1. Tertib Hukum
2. Tertib Administrasi
Dasar hukum Undang-Undang ini adalah : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1) dan Pasal 24 Undang
Undang Dasar; Undang-Undang Nomor 19 tahun 1964 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman; Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor I/
MPRS/1960 dan Nomor II/MPRS/1960; Undang Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok Pokok Agraria; dan Undang Undang Nomor 10 Prp tahun 1960 jo Keputusan Presiden
Nomor 239 tahun 1964.
Dalam Undang-undang ini mengatur tentang : Pengadilan Landreform. Pengadilan Landreform ini
tidak bermaksud untuk memutus segala perkara mengenai tanah atau agraria sebagai suatu
kebulatan. Hal ini disebabkan, karena sifatnya yang khusus untuk memperlancar berjalannya
landreform dan lagi pula tidak mengurangi wewenang Pengadilan Negeri untuk memutus tentang
soal-soal tanah, soal waris-mewaris dan sebagainya yang bila juga akan dibebankan kepada
Pengadilan landreform, pasti akan menghambat pelaksanaan Landreform. Pengadilan Landreform
diadakan dalam dua tingkat, Pengadilan Landreform sehari-hari adalah Pengadilan Landreform
Daerah, sedang di Jakarta diadakan sebuah Pengadilan Landreform Pusat yang berdaerah hukum
seluruh wilayah Republik Indonesia dan ditugaskan sebagai Pengadilan Banding. Tentang Hukum
Acara ditentukan bahwa pada umumnya dipergunakan Hukum Acara yang berlaku untuk Pengadilan
Negeri bagi Pengadilan Landreform Daerah atau Pengadilan Tinggi bagi Pengadilan Landreform
Pusat. Pengecualian terdapat dalam pasal-pasal yang bersangkutan. Hukum Acara tersebut berlaku
juga dalam pemeriksaan pidana landreform, terhadap tertuduh anggota Angkatan Perang, hanya
Ketua sidang adalah Ketua atau Ketua Pengganti atau hakim Pengadilan Tentara dari angkatan yang
bersangkutan, demikian juga jaksa dan penyidiknya
a. Persiapan
Instansi pemerintah yang memerlukan tanah mengajukan permohonan penetapan lokasi Kepada
Bupati/Walikota atau Gubernur untuk wilayah DKI Jakarta dengan tembusan Disampaikan kepada
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. Permohonan penetapan
Lokasi diatur sebagai berikut :
- Untuk lokasi yang terletak di 2 (dua) Kabupaten/Kota atau lebih dalam 1 (satu) Provinsi
diajukan kepada Gubernur.
- Untuk lokasi yang terletak di 2 (dua) provinsi atau lebih diajukan kepada Kepala BPN-RI
2. Pelaksanaan
a. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang luasnya lebih dari 1 (satu) hektar. Khusus
pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang luasnya lebih dari 1 (satu) Hektar
berdasarkan Perpres Nomor 36 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah Dengan Perpres
Nomor 65 Tahun 2006, dibentuk Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten/Kota dengan
Keputusan Bupati/Walikota atau Gubernur untuk wilayah DKI Jakarta.
- Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum yang Luasnya tidak Lebih dari 1 (Satu) Hektar
dan Pengadaan Tanah Selain untuk Kepentingan Umum Pengadaan tanah selain bagi
pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum Adalah pengadaan tanah bagi
pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan Instansi Pemerima
- Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) atau nilai nyata/sebenarnya dengan
- memperhatikan Nilai Jual Obyek Pajak tahun berjalan berdasarkan penilaian
- Lembaga/Tim Penilai Harga Tanah yang ditunjuk nya ganti rugi didasarkan atas a. Nilai Jual
Obyek Pajak (NJOP) atau nilai nyata/sebenarnya dengan
https://sumsel.bpk.go.id/wp-content/uploads/2019/04/1.-Tulisan-Hukum-Tahapan-Pengadaan-
Tanah_edit.pdf