Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 2 HKUM430538

NAMA : JEREMIA MARSHALL TERRY


NIM : 041951853

Susi Pudjiastuti menyesap kopi hitamnya santai sesaat sebelum menuju lokasi penenggelaman 13
kapal Vietnam di perairan Pulau Datuk, Kalimantan Barat, Sabtu (04/05). Kapal-kapal itu akan
ditenggelamkan karena kedapatan menangkap ikan di perairan Indonesia.

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-48131222

Pertanyaan dan Jawaban :

1. Jelaskan bagaimana keterkaitan antara kasus di atas dengan yurisdiksi ekstra teritorial laut!
Jawab :
Untuk yuridiksi ekstra teritorial laut beberapa sumber hukum pidana internasionalyang harus
diperhatikan misalnya :Konvensi PBB Hukum Laut Internasional tahun 1982 yang
menetapkan batas laut wilayah atau laut teritorial nasional adalah 12 mil diukur dari garis
pangkal pantai yang disesuaikan; Hak lintas damai yang diatur pada Pasal 14
Konvensi Jenewa 1958 tentang pengaturan kegiatan pada laut wilayah dan zona
sepadan yang mengandung Hak Lintas Damai. Adapun bentuk Hak Lintas Damai yakni
melintasi tanpa memasuki laut pedalaman, melintas dari laut pedalaman menuju ke laut bebas
dan atau membuang sauh dan berhenti karena keadaan tertentu.Pengaturan limitatif hak atas
laut lepas daiatas 12 Mil sekalipun dimiliki oleh Negara manapun akan tetapi menurut sumber
hukum kebiasaan internasional setiap kejahatan internasional yang terjadi di atas laut lepas
maka yuridiksi sepenuhnya diserahkan pada bendera negara kapal Bahkan adanya Hak bagi
negara pantai untuk melakukan pengejaran seketika (Hot Pursuit) terhadap kapal yang
melakukan pelanggaran atau diduga terjadi tindak pidanadiatas kapal sesuai pasal 111
konvensi hukum laut 1982.
menurut Hukum Internasional, penindakan penenggelaman kapal kasus illegal fishing di
wilayah yurisdiksi Indonesia yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia tidak melanggar ketentuan yang terdapat
dalamUNCLOS 1982 atau yang dikenal sebagai Hukum Laut Internasional. UNCLOS
1982tidak memberikan ketentuan-ketentuan yang detail tentang boleh atau
tidaknyapenenggelaman kapal asing pelaku illegal fishing. Akan tetapi, UNCLOS
1982.
Memberikan pengaturan akan hak-hak atas perairan sesuai rezim perairan. Hak untuk
melindungi Kedaulatan atas Perairan Pedalaman, Perairan Kepulauan dan Laut
Teritorial yang dijamin UNCLOS 1982 menjadi payung hukum atas tindakan-
tindakan tegas hukum nasional negara-negara pantai. Terkait dengan ZEE, UNCLOS1982
memberi guidance untuk memberi notifikasi negara asal kapal pelaku illegal fishing atas
tindakan-tindakan hukum negara pantai dalam hal ini adalah Indonesia. Penindakan
penenggelaman kapal kasus illegal fishing di wilayah yurisdiksi Indonesia yang
dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan RepublikIndonesia sudah
berdasarkan bukti permulaan yang cukup. Bukti permulaan yangcukup diantaranya
adalah kapal perikanan berbendera asing yang melakukanpenangkapan ikan di
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesiatidak memiliki SIPI atau
SIKPI dan lain-lain. Penenggelaman kapal ini pun tidak melanggar ketentuan Hukum
Nasional apapun karena sudah sesuai dengan Pasal 69ayat 4 Undang-Undang Nomor 45
Tahun 2009 tentang Perikanan.
2. Sejauh mana keberlakukan yurisdiksi ekstra teritorial di wilayah pelabuhan atau laut
pedalaman!
Jawab :
Perluasan yurisdiksi pidana berdasar- kan asas teritorial meliputi yurisdiksi ekstrateritorial di
darat, yurisdiksi ekstra teritorial di laut dan yurisdiksi ekstra teritorial diudara. Perluasan
yurisdiksi pidana di wilayah darat muncul dengan adanya "ExtraTerritoriality theory" yang
menimbulkan dua yurisdiksi yaitu yurisdiksi negarapenerima dan yurisdiksi negara
pengirim, pengaturan ini terdapat dalam KonvensiWina 1961 tentang hubungan
diplomatik.Unsur-unsur negara menurut Konvensi Montivideo 1933 adalah penduduk,
wilayah,pemerintahan yang berdaulat dan kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan
negara lain. Wilayah negara yang merupakan salah satu unsur negara yang terdiri dariwilayah
darat, laut dan udara beserta pemerintahan dan penduduknya, yang terdiri dari perwujudan
social dan phisik dari ciri utama badan hukum internasional adalah merupakan perwujudan
suatu negara. Kompetensi (kewenangan) hukum negara-negara dan peraturan-
peraturan perlindungannya berada pada batas-batas phisik,keadaan dalam negeri, dan
anggapan adanya kestabilan negara tersebut.Kewenangan hukum negara-negara di dalam
melindungi wilayah-nya biasanya disebut dengan istilah kedaulatan dan yurisdiksi
". Penggunaan istilah yurisdiksi sering tidak konsisten di dalam berbagai sumber hukum
karena mendasarkan pada karya-karya pejabat yang berwenang. Pendapat para pejabat hukum
atau negarawan-negarawan Perluasan yurisdiksi pidana di suatu wilayah negara
menyangkut pembahasan perluasan yurisdiksi pidana berdasarkan asas teritorial.
Perluasan yurisdiksi pidana berdasarkan asas teritorial dapat dibedakan menjadi tiga
wilayah,yaitu yurisdiksi ekstra teritorial di darat, yurisdiksi ekstra teritorial di laut
dany urisdiksi ekstra teritorial di udara.
Yurisdiksi ekstra teritorial di laut.Pada dasarnya yurisdiksi teritorial yang dimiliki oleh kapal
di luar wilayahnya dapat dibedakan menjadi :
 yurisdiksi ekstra teritorial kapal asing di pelabuhan;
 yurisdiksi ekstra teritorial kapal asing di perairan pedalaman;
 yurisdiksi ekstra teritorial kapal asing di laut wilayah:
 yurisdiksi ekstra teritorialkapal asing di laut lepas.
3. Jelaskan landasan hukum yang menjadi dasar benar atau salahnya perbuatan berdasar kutipan
peristiwa di atas.
Jawab :
Adapun pasal soal penenggelaman kapal asing dapat kita temukan dalam Pasal 69ayat (4) UU
Perikanan yang berbunyi: (1) Kapal pengawas perikanan berfungsi melaksanakan pengawasan
dan penegakan hukum di bidang perikanan dalam wilayah pengelolaan perikanan Negara
Republik Indonesia.(2) Kapal pengawas perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dapat dilengkapi dengan senjata api.(3) Kapal pengawas perikanan dapat menghentikan,
memeriksa, membawa, danmenahan kapal yang diduga atau patut diduga melakukan
pelanggaran di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia ke
pelabuhan terdekat untukpemrosesan lebih lanjut.(4) Dalam melaksanakan fungsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) penyidik dan/atau pengawas perikanan dapat
melakukan tindakan khusus berupa pembakaran dan/atau penenggelaman kapal perikanan
yang berbendera asing berdasarkan buktipermulaan yang cukup.penenggelaman kapal
perikanan berbendera asing merupakan tindakan khusus yang dilakukan oleh kapal
pengawas perikanan dalam menjalankan fungsinya sekaligus sebagai penegak hukum di
bidang perikanan. Yang dimaksud dengan “kapal pengawas perikanan” adalah kapal
pemerintah yang diberi tanda tertentu untukmelakukan pengawasan dan penegakan
hukum di bidang perikanan(lihat Penjelasan Pasal 69 ayat (1) UU Perikanan). Namun, hal
penting yang perlu diperhatikan terkait penenggelaman kapal asing iniadalah penenggelaman
itu tidak boleh dilakukan sewenang-wenang dan harusberdasarkan bukti permulaan
yang cukup. Yang dimaksud dengan “bukti permulaan yang cukup” adalah bukti permulaan
untuk menduga adanya tindak pidana di bidang perikanan oleh kapal perikanan berbendera
asing, misalnya kapal perikanan berbendera asing tidak memiliki Surat
IzinPenangkapan Ikan (“SIPI”) dan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (“SIKPI”), serta nyata-
nyata menangkap dan/atau mengangkut ikan ketika memasuki wilayah pengelolaan
perikanan Negara Republik Indonesia. Ketentuan ini menunjukkan bahwa tindakan
khusus tersebut tidak dapat dilakukan dengan sewenang-wenang,tetapi hanya
dilakukan apabila penyidik dan/atau pengawas perikanan yakin bahwa kapal perikanan
berbendera asing tersebut betul-betul melakukan tindak pidana di bidang perikanan.
Demikian yang dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 69 ayat (4) UU Perikanan. Menjawab
pertanyaan, ini artinya memang penenggelaman kapal asing itu sudah dibenarkan
oleh undang-undang, asal sesuai dengan prosedur yang ditentukan oleh undang-undang. Di
samping itu, sebagaimana dijelaskan dalam artikel Penenggelaman Kapal Asing Pencuri
Ikan Dilindungi UU, soal dampaknya dalam upaya penegakan hukum laut di Indonesia,
Anggota Komisi III DPR, S. Dasco Ahmad mengatakan bahwa penenggelaman kapal
ikan asing dipastikan akan menimbulkan efek jera karena kapal tersebut merupakan alat
produksi utama pelaku pencurian. Kalau kapal dan perlengkapannya yang berharga
mahal tersebut ditenggelamkan, pencuri akan berpikir seribu kali untuk mengulangi
pencurian diwilayah Indonesia karena motif pencurian adalah mencari keuntungan.praktik
pembakaran dan penenggelaman kapal ikan asing yang tertangkap tanganmencuri
ikan adalah praktik yang lumrah yang juga dilakukan banyak negara lain.Selain itu, persoalan
pencurian ikan oleh kapal asing bukanlah persoalan hilangnya sumber daya perikanan belaka
melainkan juga soal pelanggaran kedaulatan Negara yang merupakan hal sangat prinsip bagi
kita. Kita harus tunjukkan bahwa dalam hal penegakan hukum dan kedaulatan kita tidak
pernah main-main.Dengan demikian dapat di simpulkan Kewenangan penyidik untuk
melaksanakan pembakaran/penenggelaman kapal tindak pidana illegal fishing
berbendera asing secara langsung tanpa putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap
merupakan tindakan yang bertentangan dengan Pasal 28D Ayat (1) UUDNRI 1945 dan
tidak sesuai dengan SPP yang ada di Indonesia yang menerapkan DPM dan CCM secara
ideal. Kewenangan tersebut telah merampas hak tersangka/terdakwa yang diatur diKUHAP
sehingga tidak memberikan keadilan dan kepastian hukum yang mana seharusnya
penenggelaman/pembakaran kapal dilakukan berdasarkan putusanpengadilan yang
berkekuatan hukum tetap. KKP selaku penyidik PNS dalam tindakpidana illegal fishing
tidak berwenang untuk melakukan eksekusi penenggelaman/pembakaran kapal tindak
pidana illegal fishing berbendera asing. SPP di Indonesia telah mengatur bahwa kewenangan
untuk melakukan eksekusi terhadapputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap
termasuk diantaranya pemusnahan kapal sebagai benda sitaan yang dipergunakan untuk
melakukan tindak pidana illegalfishing merupakan kewenangan Jaksa selaku penuntut
umum sehingga penenggelaman/pembakaran kapal harus dilaksanakan oleh Jaksa sekalu
eksekutor.Dan sebagai saran dari penulis Agar Pemerintah bersama DPR RI segera
melakukan revisi terhadap UU 45/2009 dengan mencabut kewenangan Penyidik
untuk melakukan penenggelaman/pembakaran kapal secara langsung. Agar Jaksa
selaku eksekutor dalam penenggelaman/pembakaran kapal dalam melakukan eksekusi
melakukan kordinasi dan turut mengundang penyidik PNS dan pengawas perikanan sebagai
saksi dalam melakukan eksekusi

Anda mungkin juga menyukai