Anda di halaman 1dari 10

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PUTUSAN BPSK TERHADAP OBJEK SENGKETA

Makalah Kapita Selekta Hukum Bisnis

GUNA MEMENUHI UJIAN AKHIR SEMETER

Disusun oleh:

Nama : HERU PRAYITNO


NIM : 2220210008
Dosen: Dr. Nanang Solihin, SH., MH

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Puji Syukur Alahamdulillaah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya
dengan rahmat-Nya makalah yang berjudul “Tinjauan Yuridis terhadap pelaksanaan putusan
BPSK terhadap objek sengketa” dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, dan banyak

kekurangan. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan kemampuan Penulis. Sehingga Penulis

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun, mudah-mudahan dikemudian hari dapat

memperbaiki segala kekurangannya.

Dalam penulisan makalah ini, Penulis banyak mengalami kendala namun berkat bantuan,

bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang

dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan kepada Bapak Dr. Nanang Solihin, SH., MH., Selaku Dosen mata kuliah Kapita Selekta

Hukum Bisnis, yang telah sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran

memberikan materi pengajaran kepada penulis.

Akhirnya Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak. Dengan segala

kerendahan hati menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan-kekurangan, oleh

karenanya dengan segala hormat, segala bentuk kekurangan tersebut mohon dapat dikoreksi dan

disampaikan kepada penulis demi kesempurnaan makalah makalah selanjutnya di kemudian hari.

Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Jakarta, Desember 2022

Penulis
Abstrak
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen disebut juga BPSK adalah badan yang bertugas
menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen. pada awalnya
konsumen yang merasa dirugikan hanya dapat menuntut hak-haknya dengan mengajukan gugatan
melalui Pengadilan Negeri saja, namun dengan lahirnya undang-undang perlindungan Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen menjadi angin segar bagi konsumen yang merasa
dirugikan dapat mengajukan gugatan di BPSK. Proses penyelesaian melalui BPSK ini diambil
sebagai jalan alternatif untuk mempercepat terselesainya suatu masalah atau sengketa. Prinsip utama
penyelesaian sengketa konsumen melalui BPSK adalah putusan bersifat final dan mengikat, namun
putusan BPSK yang bersifat final dan mengikat masih dapat dilakukan upaya hukum lain bagi para
pihak yang merasa keberatan atau menolak atas putusan BPSK. Dalam hal eksekusi mengenai
Putusan BPSK tidak dapat dengan sendirinya bisa dijalankan namu harus dimintakan putusan
eksekusi dari Pengadilan Negeri.

Kata kunci : BPSK, Putusan, Pengadilan, Konsumen.


Daftar Isi

Kata Pengantar

Abstrak

Daftar Isi

BAB. I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Pembahasan

a. Bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa konsumen melalui BPSK?

b. Bagaimana sifat putusan BPSK terhadap objek sengketa konsumen?

E. Penutup

F. Daftar Pustaka
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum
untuk memberikan perlindungan kepada konsumen Pasal 1 angka 1 UUPK. Kepastian hukum itu
meliputi segala upaya untuk memberdayakan konsumen memperoleh atau menentukan
pilihannya atas barang dan/atau jasa kebutuhannya serta mempertahankan atau membela hak-
haknya apabila dirugikan oleh perilaku pelaku usaha penyedia kebutuhan konsumen tersebut 1.

Untuk melindungi konsumen dari hal hal yang yang merugikan konsumen dari pelaku
usaha maka Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen ini
sebagai payung hukum guna memberi ruang bagi konsumen untuk menuntut hak-haknya yang
telah dirugikan bagi para pelaku usaha.

Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang
bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan
yang berada di lingkungan peradilan umum 2.

Bagi para pihak yang bersengketa bisa menmpuh jalur penyelesaian di luar pengadilan
yaitu melalui Badan Penyelesain Sengketa Konsumen (BPSK) hal ini sesuai dengan ketentuan
pada Pasal 45 Ayat 2 UUPK yang berbunyi:

Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar


pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.

Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
menghilangkan tanggung jawab pidana sebagaimana diatur dalam Undang-undang 3. Apabila
telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, gugatan melalui
pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah

1
Susanti Adi Nugroho, 2008, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum Acara Serta Kendala Implementasinya,
Edisi Pertama Cetakan Kedua, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h. 4.
2
Pasal 45 ayat 1 UUPK
3
Pasal 45 ayat 3 UUPK
satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa.4

Pada awalnya konsumen yang merasa dirugikan hanya dapat menuntut hakhaknya
tersebut yaitu konsumen hanya bisa mengajukan gugatannya melalui pengadilan saja, namun
dengan lahirnya undang-undang perlindungan konsumen sekarang ini, konsumen yang merasa
dirugikan dapat menuntut kepada suatu lembaga yang berbentuk sebagai Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen atau lebih dikenal dengan BPSK 5.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah
sebagai berikut:

1. Bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa konsumen melalui BPSK?

2. Bagaimana sifat putusan BPSK terhadap objek sengketa konsumen?

C.Tujuan penulisan makalah ini adalah :

1.Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian sengketa konsumen melaui BPSK

2. Untuk mengetahui sifat putusan BPSK terhadap objek sengketa.

D. Pembahasan

a. Penyelesaian sengketa konsumen melaui BPSK

Keberadaan BPSK dengan menyelesaiakan sengketa di luar pengadilan dimana badan ini
merupakan peradilan kecil (small claim court) Pasal 49 ayat (1) UUPK dapat menjadi bagian dari
pemerataan keadilan, terutama bagi konsumen yang merasa dirugikan oleh pelaku usaha atau
produsen, karena sengketa di antara konsumen dan pelaku usaha atau produsen biasanya
nominalnya kecil sehingga tidak mungkin mengajukan sengketanya di pengadilan karena tidak
sebanding antara biaya perkara dengan besarnya kerugian yang akan dituntut 6.

4
Pasal 45 ayat 4 UUPK
5
Irvan Adi Putranto, Kajian Hukum terhadap putusan BPSK, 2019
6
J. Widjiantoro dan Al Wisnubroto, 2004, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) dalam Upaya Perlindungan Konsumen,
Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, h. 46. 6 Ahmadi Miru, op.cit., h.265
Dengan terbentuknya lembaga BPSK, maka penyelesaian sengketa konsumen dapat
dilakukan secara cepat, mudah dan murah. Cepat karena penyelesaian sengketa melalui BPSK
harus sudah diputus dalam tenggang waktu 21 hari kerja dan tidak dimungkinkan banding yang
dapat memperlama proses penyelesaian perkara 7.

Mudah karena prosedur administratif dan proses pengambilan putusan yang sangat
sederhana serta dapat dilakukan sendiri oleh para pihak tanpa diperlukan kuasa hukum. Murah
karena biaya persidangan yang dibebankan sangat ringan dan dapat dijangkau oleh konsumen 8.

Didalam undang-undang Nomor 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan konsumen telah


dijelaskan dengan tegas bahwa Penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan
diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi
dan/atau mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terjadi kembali atau tidak akan
terulang kembali kerugian yang diderita oleh konsumen 9.

Penyelesaian sengketa yang timbul dalam dunia bisnis diharapkan sedapat mungkin tidak
merusak hubungan bisnis selanjutnya dengan siapa dia pernah terlibat suatu sengketa. Hal ini
tentu sulit ditemukan apabila pihak yang bersangkutan membawa sengketanya ke pengadilan,
karena proses penyelesaian sengketa melalui pengadilan (litigasi) akan berakhir dengan
kekalahan salah satu pihak dan kemenangan pihak lainnya 10.
Alur penyelesaian sengketa konsumen melalui BPSK yaitu dengan mengajukan
Permohonan yang diajukan ke BPSK terdekat dari tempat tinggal penggugat. Lokasi BPSK
biasanya di ibu kota kabupaten atau kotamadya. Jika konsumen tidak bisa mengajukan
permohonan sendiri, ia diperkenankan mengirim kuasanya. Begitu pula ketika penggugat
meninggal dunia, sakit, atau lanjut usia, pengaduan dapat dilakukan oleh ahli waris yang
bersangkutan. Cara mengajukan permohonan gugatan tersebut boleh secara lisan maupun
tertulis. Asalkan semua itu memenuhi syarat undang-undang

Setelah menentukan perwakilan, selanjutnya permohonan tertulis dikirimkan atau


diserahkan ke sekretariat BPSK. Sebagai bukti telah menerima, biasanya BPSK memberikan
tanda terima tertulis. Sementara itu, khusus permohonan lisan, sekretariat akan mencatat

7
Ahmadi Miru, op.cit., h.265
8
Yusuf Shofie dan Somi Awan, 2004, Sosok Peradilan Konsumen Mengungkap Berbagai \Persoalan Mendasar Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen (BPSK), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, h. 86-87.
9
Pasal 47 UUPK
10
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen, Edisi Pertama Cetakan Pertama, PT. RajaGrafindo
Persada, Jakarta, h. 234
pengajuan penggugat di sebuah formulir. Di formulir itu nantinya ada tanggal dan nomor
pendaftaran. Bagaimana jika berkas permohonan tidak lengkap atau keluar dari aturan
Kemenperindag Nomor 350/MPP/Kep/12/2001. Dalam kasus ini, BPSK berhak menolak
pengajuan permohonan. Hal itu pun dilakukan ketika permohonan yang diajukan bukan
wewenang BPSK. Kalau permohonan memenuhi kriteria, BPSK wajib memanggil tergugat
(pelaku usaha). Pemanggilan tersebut berupa surat tertulis yang dilampiri gugatan dari
konsumen. Proses pemanggilan ini berlangsung paling lama 3 hari sejak berkas pemohon
masuk dan disetujui BPSK.

Penyelesaian sengketa konsumen dilakukan dengan tiga cara yaitu konsiliasi, mediasi
dan arbitrase. Didalam Pasal 4 dan 2 Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
Nomor 350/MPP/Kep/12/2001, Ketiga cara penyelesaian sengketa tersebut dilakukan atas dasar
pilihan dan persetujuan para pihak dan bukan proses penyelesaian sengketa secara berjenjang.
Penyelesaian dengan cara konsiliasi ditempuh atas inisiatif salah satu pihak atau para pihak,
sedangkan Majelis BPSK bersifat pasif, Majelis BPSK bertugas sebagai pementara antara pihak
yang bersengketa. Penyelesaian secara mediasi ditempuh atas inisiatif salah satu pihak atau
para pihak bedanya dengan konsiliasi, pada mediasi Majelis BPSK bersifat aktif sebagai
pementara. Sedangkan penyelesaian secara arbitrase para pihak menyerahkan sepenuhnya
kepada Majelis BPSK untuk memutus dan menyelesaikan sengketa konsumen yang terjadi.
(Shofie, 2008)

Berikut ini metode yang bisa dipilih dalam penyelsaian sengketa melalui BPSK:
1) Mediasi. Proses ini digunakan untuk menyelesaikan sengketa konsumen di
pengadilan melalui BPSK. Fungsi BPSK hanya sebagai penasihat. Sementara
penyelesaian masalah diserahkan kepada pihak yang bersengketa.
2) 2) Konsiliasi. Metode konsiliasi digunakan dalam penuntasan masalah konsumen di
luar pengadilan. Majelis bertugas untuk mendamaikan pihak yang bersengketa.
Namun, majelis hanya sebagai konsiliator (pasif). Sementara itu, hasil putusan
diserahkan kepada pihak penggugat dan tergugat.
3) Arbitrase. Pada metode arbitrase, para majelis berlaku aktif dalam menyelesaikan
perkara pihak yang bersengketa. Khusus arbitrase, penyelesaian masalah dilakukan
melalui pengadilan negeri dan kasasi Mahkamah Agung. Karena itu, putusan akhir
berada di tangan Mahkamah Agung pengaduan dianggap selesai di tahap ini.
b. Sifat putusan BPSK terhadap objek sengketa konsumen.
Penyelesaian sengketa konsumen bisa melalui berbagai metode, antara lain arbitrase,
konsiliasi, dan mediasi. Hasil penyelesaian perkara tersebut dicantumkan dalam perjanjian
tertulis. Agar kuat secara hukum, perjanjian dilampirkan keputusan majelis yang dibubuhi tanda
tangan ketua dan anggota majelis. Adapun bentuk putusan majelis BPSK berupa perdamaian,
gugatan dikabulkan, serta gugatan ditolak.
Apa pun putusan BPSK, semua itu bersifat final dan memiliki kekuatan hukum. Eksekusi
putusan BPSK bisa diajukan kepada Pengadilan Negeri tempat konsumen yang merasa
dirugikan. Peraturan dalam Pasal 54 Ayat (3) Undang-Undang Perlindungan Konsumen, putusan
BPSK tidak mungkin bisa diajukan banding. Hal senada juga diungkapkan dalam Keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12. Dalam Pasal 56 Ayat (2)
UndangUndang Perlindungan Konsumen. Di situ tertulis, bahwa ada peluang untuk mengajukan
banding ke Pengadilan Negeri setempat. Pihak yang bersengketa diberikan waktu tenggang 14
hari pasca pembacaaan putusan BPSK. Sayangnya, permasalahan kerap timbul akibat BPSK
tidak menegaskan adanya keberatan secara terbatas.
Bedasarkan Pasal 42 ayat (1) Kepmenperindag RI Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tahun
2001 menyatakan bahwa putusan BPSK merupakan putusan yang final dan mengikat para pihak
sehingga para pihak harus dengan etikad baik menjalankan hal yang sudah disepakati. Agar
putusan tersebut dapat menjadi putusan yang bersifat eksekutorial, terhadap putusan tersebut
dapat dimintakan eksekusi ke pengadilan negeri 11.

Dalam Pasal 54 ayat (3) UUPK menyatakan bahwa yang dimaksud putusan majelis
bersifat final adalah bahwa dalam BPSK tidak ada upaya banding dan kasasi.

E. Kesimpulan

1. Mekanisme dalam penyelsaian sengketa melalui BPSK yaitu Mediasi. Proses ini digunakan untuk
menyelesaikan sengketa konsumen di pengadilan melalui BPSK. Fungsi BPSK hanya sebagai
penasihat. Sementara penyelesaian masalah diserahkan kepada pihak yang bersengketa.
Konsiliasi. Metode konsiliasi digunakan dalam penuntasan masalah konsumen di luar
pengadilan. Majelis bertugas untuk mendamaikan pihak yang bersengketa. Namun, majelis

11
Jimmy Joses Sembiring, 2011, Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan, Edisi Pertama Cetakan Pertama, Transmedia
Pustaka, Jakarta, h. 187
hanya sebagai konsiliator (pasif). Sementara itu, hasil putusan diserahkan kepada pihak
penggugat dan tergugat.
Arbitrase. Pada metode arbitrase, para majelis berlaku aktif dalam menyelesaikan perkara pihak
yang bersengketa. Khusus arbitrase, penyelesaian masalah dilakukan melalui pengadilan negeri
dan kasasi Mahkamah Agung. Karena itu, putusan akhir berada di tangan Mahkamah Agung
pengaduan dianggap selesai di tahap ini.
2. Sifat putusan BPSK bahwa putusan BPSK merupakan putusan yang final dan mengikat para
pihak sehingga para pihak harus dengan etikad baik menjalankan hal yang sudah disepakati.
Agar putusan tersebut dapat menjadi putusan yang bersifat eksekutorial, terhadap putusan
tersebut dapat dimintakan eksekusi ke pengadilan negeri.

Daftar Pustaka:
1. Susanti Adi Nugroho, 2008, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum
Acara Serta Kendala Implementasinya, Edisi Pertama Cetakan Kedua, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta
2. Irvan Adi Putranto, Kajian Hukum terhadap putusan BPSK , 2019
3. J. Widjiantoro dan Al Wisnubroto, 2004, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)
dalam Upaya Perlindungan Konsumen, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya, Yogyakarta
4. Yusuf Shofie dan Somi Awan, 2004, Sosok Peradilan Konsumen Mengungkap Berbagai \
Persoalan Mendasar Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) , Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia
5. Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen, Edisi Pertama
Cetakan Pertama, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta
6. Jimmy Joses Sembiring, 2011, Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan , Edisi
Pertama Cetakan Pertama, Transmedia Pustaka, Jakarta
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa
9. Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Nomor 350/Mpp/Kep/12/2001 Tahun 2001
10. Tentang Pelaksanaan Tugas Dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
11. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengajuan Keberatan
Terhadap Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
12. Pedoman Teknis Administrasi Dan Teknis Peradilan Perdata Buku II Edisi 2007, Mahkamah
Agung 2008

Anda mungkin juga menyukai