Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN

KONSULTASI HUKUM

BENTUK DAN TEKNIK PEMBUATAN KONTRAK (PERJANJIAN)

Oleh :
Difa An Aqilah Adnani

SURABAYA
JAWA TIMUR
2024
KONSULTASI HUKUM
I. Identifikasi Klien
Nama : Waarid Mas’ul Albir
Umur : 22 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa/Co-Founder Small Business
Alamat : Durenan, Trenggalek

II. Paralegal Yang Memberikan Konsultasi


Nama : Difa An Aqilah Adnani
NIM : 032111133120
Jabatan : Mahasiswa Fakultas Hukum UNAIR
Alamat : Kedungwaru, Tulungagung

III. Duduk Perkara (Masalah Hukum)


Klien merupakan seorang Co-Founder usaha kecil (small business)
“Jib.Cleadshop” yang bergerak pada penjualan barang-barang kerajinan dari tanah liat
dan beragam perhiasan dari manik-manik. Pembeli “Jib.Cleadshop” tersebut tidak
hanya berasal dari tamu domestik, namun juga berasal dari pelanggan
berkewarganegaraan asing. Adapun pembeli yang berbelanja pada Jib.cleadshop
tersebut sebagian besar merupakan pelanggan tetap sehingga transaksi antara klien
dengan pelanggan itu pada umumnya dilakukan dalam bentuk lisan. Terdapat pula
transaksi dalam bentuk tertulis yang berupa Order Schip (order pemesanan) barang
yang mana didalamnya hanya memuat jenis, jumlah, dan harga barang.
Dengan bentuk kontrak (perjanjian) tersebut diatas, tidak jarang menimbulkan
perselisihan antara klien dengan pembeli dikarenakan terdapat ketidakjelasan
pengaturan kesepakatan jual beli. Diantaranya, pembeli yang melakukan klaim ganti
rugi akibat barang pesanannya yang hilang atau rusak saat sampai di tempat tujuan
pembeli. Hingga pembeli yang tidak memenuhi kewajibannya membayar harga
barang padahal barang sudah diterima sesuai dengan tanggal yang diperjanjikan
dengan klien di awal pemesanan.
Berangkat dari kondisi bisnis klien tersebut, maka klien berkeinginan untuk
setiap transaksi dengan pembelinya akan dituangkan dalam sebuah kontrak agar hak
dan kewajiban dari kedua belah pihak dapat dirumuskan secara rigid dan pasti.
IV. Masalah Hukum (Materi) Yang Dikonsultasikan
Berkaitan dengan keinginan dan masalah yang dihadapi klien sebagaimana
disampaikan diatas, maka klien mendatangi Kantor UKBH untuk berkonsultasi
dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
1. Bentuk kontrak apa yang paling tepat untuk dipergunakan dalam masalah ini?
2. Apa saja substansi kontrak yang perlu dicantumkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku?

V. Materi Konsultasi Yang Diberikan


1. Kontrak atau perjanjian merupakan padanan dari istilah “Overeenkomst”
dalam Bahasa Belanda atau “Agreement” dalam Bahasa Inggris. Perjanjian
memiliki arti lebih luas daripada kontrak, dimana kontrak merujuk kepada
suatu pemikiran adanya keuntungan komersial yang diperoleh kedua belah
pihak. Sedangkan, perjanjian dapat saja berarti social agreement yang belum
tentu menguntungkan kedua belah pihak secara komersial. Adapun hal
mendasar perbedaan pengertian kontrak dengan perjanjian, yaitu kontrak
merupakan suatu perjanjian yang dibuat secara tertulis.
2. Pengaturan mengenai perjanjian dapat ditemukan dalam Buku Ketiga
KUHPErdata (Burgerlijke Wetbook) tentang perikatan. Dimana dalam Pasal
1313 KUHPerdata (Burgerlijke Wetbook) disebutkan mengenai pengertian
perjanjian yang pada pokoknya adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji
kepada orang lain dimana keduanya saling berjanji untuk melaksanakan suatu
hal. Dari perjanjian yang dibuat para pihak tersebut kemudian menimbulkan
perikatan antara mereka yang membuatnya. Sehingga timbulah pula hak dan
kewajiban yang wajib dipatuhi oleh para pihak pembuat kontrak.
3. Berdasarkan Buku III KUHPerdata (Burgerlijke Wetbook), tidak terdapat
ketentuan yang menyatakan bahwa suatu kontrak yang dibuat oleh para pihak
diharuskan untuk berbentuk seperti apa. Hal ini berarti bahwa kontrak tersebut
dapat dibuat secara tertulis, baik dengan akta dibawah tangan maupun akta
otentik. Kendati demikian, terdapat beberapa jenis kontrak yang wajib dibuat
dalam bentuk akta otentik berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan, diantaranya seperti kontrak jual beli tanah dan kontak
pengikatan atau pembebanan benda jaminan kredit.
4. Adapun mengenai isi substansi dalam kontrak yang akan dibuat tersebut tidak
ada ketentuan yang mengatur lebih rinci tentang ruang lingkupnya. Para pihak
dapat merumuskan substansi kontrak yang kemudian dituangkan dalam
pasal-pasal sesuai dengan kesepakatan yang ingin dibuat serta tetap
memperhatikan unsur-unsur esensial yang wajib ada dalam sebuah kontrak.
Unsur esensial merupakan hal-hal pokok yang harus ada dalam suatu kontrak,
dimana keberadaan klausula pokok ini menentukan ada atau tidaknya kontrak
yang dimaksud. Sebagai contoh, untuk kontrak jual-beli bentuk unsur
esensialnya adalah adanya barang dan harga. Sementara untuk anatomi
kontrak pada umumnya mengandung isi: judul, pembukaan, latar belakang
(pertimbangan), definisi, substansi, dan penutup.

VI. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai