Anda di halaman 1dari 10

NAMA : RIA YULISTA

NIM : 043432156
PRODI : ILMU ADMINISTRASI NEGARA
MK : ADMINISTRASI PERTANAHAN
UPBJJ : BENGKULU

FAKULTAS HUKUM ,ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (FHISIP)


UNIVERSITAS TERBUKA BENGKULU
TAHUN 2023
TUGAS 2 ADMINISTRASI PERTANAHAN

Soal dan Jawaban:

1. Jelaskan tentang Catur Tertib Pertanahan!

Jawaban:

1. Tertib Hukum

Arti tertib hukum ialah setiap bidang tanah mempunyai jaminan kepastian hukum tentang
kepemilikan hak atas tanah tersebut. Jaminan ini menggunakan dokumen sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

2. Tertib Administrasi

Tertib administrasi ditujukan untuk membuat pelayanan kepada masyarakat terkait


pertanahan menjadi lebih lancar, tertib, dan cepat. Hal ini juga tercantum pada Keputusan
Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia tentang Sapta Tertib Pertanahan
No. 277/KEP-7.1/VI/212 yaitu:

❖ Menjalankan Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP) dengan konsisten


❖ Ketaatan menindaklanjuti Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)
❖ Pengelolaan buku tanah, surat ukur, peta, warkah secara baik dan tertib
❖ Pencatatan setiap surat masuk dan surat keluar
❖ Menjawab surat-surat masuk sesuai aturan
❖ Terselenggaranya tata persuratan yang tertib dan lebih efektif/efisien
❖ Standarisasi naskah dinas
❖ Penataan arsip pertanahan (peta, buku tanah, surat ukur, warkah) dalam
manajemen arsip modern
❖ Tersedianya Standard Operating Procedure (SOP) dalam setiap kegiatan
❖ Tersusunnya petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dalam setiap kegiatan

3. Tertib Penggunaan Tanah

Adanya tertib penggunaan tanah ini bertujuan untuk memastikan agar tanah yang ada
dimanfaatkan sesuai dengan kegunaannya. Pemanfaatannya pun bertujuan demi
kesejahteraan bangsa Indonesia.

4. Tertib Pemeliharaan serta Lingkungan Hidup

Keberadaan tertib pemeliharaan serta lingkungan hidup bertujuan agar setiap tanah yang
dapat dimanfaatkan dengan memperhatikan kewajibannya akan pemeliharaan serta
lingkungan hidup itu sendiri.
2. Jelaskan macam pengadilan landreform dan kewenangannya!

Jawaban:

Pengadilan landreform terdiri atas pengadilan landreform pusat dan pengadilan


landreform daerah yang tempat kedudukannya dan daerah hukumnya ditetapkan oleh
menteri kehakiman atas usul menteri agraria. Pengadilan Landreform Pusat adalah
Pengadilan banding dari Pengadilan Landreform Daerah. Pasal 21. Dalam pemeriksaan
banding perkara-perkara pidana termasuk dalam pasal 9 ayat (1) Pengadilan Landreform
Pusat diketuai oleh Ketua Pengadilan Tentara Tinggi yang bertempat kedudukan di
Jakarta.

Pengadilan landreform berwenang mengadili perkara-perkara landreform, yaitu


perkara-perkara perdata, pidana, ataupun administratif yang timbul dalam melaksanakan
peraturan-peraturan landreform 9 Pasal 2 ayat 1 Dalam Pasal 2 ayat 2, disebutkan secara
rinci peraturan yang dimaksudkan dengan peraturan landreform. Peraturan landreform
tidak terbatas pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 dan Undang-Undang Nomor
56 Prp Tahun 1960 serta peraturan-peraturan pelaksanaannya. Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960, Undang-Undang Nomor 38 Prp Tahun 1960, Undang-Undang Nomor 51
Prp Tahun 1960, dan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1964.

Adapun kewenangan Peradilan landreform yaitu merangkul yurisdiksi yang


berbeda dari kasus pertanahan. Pengadilan menjadi institusi hukum yang teramat penting
dalam mewujudkan keadilan, khususnya keadilan dalam ranah negara yang berdasarkan
kepada pancasila. Sebagai sebuah institusi yang mewujudkan keadilan, badan peradilan
harus diperkuat sesuai dengan kemampuan sumber daya manusia untuk menagani
perkembangan kasus yang ada termasuk kasus pertanahan. Pada pasal 13 ayat (1) dan (2)
UU 21 Tahun 1967 tentang Pengadilan Landreform yang berbunyi:

- Pengadilan Landreform Daerah mengadili perkara-perkara Landreform


pada tingkat pertama.
- Yang berwenang mengadili sesuatu perkara landreform adalah Pengadilan
Landreform Daerah dari daerah tempat letak tanah yang tersangkut di
dalam perkara itu.
3. Jelaskan Tata cara pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk
kepentingan umum!

Jawaban:

➔ Tata Cara Pengadaan Tanah Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun


2005

Tata cara pengadaan tanah yang dilaksanakan pemerintah berdasarkan Peraturan


Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan
Pembangunan untuk Kepentingan Umum dilakukan melalui langkah-langkah
berikut.

a. Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan


umum oleh pemerintah atau pemerintah daerah dilaksanakan dengan cara
berikut.

1) Pelepasan atau penyerahan hak atas tanah, pelepasan atau penyerahan


hak atas tanah dilakukan berdasarkan prinsip penghormatan terhadap hak
atas tanah;

2) Pencabutan hak atas tanah pencabutan hak atas tanah berdasarkan


ketentuan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan
Hak-hak atas Tanah dan Benda-benda yang Ada di Atasnya.

b. Pengadaan tanah, selain bagi pelaksanaan pembangunan untuk


kepentingan umum oleh pemerintah atau pemerintah daerah, dilakukan
dengan cara jual beli. tukar-menukar, atau cara lain yang disepakati secara
sukarela oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
c. Pengadaan dan rencana pemenuhan kebutuhan tanah yang diperlukan bagi
pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum hanya dapat
dilakukan apabila berdasarkan pada rencana tata ruang wilayah yang telah
ditetapkan lebih dahulu
d. Bagi daerah yang belum menetapkan rencana tata ruang wilayah,
pengadaan tanah sebagaimana dimaksud dilakukan berdasarkan
perencanaan ruang wilayah atau kota yang telah ada. Apabila tanah telah
ditetapkan sebagai lokasi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan
umum berdasarkan surat keputusan penetapan lokasi yang ditetapkan oleh
bupati wali kota atau gubernur, siapa pun yang ingin melakukan
pembelian tanah di atas tanah tersebut terlebih dahulu harus mendapatkan
persetujuan tertulis dan bupati walikota atau gubernur sesuai dengan
kewenangannya.
e. Pembangunan untuk kepentingan umum yang dilaksanakan pemerintah
atau pemerintah daerah meliputi hal berikut:
● Jalan umum, jalan tol, rel kereta api (di atas tanah, di ruang atas
tanah, ataupun di ruang bawah tanah), saluran air minum air bersih
saluran pembuangan air dan sanitasi
● Waduk, bendungan, irigasi, dan bangunan pengairan lainnya:
● Rumah sakit umum dan pusat kesehatan masyarakat
● Pelabuhan, bandar udara, stasiun kereta api, dan terminal
● Peribadatan
● Pendidikan atau sekolah
● Pasar umum,
● Fasilitas pemakaman umum;
● Keselamatan umum
● Pos dan telekomunikasi,
● Sarana olahraga;
● Stasiun penyiaran radio, televisi, dan sarana pendukungnya
● Kantor pemerintah, pemerintah daerah, perwakilan negara asing.
Perserikatan Bangsa-Bangsa, atau lembaga-lembaga internasional
di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa
● Fasilitas Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya;
● Lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan
● Rumah susun sederhana;
● Tempat pembuangan sampah;
● Cagar alam dan cagar budaya
● Pertanahan;
● Panti sosial;
● Pembangkit, transmisi, dan distribusi tenaga listrik
f. Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan
umum dilakukan melalui musyawarah dalam rangka memperoleh
kesepakatan mengenai hal berikut..
1. Pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum di lokasi
tersebut.
2. Bentuk dan besarnya ganti rugi.
3. Musyawarah dilakukan secara langsung antara pemegang hak atas
tanah bangunan, tanaman, dan benda-benda lain yang berkaitan
dengan tanah bersama panitia pengadaan tanah dan instansi
pemerintah atau pemerintah daerah yang memerlukan tanah
4. Dalam hal jumlah pemegang hak atas tanah tidak memungkinkan
terselenggaranya musyawarah secara efektif, musyawarah
sebagaimana dimaksud dilaksanakan oleh panitia pengadaan tanah
dan instansi pemerintah atau pemerintah daerah yang memerlukan
tanah dengan wakil wakil yang ditunjuk di antara dan oleh
pemegang hak atas tanah sekaligus bertindak selaku kuasa mereka.
5. Penunjukan wakil atau kuasa dan para pemegang hak sebagaimana
dimaksud harus dilakukan secara tertulis, bermaterai cukup yang
diketahui oleh kepala desa lurah atau surat penunjukan kuasa yang
dibuat dihadapan pejabat yang berwenang.
6. Musyawarah dipimpin oleh ketua panitia pengadaan tanah.

g. Dalam hal kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum yang tidak


dapat dialihkan atau dipindahkan secara teknis tata ruang ke tempat atau
lokasi lain, musyawarah dilakukan dalam jangka waktu paling lama 90
hari kalender terhitung sejak tanggal undangan pertama.

1. Apabila setelah diadakan musyawarah tidak tercapai kesepakatan,


panitia pengadaan tanah menetapkan bentuk dan besarnya ganti
ragi dan menitipkan ganti rugi uang kepada pengadilan negeri yang
wilayah hukumnya meliputi lokasi tanah yang bersangkutan.
2. Apabila terjadi sengketa kepemilikan setelah penetapan ganti rugi,
panitia menitipkan uang ganti rugi kepada pengadilan negeri yang
wilayah hukumnya meliputi lokasi tanah yang bersangkutan.

h. Apabila dalam musyawarah telah dicapai kesepakatan antara pemegang


hak atas tanah dan instansi pemerintah dan/atau pemerintah daerah yang
memerlukan tanah, panitia pengadaan tanah mengeluarkan keputusan
mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi sesuai dengan kesepakatan
tersebut.

i. Ganti rugi

1) Ganti rugi dalam rangka pengadaan tanah diberikan untuk

- Hak atas tanah,


- Bangunan
- Tanaman
- Benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah.

2) Bentuk ganti rugi dapat berupa

- Uang
- Tanah pengganti, dan/atau
- Permukiman kembali

3) Dalam hal pemegang hak atas tanah tidak menghendaki bentuk


ganti rug dapat diberikan kompensasi berupa penyertaan modal
(saham) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

4) Penggantian terhadap bidang tanah yang dikuasai dengan hak


ulayat diberikan dalam bentuk pembangunan fasilitas umum atau
bentuk lain yang bermanfaat bagi masyarakat setempat.

5) Dasar perhitungan besarnya ganti rugi didasarkan atas


a) Nilai jual objek pajak atau nilai nyata/sebenarnya dengan
memperhatikan nilai jual objek pajak tahun berjalan
berdasarkan penetapan lembaga/tim penilai harga tanah
yang ditunjuk oleh panitia,
b) Nilai jual bangunan yang ditaksir oleh perangkat daerah
yang bertanggung jawab di bidang bangunan
c) Nilai jual tanaman yang ditaksir oleh perangkat daerah
yang bertanggung jawab di bidang pertanian.

6) Dalam rangka menetapkan dasar perhitungan ganti rugi,


lembaga/tim penilai harga tanah ditetapkan oleh bupati wali kota
atau gubernur bagi Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

7) Ganti rugi diserahkan langsung kepada

a. Pemegang hak atas tanah atau yang berhak sesuai dengan


peraturan perundang-undangan, atau
b. Nazir bagi tanah wakaf

8) Dalam hal tanah, bangunan, tanaman, atau benda yang berkaitan


dengan tanah dimiliki bersama-sama oleh beberapa orang,
sedangkan satu atau beberapa orang pemegang hak atas tanah tidak
dapat ditentukan maka ganti rugi yang menjadi hak orang yang
tidak dapat ditemukan tersebut dititipkan di pengadilan negeri yang
wilayah hukumnya meliputi lokasi tanah yang bersangkutan.

j. Pemegang hak atas tanah yang tidak menerima keputusan panitia pengadaan
tanah dapat mengajukan keberatan kepada bupati/wali kota atau gubernur atau
menteri dalam negeri sesuai kewenangan disertai dengan penjelasan mengenai
sebab-sebab dan alasan keberatan tersebut.

k. Bupati wali kota atau gubernur atau menteri dalam negeri sesuai kewenangan
mengupayakan penyelesaian mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi tersebut
dengan mempertimbangkan pendapat dan keinginan dan pemegang hak atas tanah
atau kuasanya.

l. Setelah mendengar dan mempelajari pendapat dan keinginan pemegang hak atas
tanah serta pertimbangan panitia pengadaan tanah, bupati/wali kota atau gubernur
atau menteri dalam negeri sesuai kewenangan mengeluarkan keputusan yang
dapat mengukuhkan atau mengubah keputusan panitia pengadaan tanah mengenai
bentuk atau besarnya ganti rugi yang akan diberikan

m. Apabila upaya penyelesaian yang ditempuh bupati/wali kota atau gubernur


atau menteri dalam negeri tetap tidak diterima oleh pemegang hak atas tanah dan
lokasi pembangunan yang bersangkutan tidak dapat dipindahkan, bupati wali kota
atau gubernur atau menteri dalam negeri sesuai kewenangan mengajukan usul
penyelesaian dengan cara pencabutan hak atas tanah berdasarkan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-hak atas Tanah dan Benda-benda
yang Ada di Atasnya.

1) Usul penyelesaian sebagaimana dimaksud diajukan oleh bupati/wali kota


gubernur menteri dalam negeri sesuai kewenangan kepada kepala Badan
Pertanahan Nasional dengan tembusan kepada menteri dan instansi yang
memerlukan tanah dan menteri hukum dan hak asasi manusia.

2) Setelah menerima usul penyelesaian kepala Badan Pertanahan Nasional


berkonsultasi dengan menteri dan instansi yang memerlukan tanah serta menteri
hukum dan hak asasi manusia.

3) Permintaan untuk melakukan pencabutan hak atas tanah tersebut disampaikan


kepada presiden oleh kepala Badan Pertanahan Nasional yang ditandatangani oleh
menteri dan instansi yang memerlukan tanah serta menteri hukum dan hak asasi
manusia
DAFTAR PUSTAKA:

https://christiangamas.net/catur-tertib-pertanahan/

https://peraturan.bpk.go.id

BMP ADPU 4335 Administrasi Pertanahan modul 5 Landreform hal 5.4 s/d 5.20

BMP ADPU 4335 Administrasi Pertanahan modul 6 Administrasi pengadaan Tanah hal
6.18 s/d 6.58

Anda mungkin juga menyukai