Anda di halaman 1dari 11

3 Prinsip Dasar Letter of Credit

SEBAGAI sarana pembayaran transaksi ekspor-impor yang


memberikan jaminan pembayaran dan kepastian bagi semua pihak yang terlibat (eksportir,
importir, bank), letter of credit (L/C) memerlukan sebuah pijakan kuat untuk mengukuhkan
posisinya itu. Untuk itu, L/C memiliki 3 prinsip dasar yang berlaku simultan dalam
operasionalnya.

Apa saja ketiga prinsip itu?

1. Prinsip Independensi

Merupakan prinsip yang sangat penting dalam transaksi L/C. Prinsip ini menegaskan bahwa
kontrak L/C sebagai instrumen pembayaran transaksi ekspor-impor merupakan kontrak yang
TERPISAH dari perjanjian antara eksportir dan importir yang mereka tuangkan dalam Sales
Contract. Karena itu, jika terjadi perselisihan antara eksportir dan importir, Sales Contract tidak
dapat dijadikan alasan untuk menolak pembayaran L/C sepanjang dokumen yang dipresentir
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam L/C (complying presentation).

Prinsip independensi L/C bertujuan untuk melindungi bank dari kerugian yang disebabkan
karena terjadinya perselisihan antara eksportir dan importir mengenai isi Sales Contract. Bank
dalam transaksi ini hanya berhubungan dengan dokumen yang disyaratkan dalam l/C.

Selain itu, prinsip ini juga bertujuan untuk memberikan jaminan kepastian atas kewajiban bank
terhadap L/C yang diterbitkan untuk melaksanakan pembayaran sepanjang dokumen yang
dipresentir oleh nominated bank (bank dari pihak eksportir/ beneficiary) telah memenuhi syarat
yang ditetapkan L/C.

Prinsip ini ditegaskan dalam UCPDC 600 Pasal 4 tentang Credit vs Contracts.

2. Prinsip Complying Presentation

Pada prinsip ini, ditekankan bahwa L/C memberikan jaminan pembayaran kepada eksportir
(beneficiary) sepanjang dokumen yang dipresentir oleh beneficiary melalui banknya (nominated
bank) via courier service kepada pihak importir (applicant) sesuai dengan segala persayaratan
yang ditentukan dalam L/C, yang notabene merupakan kesepakatan antara eksportir dan
importir yang pada awalnya dituangkan dalam Sales Contract yang kemudian dituangkan ke
dalam klausul-klausul L/C.

Prinsip ini ditegaskan dalam UCPDC 600 pada Pasal 15 tentang Complying Presentation
(Presentasi yang Sesuai) yang menyatakan apabila presentasi dokumen sesuai (dengan syarat
L/C), maka L/C WAJIB DIBAYAR.

3. Prinsip Deal with Documents Only

Sebagai manifestasi dari Sales Contract, L/C diterbitkan untuk memberikan jaminan kepastian
pembayaran kepada beneficiary dan kepastian perolehan barang kepada applicant. Jaminan
penerimaan barang bagi applicant yang diwujudkan dengan penyerahan dokumen yang telah
disyaratkan dalam L/C merupakan kondisi bahwa L/C itu dapat dibayar. Dokumen-dokumen
yang disyaratkan dalam L/C ini merupakan dasar utama bagi bank untuk menentukan sikapnya
dalam rangka pembayaran L/C tersebut.

Prinsip ini ditegaskan dalam UCPDC 600 pada Pasal 5 tentang Documents vs Goods, Services,
or Performance yang menyatakan bank berurusan dengan dokumen, tidak dengan barang,
jasa, atau pelaksanaan yang mungkin berkaitan dengan dokumen tersebut.
Baca Juga:
Ekspor Impor
Impor tanpa Angka Pengenal Importir (API)
Importir Wajib Memiliki Angka Pengenal Importir (API)
Download Gratis UCPDC 600 Bilingual (Inggris-Indonesia)
Incoterms 2010 Mulai Efektif 1 Januari 2011

BNI The Best Trade Finance Bank in Indonesia 2010


Seputar Red Clause L/C
Langkah-langkah Pembukaan Letter of Credit (L/C)
Tentang PBI 5/6/PBI/2003, Rujukan SKBDN
Bukan Bank Koresponden
SKBDN dan L/C UPAS
UCPDC 600 Manjakan Eksportir
UCPDC sebagai Kiblat Transaksi dengan Letter of Credit
Cara Pembayaran dengan L/C Deferred Payment
Pihak yang Terkait dalam Letter of Credit
Bagaimana Membedakan L/C Sight dan Usance
Seputar Back to Back L/C
Risiko Importir
Dampak Flu Babi, Impor Babi Di-stop
Incoterms CFR/CNF: Freight Siapa yang Bayar?
Transaksi Back to Back L/C
Pembatasan Impor 5 Produk Konsumtif
Mekanisme Perdagangan Menggunakan L/C dan SKBDN
Syarat Penyerahan Barang dalam Incoterms 2000
Mengenal Incoterms
Tata Cara Menolak Pembayaran karena Discrepancy Dokumen

Impor tanpa Angka Pengenal Importir (API)

Dalam pembahasan sebelumnya tentang Angka Pengenal Importir (API) di blog


ini, importir wajib memiliki APIsebagai syarat untuk membuka Letter of credit (L/C)
dan untuk mengurus penerbitan Pemberitahuan Impor Barang di kepabeanan. Itu
diatur di dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 31/MDAG/PER/7/2007 tentang Angka Pengenal Importir (API) yang disahkan oleh Menteri
Perdagangan Mari Elka Pangestu pada tanggal 20 Juli 2007.
Tapi di sisi lain, pelaksanaan impor tanpa API juga diizinkan jika memenuhi
persyaratan. Apa saja syaratnya?

Impor tidak dilakukan secara terus menerus dan yang tidak dimaksudkan
untuk diperdagangkan atau dipindahtangankan.

Barang yang diimpor adalah barang untuk keperluan lainnya yang berupa alat
penunjang kelancaran produksi atau alat pembangunan infrastruktur.

Selain itu, impor dapat dilakukan tanpa API untuk barang-barang dengan spesifikasi
dan sifat tertentu, yaitu:

Barang pindahan

Barang impor sementara

Barang promosi

Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan

Barang kiriman, hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial,


kebudayaan, atau untuk kepentingan penanggulangan bencana alam

Obat-obatan yang menggunakan anggaran pemerintah yang diperuntukkan


bagi kepentingan masyarakat

Barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan, dan


pengujian

Barang ekspor yang ditolak oleh pembeli di luar negeri kemudian diimpor
kembali dalam kuantitas yang sama dengan kuantitas pada saat diekspor

Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di


Indonesia berdasarkan asas timbal balik

Barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang


bertugas di Indonesia

Barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan

Demikian tambahan sharing mengenai API. Semoga dapat memberikan tambahan


informasi bagi anda yang membutuhkannya.

.
Baca Juga:
Ekspor Impor
Importir Wajib Memiliki Angka Pengenal Importir (API)
Download Gratis UCPDC 600 Bilingual (Inggris-Indonesia)
Incoterms 2010 Mulai Efektif 1 Januari 2011
BNI The Best Trade Finance Bank in Indonesia 2010
Seputar Red Clause L/C
Langkah-langkah Pembukaan Letter of Credit (L/C)
Tentang PBI 5/6/PBI/2003, Rujukan SKBDN
Bukan Bank Koresponden
SKBDN dan L/C UPAS

UCPDC 600 Manjakan Eksportir


UCPDC sebagai Kiblat Transaksi dengan Letter of Credit
Cara Pembayaran dengan L/C Deferred Payment
Pihak yang Terkait dalam Letter of Credit
Bagaimana Membedakan L/C Sight dan Usance
Seputar Back to Back L/C
Risiko Importir
Dampak Flu Babi, Impor Babi Di-stop
Incoterms CFR/CNF: Freight Siapa yang Bayar?
Transaksi Back to Back L/C
Pembatasan Impor 5 Produk Konsumtif
Mekanisme Perdagangan Menggunakan L/C dan SKBDN
Syarat Penyerahan Barang dalam Incoterms 2000
Mengenal Incoterms
Tata Cara Menolak Pembayaran karena Discrepancy Dokumen

Langkah-langkah Pembukaan Letter of Credit


(L/C)
DALAM konteks transaksi jual-beli dilakukan dengan letter of credit (L/C) sebagai
instrumen pembayarannya, maka jika kita membahas tentang pembukaan letter of
credit(L/C), kita harus menempatkan posisi kita di sisi IMPOR. Ini karena L/C
dibuka oleh pihak importir (disebut juga applicant atau accountee). Pihak yang
terlibat selainapplicant adalah banknya applicant (issuing bank/ opening bank).
Impor sendiri adalah kegiatan mendatangkan barang dari luar daerah pabean suatu
negara ke dalam wilayah pabean negara itu.

Berikut ini adalah step by step tata cara pembukaan L/C:

1. Ketentuan legalitas

Untuk dapat membuka L/C, applicant harus memiliki:

Angka Pengenal Impor (API) ==> Boleh berupa: API definitif, API Sementara
(APIS) yang brlaku selama 2 tahun, API Terbatas (APIT) untuk PMDN atau
PMA, APIS/ API Umum untuk kegiatan usaha perdagangan impor yang
bertujuan untuk dijual kembali, APIS/ API Produsen untuk kegiatan usaha
industri atau produksi yang memerlukan bahan baku dari luar negeri.

Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Mempunyai hubungan dagang atau kontrak dengan pihak di luar negeri.


Dalam hal ini, importir telah membuat sales contract dengan eksportir

2. Jaminan (collateral)
Pembukaan L/C akan menimbulkan kewajiban bagi issuing bank untuk melakukan
pembayaran kepada eksportir (beneficiary), karena issuing bank mengambil alih
kewajiban importir untuk membayar barang yang dikirim eksportir.
Untuk itu issuing bank akan meminta jaminan pembukaan L/C dari importir yang
berupa setoran Marginal Deposit/ MD. Besarnya setoran MD yang harus disetor
importir dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya fasilitas impor yang didapat
importir dari banknya.
Tanpa fasilitas
Importir diwajibkan menyetorkan MD sebesar 100% (full cover) dari nilai L/C yang
akan dibuka dalam mata uang yang sama dengan L/C. Setoran MD boleh berupa
setoran efektif, saldo diblokir di rekening giro, atau deposito yang diblokir.
Dengan fasilitas
Dengan mendapat fasilitas impor dari banknya, importir dimungkinkan berkewajiban

menyetorkan MD tidak secara full cover, melainkan hanya 10 atau 20 persen,


tergantung dari klausul perjanjian kredit yang diberikan. Di sini, risiko atas importir
diambil alih bank setelah tentu saja- melalui tahapan analisis kredit.

3. Aplikasi L/C
Aplikasi merupakan perintah dari importir kepada bank untuk membuka L/C
berdasarkan kesepakatan dengan eksportir yang dituangkan dalam kontrak (sales
contract). Aplikasi pembukaan L/C mempunyai fungsi sebagai:

Instruksi untuk melaksanakan sales contract. Karenanya, aplikasi L/C


mencerminkan isi sales contract, namun tidak berkaitan dengan kontrak.

Permintaan dan instruksi applicant kepada banknya (issuing bank) untuk


menerbitkan L/C dengan syarat dan ketentuan yang dimintanya

Kontrak antara applicant dengan issuing bank

Permintaan kepada issuing bank untuk bertindak mewakili kewajiban


membayar kepada eksportir (beneficiary). Dalam hal ini yang dibayar adalah
dokumen, bukan barang.

Sepanjang L/C telah diterbitkan atas dasar aplikasi L/C, maka aplikasi L/C
dimaksud tidak dapat dibatalkan secara sepihak oleh applicant.

Data pada formulir aplikasi pembukaan L/C


Aplikasi L/C berisi item dan klausul yang diadopsi dari sales contract. Pada
gilirannya, data pada aplikasi itu akan dituangkan dalam klausul-klausul L/C. Data
pada aplikasi umumnya mencakup item-item sebagai berikut:
1. Bentuk L/C (harus irrevocable atau tidak dapat diubah sepihak)
2. Nama dan alamat eksportir (beneficiary)
3. Nilai dan jenis valuta dalam L/C
4. Cara pembayaran L/C (by payment, negotiation, acceptance, atau deferred
payment)

5. Tenor (at sight atau usance) dan atas nama siapa wesel (draft) akan ditarik
6. Deskripsi barang, perincian jumlah/ unit, dan harga per unit
7. Syarat penyerahan barang (terms of delivery) => FOB, CFR, CIF, dll
8. Dokumen yang diminta beserta rincian rangkapnya (asli dan copy)
9. Nama pelabuhan muat dan pelabuhan tujuan
10.Pengiriman barang sebagian (partial shipment) dan pindah kapal
(transhipment) diperbolehkan atau tidak
11.Tanggal terakhir pengiriman
12.Tanggal dan tempat jatuh tempo L/C
13.Tanggal terakhir penyerahan dokumen kepada bank yang dikuasakan untuk
memperoleh kepastian pembayaran (latest presentation document)
14.Apakah L/C dapat dialihkan (transferable)
15.Jenis sarana komunikasi yang digunakan untuk mengadviskan L/C yang akan
dibuka (by mail, telex, atau SWIFT)
16.Lain-lain yang bersifat khusus

4. Issuing bank
Issuing bank adalah bank pembuka L/C. Sebelum L/C dibuka, hal-hal yang harus
dipastikan oleh issuing bank adalah:

Importir telah mendapatkan fasilitas impor, bila tidak harus menyetorkan MD


sebesar 100% dari nilai L/C yang dibuka (full cover).

Barang yang diimpor applicant tidak termasuk barang yang dilarang

Aplikasi telah ditandatangani oleh pejabat perusahaan yang berwenang


(authorizedperson) dengan tanda tangan yang cocok
dengan specimen pada issuing bank.

Izin impor applicant masih berlaku (valid)

Jika hal-hal di atas telah dipenuhi applicant, maka issuing bank siap menerbitkan
L/C yang dimaksud. Dengan begitu, issuing bank telah berkomitmen untuk:

Mengambil alih kewajiban membayar dari applicant. Beneficiary atau


kuasanya hanya dapat meminta pembayaran kepada issuing bank, bukan
kepada applicant.

Melakukan pembayaran dengan bilamana dokumen yang diterima


dari beneficiarymemenuhi syarat dan ketentuan L/C, atau atas dasar
persetujuan applicant.

L/C dapat dibuka menggunakan berbagai sarana, antara lain surat (mail), telex,
maupun SWIFT. Di antara semuanya, SWIFT yang paling banyak digunakan karena
praktis dan memiliki tingkat keamanan yang relatif lebih terjamin.
Setelah L/C dibuka, proses selanjutnya adalah mengirimkan L/C tersebut
ke advising bank, yang bertugas meneruskan L/C kepada eksportir (beneficiary).
Namun hal ini akan kita bahasa di artikel yang lain, karena akan sangat panjang jika
diteruskan di artikel ini :)
Semoga sharing tentang proses pembukaan L/C ini bisa berguna untuk anda. Jika
anda mempunyai pendapat atau apapun sehubungan dengan topik ini, silakan
tuliskan komentar anda.
Baca Juga:
Ekspor Impor
Impor tanpa Angka Pengenal Importir (API)
Importir Wajib Memiliki Angka Pengenal Importir (API)
Download Gratis UCPDC 600 Bilingual (Inggris-Indonesia)
Incoterms 2010 Mulai Efektif 1 Januari 2011
BNI The Best Trade Finance Bank in Indonesia 2010

Seputar Red Clause L/C


Tentang PBI 5/6/PBI/2003, Rujukan SKBDN
Bukan Bank Koresponden
SKBDN dan L/C UPAS
UCPDC 600 Manjakan Eksportir
UCPDC sebagai Kiblat Transaksi dengan Letter of Credit
Cara Pembayaran dengan L/C Deferred Payment
Pihak yang Terkait dalam Letter of Credit
Bagaimana Membedakan L/C Sight dan Usance
Seputar Back to Back L/C
Risiko Importir
Dampak Flu Babi, Impor Babi Di-stop
Incoterms CFR/CNF: Freight Siapa yang Bayar?
Transaksi Back to Back L/C
Pembatasan Impor 5 Produk Konsumtif
Mekanisme Perdagangan Menggunakan L/C dan SKBDN
Syarat Penyerahan Barang dalam Incoterms 2000
Mengenal Incoterms
Tata Cara Menolak Pembayaran karena Discrepancy Dokumen

Anda mungkin juga menyukai