Anda di halaman 1dari 4

Nama : Igrisa Majid

UAS : Hukum Internasional

1. Hukum dalam WTO sendiri tidak mengizinkan pembatasan kuantitatif terhadap


barang. Dalam konteks perdagangan internasional, justru tiap-tiap anggota WTO
tidak diperbolehkan melarang pengimporan atau pengeksporan barang tertentu,
dan tidak ada pembatasan kuota terhadap barang. Pada hukum internasional,
Indonesia memiliki hak untuk mengajukan gugatan terhadap Negara-negara
yang melanggar ketentuan di atas, dengan dasar hukum tidak boleh ada
diskriminasi, akses pasar internasional, dan kebijakan perdagangan yang tidak
adil.
2. Karena Indonesia telah meratifikasi beberapa instrument hukum internasional
lainnya yang berkaitan dengan hak asasi manusia. Di samping itu juga sudah
memebntuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM) sebagai
salah satu institusi vital yang bertujuan melakukan penyelidikan terkait
persoalan HAM. Tetapi, bisa dikatakan bahwa Indonesia tidak berkenaan
meratifikasi konvensi tersebut karena Indonesia sendiri masih memiliki
beberapa catatan kelam terkait pelanggaran hak asasi manusia yang belum
selesai hingga sekarang.
3. Perbedaan IMTFE, ICTY dan ICC adalah :
IMFTE hanya melaksanakan persidangan terhadap pemimpin senior politik dan
militer Jepang dengan tujuan untuk menghukum “Far Eastern War Criminals”.
Sementara ICTY untuk mengadili individu-individu pelaku kejahatan terhadap
kemanusiaan, kejahatan perang, pelanggaran berat Konvensi Jenewa 1949 serta
genosida, sedangkan yurisdiksi ICC adalah pada kejahatankejahatan yang
merupakan kejahatan paling serius dalam pandangan masyarakat intemasionai,
mencakup sebagai berikut:
a. the crimeof genocide
b. crimes against humanity
c. war crimes
d. the crime of agression
Jadi, dengan demikian yang membedakan tiga pengadilan ini adalah cakupan
wilayahnya, di mana IMFTE hanya berlaku untuk senior politik Jepang, ICTY
hanya berlaku di Rwanda, sedangkan ICC berlaku untuk semua Negara-negara
peserta statute maupun non statute.

4. Zona ekonomi eksklusif adalah suatu daerah di luar dan berdampingan dengan
laut teritorial, yang tunduk pada rejim hukum khusus yang mana hak-hak dan
yurisdiksi Negara pantai dan hak-hak serta kebebasan-kebebasan Negara lain
telah diatur di dalamnya. Negara asing juga memiliki hak di dalamnya, yang
mana telah diatur dalam Pasal 58 ayat 1 bahwa ‘’Di zona ekonomi eksklusif, semua
Negara, baik Negara berpantai atau tak berpantai, menikmati, dengan tunduk pada
ketentuan yang relevan Konvensi ini, kebebasan kebebasan pelayaran dan penerbangan,
serta kebebasan meletakkan kabel dan pipa bawah laut yang disebut dalam pasal 87 dan
penggunaan laut lain yang sah menurut hukum internasional yang bertalian dengan
kebebasan-kebebasan ini, seperti penggunaan laut yang berkaitan dengan pengoperasian
kapal, pesawat udara, dan kabel serta pipa di bawah laut, dan sejalan dengan ketentuan-
ketentuan lain Konvensi ini.’’ Akan tetapi dalam ayat 3 mnegeasskan adanya
ketentuan hak dan kewajiban yang harus ditaati. Berikut bunyi Pasalnya, ‘’Dalam
melaksanakan hak-hak memenuhi kewajibannya berdasarkan Konvensi ini di zona
ekonomi eksklusif, Negaranegara harus memperhatikan sebagaimana mestinya hak-hak
dan kewajiban Negara pantai dan harus mentaati peraturan perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Negara pantai sesuai dengan ketentuan Konvensi ini dan peraturan
hukum internsional lainnya sepanjang ketentuan tersebut tidak bertentangan dengan
ketentuan Bab ini.’’
5. Iya tindakan Negara A beralasan. Dalam ketentuan UNCLOS telah diatur
dengan jelas tentang Penegakan Peraturan perundang-undangan Negara pantai
bahwa:
1. Negara pantai dapat, dalam melaksanakan hak berdaulatnya untuk melakukan
eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber kekayaan hayati di
zona ekonomi eksklusif mengambil tindakan demikian, termasuk menaiki
kapal, memeriksa, menangkap dan melakukan proses peradilan, sebagaimana
diperlukan untuk menjamin ditaatinya peraturan perundang-undangan yang
ditetapkannya sesuai dengan ketentuan Konvensi ini.
2. Kapal-kapal yang ditangkap dan awak kapalnya harus segera dibebaskan
setelah diberikan suatu uang jaminan yang layak atau bentuk jaminan
lainnya.
3. Hukuman Negara pantai yang dijatuhkan terhadap pelanggaran peraturan
perundang-undangan perikanan di zona ekonomi eksklusif tidak boleh
mencakup pengurungan, jika tidak ada perjanjian sebaliknya antara Negara-
negara yang bersangkutan, atau setiap bentuk hukuman badan lainnya.
4. Dalam hal penangkapan atau penahanan kapal asing Negara pantai harus
segera memberitahukan kepada Negara bendera, melalui saluran yang tepat,
mengenai tindakan yang diambil dan mengenai setiap hukuman yang
kemudian dijatuhkan.

Di samping itu juga, ada pasal 87


mengenai kebebasan laut lepas, yakni;

1. Laut lepas terbuka untuk semua Negara, baik Negara pantai atau tidak berpantai.
Kebebasan laut lepas, dilaksanakan berdasarkan syarat-syarat yang ditentukan
dalam Konvensi ini dan ketentuan lain hukum internasional. Kebebasan laut lepas
itu meliputi, inter alia, baik untuk Negara pantai atau Negara tidak berpantai :

(a) kebebasan berlayar;

(b) kebebasan penerbangan;


(c) kebebasan untuk memasang kabel dan pipa bawah laut, dengan tunduk
pada Bab VI;

(d) kebebasan untuk membangun pulau buatan dan instalasi lainnya yang
diperbolehkan berdasarkan hukum internasional, dengan tunduk pada Bab
VI;

(e) kebebasan menangkap ikan, dengan tunduk pada persyaratan yang


tercantum dalam bagian 2;

(f) kebebasan riset ilmiah, dengan tunduk pada Bab VI dan XIII.

6. Menurut pakar hukum internasional, Oona Hathaway dari Universitas Yale,


mengatakan bahwa tewasnya Qasem Soleiman adalah yang paling melanggar
hukum dan melanggar hukum hak asasi manusia internasional: Di luar konteks
permusuhan aktif, penggunaan drone atau cara lain untuk pembunuhan
bertarget hampir tidak pernah mungkin legal. Jadi, dapat dikatakan bahwa
tindakan AS membunuh pejabat pemerintah lain tanpa serangan besar atau
ancaman serangan yang jelas terhadap otonomi dasar AS adalah tindakan
perang ilegal.

Anda mungkin juga menyukai