NIM : 032111133120
Tugas Hukum Perbankan A-2
Kasus Posisi
Pada sekitar bulan Juli 2002, Bambang Sulistyawan (Penggugat) pertama kali
membuka rekening tabungan pada PT. Bank Danamon Indonesia (Tergugat) dengan nomor
rekening (AC) 0022464281 dan tercatat sebagai nasabah pada bank tersebut. Kemudian,
Penggugat telah menyetorkan uang kepada Tergugat beberapa kali sehingga mencapai jumlah
total sebesar Rp. 18 juta. Pada sekitar bulan Juni 2004, Penggugat hendak mencairkan uang
tersebut melalui kuasanya, yakni Ny. Enik Ribawati (Kakak Kandung Penggugat), namun
ditolak oleh Tergugat dengan alasan dananya sudah tidak ada lagi karena telah dikeluarkan
atau dicairkan pada tanggal 11 Mei 2994 dan tanggal 2 Juni 2004. Penggugat merasa tidak
pernah meminta pencairan atas dana tabungan dari rekeningnya tersebut, dan oleh karenanya
Penggugat meminta penjelasan kepada pihak Tergugat. Selanjutnya, Tergugat menjelaskan
secara lisan, bahwa uang tabungan tersebut telah dicairkan dan diterima oleh orang lain
dengan cara memalsu identitas Penggugat. Atas penjelasan tersebut, Penggugat merasa
keberatan dan meminta pertanggungjawaban dari pihak Tergugat namun tidak ada tanggapan
lebih lanjut.
Isu Hukum
1. Kedudukan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS) dalam menyelesaikan
sengketa perselisihan berdasarkan POJK No. 61/POJK.07/2020.
2. Proses penyelesaian sengketa melalui Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa
(LAPS).
3. Perbedaan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS) dan Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), manakah yang lebih berwenang dalam
penyelesaian sengketa ini?
Analisis
1. Kedudukan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS) dalam
menyelesaikan sengketa perselisihan ini berdasarkan POJK No.
61/POJK.07/2020
Aturan mengenai alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan
tercantum pada Undang-Undang tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa (UUAPS),
dimana lebih lanjut terdapat penjelasan terkait Alternative Dispute Resolution (ADR)
sebagai salah satu opsi penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Alternative Dispute
Resolution (ADR) dilakukan dengan mencari win-win solution dari para pihak yang
bersengketa sehingga dapat mempermudah dan mempercepat penyelesaian sengketa
khususnya pada sektor perbankan. Pasal 8 ayat (3) POJK Nomor 61/POJK.07/2020
tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS) di Sektor Jasa Keuangan
menyebutkan, bahwasanya diperlukan LAPS yang memiliki layanan penyelesaian
sengketa sekurang-kurangnya 2 (dua) layanan penyelesaian, seperti mediasi dan
arbitrase.
Salah satu LAPS di Sektor Jasa Keuangan adalah Lembaga Alternatif
Penyelesaian Sengketa Perbankan Indonesia (LAPSPI). Eksistensi dari LAPSPI
selaku LAPS dalam ranah perbankan adalah lembaga yang memberikan wadah
maupun layanan penyelesaian sengketa diluar pengadilan mulai dari pengaduan
hingga penyelesaian sengketanya.
Dalam kasus ini, sengketa yang timbul adalah terkait perbankan yang bertitik
fokus pada kasus pencairan dana tabungan nasabah. Sebagaimana disebutkan dalam
UUPOJK bahwa, sebelum sengketa dibawa ke pengadilan, sengketa harus terlebih
dahulu mengupayakan penyelesaian diluar pengadilan melalui pertemuan kedua belah
pihak secara damai untuk mencari solusi secara musyawarah mufakat. Apabila
musyawarah mufakat tersebut tidak membuahkan hasil, maka para pihak dapat
menempuh jalur lain berupa Penyelesaian Sengketa Alternatif yang dalam hal ini
dapat berupa mediasi, ajudikasi, dan arbitrase. Sehingga kedudukan Lembaga
Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS) dalam menyelesaikan kasus Putusan Nomor
2081/K/Pdt/2009 adalah dapat diupayakan untuk didahulukan terlebih dahulu.
Kesimpulan
Terkait kasus Putusan Nomor 2081/K/Pdt/2009 dapat diupayakan untuk ditempuh
penyelesaian melalui Lembaga Penyelesaian Sengketa Alternatif Perbankan Indonesia
(LAPSPI) terlebih dahulu sebelum dibawa ke ranah pengadilan. Adapun aturan mengenai
LAPSPI ini sebagaimana terdapat dalam POJK No. 61/POJK.07/2020 tentang Lembaga
Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS) di Sektor Jasa Keuangan. Terdapat beberapa
prosedur LAPS yang perlu ditempuh oleh konsumen dan lembaga jasa keuangan diantaranya
diperlukannya adanya aduan oleh nasabah (selaku konsumen) yang dalam kasus ini telah
dilakukan oleh Bambang Sulistyawan.