jangka waktu berdirinya
sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar telah berakhir. Sehubungan dengan
pembubaran karena berakhirnya jangka waktu tersebut atas dasar permohonan pengurus.
Permohonan perpanjangan tersebut diajukan dalam jangka waktu paling lambat sembilan
puluh hari sebelum koperasi berakhir. Keputusan Menteri berkaitan dengan permohonan
perpanjangan diatas diberikan dalam jangka paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah
permohonan diterima. Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak terpenuhi, keputusan
rapat anggota dianggap sah.
Pada Pasal 46 UU No. 25 Tahun 1992 mengatur bahwa terdapat 2 (dua) cara
pembubaran koperasi dengan cara yang sah, yaitu :
Keputusan Rapat Anggota
Apabila koperasi bubar karena adanya keputusan rapat anggota hal ini
dikarenakan jangka waktu koperasi telah berakhir. Dalam hal ini, dalam rangka
pembubaran koperasi, pengurus koperasi mengirim undangan rapat anggota paling
lambat 14 (empat belas) hari sebelum rapat anggota diselenggarakan. Pelaksanaan rapat
anggota terkait pembubaran koperasi dapat dikatakan sah apabila mencapai kuorum yang
dihadiri paling sedikit 3/4 anggota koperasi. Keputusan rapat anggota terkait pembubaran
koperasi dapat dikatakan sah apabila disetujui oleh 2/3 dari jumlah suara sah. Apabila
85
Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 1992, Pasal 102 - Pasal 105.
telah didapat keputusan rapat pembubaran koperasi, maka keputusan rapat tersebut
diberitahukan secara tertulis oleh kuasa rapat anggota kepada Menteri dan semua
kreditur. Keputusan Rapat Anggota tentang Pembubaran koperasi wajib membentuk Tim
Penyelesai, Tim Penyelesai melakukan pekerjaan penyelesaian dalam jangka waktu 2
(dua) tahun sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar Koperasi.86
Keputusan Pemerintah
Alasan yang menyebabkan terjadinya pembubaran koperasi yang dilakukan oleh
pemerintah terdapat pada Pasal 47 UU No. 25 Tahun 1992 yaitu:87
(1) Koperasi yang bersangkutan tidak memenuhi ketentuan UU No. 25 Tahun 1992
(2) Koperasi melakukan kegiatan yang bertentangan dengan ketertiban umum dan
kesusilaan;
(3) Kelangsungan koperasi sudah tidak diharapkan.
Pasal 43 Permen Koperasi dan UKM No. 9 tahun 2018 juga telah mengatur hal-
hal yang menyebabkan pembubaran koperasi oleh pemerintah, yaitu:88
(1) Koperasi tidak melaksanakan ketentuan anggaran dasar;
(2) Koperasi dinyatakan pailit;
(3) Tidak diadakan rapat anggota selama 3 (tiga) tahun berturut-turut;
(4) Tidak adanya kegiatan usaha yang dilakukan secara nyata selama 2 (dua) tahun
berturut-turut.
86
Ibid., Pasal 46.
87
Ibid.,Pasal 47.
88
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan dan Pembinaan
Perkoperasian, Pasal 43.
AKTA PENDIRIAN
“KOPERASI JASA SWADHARMA SEJAHTERA BERSAMA”
Nomor : 01
- Pada hari ini, Jumat, tanggal 05-02-2021
(lima Pebruari dua ribu dua puluh satu).
----------
- Pukul 14.00 W.I.B (empat belas Waktu
Indonesia Barat).
------------------------------------
- Berhadapan dengan saya, ENDANG
SURATMININGSIH, Sarjana Hukum, Notaris di
Jakarta, dengan dihadiri saksi-saksi yang
saya, Notaris kenal dan nama-namanya yang
akan disebutkan pada bagian akhir akta ini :
-----
- Tuan AMDRY, lahir di Pekanbaru , pada
tanggal 29-10-1964 (dua puluh Sembilan
Oktober seribu Sembilan ratus enam puluh
empat) , Warga Negara Indonesia, Karyaan
Swasta, bertempat tinggal di Tangerang,
Jalan Barata Raya/38, Rukun Tetangga 006,
Rukun Warga 007, Kelurahan Karang Tengah,
Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang,
Provinsi Banten, Pemegang Kartu Tanda
Penduduk dengan Nomor Induk kependudukan
(NIK) : 3671122910640001.-----------------
- Penghadap saya, Notaris kenal. -----------
- Menurut keterangan penghadap, dalam hal
ini bertindak :
------------------------------
a. Untuk diri sendiri;
--------------------
b. Berdasarkan surat kuasa, sebagaimana
Berita Acara Rapat Pendirian Koperasi
Jasa Swadharma Sejahtera Bersama,
tertanggal 28-01-2021 (dua puluh
delapan Januari dua ribu dua puluh
satu), dibuat dibawah tangan,
bermaterai cukup dari dan oleh karena
itu untuk dan atas nama para pendiri
Koperasi, yaitu : ----
1. Nyonya ARITA, lahir di Padang, pada
tanggal 16-01-1978 (enam belas
Januari seribu sembilan ratus tujuh
puluh delapan), Warga Negara
Indonesia, Swasta, bertempat tinggal
di Jalan DN. Tempe D.II/72, Rukun
Tetangga 001, Rukun Warga 002,
Kelurahan Gambir, Kecamatan Gambir,
Kota Administrasi Jakarta Pusat,
pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan
Nomor Induk Kependudukan (NIK):
3100918273627281;
2. Nyonya AGUSTINA CHAROLINA, lahir di
Jakarta, pada tanggal 10-02-1980
(sepuluh Februari seribu sembilan
ratus delapan puluh), Warga Negara
Indonesia, Swasta, bertempat tinggal
di Jalan Ahmad Yani Nomor 72, Rukun
Tetangga 003, Rukun Warga 001,
Kelurahan Gambir, Kecamatan Gambir,
Kota Administrasi Jakarta Pusat,
pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan
Nomor Induk Kependudukan (NIK):
3156188273627281;--------------------
3. Tuan ARIF GUSTAMAN, lahir di Depok,
pada tanggal 19-03-1981 (sembilan
belas Maret seribu sembilan ratus
delapan puluh satu), Warga Negara
Indonesia, Swasta, bertempat tinggal
di Jalan Buah Naga Nomor 67, Rukun
Tetangga 009, Rukun Warga 004,
Kelurahan Gambir, Kecamatan Gambir,
Kota Administrasi Jakarta Pusat,
pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan
Nomor Induk Kependudukan (NIK):
3100978290000123;--------------------
4. Tuan BAMBANG TRIONO, lahir di Banten,
pada tanggal 10-10-1978 (Sepuluh
Oktober seribu Sembilan ratus tujuh
puluh delapan), Warga Negara
Indonesia, Swasta, bertempat tinggal
di Jalan Romansa Raya Nomor 40, Rukun
Tetangga 001, Rukun Warga 005,
Kelurahan Gambir, Kecamatan Gambir,
Kota Administrasi Jakarta Pusat,
pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan
Nomor Induk Kependudukan (NIK):
3100009283718172;--------------------
- Penghadap bertindak sebagaimana tersebut
diatas menerangkan terlebih dahulu :
--------
- Bahwa pada hari Kamis, tanggal 28-01-2021
(dua puluh delapan Januari dua ribu dua
puluh satu) Pukul 09.10 W.I.B (Sembilan
lebih sepuluh Waktu Indonesia Barat) sampai
dengan selesai yang dilakukan melalui
Aplikasi Zoom, telah diadakan Rapat
Pendirian Koperasi berkedudukan di Jalan
Margasatwa Nomor 99, Kelurahan, Kecamatan,
Kota Administrasi, Propinsi yang dihadiri
oleh 22 (dua puluh dua) pendiri kemudian
keputusannya dituangkan dalam Berita Acara
tersebut. ----------------
- Selanjutnya penghadap bertindak berdasarkan
kuasa tersebut menyatakan bahwa Rapat
Anggota Pendirian Koperasi telah memutuskan
antara lain sebagai berikut :
----------------------
1. Pembahasan Nama Koperasi; ----------------
2. Pembahasan kedudukan dan alamat Koperasi;
3. Pembahasan jenis usaha; ------------------
4. Pembahasan simpanan usaha anggota (Pokok
dan Wajib) serta modal Koperasi; ---------
5. Pembahasan susunan pengawas dan pengurus;
6. Pembahasan masa kerja pengawas dan
pengurus;---------------------------------
7. Pembahasan anggaran dasar Koperasi; ------
8. Dan lain-lain, ---------------------------
- Sehingga para pendiri menyetujui isi
Anggaran Dasar, yang berbunyi sebagai
berikut: -------
-------------------BAB I-----------------------
-----------------PENDIRIAN --------------------
--------------- Bagian Kesatu -----------------
------------ NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN --------
-------------------Pasal 1 --------------------
1. Koperasi ini bernama :
----------------------
----“KOPERASI JASA SWADHARMA SEJAHTERA
--------------------------- BERSAMA”
--------------
dan untuk selanjutnya dalam Anggaran Dasar
ini disebut Koperasi.
---------------------------
2. Koperasi ini berkedudukan di Jalan
Margasatwa Nomor 99, Kelurahan, Kecamatan,
Kota,
Propinsi.-----------------------------------
3. Daerah Kerja Koperasi meliputi seluruh
wilayah negara Republik Indonesia dan dapat
mendirian serta membuka cabang, kantor
cabang pembantu dan kantor kas baik di dalam
maupun di luar negeri sesuai kebutuhan dan
kemampuan atas keputusan Rapat Anggota.
---------------
-----------------Bagian Kedua
----------------------------- LANDASAN, ASAS, DAN
PRINSIP ---------
------------------- Pasal 2 -------------------
Koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-
undang Dasar 1945. -----------------------
------------------- Pasal 3 -------------------
Koperasi berdasarkan atas asas kekeluargaan. --
------------------- Pasal 4 -------------------
1. Koperasi melakukan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi yaitu :
--------------------
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis;--
c. Pembagian sisa hasil usaha (SHU) dilakukan
secara adil sebanding dengan besarnya jasa
usaha masing-masing anggota; -------------
d. Pemberian balas jasa yang terbatas
terhadap
modal;------------------------------------
e. Kemandirian; -----------------------------
2. Dalam mengembangkan koperasi,
---------------
koperasi melaksanakan pula prinsip koperasi
sebagai berikut:
----------------------------
a. Pendirian perkoperasian; -----------------
b. Kerjasama antar koperasi; ----------------
3. Koperasi sebagai badan usaha dalam
melaksanakan kegiatannya yang mengorganisir
pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya
ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-
prinsip tersebut pada ayat (1) dan ayat (2)
diatas dan kaidah-kaidah usaha ekonomi.
-----
----------------- Bagian Ketiga
-------------
KELOMPOK 4
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
DEPOK
Pengertian Firma
Firma (fa) sebagai salah satu bentuk badan usaha secara Yuridis
diatur dalam Pasal 16 sampai dengan Pasal 35 KUHD. Pengertian Firma
secara sederhana dijelaskan dalam Pasal 16 KUHD, yaitu:
Pasal 17 menyebutkan:
1. Menyelenggarakan perusahaan;
2. Mempunyai nama bersama;
3. Adanyatanggungjawabrenteng(tanggung-menanggung);dan
4. Pada asasnya tiap-tiap anggota firma dapat mengikatkan firma dengan
pihak ketiga.
89
Dr.Sentosa Sembiring, Hukum Dagang, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2008, h.40
90
Ibid, h. 41
Bahwa karakteristik firma salah satunya ialah menjalankan perusahaan,
hal ini berarti menjalankan perusahaan merupakan unsur mutlak, sehingga
berdasarkan hal tersebut persekutuan firma harus melaksankan ketentuan-
ketentuan yang diharuskan bagi tiap-tiap perusahaan, Misalnya ketentuan dalam
Pasal 6 KUHD, yang mengharuskan tiap orang yang menjalankan perusahaan
melakukan pembukuan.
Firma yang berarti nama bersama, yaitu nama orang yang dipergunakan
menjadi nama perusahaan. Mengenai hal tersebut telah ada putusan R.v.J Jakarta
tanggal 02 September 1921, yang menentukan nama bersama atau firma itu
dapat diambil dari:91
Pendirian Firma
91
H.M.N Purwosutjipto, SH, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia,
Djambatan, Jakarta,
1999, h. 45-46
Namun, dalam praktek pada umumnya akta didirikan dengan Akta
Notaris. Menurut M. Manullang, dalam persekutuan firma, beberapa
sekutu mendirikan firma. Mereka secara bersama-sama membuat suatu
akta resmi atau akta dibawah tangan. Akta tersebut di Amerika Serikat
disebut dengan artichles of co partnership atau artichles of partnership.
Fungsi akta ini adalah sebagai alat bukti jika ada perselisihan antara para
pihak, baik intern maupun ekstern firma.92
Dalam Pasal 29 Ayat (2) KUHD ditetapkan bila terjadi perbedaan antara
yang didaftarkan dan yang diumumkan, maka pihak ketiga cukup memegang apa
yang diumumkan saja, sebab apa yang diumumkan inilah yang mengikat pihak
ketiga.
Pendaftaran itu harus diberi tanggal pada hari iktisar resmi akta pendirian
persekutuan itu dibawa ke Kepanitraan Pengadilan Negeri.
Perseroan umum;
Didirikan untuk waktu tidak terbatas;
Seolah-olah tidak ada seorang pesero pun yang dikecualikan dari hak
bertindak perbuatan hukum dan hak untuk menandatangani firma.
93
H.M.N Purwosutjipto, SH, OpCit, h. 51
ketiga tahu tentang isi sebenarnya dari akta yang didaftarkan itu maka dia
tidak layak mendapat keuntungan dari adanya perbedaan itu.94
96
Abdul kadir Muhammad SH, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia,
Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, h. 62
AKTA PENDIRIAN
“FIRMA PUTRA PERDANA“
Nomor: 01.-
- Pada hari ini, Senin, tanggal 03-03-2008 (tiga Maret
duaribu delapan), pukul 15.00 WIB (limabelas Waktu
Indonesia bagian Barat). -------------------------------
- Menghadap kepada saya, ARI SANTOSO, Sarjana Hukum,
Notaris di Kota Bekasi, dengan dihadiri oleh saksi-saksi
yang saya, Notaris kenal dan akan disebut pada bagian
akhir akta ini: ------------------------------------------------------
1. Tuan ARDIANSYAH, Sarjana Hukum, Magister
Kenotariatan, lahir di Jakarta, pada tanggal 04-04-
1977 (empat April seribu sembilanratus tujuh puluh
tujuh), Warga Negara Indonesia, Swasta, bertempat
tinggal di Bekasi, Permata Kemang Blok A2 Nomor 2,
Rukun Tetangga 007, Rukun Warga 001, Kelurahan
Bojong Rawalumbu, Kecamatan Rawalumbu, pemegang
Kartu Tanda Penduduk Nomor 10.5509.040477.1001.
----------------------------------
2. Tuan HERMAWAN PRAJITNO, lahir di Jakarta, pada
tanggal 06-05-1972 (enam Mei seribu sembilanratus
tujuhpuluh dua), Warga Negara Indonesia, Swasta,
bertempat tinggal di Bekasi, Jalan Bojong Molek I Blok
D23 Nomor 5, Rukun Tetangga 001, Rukun Warga 014,
Kelurahan Bojong Rawalumbu, Kecamatan
Rawalumbu, pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor
10.5509.060572.1001.
-----------------------------------------------------------------
- Para Penghadap saya, Notaris, kenal.
---------------------------------------------------
- Para Penghadap tersebut diatas menerangkan dalam akta
ini, bahwa mereka telah sepakat untuk bersama-sama
mendirikan suatu Perseroan dengan Firma dengan
memakai syarat-syarat dan peraturan-peraturan sebagai
berikut: -------
-------------------------------NAMA DAN TEMPAT
KEDUDUKAN----------------------------
----------------------------------------------Pasal
1------------------------------------------------
Perseroan ini bernama Perseroan Firma “FIRMA PUTRA
PERDANA“ berkedudukan di Kota Bekasi dengan cabang-
cabang ditempat lain yang dipandang perlu oleh pesero.
-----------------------------------------------------------------------------
---------------
----------------------------------------JANGKA
WAKTU-----------------------------------------
----------------------------------------------Pasal
2------------------------------------------------
1. Perseroan ini didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan
lamanya dan dianggap dimulai sejak tanggal akta ini
ditandatangani. -----------------------------
2. Masing-masing pesero sewaktu-waktu berhak untuk
mengundurkan diri dari perseroan, dengan terlebih dahulu
memberitahukan kehendaknya tersebut kepada pesero
lainnya 2 (dua) bulan sebelumnya dengan surat tercatat
kepada pesero lainnya, dengan ketentuan yang
bersangkutan wajib terlebih dahulu menyelesaikan
pekerjaan yang menjadi kewajibannya dalam jabatannya.
-------
3. Dalam hal demikian, maka bagian dari pesero yang
mengundurkan diri itu akan dikeluarkan dari modal
perseroan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan terhitung
sejak pengunduran diri itu, sedang para pendiri perseroan
yang tidak keluar berhak untuk melanjutkan perseroan
ini. ----------------------------------------------
-------------------------------------MAKSUD DAN
TUJUAN------------------------------------
----------------------------------------------Pasal
3------------------------------------------------
Maksud dan tujuan perseroan ini adalah:
--------------------------------------------------
1. Ikut serta membantu suksesnya pembangunan di bidang
pendidikan dan perekonomian Nasional dengan
mengadakan pendidikan dan pelatikan di berbagai disiplin
ilmu, baik dibidang ilmu esakta maupun non esakta,
dibidang ilmu tekhnik maupun ilmu sosial.
-------------------------------------------------------
2. Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada
perusahaan, lembaga atau Badan Hukum Swasta maupun
Pemerintah baik secara Nasional atau Internasional,
perorangan atau badan hukum serta semua pihak lain
yang memerlukan. ------
3. Menjalankan segala kegiatan atau usaha yang dijalankan
dibidang perdagangan umum antara lain kontrak bisnis,
transportasi, distribusi, telekomunikasi, investasi, sewa
beli, instalasi-instalasi, percetakan dan penerbitan, jual-
beli peralatan elektronika dan komputer serta jasa
konsultasi IT (Teknologi Informasi), dan bidang-bidang
lainnya. -------------------------------------------------
4. Menyelenggarakan/melaksanakan seminar, ceramah,
diskusi di berbagai bidang keilmuan khususnya yang
berkaitan dengan teknologi informasi dan komputer pada
umumnya.
----------------------------------------------------------------
Demikian kesemuanya dalam arti kata yang seluas-
luasnya, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
yang berlaku di Indonesia. ------------------------
--------------------------------------------
MODAL-------------------------------------------------
---------------------------------------------Pasal
4-------------------------------------------------
1. Modal pendirian ini tidak ditentukan besarnya dan selalu
dapat dilihat dalam buku-buku perseroan, dengan
persetujuan para pesero, pemasukan seorang pesero atau
lebih selalu dapat ditambah dengan sejumlah uang atau
barang. --
2. Untuk tiap pemasukan maka pesero yang berkenaan diberi
tanda penerimaan yang sah sebagai tanda bukti dan
ditandatangani oleh para pesero lainnya. ----
3. Selain uang dan barang, para pesero dapat pula
memasukkan tenaga, kecakapan dan kerajinan mereka
atau fasilitas prasarana lainnya. ---------------
---------------------KEUNTUNGAN-KERUGIAN/DANA
CADANGAN-----------------------
-------------------------------------------Pasal
9---------------------------------------------------
1. Keuntungan bersih adalah keuntungan yang didapat
setelah dikurangi pajak-pajak, biaya-biaya operasional dan
biaya-biaya lainnya dan akan dibagikan kepada semua
pendiri untuk bagian yang seimbang dengan
pemasukannya masing-masing.
-------------------------------------------------------------------------
----
2. Pembagian keuntungan akan dilakukan dalam waktu 1
(satu) bulan setelah neraca dan perhitungan laba rugi
disahkan sesuai dengan ketentuan pasal 8 ayat (2).
-------------------------------------------------------------------------
--------------
3. Jika pesero menderita kerugian, maka kerugian itu dapat
ditutup dengan jalan menambah/mengurangkan modal
masing-masing. -----------------------------------
4. Bilamana dianggap perlu, maka sebelum atau pada saat
keuntungan tersebut dibagikan, sebagian dari keuntungan
tersebut dapat dipisahkan untuk dana cadangan, yang
besarnya akan ditetapkan oleh dan atas persetujuan
semua persero.
-------------------------------------------------------------------------
--------------
5. Dana cadangan dimaksud adalah keuntungan yang belum
dibagikan kepada semua pesero dan dapat dibagikan
sewaktu-waktu apabila dianggap perlu oleh dan atas
persetujuan semua pesero.
----------------------------------------------------
6. Selain dimaksudkan untuk menutupi kerugian, dana
cadangan tersebut dapat pula dipergunakan sebagai modal
pembantu menurut kebutuhan modal kerja perseroan,
dengan ketentuan bahwa segala keuntungan/kerugian
yang didapat harus dimasukkan ke dalam perhitungan
laba-rugi perseroan. --------------------
------------------------------------------LAIN-
LAIN-----------------------------------------------
-------------------------------------------Pasal
10-------------------------------------------------
Hal-hal yang belum atau tidak cukup diatur di dalam akta ini
akan diatur dan ditetapkan atas dasar persetujuan bersama
secara tertulis oleh semua pesero. -----
------------------------------------------
DOMISILI------------------------------------------------
-------------------------------------------Pasal
11-------------------------------------------------
Mengenai akta ini dan segala akibatnya serta pelaksanaannya
para pesero memilih tempat kedudukan yang umum dan tetap
di kantor panitera Pengadilan Negeri Bekasi di Bekasi.
----------------------------------DEMIKIANLAH AKTA
INI-------------------------------------
Dibuat sebagai minuta dan dilangsungkan di Bekasi, pada
hari dan tanggal tersebut pada bagian awal akta dengan
dihadiri oleh: -----------------------------------------------
1. Tuan MUHAMIDIN, lahir di Surakarta, pada tanggal 01-
01-1956 (satu Januari seribu sembilanratus limapuluh
enam), Warga Negara Indonesia, bertempat tinggal di
Bekasi, Bojong Permai A2 Nomor 2, Rukun Tetangga 007,
Rukum Warga 001, Kelurahan Bojong Rawalumbu,
Kecamatan Rawalumbu, Pemegang Kartu Tanda Penduduk
Nomor 10.5509.010151.1006.
-------------------------------------------------------------
2. Tuan SOLEHAN, lahir di Jakarta, pada tanggal 16-08-1958
(enambelas Agustus seribu sembilanratus limapuluh
delapan), Warga Negara Indonesia, bertempat tinggal di
Bekasi, Kampung Jati Nomor 99, Rukun Tetangga 001,
Rukun Warga 006, Kelurahan Jatimulya, Kecamatan
Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Pemegang Kartu
Tanda Penduduk Nomor 10.1203.160858.1004.
-----------------
- Kedua karyawan Notaris sebagai saksi-saksi.
------------------------------------------
- Segera setelah akta ini saya, Notaris, bacakan kepada para
penghadap dan saksi-saksi, maka akta ini ditandatangani
oleh para pengahadap, saksi-saksi dan saya, Notaris.
-------------------------------------------------------------------------
--
- Dilangsungkan dengan tanpa perubahan.
----------------------------------------------
UNIVERSITAS INDONESIA
KELOMPOK 5
Agita Chici 2006496715
Ghazahra Vesti 2006549734
Andrian Aditya 2006549450
Subeto 1906411800
Mutiara Azura Mulyawan 2006550074
Aditya Minang Prima 2006496671
Fanny Nurpadaniah 2006497005
Mohamad Bagja Azhari 2006497264
Meka Azzahra Larasati 2006549974
FAKULTAS HUKUM
MAGISTER KENOTARIATAN
2021
PERSEKUTUAN KOMANDITER
2. Ciri-Ciri
Ciri-ciri yang terdapat dalam suatu badan usaha sehingga dapat disebut dengan
Persekutuan Komanditer (CV) adalah sebagai berikut:
1. Dua jenis keanggotaan yaitu sekutu aktif dan sekutu pasif.
2. Sekutu aktif merupakan anggota yang memiliki peran menjalankan aktivitas
perusahaan sedangkan sekutu pasif adalah anggota yang memberikan modal
3. usaha tanpa ikut serta di dalam menjalankan aktivitas perusahaan.Sekutu aktif
memiliki tanggung jawab yang tidak terbatas sedangkan sekutu pasif memiliki
tanggung jawab hanya sebesar modal yang ditanamkan pada perusahaan.
3. Unsur
- CV sebagai Perkumpulan
Unsur CV sebagai suatu perkumpulan terbagi menjadi empat, yaitu sebagai
kepentingan bersama, sebagai kehendak bersama, mempunyai tujuan bersama
dan mempunyai kerja sama.
- CV sebagai Persekutuan Perdata
Unsur CV sebagai persekutuan perdata terbagi menjadi 3 yaitu sebagai
perjanjian timbal balik, sebagai inbreng, dan sebagai pembagian keuntungan
- CV sebagai Firma
Unsur CV sebagai firma terbagi menjadi 3 yaitu untuk menjalankan
perusahaan (pasal 16 KUHD), dengan nama bersama atau nama firma (pasal
16 k KUHD), dan sebagai tanggung jawab sekutu (kerja) yang sifatnya pribadi
untuk keseluruhan (pasal 18 KUHD)
- Kekhususan Persekutuan Komanditer
Unsur kekhususan komanditer adalah suatu persekutuan firma yang dibangun
dengan suatu bentuk khusus. bentuk khusus didalamnya tidak lain adalah
sekutu komanditer.
4. Sifat
Adapun beberapa sifat dari CV, yaitu:
- modal yang sudah disetorkan sulit untuk ditarik kembali;
- modal yang dibutuhkan tergolong besar dikarenakan banyaknya pihak;
- perusahaan yang dibentuk dengan dasar CV atau perusahaan komanditer akan
lebih mudah untuk memperoleh suatu kredit pinjaman;
- setiap anggota aktif yang ada pada persekutuan komanditer memiliki tanggung
jawab yang tidak terbatas dan sedangkan anggota pasif hanya menunggu
keuntungan dari laba persekutuan komanditer dan tanggungjawabnya terbatas
pada modal yang disetorkan olehnya;
- perusahaan yang dibentuk dengan dasar CV juga relatif lebih mudah didirikan;
- tingkat kelangsungan hidup pada persekutuan komanditer tidak menentu dan
tidak dapat diprediksi.
PENGHADAP
materai
SAKSI-SAKSI
SUPERMAN.,SH.,MKN
UNIVERSITAS INDONESIA
Disusun Oleh :
Kelompok 6
Pengajar:
Mohamad Fajri Mekka Putra, M.Kn.
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN
DEPOK
JUNI 2021
Persekutuan Perdata merupakan padanan dan terjemahan dari (burgerjilk maatschap
private partnership) di dalam system common law dikenal dengan istilah partnership. Yang
kemudian di dalam hukum islam dikenal dengan istilah sharikah atau shirkah.97 Persekutuan
perdata merupakan suatu bentuk dari dasar bisnis atau organisasi bisnis. 98 Ketentuan Pasal
1618 KUHPerdata menyebutkan bahwa persekutuan perdata merupakan suatu perjanjian dua
orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukan sesuatu kedalam persekutuan dengan
maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya” terdapat beberapa unsur yang
terdapat dalam persekutuan perdata yaitu :99
1. Adanya suatu perjanjian kerjasama antara dua orang atau lebih;
2. Masing-masing pihak harus memasukkan sesuatu( yaitu modal) kedalam persekutuan
(inbreng).
3. Bermaksud membagi keuntungan Bersama.
Dalam Pasal 1628 sampai dengan Pasal 1631 KUHPerdata, terdapat asas yang mengatur
persekutuan perdata yang intinya adalah sebagai berikut :100
● Kewajiban pemberian ganti rugi untuk kesalahan yang dilakukan sekutu.
● Aturan untuk sekutu yang memasukkan sesuatu dalam bentuk barang.
Persekutuan perdata dapat dibilang tunduk dalam hukum perjanjian. Kemudian, orang
yang melakukan kerjasama di dalam hukum persekutuan tersebut dapat berupa perorangan
(makhluk pribadi) atau badan hukum perseroan dan koperasi. Persekutuan perdata dapat
menjadi suatu wadah untuk menjalankan kegiatan yang bersifat komersial dan profesi seperti
pengacara (advokat) dan akuntan. Jumlah persekutuan perdata minimal ada dua orang,
KUHPerdata tidak menyebutkan berapa jumlah maksimal sekutu dalam persekutuan.101
Hubungan persekutuan perdata berasal dari bentuk kerjasama dalam bentuk persekutuan.
Dimana pengelompokan perjanjian persekutuan perdata ini ialah firma dan persekutuan
komanditer yang diatur dalam buku III KUHPerdata tentang perjanjian, sedangkan bentuk
khususnya sendiri diatur dalam KUHD. Hubungan sesama para pihak dalam persekutuan
perdata ini berdasarkan perjanjian dan tidak ada pemisahan kekayaan antara persekutuan dan
97
Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas disertai dengan Ulasan Menurut Undang -
Undang Nomor 1 tahun 1995, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2001), hlm.42.
98
Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, (Yogyakarta : FH UII Press, 2013),
hlm.26.
99
Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Ps. 1618.
100
Ibid, Ps, 1628 - 1631.
101
Ibid, hlm. 28.
sekutu. Akibatnya tanggungjawab para sekutu bersifat tidak terbatas dan berkonsekuensi,
persekutuan bukan merupakan badan hukum,102
Sifat dari dibuatnya persekutuan perdata ini adalah :
a. Gunanya untuk mencari keuntungan;
b. Cara pendirian sederhana;
c. Cara pembubarannya tidak memerlukan persyaratan formal; dan
d. Cara pendirian persekutuan perdata dimulai saat ditandatanganinya akta pendirian di
notaris dan selanjutnya didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan negeri.
Biasanya modal dari persekutuan perdata tidak selalu uang. Namun, dapat berupa barang
kerajinan dan atau keterampilan. Dimana syarat pendiriannya sama dengan pendirian CV atau
Firma, yaitu harus didirikan paling sedikit oleh dua orang berdasarkan perjanjian dengan akta
notaris yang dibuat dalam Bahasa Indonesia. Persekutuan perdata dapat didirikan secara lisan
namun juga dapat dilakukan dengan akta pendirian yang dibuat secara autentik dengan akta
notaris.
Persekutuan Perdata dijalankan dan dapat bertindak dibawah nama para anggota atau
para mitranya. Pada saat pertama kali dilakukan pendirian persekutuan perdata biasanya para
sekutu wajib menyetorkan modal yaitu sebagai Pemasukan modal yang biasa disebut dengan
Inbreng. Pembebanan pengurusan Persekutuan Perdata dibagi dua yaitu:
a. Diatur sekaligus bersama-sama akta pendirian persekutuan perdata. Sekutu pengurus
persekutuan perdata semacam ini disebut sebagai sekutu statuter.
b. Diatur dengan akta tersendiri sesudah persekutuan-persekutuan perdata berdiri.
Sekutu ini disebut sekutu komanditer. (sekutu komanditer kuasanya dapat dibagi
sewaktu-waktu dan dapat minta diberhentikan).
Pengurus pada persekutuan perdata biasanya sekutu sendiri namun para sekutu juga
dapat menetapkan orang luar yang dianggap cakap diangkat sebagai pengurus persekutuan
perdata. Hal ini dapat ditetapkan dalam akta pendirian atau dalam perjanjian khusus.
Pembagian Keuntungan dan Kerugian: diatur dalam Pasal 1633 KUHPerdata. Keuntungan
tidak dapat diberikan seluruhnya kepada salah seorang sekutu saja namun para sekutu dapat
memperjanjikan untuk membebankan seluruh kerugian hanya ditanggung oleh salah seorang
sekutu saja.
Bentuk-bentuk Persekutuan Perdata diantaranya:
● Persekutuan perdata dapat terjadi antara pribadi-pribadi yang melakukan suatu
pekerjaan bebas (profesi). Misalnya: Asosiasi Akuntan, dokter, pengacara, dll. Dalam
102
Ibid, hlm. 29.
bentuk ini, asosiasinya tidak menjalankan perusahaan tetapi mengutamakan
anggotanya dan tidak menjadikan elemen modal organisatorisnya sebagai unsur
utama.
● Persekutuan bertindak keluar kepada pihak ketiga secara terang-terangan dan terus
menerus untuk mencari laba maka persekutuan perdata tersebut dikatakan
menjalankan perusahaan. Misalnya: pengusaha A dan B membentuk persekutuan
untuk melakukan usaha di bidang lain.
● Perjanjian kerja sama dari suatu transaksi sekali segera setempat. contoh: kerja sama
membeli barang bersama-sama kemudian dijual dengan mendapatkan laba.
Ada dua jenis Persekutuan Perdata, yaitu :
● Persekutuan Perdata Umum103
Dalam jenis ini diperjanjikan suatu pemasukan yang terdiri dari seluruh harta
kekayaan masing-masing sekutu atau bagian tertentu dari harta kekayaan secara
umum (onder algemene title), yang artinya tanpa perincian. Persekutuan Perdata
macam ini dilarang oleh Pasal 1621 KUHPerdata. Rasio dari larangan itu ialah bahwa
dengan adanya pemasukan seluruh atau sebagian harta kekayaan tanpa perincian itu,
orang tidak akan dapat membagi keuntungan secara adil seperti ditetapkan dalam
Pasal 1633 KUHPerdata. Dalam Pasal 1633 KUHPerdata ditentukan, bila bagian
keuntungan dari masing-masing sekutu tidak ditentukan dalam perjanjian pendirian
persekutuan masing-masing sekutu tidak ditentukan dalam perjanjian pendirian
persekutuan perdata, maka pembagian keuntungan harus didasarkan atas
keseimbangan pemasukan dari masing-masing sekutu. Persekutuan perdata jenis ini
diperkenalkan juga asal diperjanjikan bahwa masing-masing sekutu akan
mencurahkan seluruh kekuatan kerjanya untuk mendapatkan laba yang dapat dibagi-
bagi antara para sekutu. Persekutuan perdata jenis ini oleh Pasal 1622 KUHPerdata
dinamakan persekutuan perdata keuntungan (algehele maatschap van winst).
● Persekutuan Perdata Khusus104
Dalam persekutuan perdata jenis khusus ini para sekutu masing-masing menjanjikan
pemasukan benda-benda tertentu atau sebagian dari pada tenaga kerjanya (Pasal 1623
KUHPerdata). Adapun bentuk-bentuk Persekutuan Perdata, yaitu:
103
H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta : Djambatan, 1999), hlm.
23
104
Gunawan Widjaja, Segi Aspek Hukum dalam Pasar Modal Penitipan Kolektif, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2005), hlm 80.
a) Persekutuan dengan harta bersama yang terdiri dari benda-benda tertentu, yang
akan dipergunakan untuk memperoleh keuntungan melaluinya;
b) Persekutuan mengenai pemanfaatan bersama dari suatu benda-benda tertentu,
untuk memperoleh keuntungan yang akan dibagikan untuk kepentingan bersama;
c) Persekutuan mengenai pemanfaatan bersama dan hasil-hasil yang diperoleh dari
benda-benda tertentu;
d) Persekutuan sebagai suatu perusahaan (dengan pengertian bahwa jenis
persekutuan ini adalah persekutuan yang dilaksanakan secara terus menerus,
tanpa suatu jangka waktu tertentu);
e) Persekutuan yang menjalankan suatu kegiatan usaha tertentu (yang akan berakhir
dengan sendirinya setelah usaha tersebut selesai);
f) Persekutuan dari beberapa orang, untuk melaksanakan suatu pekerjaan tetap
tertentu (yang didasarkan pada keahlian yang dimiliki oleh para pihak yang
menjadi sekutu dalam persekutuan tersebut).
Berakhirnya Persekutuan Perdata diatur dalam Pasal 1646 – 1652 KUHPerdata. Dalam Pasal
1646 KUHPerdata disebutkan berakhirnya Persekutuan apabila:
- Lewat waktu yang ditentukan dalam perjanjian persekutuan perdata
- Musnahnya barang atau diselesaikannya perbuatan yang menjadi pokok pemitraan.
- Atas kehendak beberapa atau seseorang sekutu
- Jika seorang sekutu ditempatkan di bawah pengampuan atau dinyatakan pailit.
Apabila Persekutuan Perdata bubar maka harta kekayaan persekutuan perdata akan dibagi
kepada anggota persekutuan perdata setelah dikurangi hutang-hutang terhadap pihak ketiga.
Kalau harta kekayaan tidak mencukup membayar hutang-hutang terhadap pihak ketiga, maka
utang tersebut akan ditanggung secara bersama2 (tanggung renteng) oleh para sekutu
berdasarkan perjanjian yang telah ditentukan sebelumnya.
Perikatan antar para sekutu diatur dalam Buku III, Ban VIII, Bagian KUHPerdata, yaitu
dalam Pasal 1624 – 1641. Adapun jenis Perikatan Antara Para Sekutu ini adalah:
a. Kewajiban memberikan Pemasukan;
b. Asas Kepentingan Bersama;
c. Pemeliharaan atau pengurusan
d. Perbedaan kedudukan hukum antara sekutu statute dan sekutu mandater;
e. Pengurus bukan sekutu;
f. Kekuasaan berbuat sekutu statuter;
g. Arti pengurusan dan penguasaan;
h. Pembagian tugas antar pengurus;
i. Peraturan pemeliharaan;
j. Cara membagi keuntungan dan kerugian;
k. Mutasi sekutu dari persekutuan perdata.
Dalam hal mendirikan suatu persekutuan perdata juga dapat dilakukan oleh notaris,
sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 20 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
(selanjutnya disebut UUJN). Pasal tersebut menentukan bahwa: “Notaris dapat menjalankan
jabatannya dalam bentuk persekutuan perdata dengan tetap memerhatikan kemandirian dan
ketidakberpihakan dalam menjalankan jabatannya”.
Persekutuan perdata yang memiliki tujuan utama untuk mencari keuntungan tidak sesuai
dengan kewajiban notaris. Seorang notaris memiliki kewajiban untuk mengutamakan
pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan negara. Hal tersebut sesuai dengan yang
ditentukan berdasarkan Pasal 3 Angka 6 Kode Etik Notaris. Dapat diartikan bahwa notaris
diangkat bukan untuk kepentingan individu notaris, jabatan notaris adalah jabatan
pengabdian, oleh karena itu notaris harus selalu mengutamakan kepentingan masyarakat dan
negara.105
Beralihnya perserikatan perdata notaris ke persekutuan perdata notaris menimbulkan
beberapa penafsiran karena dalam UUJN tidak diatur lebih lanjut mengenai persekutuan
perdata notaris, bahkan di dalam penjelasan Pasal 20 UUJN juga tidak ada penjelasan tentang
persekutuan perdata notaris. Hal ini menimbulkan kekaburan peraturan dalam pasal 20 UUJN
dan ketidakpastian hukum. Bentuk persekutuan perdata notaris yang sesuai dengan
karaterstik dan profesi notaris yang ada pada pasal 20 UUJN harus mengacu kepada pasal
1618 KUHPerdata karena pada dasarnya karakteristik persekutuan perdata notaris sama
dengan yang dimaksudkan dalam persekutuan perdata pada pasal 1618 KUHPerdata, yaitu
berdasarkan dengan suatu perjanjian, harus dengan dua orang atau lebih dan memasukkan
sesuatu atau modal dalam persekutuan perdata dengan maksud mencari keuntungan. Karena
profesi notaris adalah juga pejabat umum negara yang salah satu tugasnya adalah membuat
alat bukti yang sah maka hal ini juga akan berkaitan dengan persekutuan perdata notaris yang
pada awal pendiriannya menggunakan perjanjian dengan akta otentik.
Perjanjian persekutuan perdata harus memuat kepastian dan kemanfaatan dan keadilan.
Isi dari perjanjian persekutuan perdata notaris semestinya berisi dan memuat:
105
Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia, (Yogyakarta : UII Press, 2009), hlm. 172.
1. Notaris yang diangkat menjadi teman sekutu haruslah yang sudah disumpah untuk
menjalankan jabatannya;
2. Klausula mengenai hak dan kewajiban masing-masing sekutu;
3. Tanggung jawab teman sekutu kepada pihak ketiga;
4. Klausula mengenai pemasukan dan modal.
Dengan adanya aturan mengenai bagaimana perjanjian persekutuan perdata notaris
seharusnya dibuat maka akan tercipta kepastian hukum. Kepastian hukum itu diwujudkan
oleh hukum dengan sifatnya yang hanya membuat suatu aturan hukum yang bersifat umum.
Sifat umum dari aturan-aturan hukum membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan untuk
mewujudkan keadilan atau kemanfaatan, melainkan semata-mata untuk kepastian.106 Sebagai
gambaran bila persekutuan notaris di Indonesia bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Persekutuan antara para notaris dalam satu wilayah kerja/ jabatan
2. Notaris yang baru diangkat bisa langsung menjadi sekutu dari notaris yang sudah ada;
3. Notaris yang pindah dari satu daerah kedaerah yang lain, bisa menjadi teman sekutu
dari notaris yang sudah ada di daerah tersebut;
4. Untuk kota-kota besar yang pada saat ini hanya bisa diangkat notaris pindahan dari
kota lain yang sudah menjalani jabatannya misalnya tiga tahun, sebaiknya
dimungkinkan untuk mengangkat notaris yang baru di kota tersebut apabila telah
bekerja secara terus menerus di kantor persekutuan untuk jangka waktu tertentu, dan
mereka mendapatkan rekomendasi dari kantor notaris tempat mereka bekerja bahwa
ia akan diterima sebagai sekutu segera setelah diangkat sebagai notaris;
Persekutuan perdata notaris yang dulu dilarang dalam peraturan jabatan notaris, dalam
perkembangannya sekarang dibenarkan dalam UUJN.
Menurut Lumbang Tobing, dalam hal menjalankan perserikatan perdata notaris perlu
adanya pertimbangan terlebih dahulu sebelum menjalankannya, adapun pertimbangan untuk
tidak memperkenankan para notaris mengadakan perserikatan perdata antara lain perserikatan
yang seperti ini tidak menguntungkan bagi masyarakat umum, oleh karena hal itu berarti
mengurangi persaingan dan pilihan masyarakat tentang notaris yang dikehendakinya, lebih
lebih di tempat dimana hanya ada beberapa notaris. walaupun hal tersebut merupakan alasan
106
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), (Jakarta : Penerbit Toko
Gunung Agung, 2002), hlm. 82-83.
yang kuat namun di dalam mempertimbangkannya harus diutamakan kepentingan umum,
sebagaimana tujuan notaris diangkat.107
Diperbolehkannya notaris membentuk persekutuan perdata dalam menjalankan
jabatannya sebagaimana ditentukan dalam Pasal 20 Ayat (1) UUJN tidak sejalan dengan
pelaksanaan jabatan notaris karena pada hakikatnya pembentukan persekutuan perdata yang
telah diatur sebelumnya dalam KUHPerdata adalah bertujuan untuk mencari keuntungan. Hal
tersebut bertentangan dengan pelaksanaan jabatan notaris yang memiliki kewajiban untuk
mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan negara sesuai yang
ditentukan dalam Pasal 3 Angka 6 Kode Etik Notaris. Pengaturan prinsip- prinsip
pembentukan persekutuan perdata dalam KUHPerdata berbeda dengan persekutuan perdata
yang beranggotakan profesi notaris. Bentuk persekutuan perdata (KUHPerdata) menerapkan
pembagian keuntungan sedangkan dalam persekutuan perdata notaris tidak ada pembagian
keuntungan, melainkan masing-masing notaris menerima honorarium sebagai imbalan
jasanya.
107
GHS. Lumbang Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Cetakan Ke-4, (Jakarta : Erlangga, 1996), hlm.
102.
AKTA PENDIRIAN PERSEKUTUAN PERDATA
Nomor: 25
Saksi Saksi
SASA BADRUN
TUGAS
RINGKASAN MATERI PERSEROAN TERBATAS PERORANGAN
PA BHNPT
Kelas A
Kelompok 7
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN
DEPOK
2021
Pengertian mengenai Perseroan Terbatas Perorangan dapat ditemukan dalam Pasal 109
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja (selanjutnya disebut UU Cipta
Kerja) butir 5 yang menambah Pasal 153A Ayat (1) dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas (UUPT) yang berbunyi :
“Perseroan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro dan Kecil dapat didirikan oleh 1 (satu) orang”
Adapun dari pengertian tersebut maka pada dasarnya pembentukan Perseroan Terbatas
Perorangan ditujukan pada usaha Mikro Kecil dan Menengah sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2021 Tentang Modal Dasar Perseroan Serta Pendaftaran Pendirian,
Perubahan Dan Pembubaran Perseroan Yang Memenuhi Kriteria Untuk Usaha Mikro Dan Kecil
(selanjutnya disebut PP Nomor 8 Tahun 2021). Dari data kementerian Koperasi dan UMKM dari
tahun 2017/2018 ada sekitar 64 (enam puluh empat) juta jumlah Usaha Mikro Kecil dan
Menengah di Indonesia (UMKM) dan UMKM tersebut menguasai 99,99% pangsa pasar serta
juga menyumbang sekitar 60.3% dari total Produk Domestik Bruto di Indonesia dan menyerap
sekitar 97% tenaga kerja di Indonesia.109
108
“Pahami Ini Poin-Poin Penting Pendirian PT Perorangan.”
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt604c87bb647da/pahami--ini-poin-poin-penting-pendirian-pt-
perorangan?page=all. 13 Maret 2021.
109
“Potret UMKM Indonesia: Si Kecil yang Berperan Besar.” https://www.ukmindonesia.id/baca-artikel/62.
24 Juli 2018.
besar seperti pada pengaturan perseroan sebelumnya dalam Pasal 32 Ayat (1) UUPT yang
menentukan bahwa modal minimum perseroan terbatas adalah sebesar Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah).
Selain modal usaha, dalam pendirian Perseroan Terbatas Perorangan tidak diperlukan
akta Notaris yang terbilang cukup mahal, pendiri usaha yang merupakan Warga Negara
Indonesia hanya perlu membuat surat pernyataan pendirian yang dibuat dalam bahasa Indonesia
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6 Ayat (1) PP Nomor 8 Tahun 2021 dan selanjutnya
melakukan pendaftaran secara online pada laman website Kementerian Hukum Dan Hak Asasi
Manusia, dengan demikian maka pendiri dapat lebih menghemat biaya pembuatan akta pendirian
dan dapat mengalihkan dana untuk keperluan tersebut guna pengembangan kegiatan usaha
perseroan kedepannya.
Sebuah survey yang dibuat Bank Dunia untuk mengurutkan peringkat negara-negara
berdasarkan tingkat kemudahan berusahanya, beberapa indikator diantaranya, awal mulainya
bisnis (starting a business), urusan dengan izin konstruksi (dealing with construction permits),
perolehan listrik (getting electricity), pendaftaran properti (registering property), perolehan
kredit (getting credit), ada perlindungan investor minoritas (protecting minority investors).110
Salah satu indikator yang disoroti adalah kemudahan berusaha, ketika seseorang mau berusaha,
melihat apakah sulit untuk memulainya, mendapat izin usahanya, apakah harus mengeluarkan
biaya besar. Dari poin-poin yang memberatkan seseorang untuk memulai usaha ini pemerintah
memberikan solusi yaitu Perseroan Terbatas Perorangan.
Akses yang mudah tersebut diharapkan dapat membangun ekonomi sosial serta dapat
membuka lebih banyak lapangan pekerjaan guna mengurangi tingkat pengangguran dan
memberikan kesempatan bagi Pelaku Usaha Mikro untuk lebih mengembangkan usahanya
dengan tujuan akhir yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera.
110
“World Bank Rilis Peringkat Kemudahan Berusaha 2020, Ini Hasilnya.” https://news.ddtc.co.id/world-
bank-rilis-peringkat-kemudahan-berusaha-2020-ini-hasilnya-17558?page_y=2400. 24 Oktober 2019.
modal yang disetorkan; organ perusahaan memiliki peran yang terpisah; bidang usaha sangat
luas.111
Adapun dengan adanya UU Cipta Kerja, definisi Perseroan Terbatas diubah melalui Pasal
109 butir 1 UU Cipta Kerja, dengan menambahkan definisi perseroan juga dapat berbentuk
badan hukum perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro dan Kecil (UMK), sehingga
setelah penambahan tersebut, definisi perseroan adalah badan hukum yang merupakan
persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham atau badan hukum perorangan yang memenuhi
kriteria Usaha Mikro dan Kecil sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
mengenai Usaha Mikro dan Kecil. Selanjutnya, perseroan yang masuk kategori badan hukum
perorangan yang memenuhi kriteria untuk UMK ini memiliki keunikan bahwa dapat didirikan
oleh hanya 1 (satu) orang pendiri (Pasal 109 UU Cipta Kerja butir 5 penambahan Pasal 153A
UUPT), dimana perseroan dengan satu orang pendiri tersebut lebih dikenal dengan istilah
Perseroan Terbatas Perorangan. Aturan lebih rinci dari Perseroan Terbatas Perorangan mengacu
pada PP Nomor 8 Tahun 2021.
Dengan begitu, masyarakat dapat mendirikan Perseroan Terbatas seorang diri dan
dijalankan sesuai dengan kriteria Usaha Mikro dan Kecil. Adapun perbedaan dengan Perseroan
Terbatas pada umumnya (yang mengacu pada UUPT), proses pendirian Perseroan Terbatas
Perorangan tidak membutuhkan akta pendirian, tetapi cukup menggunakan surat pernyataan
pendirian yang menggunakan bahasa Indonesia. Sedangkan tata cara memperoleh Status Badan
Hukum Perseroan Terbatas dimulai melalui pembuatan akta pendirian yang isinya memuat
anggaran dasar dan keterangan lain yang berkaitan dengan pendirian Perseroan Terbatas.
111
https://www.easybiz.id/9-keuntungan-mendirikan-pt-untuk-bisnis-anda/, diakses tanggal 12 Juni 2021.
Sedangkan terkait perolehan badan hukum dari Perseroan Terbatas Perorangan, didapat setelah
pendirian tersebut didaftarkan kepada Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia dan
mendapat sertifikat pendaftaran secara elektronik, hal tersebut berbeda dengan perolehan status
badan hukum untuk Perseroan Terbatas pada umumnya yang mendapatkan status badan hukum
pada tanggal terbitnya Keputusan Menteri Hukum dan HAM (Menkumham).
Perseroan Terbatas atau badan hukum perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
dan Kecil sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai Usaha Mikro dan
Kecil. Pada dasarnya, Pasal 109 angka 2 UU Cipta Kerja yang mengubah Pasal 7 Ayat (1) UU
Perseroan Terbatas memang menegaskan bahwa Perseroan Terbatas didirikan oleh 2 orang atau
lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia.
Terdapat pengecualian jumlah pendiri 2 orang atau lebih tersebut, tidak berlaku apabila :
Adapun ketentuan Perseroan Terbatas yang memenuhi kriteria Usaha Mikro dan Kecil dapat
didirikan oleh 1 (satu) orang ditegaskan di dalam Pasal 109 angka 5 UU Cipta Kerja yang
mengubah Pasal 153A Ayat (1) UU Perseroan Terbatas.
Perseroan Terbatas yang memenuhi kriteria Usaha Mikro dan Kecil dan didirikan oleh 1
(satu) orang tersebut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2021 Tentang Modal Dasar
Perseroan Serta Pendaftaran Pendirian, Perubahan, dan Pembubaran Perseroan yang Memenuhi
Kriteria untuk Usaha Mikro dan Kecil (“PP 8/2021”) dikenal dengan istilah perseroan
perorangan112.
112
“Kemudahan Pendirian PT untuk Usaha Mikro dan Kecil”
.” https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt59253a2a37dfb/kemudahan-pendirian-pt-untuk-usaha-mikro-
dan-kecil. 25 Februari 2021.
Perseroan perorangan didirikan oleh Warga Negara Indonesia yang berusia paling rendah
17 tahun dan cakap hukum dengan mengisi Pernyataan Pendirian dalam bahasa Indonesia.
Adapun perseroan perorangan harus mengubah status badan hukumnya menjadi Perseroan
Terbatas apabila:
a. Modal
Pada Pasal 32 UUPT disebutkan bahwa minimal dari modal dasar sebesar Rp.
50.000.000,00 dalam UU Cipta Kerja disebutkan bahwa besaran dari modal dasar perseroan
ditentukan berdasarkan keputusan pendiri perseroan. Seperti yang tertuang dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 2016 Tentang Perubahan Modal Dasar Perseroan Terbatas, dalam
penjelasan umum disebutkan selain untuk mendorong pertumbuhan Usaha Mikro dan Kecil,
kebijakan pemerintah dalam memberikan kebebasan kepada para pendiri Perseroan Terbatas
untuk menentukan besaran modal dasar dimaksudkan sebagai upaya pemerintah untuk
menghormati asas kebebasan berkontrak yang memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada
masyarakat untuk mengadakan perjanjian dalam mendirikan Perseroan Terbatas berdasarkan
ketentuan dalam hukum perdata.
a. Perseroan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro dan Kecil dapat didirikan oleh 1
(satu) orang;
b. Pendirian Perseroan Usaha Mikro dan Kecil dilakukan berdasarkan Surat Pernyataan
Pendirian yang dibuat dalam bahasa Indonesia;
c. Kepemilikan saham Perseroan Usaha Mikro dan Kecil yang didirikan oleh 1 (satu)
orang dapat dialihkan kepada pihak lain;
d. Pemegang Saham Perseroan Usaha Mikro dan Kecil merupakan orang perseorangan;
e. Pendiri Perseroan hanya dapat mendirikan PT Usaha Mikro dan Kecil sejumlah 1
(satu) Perseroan Usaha Mikro dan Kecil dalam 1 (satu) tahun;
f. Direktur atau Direksi Perseroan Usaha Mikro dan Kecil wajib membuat laporan
keuangan;
g. Apabila modal Perseroan Usaha Mikro dan Kecil melebihi ketentuan kriteria UMK
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah, maka Perseroan Usaha Mikro dan Kecil harus mengubah statusnya
menjadi Perseroan;
h. Perseroan UMK dibebaskan segala biaya terkait pendirian badan hukum.
Perseroan Terbatas, semulanya hanya Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara atau
Perseorangan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga
penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Pasar Modal kini pengecualian tersebut ditambah juga dengan Perseroan yang memenuhi kriteria
untuk usaha mikro dan kecil. Pengecualian ini ditujukan untuk memberikan kemudahan berusaha
bagi para pengusaha dalam rangka memulai usahanya juga untuk meningkatkan investasi yang
akan mendorong pertumbuhan usaha mikro, kecil (UMK).
b. Akta Pendirian
Pendirian Perseroan Terbatas Perorangan hanya boleh dilakukan oleh Warga Negara
Indonesia (WNI). WNI tersebut harus berumur minimal 17 tahun dan telah cakap hukum (Pasal
6 PP Nomor 8 Tahun 2021). Oleh karena Perseroan Terbatas Perorangan untuk Usaha Mikro dan
Kecil dapat didirikan oleh 1 (satu) orang, maka pendiriannya tidak didasarkan perjanjian namun
berdasarkan Surat Pernyataan Pendirian yang dibuat dalam bahasa Indonesia, yang mana dibuat
tidak wajib dengan akta Notaris, hanya surat dibawah tangan saja. Berdasarkan Pasal 109 UU
Cipta Kerja butir 5 atas penambahan Pasal 153C dari UUPT, jika dikemudian hari terdapat
perubahan atas Surat Pernyataan Pendirian tersebut, maka perubahan ditetapkan oleh RUPS dan
diberitahukan secara elektronik kepada Menteri. Yang dimaksud dengan RUPS dalam UU Cipta
Kerja untuk perubahan surat pernyataan pendirian Perusahaan Terbatas Perorangan yaitu
keputusan pemegang saham Perseroan Terbatas Perorangan yang mempunyai kekuatan hukum
yang sama dengan RUPS (Pasal 8 Ayat 5 PP Nomor 8 Tahun 2021). Setelah mendapat keputusan
pemegang saham Perseroan Terbatas Perorangan kemudian diajukan kepada menteri secara
elektronik untuk mendapatkan Surat Pernyataan Perubahan.
Setelahnya, Perseroan Perorangan akan mendapatkan status badan hukum dengan mendapatkan
sertifikat pendaftaran secara elektronik (Pasal 6 PP Nomor 8 Tahun 2021).
Data PT yang sudah disiapkan dapat diajukan untuk pembuatan akta pendirian PT di
notaris. Notaris akan memasukan data pendirian PT melalui Sistem AHU secara online
(Dirjen AHU). Sistem AHU ini sudah terintegrasi dengan sistem Online Single
Submission (OSS).
Bahwa dalam Pasal 7 Ayat (4) UUPT, “Perseroan memperoleh status badan hukum
pada tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum
perseroan”. Sedangkan berdasarkan Pasal 109 UU Cipta Kerja, “Perseroan memperoleh
status badan hukum setelah didaftarkan kepada Menteri dan mendapatkan bukti
pendaftaran”.
Berikut perbedaan Pasal 7 dan Pasal 32 dalam UUPT dengan UU Cipta Kerja :
UUPT UU Cipta Kerja (Pasal 109)
Pasal 7 Pasal 7
(1) Perseroan didirikan oleh 2 orang (1) Perseroan didirikan oleh 2 orang
atau lebih dengan akta notaris atau lebih dengan akta notaris yang
yang dibuat dalam Bahasa dibuat dalam Bahasa Indonesia.
Indonesia. (2) Setiap pendiri Perseroan wajib
(2) Setiap pendiri Perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat
mengambil bagian saham pada Perseroan didirikan.
saat Perseroan didirikan. (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud
(3) Ketentuan sebagaimana pada Ayat (2) tidak berlaku dalam
dimaksud pada Ayat (2) tidak rangka peleburan.
berlaku dalam rangka (4) Perseroan memperoleh status badan
peleburan. hukum setelah didaftarkan kepada
(4) Perseroan memperoleh status Menteri dan mendapatkan bukti
badan hukum pada tanggal pendaftaran.
diterbitkannya Keputusan (5) Setelah perseroan memperoleh
Menteri mengenai pengesahan status badan hukum dan pemegang
badan hukum Perseroan. saham menjadi kurang dari 2 orang
(5) Setelah Perseroan memperoleh dalam jangka waktu paling lama 6
status badan hukum dan bulan terhitung sejak keadaan
pemegang saham menjadi tersebut, pemegang saham yang
kurang dari 2 orang dalam bersangkutan wajib :
jangka waktu paling lama 6 a. Mengalihkan sebagian
bulan terhitung sejak keadaan sahamnya kepada orang lain;
tersebut pemegang saham yang atau
bersangkutan wajib b. Perseroan mengeluarkan
mengalihkan sebagian saham baru kepada orang lain.
sahamnya kepada orang lain (6) Dalam hal jangka waktu
atau perseroan mengeluarkan sebagaimana dimaksud pada Ayat
saham baru kepada orang lain. (5) telah dilampaui, pemegang
(6) Dalam hal jangka waktu saham tetap kurang dari 2 orang :
sebagaimana dimaksud pada a. Pemegang saham bertanggung
Ayat (5) telah dilampaui, jawab secara pribadi atas
pemegang saham tetap kurang segala perikatan dan kerugian
dari 2 orang, pemegang saham Perseroan; dan
bertanggung jawab secara b. Atas permohonan pihak yang
pribadi atas segala perikatan berkepentingan, pengadilan
dan kerugian Perseroan, dan negeri dapat membubarkan
atas permohonan pihak yang Perseroan tersebut.
berkepentingan, pengadilan (7) Ketentuan yang mewajibkan
negeri dapat membubarkan Perseroan didirikan oleh 2 orang
Perseroan tersebut. atau lebih sebagaimana dimaksud
(7) Ketentuan yang mewajibkan pada Ayat (1), Ayat (5), serta Ayat
Perseroan didirikan oleh 2 (6) tidak berlaku bagi :
orang atau lebih sebagaimana a. Persero yang seluruh
dimaksud pada Ayat (1), dan sahamnyadimiliki oleh Negara;
ketentuan pada Ayat (5), serta b. Badan Usaha Milik Daerah;
Ayat (6) tidak berlaku bagi : c. Badan Usaha Milik Desa;
a. Persero yang seluruh d. Perseroan yang mengelola
sahamnya dimiliki oleh bursa efek, lembaga kliring
Negara; atau dan penjamin, lembaga
b. Perseroan yang mengelola penyimpanan dan
bursa efek, lembaga kliring penyelesaian, dan lembaga lain
dan penjaminan, lembaga sesuai dengan UU Pasar
penyimpanan dan Modal; atau
penyelesaian, dan lembaga e. Perseroan yang memenuhi
lain sebagaimana diatur kriteria untuk Usaha Mikro dan
dalam UU Pasar Modal. Kecil.
(8) Usaha Mikro dan Kecil
sebagaimana dimaksud pada Ayat
(7) Huruf e merupakan Usaha
Mikro dan Kecil sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-
undangan mengenai Usaha Mikro
dan Kecil.
Pasal 32 Pasal 32
(1) Modal dasar Perseroan paling (1) Perseroan wajib memiliki modal
sedikit Rp.50.000.000,- (lima dasar Perseroan.
puluh juta rupiah). (2) Besaran modal dasar Perseroan
(2) Undang-Undang yang sebagaimana dimaksud Ayat (1)
mengatur kegiatan usaha ditentukan berdasarkan keputusan
tertentu dapat menentukan pendiri Perseroan.
jumlah minimum modal (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
Perseroan yang lebih besar modal dasar perseroan diatur dalam
daripada ketentuan modal dasar Peraturan Pemerintah.
sebagamana dimaksud pada
ayat (1).
(3) Perubahan besarnya modal
dasar sebagaimana dimaksud
pada Ayat (1), ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 109 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja)
mendefinisikan Perseroan Terbatas sebagai badan hukum yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham atau Badan Hukum perorangan yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro dan Kecil. Organ perseroan sendiri mengacu kepada pasal yang sama dijabarkan terdiri
dari 3 organ, yaitu RUPS, Direksi, dan Dewan Komisaris. Dalam tulisan kali ini kami akan
berfokus terhadap salah satu organ Perseroan yaitu direksi.
Pasal 109 UU Cipta Kerja sendiri memberikan pengertian direksi sebagai Organ
Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk
kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan,
baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Dalam
kewenangannya mengurus perusahaan tentu ada tanggung jawab yang harus diembannya.
Walaupun Perseroan pada esensi merupakan Badan Hukum yang memiliki pertanggungjawaban
terpisah dengan organnya, namun terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan direksi dalam
kedudukannya tetap bertanggung jawab atas tindakan dan akibat hukum dari perseroan yang
dipimpinnya. Kondisi tersebut antara lain113 :
a. Dalam hal pembelian kembali saham oleh perseroan maka Direksi secara tanggung
renteng bertanggung jawab atas kerugian yang diderita pemegang saham yang
beritikad baik, yang timbul akibat pembelian kembali yang batal karena hukum.
Pertanggungjawaban tersebut tertera jelas dalam Pasal 37 Ayat (3) Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UUPT);
b. Dalam hal laporan keuangan yang disediakan tidak benar atau menyesatkan maka
anggota direksi juga bertanggung jawab terhadap pihak yang dirugikan (Pasal 69
Ayat (3) UUPT). Peraturan tersebut kini juga berlaku terhadap direktur perusahaan
perorangan untuk usaha mikro dan kecil sesuai dengan bunyi Pasal 109 UU Cipta
Kerja;
c. Dalam hal telah dilakukan pembagian keuntungan (dividen) terlebih dahulu dengan
persetujuan Dewan Komisaris sebelum berakhirnya tahun buku Perseroan, namun
pada akhir tahun buku diketahui dan terbukti Perseroan mengalami kerugian,
sehingga direksi wajib menarik seluruh keuntungan yang telah dibagikan sebelumnya
dan dalam hal pemegang saham tidak mengembalikan keuntungannya maka direktur
harus bertanggung jawab menutupi kerugian tersebut secara tanggung renteng (Pasal
72 Ayat (6) UUPT).
113
www.elson.co.id “Pertanggungjawaban Direksi Dalam Perseroan Terbatas dan Perseroan Perorangan:
Bagaimana Pengaturannya dalam UU Cipta Kerja dan UU Perseroan Terbatas? Diakses pada tanggal 8-06-2021
Pukul 11.26 WIB.
d. Dalam hal anggota direksi atau direktur lalai atau dinyatakan bersalah dalam
menjalankan tugasnya mengurus perseroan dengan memperhatikan prinsip
pertanggungjawaban dan kemampuan pengurus (fiduciary duties) dan itikad baik dari
yang bersangkutan maka ia harus bertanggung jawab secara pribadi dan
menghilangkan sifat tanggung jawab terbatas Perusahaan (Pasal 95 Ayat (5) UUPT).
e. Dalam hal anggota direksi tidak menjalankan kewajibannya untuk melakukan
pelaporan terhadap saham yang dimiliki anggota direksi yang bersangkutan dan/atau
keluarganya dalam perseroan dan perseroan lain untuk dicatat dalam daftar khusus,
dan hal tersebut menimbulkan kerugian bagi perseroan. Maka ia harus bertanggung
jawab atas kerugian perseroan (Pasal 101 Ayat (2) UUPT).
f. Dalam hal kepailitan yang diakibatkan karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan
harta di budel pailit tidak mencukupi membayar seluruh kewajiban Perseroan, maka
Direksi wajib untuk bertanggung jawab atas kekurangan tersebut secara pribadi, perlu
menjadi catatan bahwa tanggung jawab tersebut juga berlaku juga untuk yang pernah
menjabat sebagai anggota direksi dalam jangka waktu 5 tahun sebelum, putusan pailit
(Pasal 104 Ayat (2) UUPT).
Beberapa waktu lalu pemerintah pun resmi mengesahkan UU Cipta Kerja yang
didalamnya mengatur mengenai bentuk badan hukum baru yaitu Perseroan Perorangan bagi
pelaku usaha mikro dan kecil untuk mengubah ketentuan dalam UUPT. Oleh karena itu perlu
diperhatikan bahwa ketentuan-ketentuan dalam UUPT juga berlaku terhadap direktur dari
Perseroan Perorangan dengan pengecualian dan teknis pelaksanaan yang akan dijabarkan lebih
lanjut dalam Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Modal Dasar dan PT UMK yang hingga
saat ini masih dalam proses perumusan. Namun, pada pokoknya direksi harus memperhatikan
tiga kepentingan dalam pengelolaan perseroan yaitu Kepentingan Perseroan Kepentingan Pihak
Ketiga beritikad baik yang berhubungan hukum dengan perseroan contohnya adalah para
kreditur, dan kepentingan pemegang saham perseroan itu sendiri.
UNIVERSITAS INDONESIA
KELAS A
KELOMPOK 8
DEPOK
JUNI 2021
1. Karakteristik dan Bentuk Persekutuan Perdata Notaris
114
Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, buku kedua, (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2010), hlm. 21.
Indonesia, Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang
115
Jabatan Notaris, UU No. 2 Tahun 2014, LN No. 3 Tahun 2014, TLN No. 5491, Ps. 20.
1
mengutamakan modal dan keuntungan namun masing-masing notaris yang tergabung
tersebut tetap bertindak untuk diri sendiri dan persekutuan perdata hanya bertujuan untuk
bersama-sama berada dalam kantor yang sama.
116
Tan Thong Ke, Serba-Serbi Praktek Notaris, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2000), hlm. 149.
2
Persekutuan perdata umumnya didasarkan atas perjanjian yang dibuat oleh
sekutunya, para sekutu memasukan inbreng untuk kepentingan modal persekutuan dan
pembagian keuntungan berdasarkan inbreng yang dimasukan dalam persekutuan tersebut.
Sebagaimana persekutuan perdata pada umumnya, persekutuan perdata memiliki sekutu
aktif yaitu sekutu yang bertanggung jawab atas persekutuan dan sekutu pasif yaitu sekutu
yang hanya sebatas inbreng dalam persekutuan. Dalam prakteknya, persekutuan perdata
notaris dianggap sebagai bentuk kerjasama dimana dua atau lebih notaris menyewa satu
gedung dan menempatinya bersama-sama, dengan pembagian ruangan-ruangan dalam
gedung tersebut sebagai kantor dari masing-masing notaris dalam persekutuan perdata
tersebut. Para Notaris dapat saling berbagi ilmu dan pengalaman. Pengalamannya tersebut
kiranya dapat saling membangun antar notaris dan dapat memberikan pelayanan terbaik
kepada publik. Klien dapat memilih secara bebas memilih Notaris mana dalam gedung
tersebut yang akan digunakan jasanya. Para notaris yang tergabung dalam persekutuan
tersebut dapat mempunyai komputer sendiri-sendiri dan dapat juga mempunyai satu
fasilitas baik komputer atau alat-alat kantor secara bersama-sama. Hubungan dengan
pihak lain merupakan hubungan secara pribadi para notaris demikian juga pertanggung
jawaban mereka secara pribadi juga. Persekutuan Perdata Notaris merupakan hak atau
kesempatan bagi para notaris, namun para notaris harus mengikuti ketentuan yang diatur
dalam KUHPerdata dan KUHD ataupun yang nantinya akan digariskan atau diatur oleh
Ikatan Notaris Indonesia (INI).
Bentuk persekutuan perdata notaris harus mengacu kepada pasal 1618
KUHPerdata karena pada dasarnya karakteristik persekutuan perdata notaris sama dengan
ketentuan mengenai persekutuan perdata dalam pasal tersebut. 117 Adapun persekutuan
perdata terbentuk dengan suatu perjanjian yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan perdata dengan
maksud mencari keuntungan. Notaris adalah pejabat umum negara yang memiliki tugas
untuk membuat alat bukti yang sah maka hal ini juga akan berkaitan dengan persekutuan
perdata notaris yang pada awal pendiriannya menggunakan perjanjian dengan akta
otentik. Perjanjian persekutuan perdata harus memuat kepastian dan kemanfaatan dan
keadilan. Isi dari perjanjian persekutuan perdata notaris semestinya berisi dan memuat:
a. Notaris yang diangkat menjadi teman sekutu haruslah yang sudah di sumpah untuk
menjalankan jabatannya;
b. Klausula mengenai hak dan kewajiban masing-masing sekutu;
c. Tanggung jawab teman sekutu kepada pihak ketiga;
117
Ina Zakhina. “Karakteristik dan Bentuk Persekutuan Perdata Notaris,” (Makalah Program Studi
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang, 2016), hlm. 17.
3
d. Klausula mengenai pemasukan dan modal.118
Kepastian hukum dapat tercipta ketika aturan mengenai perjanjian persekutuan
perdata notaris dibuat sebagaimana seharusnya. Menurut Utrecht, kepastian hukum
mengandung dua pengertian, yaitu pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat
individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua,
berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan
adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh
dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu.
Berbeda dengan persekutuan perdata yang menjalankan suatu perusahaan, para
notaris yang bergabung dalam persekutuan perdata notaris memasukkan ke dalam
persekutuan berupa benda-benda. Benda-benda tersebut dapat berupa mesin fotokopi
untuk bersama, computer, dan biaya-biaya yang menjadi tanggungan bersama. Modal
yang dimasukkan ke dalam persekutuan perdata notaris adalah benda-benda atau biaya-
biaya yang dipergunakan untuk kepentingan kantor bersama. Pasal 1618 KUHPerdata
menyebutkan bahwa dalam persekutuan salah satu tujuannya adalah membagi
keuntungan yang diperoleh karenanya, hal ini tidak berarti bahwa tidak sepenuhnya
persekutuan perdata notaris mengambil keuntungan dari persekutuan tersebut. Pasal 36
UUJN telah mengatur mengenai honorarium seorang notaris dimana notaris memperoleh
honorarium atas pekerjaan jasa hukum yang diberikan sesuai dengan kewenangannya dan
besarnya honorarium juga sudah ditentukan oleh UUJN. Keuntungan yang diperoleh pada
persekutuan perdata notaris adalah hanya sebatas penggunaan gedung dan fasilitas secara
bersama-sama, sehingga hal ini dapat menghemat biaya. Perjanjian persekutuan perdata
notaris juga harus memenuhi asas- asas perjanjian.
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), (Jakarta: Penerbit
118
4
diserahkan pada saat pendirian, menjadi utang dari sekutu yang bersangkutan yang
wajib diserahkan sesuai dengan waktu yang disepakati. Inbreng tesebut dalam
persekutuan perdata notaris adalah untuk kepentingan dan manfaat bersama para
sekutu dalam operasional kantor bersama persekutuan tersebut.
b. Ada tujuan untuk mencari keuntungan
119
Winner Sitorus dan Hasbir Paserangi, "Persekutuan Perdata Notaris Berdasarkan Undang-
Undang Jabatan Notaris," Riau Law Journal Vol. 2 No.1 (Mei 2018), hlm. 45.
120
Ari Wahyudi Hertanto, Kantor Hukum, Pendirian Dan Manajemennya (Teori dan Praktik),
(Jakarta: Sinar Grafika, 2016), hlm.5.
121
Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia, (Yogyakarta: UII PRESS, 2009),
hlm.28
Winner Sitorus dan Hasbir Paserangi, "Persekutuan Perdata Notaris Berdasarkan Undang-
122
5
notaris adalah hanya sebatas penggunaan gedung dan fasilitas secara bersama-
sama, sehingga menghemat biaya. Namun hal tersebut tergantung pada
kesepakatan notaris-notaris yang bersangkutan, selama tidak melanggar peraturan
perundang-undangan, kode etik dan sumpah jabatan notaris. 123
Dalam prakteknya persekutuan perdata notaris dapat dilihat sebagai suatu bentuk
kerja sama yang terjadi dimana dua ataupun lebih notaris yang akan menyewakan sebuah
kantor atau gedung yang sama dan termasuk menempati bangunan tersebut bersama-sama
dengan membagi ruangan pada masing-masing notaris dalam persekutuan perdata. Hal
tersebut menunjukan bahwa notaris-notaris tersebut berada pada satu wilayah kerja/
jabatan yang sama sehingga klien dapat memilih secara bebas dengan siapa dia mau
menggunakan jasa notaris.124 Persekutuan perdata juga dapat terbentuk dari
penggabungan notaris yang pindah dari satu daerah kedaerah yang lain dengan notaris
yang sudah ada di daerah tersebut dan menjadi sekutu sehingga tidak terdapat notaris
baru dan notaris senior. Akan tetapi, notaris pindahan tersebut juga harus memperhatikan
ketentuan-ketentuan dari wilayah atau daerah yang menjadi tujuannya karena terdapat
beberapa persyaratan yang mungkin diperlukan seperti telah menjalani jabatannya selama
tiga tahun dan lainnya.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam praktek persekutuan perdata notaris adalah
kerahasiaan yang harus dijaga sebagai notaris sebagaimana diatur dalam Pasal 16
Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN). 125 Kerahasiaan terhadap segala sesuatu yang
berkaitan dengan akta yang dibuatnya maupun keterangan yang diperoleh untuk membuat
akta tersebut sangat diperlukan walaupun ada persekutuan perdata notaris. 126 Oleh karena
itu, notaris-notaris tersebut harus tetap menjaga protokolnya masing-masing. Hal ini perlu
dilakukan walaupun notaris-notaris tersebut berada pada kantor yang sama. Berdasarkan
Pasal 20 ayat (1) UUJN untuk para Notaris yang telah menjalankan suatu jabatan dalam
suatu bentuk persekutuan perdata dengan memperhatikan suatu kemandirian dan tidak
adanya keberpihakkan dalam menjalani jabatannya. 127
123
ibid.
124
Debora Natalia Christie dan Steviedacosta&partners, “Kepastian Hukum Mekanisme Kerja
Persekutuan Perdata Notaris Berkaitan Dengan Pembuatan Akta,” Acta Comitas Volume 4 Nomor 2 (2
Oktober 2018), hlm. 307.
125
Ibid., hlm. 308.
126
Indonesia, Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
tentang Jabatan Notaris, UU No. 2 Tahun 2014, LN No. 3 Tahun 2014, TLN No. 5491, Ps. 16.
127
Ibid., Ps. 20 ayat (1).
6
Pada hakikatnya persekutuan perdata bertujuan untuk membagi keuntungan. 128
Akan tetapi, dalam prakteknya persekutuan perdata notaris tidak terdapat pembagian
keuntungan dari para notaris tetapi keuntungan tetap sendiri-sendiri. Oleh karena itu,
berlaku ketentuan Pasal 36 UUJN yang menyatakan bahwa notaris berhak menerima
honorarium atas jasa hukum yang diberikan sesuai dengan kewenangannya. 129 Selain hal
tersebut, notaris juga berkewajiban membantu secara cuma-cuma untuk mereka yang
tidak mampu memberikan honorarium kepada notaris. Batasan mampu atau tidak mampu
ini notaris sendiri yang menilainya.
128
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgelijk Wetboek], diterjemahkan oleh R. Subekti dan
R. Tjtrosudibio (Jakarta: Balai Pustaka, 1992), Ps. 1618.
129
Indonesia, Undang-Undang Jabatan Notaris, UU No. 2 Tahun 2014, Ps. 36.
7
PENDIRIAN PERSEKUTUAN PERDATA NOTARIS
NOMOR : 22
Notaris :-----------------------------------------------
Kependudukan 32.73.02.261090.0001;----------------
bahwa:--------------------------------------------------
sebagai berikut:-----------------------------------------------------------------------------------
Selatan.---------------------------------------------------------------------------------------------
bidang kenotariatan;-----------------------------------------------------------------------
Serikat; dan---------------------------------------------------------------------------------
tersebut.-------------------------------------------------------------------------------------
dirugikan.-----------------------------------------------------------------------
Perserikatan;-------------------------------------------------------------------------------------
memiliki saldo yang sama, terkecuali ditentukan lain oleh teman serikat.---------
tahunan.-------------------------------------------------------------------------------------
Serikat. --------------------------------------------------------------------------------------
serikat.---------------------------------------------------------------------------------------
pemeriksaannya tersebut.-----------------------------------------------------------------
Serikat.--------------------------------------------------------------------------------------
2. Sisa hasil usaha yang kemudian tersisa, sama-------------------------------------------
dimasukannya.-------------------------------------------------------------------------------
hasil usaha.-----------------------------------------------------------------------------------
sedang berjalan.-----------------------------------------------------------------------------
Persekutuan;-----------------------------------------
Persekutuan;-----------------------------------------
g. Menjadi borg;----------------------------------------
pada umumnya;------------------------------------------------------------------------
c. Biaya pengobatan;--------------------------------------------------------------------
d. Ketidakmampuan kerja.--------------------------------------------------------------
persekutuan.--------------------------------------------------------------------------------
dengan peruntukkannya;-------------------------------------------------------------
Notaris.--------------------------------------------------------------------------------------
teman serikat;-------------------------------------------------------------------------------
persekutuan ini;----------------------------------------------------------------------------
sebagai notaris;---------------------------------
d. Selesainya perbuatan;-------------------------
persekutuan; dan------------------------------
terdiri atas:---------------------------------------------------------------------------------------
serikat yang masih ada wajib melakukan ---------- penyelesaian dan pemberesan
perserikatan---------------------------------------------------------------------------------
yang berlaku.-------------------------------------------------------------------------------
Kependudukan 31.73.02.200790.6001;-------------------
Kependudukan 31.73.02.020192.6003;-------------------
PARA PENGHADAP
Rahma Akbar
RAHMA MADANIA MUHAMMAD
AKBAR SYAWAL
Nichola
NICHOLAS ARDYANTO
SAKSI-SAKSI
Ardyanto Celine
ARDYANTO, S.H CELINE, S.H.
Maghfira
Humaira
MAGHFIRA HUMAIRA, S.H., M.Kn.