Anda di halaman 1dari 3

1.

“Yurisdiksi negara dalam hukum publik internasional berarti hak dari suatu negara
untuk mengatur atau mempengaruhi dengan langkah-langkah atau tindakan yang
bersifat legislatif, eksekutif atau yudikatif atas hak-hak individu, milik atau harta
kekayaannya, perilaku-perilaku atau peristiwa-peristiwa yang tidak semata-mata
merupakan masalah dalam negeri”. Apabila para ahli hukum internasional berhadapan
dengan masalah yurisdiksi, dalam pikiran mereka terbayang atas hak suatu negara
berdasarkan hukum internasional untuk mengatur perilaku yang berkenaan dengan
masalah-masalah yang tidak secara eksklusif merupakan masalah dalam negeri. Maka
dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yurisdiksi negara adalah kewenangan
suatu negara untuk dapat membuat, melaksanakan, memberlakukan ataupun
memaksakan berlakunya hukum nasional negaranya di luar batas kekuasaan teritorial
negara tersebut. Sepanjang menyangkut perkara pidana ada beberapa prinsip
yurisdiksi yang dikenal dalam hukum internasional yang dapat digunakan oleh negara
untuk mengklaim dirinya memiliki judicial jurisdiction: Prinsip Yurisdiksi Teritorial.
Menurut prinsip ini setiap negara memiliki yurisdiksi terhadap kejahatan-kejahatan
yang dilakukan di dalam wilayah atau teritorialnya. Prinsip ini merupakan salah satu
bentuk dari kedaulatan yang dimiliki negara, dengan prinsip ini suatu negara memiliki
kewenangan untuk menghukum warga negaranya dan juga warga negara asing yang
melakukan kejahatan atau pelanggaran di dalam wilayahnya, prinsip ini merupakan
alasan utama yang dijadikan dasar bagi negara untuk mengadili suatu perkara.
2. Sejauh mana keberlakuan yurisdiksi ekstra teritorial di wilayah pelabuhan atau laut
pedalaman? Hukum internasional telah membuat pengaturan mengenai piracy
sedangkan untuksea/armed robbery merupakan kewenangan masing-masing negara
untuk mengaturnya. Dikenal prinsip yurisdiksi universal dalam memberantas piracy
ini, hal tersebut telah ditegaskan dalam Konvensi Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982)
dan Indonesia telah meratifikasinya dengan Undang-Undang No.17 Tahun 1985.
Namun perompakan dan perampokan laut masih menjadi isu yang tidak terselesaikan.
Dengan demikian negara dapat membuat ketentuan-ketentuan hukum atau norma di
wilayah teritorialnya, untuk dapat dipatuhi dan dijalankan oleh penduduk yang ada di
wilayah kekuasaanya. Suatu negara juga dapat memaksakan atau menerapkan hukum
nasionalnya di luar wilayah teritorialnya, hal ini biasa berlaku pada suatu kejahatan
internasional dimana kejahatan tersebut sudah diakui sebagai kejahatan internasional
dan setiap negara wajib memberantas kejahatan tersebut. Terakhir negara memiliki
kewenangan untuk mengadili dan memberikan putusan hukum, hal ini untuk
menjamin keamanan dan ketertiban suatu negara dari tindakan melawan hukum yang
dilakukan oleh warga negara asing.
3. UU Perikanan, sama halnya seperti penerapan sanksi pada tindak pidana lain pada
umumnya, penerapan sanksi pada tindak pidana di bidang perikanan adalah berupa
pidana penjara dan/atau denda. Selain itu, memang benar bahwa salah satu penerapan
hukum pidana dalam bidang perikanan juga berupa penenggelaman kapal asing yang
beroperasi di wilayah Indonesia. Adapun pasal soal penenggelaman kapal asing dapat
kita temukan dalam Pasal 69 ayat (4) UU Perikanan yang berbunyi:
(1) Kapal pengawas perikanan berfungsi melaksanakan pengawasan dan penegakan
hukum di bidang perikanan dalam wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik
Indonesia.
(2) Kapal pengawas perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilengkapi
dengan senjata api.
(3) Kapal pengawas perikanan dapat menghentikan, memeriksa, membawa, dan
menahan kapal yang diduga atau patut diduga melakukan pelanggaran di wilayah
pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia ke pelabuhan terdekat untuk
pemrosesan lebih lanjut.
(4) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) penyidik
dan/atau pengawas perikanan dapat melakukan tindakan khusus berupa pembakaran
dan/atau penenggelaman kapal perikanan yang berbendera asing berdasarkan bukti
permulaan yang cukup. Dengan demikian, penenggelaman kapal perikanan
berbendera asing merupakan tindakan khusus yang dilakukan oleh kapal pengawas
perikanan dalam menjalankan fungsinya sekaligus sebagai penegak hukum di bidang
perikanan. Yang dimaksud dengan “kapal pengawas perikanan” adalah kapal
pemerintah yang diberi tanda tertentu untuk melakukan pengawasan dan penegakan
hukum di bidang perikanan (lihat Penjelasan Pasal 69 ayat (1) UU Perikanan).

Namun, hal penting yang perlu diperhatikan terkait penenggelaman kapal asing ini
adalah penenggelaman itu tidak boleh dilakukan sewenang-wenang dan harus
berdasarkan bukti permulaan yang cukup. Yang dimaksud dengan “bukti permulaan
yang cukup” adalah bukti permulaan untuk menduga adanya tindak pidana di bidang
perikanan oleh kapal perikanan berbendera asing, misalnya kapal perikanan
berbendera asing tidak memiliki Surat Izin Penangkapan Ikan (“SIPI”) dan Surat Izin
Kapal Pengangkut Ikan (“SIKPI”), serta nyata-nyata menangkap dan/atau
mengangkut ikan ketika memasuki wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik
Indonesia. Ketentuan ini menunjukkan bahwa tindakan khusus tersebut tidak dapat
dilakukan dengan sewenang-wenang, tetapi hanya dilakukan apabila penyidik
dan/atau pengawas perikanan yakin bahwa kapal perikanan berbendera asing tersebut
betul-betul melakukan tindak pidana di bidang perikanan. Demikian yang dijelaskan
dalam Penjelasan Pasal 69 ayat (4) UU Perikanan. Penenggelaman kapal asing itu
sudah dibenarkan oleh undang-undang, asal sesuai dengan prosedur yang ditentukan
oleh undang-undang. Penenggelaman kapal ikan asing dipastikan akan menimbulkan
efek jera karena kapal tersebut merupakan alat produksi utama pelaku pencurian.
Kalau kapal dan perlengkapannya yang berharga mahal tersebut ditenggelamkan,
pencuri akan berpikir seribu kali untuk mengulangi pencurian di wilayah Indonesia
karena motif pencurian adalah mencari keuntungan. Praktik pembakaran dan
penenggelaman kapal ikan asing yang tertangkap tangan mencuri ikan adalah praktik
yang lumrah yang juga dilakukan banyak negara lain. Selain itu, persoalan pencurian
ikan oleh kapal asing bukanlah persoalan hilangnya sumber daya perikanan belaka
melainkan juga soal pelanggaran kedaulatan negara yang merupakan hal sangat
prinsip bagi negara.

Anda mungkin juga menyukai