Anda di halaman 1dari 6

KRISIS HIPERGLIKEMIA

PENGERTIAN
Krisis hiperglikemia, mencakup ketoasidosis diabetik (KAD) dan status hiperglikemia
hiperosmolar (SHH), merupakan kompilasi metabolik akut paling serius pada pasien diabetes
meleitus. Krisis hiperglikemia terjadi akibat difisiensi insulin dan peningkatan hormon
counterregulatory (glukagon, katekolamin, kortisol dan growth hormone). SHH terjadi ketika
difisiensi insulin yang relatif (terhadap kebutuhan insulin) menimbulkan hiperglikemia berat
dan dehidrasi dan akhirnya menyebabkan kondisi hiperosmolalitas. KAD terjadi apabila
defisiensi insulin yang berat tidak saja menimbulkan hiperglikemia dan dehidrasi, tetapi jg
mengakibatkan produksi keton meningkat serta asidosis metabolik. Spektrum kedua kondisi
ini dapat saling overlap.

PENDEKATAN DIAGNOSIS
1. KAD
 Anamnesis
Mual/muntah, haus/poliuria, nyeri perut, sesak napas; gejala berkembang dalam
waktu <24jam. Faktor presipitasi meliputi riawayat pemberian insulin inadekuat,
infeksi (pneumonia, infeksi saluran kemih, infeksi intraabdominal, sepsis), infark
(serebral, koroner, mesenterika, perifer), obat (kokain), kehamilan.
 Pemeriksaan Fisik
Takikardia, dehidrasi, hipotensi, takipnea, pernapasan kussmaul, distres pernapasan,
napas bau keton, nyeri tekan perut (menyerupai pankreatitis akut), letargi atau koma.
 Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis KAD ditegakan bila ditemukan hiperglikemia (>250 mg/dL), ketonemia
dan atau ketonuria dan asidosis metabolik (HC)3<18) dengan anion gap meningkat.
2. SHH
 Anamnesis
Riwayat poliuria, berat badan turun, dan berkurangnya asupan oral yang terjadi
dalam beberapa minggu dan akhirnya terjadi letargi/koma. Faktor presipitasi meliputi
infark miokard, stroke, sepsis, pneumonia, infeksi berat lainnya, keadaan seperti
riwayat stroke sebelumnya atau demensia atau situasi sosial yang menyebabkan
asupan air berkurang.
 Pemeriksaan Fisik
Dehidrasi, hipotensi, takikardia, perubahan status mental.
 Pemeriksaan Penunjang
Hiperglikemia (dapat >600 mg/dL), hiperosmolalitas (>350 mOmsmol/L), azotemia
prerenal. Asidosis dan ketonemia tidak ada atau rinngan. pH >7,3 dan bikarbonat >
18 mEq/L.

Tabel 1. Kriteria Diagnostik KAS dan SHH


KAD SHH
Ringan (kadar Sedang (kadar Berat (kadar Kadar GD
GD > 250 GD >250 mg/dL GD > 250 >600 mg/dL
mg/dL) mg/dL
pH arteri 7,25-7,30 7,00-7,24 <7,00 >7,30
Bikarbonat
15-18 10-15 <10 >18
serum
Keton urin Positif Positif Positif Kecil
Keton serum Positif Positif Positif Kecil
Osmolalitas >320
Barvariasi Bervariasi Bervariasi
serum efektif mOms/kg
Anion gap >10 >12 >12 Bervariasi
Status mental Sadar/mengantu
Sadar Stupor/koma Stupor/koma
k
GD = glukosa darah; Osmolalitas serum efektif = 2x [Na* ukur (mEq/L)] + glukosa
(mg/dL/18;
Anion gap = (Na*) - [(Cl + HCO3 (meq/L)]

DIAGNOSIS BANDING
Stravation ketosis, alchoholic ketoacidosis, asidosis laktat, penyalahgunaan obat-obatan
(salisilat, metanol, etilen, glikol, paraldehid), akut pada gagal ginjal kronik.

TATALAKSANA
1. Pemberian cairan
Pemberian cairan mengikuti algoritma:
Cairan Intravena

Menentukan status hidrasi

Hipovolemia berat Dehidrasi ringan Renjatan kardiogenik

NaCl 0,9% (1L/hari) Evaluasi natrium Observasi hermodinamik


serum terkoreksi

Na serum tinggi Na serum normal Na serum rendah

NaCl 0,45% (250-500 mL/jam) NaCl 0,9% (250-500 mLjam)


tergantung status hidrasi

Jika glukosa serum mencapai 200 mg/dL (KAD) atau 300 mg/dL (SHH), ganti cairan dekstrosa 5% menjadi NaCl 0,45% (15

Gambar 1. Alogoritma Pemberian Cairan


2. Terapi Insulin

Insulin: Regular

0,1 U/kgBB
sebagai bolus IV

0,1 U/kg/BB/jam
sebagai infus
insulin kontinu IV

Jika GD turun 50-75 mg/dL,


naikkan drip insulin

Ketika kadar GD mencapai 200 Ketika GD mencapai 200 mg/dL,


mg/dL, turunkan infus insulin turunkan infus insulin regular
regularr menjadi 0,05-0,1 menjadi 0,05-0,1 u/kgBB/jam IV,
U/kgBB/jam IV, pertahankan kadar pertahankan kadar GD antara 200
GD antara 150 dan 200 mg/dL dan 300 mg/dL sampai pasien sadar

Periksa kadar elektrolit, pH vena, kreatinin, dan GD tiap 24


jam sampai pasien stabil. Setelah terjadi resolusi KAD atau
SHH dan ketika pasien mampu untuk makan, berikan
regimen insulin subkutan. Untuk mengganti dari IV ke
subkutan, lanjutkan infus insulin IV selama 1-2 jam setelah
insulin subkutan dimulai untuk mencapai kadar insulin
plasma yang adekuat. Pada pasien insulin-naive, mulai
Gambar 2. Algoritma Protolol Tatalaksana Insulin pada Pasien Dewasa dengan KAD
atau SHH
3. Koreksi Kalium

Kalium

Periksa fungsi ginjal


(urine output – 50 mL/hari/kgBB

Kalium <3.0 mEq/L Kalium 3.0-5.0 mEq/L Kalium >5.0 mEq/L

 Jangan memberikan Kalium 20-30 mEq/L Jangan berikan kalium.


insulin terlebuh dalam setiap liter cairan Periksa kadar kalium
dahulu intravena untuk setiap 2 jam
 Kalium 20-30 menjaga kadar kalium
mEq/L sampai
Gambar 3. Algoritma Koreksi Kalium pada Pasien Dewasa dengan KAD atau SHH

4. Bikarbonat
 Jika pH vena <6,9 berikan 100 mmol natrium bikarbonat dalam 400 ml sterile water
ditambah 20 mEq KECIL diberikan selama 2 jam. Jika pH msh <7, ulangi setiap 2
jam sampai pH >7. Periksa kadar kalium serum setiap 2 jam.
5. Pemantauan
Pantau tekanan darah, nadi, napas, status mental, asupan cairan dan urin tiap 1-4 jam.

KOMPLIKASI
Renjatan hipovolemik, trombosit vena, perdarahan saluran cerna atas, sindrom distres
pernapasan akut.
Komplikasi pengobatan adalah hipoglikemia, hipokalemia, over load edema serebral.

PROGNOSIS
KAD memiliki angka kematian 2% untuk usia <65 tahun dan22% untuk usia >65 tahun.
SHH memiliki angka mortalitas 20-30%.

Anda mungkin juga menyukai