Anda di halaman 1dari 16

HAK-HAK PERORANGAN DAN KEBIJAKAN HAK

ATAS TANAH
A. HAK-HAK PRIMER ATAS TANAH A. HAK GUNA USAHA
B. PENCABUTAN HAK ATAS
TANAH B. HAK GUNA
C. PEMBEBASAN HAK ATAS BANGUNAN
TANAH/PENGADAAN TANAH C. HAK PAKAI ATAS
D. KEBIJAKAN PEMERINTAH DI
BIDANG PERTANAHAN PADA
TANAH
MASA REFORMASI D. TANAH TELANTAR
E. PERATURAN PRESIDEN NO. 7
TAHUN 2005 TENTANG
E. PEWAKAFAN TANAH
RENCANA PEMBANGUNAN HAK MILIK
JANGKA MENENGAH F. HAK PENGELOLAAN
NASIONAL TAHUN 2004-2009
A. HAK-HAK PRIMER ATAS TANAH

Hak milik atas tanah


Hak guna usaha
Hak guna bangunan
Hak pakai
1. Hak Milik Atas Tanah
• hak turun temurun, terkuat, dan terpenuh
yang dapat dipunyai orang atas tanah. Hak
milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak
lain.
Hapusnya Hak Milik Atas Tanah

1. Tanahnya jatuh kepada negara:


• Karena pencabutan hak berdasarkan Pasal 18
UUPA
• Karena penyerahan dengan sukarela oleh
pihak pemiliknya
• Karena ditelantarkan
• Karena ketentuan Pasal 21 ayat (3) dan Pasal
26 ayat (2) UUPA

2. Tanahnya musnah
B. PENCABUTAN HAK ATAS TANAH

• Suatu sarana yang disediakan pemerintah untuk


mengambil hak atas tanah warga negara demi
kepentingan umum, yang didalamnya terdapat
kepentingan bersama rakyat, kepentingan bangsa
dan negara, serta kepentingan pembangunan
Prosedur Pencabutan Hak Atas Tanah

Mengajukan permintaan untuk melakukan pencabutan hak itu kepada


Presiden, dengan peraturan Menteri Agraria melalui Kepala Inspeksi
Agraria

Kepala Inspeksi Agraria mengusahakan supaya permintaan dilengkapi


dengan pertimbangan para kepala daerah yang bersangkutan dan
taksiran ganti kerugiannya

Permintaan tersebut selanjutnya di lanjutkan kepada Menteri Agraria,


disertai pertimbangan pula

Menteri Agraria mengajukan permintaan tadi kepada Presiden untuk


mendapatkan keputusan

Penguasaan tanah dan/atau benda yang bersangkutan baru dapat


dilakukan setelah ada surat keputusan pencabutan dari Presiden dan
setelah dilakukannya pembayaran ganti kerugian yang ditetapkan
Presiden
Pembebasan Hak Atas Tanah/Pengadaan
Tanah

• Melepaskan hubungan hukum yang semula terdapat


pada pemegang hak (penguasa tanah) dengan cara
memberikan ganti rugi. Ganti rugi atas tanah-tanah
yang dibebaskan berupa: tanah-tanah yang telah
mempunyai sesuatu hak berdasarkan UU No. 5
Tahun 1960, tanah-tanah masyarakat hukum adat
Pokok-Pokok Kebijakan Pengadaan Tanah

Kebijakan pemerintah terhadap pengadaan


tanah merupakan suatu kebijakan yang
berkaitan dengan pengadaan tanah demi
kepentinga umum

Tanah yang diambil dari warga masyarakat


peruntukannya benar-benar untuk kepentingan
pembangunan
Pelaksanaan Pengadaan Tanah
• Bupati/walikota Kepala • Kepala Inspeksi
Daerah sebagai ketua Pemerintahan Daerah
merangkap anggota yang bertanggung jawab
• Kepala Kantor Pertanahan di bidang pembangunan
Kabupaten/Kota sebagai sebagai anggota
wakil ketua merangkap • Kepala Instansi
anggota pemerintah daerah yang
• Kepala Kantor Pelayanan bertanggung jawab di
Pajak Bumi dan Bangunan bidang pertanian,
sebagai anggota sebagai anggota
Pelaksanaan Pengadaan Tanah
• Camat yang wilayahnya • Asisten sekretaris wilayah
meliputi bidang tanah daerah bidang
dimana rencana dan Pemerintahan atau Kepala
pelaksanaan pembangunan bagian Pemerintahan pada
akan berlangsung sebagai Kantor Bupati/Walikota,
anggota sebagai sekretaris I, bukan
• Lurah/Kepala desa yang sebagai anggota
wilayahnya meliputi bidang • Kepala Seksi pada Kantor
tanah dimana rencana dan Pertanahan
pelaksanaan akan Kabupaten/Kota sebagai
berlangsung, sebagai sekretaris II, bukan anggota
anggota
Ganti Kerugian

• Peraturan ini menyangkut mengenai dasar


perhitungan dalam melakukan pembayaran ganti
kerugian atas dasar hak atas tanah yang akan
diambil untuk pembangunan demi kepentingan
umum
Pelaksanaan Ganti Kerugian Pasal 17
Keppres Nomor 55 Tahun 1993

Ganti kerugian diserahkan langsung kepada:

• Pemegang hak atas tanah atau ahli warisnya yang sah


• Nadzir, bagi tanah wakaf

Dalam hal tanah, bangunan, tanaman atau benda yang berkaitan


dengan tanah dimiliki bersama-sama oleh beberapa orang,
sedangkan satu atau beberapa orang dari mereka tidak dapat
ditemukan, maka ganti kerugian yang menjadi hak orang yang tidak
dapat diketemukan tersebut, dikonsinyasikan di Pengadilan Negeri
setempat oleh instansi pemerintah yang memerlukan tanah
D. KEBIJAKAN PEMERINTAH DIBIDANG
PERTANAHAN PADA MASA REFORMASI

Penyusunan rancangan UU Penyempurnaan Undang-Undang No. 5


Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria dan Rancangan
UU tentang Hak atas Tanah serta peraturan perundang-undangan
lainnya di bidang pertanahan

Pengembangan sistem informasi dan manajemen pertanahan yang


meliputi:

• Penyusunan basis data tanah-tanah aset negara /pemerintah/pemerintah daerah di


seluruh Indonesia
• Penyiapan aplikasi data tekstual dan spasial dalam pelayanan pendaftaran tanah dan
penyusunan basis data penguasaan dan pemilikan tanah, yang dihubungkan dengan e-
governmen, e-commerce, dan e-payment
Pemetaan kadastrel dalam rangka inventarisasi dan
registrasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah dengan menggunakan
teknologi citra satelit dan teknologi informasi
untuk menunjang kebijakan pelaksanaan
landreform dan pemberian hak atas tanah

Pembangunan dan pengembangan pengelolaan


penggunaan dan pemanfaatan tanah melalui
sistem informasi geografi, dengan mengutamakan
penetapan sawah beririgasi, dalam rangka
memelihara ketahanan pangan nasional
E. PERATURAN PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL
TAHUN 2004-2009

Program Pemenuhan hak-hak atas tanah:


• Penegakan hukum pertanahan yang adil dan transparan untuk
meningkatkan kepastian hukum hak atas tanah kepada masyarakat
melalui sinkronisasi peraturan perundang-undagan pertanahan,
penyelesaian konflik dan pengembangan budaya hukum
• Penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan
tanah yang berkeadilan, berkelanjutan, dan menjunjung supremasi
hukum
• Pembentukan lembaga penyelesaian konflik agraria
• Redistribusi secara selektif terhadap tanah absentia dan perkebunan
sesuai dengan undang-undang pokok agraria
• Pembangunan sistem pendaftaran tanah yang transparan dan
efisien
Lanjutan...
 Sertifikasi massal dan murah  Komunikasi, informasi,
bagi masyarakatmiskin dan edukasi mengenai
 Perlindungan tanah ulayat hak-hak masyarakat
masyarakat adat tanpa miskin terhadap tanah
diskriminasi gender
 Pembentukan forum lintas
 Fasilitas dan
pelaku pelaku dalam perlindungan hak atas
penyelesaian sengketa tanah tanah bagi kelompok
 Fasilitasi partisipasi masyarakt rentan
miskin dan lembaga adat  Pemberian jaminan
dalam perencanaan dan kompensasi terhadap
pelaksanaan tata ruang kelompok rentan yang
terkena penggusuran

Anda mungkin juga menyukai