Anda di halaman 1dari 4

1.

Litigasi adalah persiapan dan presentasi dari setiap kasus, termasuk juga memberikan
informasi secara menyeluruh sebagaimana proses dan kerjasama untuk
mengidentifikasi permasalahan dan menghindari permasalahan yang tak terduga.
Sedangkan Jalur litigasi adalah penyelesaian masalah hukum melalui jalur
pengadilan. Umumnya, pelaksanaan gugatan disebut litigasi. Gugatan adalah suatu
tindakan sipil yang dibawa di pengadilan hukum di mana penggugat, pihak yang
mengklaim telah mengalami kerugian sebagai akibat dari tindakan terdakwa,
menuntut upaya hukum atau adil. Terdakwa diperlukan untuk menanggapi keluhan
penggugat. Jika penggugat berhasil, penilaian akan diberikan dalam mendukung
penggugat, dan berbagai perintah pengadilan mungkin dikeluarkan untuk menegakkan
hak, kerusakan penghargaan, atau memberlakukan perintah sementara atau permanen
untuk mencegah atau memaksa tindakan. Orang yang memiliki kecenderungan untuk
litigasi daripada mencari solusi non-yudisial yang disebut sadar hukum.

Jalur non litigasi berarti menyelesaikan masalah hukum di luar pengadilan. Jalur non-
litigasi ini dikenal dengan Penyelesaian Sengketa Alternatif. Penyelesaian perkara
diluar pengadilan ini diakui di dalam peraturan perundangan di Indonesia. Pertama,
dalam penjelasan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan
Pokok Kekuasaan Kehakiman disebutkan bahwa penyelesaian perkara di luar
pengadilan, atas dasar perdamaian atau melalui wasit (arbitase) tetap diperbolehkan.
Kedua, dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa, dalam Pasal 1 angka 10 dinyatakan bahwa Alternatif
Penyelesaian Perkara (Alternatif Dispute Resolution) adalah lembaga penyelesaian
sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni
penyelesaian di luar pengadilan dengan cara negosiasi, mediasai, konsiliasi dan
arbitrase.

2. Dari beberapa jalur penyelesaian konflik/sengketa maka salah satu jalan penyelesaian
konflik yang ideal yaitu melalui Mediasi. Mediasi adalah bentuk penyelesaian
sengketa yang melibatkan pihak ketiga untuk membantu pihak-pihak yang
bersengketa dalam mencapai persetujuan. Mediasi diartikan sebagai suatu proses di
mana dua orang atau lebih secara bersama mencoba untuk menemukan suatu solusi
yang dapat dilaksanakan dan dilakukan secara adil. Untuk menemukan cara itu, para
pihak menggunakan jasa pihak ketiga, yang disebut dengan mediator. Di Indonesia
melalui berlakunya beberapa peraturan perundang-undangan di Indonesia seperti UU
Nomor 30 tahun 1999 tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 telah mulai menggalakkan mediasi sebagai
penyelesaian yang ideal. Ada beberapa alasan mengapa mediasi menjadi alternatif
penyelesaian sengketa yang ideal karena:
A. Biaya yang lebih murah dan waktu yang tidak lama
B. Pendekatan yang lebih persuasif apalagi didukung ketokohan yang dihormati
kedua belah pihak yang berkonflik.
C. Pembahasan permasalahan yang lebih luas, komprehensif dan fleksibel.
D. Tetap terjalinnya hubungan baik antara kedua belah pihak yang berkonflik.

3. Berikut 2 Contoh lembaga APS (Alternatif Penyelesaian Sengketa)


a. Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Perbankan Indonesia (LAPSPI)
LAPSPI merupakan lembaga penyelesaian sengketa yang bisa menjadi
alternatif bagi konsumen yang memiliki masalah dengan nilai sengketa yang
tidak terlalu besar. Layanan lembaga ini sepenuhnya gratis, sehingga
konsumen tidak perlu direpotkan dengan pengurusan di pengadilan. Hasil
keputusan dari LAPSPI ini nantinya bersifat mengikat kedua belah pihak,
tetapi jika konsumen merasa tidak puas, boleh membawanya ke pengadilan.
Lembaga ini didirikan oleh 6 asosiasi perbankan yakni : Perhimpunan Bank-
bank Umum Nasional (Perbanas), Asosiasi Bank Pembangunan Daerah
(Asbanda), Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo),
Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), dan Perhimpunan Bank Asing
(Perbina).
b. Badan Arbitrase dan Mediasi Penjaminan Indonesia (BAMPI)
BAMPI adalah lembaga yang didirikan 17 lembaga penjaminan yang juga
merupakan anggota Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI).
Lembaga yang didirikan pada 10 April 2015 ini bisa membantu masalah
konsumen yang berkaitan dengan pegadaian dan pembiayaan. Termasuk jika
konsumen memiliki pengaduan atas tindakan debt collector saat meminta
pembayaran cicilan kredit. Masalah di lembaga pembiayaan merupakan
masalah klasik yang banyak terjadi di masyarakat bawah. Pemahaman yang
keliru tentang aturan dan kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian
pembiayaan yang seharusnya masuk ranah hukum perdata sering kali justru
berakhir pada tindakan kekerasan yang membawa masalah ke ranah pidana.
Sosialisasi hadirnya lembaga ini sangat penting untuk meminimalkan
permasalahan yang ada di lapangan.
Bagaimana cara menentukan suatu sengketa dapat diajukan ke lembaga APS untuk
diselesaikan melalui mediasi ?
Dalam perkara perdata biasanya mediasi dilaksanakan berkaitan dengan masalah yang
berkaitan dengan uang, sedangkan dalam perkara pidana biasanya lebih banyak
berkaitan dengan masalah kebebasan dan kehidupan seseorang. Namun perkara yang
dapat diselesaikan melalui proses mediasi lebih lanjut dapat dilihat dari Pasal 4 Perma
No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan yaitu semua sengketa
perdata yang diajukan ke Pengadilan termasuk perkara perlawanan (verzet) atas
putusan verstek dan perlawanan pihak berperkara (partij verzet) maupun pihak ketiga
(derden verzet) terhadap pelaksanaan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap,
wajib terlebih dahulu diupayakan penyelesaian melalui Mediasi. Namun tidak semua
sengketa wajib dilakukan penyelesaian melalui mediasi, adapun sengketa yang
dikecualikan dari mediasi meliputi ;
a. sengketa yang diselesaikan melalui prosedur Pengadilan Niaga;
b. sengketa yang diselesaikan melalui prosedur Pengadilan Hubungan Industrial;
c. keberatan atas putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha;
d. keberatan atas putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen;
e. permohonan pembatalan putusan arbitrase;
f. keberatan atas putusan Komisi Informasi;
g. penyelesaian perselisihan partai politik;
h. sengketa yang diselesaikan melalui tata cara gugatan sederhana; dan
i. sengketa lain yang pemeriksaannya di persidangan ditentukan tenggang waktu
penyelesaiannya dalam ketentuan peraturan perundang-undangan;
j. sengketa yang pemeriksaannya dilakukan tanpa hadirnya penggugat atau tergugat
yang telah dipanggil secara patut;
k. gugatan balik (rekonvensi) dan masuknya pihak ketiga dalam suatu perkara
(intervensi);
l. sengketa mengenai pencegahan, penolakan, pembatalan dan pengesahan
perkawinan;
m. sengketa yang diajukan ke Pengadilan setelah diupayakan penyelesaian di luar
Pengadilan melalui Mediasi dengan bantuan Mediator bersertifikat yang terdaftar
di Pengadilan setempat tetapi dinyatakan tidak berhasil berdasarkan pernyataan
yang ditandatangani oleh Para Pihak dan Mediator bersertifikat.

Anda mungkin juga menyukai