Tazkya Azzahra N
3019210263
Hukum Pidana H
Analisis Kasus :
1) Kasus Konkrit Asas Nasionalitas Pasif :
Penghinaan Bendera dalam Kesalahan Cetak pada Buku Panduan Acara SEA Games 2017
Acara pembukaan SEA Games 2017 berlangsung meriah di Stadion Bukit Jalil, Kuala
Lumpur, Malaysia, pada Sabtu, 19 Agustus 2017. Namun, kemeriahan tak dirasakan atlet
Indonesia. Wajah Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi yang semula
semringah, tiba-tiba berubah menjadi kecut. Nahrawi melihat bendera Indonesia terbalik di
dalam buku panduan SEA Games ke-29 itu. Panitia juga salah menempatkan bendera RI sebagai
juara umum, dengan bendera Thailand. Nahrawi pun naik pitam, dan protes kepada panitia
penyelenggara SEA Games.120 Peristiwa terbaliknya bendera Indonesia di dalam buku panduan
SEA Games ke-29, merupakan sebuah tindakan penghinaan terhadap lambang dan kehormatan
negara.
Bentuk penghinaan khusus yang perbuatan materiilnya menodai bendera kebangsaan RI
dan lambang Negara RI di tempatkan di dalam Pasal 154a, yang rumusannya sebagai berikut :
“Barangsiapa menodai bendera kebangsaan Republik Indonesia dan lambang Negara Republik
Indonesia, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling
banyak empat puluh lima ribu rupiah”.
Bentuk penghinaan terhadap bendera kebangsaan dan lambang Negara RI Pasal 154a
dimasukkan ke dalam KUHP melalui Undang-Undang No. 73 Tahun 1958 (LN No. 127 Tahun
1958). Dibentuknya kejahatan ini dianggap penting oleh Pembentuk Undang-Undang sejalan
dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1958 (LN No. 68 Tahun 1958)
tentang Bendera Kebangsaan dan Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 1951 tentang Lambang
Negara (LN No. 111 Tahun 1951).
Sebetulnya sebelum penghinaan yang dirumuskan seperti sekarang dalam Pasal 154a,
telah ada bentuk penghinaan terhadap bendera kebangsaan Indonesia, tetapi tidak temasuk
terhadap lambang Negara RI, yang di tempatkan ke dalam Pasal XVI Undang-Undang No. 1
Tahun 1946 (LN No. 1 Tahun 1946), yang rumusannya adalah sebagai berikut:
“Barangsiapa terhadap bendera kebangsaan Indonesia dengan sengaja menjalankan
suatu perbuatan yang dapat menimbulkan perasaan penghinaan-penghinaan
kebangsaan, dihukum penjara setinggi-tingginya satu tahun enam bulan”.
Kemudian dengan dikeluarkannya PP No. 66 Tahun 1951 (LN No. 111 Tahun 1951)
tentang Lambang Negara dan PP No. 40 Tahun 1958 tentang Bendera Kebangsaan, maka
dianggap perlu untuk merubah rumusan penghinaan terhadap Bendera Kebangsaan RI menurut
UU No. 1 Tahun 1946 dengan memasukkan objek penghinaan terhadap lambang Negara RI.
Untuk itu dimasukkan objek penghinaan terhadap lambang Negara RI dengan merubah rumusan
yang lama dengan rumusan yang baru seperti yang ada sekarang, yang di mana di tempatkan
dalam Pasal 154a KUHP. Kemudian rumusan Pasal XVI Undang-Undang No. 1 Tahun 1946
dicabut oleh Undang-Undang No. 73 Tahun 1958 tersebut.
Apabila rumusan Pasal 154a seperti yang sekarang ini dirinci, maka terdiri dari unsur-
unsur sebagai berikut:
1) Perbuatannya: menodai
2) Objeknya:
a. Bendera kebangsaan RI
b. Lambang Negara RI