Anda di halaman 1dari 10

Kelompok 5 HUKUM LAUT

• IMANUEL SIREGAR (211010458)

• KHOLIFAH UTAMI (201010121)

• MANNA SARI HARAHAP (201010115)

• M. DAFFA ARRAHMAN (201010081)

• SULTAN HASANUL FASHAWI (211010011)

• M. ADRIAN ARMANTARA (211010033)


PENANGGULANGAN SENGKETA ATAU TUMPANG TINDIH DI
ZONA EKONOMI EKSKLUSIF
PENGERTIAN ZONA EKONOMI EKSLUSIF

Zona Ekonomi Eksklusif (Eksklusive Economic Zone) Adalah Suatu Jalur Laut Yang
Terletak Di Luar Dan Berbatasan Dengan Laut Teritorial Dari Suatu Negara Pantai Yang
Lebarnya 200 Mil Laut Dari Garis Pangkal Laut Teritorial Untuk Tujuan Eksplorasi Dan
Eksploitasi Kekayaan Alamnya Baik Hayati Maupun Non Hayati Di Perairan, Di Dasar
Laut Dan Tanah Di Bawahnya. Sebagaimana halnya dengan landas kontinen, maka zona
ekonomi eksklusif adalah juga merupakan perluasan yurisdiksi Negara pantai atas laut lepas
yang diterima dalam Kovensi Hukum Laut 1982.
HAK DAN KEWAJIBAN NEGARA KEPULAUAN DAN NEGARA LAIN TERHADAP ZEE

Negara Kepulauan menurut Unclos pada tahun 1982, BAB IV, Pasal 46 (a) ialah “suatu Negara yang
seluruhnya terdiri dari satu pulau atau lebih kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain”. Zona
Ekonomi Eksklusif berdasarkan pasal 55 Unclos tahun 1982 adalah suatu daerah di luar dan berdampingan
dengan laut teritorial, yang tunduk pada rejim hukum khusus yang ditetapkan dalam Bab ini berdasarkan
mana hak-hak dan yurisdiksi Negara pantai dan hak-hak serta kebebasan-kebebasan Negara lain, diatur
oleh ketentuan-ketentuan yang relevan Konvensi ini. Yang memiliki lebar 200 mil laut dari garis pangkal
laut teritorial untuk tujuan eksplorasi dan eksploitasi kekayaan alamnya baik hayati maupun non hayati di
perairan, di dasar laut dan tanah di bawahnya.

Dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dalam pasal 4 ayat
(1) mengatakan hak berdaulat Indonesia untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi atas kekayaan alam di
zona ekonomi eksklusif Indonesia. Mengikat kegiatan dasar laut dan tanah di bawahnya merupakan
wewenang hukum landas kontinen, maka oleh pasal 4 ayat (2) dipertegas bahwa kegiatan atas yang
dinyatakan dalam pasal 4 ayat (1) tersebut dilaksanakan menurut peraturan perundang-undangan landas
kontinen Indonesia, yaitu Undang-undang No. 1 Tahun 1973.
Hak-hak dan kewajiban Negara lain di Zona Ekonomi Eksklusif terdapat dalam Unclos
pasal 58:

Di zona ekonomi eksklusif, semua Negara, baik Negara berpantai atau tak berpantai, menikmati, dengan
tunduk pada ketentuan yang relevan Konvensi ini, kebebasan kebebasan pelayaran dan penerbangan, serta
kebebasan meletakkan kabel dan pipa bawah laut yang disebut dalam pasal 87 dan penggunaan laut lain
yang sah menurut hukum internasional yang bertalian dengan kebebasan-kebebasan ini, seperti penggunaan
laut yang berkaitan dengan pengoperasian kapal, pesawat udara, dan kabel serta pipa di bawah laut, dan
sejalan dengan ketentuan- ketentuan lain Konvensi ini.

Pasal 88 sampai 115 dan ketentuan hukum internasional lain yang berlaku diterapkan bagi zona ekonomi
eksklusif sepanjang tidak bertentangan dengan Bab ini.

Dalam melaksanakan hak-hak memenuhi kewajibannya berdasarkan Konvensi ini di zona ekonomi eksklusif,
Negaranegara harus memperhatikan sebagaimana mestinya hak-hak dan kewajiban Negara pantai dan harus
mentaati peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Negara pantai sesuai dengan ketentuan Konvensi ini
dan peraturan hukum internsional lainnya sepanjang ketentuan tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan Bab
ini.
Kegiatan-kegiatan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

Ketentuan perjanjian atau persetujuan internasional memuat hak dan kewajiban yang harus ditaati oleh mereka
yang melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di kawasan, termasuk kewajiban membayar iuran kepada
Pemerintah Republik Indonesia. Dengan demikian, kegiatan Poros Maritim akan sangat menguntungkan dan Tol
Laut yang dikaji pemerintah akan sangat menguntungkan jika negara lain atau bangsa asing ikut serta dalam
kegiatan tersebut.

Sumber daya alam hayati pada prinsipnya mempunyai daya regenerasi, tetapi tidak berarti tidak terbatas.
Berdasarkan karakteristik tersebut, Pemerintah Republik Indonesia dalam melaksanakan pengelolaan dan
konservasi sumber daya alam hayati menetapkan tingkat pemanfaatan sebagian atau seluruh kawasan di Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia.
Peraturan tentang Sumber Daya Laut Indonesia

Selain Undang-undang No 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, juga
telah dikeluarkan beberapa perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah pengolahan dan
konservasi sumber daya alam hayati antara lain,

1. Undang-undang No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan.


2. Undang-undang No. 9 tahun 1985 tentang Perikanan.
3. Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
4. Hayati dan Ekosistemnya.
5. Undang-undang No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Sedangkan bagi pengelolaan Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia diatur melalui Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1984 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Alam Hayati di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia serta beberapa
Keputusan Menteri Pertanian.
Berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam hayati perikanan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia,
dengan wilayah perairan dan potensi perikanan yang begitu luas, pemanfaatan yang optimal untuk kemakmuran
bangsa merupakan tujuan yang diamanatkan dalam pembangunan nasional di Indonesia.
Status Hukum, Hak-hak Istimewa dan Kekebalan.

Status hukum mempunyai arti bahwa itu merupakan otoritas yang memiliki status badan hukum otoritas
internasional dan hukum yang diperlukan untuk menjalankan fungsi dan mencapai tujuannya. Dalam hak-
hak istimewa yang dimana untuk memungkinkan otoritas melaksanakan segala fungsinya sehingga otorita
menikmati dalam wilayah tiap negara peserta begitu pun dalam Negara Indonesia, serta kekebalan yang
terbagi menjadi dua kekebalan yakni.

Kekebalan dalam tuntutan hukum dimana otoritas yakni


salah satu asetnya yang menikmati kekebalan dan litigasi,
kecuali dalam kasus di mana otoritas secara tegas
melepaskan kekebalannya dalam tindakan perkara tertentu.

Kekebalan kedua berkenaan dengan penggeledahan dan penyitaan dalam


bentuk apapun di mana orang yang memegang kendali kebal dari
penggeledahan, pengambilan, perampasan, pencabutan hak milik atau
bentuk penyitaan lain sehubungan dengan barang yang dilakukan
berdasarkan tindakan eksekutif atau legislatif
PENANGGULANGAAN KASUS SIPADAN DAN LIGITAN ANTARA BATAS LAUT ANTARA
INDONESIA DAN MALAYSIA

Hilangnya Sipadan dan Ligitan di Mahkamah Internasional menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi
tanggung jawab pemerintah untuk menjaga keutuhan negara Republik Indoensia. Namun harus diakui,
pemerintah tidak menggunakan bantuan pengacara atau ahli hukum internasional dari Indonesia, melainkan
tenaga ahli dari Kementerian itu sendiri. Menurut Havas, tak satu pun dari puluhan ribu pengacara Indonesia
memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk bersaing di Mahkamah Internasional. Salah satunya adalah dengan
meningkatkan dan memperluas jumlah tenaga ahli hukum yang ahli di bidang hukum internasional. Arif Havas
Oegroseno, Direktur Departemen Traktat Politik, Keamanan, dan Teritorial A Airs, mengklaim Indonesia kurang
ahli dalam hukum internasional. Minimnya ahli hukum internasional dinegara Indoensia membuat banyak negara
luar memanfaatkan kelemahan dari negara ini.

Anda mungkin juga menyukai