Anda di halaman 1dari 10

ZONA

LAUT BEBAS
KELOMPOK 6

REGULASI DAN
KEBIJAKAN KELAUTAN
ANGGOTA KELOMPOK 6 :

Juliana Patrisia
Elysia Tanya Putri
Muhammad Bahy A.
Hafidz Hakeem H.
Aura Azmi Mutia
DEFINISI
Res Nullius
Sebagai Res Nullius, laut lepas adalah laut bebas yang tidak ada yang memilikinya.
Tetapi, teori ini mempunyai akibat yang negative, misalnya suatu negara dapat
memiliki laut tersebut karena ia mempunyai kemampuan teknik untuk itu dan setidak-
tidaknya berbuat semaunya disana seolah-olah laut tersebut merupakan miliknya.

Res Communis
Berdasarkan teori ini menyatakan bahwa laut adalah milik bersama, karena itu
negara-negara bebas untuk menggunakannya. Apabila laut tersebut merupakan milik
bersama, maka laut lepas tersebut berada di bawah kedaulatan bersama dan diatur
melalui pengelolaan internasional.
Perbatasan Wilayah dan Pembagian Wilayah Laut

Laut lepas adalah semua bagian


dari laut yang tidak termasuk kedalam
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE),
dalam laut teritorial atau dalam
perairan pedalaman suatu negara,
atau dalam perairan kepulauan suatu
negara kepulauan. Jadi, dengan kata
lain dapat dikatakan bahwa laut lepas
terletak jauh dari pantai yaitu bagian
luar dari Zona Ekonomi Eksklusif.
Status Hukum Laut Lepas

Menurut Pasal 87 Konvensi PBB Laut lepas terbuka untuk semua


Negara, baik Negara pantai atau tidak berpantai. Kebebasan laut
lepas, dilaksanakan berdasarkan syarat-syarat yang ditentukan
dalam Konvensi ini dan ketentuan lain hukum internasional.
kebebasan-kebebasan tersebut meliputi:
kebebasan berlayar
kebebasan penerbangan
kebebasan untuk memasang kabel dan pipa bawah laut
kebebasan untuk membangun pulau buatan dan instalasi-
instalasi lainnya
kebebasan menangkap ikan
kebebasan riset ilmiah

Status Hukum Laut Lepas


Pasal 92 Status kapal

1. Kapal harus berlayar di bawah bendera suatu Negara, harus tunduk pada
yurisdiksi eksklusif Negara itu di laut lepas. Suatu kapal tidak boleh
merobah bendera kebangsaannya sewaktu dalam pelayaran atau sewaktu
berada di suatu pelabuhan yang disinggahinya, kecuali dalam hal adanya
suatu perpindahan pemilikan yang nyata atau perubahan pendaftaran.

2. Sebuah kapal yang berlayar di bawah bendera dua Negara atau lebih, dan
menggunakannya berdasarkan kemudahan, tidak boleh menuntut salah satu
dari kebangsaan itu terhadap Negara lain manapun, dan dapat dianggap
sebagi suatu kapal tanpa kebangsaan.

Pengaturan Ruang Udara Internasional

1. Konvensi Paris 13 Oktober 1919

Konvensi ini adalah merupakan upaya pertama pengaturan internasional secara


umum mengenai penerbangan udara.
Konvensi ini dengan jelas menerima prinsip kedaulatan nasional. Berdasarkan
Pasal 1 Konvensi ini yaitu menegaskan kedaulatan penuh dan eksklusif negara-
negara peserta terhadap ruang udara diatas wilayahnya. Jadi, prinsip konvensi ini
mengikuti status yuridik dari bumi yang ada di bawahnya. Ruang udara tunduk
pada kedaulatan negara-negara dimana saja udara tersebut membawahi daratan
dan lautan wilayah. Tetapi, sebaliknya udara itu bebas bila membawahi laut
lepas.
Hak dan Wewenang kegiatan di laut lepas

Pasal 90 Hak berlayar


Pasal 91 Kebangsaan kapal hak untuk mengibarkan
bendera negara
Pasal 110 Hak melakukan pemeriksaan
Pasal 111 Hak Pengejaran seketika
Pasal 112 Hak untuk memasang kabel dan pipa
bawah laut
Pasal 116 Hak untuk menangkap ikan di laut lepas
Pasal 107 Kapal atau pesawat udara yang berhak
menyita karena perompakan
Contoh Kegiatan Nyata di Laut Bebas :

Perjalanan penelitian menumpang kapal penelitian


Baruna Jaya VIII, penelitian yang dilakukan oleh
para peneliti dari Pusat Penelitian Oceanografi –
LIPI, yang terlibat dalam ekspedisi Widia
Nusantara dan Ekspedisi Sabang, yang
mengelilingi samudra hindia selama 25 hari, yang
dimulai dari pelabuhan muara baru Jakarta pada
tanggal 7 mei 2015, berlabuh di padang, sabang,
dan kembali lagi ke pelabuhan muara baru Jakarta
pada tanggal 31 mei 2015. Ekspedisi ini bertujuan
untuk membut jurnal internasional.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai