Anda di halaman 1dari 3

NAMA: MUHAMMAD RHIZSANDY

BP : 1810113080
MATKUL: HUKUM LAUT

HUKUM LAUT
INTERNASIONAL
KEWENANGAN DILAUT LEPAS
 
laut lepas merupakan kawasan atau wilayah yang dipergunakan bersama untuk
umat manusia yang pada dasarnya bahwa segala hak terhadap kekayaan yang berada
di kawasan area merupakan hak setiap umat manusia untuk antar negara dapat
memamfaatkannya secara keseluruhan. laut lepas itu sendiri merupakan laut di luar
yurisdiksi nasional negara-negara disebut laut bebas atau “high seas”. Pemanfaatan
laut bebas dilaksanakan berdasarkan prinsip “warisan bersama umat manusia”
(common heritage of mankind), yang berarti bahwa manfaat laut bebas, baik aspek
navigasi maupun aspek sumber daya alam yang dikandungnya, harus dapat dinikmati
oleh seluruh umat manusia dan tidak boleh dimonopoli oleh satu atau beberapa negara
kuat saja.
Kawasan laut lepas ini adalah kawasan yang dimaksudkan untuk damai bagi
semua Negara-negara. Karena di kawasan ini, Negara-negara mempunyai kebebasan
untuk melakukan pelayaran, memasang kabel dan pipa-pipa dibawah laut, bebas
terbang diatasnya, menangkap ikan, riset ilmiah dan lain sebagainya, asalkan tidak
menimbulkan konflik-konflik antar negara anggota UNCLOS 1982.
Laut lepas terbuka bagi semua Negara, baik Negara yang berpantai maupun
yang tidak berpantai kebebasan di laut lepas ini di antara lain:
(a) kebebasan berlayar
(b) kebebasan untuk terbang di atasnya
(c) kebebasan meletakkan kabel dan pipa di bawah laut
(d) kebebasan membangun pulau-pulau buatan dan instalasi lainnya
(e) kebebasan menangkap ikan
 (f) kebebasan melakukan riset ilmiah
Kebebasan ini harus dilaksanakan oleh negara-negara dengan pertimbangan
kepentingan negara lain, serta hak-hak yang tercantum dalam konvensi mengenai
eksploitasi kawasan dasar laut dalam (pasal 87). Laut lepas harus digunakan hanya
untuk maksud-maksud damai dan tidak ada satu negara pun dapat menyatkan
kedaulatannya terhadap bagian dari laut lepas ini ( pasal 88 dan pasal 89).
Sangat jelas bahwa laut lepas merupakan wilayah laut yang tidak merupakan
wilayah teritorial dari suatu negara. Laut yang tidak merupakan wilayah teritorial dari
negara manapun maka laut lepas merupakan laut yang bebas atau dikenal dengan
istilah res nullius dimana laut merupakan wilayah perairan yang tidak dimiliki oleh
siapa pun yang artinya laut lepas dapat dimanfaatkan oleh setiap negara baik negara
berpantai maupun negara tidak berpantai. Tetapi pemanfaatan laut lepas hanya untuk
kepentingan damai dan tidak ada suatu negara yang boleh mengklaim bagian laut
lepas menjadi miliknya ada berada dibawah kedaulatanya. Hukum di laut lepas diatur
dalam Konvensi Hukum Laut 1982 part VII pasal 86 sampai 120. Dengan adanya
kebebasan yang diberikan oleh Konvensi Hukum Laut 1982 kepada setiap negara baik
negara berpantai maupun negara tidak berpantai maka dengan sendirinya negara telah
memiliki hak dan kewajiban untuk dapat memanfaatkan laut lepas semaksimal
mungkin dengan tujuan damai. Kebebasan di laut lepas dapat dilaksananakan dengan
mematuhi syarat-syarat yang diberikan oleh Konvensi Hukum Laut 1982 dan syarat
yang diberikan oleh Hukum Internasional. Dengan adanya kebebasan yang diberikan
ini maka negara mendapatkan keuntungan untuk dapat memanfaatkan wilayah laut
lepas ini demi kepentingan negaranya tanpa merugikan negara lain atau pihak lain.
Tetapi selain memiliki hak untuk memanfaatkan wilayah laut lepas ini negara pun
terikat dengan kewajibannya untuk tidak melakukan tindakan yang dapat merugikan
pihak lain atau tindakan yang dapat merusak wilayah laut lepas itu sendiri. Setiap
negara memang diberikan kebebasan untuk memanfaatkan laut lepas tetapi kebebasan
yang diberikan bukanlah kebebebasan tanpa batas dan tanpa aturan.
Kebebasan untuk memanfaatkan laut lepas diatur dalam Konvensi Hukum
Laut 1982 dan memiliki syarat dan ketentuan yang harus dilakukan, sehingga
terhadap kebebasan di laut bebas tersebut terdapat beberapa pengecualian yang sama
sekali tidak boleh dilakukan di laut lepas. Pengecualian kebebasan di laut lepas
tersebut antara lain adalah Perompakan laut (piracy), pengejaran seketika (hot
persuit), penangkapan ikan dan pencemaran di laut lepas.

 Pemanfaatan Area dan Laut Lepas Berdasarkan UNCLOS 1982


Istilah laut lepas (high seas) pada mulanya berarti seluruh bagian laut yang
tidak termasuk perairan pedalaman dan laut teritorial dari suatu negara. Pada
konperensi Kodifikasi Den Haag 1930 atas prakarsa Liga Bangsa-Bangsa walaupun
disetujui mempertimbangkan laut teritorial sebagai bagian dari wilayah negara pantai,
dan perairan di luarnya adalah laut lepas, tetapi konperensi tersebut mengalami
kegagalan dalam menentukan lebar laut teritorial. Kemudian konsepsi laut bebas ini
lebih jelas terlihat di dalam pasal 2 dari Konvensi Genewa 1958 tentang laut lepas,
yang menyatakan bahwa laut lepas adalah terbuka untuk semua bangsa, tidak ada
suatu negarapun secara sah dapat melakukan pemasukan bagian dari laut lepas ke
daerah kedaulatannya. Laut lepas dimaksudkan untuk kepentingan perdamaian dan
tidak suatu negarapun yang dapat melakukan klaim kedaulatannya atas bagian laut
lepas.
Kebebasan pertama di laut lepas adalah kebebasan berlayar. Pasal 90
UNCLOS 1982 menyatakan bahwa “Setiap Negara, baik berpantai atau tidak
berpantai, mempunyai hak untuk melayarkan kapal di bawah benderanya di laut
lepas”.Mengingat bagian bumi ini terdiri dari daratan yang dipisahkan oleh hamparan
laut maka pelayaran dibagian laut sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
kehidupan khususnya sebagai sarana transportasi dan dengan adanya kebebasaan
untuk menggunakan laut lepas untuk berlayar maka negara diberikan kemudahan dan
keuntungan. Kapal yang berlayar harus mengibarkan bendera negaranya sebagai tanda
yurisdiksi yang tunduk dalam kapal tersebut. Negara bendera kapal harus
memperhatikan ketentuan pasal 91 mengenai syarat berlayar di laut lepas menyangkut
kebangsaan kapal, pendaftaran atau registrasi dan bendera kapal.
Kebebasan kedua yaitu kebebasan penerbangan dalam pasal 87 ayat (1) dan
(2) Semua negara baik negara pantai maupun tidak berpantai mempunyai kebebasan
untuk melakukan penerbangan di ruang udara di atas laut lepas, dengan
memperhatikan kepentingan negara lain. Kebebasan yang diberikan Konvensi Hukum
Laut 1982 lainnya, penerbangan diatas laut lepas harus dilaksanakan dengan
memperhatikan syarat dan ketentuan baik dalam Konvensi Hukum Laut 1982 maupun
ketentuan hukum internasional lainnya. Juga penerbangan diatas laut lepas hanya
dilakukan dengan tujuan damai dengan memperhatikan kepentingan negara lain tanpa
merugikan mereka.
Kebebasan ketiga menurut pasal Pasal 112 ayat (1) menyatakan bahwa
“Semua Negara mempunyai hak untuk memasang kabel dan pipa bawah laut di atas
dasar laut lepas di luar landas kontinen.” Setiap negara berhak memasang kabel atau
pipa bawah laut dengan memperhatikan juga ketentuan dalam konvensi hukum laut
1982 yang berkaitan dengan landas kontinen yaitu pada pasal 79 paragraf 5. Pasal 113
menyatakan Setiap Negara harus menetapkan peraturan perundang undangan yang
diperlukan untuk mengatur bahwa pemutusan atau kerusakan pada kabel bawah laut
di bawah laut lepas yang dilakukan dengan sengaja atau karena kelalaian yang sangat
oleh sebuah kapal yang mengibarkan benderanya atau oleh seorang yang tunduk pada
yurisdiksinya dan pasal 115 menyatakan Setiap Negara harus menetapkan peraturan
perundang-undangan yang diperlukan untuk menjamin bahwa pemilik kapal yang
dapat membuktikan bahwa mereka telah mengorbankan sebuah jangkar, sebuah jaring
atau peralatan penangkapan ikan lainnya dalam usaha untuk mencegah terjadinya
kerusakan pada kabel atau pipa bawah laut.
Kebebasan ke empat setiap negara baik negara berpantai maupun negara tidak
berpantai memiliki kebebasan untuk membuat pulau buatan atau instalasi lainnya
diatas laut lepas dengan tunduk pada bagian VI konvensi hukum laut 1982. Artinya
pulau buatan, instalasi dan bangunan tidak mempunyai status pulau. Pulau buatan,
instalasi dan bangunan tidak mempunyai laut teritorialnya sendiri, dan kehadirannya
tidak mempengaruhi penetapan batas laut teritorial, zona ekonomi eksklusif atau
landas kontinen. Ketentuan dalam pasal ini sangatlah jelas berkaitan dengan status
pulau buatan dan instalasi lainnya. Kebebasan ke lima yaitu setiap negara baik yang
berpantai maupun negara tidak berpantai dapat memanfaatkan kebebasan di laut lepas
berupa kebebasan menangkap ikan dengan memperhatikan syarat dan ketentuan yang
ada juga tetap memelihara lingkungan laut lepas itu sendiri. Kebebasan yang ke enam
menurut Pasal 238
“Semua Negara, tanpa memandang letak geografisnya dan organisasi-organisasi
internasional yang kompeten, berhak mengadakan riset ilmiah kelautan dengan
memperhatikan hak dan kewajiban Negara-negara lain sebagaimana ditentukan dalam
Konvensi ini.” Serta dalam Pasal 239 dinyatakan bahwa ”Negara-negara dan
organisasi-organisasi internasional yang kompeten harus menggalakan dan
memudahkan pengembangan dan penyelenggaraan riset ilmiah kelautan sesuai
dengan Konvensi ini.”

Anda mungkin juga menyukai