Anda di halaman 1dari 21

Makalah Perjanjian Sewa Beli

Sebagai materi untuk memenuhi tugas SP kuliah Hukum Kontrak

Hukum Kontrak
Dosen :
Sri Ahyani S. H., M. H.

Oleh :
Muhammad Fika A.H.
18 4301 257

SEKOLAH TINGGI HUKUM BANDUNG


2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perikatan merupakan suatu hubungan hukum antara satu pihak dengan
pihak yang lain dalam hal lapangan harta kekayaan. Ruang lingkup
perikatan adalah untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dan
memberikan sesuatu. Adapun sumber perikatan yang tercantum dalam BW
dalam pasal 1234 adalah :

1. Perjanjian

2. Undang-Undang, dibagi lagi menjadi 2 yaitu :

a. Kerana perbuatan manusia, dibagi menjadi 2 :

- Perbuatan menurut hukum

- Perbuatan melawan hukum

b. Undang-Undang saja

Perikatan yang bersumber dari perjanjian salah satu jenisnya adalah


perjanjian innominat atau perjanjian tidak bernama dimana nama dan
pengaturannya tidak terdapat dalam BW. Latar belakang lahirnya perjanjian
innominat ini karena adanya asas yaitu kebebasan berkontrak dari para
pihak, jadi para pihak bebas untuk :

a. Membuat suatu perjanjian atau tidak

b. Menentukan dengan siapa mereka akan membuat perjanjian (para


pihak)

c. Menentukan isi perjanjian

d. Menentukan bentuk perjanjian, apakah tertulis ataupun lisan

Perjanjian seperti ini dapat dikatakan lahir karena kebiasaan dari


masyarakat, sehingga tidak jarang masyarakat menyebutkan bahwa salah
satu sumber perikatan adalah dari kebaiasaan, selain dari perjanjian dan
undang-undang. Perjanjian ini merupakan jawaban atas perkembangan

2
masyarakat yang begitu pesat sehingga menuntut adanya suatu inovasi
ketika mereka melakukan hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan perjanjian sewa beli dan dimana letak
pengaturannya?
2. Siapakah subjek dalam perjanjian sewa beli?
3. Apakah objek dalam perjanjian sewa beli?
4. Klausul apa saja yang terdapat dalam perjanjian sewa beli?
5. Kapan lahirnya suatu perjanjian sewa beli?
6. Kapan berakhirnya suatu perjanjian sewa beli?
7. Bagaimanakah perbedaan perjanjian sewa beli dengan jual beli
angsuran, leasing, jual beli dan sewa menyewa?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud perjanjian sewa beli dan dasar
hukumnya.
2. Untuk mengetahui siapakah subjek dan apakah objek dalam perjanjian
sewa beli.
3. Untuk mengetahui perbedaan perjanjain sewa beli dengan jual beli
angsuran, leasing, jual beli, dan sewa menyewa.
1.4 Manfaat
1. Memperdalam materi tentang perikatan khususnya perjanjian innominat
sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.
2. Memperdalam materi tentang perjanjian sewa beli sebagai suatu
perkembangan dari perikatan yang dilaksanakan oleh masyarakat.

3
BAB II
PEMBAHASAN
PERJANJIAN SEWA BELI

2.1 Definisi Perjanjian Sewa Beli

Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata telah memberikan kebebasan pada


setiap orang untuk membuat perjanjian. Hal ini erat kaitannya dengan asas
kebebasan berkontrak dalam membuat suatu perjanjian.1 Dari pasal tersebut
maka pada perkembangannya timbullah perjanjian-perjanjian dalam
masyarakat yang tidak diatur dalam KUHPerdata. Seperti perjanjian Sewa
Beli atau dikenal dengan istilah HUURKOOP.

Perjanjian sewa beli ini adalah jenis perjanjian tidak bernama


(innominaat) yang dalam Pasal 1319 KUHPerdata telah diberikan landasan
yuridis mengenai adanya perjanjian tidak bernama. Selain itu Perjanjian
sewa beli yang merupakan perjanjian innominaat ini haruslah tunduk pada
ketentuan umum KUHPerdata seperti dalam pasal 1337 KUHPerdata yang
memberikan batasan bahwasanya segala bentuk perjanjian diperbolehkan
apabila tidak dilarang oleh undang-undang atau berlawanan dengan
kesusilaan baik atau ketertiban umum.

Pengaturan mengenai Perjanjian sewa beli ini terdapat dalam Pasal 1


Surat Keputusan Menteri Perdagangan Dan Koperasi Nomor 34/KP/II/1980
yang menyebutkan bahwa sewa beli (Hire Purchase) merupakan sewa beli
barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara
memperhitungkan setiap pembayaran yang dilakukan oleh pembeli sebagai
pelunasan atas harga barang yang telah disepakati bersama dan diikat dalam
suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut baru beralih dari
penjual kepada pembeli setelah jumlahnya harganya dibayar lunas oleh
pembeli kepada penjual.2

1
Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata,” Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Sehingga perjanjian tersebut mengikat para
pihak yang kemudian menimbulkan hak dan kewajiban di antara pihak-pihak tersebut.
2
Pasal 1 Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi No.34/KP/II/1980 tentang Perizinan
kegiatan usaha sewa beli (hire purchase), Jual beli dengan angsuran, dan sewa (renting)

4
Menurut Subekti, sewa beli sebenarnya semacam jual beli, setidak-
tidaknya sewa beli lebih mendekati jual beli daripada sewa menyewa,
meskipun ia merupakan campuran dari keduanya dan diberikan jual sewa
menyewa. sedangkan menurut Sri Soedewi Masychoen Sofwan, HIRE
PUCHASE (HUUR KOOP), ialah lembaga jaminan yang banyak terjadi
dalam praktek di indonesia namun sampai kini belum terdapat
pengaturannya dalam undang-undang. Perjanjian sewa beli adalah
perjanjian dimana hak tersebut akan berakhir pada pembeli sewa jika harga
barang tersebut sudah dibayar lunas.3

Menurut Wirjono Prodjodikoro sewa beli adalah pokoknya


persetujuan di namakan sewa menyewa barang dengan akibat bahwa si
penerima tidak menjadi pemilik, melainkan pemakai belaka, baru kalau
uang sewa telah dibayar, berjumlah sama dengan harga pembelian, si
penyewa beralih menjadi pembeli yaitu barangnya menjadi miliknya.4

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Perjanjian sewa beli merupakan


perjanjian campuran antara perjanjian jual beli dan sewa menyewa. Akan
tetapi perjanjian sewa beli lebih cenderung mengarah pada bentuk perjanjian
jual beli karena peralihan hak milik adalah hal yang menjadi pokok
utamanya. Jadi tujuan sewa beli adalah untuk menjual barang, bukan untuk
menyewakan atau menjadi penyewa barang.

2.2 Subjek Perjanjian Sewa Beli

Terdapat beberapa ahli yang menyebutnya dengan penjual dan


pembeli atau penyewa. Menurut Subekti, pihak pembeli menjadi penyewa
terlebih dahulu dari barang yang ingin dibelinya. Adapun kewajiban dari
para pihak, yaitu sebagai berikut :

3
Fery Anggryawan, Analisa Yuridis Perjanjian Sewa Beli Sepeda Motor Menurut Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata di Dealer Mamak Motor Sampang, Surabaya: Fakultas Hukum,
Universitas Pembangunan Nasional, 2011, hal 13 http://eprints.upnjatim.ac.id/2840/1/file1.pdf,
diakses tanggal04/05/2014 pukul 10.15
4
Djuhaendah Hasan. 1996. Lembaga Jaminan Kebendaan bagi Tanah dan Benda Lain yang
melekat pada Tanah dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horizontal. Bandung : Citra
Aditya Bakti

5
a. Hak penjual :
1. Meminta dan menerima harga pembayaran atas angsuran objek
yang disewabelikan.
2. Menuntut ganti rugi dan membatalkan perjanjian, bilamana pihak
penyewa beli tidak membayar uang angsuran.
3. Menarik kembali objek dari pihak penyewa beli, bilamana ia
memindahtangankan kepada pihak ketiga atau menunggak
membayar angsuran.
b. Kewajiban penjual :
1. Menyerahkan objek perjanjian kepada penyewa beli.
2. Merawat barang yang akan disewabelikan itu sebaik-baiknya agar
dapat dipakai sebagaimana mestinya.
3. Menyerahkan hak milik sepenuhnya kepada pihak penyewa beli
apabila pembayaran harga objek yang disewabelikan telah lunas.

Selanjutnya hak dan kewajiban pihak penyewa beli atau pembeli sewa atau
lazim disebut pihak kedua.

a. Hak pembeli :
1. Mendapatkan barang yang disewabelinya dari pihak penjual beli
walaupun hak milik objek tersebut belum berpindah kepada pihak
pembeli sewa sampai harga objek tersebut di bayar lunas.
2. Menuntut pada pihak yang mempersewabelikan atas cacat yang
tersembunyi dari barang yang disewabelinya.
3. Memperoleh hak milik sepenuhnya atas objek yang disewabelinya
apabila pembayaran harga objek tersebut telah lunas sesuai yang
diperjanjikan.
b. Kewajiban pembeli :
1. Membayar uang panjar dan selanjutnya membayar uang angsuran
lunas, sesuai yang ditentukan dalam perjanjian.
2. Memelihara objek yang disewabelinya dan bertindak selaku bapak
rumah tangga yang baik dan tidak boleh memindahtangankan
dalam bentuk apapun sebelum angsuran dilunasi.
2.3 Objek Perjanjian Sewa Beli

6
Barang-barang yang boleh disewa belikan (hire purchase) adalah semua
barang niaga tahan lama yang baru dan tidak mengalami perubahan teknis,
baik berasal dari hasil produksi sendiri ataupun hasil produksi/perakitan
(assembling) lainnya di dalam negeri, kecuali apabila produksi dalam negeri
belum memungkinkan untuk itu. Contohnya : motor, mobil, dll.5

2.4 Klausul dalam Perjanjian Sewa Beli

a. Klausula Eksonerasi
Klausula eksonerasi adalah klausula yang berisi pembatasan
pertanggungjawaban dari kreditur. Klausula ini bertujuan untuk
membebaskan atau membatasi tanggung jawab salah satu pihak
terhadap gugatan pihak lainnya dalam hal yang bersangkutan tidak atau
tidak dengan semestinya melaksanakan kewajibannya yang ditentukan
dalam perjanjian tersebut.
Klausula eksonerasi yang terdapat dalam perjanjian baku pada
umumnya terlihat pada ciri-ciri yang ada yaitu adanya pembatalan
tanggung jawab atau kewajiban salah satu pihak (kreditur) untuk
membayar ganti rugi kepada debitur. Badrulzaman mengemukakan ciri-
ciri klausula eksonerasi sebagai berikut :
1. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh kreditur yang relatif lebih
kuat dari debitur.
2. Debitur sama sekali tidak menentukan isi perjanjian.
3. Bentuknya tertulis.
4. Dipersiapkan terlebih dahulu secara massal atau individual.6
Ciri khas dari pranata sewa beli yaitu perjanjian bentuk tertulis,
meskipun bentuk tertulis bukanlah syarat untuk sahnya suatu perjanjian
sewa beli. Dari bentuk tertulis ini timbul perjanjian-perjanjian yang
bentuk maupun isinya telah dibuat oleh salah satu pihak. Biasanya
pembuat perjanjian baku ini adalah pelaku usaha/kreditur/penjual yang
umumnya mempunyai posisi tawar yang lebih kuat.

5
Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 34/KP/II/80 tentang Perizinan kegiatan
usaha sewa beli (hire purchase), Jual beli dengan angsuran, dan sewa (renting)
6
Maria Darus Badrulzaman. 1980. Perjanjian Baku (Standard) Perkembangan di Indonesia. Hal.
50

7
Kreditur menyodorkan bentuk perjanjian yang berwujud blanko
atau formulir dengan klausul-klausul yang sudah ada, kecuali mengenai
harga, cara pembayaran, jangka waktu, jenis barang, jumlah serta
macamnya. Klausul-kalusul tersebut ada yang berisi pembebasan atau
pembatasan tanggung jawab dari pihak yang membuat perjanjian,
dalam hal ini pelaku usaha yang ditujukan untuk melindungi
kepentingan pihaknya dari resiko yang mungkin dihadapinya, yang
disebut klausula eksonerasi.
Klausula eksonerasi yang muncul dalam perjanjian sewa beli
misalnya klausula yang menyatakan bahwa kreditur tidak bertanggung
jawab atas segala kerusakan dan kehilangan. Klausula tersebut
membatasi tanggung jawab pelaku usaha/kreditur untuk membayar
ganti rugi kepada konsumen/debitur.7
b. Klausul Risiko
Berpedoman pada perkara yang pernah di tangani oleh
Pengadilan Negeri Surabaya, menurut Subekti, risiko musnahnya
barang dalam perjanjian sewa beli ada pada pemilik barang karena
selama biaya angsuran belum dibayar secara lunas, hak milik belum
berpindah kepada si penyewa beli.

Namun dalam praktek lazim diperjanjikan bahwa peralihan


risiko ada pada si penyewa beli karena di penyewa beli dianggap wajib
menjaga barang yang di sewa belinya sampai adanya suatu pelunasan
pembayaran atas barang tersebut dan hak milik masih barada pada si
pemilik barang walaupun penguasaannya ada pada si penyewa beli.
Apabila risiko terdapat pada pembeli, maka hal ini akan memberikan
jaminan kepada pihak penjual dimana pihak pembeli tidak akan sesuka
hati memperlakukan barang yang berada dalam kekuasannya tersebut.8

c. Klausul Penundaan Peralihan Hak Milik

7
Tesis tentang Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Sewa Beli Kendaraan
Bermotor
Di surakarta oleh Ary Primadyanta, SH Universitas Diponegoro
8
R. Subekti. 1985. Aneka Perjanjian. Bandung : Alumni. Hal. 53-54

8
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa hak milik beralih
kepada penyewa beli bila ia telah memenuhi semua kewajibannya
berdasarkan persetujuan pembelian (uit hoofde van de
koopovereenkomst).
Saat peralihan hak milik dapat di sepakati antara kedua belah
pihak, dan dalam praktek hak milik berakhir setelah pembayaran
angsuran telah lunas.
Penyerahan barang biasanya di lakukan dengan suatu pernyataan
saja, karena barangnya sudah berada di dalam kekuasaan si pembeli
dalam kedudukannya sebagai penyewa cara penyerahan ini di namakan
traditio brevimanu (penyerahan dengan tangan pendek).

d. Klausul Larangan Memindahtangankan Objek Perjanjian


Dikarenakan sewa beli mensyaratkan bahwa pembayaran secara
angsuran dan selama proses angsuran hak milik masih ada pada pemilik
barang sampai angsuran tersebut lunas, barulah hak milik berpindah
pada di pembeli. Maka, dapat disimpulkan bahwa selama proses
angsuran barang tersebut, pembeli tidak dapat memindahtangankan
barang atau objek perjanjian. Apabila penyewa beli
memindahtangankan barang atau objek perjanjian selama masa
angsuran, maka dapat dikatakan sebagai penggelapan yang
ketentuannya terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) pasal 372.
e. Klausul Penarikan Objek Perjanjian oleh Pihak Penjual
Hire-purchase Act 1965 memberikan ketentuan untuk
melindungi pihak yang lemah dalam hal ini si “penyewa beli” terhadap
penyalah gunaan kekuasaan si pemilik barang,. Larangan bagi pemilik
barang untuk mengambil kembali barangnya begitu saja kalau si
penyewa menunggak pembayarannya, apabila sudah lebih dari sepertiga
harga telah diangsur maka penuntutan pengembalian objek harus
melalui perantara Hakim.9
2.5 Lahirnya Perjanjian Sewa Beli

9
Ibid. Hal. 55

9
Kapan terjadinya perjanjian sewa beli ini tidak ditentukan dengan
tegas. Namun apabila melihat dari pasal 1320 KUH Perdata, saat terjadinya
perjanjian sewa beli ini adalah pada saat terjadinya persamaan kehendak
atau kata sepakat antara penjual dan pembeli atau penyewa. Dari sisi
perjanjian formal terjadinya perjanjian sewa beli adalah pada saat
ditandatanganinya perjanjian sewa beli oleh para pihak. Jadi, tetap mengacu
pada ketentuan pasal 1320 KUH Perdata tentang syarat sahnya perjanjian,
yaitu :

1. Sepakat
2. Cakap
3. Objek Tertentu
4. Kausa Halal10
Sejak terjadinya perjanjian tersebut maka timbulah hak dan kewajiban
dari para pihak, hak penjual adalah menerima uang pokok beserta angsuran
setiap bulannya dari pembeli atau penyewa sedangkan kewajiban penjual
adalah menyerahkan obyek sewa beli. Hak pembeli atau penyewa adalah
menerima barang yang disewabelikan setelah pelunasan terakhir sedangkan
kewajiban pembeli adalah membayar uang pokok, uang angsuran setiap
bulannya dan merawat barang yang disewabelikan tersebut.

2.6 Berakhirnya Perjanjian Sewa Beli

1. Pembayaran objek yang disewabelikan telah lunas sesuai yang telah


diperjanjikan.

2. Meninggalnya pembeli sewa namun tidak ada ahli waris yang


melanjutkan.

3. Pembeli sewa jatuh pailit.

4. Dilakukan perampasan oleh pihak penjual sewa terhadap pihak lain, hal
ini terjadi karena pembeli sewa telah mengalihkan obyek sewa beli
kepada pihak lain.

5. Pihak kedua wanprestasi.

10
Subekti. 2001. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta : Intermasa. Hal. 134

10
6. Adanya putusan pengadilan11

2.7 Perbedaan Perjanjian Sewa Beli dengan Perjanjian Jual Beli


Angsuran; Leasing; Jual Beli; dan Sewa Menyewa

a. Perbedaan sewa beli dengan jual beli angsuran

Perjanjian Sewa-Beli Perjanjian Jual-Beli Angsuran

Sewa beli (Hire Purchase) adalah jual Jual beli dengan angsuran adalah jual
beli barang dimana penjual beli barang dimana penjual
melaksanakan penjualan barang melaksanakan penjualan barang
dengan cara memperhitungkan setiap dengan cara menerima pelunasan
pembayaran yang dilakukan oleh pembayaran yang dilakukan oleh
pembeli dengan pelunasan atas harga pembeli dalam beberapa kali
barang yang telah disepakati bersama angsuran atas harga barang yang
dan yang diikat dalam suatu telah disepakati bersama dan yang
perjanjian, serta hak milik atas barang diikat dalam suatu perjanjian, serta
tersebut baru beralih dari penjual hak milik atas barang tersebut beralih
kepada pembeli setelah jumlah dari penjual kepada pembeli pada
harganya dibayar lunas oleh pembeli saat barangnya diserahkan oleh
kepada penjual; penjual kepada pembeli;

Penyerahan barang pada perjanjian Penyerahan barang telah


beli sewa tidak menimbulkan menimbulkan perpindahan hak milik
peralihan hak milik. Hak milik baru atas barang kepada pembeli
berpindah pada waktu dibayarnya walaupun uang pembayarannya
angsuran yang terakhir. belum lunas.

Selama pembayaran harga barang Karena hak milik telah berpindah


belum di lunasi maka pembeli di kepada pembeli sejak di lakukannya
larang untuk menjual atau perjanjian jual beli yang disertai
mengalihkan hak atas barangnya dengan penyerahan barang maka

11
Supramono, 1995. Perbankan dan Masalah Kredit, suatu Tinjauan Yuridis. Jakarta : Djambatan,
hal. 92.

11
kepada orang lain. Hal ini merupakan pembeli bebas melakukan perbuatan
jaminan bahwa barang tidak akan hukum apapun atas barang tersebut.
hilang atau rusak selama di kuasai Apabila sebelum angsuran lunas
pembeli. Seandainya pembeli tidak barang tersebut telah berpindah
bertanggung jawab sebagaimana tangan atau musnah atau rusak, maka
mestinya atas barang tersebut, maka pembeli hanya dapat dituntut untuk
pembeli dapat di anggap telah melunasi sisa hutangnya yang
melakukan tindak pidana berkaitan dengan sisa pembayaran
penggelapan sebagaimana di atur sesuai dengan tanggung jawabnya.
dalam Pasal 372 KUHP.

Merupakan hasil perpaduan dari jual- Merupakan bentuk khusus dari


beli dengan sewa menyewa. Hal ini perjanjian jual beli biasa.
dapat disimpulkan dari penggunaan
kata “sewa” dan “beli”.

b. Perbedaan sewa beli dengan leasing

Perjanjian Sewa-Beli Leasing


Diatur dalam Keputusan Menteri Diatur dalam SKB Menkeu Nomor
Perdagangan dan Koperasi Nomor 122/MK/2/1974, Menperin Nomor
34/KP/II/80 tentang Perizinan 32/M/SK/1974, Mendag Nomor 30/
kegiatan usaha sewa beli (hire Kpb/1974 tentang Perijinan Usaha
purchase), Jual beli dengan angsuran, Leasing
dan sewa (renting)

Harga barang yang dijual sudah ada Harga barang baru muncul setelah
sejak awal perikatan. debitur memilih utk membeli.

Peralihan hak milik pasti terjadi Peralihan hak milik terjadi jika lease

12
setelah berakhir masa sewa mempergunakan hak opsi : hak untuk
memilih apa ingin memiliki barang
tersebut atau tidak.

Terdiri dari dua pihak : Terdiri tiga pihak :

a. Pihak penjual atau yang a. Lesse


menyewakan b. Lessor
b. Pihak pembeli atau penyewa c. Supplier

c. Perbedaan sewa beli dengan jual beli dan sewa menyewa

Sewa-Beli Jual-Beli Sewa-Menyewa

Suatu perjanjian Suatu perjanjian dimana pihak Suatu perjanjian dengan mana
sewa-menyewa yang satu (penjual) berjanji pihak yang satu (yang
dengan hak opsi dari untuk menyerahkan hak milik menyewakan) mengikatkan
si penyewa untuk atas suatu barang, sedang dirinya untuk memberikan
membeli barang yang pihak yang lainnya (pembeli) kepada pihak yang lainnya
disewanya.12 berjanji membayar harga yang (penyewa) kenikmatan dari
terdiri atas sejumlah uang suatu barang, selama suatu
sebagai imbalan dari waktu tertentu dan dengan
perolehan hak milik pembayaran suatu harga oleh
tersebut.13 pihak yang tersebut terakhir
itu disanggupi
pembayarannya.14

Selama harga belum Barang yang diserahkan untuk Barang yang diserahkan tidak
dibayar lunas, barang dimiliki. untuk dimiliki, tetapi hanya
yang diserahkan untuk dipakai, dinikmati
hanya untuk dipakai, kegunaannya.15

12
R. Subekti, 1995, Aneka Perjanjian, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. Hal. 52
13
Ibid, hlm. 1.
14
Ibid, hlm. 39.
15
Ibid, hlm. 40.

13
dinikmati, hal ini
berlaku sampai
dibayarnya angsuran
yang terakhir.

Penyerahan hak milik Penyerahan bersifat Penyerahan bersifat


baru akan dilakukan menyerahkan hak milik, menyerahkan kekuasaan
pada waktu dengan demikian maka si belaka atas barang yang
dibayarnya angsuran pembeli seketika sudah disewa, dengan demikian
yang terakhir.16 Harus menjadi pemilik mutlak, tidak terdapat peralihan hak
kita bedakan dari jual- walaupun pembayarannya milik.18
beli dengan cicilan. dengan menggunakan
cicilan.17

Dalam menetapkan Selama belum dilever, Kerugian akibat musnahnya


siapa yang memikul mengenai barang dari macam barang yang dipersewakan
risiko atas barang apa saja, risikonya masih dipikul sepenuhnya oleh
diambil sebagai harus dipikul oleh penjual, pihak yang menyewakan.21
pedoman bahwa pada yang merupakan pemilik
asasnya risiko itu sampai pada saat barang itu
dipikul oleh pemilik secara yuridis diserahkan
barang, yang dalam kepada pembeli.20
hal ini adalah pihak
penjual (berdasarkan
keputusan Pengadilan
Negeri Surabaya
tanggal 5 februari
1951). Namun dalam
praktik lazim di
perjanjikan bahwa

16
Ibid, hlm. 52-53.
17
Ibid, hlm. 55.
18
Ibid, hlm. 40.

14
risko itu dipikul oleh
si penyewa-beli.19

Larangan bagi pemilik Diterbitkan dari suatu janji Seorang yang sudah
barang untuk dimana si penjual diberikan menyewakan barangnya
mengambil kembali hak untuk mengambil kembali misalnya untuk 5 tahun, tidak
barangnya begitu saja barangnya yang telah dijual, boleh menghentikan sewanya
kalau si penyewa-beli dengan mengembalikan harga kalau waktu tersebut belum
menunggak pembaya- pembelian yang telah habis, dengan dalih bahwa ia
ran, apabila sudah diterima-nya, disertai semua ingin memakai sendiri barang
lebih dari sepertiga biaya yang dikeluarkan (si yang disewakan itu. Tetapi
harga telah diangsur, pembeli) untuk menyelengga- kalau ia menyewakan
penun-tutan kembali rakan pembelian serta barangnya tanpa
itu harus lewat penyera-hannya, begitu pula ditetapkannya suatu waktu
Hakim, sedangkan si biaya-biaya yang perlu untuk tertentu, sudah barang tentu ia
penyewa-beli selalu pembetulan-pembetulan dan berhak meng-hentikan sewa
boleh mengakhiri per- pengeluaran-pengeluaran yang itu setiap waktu asal ia
janjian tanpa suatu menyebabkan barang yang mengindahkan cara-cara dan
ancaman untuk mem- dijual bertambah harganya.23 jangka waktu yang diperlukan
berikan ganti keru- untuk pemberitahuan peng-
gian, dan lain-lain.22 akhiran sewa menurut
kebiasaan setempat.24

20
Ibid, hlm. 28.
21
Ibid, hlm. 44.
19
Ibid, hlm. 54.
22
Ibid, hlm. 55.
23
Ibid, hlm. 28.
24
Ibid, hlm. 41.

15
CONTOH KASUS

Putusan No 2941 K/Pdt/1999 mengenai PERJANJIAN SEWA BELI

PT. UNITED TRACTORS dan Ny. Marina Situmorang melakukan

perjanjian sewa beli Bulldozer, merk Komatzu sebanyak 2 (dua) unit pada

tanggal 26 September 1995 dengan harga keduanya ditambah dengan PPN

10% sejumlah Rp 1.004.602.454.

Pembayaran dilakukan dengan membayar uang muka terlebih dahulu

sebesar Rp 9.825.000 sedang sisanya sebesar Rp 994.777.454 akan diangsur

dalam 18 bulan. Kemudian dalam pasal 4 ayat 1 perjanjian sewa beli disebut

“Pemillik akan menyerahkan Bulldozer yang disewa kepada penyewa dalam

keadaan siap pakai dst...”

Akan tetapi pada kenyataan Bulldozer yang diserahkan kepada Ny.

Marina Situmorang tidak dilengkapi dengan alat penarik atau disebut

namanya WINS, atas ketidaklengkapan Bulldozer tersebut PT. UNITED

TRACTORS akan segera mengirimnya kelokasi proyek Ny. Marina

Situmorang.

Setelah Bulldozer tersebut dikirim di lokasi proyek ke 2 (dua) unit

Bulldozer tersebut tidak bisa dioperasikan langsung oleh Ny. Marina S

karena tidak ada alat penariknya, beberapa hari kemudian alat penarik

tersebut baru dikirim. Akan tetapi setelah beberapa hari dioperasikan salah

satu Bulldozer mengalami kerusakan. Dari rentetan menunggu Bulldozer

terlengkapi alat penarik sehingga dapat dioperasikan hingga kerusakan

setelah beberapa alat tersebut dioperasikan, Ny. Marina mengalami kerugian

yang membuat dirinya tak mampu mengangsur Bulldozer sesuai perjanjian.

16
Sebelumnya hal ini telah diberitahukan oleh Ny marina kepadda PT.

UNITED TRACTORS akan tetapi tidak dihiraukan yang kemudian

mengakibatkan penarikan Bulldozer oleh PT. UNITED TRACTORS. Dari

kejadian inilah Ny. Marina mengajukan gugatannya kepada PT. UNITED

TRACTORS mengenai perbuatan melanggar hukum sesuai pasal 1365

KUHPerdata dan Putusan MA RI No. 935 K/PDT/1985.

Dalam hal penyelesaian sengketa yang terjadi, maka menyelesaikan


sengketa jika timbul wanprestasi yaitu :25
1. Musyawarah
Penciptaan hak dan kewajiban terhadap pembeli sewa dan
penyewa beli tidak selamanya dapat diwujudkan dengan lancer tanpa
kendala sampai selesai. Sering sekali timbul sengketa antara kreditur
dan debitur sebagai akibat wanprestasi atau perbuatan yang melawan
hukum.
Wanprestasi dapat terjadi apabila salah satu pihak, lazimnya
debitur tidak melakukan prestasi-prestasi yang tercantum dpada
lembaran-lembaran akta perjanjian. Kewajiban utama ialah
membayar angsuran dengan jumlah tertentu dan tepat waktunya.
Akibat hukumdilalaikannya kewajiban tersebut disertai dengan
berbagai alasan yang dapat dijadikan dasar pembenar bagi debitur,
maka kreditur dapat menerima / menolaknya. Akibat wanprestasi
debitur (misalnya tidak membayar angsuran), maka kreditur dapat
melakukan teguran yaitu dengan mengirimkan surat teguran / surat
peringatan dapa debitur.
Dalam penyelesaian sengketa antara penjual sewa dan pembeli
sewa, baik karena wanprestasi / perbuatan melanggar hukum,
ternyata mendeskripsikan bahwa masing-masing pihak mempunyai
hak dan kewajiban, sehingga saling ingin memenuhi kepentingannya
25
Heru Guntoro, Aspek Hukum Perjanjian sewa Beli Kendaraan Bermotor, hal 10-11 http://untag-
banyuwangi.ac.id/attachments/article/366/ASPEK%20HUKUM%20PERJANJIAN%20SEWA%20BELI
%20KENDARAAN%20BERMOTOR.pdf diakses pada tanggal 04/05/2014 pukul 19.39

17
dengan menekan kerugian yang sekecil-kecilnya, cara musyawarah
untuk mencapai mufakat merupakan pilihan utama untuk ditempuh
terlebih dahulu oleh para pihak.
2. Jalur Hukum
Klausul-klausul perjanjian yang dibuat para pihak, yaitu
kreditur dan debitur sewa beli merupakan undang-undang bagi
mereka, sehingga harus mematuhinya. Dalam hal ini perjanjian yang
berlaku sebagai hukum tersebut, memberikan ancaman sanksi yang
dibuat oleh mereka sendiri.Biasanya barubenar dilaksanakan, jika
sudah terbentang jalan buntu untuk berdamai. Dalam perjanjiansewa
beli kendaraan bermotor telah ditentukan bahwa tentang perjanjian
sewa belidansegala akibat hukumnya,para pihak memilih domisili
(tempat kediaman hukum) di kantor panitera Pengadilan Negeri yang
ditunjuk. Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa para pihak telah
menunjuk pengadilan sebagai pemutus sengketa,apabila terjadi
perselisihan di antara mereka.
Kreditur dan debitur lebih cenderung menghindari jalur hukum
ke pengadilan, jika tidak terpaksa. Alasan utamanya adalah masalah
biaya, waktu dan tenaga. Apabila memang terpaksa ditempuh jalan
mengajukan gugatan ke pengadilan, baik secara perdata atau pidana
maka cara ini merupakan pilihan terakhir.
Lembaga peradilan tidak akan pernah menangani sengketa
perjanjian sewa beli kendaraan bermotor, jika para pihak cenderung
menyelesaikan perselisihan dengan cara musyawarah. Dapat pula
kondisi ini akan terjadi sebaliknya, apabila kesadaran hukum untuk
berperkara telah demikian menebal diantara para pihak dalam
perjanjian sewa beli tersebut, sehingga akan semakin menumpuk pula
berkas perkara perjanjian sewa beli di pengadilan. Dengan demikian
semakin banyak pula yurispridensi sewa beli, khususnya yang
menyangkut kendaraan bermotor tercipta melalui peradilan.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perjanjian sewa beli merupakan perjanjian campuran antara perjanjian
jual beli dan sewa menyewa. Akan tetapi perjanjian sewa beli lebih
cenderung mengarah pada bentuk perjanjian jual beli karena peralihan hak
milik adalah hal yang menjadi pokok utamanya. Jadi tujuan sewa beli
adalah untuk menjual barang, bukan untuk menyewakan atau menjadi
penyewa barang. Hal yang menjadi penting dalam Perjanjian Sewa Beli
adalah mengenai klausulnya seperti Klausula Eksonerasi, Klausul Risiko,
Klausul Penundaan Peralihan Hak Milik, Klausul Larangan
Memindahtangankan Objek Perjanjian, dan Klausul Penarikan Objek
Perjanjian oleh Pihak Penjual.
Risiko musnahnya barang dalam perjanjian sewa beli ada pada
pemilik barang karena selama biaya angsuran belum dibayar secara lunas,
hak milik belum berpindah kepada si penyewa beli. Namun dalam praktek
lazim diperjanjikan bahwa peralihan risiko ada pada si penyewa beli karena
di penyewa beli dianggap wajib menjaga barang yang di sewa belinya
sampai adanya suatu pelunasan pembayaran atas barang tersebut dan hak
milik masih barada pada si pemilik barang walaupun penguasaannya ada
pada si penyewa beli. Apabila risiko terdapat pada pembeli, maka hal ini
akan memberikan jaminan kepada pihak penjual dimana pihak pembeli
tidak akan sesuka hati memperlakukan barang yang berada dalam
kekuasannya tersebut.

3.2 Saran
Hal ini menurut kelompok kami perlu adanya pengaturan tegas
mengenai risiko tersebut. Karena apabila dilihat dari segi hak milik, objek
pada perjanjian sewa beli baru berpindah setelah angsuran sesuai perjanjian
telah dilunasi. Dari hak milik ini dapat disimpulkan bahwa risiko seharusnya
ditanggung oleh penjual bukan oleh pihak penyewa beli.

19
Kelompok kami merasa bahwa perjanjian sewa beli dirasa menguntungkan
bagi kedua belah pihak. Dimana bagi pihak penjual, ia dapat menjual
barangnya dan mendapatkan pembeli yang jumlahnya lebih banyak juga
penjual lebih merasa aman karena selama harga barang belum dilunasi,
maka hak milik belum berpindah kepada pembeli. Bagi pihak pembeli, ia
dapat menikmati manfaat dari barang tersebut dan dapat menjadi pemilik
barang tersebut ketika ia telah membayar uang angsuran seharga barang
tersebut.

20
DAFTAR PUSTAKA

Djuhaendah Hasan. 1996. Lembaga Jaminan Kebendaan bagi Tanah dan Benda
Lain yang melekat pada Tanah dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan
Horizontal. Bandung : Citra Aditya Bakti

Fery Anggryawan, Analisa Yuridis Perjanjian Sewa Beli Sepeda Motor Menurut
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata di Dealer Mamak Motor Sampang,
Surabaya: Fakultas Hukum, Universitas Pembangunan Nasional, 2011,
http://eprints.upnjatim.ac.id/2840/1/file1.pdf, diakses tanggal 04/05/2014
pukul 10.15

Heru Guntoro, Aspek Hukum Perjanjian sewa Beli Kendaraan Bermotor,


Banyuwangi: Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945, 2010,

Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 34/KP/II/80 tentang


Perizinan kegiatan usaha sewa beli (hire purchase), Jual beli dengan
angsuran, dan sewa (renting)

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek)

Maria Darus Badrulzaman. 1980. Perjanjian Baku (Standard) Perkembangan di


Indonesia. Medan : Universitas Sumatera Utara.

R. Subekti, 1995, Aneka Perjanjian, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti

R. Subekti. 1985. Aneka Perjanjian. Bandung : Alumni

Subekti. 2001. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta : Intermasa

Supramono, 1995. Perbankan dan Masalah Kredit, suatu Tinjauan Yuridis.


Jakarta : Djambatan

Tesis tentang Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Sewa


Beli Kendaraan Bermotor Di surakarta oleh Ary Primadyanta, SH,
Universitas Diponegoro

21

Anda mungkin juga menyukai