Anda di halaman 1dari 10

MATERI KULIAH HUKUM LAUT

DOSEN : MUHENRI SIHOTANG, S.H.,M.H.

ZONA EKONOMI EKSKLUSIF (ZEE)

Sub pokok bahasan :

1. Pengertian ZEE;
2. Fungsi ZEE;
3. Status Hukum ZEE;
4. Hak dan Kewajiban Negara Pantai di ZEE;
5. Hak dan kewajiban Negara lain di ZEE;
6. Delimitasi ZEE.

PEMBAHASAN :

1. PENGERTIAN ZEE.

Pengertian dari Zona Ekonomi Eksklusif atau ZEE adalah suatu batas wilayah yang
ditetapkan sepanjang 200 mil dari pangkalan wilayah laut, di sana negara mempunyai
hak atas kekayaan alam yang ada di dalamnya, berhak memanfaatkan dan juga
memberlakukan seluruh kebijakan hukumnya, serta mempunyai kebebasan bernavigasi
dan terbang diatas wilayah tersebut.

Pengukuran atas jarak ZEE ini dilakukan saat air laut berada dalam keadaan yang
sedang surut. Batas ZEE Indonesia sendiri baru secara resmi diberlakukan pada tahun
1980. Aturan ini pun mencakupi seluruh hak pemerintahan Indonesia dalam mengatur
segala bentuk aktivitas eksploitasi yang ada pada sumber daya alam di dalam
permukaan, di dasar, serta di bawah laut, serta hak dalam melakukan penelitian sumber
daya hayati ataupun sumber daya laut lain yang ada di dalamnya.

Sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia sudah pasti
mempunyai kawasan perairan yang sangat besar dengan wilayah lautnya yang sangat
luas. Bahkan, kawasan laut di Indonesia melebih total dari keseluruhan luas daratan yang
ada di Indonesia. Sehingga, Indonesia perlu menjaga dan mengawasi zona tersebut.

1
Oleh karena itu, sebagai masyarakat Indonesia, kita harus memahami pengertian zona
ekonomi eksklusif.

Jika kita membicarakan wilayah laut di Indonesia, maka tentunya tidak akan lengkap
rasanya jika tidak membahas Zona Ekonomi Eksklusif atau ZEE. Namun, sebelum kita
membahas lebih lanjut tentang Zona Ekonomi Eksklusif, maka ada baiknya jika kita
membahas sedikit tentang sejarah ZEE ini terlebih dahulu.

Pada dasarnya, konsep dasar ZEE ini pertama kali dikenalkan pada bulan Januari tahun
1971 di Kenya pada Asian-African Legal Constitutive Committee. Pada tahun selanjutnya
di Seabed Committee PBB, konsep ini selanjutnya dikemukakan.

Hingga akhirnya, konsep dasar dari ZEE mendapatkan banyak sekali dukungan dari
berbagai negara di Asia-Afrika. Bahkan, konsep ini pun akhirnya membuat negara di
Amerika Latin untuk mengadopsinya dengan konsep yang serupa di atas laut
patrimonialnya. Kemudian, saat UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the
Sea) dilakukan, maka konsep ini melahirkan suatu konsep baru yang disebut dengan
Zona Ekonomi Eksklusif.

2. FUNGSI ZEE.

Berdasarkan yang sudah kita bahas di atas, maka fungsi dari diberlakukannya Zona
Ekonomi Eksklusif dapat diartikan sebagai berikut:

 Dengan diberlakukannya Zona Ekonomi Eksklusif, maka seluruh kekayaan alam yang

berada di dalam zona laut tersebut adalah milik negara pantai. Didalamnya berlaku
pula seluruh bentuk kebijakan hukum yang di dalamnya terdapat peraturan mengenai
kebebasan bernavigasi dan juga terbang di atas wilayah tersebut, serta melakukan
aktivitas penanaman kabel dan pipa di bawah laut.
 Memberikan hak negara atas pembuatan dan penggunaan pulau buatan, instalasi, dan

bangunan yang ada di dalamnya.

2
 Negara diperbolehkan untuk melakukan berbagai riset kelautan, melindungi, serta

melestarikan lingkungan laut sesuai dengan batasan yang sudah ditetapkan di Zona
Ekonomi Eksklusif.
 Seluruh masyarakat yang berada dalam kawasan Zona Ekonomi Eksklusif tersebut

diizinkan untuk melakukan mata pencaharian dan memenuhi kebutuhan kebutuhan


potensi biota laut yang ada di dalamnya. Tapi, tetap harus tunduk pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku dalam negara tersebut.
 ZEE mempunyai fungsi sebagai media pertahanan dan keamanan wilayah laut dari

sektor pertahanan dan militer. Untuk negara Indonesia sendiri, tentunya hal ini akan
memberikan keuntungan, karena negara Indonesia adalah negara kepulauan yang
mempunyai kawasan perairan laut yang sangat luas pula.

3. STATUS HUKUM ZEE.

Mengingat pentingnya laut, pada 21 Maret 1980 Pemerintah Republik Indonesia


mengeluarkan pengumuman tentang Zona Ekonomi Eksklusif ( ZEE) Indonesia.
Segenap sumber daya alam hayati dan non hayati terdapat di ZEE Indonesia baik
potensial maupun efektif adalah modal dan milik bersama Bangsa Indonesia sesuai
dengan Wawasan Nusantara.

Baik praktik negara maupun Konvensi Hukum Laut Ketiga menunjukkan telah diakuinya
rezim ZEE selebar 200 mil laut sebagai bagian dari hukum laut internasional yang baru.
Terkait dengan hal-hal tersebut, ditetapkan undang-undang sebagai landasan bagi
pelaksanaan hak berdaulat, hak-hak lain, yurisdiksi dan kewajiban-kewajiban Indonesia
di ZEE Indonesia.

Undang-undang ZEE yaitu UU No. 5 Tahun 1983 mulai berlaku pada 19 Oktober 1983.
Undang-undang tersebut menyatakan, sumber daya alam yang terdapat di dasar laut dan
tanah di bawahnya serta ruang air di atasnya harus dilindungi dan dikelola dengan cara
yang tepat, terarah dan bijaksana. Semua kegiatan penelitian ilmiah mengenai kelautan
di perairan yang berada di bawah kedaulatan dan yurisdiksi Indonesia harus diatur dan
dilaksanakan untuk dan sesuai dengan kepentingan Indonesia.

3
Lingkungan laut di perairan yang berada di bawah kedaulatan dan yurisdiksi Indonesia
harus dilindungi dan dilestarikan

4. HAK DAN KEWAJIBAN NEGARA PANTAI DI ZEE.

Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) pertama kali diterapkan oleh negara Kenya pada Asian-
African Legal Constitutive Committee yang berlangsung pada bulan Januari 1971 dan
juga pada Sea Bed Committee PBB yang berlangsung pada tahun 1972.

Proposal dari negara Kenya ini menerima dukungan dari banyak negara Asia dan juga
Afrika. Pada waktu yang hampir bersamaan, banyak negara Amerika Latin mulai
membangun sebuah konsep serupa atas laut patrimonial. Kedua konsep yang serupa
tersebut muncul secara efektif ketika UNCLOS (United Nations Convention on the Law
of the Sea) dimulai.

Batas perairan laut di Indonesia berawal pada tahun 1957 saat pengeluaran deklarasi
Juanda yang melahirkan konsep Wawasan Nusantara. Dalam deklarasi Juanda tersebut,
telah ditetapkan bahwa batas perairan wilayah Indonesia adalah 12 mil (19,3 km) dari
garis dasar pantai pada masing-masing pulau di Indonesia sampai dengan titik yang
paling luar. Namun, aturan mengenai batas perairan laut Indonesia yang sudah
ditetapkan tersebut tidak langsung dikeluarkan.

Aturan mengenai batas perairan atau Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia baru
dikeluarkan pada tahun 1980, yaitu sepanjang 200 mil (321,8 km) yang diukur dari
pangkal wilayah laut Indonesia. Pada ZEE ini, Indonesia memiliki hak untuk melakukan
eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam di permukaan dan di dasar laut serta
mengadakan penelitian sumber daya hayati maupun sumber daya laut lainnya

Hak dan kewajiban negara pantai pada ZEE antara lain:


(a) hak berdaulat untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi, konservasi, dan
pengelolaan sumber daya alam, baik hayati maupun non hayati dari perairan, dasar
laut, dan tanah di bawahnya;
(b) hak berdaulat atas kegiatan lain untuk eksplorasi dan eksploitasi di zona tersebut,
seperti produksi energi dari air, arus, dan angin;

4
(c) yurisdiksi untuk pendirian dan pemanfaatan pulau buatan, instalasi dan bangunan,
riset ilmiah kelautan, perlindungan, dan pelestarian lingkungan laut (Pasal 56).

Berbeda dengan kedaulatan (sovereignty) suatu negara pantai atas laut teritorial atau
suatu negara kepulauan atas perairan kepulauannya, kekuasaan negara pantai atas
sumber daya ikan yang terkandung di dalam ZEE ditetapkan sebagai hak-hak berdaulat
(sovereign rights).

Berkaitan dengan hak berdaulat dalam ZEE Indonesia, konsep tentang zona ekonomi
eksklusif diawali dengan paham wawasan nusantara yang termuat dalam Deklarasi
Djuanda 1957 yang kemudian dituangkan dalam UU No 4/Prp./1960 tentang Perairan,
yang menyatakan bahwa Teritorriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 diganti
dengan Wawasaan Nusantara atau Archipelago Principl. Paham ini diperjuangkan dalam
berbagai konferensi laut internasional antara lain dalam Konferensi Jenewa tahun 1977.

Konferensi ini berhasil menyusun konsep yang dikenal sebagai Informal Compesite
Negotiating Text (ICNT). Walaupun bukan persetujuan resmi, namun ICNT menjadi
referensi penting dalam perundingan-perundingan selanjutnya mengenai hukum laut.
Dalam konferensi itu, telah diakui prinsip wilayah laut territorial yang lebarnya 12 mil
ditambah 188 mil Zona Ekonomi, sehingga seluruhnya berjumlah 200 mil dihitung dari
garis dasar laut negara bersangkutan. Selanjutnya pengumuman tentang zona ekonomi
eksklusif Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia tanggal 21 Maret 1980.

Berkaitan dengan ZEE yang ada pada UNCLOS, pada pasal 56 menyebutkan bahwa
secara umum negara pantai memiliki hak-hak, yurisdiksi dan kewajiban-kewajiban dalam
zona ekonomi eksklusif, yaitu :
a. Hak-hak berdaulat (souvereign rights) untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi,
konservasi dan pengelolaan sumber daya alam, baik hayati maupun non-hayati dari
perairannya.
b.Yurisdiksi-yurisdiksi seperti hal-hal yang berkenaan dengan pembuatan dan
pemakaian pulau buatan, instalasi-instalasi dan bangunan-bangunan lainnya,
melakukan riset atau penelitian ilmiah kelautan, melakukan perlindungan dan
pelestarian lingkungan laut.

5
c. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban lainnya sebagaimana ditentukan di dalam UNCLOS

Sedangkan dalam ketentuan ZEE Indonesia, sebagaimana yang terdapat pada pasal 2
UU No. 5 tahun 1983, menetapkan bahwa. “ZEE Indonesia adalah jalur di luar dan
berbatasan dengan laut wilayah Indonesia sebagaimana ditetapkan berdasarkan
undang-undang yang berlaku tentang perairan Indonesia yang meliputi dasar laut, tanah
dibawahnya dan air diatasnya dengan batas terluar 200 (dua ratus) mil laut diukur dari
garis pangkal laut wilayah.

Selanjutnya pada pasal 4 tentang Hak Berdaulat, Hak-hak Lain, Yurisdiksi dan Kewajiban
kewajiban meliputi :
a. Hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi, konservasi dan pengelolaan
sumber kekayaan alam, baik hayati maupun non-hayati.
b. Yurisdiksi, pembuatan pulau-pulau buatan, instalasi, bangunan lainnya, penelitian
ilmia, perlindungan dan pelestarian lingkungan laut.
c. Kewajiban lainnya didasarkan konvensi hukum laut yang berlaku.

Selanjutnya pada pasal 5 tentang Kegiatan-kegiatan di ZEE Indonesia disebutkan bahwa


a. Segala kegiatan eksplorasi dan lainnya ada persetujuan dari Internasional tersebut.
b. Segala kegiatan harus berdasarkan ketentuan Pemerintah RI.
c. Segala kegiatan eksplorasi dan eksploitasi oleh Negara asing diperbolehkan dengan
ijin Pemerintah RI.

Kewajiban Negara Pantai

Selain memiliki hak-hak yang sudah dijelaskan sebelumnya terkait dengan laut teritorial,
negara-negara pantai juga memiliki kewajiban. Kewajiban-kewajiban tersebut
diantaranya adalah:

1) Negara pantai wajib mepublikasikan secara jelas tentang bahaya-bahaya yang terkait
dengan navigasi. Hal ini juga seperti yang diatur dalam Pasal 24 ayat (2) UNCLOS.

2) Negara pantai wajib menyediakan kebutuhan dasar terkait dengan pelayaran seperti
misalnya mercusuar dan juga fasilitas penyelematan bagi kapal yang membutuhkan
pertolongan;

6
3) Negara pantai tidak boleh menghalangi kapal asing dengan hak lintas damai.
Pengaturan mengenai larangan bagi negara pantai untuk menghalangi kapan asing
dengan hak lintas damai yang melintasi laut teritorialnya diatur dalam Pasal 24 ayat
(1) UNCLOS.

4) Negara pantai tidak boleh memungut biaya dari kapal asing yang melewati laut
teritorialnya. Kapal asing yang melintasi laut teritorial dari suatu negara pantai tidak
boleh dipungut biaya karena telah melewati laut teritorialnya. Hal ini sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam pasal 26 ayat (1) UNCLOS.

Berkaitan dengan hak berdaulat sebagaimana yang diuraikan di atas yaitu hak Negara
pantai atas ekploitasi, eksplorasi dan konservasi sumber kekayaan laut tersebut, maka
berdasarkan hak berdaulat tersebut, Indonesia yang memiliki potensi laut yang sangat
luas dapat memanfaatkan dan menikmati sumber kekayan alam laut tersebut dalam
rangka menunjang hidup dan kehidupan masyarakat dunia khususnya masyarakat
Indonesia demi tercapainya kesejahteraan masyarakat.

Sebagaimana kita ketahui bahwa banyak manfaat yang diambil dengan adanya
pengaturan tentang ZEE tersebu, yang meliputi dari segi ekonomi sebagai wilayah bebas
pelayaran dan jangkauan perdagangan kapal asing dapat dijangkau dan ditampung
sebesar-besarnya; dari segi pertahanan sebagai media pertahanan dan keamana
wilayah laut sehingga memberi nilai tambah bagi bidang kemiliteran; dan dari segi sosial
sebagai tempat mata pencaharianmasyarakat sekitarnya dalam pemenuhan akan
kebutuhan potensi biota laut.

Selanjutnya dalam hal pengelolaan sumber daya alam laut disebutkan bahwa Negara
wajib mengelola dan melestarikan sumber daya lautnya, sebagaimana diketaui bahwa
Indonesia sangat kaya akan kekayaan mineral seperti minyak dan gas bumi, kerang,
rumput laut dan sumberdaya lainnya wajib untuk dikelola sesuai peraturan yang berlaku.

Konvensi Hukum Laut menggunakan istilah sovereign rights. Berdasarkan rezim hak-hak
berdaulat ini, negara pantai tidak memiliki kedaulatan. Dalam hal ini, hak-hak berdaulat
yang berada pada suatu negara di ZEE bersifat residu, karena hanya berlaku terhadap

7
sumber daya hayati yang terkandung dalam zona tersebut dan tidak meliputi perairan
dan ruang udara di atasnya.

Dengan demikian, ZEE bukan merupakan wilayah negara pantai, sehingga negara pantai
tidak memiliki kedaulatan atas zona tersebut. Ini berarti ZEE mempunyai status hukum
khusus yang dicirikan dengan ditetapkannya hak-hak dan kewajiban, baik kepada negara
pantai yang mempunyai hak-hak berdaulat maupun negara-negara lain.

Dalam ZEE ini semua negara atau bangsa lain bebas untuk berlayar dan terbang di
atasnya, dan memasang kabel serta saluran-saluran pipa di bawah permukaan laut.

5. HAK – HAK NEGARA DI ZONA MARITIM.

Yang perlu dicatat dalam penenggelaman kapal pencuri ikan adalah ketegasan
pemerintah dalam menjaga dan melindungi sumber daya ikan di perairan Indonesia,
termasuk di ZEE. ZEE adalah perairan yang bagi negara pantai mempunyai hak-hak
berdaulat (sovereign rights).

Di dalam Konvensi Hukum Laut atau UNCLOS (the United Nations Convenvention on the
Law of the Sea) 1982, Bab V yang mengatur ZEE pada Pasal 55 dan Pasal 57
menyebutkan, ZEE adalah jalur laut yang terletak di luar dan berbatasan dengan laut
teritorial suatu negara yang lebarnya 200 mil diukur dari garis dasar yang digunakan
untuk mengukur lebar laut teritorial.

a) Hak Berdaulat 
eksplorasi dan eksploitasi, konservasi dan pengelolaan SDA baik hayati maupun non
hayati dari perairan diatas dasar laut dan dari dasar laut dan tanah dibawahnya.

b) Yurisdiksi berkenaan dengan :


a. Pembuatan dan pemakaian pulau buatan, instalasi dan bangunan.
b. Riset ilmiah kelautan.
c. Perlindungan dan pelestarian lingkungan laut.

c) Hak dan kewajiban lain sebagaimana diatur dlm konvensi ini ( Pasal 56)

8
d) Semua negara, baik berpantai maupun tak berpantai menikmati hak
kebebasankebebasan pelayaran dan penerbangan, serta kebebasan meletakan
kabel dan pipa dibawah laut dan penggunaan laut lainnya yg syah, seperti
pengoperasian kapal, pesawat udara, kabel dan pipa serta hak lainnya yang sejalan
dengan ketentuanketentuan lain di konvensi ini.

Hak Negara Pantai :

1. Hak eksklusif untuk membangun dan menguasakan.


2. Hak yurisdiksi, termasuk yurisdiksi yg ber kaitan dengan per Uuan bea cukai, fiskal,
kesehatan dan imigrasi.
3. Pemberitahuan sebagaimana mestinya.
4. Menetapkan zona keselamatan.
5. Pembangunan hrs memperhatikan alur laut.
6. Pulau buatan, instalasi dan bangunan di ZEE tidak mampunyai status PULAU

Hak Negara-Negara Tak Berpantai :

1. Hak berperan serta atas dasar keadilan


2. Persyaratan dan cara peran serta melalui perjanjian bilateral, sub-regional, regional.
3. Penetapan pengaturan yg adil berdasarkan perjanjian tsb.
4. Negara maju tak berpantai.

6. DELIMITASI ZEE

Ketika kita membahas Zona Ekonomi Eksklusif, maka kita juga akan secara langsung
membahas delimitasi atas ZEE itu sendiri.
Terdapat empat hal yang bersinggungan dengan ZEE, yaitu:

1. Batas luar

Batas dalam area Zona Ekonomi Eksklusif atau ZEE merupakan batas luar dari area laut
teritorial. Zona batas luar ini sudah pasti tidak boleh melebihi 200 mil wilayah laut atau
setara dengan 370,4 km dari garis dasar, atau luas pantai teritorial yang sebelumnya
sudah ditentukan dan disepakati bersama.

9
2. Batasan

Saat ini, beberapa negara ada yang tidak bisa mengklaim 200 mil laut secara penuh
dengan alasan karena bersinggungan dengan negara tetangganya. Apabila hal ini sudah
terjadi, maka pembatasan atas wilayah tersebut akan diatur dalam hukum laut
internasional.

3. Pulau-pulau

Pada prinsipnya, seluruh area pulau bisa saja dijadikan sebagai Zona Ekonomi Eksklusif.
Tapi, ada beberapa kriteria yang memang harus diperhatikan. Walaupun memang pada
dasarnya pulau-pulau bisa ditetapkan sebagai ZEE, tapi terdapat Konvensi Hukum Laut
yang mengatakan jika seluruh batu yang tidak dapat memberikan manfaat dan
keuntungan dalam kehidupan manusia atau dalam segi kehidupan mereka, maka pulau
tersebut dilarang untuk dijadikan sebagai kawasan Zona Ekonomi Eksklusif.

4. Wilayah yang Tidak Berdiri Sendiri

Selain itu, beberapa wilayah yang tidak mempunyai nilai kemerdekaan sendiri atau
bentuk kepemerintahan sendiri yang statusnya sudah dikenal oleh PBB, ataupun masih
berada dalam dominasi suatu kolonial juga tidak bisa diberlakukan.

Pada resolusi III, yang diadopsi oleh UNCLOS III, dinyatakan bahwa ada beberapa
ketentuan dimana terdapat hak dan kewajiban yang dilihat berdasarkan konvensi serta
harus diimplementasikan demi kemaslahatan dan kepentingan masyarakat yang tinggal
pada wilayah tersebut, dengan penilian untuk mempromosikan nilai keamanan dan juga
perkembangan mereka.

5. Antartika

Pada Traktat Antartika yang dibuat pada tahun 1959 dinyatakan bahwa jika ZEE tidak
bisa diklaim oleh negara ataupun wilayah yang berada di dalam area tempat traktat
tersebut didirikan, atau yang sering disebut sebagai area selatan dari selatan 60 derajat.

== S e l e s a i ==

10

Anda mungkin juga menyukai