TINJAUAN PUSTAKA
Sifat kimia dari abu terbang batubara dipengaruhi oleh jenis batubara yang
dibakar dan teknik penyimpanan serta penanganannya. Pembakaran batubara lignit
dan sub-bituminous menghasilkan abu terbang dengan kalsium dan magnesium
oksida lebih banyak daripada bituminus. Namun, memiliki kandungan silika,
alumina, dan karbon yang lebih sedikit daripada bituminous. Kandungan karbon
dalam abu terbang diukur dengan menggunakan Loss On Ignition Method (LOI). Jadi
fly ash yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil pembakaran jenis batubara
sub-bituminus.
Sedangkan sifat fisika abu terbang batubara terdiri dari butiran halus yang
umumnya berbentuk bola padat atau berongga. Ukuran partikel abu terbang hasil
Proses kimiawi dalam beton tidak akan terpengaruh dengan adanya serat dan
tidak akan merugikan proses pengerasan beton dalam jangka pendek maupun
panjang. Beberapa jenis bahan serat yang dapat dipergunakan dalam beton, antara
lain serat alami (rami, abaca), serat sintetis (polyproplene. polyester), nylon), serat
baja, fiber glass dan terkhusus dalam hal ini limbah ban bekas.
Limbah ban bekas meningkatkan kuat tarik dan lentur, meningkatkan daktilitas
dan kemampuan menyerap energi saat berdeformasi, mcngurangi retak akibat susut
beton, meningkatkan ketahanan fatigue (beban berulang) dan meningkatkan
ketahanan impact (beban tumbukan) merupakan beberapa keunggulan beton
berserat.
- Karbon : 32,19 %
- Silikat : 1,64 %
- Sulphur : 2,13 %
- Karet : 64,04 %
(Petra Christian University Library, 2009 )
Dari penelitian lain komposisi kimia karet ban bekas dapat diketahui :
- Kadar Natural Karet : 25 %
- Kadar Butadin Karet : 15 %
- Kadar Butil Karet : 5%
- Kadar Karbon Hitam : 35 %
- Kadar Zn O :4%
- Kadar Oil/ Nepthenic/ Arometic :4%
- Kadar Kotoran/ Debu/ Kaolin/ Kalsium: 12 %
(Vembianto, 2006).
Sedangkan sifat fisis limbah ban bekas adalah parutan ban bekas yang lolos
saringan No.50 (0,297 mm), bentuk butiran memanjang dan berwarna hitam (SNI-T-
15-1990-03).
2.4 Batako
Pengertian batako adalah salah satu bahan bangunan yang berupa batu-batuan yang
pengerasannya tidak dibakar dengan bahan pembentuk yang berupa campuran pasir,
semen, air merupakan mortar ( Van Vlack, L. 1994) dan dalam pembuatannya dapat
ditambahkan bahan tambah lainnya (additif). Kemudian dicetak melalui proses
Batako merupakan komponen non struktural yang disusun dari semen , pasir dan
air. Menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (1982) pasal 6,
“Batako adalah bata yang dibuat dengan mencetak dan memelihara dalam kondisi
lembab”.
Batako terdiri dari 2 jenis , yaitu batako jenis berlubang ( hallow ) dan batako
yang padat ( solid ). Dari hasil pengetesan terlihat bahwa batako yang jenis solid
lebih padat dan mempunyai kekuatan yang lebih baik. Batako berlubang mempunyai
luas penampang lubang dan isi lubang masing-masing tidak melebihi 5% dari seluruh
luas permukaannya.
Standar yang digunakan pada pengujian ini adalah ASTM C 270-04 dan ASTM
C 780. Alat yang digunakan pada tes uji tekan mortar adalah Hydraulic Compresive
Strength Machine tipe MAC-200.
Pembebanan diberikan sampai benda uji runtuh, yaitu pada saat beban maksimum
bekerja. Beban maksimum dicatat sebagai Pmax.
L
Untuk : P = gaya penekan ( N )
L= jarak 2 penumpuan ( m )
b dan d = dimensi sampel ( m )
b
d
dimensi sampel
(ASTM C-00-2005).