Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS KASUS GUGATAN WIXEN TERHADAP SPOTIFY MENURUT UNDANG-

UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

Disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah Hukum Kekayaan Intelektual Kelas D
yang dibina oleh : Diah Pawestri Maharani, S.H., M.H.

Disusun oleh :
Samuel Klein Goei 165010100111144 (1) aktif

Anggi Panggabean 175010100111053 (2) aktif

Mikael Eri Prayoga Yusran 175010100111148 (3) aktif

Yusuf Mustofa 175010101111052 (4) aktif

Muhammad Ghanif 175010107111048 (5) aktif

Nabila Islamiati Pasha 175010107111051 (6) aktif

Alif 175010107111177 (7) aktif

Gregorio Fasius 185010100111001 (8) aktif

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2021

DAFTAR ISI


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 2
1. LATAR BELAKANG .................................................................................................... 3
2. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 4
3. PEMBAHASAN ............................................................................................................ 5
Pengertian dan Hak Wixen Music Publising ................................................................................... 5
Pengertian Spotify ........................................................................................................................... 7
Perlindungan Hukum terhadap Pemegang Hak Cipta dalam hal ini wixen music publisher
menggunakan UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta. ............................................................... 7
Spotify Dituntut Oleh Wixen Music Terkait Hak Cipta ............................................................... 10
Posisi Harry Fox Agency (Pihak Ketiga) dalam Kasus Spotify vs Wixen ..................................... 14
4. KESIMPULAN ............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 18

1. LATAR BELAKANG
Hukum dibentuk untuk menjaga keseimbangan kepentingan warga masyarakat,
sehingga tercipta ketertiban dan keadilan yang dapat dirasakan oleh semua orang dalam
masyarakat yang bersangkutan, selain itu hukum juga dipakai sebagai sarana perlindungan
bagi kepentingan setiap warga masyarakat termasuk didalamnya kepentingan untuk
memberikan perlindungan terhadap pemanfaatan hasil karya seni dan budaya yang
diciptakan untuk dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya demi kepentingan pencipta karya
seni dan budaya tersebut. Negara menjamin terhadap setiap pengembangan diri warga
masyarakatnya yang menghasilkan karya seni dan budaya yang bernilai untuk
meningkatkan kulaitas hidupnya maupun masyarakat sekitarnya sebagaimana diatur
didalam Pasal 28 C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang menyatakan “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan
demi kesejahteraan umat manusia”

Sebagai pengejewantahan pengaturan mengenai perlindungan hasil karya seni dan


budaya, maka pada tahun 2014 dibentuklah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta yang selanjutnya disebut sebagai UU Hak Cipta. Hak Cipta adalah hak
eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu
ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang
ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran,
imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.
Didalam UU Hak Cipta ini dibedakan antara Pencipta dan Pemegang Hak Cipta yaitu
pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-
sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi sedangkan pemegang Hak
Cipta adalah Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara
sah dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima
hak tersebut secara sah. Sebagai hak eksklusif, hak cipta tentu mengandung dua esensi hak
yaitu hak ekonomi dan hak moral, hak ekonomi melindungi kepentingan ekonomi pemilik
atau pencipta dalam hubungannya dengan hasil komersial yang akan diperoleh melalui

ciptaan tersebut sedangkan hak moral melindungi integritas dan reputasi kreatif seperti
yang terlihat dalam ciptaan yang bersangkutan.

Hak Ekomomis dalam hak cipta tentu saja memberikan keuntungan ekonomis bagi
para pencipta dan pemegang hak cipta yang memanfaatkan hak cipta yang dimilikinya
untuk meraih keuntungan yang besar. Hal inilah yang juga menimbulkan polemik di
masyarakat dengan semakin banyaknya pelanggaran hak cipta yang dilakukan. Salah satu
kasus pelanggaran hak cipta paling terkenal adalah mengenai kasus Spotify yang dituntut
$1.600.000.000 ( satu milliar enam ratus juta dollar amerika serikat) atas pelanggaran Hak
Cipta oleh Wixen Music Publishing. Penulis akan mencoba menguraikan dan menganalisis
kasus tersebut berdasarkan UU Hak Cipta.

2. RUMUSAN MASALAH
Spotify merupakan perusahaan penyedia layanan streaming musik dan podcast
yang berbasis di Swedia dan diluncurkan pada 7 Oktober 2008. Perusahaan ini di tuntut
oleh wixen dengan tuntutan tidak memiliki lisensi langsung atau lisensi wajib dari Wixen
yang memperbolehkan perusahaan tersebut untuk memproduksi ulang dan
mendistribusikan lagu-lagu tersebut, sedangkan wixen sendiri adalah pemegang lisensi
ekslusif untuk lagu-lagu seperti “Free Fallin” karya Tom Petty, “Light My Fire” karya the
Doors, (Girl We Got a) Good Thing oleh Weezer dan karya musisi lain seperti Stevie Nicks.
Selain tuntutan di atas Wixen juga menuduh Spotify menggunakan jasa pihak ketiga, yaitu
penyedia layanan lisensi dan royalti, Harry Fox Agency. Menurut Wixen, pihak ketiga
tersebut “tidak memadai untuk mendapatkan lisensi-lisensi yang dibutuhkan.”

Dari sedikit uraian permasalahan diatas kita dapat menarik rumusan masalah
berupa:

1) Bila melakukan perbandingan hukum apakah perkara diatas merupakan pelanggaran


hak cipta, bila dilihat menggunakan UU 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta?
2) Apakah pihak ke 3 tersebut juga bisa dikenakan gugatan?

3. PEMBAHASAN
Pengertian dan Hak Wixen Music Publising
Wixen Music Publishing, Inc. dibentuk pada tahun 1978 sebagai saluran alternatif
untuk administrasi penerbitan, manajemen hak cipta, dan tinjauan kepatuhan royalti.
Dalam hal ini wixen Music Publishing mewakili lebih dari 2.000 individu dan perusahaan
penerbitan terkait hal cipta dan royalti
Dalam suatu karya musik/lagu terdapat Pencipta, Pemegang Hak Cipta
dan Hak Terkait. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri sendiri
atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi. Pemegang
Hak Cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, pihak yang menerima hak tersebut
secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang
menerima hak tersebut secara sah. Hak terkait adalah hak yang berkaitan dengan hak cipta
yang merupakan hak eksklusif bagi pelaku pertunjukan, produser fonogram, atau Lembaga
penyiaran1. Husain Audah dalam Mirwansyah: 2014 mengungkapkan di dalam Hak Cipta
karya musik dan lagu biasanya terjadi pemisahan antara:
1. Pemilik Hak Cipta (Pencipta), yaitu seorang Pencipta lagu memiliki hak
sepenuhnya untuk melakukan eksploitasi atas lagu ciptaannya yang berarti pihakpihak
yang ingin memanfaatkan karya tersebut harus meminta izin terlebih dahulu kepada
penciptanya sebagai pemilik dan Pemegang Hak Cipta;
2. Pemegang Hak Cipta (publisher), yaitu melekat pada penciptanya atau
diserahkan kepada penerbit musik. Penerbit musik (music publishing) yang mendapat
pengalihan hak sebagai Pemegang Hak Cipta mempunyai fungsi
memaksimalkan karya musik tersebut dan memasarkannya.
3. Pengguna Hak Cipta (users), yaitu untuk hak memperbanyak user adalah pengusaha
rekaman,hakmengumumkan user adalah badan yang menggunakan karya musik atau
lagu untuk keperluan komersial (hotel, restoran, karaoke dll), untuk printing rights user


1
Peraturan Menteri Hukum Dan HAM Tentang Tata Cara Permohonan Dan Penerbitan Izin Operasional Serta
Evaluasi Lembaga Manajemen Kolektif Nomor 36 TH 2018.Pdf,” 2018

adalah badan yang menerbitkan karya musik dalam bentuk cetakan, baik melodi lagu
maupun liriknya untuk keperluan komersial2

Wixen Music Publishing dalam hal ini mempunyai Hak Cipta (Publisher).
Pencipta atau Pemegang Hak Cipta memiliki keterbatasan untuk menjadikan
ciptaannya menjadi uang. Pencipta membutuhkan peran pihak lain, dan untuk itu
Pencipta akan mengalihkan semua atau sebagian hak-hak ekonominya kepada pihak
lain. Dikaitkan dengan pengalihan hak-hak ekonomi Pencipta atau Pemegang Hak
Cipta muncul apa yang disebut dengan lisensi. 3 Lisensi adalah izin tertulis yang
diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemilik Hak Terkait kepada pihak lain untuk
melaksanakan hak ekonomi atas Ciptaannya atau produk Hak Terkait dengan syarat
tertentu.

Dalam sebuah karya seni berupa lagu, Pencipta atau Pemegang Hak Cipta lagu
dapat memberikan lisensi kepada sebuah label musik untuk mempromosikan lagu atau
musik ciptaannya. Hak ekonomi merupakan hak eksklusif Pencipta atau Pemegang
Hak Cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan. Pencipta atau Pemegang
Hak Cipta memiliki hak ekonomi untuk melakukan:

a. penerbitan ciptaan;
b. penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya;
c. penerjemahan ciptaan;
d. pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan;
e. pendistribusian ciptaan atau salinannya;
f. pertunjukan ciptaan;
g. pengumuman ciptaan;
h. komunikasi ciptaan; dan
i. penyewaan ciptaan.4


2
Mirwansyah, “Tinjauan Terhadap Perlindungan Bagi Pencipta Lagu Menurut
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta”, 2014
3
Syifa Ananda, “Peran Lembaga Manajemen Kolektif Dalam Mengelola Royalti Pencipta Terkait
Usaha Karaoke”, 2018, hlm. 713–73
4
Dalam Perspektif and H A K Asasi, “Pembatasan Perlindungan Kekayaan Intelektual (Hak Cipta)
Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia ”, 2019, hlm. 69–8

Pengertian Spotify
Spotify merupakan aplikasi yang menyediakan layanan personal dengan fitur sosial
dan interaktif untuk streaming music dan konten lain, serta produk dan layanan lain yang
dapat dikembangkan dari waktu ke waktu. Untuk dapat menggunakan layanan Spotify dan
mengakses konten, maka pengguna harus: (1) memenuhi persyaratan usia yakni harus
berusia 21 tahun atau lebih tua, atau berusia 13 tahun atau lebih tua dan mendapatkan
persetujuan dari orang tua atau wali; (2) memiliki kuasa untuk mengadakan kontrak
mengikat dengan Spotify dan tidak dilarang untuk melakukannya berdasarkan hukum yang
berlaku; dan (3) berdomisili di negara tempat layanan tersedia.5
Selain mengatur interaksinya dengan pengguna, Spotify juga mengatur
interaksinya dengan musisi terutama dalam hal pembayaran royalti. Dalam situs resmi
Spotify, ada dua tipe royalti yang dibayarkan yakni:
1. Royalti Rekaman (Recording Royalties): dimana royalti yang diterima dari setiap
pemutaran di spotify, dibayarkan kepada artis melalui pemberi lisensi yang
mengirimkan musik tersebut, biasanya label rekaman atau distributor mereka.
2. Royalti Penerbit: dimana uang/royalty untuk penulis lagu ataupemilik komposisi.
Pembayaran diberikan kepada penerbit,
LMK (collecting societies), dan agensi yang berada sesuai wilayah pengguna
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dilihat bagaimana Spotify membayarkan
royalti kepada Pencipta, Pemegang Hak Cipta, dan Hak Terkait. Setiap lagu yang diputar
oleh pelanggan, maka Spotify akan mengkalkulasinya dan memberikannya kepada
Pencipta, Pemegang Hak Cipta, dan Hak Terkait melalui mekanisme diatas

Perlindungan Hukum terhadap Pemegang Hak Cipta dalam hal ini wixen music
publisher menggunakan UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta.
Perlindungan Hukum adalah perbuatan untuk melindungi hak seseorang yang
dilakukan untuk mendapatkan suatu keadilan berdasarkan hukum yang tengah berlaku
secara preventif dan refresif. 6 Pada dasarnya perlindungan hukum terhadap suatu karya
ciptaan sudah mendapatkan perlindungan terhadap karya ciptaanya secara otomatis. 7


5
Spotify, “Syarat Dan Ketentuan Penggunaan Spotify.”
6
Abiantoro Prakoso, Hukum Perlindungan Anak, LaksBang Pressindo, Yogyakarta, 2016, hlm.6
7
Ni Ketut Supasti Dharmawan, Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Deepublish, Yogyakarta, 2016, hlm.38-39

Namun dalam hal lain seperti ide atau gagasan tidak mendapatkan perlindungan hak cipta
karena karya cipta harus menunjukkan keaslian sebagai bentuk karya cipta nyata dan lahir
berdasarkan kempuan sehingga ciptaan dapat didengar,dibaca,atau diliat.
Pelanggaran Hak Cipta yang menjadi fenomena saat ini yaitu pelanggaran hak cipta
musik/lagu dimana terdapat orang melakukan kegiatan komersial menyiaarkan musik/lagu
tanpa membayar royalti atau tidak meminta izin kepada penciptanya. Dalam hal ini Spotify
menggunakan karya/hak cipta milik orang lain serta memperoleh manfaat secara ekonomi
dari karya tersebut tanpa menggunakan lisensi yang memenuhi persyaratan sehingga
melanggar hak royalty yang dimiliki pihak lain yaitu Wixen Music Publisher.
Hal tersebut tentu melanggar UU No 24 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, kasus
tersebut dapat dikategorikan penggandaan. Penggandaan adalah proses, perbuatan, atau
cara menggandakan satu salinan Ciptaan dan/atau fonogram atau lebih dengan cara dan
dalam bentuk apapun, secara permanen atau sementara yang tersirat dalam ketentuan pasal
1 angka 12 UUHC.
Mengacu pada ketentuan pasal 16 ayat (2) UUHC yang tersirat menyatakan bahwa
hak cipta selain dapat beralih dan dialihkan juga dapat di-lisensikan .Menurut sifatnya hak
cipta merupakan benda bergerak yang dapat dialihkan melalui proses
pewarisan,hibah,wakaf,wasiat,perjanjian tertulis yang dibenarkan oleh kentuan
perundang-undangan yang berlaku.8 Lisensi merupakan izin yang diperoleh dari pemegang
hak cipta yang diberikan kepada pihak lain untuk menggunakan ciptaannya atau
memperbanyak ciptaanya dengan berbagai persyaratan tertentu dianatara kedua belah
pihak yang berkaitan dengan jangka waktu dan rolalty fee.Dalam hal lisensi ini haruslah
dibuat dengan perjanjian tertulis yang akan dilakukan dengan akta dan harus dicatatatkan
oleh menteri dalam daftar umum perjanjian lisensi Hak Cipta yang akan dikenakan
biaya.Objek dari lisensi itu sendiri bukan hanya hak cipta saja tetapi hak lain yang terkait
dengan hak cipta tersebut contohnya dalam bidang musik/lagu yang identik dengan suara
yang dapat direkam dan akan menimbulkan hak rekaman lalu apabila rekaman itu disiarkan
kepada masyarakat akan menimbulkan hak siar ,jadi hak rekam dan hak siar merupakan
hak lingkup objek lisensi.Maka dari itu Lisensi wajib diatur dalam pasal 80 sampai pasal
86 UUHC tetapi perjanjian lisensi itu berlaku selama jangka waktu yang disepekati

8
Ni Ketut Supasti Dharmawan, Op.Cit, hlm.40-41

lazimnya adalah kurang dari jangka waktu perlindungan hak cipta dan hak terkait itu
sendiri.9
Pada Pasal 96 Angka 1 UU Hak Cipta disebutkan bahwa pencipta, pemegang hak
cipta dan/atau ahli warisnya yang mengalami kerugian hak ekonomi, berhak memperoleh
ganti rugi. Hak ekonomi sebagaimana tercantum di dalam Pasal 9 UU Hak Cipta. Maka
dari itu memiliki hak untuk memperoleh ganti rugi dari Penyedia Layanan streaming
Spotify selaku pihak yang melanggar hak ekonomi tersebut. Penyedia Layanan streaming
Spotify telah melakukan kegiatan penggandaan dan/atau penggunaan secara komersial
ciptaan dan mendapat keuntungan. Keuntungan ini dapat diperoleh melalui pembayaran
dari pengguna VIP Service dan juga dapat diperoleh melalui perusahaan yang bekerjasama
dengan Penyedia Layanan streaming Spotify. Pada saat mengajukan gugatan ganti rugi,
pencipta dan/atau pemegang hak cipta dapat mengajukan gugatan terhadap Spotify ke
Pengadilan Niagara sesuai dengan Pasal 99 UU Hak Cipta.
Terhadap adanya kerugian atas pelanggaran hak cipta, pencipta atau pemegang hak
cipta, disamping memiliki hak untuk mengajukan gugatan perdata, juga memiliki hak
untuk menuntut secara pidana. Hal ini tercantum dalam Pasal 105 UU Hak Cipta yang
menyebutkan bahwa hak untuk mengajukan gugatan keperdataan atas Hak Cipta dan/atau
Hak Terkait tidak mengurangi Hak Pencipta dan/atau Pemilik Hak Cipta untuk menuntut
secara pidana. Pada hukum pidana Indonesia dikenal azas Ultimum Remedium yaitu
sebagai pilihan atau upaya terakhir untuk menempuh tuntutan pidana10
Ketentuan pidana dalam UU Hak Cipta tercantum dalam Pasal 112 sampai dengan
Pasal 119. Berdasarkan Pasal 113 Ayat (2) UU Hak Cipta tersebut maka unsur-unsur
pelanggaran hak cipta yang dilakukan oleh Penyedia Layanan streaming Spotify adalah
sebagai berikut:
Dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta; ‘Dalam
hal ini, unsur pelanggaran yaitu secara tanpa hak dan/atau tanpa izin, terpenuhi oleh
disediakannya fitur-fitur yang disediakan oleh Penyedia Layanan streaming Spotify.’


9
Ibid., hlm.41
10
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika Aditama, 2010, hlm. 68.

Spotify Dituntut Oleh Wixen Music Terkait Hak Cipta


Spotify merupakan salah satu media yang menyediakan tempat perputaran music
secara berbayar bulanan atau langganan, dengan membayar langganan setiap bulannya
dapat menjadi kepuasan memutar seluruh music yang tersedia. Saat ini platform Spotify
merupakan platform paling besar dalam industry perputaran music secara digital ini, dan
hal itu tentu merupakan bukti nyata bahwa Spotify memiliki hampir semua seluruh music
yang terdapat di dunia. Pada beberapa waktu lalu, Spotify tersandung permasalahan terkait
hak cipta dengan pemegang lisensi atas suatu lagu yaitu sebuah label ternama yaitu Wixen
Music Publishing. Kasus ini didasari oleh Spotify diduga menggunakan ribuan lagu
termasuk lagu – lagu Tom Petty, Neil Young dan The Doors tanpa lisensi dan kompensasi
kepada pemilik sahnya terkait karya – karya tersebut.11 Dan Spotify diduga menggunakan
pihak ketiga yang tidak memiliki kredibilitas kredibilitas terkait hal – hal diangkat dalam
permasalahan ini. terkait hal ini Spotify sebagai terdakwa tidak memberi komentar, atau
menolak untuk melakukan Tindakan apapun yang berkaitan dengan hal itu.
Terkait permasalahan diatas, hal hal tersebut sudah dibahas secara rinci dalam
peraturan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang hak cipta, yaitu:
• Pasal 5
(1) Hak moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 merupakan hak yang melekat
secara abadi pada diri Pencipta untuk:
a. tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan
sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum;
b. menggunakan nama aliasnya atau samarannya;
c. mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;
d. mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dan
e. mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi
Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan
diri atau reputasinya.


11
Reuters, “Spotify Dituntut $1,6 Miliar atas Pelanggaran Hak Cipta”, https://www.voaindonesia.com/a/spotify-
dituntut-1-koma-6-miliar-dolar-atas-pelanggaran-hak-cipta/4190189.html, (accessed on Monday, June 14, 2021.
11.05 AM)

10


(2) Hak moral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dialihkan selama
Pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaan hak tersebut dapat dialihkan dengan
wasiat atau sebab lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
setelah Pencipta meninggal dunia.
(3) Dalam hal terjadi pengalihan pelaksanaan hak moral sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), penerima dapat melepaskan atau menolak pelaksanaan haknya
dengan syarat pelepasan atau penolakan pelaksanaan hak tersebut dinyatakan
secara tertulis.
• Pasal 8
Hak ekonomi merupakan hak eksklusif Pencipta atau pemegang hak cipta untuk
mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan.
• Pasal 9
(1) Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki
hak ekonomi untuk meiakukan:
a. penerbitan Ciptaan;
b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya;
c. penerjemahan Ciptaan;
d. pengadaplasian, pengaransemenan, pentransformasian Ciptaan; atau
e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya;
f. pertunjukanCiptaan;
g. Pengumuman Ciptaan;
h. Komunikasi Ciptaan; dan
i. penyewaan Ciptaan.
(2) Setiap Orang yang melaksanakan hak ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib mendapatkan izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta.
(3) Setiap Orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dilarang
melakukan Penggandaan dan/atau Penggunaan Secara Komersial Ciptaan.
• Pasal 10
Pengelola tempat perdagangan dilarang membiarkan penjualan dan/atau penggandaan
barang hasil pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di tempat perdagangan yang
dikelolanya.

11


• Pasal 25
(1) Lembaga Penyiaran mempunyai hak ekonomi.
(2) Hak ekonomi Lembaga Penyiaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
hak melaksanakan sendiri, memberikan izin, atau melarang pihak lain untuk
melakukan:
a. Penyiaran ulang siaran;
b. Komunikasi siaran;
c. Fiksasi siaran; dan/atau
d. Penggandaan Fiksasi siaran.
(3) Setiap orang dilarang melakukan penyebaran tanpa izin dengan tujuan komersial
atas konten karya siaran Lembaga penyiaran.
Dilihat dari permasalahan tersebut, jika memang Spotify terbukti melanggar
perbatasan perbatasan yang diatur dalam undang-undang diatas maka terdapat sanksi
sanksi yang sesuai dengan perilaku mereka. Seperti yang disebutkan diatas, bahwa terdapat
hak cipta terhadap sesuatu karya jika ingin diperlakukan secara komersial maka akan
terjadi pembagian sesuai dengan hak cipta berada pada siapa dan terkait hal apa saja.
Pelanggaran yang terduga dilakukan oleh Spotify terkait permasalahan ini ialah terletak
pada penggunaan hasil karya tanpa hak cipta yang resmi atau tidak mengurus hak cipta
sesuai hal hal yang berlaku dan dipergunakan secara komersial oleh Spotify. Pelanggaran
tersebut bisa terkena sanksi sanksi yang berlaku seperti diberhentikannya serta pembayaran
atas kompensasi hal hal tersebut terutama sudah dijelaskan secara rinci pada undang-
undang nomor 28 tahun 2004 tentang Hak cipta.
Secara umum, Spotify memiliki dua kelas lisensi untuk musik yang
didistribusikannya, antara lain perjanjian Sound Recording License yang mencakup hak
untuk rekaman tertentu dan perjanjian Musical Composition License yang mencakup
pemilik hak lagu. Berikut penjelasan singkat tentang lisensi yang dimiliki spotify sebagai
media penyiar lagu :12


12
Ester Christine Natalia, IPO Spotify Ungkap Rumitnya Lisensi Hak Musik,
https://www.cnbcindonesia.com/market/20180301114225-17-5882/ipo-spotify-ungkap-rumitnya-lisensi-hak-musik
(diakses pada 14 Juni 2021)

12


A. Lisensi Rekaman
Untuk hak rekaman yang sesungguhnya, Spotify memiliki kesepakatan
dengan tiga label besar, yaitu Universal Music Group, Sony Music Entertainment
Group, dan Warner Music Group. Sony Music juga sekaligus memiliki lebih dari
5% saham di perusahaan.
Spotify juga memiliki perjanjian dengan Jaringan Lisensi Hak Musik dan
Hiburan Independen (Music and Entertainment Rights Licensing Independent
Network/ Merlin) untuk rekaman digital dari label independen. Meskipun begitu,
belakangan ini Spotify bermasalah dengan perusahaan penerbit musik, termasuk
gugatan senilai $1,6 miliar dari Wixen Music Publishing yang mengklaim layanan
streaming ini menggunakan ribuan lagunya dengan ilegal. Lagu-lagu Wixen
termasuk "Free Fallin" dari Tom Petty, "Light My Fire" dari the Doors, dan
beberapa lagu pilihan milik Stevie Nicks.

B. Lisensi Komposisi Musik


Di dalam kategori ini terdapat dua tipe lisensi yang harus dijamin Spotify,
yaitu hak pertunjukan dan royalti mekanis. Hak pertunjukan secara umum
dibayarkan kepada distributor musik dan dikelola melalui dua perusahaan utama di
Amerika Serikat (AS), yaitu BMI dan ASCAP. Lisensi pertunjukan umum (public
performance license) dibutuhkan ketika sebuah lagu ditampilkan ke publik,
termasuk lewat layanan streaming, radio maupun televisi. Sementara itu, royalti
mekanis adalah umumnya dibayarkan kepada penulis lagu ketika lagunya
diproduksi ulang, entah secara fisik lewat CD atau streaming. Istilah ini adalah
peninggalan sejak musik diproduksi secara fisik dalam bentuk CD atau LP/ long
play atau vinyl. Hak mekanis untuk layanan streaming diatur di AS oleh agen
pemerintah yang dikenal dengan sebutan Copyright Royalty Board. Organisasi
tersebut mengeluarkan aturan bulan Januari untuk menerapkan tarif sebesar 43,8%
selama lima tahun mendatang.
Tarif tersebut berdasarkan persentase pendapatan perusahaan streaming
atau total biaya konten yang disepakati setelah pembayaran dari semua pihak. Ada
juga tipe lain dari lisensi dan sub-lisensi, dan perusahaan bertanggungjawab untuk

13


mengumpulkan dan mendistribusikannya secara berbeda di antara negara-negara


dan kawasan di dunia.
Posisi Harry Fox Agency (Pihak Ketiga) dalam Kasus Spotify vs Wixen
Sengketa Hak Cipta tidak hanya terjadi antara para pihak dalam lisensi Hak Cipta
saja, tetapi dapat berkaitan dengan pihak ketiga atau pihak yang tidak terkait dalam lisensi
Hak Cipta. Adanya suatu perselisihan atau pelanggaran Hak Cipta mengakibatkan suatu
kerugian baik berupa materiil maupun immateriil yang dialami oleh pencipta, pemegang
Hak Cipta atau pemilik hak terkait.
Untuk menjamin dan melindungi hak-hak ekonomi dari pemegang lisensi Hak
Cipta, UU HC telah menyediakan upaya perlindungan. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah dengan cara pencatatan perjanjian lisensi Hak Cipta. Ketentuan Pasal 83 UU Hak
Cipta mengatur bahwa perjanjian lisensi yang dibuat harus dicatatkan oleh menteri dalam
daftar umum perjanjian lisensi Hak Cipta dengan dikenai biaya. Namun demikian hingga
saat ini belum ada peraturan pemerintah yang disebutkan Pasal 83 ayat (4) UU Hak Cipta
yang mengatur mengenai pencatatan lisensi hak cipta. Untuk mengatasinya Kementerian
Hukum dan HAM mengeluarkan Peraturan Menteri Hukum Dan Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2016 tentang Syarat dan Tata Cara Permohonan Pencatatan Perjanjian
Lisensi Kekayaan Intelektual.
Kewajiban pencatatan perjanjian lisensi Hak Cipta yang dilakukan oleh para pihak
dalam perjanjian lisensi merupakan upaya perlindungan preventif. Perlindungan preventif
adalah perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan mencegah sebelum
terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan perundang-undangan dengan
maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-
batasan dalam melakukan suatu kewajiban.13
Dilakukannya pencatatan lisensi Hak Cipta ini diharapkan dapat melindungi dan
menjamin hak-hak dari pemberi lisensi Hak Cipta dan penerima atau pemegang lisensi Hak
Cipta dari suatu pelanggaran atau sengketa. Dilakukannya pencatatan lisensi Hak Cipta
juga mengakibatkan perjanjian lisensi yang dibuat memiliki akibat hukum bagi pihak
ketiga di luar perjanjian lisensi. Apabila perjanjian lisensi tidak dicatatkan perjanjian


13
Muchsin, Tesis “Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia”, Magister Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2003, hlm. 20

14


lisensi tersebut tidak memiliki akibat hukum terhadap pihak ketiga. Sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan hukum perdata di Indonesia, perjanjian hanya mengikat para
pihak yang membuat perjanjian saja, pihak di luar perjanjian atau pihak ketiga yang tidak
terikat dalam suatu perjanjian tidak memiliki kewajiban untuk tunduk dengan perjanjian
tersebut. Oleh karena itu, agar perjanjian lisensi Hak Cipta dapat memberikan akibat
hukum kepada pihak ketiga, perjanjian Lisensi Hak Cipta wajib didaftarkan dalam daftar
umum perjanjian lisensi. Selain itu pencatatan lisensi Hak Cipta juga berguna sebagai alat
bukti dalam persidangan apabila terjadi sengketa atau perselisihan.
Apabila terjadi sengketa atau pelanggaran lisensi Hak Cipta yang melibatkan pihak
ketiga atau pihak lain di luar dari perjanjian lisensi. Pihak ketiga yang melakukan
pelanggaran dan mengakibatkan kerugian dapat digugat ganti rugi dengan dasar perbuatan
melawan hukum. Perbuatan melawan hukum adalah perikatan yang lahir dari undang-
undang yang disebabkan karena tidak berhati-hati sehingga mengakibatkan kerugian pada
orang lain. 14 Ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata merupakan dasar untuk mengajukan
Gugatan ganti rugi atas dasar perbuatan melawan hukum.
Gugatan kepada pihak ketiga atau pihak lain di luar perjanjian lisensi dapat digugat
apabila perjanjian lisensi Hak Cipta sudah dicatatkan dan dimuat dalam daftar umum
ciptaan sesuai Pasal 83 UU HC. Dalam gugatan ganti rugi perbuatan melawan hukum
terlebih dahulu perlu dipenuhi unsur perbuatan melawan hukum yaitu, adanya orang yang
melakukan kesalahan dan kesalahan orang lain mengakibatkan orang lain menderita
kerugian. Apabila kedua unsur tersebut telah terpenuhi, barulah peristiwa tersebut dapat
diajukan dalam pengadilan dalam bentuk gugatan ganti rugi sebagaimana diatur dalam
Pasal 96 UU Hak Cipta.15 Berdasarkan uraian ini untuk menjamin hak-hak dari pemegang
lisensi hak cipta, telah menyediakan upaya perlindungan yang berupa upaya perlindungan
preventif (pencegahan) dengan menyediakan peraturan perundang-undangan seperti UU
Hak Cipta dan peraturan-peraturan pendukung lainnya, serta menyediakan pencatatan
lisensi Hak Cipta yang memberikan akibat hukum terhadap pihak ketiga dan kepastian
hukum.


14
Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, PT. Buku Kita, Jakarta, 2009, hlm.70-71
15
OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Cetakan ke-13, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2013, hlm. 267

15


4. KESIMPULAN

1. Spotify tersandung permasalahan terkait hak cipta dengan sebuah label lagu
ternama yaitu Wixen Music Publishing. Spotify diduga menggunakan ribuan lagu
yang dinaungi oleh label Wixen Music Publishing tanpa lisensi dan kompensasi
kepada pemilik sahnya terkait karya – karya tersebut. Dan Spotify diduga
menggunakan pihak ketiga yang tidak memiliki kredibilitas kredibilitas terkait hal
– hal diangkat dalam permasalahan ini. Terkait hal ini Spotify sebagai terdakwa
tidak memberi komentar, atau menolak untuk melakukan Tindakan apapun yang
berkaitan dengan hal itu. Dari permasalahan tersebut diatas dapat dikatakan bahwa
Spotify terlibat dengan permasalahan terkait Hak Cipta. Mengenai masalah Hak
Cipta itu sendiri menurut hukum Indonesia diatur dalam Undang – Undang Nomor
28 Tahun 2014. Lebih khususnya termuat dalam Pasal 5, Pasal 8, Pasal 9, Pasal
10, dan Pasal 25.
Dilihat dari permasalahan tersebut, jika memang Spotify terbukti melanggar
ketentuan yang termuat dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 diatas,
maka pihak Spotify dapat dikenai sanksi yang sesuai dengan perilaku mereka.
Pelanggaran yang terduga dilakukan oleh Spotify terkait permasalahan ini terletak
pada penggunaan hasil karya tanpa hak cipta yang resmi atau tidak mengurus hak
cipta sesuai hal hal yang berlaku dan dipergunakan secara komersial oleh Spotify.
Pelanggaran tersebut bisa terkena sanksi yang berlaku seperti diberhentikannya
serta pembayaran atas kompensasi hal hal tersebut terutama sudah dijelaskan
secara rinci pada undang – undang nomor 28 tahun 2004 tentang Hak cipta.

2. Sengketa Hak Cipta tidak hanya terjadi antara para pihak dalam lisensi Hak Cipta
saja, tetapi dapat berkaitan dengan pihak ketiga atau pihak yang tidak terkait
dalam lisensi Hak Cipta. Kewajiban pencatatan perjanjian lisensi Hak Cipta yang
dilakukan oleh para pihak dalam perjanjian lisensi merupakan upaya perlindungan
preventif. Dilakukannya pencatatan lisensi Hak Cipta juga mengakibatkan
perjanjian lisensi yang dibuat memiliki akibat hukum bagi pihak ketiga di luar
perjanjian lisensi.

16


Apabila terjadi sengketa atau pelanggaran lisensi Hak Cipta yang


melibatkan pihak ketiga atau pihak lain di luar dari perjanjian lisensi, Pihak ketiga
yang melakukan pelanggaran dan mengakibatkan kerugian dapat digugat ganti
rugi dengan dasar perbuatan melawan hukum. Gugatan kepada pihak ketiga atau
pihak lain di luar perjanjian lisensi dapat digugat apabila perjanjian lisensi Hak
Cipta sudah dicatatkan dan dimuat dalam daftar umum ciptaan sesuai Pasal 83 UU
Hak Cipta. Dengan menyediakan peraturan perundang-undangan seperti UU Hak
Cipta dan peraturan-peraturan pendukung lainnya, serta menyediakan pencatatan
lisensi Hak Cipta yang memberikan akibat hukum terhadap pihak ketiga dan
kepastian hukum.

17


DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abiantoro Prakoso, Hukum Perlindungan Anak, LaksBang Pressindo, Yogyakarta, 2016.

Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, PT. Buku Kita, Jakarta, 2009.

Ni Ketut Supasti Dharmawan, Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Deepublish, Yogyakarta, 2016.

OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Cetakan ke-13, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2013.

Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika Aditama, 2010, hlm. 68.

Jurnal/Thesis
Mirwansyah, “Tinjauan Terhadap Perlindungan Bagi Pencipta Lagu Menurut Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta”, 2014.

Syifa Ananda, “Peran Lembaga Manajemen Kolektif Dalam Mengelola Royalti Pencipta
Terkait Usaha Karaoke”, 2018.

Muchsin, Tesis “Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia”, Magister
Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2003.

Peraturan Peundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

Peraturan Menteri Hukum Dan HAM Tentang Tata Cara Permohonan Dan Penerbitan Izin
Operasional Serta Evaluasi Lembaga Manajemen Kolektif Nomor 36 Tahun 2018.

18


Internet
Ester Christine Natalia, IPO Spotify Ungkap Rumitnya Lisensi Hak Musik,
https://www.cnbcindonesia.com/market/20180301114225-17-5882/ipo-spotify-ungkap-
rumitnya-lisensi-hak-musik (diakses pada 14 Juni 2021).

Reuters, “Spotify Dituntut $1,6 Miliar atas Pelanggaran Hak Cipta”,


https://www.voaindonesia.com/a/spotify-dituntut-1-koma-6-miliar-dolar-atas-
pelanggaran-hak-cipta/4190189.html, (accessed on Monday, June 14, 2021. 11.05 AM).

19

Anda mungkin juga menyukai