NIM : 041814312
3. a. Penyusunan proposal
Disiapkan oleh Instansi pemerintah yang memerlukan tanah, menguraikan :
– maksud dan tujuan pembangunan
– letak dan lokasi pembangunan
– luasan tanah yang diperlukan
– sumber pendanaan
– analisis kelayakan lingkungan (AMDAL)
b. Penetapan Lokasi
Diajukan oleh Instansi pemerintah yang memerlukan tanah kepada :
Bupati / Walikota atau Gubernur untuk wilayah DKI Jakarta Apabila 2 wilayah
Kabupaten / Kota atau lebih diajukan kepada Gubernur. Apabila 2 wilayah provinsi
atau lebih, diajukan kepada Kepala BPN RI Apabila terhadap penetapan lokasi dan
kemudian dalam pelaksanaan kegiatan terdapat perubahan/penambahan desa/kelurahan
agar segera dilakukan revisi dalam SK Penetapan Lokasi. Dalam rangka pengamanan lokasi
pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum agar mematuhi
Surat Edaran Kepala BPN RI tanggal 13 Juli 2006 Nomor: 140.2-146A.
c. Publikasi
Setelah diterimanya keputusan penetapan lokasi, instansi pemerintah yang memerlukan
tanah dalam waktu paling lama 14 (empat belas ) hari wajib mempublikasikan rencana
pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum kepada masyarakat, dengan cara
langsung maupun tidak langsung melalui media cetak, elektronik dan lainnya, yang
pelaksanaannya dibuat dengan berita acara.
e. Penyuluhan/Sosialisasi
Setelah diterimanya permohonan Pengadaan Tanah oleh Instansi yang memerlukan tanah
Panitia Pengadan Tanah bersama-sama dengan Instansi yang memerlukan tanah
melaksanakan Penyuluhan/Sosialisasi pada masyarakat di lokasi dengan dituangkan dalam
Berita Acara Hasil Penyuluhan.
pengukuran rincikan bidang tanah Inventarisasi dan identifikasi data fisik dan yuridis
pemilik tanah yang terkena pembentukan tanah (petugas BPN dibantu desa)Inventarisasi
tanaman dari Instansi terkait (Dinas Pertanian)Inventarisasi Bangunan dari Instansi
terkait (DPU )
g. Pengumuman
Panitia Pengadaan Tanah mengumumkan hasil inventarisasi dan identifikasi tanah dan/atau
bangunan dan/atau tanaman dilakukan di Kantor Desa/Kelurahan dan/atau Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota selama 7 (tujuh) hari dan/atau melalui media cetak,
elektronik selama 2 (dua) kali penerbitan, untuk memberikan kesempatan bagi pihak yang
berkepentingan mengajukan keberatan.
i. Penilaian
Penilaian harga tanah yang terkena pembangunan untuk kepentingan umum dilakukan oleh
Lembaga Penilai Harga Tanah. Apabila saat dilakukan Pengadaan Tanah di Kabupaten/Kota
atau di sekitar Kabupaten/Kota yang bersangkutan belum terdapat Lembaga Penilai Harga
Tanah yang sudah mendapat Lisensi dari Badan Pertanahan Nasional, maka Penilaian Harga
Tanah dilakukan oleh Tim Penilai Harga Tanah yang dibentuk oleh Bupati/Walikota atau
Gubernur untuk wilayah DKI Jakarta. Penentuan Lembaga Penilai Harga Tanah dilakukan
oleh Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah berpedoman pada Keputusan Presiden
No. 80 Tahun 2003 beserta perubahannya. Penilaian Harga Bangunan dan/atau Tanaman
dan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah dilakukan oleh Kepala
Dinas/Kantor/Badan di Kabupaten/Kota yang membidangi bangunan dan/atau benda lain
yang berkaitan dengan tanah.
j. Musyawarah
Musyawarah antara Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah dengan para pemilik tanah
mengenai :Rencana pembangunan untuk kepentingan umum dislokasi tersebut. Bentuk
dan/atau besarnya ganti rugi. Musyawarah mengenai bentuk dan/atau besarnya ganti rugi
berpedoman pada :Kesepakatan para pihak. Hasil Penilaian Harga Tanah dan penilaian harga
bangunan dan/atau tanaman dan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah.
Tenggat waktu penyelesaian proyek pembangunan. Panitia Pengadaan Tanah membuat
Berita Acara Hasil Pelaksanaan Musyawarah lokasi pembangunan untuk kepentingan umun
dan penetapan bentuk dan/atau besarnya ganti rugi yang ditandatangani oleh seluruh
anggota panitia, Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah dan para pemilik.
k. Keputusan Panitia Pengadaan Tanah (P2T)
Berdasarkan berita acara hasil pelaksanaan musyawarah lokasi pembangunan untuk
kepentingan umum dan penetapan bentuk dan/atau besarnya ganti rugi, Panitia Pengadaan
Tanah menerbitkan keputusan mengenai bentuk dan/atau besarnya ganti rugi dan daftar
nominatif pembayaran ganti rugi. Dalam hal tanah yang diperlukan bagi pelaksanaan
pembangunan merupakan tanah instansi pemerintah, keputusan penetapan bentuk
dan/atau besarnya ganti rugi dilakukan berdasarkan tata cara yang diatur dalam peraturan
Perundang-undangan tentang Perbendaharaan Negara.
Penitipan ganti rugi diajukan oleh instansi pemerintah yang memerlukan tanah kepada
Ketua Pengadilan Negeri setempat untuk memperoleh penetapan, dengan melampirkan
persyaratan :Berita Acara pembayaran ganti rugi. Berita Acara hasil pelaksanaan
musyawarah dan penetapan bentuk dan besarnya ganti rugi. Keputusan Bupati / Walikota /
Gubernur / Mendagri terhadap adanya keberatan; Keterangan dan alasan penitipan ganti
rugi dan. Surat-surat lain terkait penitipan ganti rugi. Penitipan ganti rugi dilakukan dalam
hal :Tidak ada kesepakatan nilai ganti rugi sedangkan musyawarah telah melewati jangka
waktu 120 hari. Yang berhak ganti tidak diketahui keberadaannya. Obyek perkara di
pengadilan dan belum memperoleh putusan yang berkekuatan hukum tetap. Masih
dipersengketakan kepemilikannya. Sedang diletakan sita oleh pihak yang berwenang.
Terhadap tanah yang uang ganti ruginya dititipkan di Pengadilan, belum dapat diajukan
permohonan hak atas tanahnya.
n. Pemberkasan
Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten/Kota melakukan pemberkasan dokumen dan
menyerahkannya kepada :Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah berupa dokumen asli
Pertanahan Kabupaten/Kota berupa rekaman dokumen asli yang dilegalisasi oleh pejabat
yang berwenang. Instansi induk yang memerlukan tanah berupa rekaman dokumen asli
yang dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang. Bupati/Walikota atau Gubernur untuk
wilayah DKI Jakarta berupa rekaman dokumen asli yang dilegalisir oleh Pejabat yang
berwenang. Tugas dan tanggung jawab Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten/Kota berakhir
setelah penyerahan dokumen Pengadaan Tanah kepada Instansi Pemerintah yang
memerlukan tanah dengan dibuat Berita Acara. Permasalahan yang lahir setelah berakhirnya
pelaksanaan Pengadaan Tanah tidak menghalangi pembangunan fisik sedangkan bentuk
dan tindak lanjut penyelesaian permasalahan tersebut sesuai dengan isi putusan
penyelesaiannya.