Anda di halaman 1dari 9

TATAP MUKA VI

HUKUM UDARA, LAUT DAN RUANG ANGKASA

(KAPAL VIETNAM MENABRAK KAPAL KRI


TJIPTADI -381)
Kapal Vietnam menabrak KRI Tjiptadi -381

Kejadian kapal Vietnam yang dengan sengaja menabrak KRI Tjiptadi -381 terjadi
pada hari Sabtu, 27 April 2019 pkl.14.45 WIB. Insiden tersebut berada di Perairan
Indonesia tepatnya di Laut Natuna Utara. Bermula saat KRI Tjiptadi -381
melaksanakan penegakan Hukum dan Kedaulatan di Perairan Indonesia, tepatnya di
Laut Natuna Utara terhadap KIA Vietnam BD 979 yang sedang melaksanakan
illegal fishing dan menangkap KIA Vietnam.
DASAR HUKUM

Dalam Pasal 8 ayat (1) UNCLOS 1982 disebutkan bahwa yang dinamakan Perairan
Pedalaman adalah perairan pada sisi darat garis pangkal laut teritorial. Pasal tersebut
selengkapnya berbunyi, “Perairan pada sisi darat garis pangkal laut teritorial
merupakan bagian perairan pedalaman Negara tersebut”. Sedangkan dalam Pasal 3 (4)
UU No.6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia disebutkan bahwa, “Perairan
pedalaman Indonesia adalah semua perairan yang terletak pada sisi darat dari garis air
rendah dari pantai-pantai Indonesia, termasuk kedalamnya semua bagian dari perairan
yang terletak pada sisi darat dari suatu garis penutup sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7. Perairan pedalaman Indonesia terdiri atas : laut pedalaman dan perairan darat.
Perincian dari Perairan Indonesia berdasarkan ketentuan-ketentuan dari UU No.4/prp
tahun 1960 (sekarang UU No.6 Tahun 1996), Hukum laut secara tradisional mengadakan
pembagian laut atas laut lepas, laut wilayah dan perairan pedalaman.
Faktor Penyebab Maraknya Illegal Fishing di
Indonesia

1. Terjadinya overfishing (tangkap lebih) di negara-negara tetangga yang kemudian


mencari daerah tangkapan di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan produksi
dan pemasarannya.
2. Sistem penegakan hukum di laut masih lemah.
3. Sebagian oknum penegak hukum di laut (TNI-AL, POLRI, Kejaksaan, dan
KKP) ditenggarai merupakan bagian dari jaringan usaha penangkapan ikan oleh
para nelayan (perusahaan) asing secara illgal di wilayah laut Indonesia.
4. Sistem dan mekanisme perizinan kapal ikan masih diwarnai oleh praktik KKN
(Kolusi, Korupsi dan Nepotisme).
HUKUM LAUT INTERNASIONAL

A. Defenisi Hukum Laut

1. Albert W Koers
Sekumpulan atau serangkaian peraturan yang menyangkut tentang wilayah laut .

2. Mr w L.P.A Molengraff , Mr. H.F.A VOLLMAR


Peraturan-peraturan hukum yang ada hubugannya dengan pelayaran kapal dilaut dan keistimewa mengenai pengangkutan orang atau barang
dengan kapal laut.
Kesimpulan

• Terkait tindakan yang dilakukan oleh KRI Tjiptadi -381 sudah benar dengan
menahan diri, meminimalisir adanya ketegangan atau insiden yang lebih buruk
diantara kedua Negara.
• Masih sangat banyak faktor-faktor yang menyebabkan ilegal fishing, dan
kurangannya penjagaan disekitar perbatasan laut Indonesia dengan negara
tetangga, sehingga menyebabkan pencurian-pencurian ikan yang dilakukan
negara tetangga.
Saran
Kondisi alam yang berubah-ubah akan terus mempengaruhi letak Garis Pangkal
Lurus Kepulauan sehingga dapat juga mempengaruhi letak wilayah teritorial laut
suatu negara. Agar dapat menegaskan data Koordinat Geografis suatu negara
kepulauan akibat pergeseran Garis Pangkal Lurus Kepulauan yang dapat
mempengaruhi letak wilayah teritorial laut.
Maka demi kepastian hukum, Konvensi Hukum Laut 1982 (UNCLOS) yang
mengatur perubahan letak Garis Pangkal Lurus Kepulauan harus diatur lebih tegas.
Klausula yang diatur adalah ketentuan tentang perubahan daftar Koordinat
Geografis atau peta secara berkala dan rutin. Hal tersebut untuk menegaskan letak
batas laut teritorial, zona tambahan, zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen
negara-negara pantai maupun negara-negara kepulauan.

Anda mungkin juga menyukai