Anda di halaman 1dari 6

1.

Fungsi, Tugas, Wewenang dan Hak DPRD

FUNGSI DPRD
DPRD memiliki tiga fungsi, yaitu :
o Legislasi, berkaitan dengan pembentukan peraturan daerah
o Anggaran, Kewenangan dalam hal anggaran daerah(APBD)
o Pengawasan, Kewenangan mengontrol pelaksanaan perda dan peraturan
lainnya serta kebijakan pemerintah daerah.

TUGAS, WEWENANG, dan HAK


Tugas dan wewenang DPRD adalah:
o Membentuk peraturan daerah bersama kepala daerah.
o Membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah
mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang diajukan oleh
kepala daerah.
o Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan APBD.
o Mengusulkan: 
 Untuk DPRD provinsi, pengangkatan/pemberhentian gubernur/wakil
gubernur kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri untuk mendapatkan
pengesahan pengangkatan/pemberhentian.
 Untuk DPRD kabupaten, pengangkatan/pemberhentian bupati/wakil
bupati kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur.
 Untuk DPRD kota, pengangkatan/pemberhentian wali kota/wakil wali
kota kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur.
 Memilih wakil kepala daerah (wakil gubernur/wakil bupati/wakil wali
kota) dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah.
o Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap
rencana perjanjian internasional di daerah.
o Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang
dilakukan oleh pemerintah daerah.
o Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
o Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah lain atau
dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.
o Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
o Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan.
 
DPRD memiliki hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat. Anggota
DPRD memiliki hak mengajukan rancangan peraturan daerah, mengajukan
pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, memilih dan dipilih, membela diri,
imunitas, mengikuti orientasi dan pendalaman tugas, protokoler, serta keuangan dan
administratif.
DPRD berhak meminta pejabat negara tingkat daerah, pejabat pemerintah daerah,
badan hukum, atau warga masyarakat untuk memberikan keterangan. Jika permintaan
ini tidak dipatuhi, maka dapat dikenakan panggilan paksa (sesuai dengan peraturan
perundang-undangan). Jika panggilan paksa ini tidak dipenuhi tanpa alasan yang sah,
yang bersangkutan dapat disandera paling lama 15 hari (sesuai dengan peraturan
perundang-undangan).
2. Produk Hukum Daerah

Dalam pelaksanaan otonomi daerah, daerah-daerah di Indonesia memiliki


kewenangan untuk menghasilkan produk hukumnya sendiri, yang dinamakan Produk
Hukum Daerah. Apakah produk hukum daerah itu? Apa saja jenis-jenisnya?

Produk hukum daerah adalah produk-produk hukum yang dihasilkan oleh daerah
provinsi dan daerah kabupaten/kota. Ditinjau dari sifatnya, produk hukum daerah
dapat dibagi menjadi dua. Pertama, produk hukum daerah yang bersifat pengaturan.
Kedua, produk hukum daerah yang bersifat penetapan.

Produk hukum daerah yang bersifat pengaturan ada tiga macam: peraturan daerah,
peraturan kepala daerah, dan peraturan bersama kepala daerah. Dalam praktiknya,
peraturan daerah atau disingkat Perda dapat memiliki nama lain yang setara
derajatnya, seperti Qanun di Aceh dan Perdasi di Papua. Sedangkan peraturan kepala
daerah dapat berwujud peraturan gubernur, peraturan bupati, atau peraturan walikota. 
Adapun produk hukum daerah yang bersifat penetapan adalah keputusan kepala
daerah dan penetapan kepala daerah.

Dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006, disebutkan
bahwa “penyusunan produk hukum daerah yang bersifat pengaturan dilakukan
berdasarkan Prolegda”, atau Program Legislasi Daerah.

Di tingkat provinsi, Prolegda disusun bersama antara Pemerintah Provinsi dengan


DPRD Provinsi. Prolegda ini ditetapkan untuk jangka waktu satu tahun berdasarkan
skala prioritas. Penyusunan dan penetapan Prolegda dilakukan setiap tahun sebelum
penetapan Raperda Provinsi tentang APBD Provinsi. Namun demikian, dalam
keadaan tertentu, DPRD Provinsi atau Gubernur dapat mengajukan Raperda Provinsi
di luar Prolegda Provinsi.

Ketentuan tentang perencanaan dan penyusunan Peraturan Daerah Provinsi tersebut


juga berlaku secara mutatis mutandis terhadap perencanaan dan penyusunan
peraturan daerah di level kabupaten atau kota.

Jika daerah memiliki kewenangan membuat produk hukum, bolehkah produk hukum
daerah memuat ketentuan pidana? Pasal 15 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menyebutkan bahwa materi
yang mencakup ketentuan pidana hanya dapat dimuat di Undang-Undang, Peraturan
Daerah Provinsi, dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Artinya, produk hukum
daerah yang berupa Perda atau yang setara dengannya dapat memuat ketentuan
pidana. Namun demikian, ketentuan pidana tersebut dibatasi dalam bentuk ancaman
pidana kurungan paling lama 6 bulan atau pidana denda paking banyak Rp 50 juta.
3. Perencanaan Pembangunan daerah

Perencanaan pembangunan suatau daerah adalah  pekerjaan yang sangat penting,


sebab dengan perencanaan kita dapat membaca dan merencana mau dibawa kemana
daerah kedepannya, tentunya dengan tetap melihat potensi dan sumber daya yang ada.
Dalam UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional menjelaskan bahwa perencanaan sebagai suatu proses untuk menentukan
tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan
sumber daya yang tersedia dalam daerah tersebut.
Dan  PP 8 Tahun 2008 menjelaskan bahwa pembangunan daerah merupakan
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat
yang nyata. Baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha,
akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing, ataaupun peningkatan indeks
pembangunan manusianya. Jadi dapat kita simpulkan  bahwa Perencanaan
Pembangunan Daerah menurut PP 8 Tahun 2008 merupakan suatu proses penyusunan
tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan
didalamnya, yang mempunyai tujuan yaitu pemanfaatan dan pengalokasian sumber
daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu
lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu.

- Bentuk perencanaan pembangunan suatu daerah


Suatu perencanaan yang tepat merupakan perencanaan yang dilakukan dengan
tetap mendasarkan pada data dan informasi yang akurat dan faktual, valid dan
akuntabel. Yaitu dengan tetap mempertimbangkan sumber daya dan potensi yang
dimiliki daerah tersebut. Di dalam proses penyusunan perencanaan tentunya
dilakukan dengan terlebih dahulu mengkaji berbagai indikator perkembangan di
daerah diantaranya pertumbuhan ekonomi, Indeks Pembangunan
Manusia (IPM), tingkat inflasi, tingkat pengangguran, tingkat kemiskinan dan
beberapa indikator lainnya dan yang paling penting adalah kondisi keuangan daerah.
Perlu di perhatikan bahwa perencanaan pembangunan di daerah harus
memperhatikan adanya koordinasi, sinkronisasi dan integrasi dengan
perencanaan pembangunan nasional. Sebab capaian tujuan pembangunan daerah
harus mempunyai sifat mendukung pencapaian tujuan pembangunan secara
menyeluruh. Pastinya perencanaan pembangunan harus berpedoman pada Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional.

- Bagaimana Perencanaaan Pembangunan Menurut Pasal 2 PP 8 Tahun 2008 ?


Terdapat beberapa pengertian yang teradapat dalam Pasal 2 PP 8 Tahun 2008.
Yang di antaranya dapat Anda baca di bawah ini :
1. Perencanaan suatu pembangunan daerah adalah satu kesatuan dalam sistem
perencanaan pembangunan nasional.
2. Perencanaan suatu pembangunan daerah dilakukan dan di laksanakan pemerintah
daerah bersama para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan
masing-masing.
3. Perencanaan suatu pembangunan daerah mengintegrasikan atau mementingakan
rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah.
4. Perencanaan suatu pembangunan daerah dilakukan berdasarkan kondisi dan
potensi yang dipunyai masing-masing daerah, yang disesuaikan dinamika
perkembangan daerah dan nasional.

-Manfaat Perencanaan Pembangunan suatu daerah


Dari semua penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa secara garis
besar perencanaan pembangunan adalah suatu usaha yang di lakukan oleh pemerintah
setempat. Hal ini bertujuan untuk membangun daerah yang lebih baik dengan tetap
memperhatikan segala sesuatu yang ada dalam daerah itu. Seperti potensi wisata,
potensi pertanian dan yang lainnya. Dengan begitu semua sumber daya yang ada akan
dapat di manfaatkan. Dapat di jadikan sebuah jalan untuk menambah kas daerah
tersebut demi kesejahteraan rakyatnya.
Anda tentu dapat menilai bagaimana suatu daerah yang mempunyai perencanaan
pembangunan yang tepat pada daerah yang di kelola oleh pemerintah setempat. Dapat
di pastikan daerah tersebut akan sangat maju pesat dalam segala bidang,
pariwisatanya akan terkenal dan keunganpun juga akan sangat bagus. Lalu kapan
daerah di Indonesia ini akan merata untuk urusan perekonomian ? Itu merupakan
suatu tugas yang di emban pemerintah dalam setiap jawabatan yang mereka duduki
saat ini.

4.Keuangan Daerah BUMD DAN APBD

- BUMD

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah telah


mengamanatkan penyusunan Peraturan Pemerintah tentang BUMD. Selain dari pada
itu, dengan telah dicabutnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang
Perusahaan Daerah setelah terbitnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, penyusunan Peraturan Pemerintah ini perlu disusun untuk
mengisi kekosongan hukum terkait pengaturan mengenai BUMD.

Beberapa hal yang mendorong perlu adanya dasar hukum pengelolaan BUMD antara
lain, BUMD dianggap masih belum memiliki etos kerja, terlalu birokratis, inefisien,
kurang memiliki orientasi pasar, tidak memiliki reputasi yang baik, profesionalisme
yang rendah, dan masih banyak Pemerintah Daerah yang melakukan intervensi yang
berlebihan terhadap BUMD, serta ketidakjelasan antara menghasilkan profit dan di
sisi lain dituntut untuk memiliki fungsi sosial terhadap masyarakat dapat
menyebabkan BUMD tidak fokus terhadap misi utamanya. Dalam rangka mendorong
pembangunan daerah, peran BUMD dirasakan semakin penting sebagai perintis dalam
sektor usaha yang belum diminati usaha swasta, sebagai pelaksana pelayanan publik,
penyeimbang kekuatan pasar, dan turut membantu pengembangan usaha kecil dan
menengah. BUMD tertentu juga dapat berfungsi sebagai salah satu penyumbang bagi
penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi.

BUMD merupakan badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki
oleh Daerah. BUMD didirikan dengan tujuan untuk memberikan manfaat bagi
perkembangan perekonomian Daerah pada umumnya, menyelenggarakan
kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu bagi
pemenuhan hajat hidup masyarakat sesuai kondisi, karakteristik, dan potensi Daerah
yang bersangkutan berdasarkan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik. Peraturan
Pemerintah ini mengatur antara lain kewenangan kepala Daerah pada BUMD,
pendirian, modal, organ dan kepegawaian, satuan pengawas intern, komite audit dan
komite lainnya, perencanaan, operasional dan pelaporan, Tata Kelola Perusahaan
Yang Baik, pengadaan barang dan jasa, kerjasama, pinjaman, penggunaan laba, anak
perusahaan, penugasan pemerintah kepada BUMD, evaluasi, Restrukturisasi,
perubahan bentuk hukum, dan Privatisasi, penggabungan, peleburan, pengambilalihan
dan pembubaran BUMD, kepailitan, pembinaan dan pengawasan, serta ketentuan
lain-lain seperti pengaturan mengenai asosiasi BUMD.

- APBD
Pengertian APBD
Diambil dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Kebudayaan, APBD merupakan salah satu instrumen kebijakan yang digunakan
sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat di
daerah. Menurut Permendagri Nomor 21 Tahun 2011,
APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan
disetujui oleh pemerintah daerah dan DPRD, serta ditetapkan dengan peraturan
daerah. APBD merupakan instrument kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah.
Anggaran daerah juga digunakan sebagai alat untuk menentukan besar pendapatan
dan pengeluaran. Baca juga: Defisit Anggaran: Faktor, Dampak, dan Cara
Mengatasinya Selain itu membantu pengambilan keputusan dan perencanaan
pembangunan, serta otorisasi pengeluaran di masa-masa yang akan datang.
Unsur APBD
Terdapat beberapa unsur APBD, yaitu: Rencana kegiatan suatu daerah, beserta
uraiannya secara rinci. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal
untuk menutupi biaya terkait aktivitas tersebut. Adanya biaya yang merupkaan batas
maksimal pengeluaran yang akan dilaksanakan. Jenis kegiatan dan proyek yang
dituangkan dalam bentuk angka Periode anggaran yang biasanya satu tahun
Jenis APBD
Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 157, sumber pendapatan
maupun juga penerimaan daerah terdiri dari: Pendapatan Asli Daerah (PAD) PAD
yang dimaksud terbagi menjadi empat kelompok pendapatan, di antaranya: Pajak
Daerah terdiri dari pajak hotel, restoran, hiburan, reklame, penerangan jalan,
pengambilan bahan galian golongan C, dan parkir. Retribusi daerah Hasil pengelolaan
kekayaan yang dimiliki daerah. Dipisahkan menjadi tiga bagian, yaitu bagian laba
atas penyertaan modal pada BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada
perusahaan BUMN, dan bagian laba penyertaan modal pada perusahaan swasta. PAD
lainnya yang sah berasal dari lain-lain milik Pemda. Misalnya hasil penjualan aset
daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, penerimaan atas tuntutan
ganti rugi daerah, dan lainnya. Baca juga: Sekda DKI: APBD 2019 Akan Terserap
83,42 Persen Kemandirian APBD berkaitan erat dengan kemandirian PAD. Hal ini
karena semakin besar sumber pedapatan dari potensi daerah, maka daerah akan
semakin leluasa untuk mengakomodasikan kepentingan masyarakat. Di mana
kepentingan masyarakat tanpa muatan kepentingan pemerintah pusat yang tidak
sesuai dengan kebutuhan masyarakat di daerah. Dana bagi hasil Menurut PP No 55
Tahun 2005 Pasal 19 Ayat 1, dana bagi hasil (DBH) terdiri atas pajak dan sumber
daya alam. DBH pajak meliputi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bagian Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Pajak Penghasilan. Sedangkan DBH
sumber daya alam meliputi kehutanan, pertambangan umum, perikanan,
pertambangan minyak bumi, pertambangan gas, dan pertambangan panas bumi.
Besaran DBH sebagai berikut: Besaran dana bagi hasil penerimaan negara dari PBB
dengan imbangan 10 persen untuk daerah. Besaran dana bagi hasil penerimaan negara
dari BPHTB dengan imbangan 20 persen untuk pemerintah dan 80 persen untuk
daerah. Besaran dana bagi hasil pajak penghasilan dibagikan kepada daerah sebesar
20 persen. Dana bagi hasil dari sumber daya alam ditetapkan masing-masing seusai
peraturan perundang-undangan. Dana alokasi umum Dana alokasi umum (DAU)
merupakan dana yang berasal dari APBN, dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya
dalam rangka pelaksanaa desentralisasi. Cara menghitung DAU sesuai ketentuannya
sebagai berikut: DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 25 persen dari penerimaan
dalam negeri yang ditetapkan dalam APBN. DAU untuk daerah provinsi dan
kabupaten/kota ditetapkan masing-masing 10 persen dan 90 persen dari dana alokasi
umum. DAU untuk suatu daerah kabupaten atau kota tertentu ditetapkan berdasarkan
perkalian jumlah dana alokasi umum untuk daerah kabupaten atau kota yang
ditetapkan APBN dengan porsi daerah kabupaten atau kota. Porsi daerah kabupaten
atau kota sebagaiman dimaksud diatas merupakan proporsi bobot daerah kabupaten
atau kota di seluruh Indonesia. DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah
fiskal suatu daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah dan potensi
daerah. Baca juga: Ketika Sri Mulyani Geregetan dengan Pengelolaan Anggaran
Pemda... Dana alokasi khusus Menurut UU No 33 Tahun 2004, dana alokasi khusus
(DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada
daerah tertentu. Tujuan DAK untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Kegiatan khusus
tersebut adalah: Kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan alokasi umum.
Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional.
Fungsi APBD
Pada Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, APBD memiliki beberapa fungsi, di
antaranya: Fungsi otorisasi APBD bisa melaksanakan pendapatan dan belanja daerah
di tahun bersangkutan. Fungsi perencanaan APBD menjadi sebuah pedoman bagi
manajemen di dalam hal merencanakan sebuah aktivitas atau kegiatan pada tahun
yang bersangkutan. Fungsi pengawasan APBD menjadi sebuah pedoman untuk bisa
menilai apakah aktivitas penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan. Fungsi alokasi APBD diarahkan untuk bisa menciptakan lapangan
kerja maupun mengurangi pengangguran. Serta meningkatkan efesiensi serta
efektivitas perekonomian. Baca juga: Kementerian Koperasi dan UKM akan
Berbenah Sebelum Dapat Anggaran Besar Fungsi distribusi APBD harus
memperhatikan pada rasa keadilan serta kepatutan. Fungsi stabilitasi APBD menjadi
alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian
pada suatu daerah.
Tujuan APBD
APBD disusun sebagai pedoman pemerintah daerah dalam mengatur penerimaan serta
belanja. Berikut beberapa tujuan APBD, di antaranya: Membantu pemerintah daerah
mencapai tujuan fiskal. Meningkatkan pengaturan atau juga kordinasi tiap bagian
yang berada di lingkungan pemerintah daerah. Menciptakan efisiesnsi terhadap
penyediaan barang dan jasa. Menciptakan prioritas belanja pemerintah daerah.

Anda mungkin juga menyukai