Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ANITA NOVIANTI

NIM : 200610502066

UU No. 6 Tahun 2006 Indonesia merupakan Negara Kepulauan. Berdasarkan Undang-undang


tersebut, perairan Indonesia termasuk laut teritorial Indonesia, perairan kepulauan Indonesia,
dan perairan pedalaman Indonesia.Di samping itu Negara Indonesia juga memiliki hak
berdaulat atas Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) yang diatur dalam UU No. 5 Tahun
1983, dan memiliki hak berdaulat atas zona tambahan, dan landas kontinen. Perairan Indonesia
merupakan sumber daya hayati (perikanan), dan daerah dasar laut dan tanah di bawahnya
merupakan sumber daya non-hayati bagi bangsa Indonesia. Perairan Indonesia juga
dimanfaatkan oleh kapal-kapal Indonesia dan asing untuk navigasi antar pulau maupun antar
Negara. Begitu besar manfaat dan perairan Indonesia, di Indonesia dapat terjadi melanggar
undang-undangan yang berhubungan dengan perairan Indonesia, seperti perampokan ikan
yang dilakukan oleh kapal-kapal penangkap ikan asing (illegal fishing), usaha penyelundupan
barang-barang, keimigrasian, pembuangan limbah minyak dari kapal-kapal, dan lalu -lintas
kapal yang tidak damai. Terhadap undang-undang ini yang perlu dilakukan penindakan; Akan
tetapi dalam upaya penindakan ini sering kali terjadi tumpang tindih kewenangan di antara
berbagai instansi yang memiliki kewenangan hukum di perairan Indonesia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa berdasarkan ketentuan UU No. 5 Tahun 1983 tentang ZEEI, Bahwa satu-
satunya aparatur penegak hukum di bidang penyidikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
adalah Perwira Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut yang ditunjuk oleh Panglima
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia
untuk penangkapan ikan dan / atau pembudidayaan termasuk perairan teritorial Indonesia,
perairan kepulauan, dan perairan pedalaman Indonesia, serta ZEEI. Berdasarkan ketentuan UU
No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, secara umum ditentukan bahwa penyidikan tindak
pidana di bidang perikanan dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perikanan, Perwira
TNI AL, dan Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. Bahwa Penyidik Pegawai Negeri Sipil
Perikanan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi hanya memiliki kewenangan penegakan
hukum bidang perikanan di laut teritorial (sejauh 8 mil dari batas luar laut teritorial ke sisi darat),
dan perairan kepulauan (sejauh 8 mil dari batas luar yang menjadi berwenang
kabupaten). Sedangkan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perikanan Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten memiliki kewenangan hukum bidang perikanan di perairan pedalaman,
laut teritorial (4 mil dari garis pangkal kepulauan), dan perairan kepulauan (4 mil dari garis air
surut). Belum ada ketentuan dalam peraturan undang-undangan mengenai siapa Fiat Justitia
Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 1 Januari-April 2012, ISSN 1978-5186 2 yang melakukan
tindakan hukum (mengusir, menangkap dan menahan) terhadap kapal-kapal asing yang
melakukan lintas di laut teritorial dan perairan kepulauan Indonesia yang dekat kedamaian,
ketertiban, atau keamanan Indonesia, berada di dalam KHL 1982 Pasal 19. Bahwa yang
melaksanakan penegakan hukum di zona tambahan dan perairan kepulauan terhadap kapal
dan orang yang melanggar undang-undang bea dan cukai, sesuai dengan UU No. 7 Tahun
2006 tentang Kepabeanan adalah penyidik pegawai negeri sipil pada Direktorat Bea dan
Cukai; untuk mengatur keimigrasian dan adalah fiskal penyidik pegawai negeri sipil pada
Direktorat Keimigrasian; untuk sanitasi adalah penyidik pegawai negeri sipil di Kementerian
Kesehatan; sedangkan untuk perompakan di laut adalah polisi perairan
(Polair). Pendahuluan atau keamanan Indonesia, ditentukan ditentukan oleh KHL 1982 Pasal
19.Yaitu bahwasanya yang melaksanakan penegakan hukum di zona tambahan dan perairan
kepulauan terhadap kapal dan orang yang melakukan kesalahan terhadap undang-undangan
bea dan cukai dan sudah di tetapkan
RUANG LINGKUP HUKUM LAUT DAN PERIKANAN
  Secara umum, KELAUTAN (oseanografi ) adalah hal-hal yang berhubungan dengan
kegiatan di laut yang meliputi :Dasar laut dan tanah di bawahnya,Badan air,Landas kontinen
termasuk sumber kekayaan yang ada di dalamnya,Kegiatan di permukaan laut, dan ruang di
atasnya.

MARITIM (maritime), yang berarti navigasi, maritim atau bahari adalah bagian dari kegiatan di
laut yang mengacu pada pelayaran (navigation), perdagangan (sea-borne trade), kepelabuhan, dan
jasa-jasa kelautan yang kegiatannya berada pada mintakat (zone) mesopelagik sampai ke
permukaan laut (pelagik).KELAUTAN/KEMARITIMAN:Segala sesuatu atau peran yang
berhubungan dgn laut (peran geopolitik dan peran Geoekonomi).Definisi PERIKANAN atau fishery
adalah Sebuah kegiatan, industry, atau musim pemanenan ikan atau hewan laut lainnya seperti,
kerang- kerangan (shellfish), rumput laut, dan mamalia laut serta sumberdaya hayati lainnya.

Undang-undang No 31 Tahun tentang perikanan yang diubah dalam UU No 45/2009


mendefinisikan perikanan sebagai:“semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari pra-produksi, produksi, pengolahan
sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem ”(UU 31/2004 Bab 1 pasal 1
ayat 1)
SISTEM HUKUM DALAM KELAUTAN DAN PERIKANAN

Seperti kita tau kita kaya akan sumber daya laut sehingga kita harus membuat sistem
hukum untuk ini semua supaya sumber daya laut kita tidak rusak atau tercemar oleh oknum-
oknum nakal.
Dari Deklarasi Juanda muncul kemudian beberapa kebijakan dan peraturan yang
berkaitan dengan kelautan, antara lain UU No. 4/Prp/1960 tentang Perairan Indonesia,
Pengumuman Pemerintah tentang Landas Kontinen Indonesia 1969, yang selanjutnya
dituangkan dalam UU No. 1/1973 tentang Landas Kontinen Indonesia dan peraturan
perundangan pendukungnya, Pada periode selanjutnya keluar UU No. 5 tahun 1983 tentang
ZEE Indonesia, UU No. 17 tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi Hukum Laut 1982, UU No.
6 tahun 1996 tentang Perairan Indonesia, dan UU No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan.
Kebijakan dan peraturan-peraturan itu mengukuhkan yurisdiksi perairan Indonesia Sekalipun
dalam GBHN 1994 telah dimunculnya butir tentang ―kelautan, wawasan pembangunan
kelautan diharapkan akan menjadi perwujudan penyempurnaan atas apa yang telah
dicanangkan dalam Deklarasi Juanda.

Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Perubahan Kedua Undang-Undang


No.31/2004 tentang Perikanan kini sudah masuk dalam program legislasi nasional
(Prolegnas) 2020 yang dilaksanakan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
(DPR RI). RUU tersebut menjadi harapan baru bagi masyarakat perikanan Indonesia
yang menjadikan laut sebagai sumber kehidupan dan penghidupan.
DAFTAR PUSTAKA

(Justitia, Ilmu, and Volume 2012)“11858368.” n.d.


Djajaatmadja. 2005. “Dalam Kerangka Desentralisasi,” 147.
Justitia, Fiat, Jurnal Ilmu, and Hukum Volume. 2012. “Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 1
Januari-April 2012 ,” 6 (1): 1–13.
(Djajaatmadja 2005)

(“11858368,” n.d.)

Anda mungkin juga menyukai