Anda di halaman 1dari 2

1.

Kasus yang merupakan peristiwa HPI = Contoh Kasus 2: Zulham adalah pengusaha asal
Bandung dan memiliki perusahaan yang berkedudukan hukum di Indonesia. Ia berangkat ke
Norwegia untuk melakukan penandatanganan kontrak kerjasama dengan perusahaan furniture
yang berkedudukan hukum di Norwegia. Setelah setahun membuka toko furniture tersebut di
kota Bandung, Perusahaan Zulham tidak melakukan pembayaran sesuai dengan kontrak yang
ada sehingga ia digugat oleh perusahaan asal Norwegia dengan tuduhan melakukan
wanprestasi.
a. Konflik sosial merupakan fenomena di masyarakat yang biasa muncul saat perbedaan
antarindividu ataupun kelompok tidak dapat didamaikan. Meskipun penyebab utama
konflik sosial adalah perbedaan di tengah masyarakat, banyak faktor yang bisa terkait
dengannya. Sebagai gejala sosial, konflik sebenarnya hal yang wajar terjadi dalam setiap
masyarakat. Sebab, setiap individu atau kelompok punya keinginan meningkatkan
kesejahteraan, kekuasaan, prestise, dukungan sosial, hingga mengakses berbagai sumber
daya. Saat individu atau kelompok punya keinginan yang sama dengan individu atau
kelompok lainnya, sementara keinginan tersebut terkait dengan sumber daya yang langka,
lahirlah kompetisi. Adapun proses kompetisi yang berlebihan bisa berujung pada konflik.
Sama halnya ketika individu atau kelompok punya keinginan berbeda dengan individu
kelompok lain, perselisihan akan lahir. Perselisihan tersebut bisa berujung pada konflik
jika tak terdamaikan. Sementara dalam ilmu sosiologi, konflik sosial dipahami sebagai
bentuk salah satu dampak proses interaksi sosial.
b. Hukum ini memusatkan perhatian pada kewajiban untuk melaksanakan kewajiban sendiri
(self imposed obligation). Dipandang sebagai hukum privat karena pelanggaran terhadap
kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam kontrak, murni menjadi urusan pihak-pihak
yang berkontrak. Kontrak dalam bentuk yang paling klasik, dipandang sebagai ekspresi
kebebasan manusia untuk memilih dan mengadakan perjanjian. Paradigma baru hukum
kontrak timbul dari dua dalil di bawah ini:
1) setiap perjanjian kontraktual yang diadakan adalah sah (geoorloofd) dan
2) setiap perjanjian kontraktual yang diadakan secara bebas adalah adil dan
memerlukan sanksi undang-undang. Pada abad sembilan belas hukum kontrak
klasik secara mendasar terbentuk. Terbentuknya teori ini merupakan reaksi dan
kritik terhadap tradisi abad pertengahan mengenai substantive justice. Para hakim
dan sarjana hukum di Inggris dan Amerika Serikat kemudian menolak
kepercayaan yang telah berlangsung lama mengenai justifikasi kewajiban
kontraktual yang diderivasi dari inherent justice atau fairness of an exchange.
Mereka kemudian mengatakan bahwa sumber kewajiban kontraktual adalah
bertemunya kehendak (convergence of the wills) atau konsensus para pihak yang
membuat kontrak. Pada abad sembilan belas tersebut, para teoretikus hukum
kontrak memilik kecenderungan untuk memperlakukan atau menempatkan
pilihan individual (individual choice) tidak hanya sebagai suatu elemen kontrak,
tetapi seperti yang dinyatakan ahli hukum Perancis adalah kontrak itu sendiri.
Mereka memiliki kecenderungan mengidentifikasi.
2. Titik taut sekunder adalah fakta yang menentukan hukum apa, atau hukum yang mana yang
seharusnya diberlakukan dalamsuatu perkara Perdata yang melibatkan lebih dari satu sistem
hukum, atau prinsip hukum. Titik taut sekunder, sebagai faktor penentu diantaranya adalah:
Pilihan hukum yang dinyatakan oleh para pihak dalam perjanjian secara tegas (Perkara
Perdata Internasional). Pilihan hukum yang disimpulkan hakim baik secara tegas maupun
tidak. Pilihan hukum/ pembebanan hukum yang diperintahkan/ diwajibkan pembelakuannya
oleh negara melalui aturan perundang-undangan. Factum Delicti/ fakta yang ditetapkan
sebagai titik taut penting oleh prinsip hukum yang berlaku.
3. Amerika , Inggris , dan Canada.

Anda mungkin juga menyukai