Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 2 (ADPU4335)

ADMINISTRASI PERTANAHAN
Nama : Wazhudin Noor
NIM : 041769288
Soal
1. Apa yang dimaksud tentang Catur Tertib Pertanahan?
2. Sebutkan dan jelaskan macam-macam pengadilan Landreform dan kewenangannya!
3. Jelaskan tata cara pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum!
Jawaban
1. Catur Tertib Pertanahan merupakan sebuah pedoman yang dibuat melalui Keputusan Presiden
Nomor 7 Tahun 1979 dalam rangka peningkatan pelayanan masyarakat di bidang pertanahan
yang memuat 4 (empat) hal sebagai berikut:
1) Tertib Hukum Pertanahan.
Tertib hukum pertanahan merupakan upaya untuk menumbuhkan kepastian hukum
pertanahan sebagai perlindungan terhadap hak-hak atas tanah dan penggunaannya
dimaksudkan agar terdapat ketenteraman masyarakat dan mendorong gairah membangun.
Tertib hukum pertanahan yang diharapkan sebagai berikut.
a. Seluruh perangkat peraturan perundang-undangan dibidang pertanahan telah tersusun
secara lengkap dan komprehensif.
b. Semua peraturan perundang-undangan dibidang pertanahan telah diterapkan
pelaksanaannya secara efektif.
c. Semua pihak yang menguasai dan/atau menggunakan tanah mempunyai hubungan
hukum yang sah dengan tanah yang bersangkutan menurut peraturan perundang-
undangan.
2) Tertib Administrasi Pertanahan.
Tertib administrasi pertanahan merupakan upaya memperlancar setiap usaha dari
masyarakat yang menyangkut tanah terutama dilakukan dengan pembangunan yang
memerlukan sumber infromasi bagi yang memerlukan tanah sebagai sumber daya, uang,
dan modal. Menciptakan suasana pelayanan agar lancar, tertib, murah, cepat, dan tidak
berbelit-belit berdasarkan pelayanan umum yang adil dan merata. Tertib administrasi yang
diharapkan sebagai berikut.
a. Untuk setiap bidang tanah, telah tersedia catatan mengenai aspek-aspek ukuran fisik,
penguasaan, penggunaan, serta jenis hak dan kepastian hukumnya yang dikelola dalam
sistem informasi pertanahan yang lengkap.
b. Terdapat mekanisme prosedur/tata cara kerja pelayanan di bidang pertanahan yang
sederhana, cepat, dan murah, tetapi menjamin kepastian hukum yang dilaksanakan
secara tertib dan konsisten.
c. Penyampaian warkat-warkat yang berkaitan dengan pemberian hak dan penyertifikatan
tanah telah dilakukan secara tertib, beraturan, dan terjamin keamanannya.
3) Tertib Penggunaan Tanah.
Tertib penggunaan tanah merupakan upaya untuk memaksimalkan penggunaan tanah
sesuai dengan kemampuannya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan
memperhatikan kesuburan dan kemampuan tanah. Tertib penggunaan yang diharapkan
sebagai berikut.
a. Tanah telah digunakan secara optimal, serasi, dan seimbang sesuai dengan potensinya
guna berbagai kegiatan kehidupan dan penghidupan yang diperlukan untuk menunjang
terwujudnya tujuan nasional.
b. Penggunaan tanah di daerah perkotaan telah dapat menciptakan suasana aman, tertib,
lancar, dan sehat.
c. Tidak terdapat benturan kepentingan antarsektor dalam peruntukan penggunaan tanah.
4) Tertib Pemeliharaan Tanah dan Lingkungan Hidup.
Tertib ini merupakan upaya untuk menghindarkan kerusakan tanah, memulihkan
kesuburan tanah, dan menjaga kualitas sumber daya alam serta pencegahan pencemaran
tanah yang dapat menurunkan kualitas tanah dan lingkungan hidup, baik karena alam
maupun tingkah laku manusia. Tertib yang diharapkan sebagai berikut.
a. Penanganan bidang pertanahan telah dapat menunjang upaya pengelolaan kelestarian
lingkungan hidup.
b. Pemberian hak atas tanah dan pengarahan penggunaannya telah dapat menunjang
terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
c. Semua pihak yang mempunyai hubungan hukum dengan tanah telah melaksanakan
kewajiban sehubungan dengan pemeliharaan tanah tersebut.

2. Pengadilan Landreform dibentuk berdasarkan peraturan UU No.21 Tahun 1964 (LN 1964
No.109; penjelasannya dalam TLN No.2701). Pengadilan Landreform berwenang mengadili
perkara-perkara landreform, yaitu perkara-pekara perdata, pidana, ataupun administratif yang
timbul dalam melaksanakan peraturan-peraturan landreform 9 Pasal 2 ayat 1.
Pengadilan landreform terdiri atas pengadilan landreform pusat dan pengadilan landreform
daerah yang tempat kedudukannya dan daerah hukumnya ditetapkan oleh Menteri kehakiman
atas usul Menteri agrarian. Kewenangan dari pengadilan landreform pusat maupun pengadilan
landreform daerah adalah sebagai berikut:
a. Pengadilan landreform pusat.
Selain berwenang untuk mengadili perkara-perkara landreform, masih ada
kewenangan dari pengadilan landreform pusat yaitu sebagai berikut:
1) Memberi pimpinan kepada pengadilan landreform daerah.
2) Melakukan pengawasan terhadap jalan peradilan landreform daerah dan menjaga
supaya peradilan diselenggarakan dengan seksama dan sewajarnya.
3) Melakukan pengawasan secara teliti terhadap perbuatan para hakim pengadilan
landreform daerah.
b. Pengadilan landreform daerah.
Pengadilan landreform daerah juga berwenang untuk mengadili perkara-perkara
landreform, berikut kewenangan pengadilan landreform daerah secara lebih rinci.
1) Pengadilan landreform daerah mengadili perkara-perkara landreform pada tingkat
pertama.
2) Memeriksa, memutuskan, dan mengadili perkara landreform di tempat/letak tanah
yang tersangkut perkara apabila terjadi di daerah/wilayah hukum dari pengadilan
landreform daerah tersebut.

3. Berdasarkan Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007 yang juga selaras dengan UU Nomor
2 Tahun 2012 dan Perpres Nomor 71 Tahun 2012 serta Perpres Nomor 40 Tahun 2014 pada
dasarnya Tata cara pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum
terbagi menjadi dua berdasarkan luas tanahnya. Pertama, untuk tanah yang luasnya lebih dari
dari 1 (satu) hectare. Kedua, untuh tanah yang luasnya tidak lebih dari 1 (satu) hectare (skala
kecil). Tahapan untuk pengadaan tanah yang luasnya lebih dari 1 (satu) hectare meliputi hal
berikut.
1) Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah.
a. Pembentukan panitia pengadaan tanah dibentuk berdasarkan Pasal 5 Perpres Nomor 36
Tahun 2005 sebagaimana telah diubah dengan Perpres Nomor 65 Tahun 2006. Jumlah
maksimal dari anggota kepanitiaan adalah Sembilan orang dengan rincian tugas
sebagai berikut:
a) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
b) Mengadakan penelitian mengenai status hukum bidang tanah dan inventarisasi atas
bidang tanah beserta hal-hal yang berkaitan dengan tanah yang akan dilepaskan.
Serta mengumumkan hasil dari penelitian dan inventarisasi tersebut.
c) Menerima hasil penilaian harga tanah dari lembaga atau tim penilai harga tanah dan
pejabat yang bertanggung jawab menilai bangunan dan/atau tanaman dan/atau
benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah yang akan dilepaskan.
d) Melakukan musyawarah antara pemilik tanah dengan instansi yang memerlukan
tanah dalam rangka menetapkan bentuk dan/atau besarnya ganti rugi serta
menetapkan besarnya ganti rugi atas tanah yang akan dilepas setelah musyawarah
dilakukan.
e) Menyaksikan pelaksanaan penyerahan ganti rugi kepada para pemilik dan membuat
berita acara tentang pelepasan atau penyerahan tanah yang akan dilepas.
b. Apabila letak tanah yang akan dilepaskan untuk pelaksanaan pembangunan guna
kepentingan umum terletak di dua kabupaten/kota atau lebih dalam satu provinsi, maka
dibentuk panitia pengadaan tanah provinsi dengan keputusan gubernur dengan jumlah
maksimal anggota adalah 9 (Sembilan) orang dengan rincian tugas sebagai berikut:
a) Memberikan pengarahan, petunjuk, dan pembinaan bagi pelaksanaan pengadaan
tanah di kabupaten/kota.
b) Mengoordinasikan dan memaduserasikan pelaksanaan pengadaan tanah di
kabupaten/kota.
c) Memberikan pertimbangan kepada gubernur untuk pengambilan keputusan
penyelesaian bentuk dan/atau besarnya ganti rugi yang diajukan oleh bupati/wali
kota.
d) Melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan pengadaan tanah di
kabupaten/kota.
c. Apabila letak tanah yang akan dilepaskan untuk pelaksanaan pembangunan guna
kepentingan umum terletak di dua provinsi atau lebih, maka dibentuk panitia
pengadaan tanah nasional dengan keputusan Menteri dalam negeri dengan jumlah
maksimal anggota adalah 9 (Sembilan) orang dengan rincian tugas sebagai berikut:
a) Memberikan pengarahan, petunjuk, dan pembinaan bagi pelaksanaan pengadaan
tanah di provinsi dan/atau di kabupaten/kota.
b) Mengoordinasikan dan memaduserasikan pelaksanaan pengadaan tanah di provinsi
dan/atau di kabupaten/kota.
c) Menentukan dan/atau menetapkan panitia pengadaan tanah kabupetn/kota untuk
melaksanakan tugas pengadaan tanah di daerah masing-masing.
d) Memberikan pertimbangan kepada Menteri dalam negeri dan kepala badan
pertanahan nasional republik Indonesia untuk pengambilan keputusan penyelesaian
bentuk dan/atau besarnya ganti rugi yang diajukan oleh bupati/wali kota atau
gubernur.
e) Melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan pengadaan tanah di
provinsi dan/atau kabupaten/kota.
2) Penyuluhan.
Penyuluhan dilakukan oleh panitia pengadaan tanah kabupaten/kota bersama instansi
pemerintah yang memerlukan tanah untuk menjelaskan maksud, tujuan, dan manfaat
pembangunan kepada masyarakat serta dalam rangka memperoleh kesediaan para pemilik
tanah. Jika hasil penyuluhan tidak diterima oleh masyarakat, maka panitia mengadakan
penyuluhan kembali (kedua). Namun apabila setelah penyuluhan kedua masih ada 75%
para pemilik tanah yang tidak terima, maka terdapat dua Langkah alternatif yaitu:
a. Mengajukan alternatih tanah dilokasi lain.
b. Apabila lokasinya tidak dapat dipindahkan ke lokasi lain, maka panitia pengadaan
tanah dapat menggunakan UU Nomor 20 Tahun 1961 tentang pencabutan hak-hak atas
tanah dan benda-benda yang ada diatasnya melalui izin kepada bupati/walikota atau
gubernur untuk wilayah DKI.
3) Identifikasi dan Inventarisasi.
Identifikasi dan inventarisasi dilakukan atas penggunaan tanah dan kepemilikan tanah
dan/atau tanaman dan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah meliputi
kegiatan sebagai berikut:
a. Penunjukkan batas dan pengukuran bidang tanah dan/atau bangunan.
b. Pemetaan bidang tanah dan/atau bangunan dan keliling batas bidang tanah.
c. Penetapan batas-batas bidang tanah dan/atau bangunan.
d. Pendataan penggunaan, pemanfaatan, dan status tanah dan/atau bangunan.
e. Pendataan penguasaan dan pemilikan tanah dan/atau bangunan dan/atau tanaman.
f. Pendataan bukti-bukti penguasaan dan pemilikan tanah dan/atau bangunan dan/atau
tanaman serta lainnya yang dianggap perlu.
4) Penunjukan Lembaga/Tim Penilai Harga Tanah.
Panitia pengadaan tanah menunjuk tim penilaian harga tanah yang telah ditetapkan oleh
bupati/walikota dan penilaian didasarkan pada nilai jual objek pajak (NJOP). Adapun
unsur-unsur dari keanggotaan tim penilai harga sebagai berikut.
a. Instansi yang membidangi bangunan.
b. Instansi pemerintah pusat yang membidangi pertanahan nasional.
c. Instansi pelayanan pajak bumi dan bangunan.
d. Ahli dan akademisi yang mempunyai kemampuan untuk menilai harga tanah.
5) Musyawarah.
Musyawarah dilakukan untuk menentukan besarnya ganti rugi dengan berpedoman
kepada kesepakatan para pihak, hasil penilaian dari lembaga/tim penilai harga tanah, dan
tenggat penyelesaian proyek pembangunan.
Musyawarah dianggap mencapai kesepakatan apabila 75% pemilik tanah setuju dengan
jumlah besaran ganti rugi dan dianggap tidak mencapai kesepakatan apabila hanya ada
25% pemilik tanah yang setuju dengan besaran ganti rugi.
6) Keputusan Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten/Kota.
Panitia pengadaan tanah menerbitkan keputusan mengenai bentuk dan/atau besaran
ganti rugi dan daftar nominatif pembayaran ganti rugi. Keputusan tersebut kemudian
disampaikan kepada instansi pemerintah yang memerlukan tanah dengan tembusan
disampaikan kepada kabupaten/kota.
7) Pembayaran Ganti Rugi.
Pemilik ha katas tanah tentunya berhak mendapatkan ganti rugi atas tanah yang telah
dilepaskan mereka. Dalam Pasal 43 Ayat 1dijelaskan bahwa pihak yang berhak menerima
ganti rugi ada dua yaitu pemegang ha katas tanah atau yang berhak sesuai peraturan
perundang-undangan dan Nazir bagi harta benda waqaf.
Selain dalam bentuk uang, ganti rugi juga bisa diberikan dalam bentuk berikut:
a. Tanah dan/atau bangunan pengganti atau permukiman kembali.
b. Tanah, bangunan, dan/atau fasilitas lain yang memiliki harga kurang lebih sama dengan
tanah yang dilepaskan.
c. Rekognisi berupa pembangunan fasilitas umum.
8) Penitipan Ganti Rugi.
Penitipan ganti rugi dilakukan oleh instansi yang memerlukan tanah atas perintah dari
panitia pengadaan tanah kepada pengadilan negeri yang wilayah hukumnya meliputi letak
tanah bagi pelaksanaan pembangunan dalam hal berikut:
a. Tang berhak atas ganti rugi tidak diketahui keberadaannya.
b. Tanah yang dilepaskan masih menjadi objek perkara yangbelum mempunyai kekuatan
hukum tetap.
c. Masih dipersengketakan kepemilikannya dan belum ada kesepakatan penyelesaian.
d. Tanah yang dilepaskan masih disita oleh pihak berwenang.
9) Pelepasan Hak.
Pelepasan hak atas tanah dilakukan bersamaan dengan pembayaran dan penerimaan
ganti rugi dalam bentuk uang dengan tahapan berikut.
a. Instansi pemerintah yang memerlukan tanah membuat tanda terima pembayaran ganti
rugi.
b. Yang berhak atas ganti rugi membuat surat pernyataan pelepasan/penyerahan hak atas
tanah dan seluruh benda yang berkaitan dengan tanah tersebut.
c. Panitia pengadaan tanah kabupaten/kota membuat berita acar pembayaran ganti rugi
dan pelepasan ha katas tanah atau penyerahan tanah.

Sedangkan untuk pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan


umum yang luasnya tidak lebih dari 1 (satu) hectare dilaksanakan secara langsung melalui jual-
beli, tukar-menukar, atau cara lain yang disepakati para pihak tanpa bantuan panitia pengadaan
tanah kabupaten/kota atau dengan bantuan dari panitia.

Sumber Referensi:
1. BMP ADPU4335 Edisi 3 (Modul 1,5, dan 6)
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1964 Tentang Pengadilan
Landreform.

Anda mungkin juga menyukai