110110120236
Rayan Reynaldi
110110120250
Parisabel R. H. N
110110120436
Debby Kristin
110110110511
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
Adapun juga teori tentang yurisdiksi kriminal yang berbicara tentang yurisdiksi untuk
menindak lanjuti suatu kejahatan yang dilakukan oleh individu. Malanczuk menjelaskan
bahwa dalam yurisdiksi kriminal ada empat prinsip yang berlaku, yakni:2
1. Territorial Principle
2. Nationality Principle
3. Protective Principle
4. Universal Jurisdiction
A. Territorial Principle
Dasar dari berlakunya prinsip teritori ini adalah kedaulatan negara atas semua yang
berada di dalam wilayahnya dimana sebuah negara dapat mengatur aktivitas yang ada dalam
Peter Malanczuk, Modern Introduction to International Law, New York, Routledge, 1997,
hlm. 109.
2
wilayahnya dan untuk menuntut kejahatan yang terjadi di teritorinya. 3 Oleh karena itu, semua
kejahatan yang terjadi dalam wilayah suatu negara dapat diadili di pengadilan negara tersebut
meskipun pelaku kejahatan adalah warga negara asing.4 Prinsip teritorial ini di kemudian hari
berkembang daripada konsep awalnya karena berdasarkan prinsip ini, bukan hanya kejahatan
yang seluruhnya dilakukan di wilayah suatu negara, namun kejahatan yang prosesnya
sebagian terjadi di wilayah lain dan terpenuhinya delik berada di negara tersebut juga dapat
diadili.5 Contoh konritnya dapat dilihat dalam Lockerbie Case dimana Pengadilan Skotlandia
mengklaim bahwa ia mempunyai yurisdiksi untuk mengadili pengebom pesawat yang
meledak dan jatuh di kota Lockerbie, Skotlandia.6
B. Nationality Principle
Dikarenakan setiap negara memiliki kedaulatan dan kewenangan dan dikarenakan
setiap negara pasti terdiri dari kelompok individu, maka perlu adanya hubungan hukum
antara keduanya dan itu tercermin dalam konsep nasionalitas (kewarganegaraan). Warga
negara berhak terhadap perlindungan yang diberikan oleh negaranya di dalam hukum
internasional.7 Prinsip nasionalitas ini menurut Shaw dibagi menjadi: 8
1. Prinsip Nasionalitas Aktif
Berdasarkan prinsip ini, suatu negara dapat mengklaim yurisdiksinya untuk
mengadili warga negaranya atas kejahatan yang dilakukannya di luar wilayah
suatu negara tersebut.
2. Prinsip Nasionalitas Pasif
Berdasarkan prinsip ini, suatu negara dapat mengklaim yurisdiksinya untuk
mengadili individu untuk kejahatan yang dilakukan diluar wilayahnya yang
memiliki akibat terhadap individu negara tersebut.
C. Protective Principle
Berdasarkan prinsip ini, suatu negara dapat mengklain yurisdiksinya atas individu
yang bukan warga negaranya yang melakukan kejahatan di luar wilayahnya yang diduga
Malcolm Shaw, International Law, Cambridge, Cambridge University Press, 2008, hlm.
652.
4
D. Universal Jurisdiction
Berdasarkan prinsip universal jurisdiction, setiap negara mempunyai yurisdiksi untuk
mengadili kejahatan-kejahatan khusus. Dasar dari prinsip ini adalah kejahatan yang dilakukan
adalah kejahatan yang ditetapkan merugikan masyarakat internasional secara keseluruhan.
Ada dua kategori yang melekat pada lingkup universal jurisdiction, yaitu kompetensi dari
suatu negara untuk menuntut dan menghukum pelaku kejahatan terlepas dari tempat kejahatn
dilakukan ataupun hubungan nasionalitas dengan negara si pelaku.11 Menurut Malanczuk
universal jurisdiction ini umumnya berlaku untuk kejahatan-kejahatan terhadap hak asasi
manusia.12
hak lintas damai (innocent pasage), dan dengan demikian lebih disukai oleh
kapal-kapal asing.
4. Selat yang digunakan untuk Pelayaran Internasional
Menurut pasal 37 yang dapat dianggap sebagai selat yang digunakan untuk
pelayaran internasional adalah perairan yang menghubungkan satu bagian laut
lepas atau zona ekonmi eksklusif dengan bagian laut dari laut lepas atau zona
ekonomi eksklusif.
Sedangkan pasal 38 memetapkan bahwa untuk selat-selat yang memenuhi
ketentuan demikian, akan berlaku rezim pelayaran yang disebut lintas transit
(transit passage).
Apabila ada bagian dari selat yang letaknya lebih dekat ke daratan utama dan
ada alur laut yang memisahkan daratan tersebut dengan suatu pulau dan dapat
memberikan kenyamanan yang sama untuk pelayaran, pada jalur pelayaran
demikian akan berlaku hak lintas damai..
Menurut Pasal 42, negara-negara tepi selat diberi kewenangan untuk
menerapkan ketentuan-ketentuan untuk menjamin keselamatan pelayaran dan lalu
lintas di selat, termasuk juga untuk mencegah dan mengurangi pencemaran laut,
serta menerapkan ketentuan-ketentuan tentang masalah saiter, bea-cukai dan
immigrasi.
5. Jalur / zona tambahan
Di luar laut teritorialnya, dalam suatu jalur / zona yang berbatasan dengannya
yang disebut jalur/zona tambahan, negara pantai dapat melaksanakan pengawasan
yang diperlukan untuk mencegah pelanggaran peraturan perundang
undangannya di bidang bea cukai, fiskal, imigrasi dan saniter.
Batas terluar jalur/zona tambahan ini tidak boleh melebihi 24 mil laut, yang
diukur dari garis pangkal yang dipakai untuk menetapkan laut teritorialnya.
Dengan demikian, luas jalur/zona tambahan suatu negara akan bergantung kepada
berapa jauh negara tersebut menetapkan lebar laut teritorialnya. Di luar
kewenangan negara pantai yang terbatas tersebut, pada dasarnya status perairan
zona tambahan tetap merupakan bagian dari laut lepas, kecuali kalau negara
pantai menetapkan zona ekonomi eksklusifnya.
6. Negara Kepulauan
hak lintas damai melalui laut teritorial dan perairan kepulauan Indonesia,
hak lintas alur alur laut kepulauan melalui perairan kepulauan melalui
perairan kepulauan Indonesia,
13
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Bandung, Tim Alumni, 2003, hlm.180.
Batas terluar landas kontinen suatu negara ditetapkan sampai pinggiran luar
tepi kontinen, atau hingga jarak 200 mil laut diukur dari garis pangkal yang
dipakai untuk menetapkan lebar laut teritorialnya, apabila pinggiran luar tepi
kontinen tidak mencapai jarak tersebut. Pinggiran luar tepi kontinen yang terletak
pada jarak melebihi 200 mil dari garis pangkal, yang akan merupakan batas
terluar dari landas kontinen suatu negaram tidak akan menghasilkan batas terluar
yang sama bagi setiap negaram karena kondisi pantai negara negara yang
berbeda 0- beda. Untuk itu konvensi menetapkan cara cara penetapan batas
terluar landas kontinen demikian, yaitu dengan menarik garis garis lurus yang
tidak melebihi 60 mil laut panjangnya, dengan menghubungkan titik titik tetap
terluar yang ketebalan batu endapannya adalah paling sedikit 1% dari jarak
terdekat antara titik tersebut dan kaki lereng kontinen. Titik titik tetatp tersebut
harus jelas koordinat-koordinat lintang dan bujurnya titik titik tetap tersebut
tidak lebih dari 60 mil laut dari kaki lereng kontinen. Titik titik tetap demikian
tidak boleh melebihi jarak 350 mil laut diukur dari garis pangkal darimana lebar
laut teritorial diukur, atau tidak akan melebihi jarak 200 mil laut dari garis
kedalaman 2.500 meter.
9. Negara-negara yang tidak berpantai dan negara-negara yang secara geografis tidak
beruntung
Negara-negara yang tidak berpantai dan negara-negara yang secara geografis
tidak beruntung memiliki hak untuk berperan atas dasar keadilan dalam kegiatan
eksploitasi dan eksplorasi bagian yang panta dari kelebihan (surplus) sumberdaya
hayati di zona ekonomi eksklusif negara pantai yang berada di kawasan atau subkawasan yang sama.
Negara negara tidak berpantai memiliki hak akses ke dan dari laut dan
kebebasan untuk transif melalui wilayah dari negara transit.
10. Laut Lepas
Setelah dihasilakannya Konvensi Hukum Laut 1982, bs terluar laut teritorial
menjadi 12 mil. Sama halnya dengan kebebasan di laut lepas (Konvensi Jenewa
1958) juga telah dikurangi. Di Laut lepas setia negara dapat menikmati
kebebasan-kebebasan di laut lepas, seperti kebebasan untuk berlayar, melakukan
penerbangan, memasang kabel dan pipa di bawah laut, membangun pulau buatan
dan instalasi lain nya, menangkap ikan, dan melakukan riset ilmiah kelautan.14
Kemudian kebebasan untuk menangkap ikan dilaut lepas hingga jarak 200 mil
dihapuskan karena digantikan dengan Zona Ekonomi Eksklusif serta seriap
negara wajib untuk menetapkan tindakan pengelolaan dan konservasi.
11. Kawasan
Kawasan atau lebih dikenal dengan The Area merupakan dasar laut dan dasar
samudera dalam beserta tanah di bawahnya yang terletak di luar yurisdiksi
nasional, yang secara geologis tidak termasuk kedalam pengertian tepian
kontinen. Atau dapat dikatakan bahwa kawasan ialah daerah dasar laut dan tanah
di bawahnya yang terletak di luar batas terluar landas kontinen suatu negara.15
Pada
kawasan
ini
negara-negara
tidak
memiliki
kebebasan
untuk
penambangan
yang
kemudian
menyertakan
dua
wilayah
14
15
Ibid. hlm.189.
Ibid. hlm.189.
16
DAFTAR PUSTAKA
Malanczuk, Peter, Modern Introduction to International Law, New York: Routledge, 1997.
Shaw , Malcolm, International Law, Cambridge: Cambridge University Press, 2008.
Kusumaatmadja, Mochtar, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: Tim Alumni, 2003.