Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

NAMA : AHMAD ALBAR

KELAS :A

STAMBUK : H1A1 15 019

DOSEN ; IIF IKHSAN FIRDAUS, SH.,MH

FAKUTAS HUKUM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2017
1. Peran 3 lembaga perlindungan konsumen dalam penyelesaian sengketa
konsumen litigasiu dan non litigasi

a. BPKN

badan Perlindungan Konsumen Nasional yang selanjutnya disebut BPKN adalah


badan yang dibentuk untuk membantu upaya pengembangan perlindungan
konsumen. Pasal 1 angka 3

adapun cara penyelesaian sengketa secara litigasi oleh BPKN mengenai kasus
perlindungan konsumen adalah dengan cara mendampingi dan membantu
konsumen dalam menjalankan proses dari tahap awal hingga akhir dalam
penyelesaian kasus sengketa konsumen yang di timbulkan dari kelalaian atau
kesalahan pelaku usaha.

Adapun secara nonlitigasi yaitu sebenarnya melalui BPSK atau LPKSM terlebih
dahulu, namun ketika diselesikan oleh BPKN maka dengan cara damai sebagaimana
pasal 19 ayat (3) uu perlindungan konsumen.

b.BPSK

Adalah badan penyelesai sengketa konsumen yang dibentuk atas amanat undang-undan
perlindungan konsumen.

Adapun cara penyelesaian sengketa secara litigasi oleh BPSK yaitu dengan cara konsilasi,
mediasi dan arbitrase.

Adapun cara non litigasi yaitu secara damai. Mempertemukan kedua pihak agar tercapai
kesepakatan tanpa ada saling merugikan.

c.LPKSM

Sebelumnya, kami ingin melengkapi bahwa istilah yang dikenal dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen (UU Perlindungan Konsumen) adalah Lembaga Perlindungan
Konsumen Swadaya Masyarakat.

Cara penyelesaian sengketa secara litigasi ialah dengan cara membantu konsumen
menyekesaikan masalah membantu mendaftarkan ke pengadilan untuk penyelesaian sengketa secara
litigasi.

Cara penyelesaian secara nin litigasi yaitu sudah jelas dengan cara damai, dan saling menutuoi
kerugiuan masing-masing.
2. contoh kasus penyelesaian non litigasi dan litigasi perlindungan konsumen

a. Contoh kasus penyelesaian non litigasi

Penyelesaian sengketa konsumen antara Patar Batubara (konsumen)


dengan PT Indomobil Finance Indonesia (leasing). Kasus ini berawal bahwa pada
tanggal 7 November 2006 konsumen mengajukan surat perihal klaim asuransi
dengan No. Polis AIU-MV-059800 sehubungan dengan ketidaksanggupan
konsumen memenuhi kewajiban atas kontrak perjanjian pembiayaan kepada
pihak leasing karena pada tanggal 26 Februari 2006, konsumen mengalami
musibah kehilangan 1 unit kendaraan Minibus Suzuki Carry Nomor Polisi B 1849 IX
dimana status kendaraan tersebut masih dalam kredit dengan perusahaan
pihak leasing. Dari hasil klaim, pihak asuransi telah membayar kepada
pihak leasing sebesar Rp. 64.900.000,-. Dari hasil perhitungan yang dilakukan oleh
pihak leasing diperoleh bahwa jumlah kewajiban yang masih harus dibayar oleh
konsumen sebesar Rp. 59.841.184,-. Dari perhitungan, diperoleh selisih sebesar Rp.
5.058.816,-.yang merupakan hak konsumen. Konsumen menuntut penghapusan
denda dan bunga berjalan, sehingga total penggantian asuransi yang diharapkan
konsumen terhadap pihak leasing sebesar Rp. 17.389.850,-. Surat permohonan
konsumen mendapat tanggapan dari pihak leasing bahwa pihak leasing hanya
dapat memberikan toleransi sebesar Rp. 1.000.000,-sehingga total ganti rugi yang
diberikan kepada konsumen sebesar Rp. 6.050.000,-. Kemudian pada tanggal 23
November 2006, konsumen kembali mengajukan surat permohonan ganti rugi II
yang menyatakan keberatan konsumen terhadap keputusan yang disampaikan
pihak leasing. Untuk itu konsumen menyampaikan pengaduan sengketa konsumen
kepada lembaga BPSK. Berdasarkan Surat Perjanjian Perdamaian Dengan Cara
Mediasi No 05/BPSK/DKI/I/07, bahwa selanjutnya atas kesepakatan bersama
antara Sdr. Patar Batubara (pihak pertama) dengan PT Indomobil Finance (pihak
kedua) telah memilih untuk menyelesaikan sengketa konsumen dengan cara
Mediasi, sebagaimana dimuat dalam Berita Acara Pra Sidang pemilihan
penyelesaian sengketa Nomor 05/BPSK/I/2007 tanggal 12 Januari 2007.
Berhubungan dengan apa yang telah diuraikan di atas, maka pihak pertama dan
pihak kedua telah saling setuju dan mufakat untuk menghadiri penyelesaian
sengketa konsumen secara damai dengan memakai ketentuan bahwa pihak
pertama dan pihak kedua telah sepakat menilai bahwa kerugian nyata/riil yang
telah diderita oleh pihak pertama akibat jasa yang dihasilkan oleh pihak kedua
adalah sebesar Rp. 10.000.000,-. Selanjutnya pihak kedua bersedia membayar ganti
rugi kepada pihak pertama sebesar Rp. 10. 000.000,-.
b. contoh kasus penyelesaian litigasi

Penyelesaian sengketa konsumen dengan cara arbitrase antara Suhardi


(konsumen) melawan PT. Busan Auto Finance/PT. BAF (leasing) dan PT. Asuransi
Central Asia/ PT. ACA (asuransi). Bahwa, konsumen dengan membeli 1 unit sepeda
motor Yamaha Jupiter Z secara kredit kepada PT. BAF dan PT. ACA. Pada tanggal 14
Mei 2007 malam mobil tersebut hilang, selanjutnya konsumen melapor ke Kantor
Polsek untuk mendapatkan Surat Laporan Kehilangan sebagai berkas kelengkapan
klaim asuransi. Pada tanggal 14 Mei 2007, konsumen melaporkan ke PT. BAF (pihak
leasing) dan berkas laporan kehilangan dan surat kelengkapan lainnya diserahkan
oleh konsumen kepada PT. BAF sebagai kelengkapan untuk klaim asuransi. Pada
tanggal 16 Mei 2007, konsumen mendapat informasi dari PT. BAF bagian klaim
asuransi, bahwa klaim asuransi konsumen ditolak karena kehilangan motor
konsumen di luar jatuh tempo polis asuransi yaitu pada tanggal 8 Mei 2007, dan
baru konsumen ketahui tentang adanya jatuh tempo tersebut sementara
konsumen tidak pernah menerima buku polis asuransi yang seharusnya dipegang
oleh konsumen. Pada tanggal 18 Mei 2007, konsumen menanyakan kembali ke PT.
BAF dan pihak asuransi mengenai kejelasan penolakan klaim asuransi meskipun
konsumen belum membayar cicilan terakhir dan jawabannya tetap sama bahwa
klaim asuransi konsumen tetap ditolak. Pada tanggal 19 Juni 2007 konsumen
mengadu ke BPSK mohon ganti rugi Rp. 12. 400.000,- Selanjutnya, proses
penyelesaian sengketa diteruskan oleh Majelis BPSK dengan cara arbitrase, sesuai
dengan putusan BPSK Pemerintah Provinsi DKI Jakarta No : 014/AR/BPSK-
DKI/XI/2007 tanggal 22 November 2007 yang amar putusannya sebagai
berikut menolak permohonan penggugat, memerintahkan penggugat dan PT.
Busan Auto Finance (BAF) untuk melaksanakan kewajiban masing-masing
sebagaimana telah disepakati dalam perjanjian pembiayaan konsumen dengan
nomor perjanjian 120010013426 yang ditandatangani oleh kedua belah pihak pada
tanggal 9 Juni 2004, serta membebaskan penggugat dari kewajiban membayar
denda keterlambatan dihitung sejak tanggal hilangnya barang konsumsi berupa
kendaraan bermotor Yamaha Yupiter Z dengan No. Pol B 6490 FAL.

Anda mungkin juga menyukai