Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Faris Atha

NPM : 2003101010252

MK : HUKUM LAUT INTERNASIONAL- C

JAWAB

1. Hak dan kewenangan negara pantai di laut territorial yang saya ketahui yaitu Setiap
Negara mempunyai hak untuk menetapkan lebar laut teritorialnya sampai suatu batas yang
tidak melebihi 12 mil laut, diukur dari garis pangkal yang ditentukan sesuai dengan Konvensi
ini.

 -.Kedaulatan suatu Negara pantai, selain wilayah daratan dan perairan pedalamannya,
dan dalam hal suatu Negara kepulauan dengan perairan kepulauannya, meliputi pula
suatu jalur laut yang berbatasan dengannya yang dinamakan laut teritorial.
 Kedaulatan ini meliputi ruang udara di atas laut serta dasar laut dan lapisan tanah
dibawahnya.
 Kedaulatan atas laut teritorial dilaksanakan dengan tunduk pada Konvensi ini dan
peraturan-peraturan lainnya dari hukum internasional.

Kewenangan negara pantai untuk membuat peraturan terkait laut teritorial berdasarkan
UNCLOS adalah:

1) Negara pantai tidak boleh membuat peraturan untukmenghalangi kapal asing dengan
hak lintas damai. Hal ini diatur lebih lanjut dalam Pasal 24 ayat (1) UNCLOS;

2) Negara tidak dapat memungut bayaran dari kapal dengan hak lintas damai. Hal ini
diatur dalam Pasal 26 UNCLOS;

3) Peraturan yang dibuat oleh negara pantai ini tidak boleh mengandung unsur
diskriminasiterhadap kapal negara manapun yang membawa muatan ke, dari atau atas
nama negara manapun.Hal ini diatur lebih lanjut dalam Pasal 24 ayat (1) UNCLOS;

4) Negara pantai boleh membuat peraturan terkait pelayaran,pencemaran, perikanan,


dan sebagainya sesuai dengan ketentuan yang ada pada Pasal 21 UNCLOS;
5) Semua kapal, baik itu kapal dengan hak lintas damai ataupun bukan, wajib mematuhi
hukum yang berlaku di laut teritorial dari negara pantai yang bersangkutan.

Perbedaannya dengan kewenangan negara pantai di wilayah ZEE adalah :

Pasal 56 Hak-hak, yurisdiksi dan kewajiban Negara pantai dalam zona ekonomi eksklusif

1. Dalam zona ekonomi eksklusif, Negara pantai mempunyai :

(a) Hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi, konservasi dan
pengelolaan sumber kekayaan alam, baik hayati maupun non-hayati, dari perairan di
atas dasar laut dan dari dasar laut dan tanah di bawahnya dan berkenaan dengan
kegiatan lain untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi ekonomi zona tersebut, seperti
produksi energi dari air, arus dan angin1

2. Pasal 17 Hukum Laut Internasional yaitu Dengan tunduk pada Konvensi ini, kapal semua
Negara, baik berpantai maupun tak berpantai, menikmati hak lintas damai melalui laut
teritorial. Kemudian diatur juga dalam pasal 19 (ayat 1) menjelaskan yang dimaksud
dengan Hak Lintas Damai yaitu sepanjang tidak mengganggu ketentraman, ketertiban,
atau keamanan Negara pantai. Lintas tersebut harus dilakukan sesuai dengan ketentuan
Konvensi ini dan aturan hukum internasional lainnya. Dan dalam ayat (2) mencantumkan
12 kegiatan yang apabila salah satunya dilakukan, kapal asing harus dianggap
membahayakan ketentraman, ketertiban atau keamanan Negara pantai. 2

3. Pasal 87 ayat 1 mengatur Laut lepas terbuka untuk semua Negara, baik Negara pantai
atau tidak berpantai. Kebebasan laut lepas, dilaksanakan berdasarkan syarat-syarat yang
ditentukan dalam Konvensi ini dan ketentuan lain hukum internasional. Kebebasan laut
lepas itu meliputi, inter alia, baik untuk Negara pantai atau Negara tidak berpantai :

(a) kebebasan berlayar;

(b) kebebasan penerbangan;

(c) kebebasan untuk memasang kabel dan pipa bawah laut, dengan tunduk pada
Bab VI;

1
Arie Afriansyah. 2015. Kewenangan Negara Pantai Dalam Mengelola Wilayah Laut. Jurnal Hukum dan
Pembangunan. Hal 624 Vol. 45 (4).
2
Pasa 17 dan 19 UNCLOS 1982
(d) kebebasan untuk membangun pulau buatan dan instalasi lainnya yang
diperbolehkan berdasarkan hukum internasional, dengan tunduk pada Bab VI;

(e) kebebasan menangkap ikan, dengan tunduk pada persyaratan yang tercantum
dalam bagian 2;

(f) kebebasan riset ilmiah, dengan tunduk pada Bab VI dan XIII.

Dan juga yang terkait yaitu

 Pasal 95 Kekebalan kapal perang dilaut lepas


Kapal perang di laut lepas memiliki kekebalan penuh terhadap yurisdiksi Negara
manapun selain Negara bendera.

 Pasal 96 Kekebalan kapal yang hanya digunakan untuk dinas


pemerintah non-komersial. Kapal yang dimiliki atau dioperasikan oleh suatu Negara
dan digunakan hanya untuk dinas pemerintah non-komersial di laut lepas, memiliki
kekebalan penuh terhadap yurisdiksi Negara lain manapun kecuali Negara bendera.
 pasal 97 Yurisdiksi pidana dalam perkara tubrukan laut atau tiap insiden pelayaran
lainnya menyebutkan bahwa
1. Dalam hal terjadinya suatu tubrukan atau insiden pelayaran lain apapun yang
menyangkut suatu kapal laut lepas, berkaitan dengan tanggung jawab pidana atau
disiplin nakhoda atau setiap orang lainnya dalam dinas kapal, tidak boleh diadakan
penuntutan pidana atau disiplin terhadap orang-orang yang demikian kecuali di
hadapan peradilan atau pejabat administratif dari atau Negara bendera atau Negara
yang orang demikian itu menjadi warganegaranya.
2. Dalam perkara disiplin, hanya Negara yang telah mengeluarkan ijazah nakhoda atau
sertifikat kemampuan atau ijin yang harus merupakan pihak yang berwenang,
setelah dipenuhinya proses hukum sebagaimana mestinya, untuk menyatakan
penarikan sertifikat demikian, sekalipun pemegangnya bukan warganegara dari
Negara yang mengeluarkannya.
3. Tidak boleh penangkapan atau penahanan terhadap kapal, sekalipun sebagai suatu
tindakan pemeriksaan, diperintahkan oleh pejabat manapun kecuali oleh pejabat
pejabat dari Negara bendera.3
3
UNCLOS 1982 JURNAL
4. Pentingya HLI dewasa ini yaitu hukum kelautan sangatlah penting untuk mengelola,
mengatur dan menguasai wilayah yang terdapat di laut, darat dan udara. Selain itu
juga berbagai kekayaan alam yang hadir di dalamnya. Adanya hukum laut dalam suatu
negara membuat semakin memperkuat eksistensi suatu negara di dunia, namun tak
hanya hukum laut saja yang penting keberadaan rakyat yang beraktivitas dan
bermukim di dalam tempat tersebut, adanya rakyat yang banyak, serta batas – batas
negara yang jelas sangatlah penting bagi terbentuknya suatu negara. Indonesia
menggunakan Asas Archipelago sebagai dasar dari hukum laut. Asas tersebut
digunakan oleh negara Indonesia menjadi salah satu negara kepulauan. Pada sidang
yang diadakan pada Desember 1957, telah resmi diumumnkan bahwa perairan
Indonesia tidak memandang lebar dan luas merupakan salah satu bagian dari perairan
nasional dibawah kedaulatan negara Indonesia. Berbagai aktivitas yang dilakukan di
dalam perairan pedalaman pada daerah asing kini menjadi dijamin oleh negara serta
tidak ada lagi yang mengganggu ataupun bertentangan dengan keselamatan dan
kedaulatan negara Indoenesia. Keberadaan batas laut Indonesia sebelumnya adalah 3
mil, namun kini semakin diperluas menjadi 12 mil dan diukur melalui garis yang
menghubungkan beberapa titik dari ujung terluar setiap pulau di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai