Anda di halaman 1dari 18

KONTRAK

untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan Aspek Hukum dalam Pelaksanaan Proyek


Semester Enam

Oleh

Maulida Nurunnafissa ( 149 409 4004 )

FAKULTAS TEKNIK
PRODI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS HASYIM ASYARI
TEBUIRENG JOMBANG
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas Aspek Hukum dalam Pelaksanaan Proyek yang berjudul Kontrak
dapat terselesaikan dengan baik.

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi persyaratan


perkuliahan mata Jembatan. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Ayu
Roesdyningtyas. D. A, S.T, M.T selaku dosen pembimbing kami, kepada teman-teman
seperjuangan yang telah bersama-sama bekerja, dan semua pihak yang mendukung
terselesaikannya makalah ini.

Semoga dengan dibuatnya laporan ini bisa berguna bagi pembaca dan bagi kami
khususnya. Kami mengaharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga akan tercipta
makalah yang lebih sempurna.

Amiin.

Jombang, 28 Maret 2017

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perjanjian pada umumnya merupakan perjanjian penting yang kita lakukan sehari-hari,
namun kita kadang tidak menyadari bahwa apa yang kita lakukan merupakan suatu
perbuatan hukum yang tentu saja memiliki akibat-akibat hukum tertentu. Membeli dan
menjual adalah dua kata kerja yang sering kita pergunakan dalam istilah sehari-hari yang
apabila digabungkan antara keduanya, berarti salah satu pihak menjual dan pihak lainnya
membelim dan hal ini tidak dapat berlangsung tanpa pihak yang lainnya, dan itulah yang
disebut perjanjian jual beli.

Perjanjian jual beli yang dilakukan dengan sederhana tentu saja tidak banyak
menimbulkan masalah, terutama jika barang yang diperjualbelikan tersebut hanya satu
macam barang dan barang tersebut dapat dilihat atau diamati langsung oleh pembeli,
demikian pula pembayaran harga barang tersebut dilakukan secara tunai dengan
menggunakan uang tunai.

Akan tetapi, perjanjian jual beli yang berlangsung antara penjual dan penbeli tidak
selamanya merupakan perjanjian jual beli yang sederhana bahkan tidak jarang
menimbulkan masalah, diperlukan aturan hukum yang mengatur tentang berbagai
kemungkinan yang dapat timbul dalam perjanjian jual beli.

Pengaturan masalah jual beli secara cermat dalam peraturan perundang-undangan


merupakan suatu kebutuhan yang mendasar karena jual beli yang terjadi di dalam
masyarakat sangat beragam, baik dari jenis barang yang diperdagangkan maupun cara
pembayarannya.

Hukum kontrak merupakan bagian dari hukum perikatan karena setiap orang yang
membuat kontrak terikat untuk memenuhi kontrak tersebut. Era reformasi adalah era
perubahan. Perubahan disegala bidang kehidupan demi tercapainya kehidupan yang lebih
baik. Salah satunya adalah dibidang hukum. Dalam bidang hukum, diarahkan pada
pembentukan peraturan perundang-undangan yang memfasilitasi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Seperti kita ketahui bahwa banyak peraturan perundang-undangan kita yang
masih berasal dari masa pemerintahan Hindia Belanda.

Hukum kontrak kita masih mengacu pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau
Burgerlijk Wetboek Bab III tentang Perikatan (selanjutnya disebut buku III) yang masuk
dan diakui oleh Pemerintahan Hindia Belanda melalui asas Konkordansi yaitu asas yang
menyatakan bahwa peraturan yang berlaku di negeri Belanda berlaku pula pada
pemerintahan Hindia Belanda (Indonesia), hal tersebut untuk memudahkan para pelaku
bisnis eropa/ Belanda agar lebih mudah dalam mengerti hukum.

Dan seiring berjalannya waktu maka pelaku bisnis lokal pun harus pula mengerti isi
peraturan dari KUHPerdata terutama Buku III yang masih merupakan acuan umum bagi
pembuatan kontrak di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hukum kontrak?
2. Apa sajakah unsur unsur dalam hukum kontrak?
3. Apa sajakah azaz hukum kontrak ?
4. Apa saja syarat sahnya hukum kontrak?
5. Apa saja jenis jenis kontrak?
6. Bagaimana cara penyusunan kontrak?
C. Maksud dan Tujuan
1. Mengetahui definisi dari hukum kontrak
2. Menjelaskan mengenai unsur unsur dalam hukum kontrak
3. Mengetahui azaz azaz yang ada dalam hukum kontrak
4. Menjelaskan jenis jenis dari hukum kontrak
5. Menjelaskan tentang cara penyusunan kontrak
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Jual Beli

Dalam Pasal 1457 BW diatur tentang pengertian jual beli sebagai berikut :

Perjanjian jual beli merupakan suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu benda dan pihak lain untuk membayar harga
yang telah dijanjikan.

Sedangkan pada pasal 1457 KUH Perdata yang dimaksud jual beli adalah suatu
persetujuan, dengan mana pihak satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu
kebendaan, dan pihak lain untuk membayar harga yang dijanjikan. Defenisi ini ada
kesamaannya dengan defenisi yang tercantum dalam Artikel 1493 BW. Perjanjian jual beli
adalah persetujuan dimana penjual mengikatkan dirinya untuk menyerahkan kepada
pembeli suatu barang sebagai milik (en eigendom te leveren) dan menjaminnya (vrijwaren)
pembeli mengikat diri untuk membayar harga yang diperjanjikan. Ada tiga hak yang
tercantum dalam definisi ini yaitu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan barang kepada
pembeli dan menjaminnya serta membayar harga.

Perjanjian jual beli pada umumnya merupakan perjanjian konsensual karena mengikat
para pihak saat terjadinya kesepakatan para pihak tersebut mengenai unsur esensial dan
aksedentalia dari perjanjian tersebut. Dikatakan perjanjian konsensual karena ada juga
perjanjian jual beli yang dalam bentuk tertulis yang berupa akta autentik, yakni jual beli
barang-barang yang tidak bergerak.

B. Terjadinya Jual Beli

Pada dasarnya, terjadinya kontrak jual beli antara pihak penjual dan pembeli adalah
pada saat terjadinya persesuaian kehendak dan pernyataan antara mereka tentang barang
dan harga, meskipun barang itu belum diserahkan maupun harganyua belum dibayar lunas
(Pasal 1458 KUH Perdata).

Berdasarkan Pasal 1475 BW, penyerahan adalah suatu pemindahan barang yang tekah
dijual ke dalam kekuasaan dan kepunyaan si pembeli. Apabila dalam perjanjian jual beli
tidak ditentukan oleh para pihak dimana seharusnya barang yang diperjualbelikan tersebut
diserahkan, penyerahan harus dilakukan di tempat dimana barang itu berada pada saat
perjanjian jual beli dilakukan.

Penyerahan itu bergantung pada jenis bendanya:

a. Benda bergerak

Penyerahan benda bergerak dilakukan dengan penyerahan nyata dalam kunci


atas benda tersebut.

b. Piutang atas nama dan benda tak bertubuh

Penyerahan akan piutang atas nama dan benda tak bertubuh lainnya dilakukan
denagn sebuah akta autentik atau akta di bawah tangan.

c. Benda tidak bergerak

Untuk benda tidak bergerak, penyerahannya dilakukan dengan pengumuan akan


akta yang bersangkutan di Kantor Penyimpanan Hipotek.

Pada penyerahan tanah diatur syarat-syarat sebagai berikut:

1. Penjual menjamin bahwa tanah sebagaimana dimaksud pada perjanjian


ini akan diserahkan kepada pembeli dalam keadaan kosong, misalkan
selambat-lambatnya tanggal 01 Januari 2013.
2. Apabila penjual tidak menyerahkan tanah tersebut kepada pembeli pada
waktu yang tekah ditentukan sesuai dengan perjanjian ini, maka penjual
telah dianggap melakukan kelalaian, sehingga suatu peringatan dengan
surat juru sita atau surat-surat lain serupa itu tidak diperlukan lagi.

3. Apabila sampai dengan tanggal yang ditentukan dalam perjanjian ini tanah
yang diperjanjikan dalam jual beli ini tidak diserahkabn dalam keadaan kosong,
maka dengan lewatnya waktu tersebut penjual berhak untuk melakukan berbagai
upaya untuk mengosongkan tanah tersebut atas biaya penjual.

C. Resiko

Resiko adalah kerugian yang timbul di luar kesalahan salah satu pihak. Hal ini berarti
bahwa daalm perjanjian jual beli kerugian ini timbul di luar kesalahan pihak penjual
maupun pihak pembeli.
Resiko dalam perjanjian jual beli tergantung pada jenis barang yang diperjual belikan
yaitu apakah (a) barang telkah ditentukan; (b) barang tumpukan atau (c) barang yang dijual
berdasarkan timbangan, ukuran atau jumlah.

Apabila kita mencermati ketentuan tentang pembebanan risiko di atas, akan terasa bagi
kita bahwa ketentuan tersebut tidak semuanya adil karena pada umumnya ketentuan
pembebanan resiko membebankan resiko kepada pemilik barang sedangkan dua jenis
pembebanan resiko dibebankan kepada pembeli walaupun barang tersebut belum
diserahkan yang berarti masih bukan sebagai pemilik sebelum barang tersebut diserahkan
kepadanya.

D. Hak dan Kewajiban Antara Penjual dan Pembeli

Apabila kesepakatan antara pihak penjual dan penbeli telah tercapai maka akan
menimbulkan hak dan kewajiban di antara pihak. Yang menjadi hak penjual adalah
menerima harga barang yang telah dijualnya dari pihak pembeli. Sedangkan kewajiban
pihak penjual adalah:

1. Menyerahkan barang yang diperjualbelikan kepada pembeli


2. Menanggung atau menjamin barang tersebut.

Kewajiban menyerahkan barang yang diperjualbelikan dari penjua kepada pembeli,


sudah merupakan pengetahuan umum, karena maksud utama seseorang yang membeli
barang adalah agar dia dapat memiliki barang yang dibelinya.

Kewajiban utama pembeli adalah membayar harga pembelian pada waktu dan di tempat
yang telah diperjualbelikan. Akan tetapi, apabila waktu dan tempat pembayaran ditetapkan
dalam perjanjian, pembayaran harus dilakukan di tempat dan pada waktu penyerahan
barang dilakukan. Apabila pembeli tidak membayar harga barang tersebut si penjual dapat
menuntut pembatalan perjanjian sebagaimana halnya pembeli dapat menuntut pembatalan
perjanjian jika penjual tidak menyerahkan barangnya.

E. Jual Beli Angsuran

Jual beli angsuran atau biasa juga disebut jual beli cicilan yang praktiknya terdapat
dalam objek barang bergerak maupun barang tidak bergerak.

Istilah cicilan yang dikenal dalam masyarakat tidak selamanya harus diartikab sebagai
jual beli cicilan, tetapi ada kemungkinan yang dimaksud adalah sewa beli karena dalam
masyarakat biasanya kalau membeli barang dengan pembayaran yang dilakukan secara
bertahap yang biasanya dilakukan tiap bulan.

Misalnya seseorang yang melakukan pembelian mobil secara angsur maka ketentuan
yang mengaturnya adalah penjual menjamin pembeli, bahwa mobil tersebut benar-benar
milik penjual sendiri, tidak tersangkut sebagai tanggungan untuk suatu piutang atau berarti
dengan suatu beban, pula tidak dikenakan suatu sitaan sehingga mengenai mobil itu, baik
sekarang maupun dikemudian hari dari pembeli tidak akan mendapat tuntutan atau gugatan
dari pihak lain yang menyatakan turut mempunyai hak terlebih dahulu, oleh karena itu
pembeli dibebaskan oleh penjual dari segala tuntutan mengenai hal-hal tersebut.

F. Jual Beli Melalui Internet

Transaksi melalui internet atau yang sering disebut e-commerce (electronic commerce),
pada dasarnya sudah dikenal di Indonesia dalam waktu yang cukup lama, terutama sejak
dikenalnya credit card, automated teller machines dan telephone banking.

Dalam transaksi e-commerce yang melakukan penawaran adalah merchant atau pihak
penjual yang memanfaatjab website untuk memasarkan barang atau jasa yang ditawarkan
kepada semua orang kecuali kalau penawaran itu dilakukan melalui e-mail yang merupakan
penawaran khusus kepada pemegang e-mail yang dituju.

Apabila pembeli setuju untuk membeli barang-barang tertentu atau menggunakan jasa
tertentu yang diitawarkan oleh penjual, pembeli menyatakan persetujuannya melalui
website, e-mail, atau electronic data interchange, tergantung pada cybersystem tersebut.

Apabila para pihak telah setuju dengan jual beli tersebut dilakukanlah pembayaran yang
dapat dilakukan dengan sistem ATM, pembayaran cash, ataupun dengan peraturan pihak
ketiga seperti kartu kredit online atau check online.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Kontrak

Hukum kontrak dalam bahasa inggris adalah Contract of law, sedangkan dalam bahsa
Belanda disebut dengan istilah overeenscomstrecht. Menurut Lawrence M. Friedman,
hukum kontrak adalah perangkat hukum yang hanya mengatur aspek tertentu dari pasar
dan mengatur jenis perjanjian tertentu.

Michael D. Bayles mengartikan hukum kontrak sebagai Might then be taken to be the
law pertaining to enporcement of promise or agreement. (aturan hukum yang berkaitan
dengan pelaksanaan perjanjian atau persetujuan).

Charles L. Knapp and Nathan M. Crystal mengartikan, Law of contract is: Our
societys legal mechanism for protecting the expectations thst arise from the making of
agreemenets for the future exchange of various types of performance, such as the
compeyance of property (tangible and untangible), the performance of services, and the
payment of money.3 (Hukum kontrak adalah mekanisme hukum dalam masyarakat untuk
melindungi harapan-harapan yang timbul dalam pembuatan persetujuan demi perubahan
masa datang yang bervariasi kinerja, seperti pengangkutan kekayaan (yang nyata maupun
yang tidak nyata), kinerja pelayanan, dan pembayaran dengan uang).

Suharnoko mengatakan, suatu kontrak atau perjanjian harus memenuhi syarat sahnya
perjanjian, yaitu kata sepakat, kecakapan, hal tertentu, dan sebab yang halal. Dengan
memenuhi keempat syarat tersebut, kontrak menjadi sah dan mengikat secara hukum bagi
para pihak yang membuatnya.

Rumusan tentang kontrak atau perjanjian dalam BW terdapat dalam Pasal 1313, yaitu
Suatu Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

Dengan mencermati pendapat-pendapat para ahli di atas, penulis memilih pandangan


mengenai arti Hukum Kontrak adalah aturan yang membahas mengenai tata cara membuat
suatu kesepatan antara kedua belah pihak yang mana mereka mengikatkan dirinya dengan
ithikad baik, suatu hal tertentu dan dikemudian hari akan menimbulkan akibat hukum
apabila salah satu diantaranya melakukan wanprestasi.

B. Unsur-unsur Hukum Kontrak

Dengan memperhatikan beberapa pendapat para ahli tersebut diatas maka dapat
dikemukakan unsur-unsur yang tercantum dalam hukum yakni:

1. Adanya kaidah hukum

Menurut Salim H.S ,kaidah dalam hukum kontrak dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu tertulis dan tidak tertulis. Kaidah hukum kontrak tertulis adalah
kaidah-kaidah hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan,
traktat, dan yurisprudensi. Adapun kaidah hukum kontrak tidak tertulis adalah
kaidah-kaidah hukum yang timbul, tumbuh, dan hidup dalam masyarakat.

2. Subjek hukum

Istilah lain dari subjek hukum adalah rechtperson yang artinya sebagai
pendukung hakdan kewajiban. Subjek hukum dalam hukum kontrak adalah
kreditur dan debitur. Kreditur adalah orang yang berpiutang, sedangkan debitur
adalah orang yang berutang.

3. Adanya prestasi

Prestasi adalah hak kreditur dan kewajiban debitur. Prestasi terdiri atas:

a. Memberikan sesuatu
b. Berbuat sesuatu
c. Tidak berbuat sesuatu
d. Kata sepakat.

Dalam Pasal 1320 KUHPerdata, ditentukan empat syarat sahnya perjanjian. Salah
satunya adalah kata sepakat (konsensus). Kesepakatan adalah persesuaian pernyataan
kehendak antara para pihak.

4. Akibat hukum

Setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan akibat hukum. Akibat
hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban. Hak adalah suatu kenikmatan dan kewajiban
adalah suatu beban.
C. Azas Hukum Kontrak
1. Asas kebebasan berkontrak (Pasal 1320 KUH Perdata)

Yaitu asas yang membebaskan para pihak untuk: mengadakan perjanjian dengan
siapapun, menentukan isi perjanjian, pelaksanaan dan persyaratan, menentukan bentuknya
mau tertulis atau cukup lisan.

2. Asas konsensualisme

Merupakan asas yang yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak
diadakan secara formal, tetapi cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak.
Kesepakatan merupakan persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh
kedua belah pihak.

3. Asas Pacta Sunt Servanda/asas kepastian hukum,

Asas ini berhubungan dengan akibat perjanjian. Hakim atau pihak ketiga harus
menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak. Sebagaimana layaknya
sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi
kontrak yang dibuat oleh para pihak.

4. Asas Itikad baik

Merupakan asas bahwa para pihak yaitu kreditur dan debitur harus melaksanakan
substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik
dari para pihak.

5. Asas Kepribadian

Yaitu asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan membuat kontrak hanya
untuk kepentingan (person) itu sendiri. Sumber hukum kontrak dalam civil law (indonesia
dan sebagian besar negara eropa) adalah undang-undang, perjanjian antar negara,
yurisprudensi dan kebiasaan.

Sementara Amerika, Inggris (juga Negeri Persemakmuran) yang menganut system


Common Law adalah Judicial Opinion/Keputusan Hakim, Statutory Law/perundang-
undangan, the Restatement (rumusan ulang tentang hukum dikeluarkan oleh Institut
Hukum Amerika/ALI) dan Legal commentary.

D. Syarat Sahnya Kontrak


1. Sepakat: Tanpa paksaan, kekhilafan maupun penipuan
2. Cakap dalam melakukan perbuatan hukum
3. Mengenai hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal

Momentum terjadinya kontrak pada umumnya adalah ketika telah tercapai kata sepakat
yang ditandai dengan penandatanganan kontrak sebagai bentuk kesepakatan oleh para
pihak.

Fungsi kontrak adalah demi memberikan kepastian hukum bagi para pihak agar mereka
tenang dan mengetahui dengan jelas akan hak dan kewajiban mereka.

Kontrak menurut penulis ada 2 macam yaitu Kontrak Nominaat atau bernama dan
Innominaat atau tidak bernama. Maksud dari kontrak Nominaat adalah bahwa kontrak
tersebut telah dikenal dan diatur oleh KUHPerdata sedang Innominaat maksudnya adalah
bahwa jenis kontrak tersebut belum dikenal dalam KUHPerdata dan pengaturannya diluar
KUHPerdata. Sifat pengaturan buku III ini adalah terbuka (open) artinya dimungkinkan
dilakukan suatu bentuk perjanjian lain selain yang telah diatur dalam KUHPerdata. Hal ini
didasarkan pada asas kebebasan berkontrak sehingga seiring kebutuhan hidup manusia
dalam memenuhi kebutuhannya ada saja suatu bentuk kontrak/perjanjian yang belum
dikenal oleh KUHPerdata. Kontrak Nominaat contohnya adalah tentang jual beli, sewa
menyewa, tukar menukar, hibah dll. Sementara itu Innominaat adalah franchise, joint
venture, kontrak rahim, leasing, belisewa, production sharing dll yang akan muncul sesuai
perkembangan zaman dan sesuai kebutuhan manusia

Ketentuan-ketentuan Umum dalam Hukum Kontrak:

1. Somasi

Diatur dalam pasal 1238 KUHPerdata dan 1243 KUHPerdata. Somasi adalah
teguran dari si berpiutang (kreditur) kepada si berutang (debitur) agar dapat
memenuhi prestasi sesuai dengan isi perjanjian yang telah disepakati bersama.
Somasi timbul karena debitur tidak melaksanakan prestasi sesuai yang
diperjanjikan.

2. Wanprestasi

Adalah tidak terpenuhinya suatu prestasi oleh salah satu pihak. Dapat dikatakan
wanprestasi jika sebelumnya pihak berhutang telah diberi surat teguran atau somasi
sebanyak minimal tiga kali. Tuntutan atas dasar wanprestasi dapat berupa: meminta
pemenuhan prestasi dilakukan, menuntut prestasi dilakukan disertai ganti kerugian,
meminta ganti kerugian saja, menuntut pembatalan perjanjian, menuntut
pembatalan perjanjian disertai ganti kerugian.

3. Ganti rugi

Ganti rugi karena wanprestasi diatur dalam pasal 1243 hingga 1252
KUHPerdata. Ganti rugi ini timbul karena salah satu pihak telah wanprestasi atau
tidak memenuhi isi perjanjian yang telah disepakati bersama. Ganti kerugian yang
dapat dituntut berupa: kerugian yang telah nyata-nyata diterima, kerugian berupa
keuntungan yang seharusnya dapat diperoleh (ditujukan kepada bunga-bunga).

4. Keadaan memaksa/force majeur

Diatur dalam pasal 1244 KUHPerdata dan 1245 KUHPerdata. Ketentuan ini
memberikan kelonggaran kepada debitur untuk tidak melakukan penggantian
biaya, ganti kerugian ataupun bunga kepada kreditur oleh karena suatu keadaan
yang berada diluar kekuasaanya dalam upayanya melakukan prestasi.

5. Risiko

Adalah suatu ketentuan yang mengatur mengenai pihak mana yang memikul
kerugian/menanggung akibat, jika ada sesuatu kejadian diluar kesalahan salah satu
pihak yang menimpa obyek perjanjian. Misal ketika telah terjadi suatu kesepakatan
pembangunan gedung, maka segala sesuatu akibat sebelum penyerahan terjadi
menjadi tanggung jawab pihak ketiga selakurisk insurance. Jika terjadi kebakaran
sebelum diserahkan maka itu risiko pihak asuransi yang harus
dipertanggungjawabkan.

E. Jenis Jenis Kontrak

Dalam dunia konstruksi, perjanjian antara pihak owner dengan pihak kontraktor diikat
dalam sebuah kontrak kerja. Pengaturan hukum kontrak kerja proyek konstruksi diatur oleh
pihak-pihak yang terlibat dan sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku (KUHP pasal 1601b). Kontrak proyek konstruksi ini berupa dokumen tertulis
dan wajib menjelaskan tentang kesepakatan keselamatan umum dan tertib bangunan karena
sebuah proyek konstruksi merupakan pekerjaan yang mengandung resiko tinggi. Jenis-jenis
kontrak proyek konstruksi adalah:

1. Kontrak Harga Satuan (Unit Price Contract)


Dalam kontrak ini, pihak kontraktor hanya menentukan harga satuan pekerjaan
untuk biaya semua jenis pekerjaan yang mungkin dikeluarkan termasuk biaya
overhead dan keuntungan. Biasanya, kontrak ini digunakan jika kuantitas aktual
dan masing-masing item pekerjaan sulit untuk diestimasi secara akurat sebelum
proyek dimulai. Pemilik dan kontraktor akan melakukan opname atau pengukuran
bersama terhadap jumlah bahan yang terpasang untuk menentukan kuantitas
pekerjaan yang sesungguhnya. Kelemahan dari jenis kontrak ini yaitu pemilik tidak
dapat mengetahui secara pasti biaya aktual proyek hingga proyek itu selesai.

2. Kontrak Biaya Plus Jasa (Cost Plus Fee Contract)

Dalam kontrak ini, kontraktor akan menerima pembayaran atas pengeluarannya,


ditambah dengan biaya untuk overhead dan keuntungan. Besarnya biaya overhead
dan keuntungan biasanya dihitung berdasarkan presentase biaya yang akan
dikeluarkan kontraktor. Yang menjadi kelemahan jenis kontrak ini hampir sama
dengan jenis kontrak harga satuan dimana pemilik tidak dapat mengetahui biaya
aktual proyek yang akan dilaksanakan. Biasanya kontrak jenis ini dipakai jika
proyek tersebut harus diselesaikan dalam waktu yang singkat sementara rencana
dan spesifikasinya belum dapat diselesaikan.

3. Kontrak Biaya Menyeluruh (Lump Sum Contract)

Dalam kontrak ini menyatakan bahwa kontraktor akan melaksanakan proyek


sesuai dengan rancangan biaya tertentu. Apabila terjadi perubahan dalam kontrak,
perlu dilakukan negosiasi antara pemilik dan kontraktor untuk menetapkan
besarnya pembayaran (baik tambah maupun kurang) yang akan diberikan kepada
kontraktor terhadap perubahan tersebut.

Kontrak jenis ini hanya bisa diterapkan apabila ada perencanaan yang telah
benar-benar selesai, dimana kontraktor sudah dapat melakukan estimasi kuantitas
secara akurat. Biasanya pemilik proyek dengan jumlah anggaran yang terbatas akan
memilih jenis kontrak ini karena merupakan satu-satunya jenis kontrak yang
memberi nilai pasti terhadap biaya yang akan dikeluarkan.

F. Penyusunan Kontrak
Penyusunan suatu kontrak bisnis meliputi bebrapa tahapan sejak persiapan atau
perencanaan sampai dengan pelaksanaan isi kontrak. Tahapan-tahapan tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Prakontrak
a. Negosiasi
b. Memorandum of Understanding (MoU)
c. Studi kelayakan
d. Negosiasi (lanjutan)
2. Kontrak
a. Penulisan naskah awal
b. Perbaikan naskah
c. Penulisan naskah akhir;
d. Penandatanganan.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perjanjian pada umumnya merupakan perjanjian penting yang kita lakukan sehari-hari,
namun kita kadang tidak menyadari bahwa apa yang kita lakukan merupakan suatu
perbuatan hukum yang tentu saja memiliki akibat-akibat hukum tertentu. Membeli dan
menjual adalah dua kata kerja yang sering kita pergunakan dalam istilah sehari-hari yang
apabila digabungkan antara keduanya, berarti salah satu pihak menjual dan pihak lainnya
membelim dan hal ini tidak dapat berlangsung tanpa pihak yang lainnya, dan itulah yang
disebut perjanjian jual beli.

Hukum kontrak dalam bahasa inggris adalah Contract of law, sedangkan dalam bahsa
Belanda disebut dengan istilah overeenscomstrecht. Menurut Lawrence M. Friedman,
hukum kontrak adalah perangkat hukum yang hanya mengatur aspek tertentu dari pasar
dan mengatur jenis perjanjian tertentu.

Michael D. Bayles mengartikan hukum kontrak sebagai Might then be taken to be the
law pertaining to enporcement of promise or agreement. (aturan hukum yang berkaitan
dengan pelaksanaan perjanjian atau persetujuan).

Charles L. Knapp and Nathan M. Crystal mengartikan, Law of contract is: Our
societys legal mechanism for protecting the expectations thst arise from the making of
agreemenets for the future exchange of various types of performance, such as the
compeyance of property (tangible and untangible), the performance of services, and the
payment of money.3 (Hukum kontrak adalah mekanisme hukum dalam masyarakat untuk
melindungi harapan-harapan yang timbul dalam pembuatan persetujuan demi perubahan
masa datang yang bervariasi kinerja, seperti pengangkutan kekayaan (yang nyata maupun
yang tidak nyata), kinerja pelayanan, dan pembayaran dengan uang).

Syarat Sahnya Kontrak

1. Sepakat: Tanpa paksaan, kekhilafan maupun penipuan


2. Cakap dalam melakukan perbuatan hukum
3. Mengenai hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal

Penyusunan suatu kontrak bisnis meliputi bebrapa tahapan sejak persiapan atau
perencanaan sampai dengan pelaksanaan isi kontrak. Tahapan-tahapan tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Prakontrak
a. Negosiasi
b. Memorandum of Understanding (MoU)
c. Studi kelayakan
d. Negosiasi (lanjutan)
2. Kontrak
a. Penulisan naskah awal
b. Perbaikan naskah
c. Penulisan naskah akhir;
d. Penandatanganan.
DAFTAR PUSTAKA

http://njkontraktor.com/articles/dunia-konstruksi/dunia-konstruksi-2/

http://arsyir7.blogspot.co.id/2016/04/makalah-kontrak-bisnis.html?m=1

https://raisyadila.wordpress.com/2015/04/01/makalah-perjanjian-kontrak/

http://materi-kuliah0420.blogspot.co.id/2015/10/makalah-hukum-kontrak-somasi-
prestasi.html?m=1

http://amrin4cute.blogspot.co.id/2014/11/makalah-hukum-kontrak.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai