Anda di halaman 1dari 13

HUKUM LAUT

SILFIA KUMALA
DEWI
NIM:1209125070
KELAS HUKUM C
ZONA EKONOMI EKSLUIF
Zona Ekonomi Eksklusif adalah perairan/laut yang lebarnya tidak boleh melebihi 200 mil laut dari garis pangkal (base line)
darimana lebar laut teritorial diukur.

Zona Ekonomi Eksklusif adalah suatu daerah di luar dan berdampingan dengan laut teritorial, yang tunduk pada rezim
hukum khusus yang ditetapkan berdasarkan yang mana hak-hak dan yurisdiksi negara pantai dan hak-hak serta kebebasan-
kebebasan negara lain, diatur oleh ketentuan-ketentuan yang relevan konvensi ini.

Dari rumusan tersebut, dapat dirinci unsur-unsur pengertian ZEE antara lain:
A. Bahwa ZEE itu adalah bagian laut yang terletak di luar laut teritorial.
B. Bahwa keberadaannya di luar laut teritorial tidak diselingi oleh bagian laut lain tetapi langsung berdampingan dengan
laut teritorial itu sendiri.
C. Bahwa ZEE itu diatur oleh rezim hukum khusus yang mengatur tentang Zona Ekonomi Eksklusif.
D. Bahwa disebut rezim khusus oleh karena pada ZEE oleh Unclos 1982, hak-hak dan yurisdiksi negara pantai dan
sekaligus juga diakui adanya hak-hak serta kebebasan-kebebasan negara lain.

Berdasarkan uraian tersebut dapatlah disimpulkan bahwa zona ekonomi eksklusif bukan merupakan bagian dari wilayah
negara pantai sehingga negara pantai tidak memiliki kedaulatan atas zona tersebut. Hal ini berarti bahwa zona ekonomi
eksklusif ini mempunyai status hukum khusus yang bersifat sui generis dan sui juris. Kekhususan dari ZEE ini dicirikan
dengan ditetapkannya hak- hak dan kewajiban-kewajiban oleh Konvensi Hukum Laut PBB 1982/ Unclos 1982 baik kepada
negara pantai maupun negara-negara lain.
Dalam zona ekonomi eksklusif, negara pantai mempunyai:

a. Hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber
kekayaan alam, baik hayati maupun non hayati,dari perairan di atas dasar laut dan dari dasar laut
dan tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan lain untuk keperluan eksplorasi dan
eksploitasi zona ekonomi tersebut,seperti produksi energii dari air ,arus dan angin.

b. Yurisdiksi sebagaimana ditentukan dalam ketentuan berkenaan dengan riset ilmiah


kelautan,perlindungan dan pelestarian lingkungan laut.

Rezim hukum internasional tentang zona ekonomi eksklusif telah dikembangkan oleh masyarakat
internasional melalui Konfereni Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut Ketiga dan praktek
negara (State practice) dimaksudkan untuk melindungi kepentingan negara pantai dari bahaya
dihabiskannya sumber daya alam hayati di dekat pantainya oleh kegiatan-kegiatan perikanan
berdasarkan rezim laut bebas.
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang
Hukum Laut memberikan kepada Republik
Indonesia sebagai negara pantai hak berdaulat untuk
eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam yang
terdapat di zona ekonomi eksklusif dan yurisdiksi
yang berkaitan dengan pelaksanaan hak berdaulat
tersebut.
Pasal 60 Unclos 1982 dalam merumuskan ketentuan-ketentuan hukum tentang
pulau-pulau buatan, instansi-instansi dan bangunan- bangunan dalam zona
ekonomi eksklusif menggunakan istilah- istilah "Exclusive right" dan "Exclusive
jurisdiction". "Exclusive right dimiliki oleh negara pantai untuk membangun dan
menguasakan dan mengatur pembangunan, operasi dan pemakaian dari:

a. Pulau-pulau buatan

b. Instalasi-instalasi dan bangunan untuk keperluan hak-nak yurisdiksi dan


kewajiban negara pantai dalam zona ekonomi eksklusif dan keperluan-
keperluan ekonomi lainnya.
c. Instalasi-instalasi dan bangunan-bangunan mengganggu pelaksanaan hak-
hak dari negara pantai dalam jalur laut ini.
Sedangkan "Exclusive jurisdiction" diberikan kepada negara m pantai tidak saja atas
pulau-pulau buatan, instalasi-instalasi dan bangunan-bangunan, tetapi juga mencakup
masalah-masalah yang berhubungan dengan peraturan-peraturan pabean-pabean,
perpajakan, kesehatan, keselamatan dan keimigrasian. "Exclusive jurisdiction" tidak
berlaku untuk zona ekonomi eksklusif, tetapi hanya terbatas pada pulau-pulau buatan,
instalasi-instalasi dan bangunan- bangunan lainnya di zona ekonomi eksklusif, karena
pulau-pulau Ibuatan, instalasi-instalasi dan bangunan-bangunan tersebut telah mendapat
pengakuan dari Hukum Internasional sebagai daerah pabean tidak tetap negara pantai.

Di zona ekonomi eksklusif, semua negara baik negara pantai atau tak berpantai,
menikmati dengan tunduk pada ketentuan yang relevan Konvensi PBB ini, kebebasan-
kebebasan pelayaran dan penerbangan, serta kebebasan meletakan kabel dan pipa bawah
laut dan penggunaan laut lain yang bertalian dengan kebebasan-kebebasan ini, seperti
penggunaan yang sah menurut hukum internasional laut yang berkaitan dengan
pengoperasian kapal, pesawat udara dan kabel serta pipa di bawah laut.
●Pada prinsipnya, di zona ekonomi eksklusif berlaku hukum Sui
Generis yang artinya bahwa zona ekonomi eksklusif bukan merupakan
laut internasional dan juga bukan merupakan perairan negara pantai. Di
zona ekonomi eksklusif negara-negara lain mempunyai kebebasan-
kebebasan yaitu: kebebasan pelayaran dan penerbangan internasional,
serta kebebasan pemasangan kabel dan pipa bawah laut diakui sesuai
dengan prinsip-prinsip hukum laut internasional yang berlaku.

●Batas dari zona ekonomi ekslusif antara negara yang pantainya


bersambung atau berhadapn dapat dilakukan dengan perjanjian menurut
hukum internasional guna memperoleh pemecahan yang merata dan adil.
Dalam hal tidak tercapainya perjajian itu dalam waktu yang layak negara
negara tersebut dapat memecahkan masalah ini melalui prosedur
penyelesain perselisihan menurut konvensi ini
Peraturan Zona Ekonomi Eksklusif negara pantai haruslah
tidak bertentangan dengan ketentuan yang disepakati
bersama dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa 1982
tentang Hukum Laut. maka Indonesia berkewajiban untuk
menjaga peraturan ini lebih flexible, dalam arti disatu pihak
tidak merugikan kepentingan nasional dan pihak lain tidak
ada kepentingan internasional terganggu. Oleh karena itu
keberadaan perangkat hukum nasional terutama dalam
masalah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dengan segala
aspek di dalamnya sangatlah dibutuhkan.
Contoh kasus Hukum Perikanan di Zona Ekonomi Eksklusif; Dalam
kaitannya dengan penegakan hukum perikanan di zona ekonomi
eksklusif, Pasal 73 ayat (1) Konvensi Hukum Laut 1982 menyatakan:
"Negara pantai kemungkinan boleh, dalam melaksanakan hak
berdaulatnya untuk melakukan eksplorasi, eksploitasi dan pengelolaan
sumber kekayaan hayati di zona ekonomi eksklusif mengambil tindakan
demikian, termasuk menaiki kapal, memeriksa, menangkap dan
melakukan proses peradila sebagaimana diperlukan untuk menjamin
ditaatinya peraturan perundang-undangan yang ditetapkannya sesuai
dengan ketentuan konvensi ini"
Bertitik-tolak dari ketentuan di atas dapatlah dikemukakan bahwa negara pantai dalam melaksanakan
hak-hak berdaulat di 2one ekonomi eksklusifnya, dapat mengambil tindakan-tindakan seperti menaiki,
memeriksa, menahan dan melakukan penuntutan hukum, yang diperlukan untuk menjamin penaaatan
peraturan perundang- undangan yang dikeluarkan negara pantai sesuai dengan konvensi.
Oleh karena itu, negara pantai dapat memaksakan berlakunya peraturan perundang-undangan terhadap
pelanggaran oleh kapal- kapal perikanan asing yang melakukan penangkapan ikan tanpa izin di zona
ekonomi eksklusifnya. Bagaimanapun, kewenangan untuk menaiki, memeriksa, menahan dan
menjatuhkan hukuman hukuman kepada pelaku pelanggar tersebut diperlukan agar negara pantai mampu
melaksanakan tindakan konservasi dan pengelolaan sumber daya ikan di zona ekonomi eksklusif.
Berdasarkan ketentuan Konvensi di atas, suatu negara pantai diberikan hak melakukan pengejaran
seketika terhadap kapal-kapal perikanan asing yang dengan sengaja menghindari tindakan penegakan
hukum."
Artinya, kewenangan dalam Pasal 73 ayat (1) dilengkapi dengan Pasal 111
Konvensi Hukum Laut 1982 (tentang Hot Pursuit) yang memberikan
kewenangan kepada suatu negara pantai untuk melakukan pengejaran
terhadap suatu kapal perikanan asing yang telah melakukan pelanggaran
terhadap peraturan perundang- undangan negara pantai ketika kapal tersebut
sedang berada dalam perairan pedalaman, laut teritorial atau zona ekonomi
eksklusif dari negara pantai dan menahan kapal perikanan asing itu di laut
lepas.
Sumber: buku konvensi pbb 1982 tentang hukum laut (Dr.Mangisi Simanjuntak,.S.H,.M.H)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai