Anda di halaman 1dari 14

KELOMPOK 6

DINI OKFA RAHMADHANI (1710522054)


NURUL FAIZAH (1810521039)
RAMISYA LUTHFIA TAUFIQ (1810522045)
ZHAFIRA PUTRI HENDARTI (1810522020)
PENYELESAIAN SENGKETA
KONSUMEN
PENGERTIAN SENGKETA KONSUMEN

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan


Konsumen tidak memberikan batasan apakah yang dimaksud
dengan sengketa konsumen. Definisi ”sengketa konsumen”
dijumpai pada Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
yaitu Surat Keputusan Nomor: 350/MPP/Kep/12/2001 tanggal 10
Desember 2001, dimana yang dimaksud dengan sengketa
konsumen adalah:

“sengketa antara pelaku usaha dengan konsumen yang


menutut ganti rugi atas kerusakan, pencemaran dan
atau yang menderita kerugian akibat mengkonsumsi
barang atau memanfaatkan jasa.”
PIHAK-PIHAK DALAM SENGKETA KONSUMEN

Konsumen Developer

↓ ↓
sebagai sebagai penyedia
pengguna/pemakai barang dan jasa
barang dan jasa (pelaku usaha)
PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

↓ ↓

Jalur Non-Litigasi Jalur Litigasi

Menurut UUPK pasal 45 ayat 2 “Penyelesaian


sengketa konsumen dapat ditempuh melalui
pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan
pilihan sukarela para pihak yang bersengketa”.
Penyelesaian sengketa diluar pengadilan atau secara non litigasi
biasanya bersifat tertutup untuk umum (close door session) dan
kerahasiaan para pihak terjamin (confidentiality), proses beracara pun
lebih cepat dan efisien.Proses penyelesaian sengketa di luar pengadilan
ini menghindari kelambatan yang mengakibatkan prosedural dan
administratif sebagaimana beracara di pengadilan umum dan win-win
sulution.Penyelesaian sengketa di luar pengadilan ini dinamakan
APS(alternatif penyelesaian sengketa).

Berdasarkan ketentuan dalam UndangUndang Perlindungan Konsumen


pasal 45 ayat 4, menyebutkan bahwa: “Apabila telah dipilih upaya
penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, gugatan melalui
pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan
tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang
bersengketa.”
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen disingkat sebagai BPSK adalah
salah satu lembaga peradilan konsumen berkedudukan pada tiap Daerah
Tingkat II kabupaten dan kota di seluruh Indonesia sebagaimana diatur
menurut Undang-undang No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
bertugas utama menyelesaikan persengketaan konsumen di luar lembaga
pengadilan umum,

Berdasarkan Keputusan Menperindag No. 350/MPP/Kep/12/ 2001 yang


mengatur tentang BPSK telah diganti dengan Peraturan Menteri
Perdagangan nomor 06/M-DAG/PER/2017 tentang penyelesaian
sengketa konsumen secara non litigasi dilakukan oleh Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen
Tata Cara Penyelesaian Sengketa Konsumen Melalui BPSK

KONSILIASI MEDIASI ARBITRASE


Kewenangan menyelesaikan sengketa konsumen melalui pengadilan dalam
lingkungan peradilan umum mengacu pada ketentuan yang berlaku yang
berarti tatacara pengajuan gugatan dalam masalah perlindungan konsumen
mengacu pada UU/hukum acara perdata yang berlaku.

Pihak-pihak yang dapat mengajukan gugatan atau pelanggaran pelaku


usaha melalui pengadilan menurut Pasal 46 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen meliputi :
a)Seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan.

b)Sekelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama.

c)Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang memenuhi


syarat, yaitu berbentuk badan hukum atau yayasan yang dalam anggaran
dasarnya menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan didirikannya organisasi
tersebut adalah untuk kepentingan perlindungan konsumen dan telah
melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya.
d)Pemerintah dan/atau instansi terkait apabila barang dan/atau jasa yang
dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian materi yang besar
dan/atau korban yang tidak sedikit.
Lembaga Penyelesaian Sengketa Litigasi

PENGADILAN UMUM PENGADILAN NIAGA


Penyelesaian Sengketa di luar pengadilan (NON LITIGASI)

Penyelesaian Sengketa di luar pengadilan, yaitu dengan proses membuat


pengaduan atau gugatan atas kerugian yang dilakukan pelaku usaha ke
BPSK. Dari pengaduan tersebut BPSK wajib mengeluarkan putusan paling
lambat dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah gugatan diterima.
Penyelesaian Sengketa dalam pengadilan (LITIGASI)
Penyelesaian Sengketa melalui pengadilan, yaitu dengan proses
Konsumen yang merasa dirugikan melapor kepada pihak yang berwajib
yaitu kepada polisi untuk ditindaklanjuti sebagaimana pada proses
penyelesaian sengketa di pengadilan pada umumnya. Penyelesaian
melalui jalur ini mengacu pada ketentuan tentang peradilan umum
yang berlaku di Indonesia.
Dari penyelesaian sengketa konsumen tersebut, pelaku usaha yang
terbukti bersalah dapat dikenakan sanksi administratif maupun sanksi
pidana.
Penyelesaian sengketa melalui litigasi atau jalur pengadilan sangat
lambat, biaya perkara yang mahal, dan putusan pengadilan tidak
menyelesaikan masalah atau tidak memuaskan para pihak disebabkan
karena dalam suatu putusan ada pihak yang merasa menang dan kalah,
sehingga hal tersebut tdak akan memberikan kedamaian pada salah
satu pihak melainkan akan menumbuhkan bibit dendam permusuhan
dan kebencian.

Anda mungkin juga menyukai